Anda di halaman 1dari 51

Pertemuan 24

Tutor : Ns. Hazrina, S.Kep

Waktu: 2 x 60 menit

Submateri pertemuan:
1. Refleks (fisiologis, patologis, primitive / bayi)
2. Pengkajian 12 Syaraf Kranial
3. IPPA Toraks dan Abdomen (Normal dan Patologis)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


Refleks
1. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
PENGERTIAN

Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul namanya
gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang bangkit untuk
penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter, maupun untuk
membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu gerakan,
menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara reflektorik
terdapat suatu hubungan.
Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan
sensibilitas, maka pemeriksaan refleks kurang bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat
dilakukan pada orang yang kesadarannya menurun, bayi, anak, orang yang rendah
inteligensinya dan orang yang gelisah. Dalam sehari-hari kita biasanya memeriksa 2 macam
refleks fisiologis yaitu refleks dalam dan releks superfisial.
 Refleks dalam (refleks regang otot)

Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan
sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga dinamai refleks
regang otot (muscle stretch reflex). Nama lain bagi refleks dalam ini ialah refleks
tendon, refleks periosteal, refleks miotatik dan reflex fisiologis.

 Refleks superfisialis
Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan
berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan karena
teregangnya otot seperti pada refleks dalam. Salah satu contohnya adalah refleks
dinding perut superfisialis (refleks abdominal).

Tingkat jawaban refleks


Jawaban refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat yaitu :

- (negatif) : tidak ada refleks sama sekali


- ± : kurang jawaban, jawaban lemah
- - + : jawaban normal
- - ++ : jawaban berlebih, refleks meningkat

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


Dasar pemeriksaan reflex

1. Pemeriksaan menggunakan alat refleks hammer


2. Penderita harus berada dalam posisi rileks dan santai. Bagian tubuh yang akan diperiksa
harus dalam posisi sedemikian rupa sehingga gerakan otot yang nantinya akan terjadi
dapat muncul secara optimal
3. Rangsangan harus diberikan secara cepat dan langsung. keras pukulan harus dalam
batas nilai ambang, tidak perlu terlalu keras
4. Oleh karena sifat reaksi tergantung pada tonus otot, maka otot yang diperiksa harus
dalam keadaan sedikit kontraksi

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
REFLEKS DALAM (REFLEKS REGANG OTOT)
NO LANGKAH / KEGIATAN
A. PEMERIKSAAN REFLEK BISEPS
1 Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
2 Fleksikanlah lengan bawah klien di sendi siku
3 Letakkanlah tangan klien di daerah perut di bawah umbilikus

4 Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendo biseps klien lalu ketuklah
tendo tersebut palu
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

B. PEMERIKSAAN REFLEKS TRISEPS


1 Mintalah klien berbaring dengan santai
2 Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan
3 Letakkanlah tangan klien di daerah perut di atas umbilikus

4 Ketuklah tendo otot triseps pada fosa olekrani

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

C. PEMERIKSAAN REFLEKS BRAKHIORADIALIS


1 Mintalah klien berbaring dengan santai
2 Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah fleksi dan tangan
sedikit dipronasikan
3 Mintalah klien untuk merelaksasikan lengan bawahnya sepenuhnya

4 Ketuklah pada processus styloideus


ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

D. PEMERIKSAAN REFLEKS PATELLA


1 Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
2 Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut
3 Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut
4 Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah patella

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

E. PEMERIKSAAN REFLEKS ACHILLES


1 Mintalah klien berbaring dengan santai
2 Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada ujungnya
untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki

3 Ketuklah pada tendo achilles


4 Lakukan cuci tangan rutin
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
REFLEKS SUPERFISIALIS

NO LANGKAH / KEGIATAN
PEMERIKSAAN REFLEK DINDING PERUT SUPERFISIALIS (REFLEKS
ABDOMINALIS)
1 Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
2 Posisikan kedua lengan pasien berada di samping badan

3 Goreslah dinding perut dengan benda yang agak runcing, misalnya ujung
gagang palu refleks, kayu geretan atau kunci. Penggoresan dilakukan
dengan dari samping menuju ke garis tengah perut pada setiap segmen
(pada berbagai lapangan dinding perut)

4 Segmen epigastrium (otot yang berkontraksi diinervasi oleh Th 6 –


Th7)
5 Supra umbilikus (perut bagian atas, diinervasi oleh Th 7– Th 9)

6 Umbilikus (perut bagian tengah, diinervasi oleh Th 9 – Th 11)

7 Infraumbilikus ( perut bagian bawah, diinervasi oleh Th 11, Th 12 dan


lumbal atas)
8 Lakukan cuci tangan rutin
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:

A B
A. Goresan pada kulit dinding perut untuk
membangkitkan refleks kulit dinding perut
INTERPRETASI :
B. Refleks dinding perut superfisialis
(+) Jika terdapat kontraksi otot, dimana terlihat pusar

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8


bergerak kearah otot yang berkontraksi.
(-) Biasanya negatif pada wanita normal yang banyak anak (sering hamil),
yang dinding perutnya lembek, demikian juga pada orang gemuk dan orang
usia lanjut, juga pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun.
Pada orang muda yang otot-otot dinding perutnya berkembang baik, bila
refleks ini negatif (-), hal ini mempunyai nilai patologis.
Refleks dinding perut superfisialis menghilang pada lesi piramidalis.
Hilangnya refleks ini berkombinasi dengan meningkatnya refleks otot
dinding perut adalah khas bagi lesi di susunan piramidalis. Pada keadaan-
keadaan perut tersebut di atas dan lesi di segmen-segmen medulla spinalis
yang dilintasi busur refleks kulit dinding perut, sudah barang tentu refleks
kulit dinding perut tidak dapat dibangkitkan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 9


2. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS
PENGERTIAN

Refleks patologik adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-
rang yang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan
reflektorik defendif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan
ditekan oleh akifitas susunan piramidalis. Anak kecil umur antara 4 – 6 tahun masih belum
memiliki susunan piramidal yang sudah bermielinisasi penuh, sehingga aktifitas susunan
piramidalnya masih belum sepmpirna. Maka dari itu gerakan reflektorik yang dinilai
sebagai refleks patologik pada orang dewasa tidak selamanya patologik jika dijumpai pada
anak- anak kecil, tetapi pada orang dewasa refleks patologik selalu merupakan tanda lesi
UMN.
Refleks-refleks patologik itu sebagian bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya
bersifat refleks superfisialis. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologik itu sebagian
besar adalah sama, akan tetapi mendapatkan julukan yang bermacam-macam karena cara
membangkitkannya berbeda-beda. Adapun refleks-refleks patologik yang sering diperiksa
di dalam klinik antara lain :
Jenis-jenis pemeriksaan refleks patologis

a. Refleks Hoffmann-Tromner

Cara pemeriksaan : tangan penderita dipegang pada pergelangannya dan suruh pasien
melekukan fleksi ringan jari-jarinya. Kemudian jari tengah pasien diregangkan dan dijepit
diantara jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa. Lalu lakukan :

Hoffmann : “Goresan” pada ujung jari tengah pasien reaksi : fleksi dan adduksi ibu
jari disertai dengan fleksi telunjuk dan jari-jari lainnya.

Tromner : “Colekan” pada ujung jari pasien maka akan muncul reaksi yang sama
dengan Hoffmann

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 10


b. Babinsky sign

Pemeriksa menggores bagian lateral telapak kaki dengan ujung palu refleks.

Reaksi : Dorsofleksi ibu jari kaki disertai plantarfleksi dan gerakan melebar jari-jari
lainnya

Refleks Grup Babinsky :

1. Chaddock’s sign

Cara : Pemeriksa menggores dibawah dan sekitar maleolus eksterna ke


arah lateral dengan palu refleks ujung tumpul.

Reaksi : sama dengan babinski sign

2. Gordon’s sign

Cara : Pemeriksa menekan oto-otot betis dengan kuat


Reaksi : sama dengan babinski sign

3. Schaeffer’s sign

Cara : Pemeriksa menekan tendo Achilles dengan kuat


Reaksi : sama dengan babinski’s sign

4. Oppenheim’s sign

Cara : Pemeriksa memberi tekanan yang kuat dengan ibu jari dan
telunjuk pada permukaan anterior tibia kemudian digeser ke arah distal
Reaksi : sama dengan babinski’s sign

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 11


KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

NO LANGKAH / KEGIATAN
A. PEMERIKSAAN REFLEKS HOFFMANN
1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk
dengan santai
2 Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari- jarinya disuruh fleksi-entengkan
3 Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah kita.
4 Dengan ibu jari kita ”gores kuat” ujung jari tengah klien
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:

INTERPRETASI :
Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi
dan aduksi ibu jari.Kadang disertai fleksi jari lainnya.

B. PEMERIKSAAN REFLEKS TROMNER


1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk
dengan santai
2 Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari- jarinya disuruh fleksi-entengkan
3 Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah (ibu jari) kita.
4 Dengan jari tengah kita mencolek-colek ujung jari klien

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 12


ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:

INTERPRETASI :
Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi
dan aduksi ibu jari.
Kadang disertai fleksi jari lainnya.

C. PEMERIKSAAN REFLEKS BABINSKI (EXTENSOR PLANTAR RESPONSE)


1 Mintalah klien berbaring dan istirahat dengan tungkai diluruskan.
2 Kita (pemeriksa) memegang pergelangan kaki klien supaya tetap pada tempatnya.
3 Telapak kaki klien digores dengan menggunakan ujung gagang palu refleks secara
perlahan dan tidak menimbulkan rasa nyeri untuk menghindari refleks menarik kaki.
Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal ibu
jari.
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:

A. Cara menggores
B. Ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari-jari kaki
INTERPRETASI :
Positif (+) jika didapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari , yang dapat disertai mekarnya
jari-jari lainnya.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 13


3. PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIF
PENGERTIAN

Refleks primitif adalah gerakan reflektorik yang bangkit secara fisiologik pada
bayi dan tidak dijumpai lagi pada anak-anak yang sudah besar. Bilamana pada orang
dewasa refleks tersebut masih dapat ditimbulkan, maka fenomena itu menandakan
kemunduran fungsi susunan saraf pusat. Adapun refleks-refleks yang menandakan proses
regresi tersebut ialah refleks menetek, snout reflex, refleks memegang (grasp refleks),
refleks glabella dan refleks palmomental.

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIF

NO LANGKAH / KEGIATAN
A. PEMERIKSAAN ‘SNOUT REFLEX’
1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai

2 Stimulasi klien dengan melakukan perkusi pada bibir atas

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:

INTERPRETASI :
Refleks positif (+), bila bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot-otot di
sekitar bibir atau di bawah hidung.

B. PEMERIKSAAN REFLEKS MENGHISAP (ROOTING REFLEX)


1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai

2 Stimulasi klien dengan memberikan sentuhan pada bibir / menyentuhkan


sesuatu benda pada bibir

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 14


ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:

INTERPRETASI :
Refleks positif (+), bila stimulasi tersebut menimbulkan gerakan bibir, rahang bawah
seolah-olah menetek.
C. PEMERIKSAAN REFLEKS MENGGENGGAM PALMAR/GRASP REFLEX

1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai

2 Lakukan stimulasi dengan penekanan atau penempatan jari pemeriksa


pada telapak tangan klien
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:

INTERPRETASI :
Refleks positif (+) jika tangan klien mengepal
D. REFLEKS GLABELLA
1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai

2 Lakukan stimulasi dengan pukulan singkat pada glabella atau sekitar daerah
supraorbitalis.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 15


ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:

Refleks positif (+), bila terdapat kontraksi singkat pada kedua otot orbikularis okuli.

Pada lesi perifer nervus fasialis, refleks ini berkurang atau negatif, sedangkan pada
sindrom Parkinson refleks ini sering meninggi. Pusat refleks ini terletak di Pons.

E. REFLEKS PALMOMENTAL
1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai

2 Lakukan stimulasi dengan goresan ujung pensil atau ujung gagang palu refleks terhadap
kulit telapak tangan bagian tenar

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:

Refleks positif (+), bila terdapat kontraksi pada muskulus mentalis dan orbikularis
oris ipsilateral.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 16


Berbagai Refleks Pada Bayi
1. Refleks Moro

Jika bayi dikagetkan oleh suara keras, gerakan mendadak atau seperti memeluk bila ada rangsangan,
cahaya atau posisi secara mendadak, seluruhtubuhnya bereaksi dengan gerakan kaget , yaitu gerakan
mengayunkan/merentangkan lengan dan kaki seolah ia akan meraih sesuatu dan menariknya dengan
cepat ke arah dada dengan posisi tubuh meringkuk seperti berpegangan dengan erat, mendorong kepala
ke belakang, membuka mata, dan mungkin menangis.

Terjadi pada usia 1-2 minggu dan akan menghilang ketika berusia 6 bulan

2. Reflek Rooting

Jika seseorang mengusapkan sesuatu di pipi bayi, ia akan memutar kepala ke arah benda itu dan membuka
mulutnya. Refleks ini terus berlangsung selama bayi menyusu.

Refleks mengisap (sucking)

3. Refleks Swallowing

Muncul ketika benda-benda yang dimasukkan kedalam mulut, seperti puting susu ibu dan bayi akan
berusaha menghisap lalu menelan. Proses menelan ini yang disebut reflek swallowing.

Reflek ini tidak akan hilang

4. Reflek Berkedip atau reflek corneal

Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea,
harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf
cranial.

5. Reflek Pupil

Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.

6. Reflek Glabela

Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat

7. Refleks tonic neck

Ketika kedua tangan bayi diangkat, bayi akan berusaha mengangkat kepalanya Jika bayi baru lahir tidak
mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek init erus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi
dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonickneck
merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi untuk
mencapai gerak sadar.

8. Refleks tonic Labyrinthine / labirin

Pada posisi telentang, reflek ini dapat diamati dengan menggangkat tungkai bayi beberapa saat lalu
dilepaskan. Tungkai yang diangkat akan bertahan sesaat, kemudian jatuh. Reflek ini akan hilang pada usia
6 bulan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 17


9. Refleks palmar grasping

Bayi baru lahir menggenggam/merenggut jari ibu jika ibu menyentuh telapak tangannya. Genggaman
tangan ini sangat kuat hingga ia bisa menopang seluruh berat badan jika ibu mengangkatnya dengan satu
jari tergenggam dalam setiap tangannya. Gerakan refleks ini juga terdapat ditelapak kaki yang
melengkung saat di sentuh. Gerakan refleks ini hilangs etelah beberapa bulan. Ia harus belajar
menggenggam dengan sengaja.Menurun setelah 10 hari dan biasanya menghilang setelah 1 bulan.Untuk
gerakan kaki berlanjut hingga 8 bulan

10. Refleks Crawling

Jika ibu atau seseorang menelungkupkan bayi baru lahir, iamembentuk posisi merangkak karena saat di
dalam rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya

11. Refleks Stepping (berjalan dan melangkah)

Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dan telapak kakinya menyentuh
permukaan yang keras, ibu/orang tersebut akan melihat refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti
melangkah ke depan. Jika tulang keringnya menyentuh sesuatu, ia akan mengangkat kakinya seperti akan
melangkahi benda tersebut. Refleks berjalan ini akan hilang dan berbeda dengan gerakan berjalan normal,
yang ia kuasai beberapa bulan berikutnya.Menurun setelah 1 minggu dan akan lenyap sekitar 2 bulan

12. Reflex Babinski

Refleks ditimbulkan pada telapak kaki, dimulai pada tumit, gores sisi lateral telapak kaki kearah atas
kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Semua jari kai hiperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi
dicatat sebagai tanda positif. Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika
bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan.

13. Refleks blinking

Jika bayi terkena sinar atau hembusan angin, matanya akan menutupatau dia akan mengerjapkan
matanya

14. Refleks yawning

Yakni refleks seperti menjerit kalau ia merasa lapar, biasanya kemudian disertai dengan tangisan

15. Reflek Plantar

Reflek ini juga disebut reflek plantar grasp, muncul sejak lahir dan berlangsung hingga sekitar satu tahun
kelahiran. Reflek plantar ini dapat diperiksa dengan menggosokkan sesuatu di telapan kakinya, maka
jari -jarikakinya akan melekuk secara erat

16. Reflek Swimming

Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisi air, ia akan mulai mengayuh dan
menendang seperti gerakan berenang.Reflek ini akan menghilang pada usia empat sampai enam bulan.
Reflek ini berfungsi untuk membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayiakan mulai
mengayuh dan menendang seperti berenang, namun meletakkan bayi di air sangat berisiko. Bayi akan
menelan banyak air pada saat itu

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 18


17. Reflek Ekstrusi

Bila lidah disentuh atau ditekan. bayi merespon dengan mendorongnya keluar. harus menghilang pada
usia 4 bulan

18. Reflek Startle

Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam

19. Neck – righting

Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah
tersebut dan diikuti dengan pelvis

20. Inkurvasi batang tubuh (gallant)

Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi
yang terstimulasi

21. Reflek batuk dan bersin :

reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan

22. Reflek leher asimetrik tonik

Caranya : baringkan sekecil , lalu miringkan kekiri misalnya .

reaksi : tangan kiri bayi akan merentang lurus keluar dan tangan kanannya akan menekuk kearah kepala
atau muka

23. Reflek mempertahankan diri (breathing reflek):

menghirup dan menghembuskan nafas secara berulang

fungsi : menyediakan O2 dan membuang O2

24. Refleks Galant

Pada refleks ini bayi ditengkurapkan atau dipegang secara tengkurap. Lalu bagian sisi punggung tepi,
disentuh dengan jari membentuk garis dari atas ke bawah, dari dada ke perut. Gerakan refleks berupa
ayunan panggul bayi pada sisi yang sama usapan dan sentuhan tersebut.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 19


PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL

Fungsi Saraf Kranial


Jenis
Saraf Kranials Fungsi
Fungsi
I Olfaktorius Sensorik Respons dan interpretasi bau
II Optikus Sensorik Ketajaman visual dan lapang pandang
Pergerakan mata ekstraokular, elevasi kelompak mata,
III Okulomotor Motorik
konstriksi pupil, bentuk lensa

IV Troklearis Motorik Pergerakan mata kebawah dan kedalam

Sensorik Sensasi pada wajah, kulit kepala, kornea, dan membrane


mukosa oral serta nasal.
V Trigeminalis
Motorik Pergerakan untuk mengunyah

VI Abdusens Motorik Pergerakan mata kelateral

Sensorik Rasa pada 2/3 anterior lidah


VII Fasiali
Motorik Pergerakan wajah, penutupan mata, pergerakan bibir saat
bicara.
VIII
Sensorik Pendengaran dan keseimbangan
Vestibulokoklear
Rasa 1/3 posterior lidah, reflex tersedak faring, sensasi dari
IX Sensorik
gendang telingan dan saluran telinga
Glosofaringeus
Motorik Menelan dan otot-otot fonasi pada faring
Sensorik
Sensasi dari faring, visera, badan karois dan sinus karotis
X Vagus
Motorik Fungsi motorik, dan otonom visera (kelenjar, pencernaan,
detak jantung)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 20


XI Asesorius
Sensorik Pergerakan otot trapezius dan sternokleidomastoideus
Spinal
XII
Motorik Pergerakan lidah saat bicara, artikulasi suara dan menelan
Hipoglosus

Penilaian Saraf Cranial

Saraf Kranial Teknik Pemeriksaan Respon Normal Respon Klien


I. Olfactory Minta klien untuk mencium Klien dapat Klien dapat
(Penciuman) dan mengidentifikasi mengidentifikasi bau yang menjelaskan
berbagai aroma bau-bauan berbeda bau-bauan yang
dengan masing-masing dengan masing-masing digunakan
lubang hidung secara lubang hidung secara
terpisah dan dengan mata terpisah dan dengan
tertutup. mata tertutup kecuali jika
kondisi klien sedang flu.

II. Optic (Optik) Berikan pencahayaan yang Klien harus bisa membaca Klien dapat
memadai dan minta klien dengan masing-masing membaca
membaca sebelah mata dan kedua dengan masing-
dari bahan bacaan yang mata. masing sebelah
disediakan pada jarak 36 mata dan kedua
cm. mata.

III. Oculomotor Reaksi terhadap cahaya: Pupil yang disinari dan PERRLA (Pupils
Dengan menggunakan yang tidak disinari Equally
senter dan mendekat dari harus menyempit. Round and Reactive
arah samping, to Light
arahkan cahaya ke arah Reaction to
pupil. Perhatikan respons Accommodation)
dari pupil yang diterangi.
Sinari pupil lagi, dan
perhatikan respon pupil Kedua pupil sama
yang lain. bulat dan reaktif
terhadap cahaya
Reaksi terhadap Pupil mengerut saat dan akomodasi)
akomodasi: melihat objek dari dekat,
Minta klien untuk melihat membesar saat melihat
pada objek yang dekat dan objek yang, konvergen
kemudian pada objek yang ketika objek dekat
jauh. Alihkan pandangan bergerak pindah mendekati
dari objek dekat ke objek hidung.
jauh. Selanjutnya,
pindahkan objek ke arah
hidung klien.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 21


IV. Trochlear Pegang senter 1 kaki di Mata klien harus dapat Kedua mata bisa
depan mata klien. mengikuti senter saat bergerak
Minta klien untuk bergerak. seperlunya.
mengikuti gerakan
senter hanya dengan mata.
Pindahkan senter
ke atas, ke bawah, ke
samping dan diagonal.

V. Trigeminal Sementara klien melihat ke Klien harus memiliki (+) Klien dapat
atas, sentuh ringan sklera refleks kornea, menunjukan
mata lateral untuk mampu merespons refleks kornea, peka
mendapatkan refleks kedip. sensasi ringan dan sensasi terhadap
dalam serta mampu rangsangan nyeri
Untuk menguji sensasi dan membedakan
ringan, minta klien menutup membedakan panas dan
mata, dingin. panas dari dingin.
usap gumpalan kapas di
dahi klien.

Untuk menguji sensasi yang


dalam, gunakan ujung
tumpul dan
ujung yang tajam dari suatu
benda secara bolak-balik.
Tentukan sensasi untuk
objek hangat dan dingin
dengan meminta klien
untuk mengidentifikasi
hangat dan dingin.

VI. Abducens Pegang senter 1 kaki di Kedua mata terkoordinasi, Kedua mata
depan mata klien. bergerak serempak dengan bergerak secara
Minta klien untuk keselarasan paralel. terkoordinasi.
mengikuti gerakan
senter hanya dengan mata.
Pindahkan senter
melalui enam bidang utama
tatapan mata.

VII. Facial Minta klien untuk Klien harus dapat Klien melakukan
tersenyum, mengangkat tersenyum, membesarkan berbagai ekspresi
alis, mengerutkan kening, alis, dan wajah tanpa
dan menggelembungkan pipi kesulitan dan
memenggelembungkan pipi, dan menutup mampu
menutup mata dengan erat. mata tanpa kesulitan. Klien membedakan rasa
Minta klien untuk juga harus bisa yang bervariasi.
mengenali berbagai rasa membedakan rasa yang
yang diletakkan di ujung berbeda.
dan samping lidah.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 22


VIII. Mintalah klien menutup Klien harus dapat Klien dapat
Vestibulocochlear satu telinga. Diluar mendengar detik mendengar
sepengelihatan klien, dari jam tangan di kedua detik jam di kedua
letakkan arloji yang telinga. telinga.
berdetik sejauh 2 hingga 3
cm.
Tanyakan apa
klien dapat mendengar
bunyi detik jam dan ulangi
dengan telinga yang lain.

Minta klien untuk berjalan Klien harus memiliki Klien mampu


melintasi ruangan dan postur tegak dan gaya berdiri
kembali, nilai gaya berjalan berjalan stabil serta dan berjalan dengan
klien. mampu mempertahankan posisi tegak dan
keseimbangan. mampu menjaga
keseimbangan.

IX. Minta klien untuk Klien harus dapat Klien dapat


Glosofaringeal mengatakan "ah" dan minta memperoleh refleks menunjukan
pasien muntah dan menelan tanpa refleks muntah dan
menguap untuk mengamati kesulitan. mampu menelan
gerakan tekak lidah dan tanpa kesulitan.
langit-langit.

Dapatkan respons muntah.

Catat kemampuan untuk


menelan.

X. Vagus Minta pasien menelan dan Klien harus dapat menelan Klien dapat
berbicara (perhatikan tanpa kesulitan dan menelan
adanya suara serak) berbicara dengan suara tanpa kesulitan dan
yang terdengar jelas. berbicara dengan
suara yang
terdengar.

XI. Accesory Minta klien untuk Klien harus dapat Klien dapat
mengangkat bahu melawan mengangkat keuda bahu mengangkat kedua
resistensi dan memutar kepala dari bahu dan memutar
dari tangan Anda dan putar kepalanya dari satu
sisi ke sisi.
kepala ke sisi berlawanan sisi ke sisi lain.
resistensi dari tangan Anda
(ulangi untuk sisi lain).

XII. Hipoglosal Minta klien untuk Klien harus bisa Klien bisa
menjulurkan lidah di garis menggerakan menggerakan
tengah dan kemudian lidah tanpa kesulitan. lidah ke berbagai
menggerakan lidahnya dari arah berbeda.
sisi ke sisi.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 23


12 Saraf Kranial

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 24


Pemeriksaan Thorako-Abdomen
PEMERIKSAAN THORAKS

1. Pemeriksaan Paru

INSPEKSI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnormal
Periksa bentuk dan kesimetrisan Perbandingan anteroposterior terhadap diameter Barrel Chest : peningkatan ukuran perbandingan
toraks dari arah posterior dan lateral. transversal adalah, 1: 2 anteroposterior terhadap diameter transversal
Bandingkan diameter anteroposterior dengan (terjadi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif
diameter transversal. kronik)

Pigeon chest : (pectus carinatum), kelainan bentuk


permanen, dapat disebabkan oleh rakhitis
(pembentukan tulang abnormal karena kurang
asupan kalsium).

Diameter transversal sempit, peningkatan


diameteranteroposterior, dan tulang dada yang
menonjol mencirikan pigeon chest.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 25


Funnel chest (pectus excavatum), adalah bentuk
cacat bawaan yang merupakan kebalikannya
pigenon chest di mana sternum tertekan,
menyempit diameter anteroposterior. Karena
tulang dada menunjuk ke belakang pada klien
dengan funnel chest, tekanan abnormal pada
jantung dapat menyebabkan perubahan fungsi.

Thorax simetris

Thorax Asimetris
Periksa kelurusan tulang belakang untuk melihat Tulang belakang yang lurus secara vertikal, kelengkungan tulang belakang yang berlebihan
kelainan bentuk jika klien bisa berdiri. Dari (kyphosis, lordosis)
posisi lateral, amati tiga kelengkungan
normal:serviks, toraks, dan lumbal.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 26


Untuk menilai deviasi lateral tulang
belakang(skoliosis), amati klien yang berdiri dari
belakang. Minta klien membungkuk ke depan di
pinggang dan amati dibelakang.

Skoliosis adalah penyimpangan lateral tulang


Tulang belakang lurus, kanan dan kiri, belakang.
bahu dan pinggul sama tingginya. Tulang belakang menyimpang ke satu sisi, sering
tampak jelas ketika membungkuk. Bahu atau
pinggul tidak rata.
Posisikan pasien supine, amati pola pernafasan Gerak napas simetris 16-20 x/menit, pernafasan Pola Pernapasan Abnormal
(frekuensi dan irama pernafasan, kedalaman, abdominal/thorakoabdominal, tidak ada  Cheyne Stokes => keadaan pernpasan
upaya bernafas, retraksi supraklavikula) penggunaan otot napas dan retraksi interkostae. dengan irama yang semakin lama
semakin membesar, lalu setelah mencapai
maksimum, irama pernapasan akan
berubah menjadi semakin kecil, lalu
dilanjutkan dengan tahap apnea. Misal :
pada klien dengan kerusakan otak karena
trauma, stroke, kondisi peningkatan TIK,
dan penyakit jantung kongestif, ginjal.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 27


 Biot => pola pernapasan yang tidak
teratur disertai apneu yang tidak teratur,
misal : meningitis, gangguan neuron

 Kusmoul => Pernapasan lambat, dalam


dan teratur, misal ; koma DM, Acidosis
metabolic

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 28


Pola Pernapasan Lainnya
 Tarchipnea => peningkatan frekuensi
pernapasan, misal : pada demam, gagal
jantung
 Bradipnea => penurunan frekuensi
pernapasan, misal : pada uremia, koma
DM, stroke
 ortopnea => sesak napas yang terjadi bila
klien berada pada posisi berbaring. Sesak
napas akan berkurang bila klien berada
pada posisi tegak (duduk atau berdiri),
misal : pada gagal jantung, obesitas atau
penyakit pulmonal

 Hyperpnea => napas dalam, dengan


kecepatan normal
 Apneustik => gerakan pernapasan
berhenti atau hilang, ekspirasi sangat
pendek, misal pada lesi pusat pernapasan.
 Hiperventilasi => peningkatan ventilasi
paru, tetapi lebih ditujukan kepada
ventilasi sebagai akibat metabolisme
yang berlebihan. Misalnya : pada

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 29


penderita insufisiensi jantung, penyakit
bronkopulmonal seperti kor pulmonal
dan PPOM.

 Napas Dangkal => misalnya : emfisema,


tumor paru, pleura Efusi.
 Gerakan dada asimetris => misalnya :
pneumonia, TBC paru, efusi
pericard/pleura, tumor paru.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 30


PALPASI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnormal
Palpasi posterior thorax.
• Kaji suhu dan integritas semua kulit dada. Kulit utuh; suhu sama diseluruh dada Lesi kulit; terdapat area dengan hipertermia

• Untuk klien yang memiliki keluhan Dinding dada utuh; tidak ada nyeri tekan; Terdapat benjolan, tonjolan; depresi; nyeri tekan;
pernapasan, raba semua area thorax tidak ada massa struktur yang dapat bergerak (mis., tulang rusuk)
untuk tonjolan, nyeri tekan, atau gerakan
abnormal. Hindari palpasi mendalam untuk
daerah yang nyeri, terutama jika dicurigai
ada patah pada tulang rusuk. Dalam kasus
seperti itu, palpasi dalam dapat menyebabkan
perpindahan fragmen tulang terhadap paru-
paru.
Palpasi posterior thorax untuk pergerakan
pernapasan (ekspansi thoracic). Ekspansi toraks yang penuh dan simetris Asimetris dan / atau penurunan ekspansi thorax
 Tempatkan kedua telapak tangan Anda di (mis., Ketika klien menarik napas dalam-
atas dada bagian bawah dengan ibu jari dalam, ibu jari Anda harus bergerak terpisah
Anda berdekatan dengan tulang belakang dengan jarak yang sama dan pada saat yang
dan jari-jari Anda merentang ke samping. sama; biasanya ibu jari memisahkan 1,2
 Minta klien untuk mengambil napas dalam- sampai 2 cm selama inspirasi mendalam)
dalam saat Anda selama inspirasi mendalam)
mengamati gerakan
tangan Anda dan
adanya
keterlambatanpada
pergerakan dada.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 31


Palpasi toraks untuk fremitus vokal Simetri bilateral fremitus vokal Fremitus berkurang atau tidak ada (berhubungan
(taktil), getaran samar yang dirasakan Fremitus terdengar paling jelas di puncak dengan pneumotoraks)
melalui dinding dada ketika klien paru-paru(Apex)
berbicara. Fremitus meningkat (berhubungan dengan
 Tempatkan permukaan palmaris ujung jari jaringan paru-paru terkonsolidasi, seperti pada
Anda atau aspek ulnar tangan Anda atau pneumonia)
kepalan tangan tertutup pada toraks
posterior, mulai di dekat puncak paru-paru
(posisi A).
 Minta klien mengulangi kata-kata seperti
"tujuh, tujuh" atau "satu, dua, tiga."
 Ulangi kedua langkah, gerakkan tangan
Anda secara berurutan ke pangkal paru-
paru, melalui posisi B – E.
 Bandingkan fremitus pada kedua paru-paru
dan antara apeks dan pangkal setiap paru,
menggunakan salah satu tangan dan
memindahkannya dari satu sisi klien ke area
yang sesuai di sisi lain atau menggunakan
dua tangan yang ditempatkan bersamaan
pada area yang sesuai. dari masing-masing
sisi dada

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 32


Palpasi toraks anterior
Palpasi toraks anterior untuk pergerakan Pergerakan simetris penuh; jempol normal Asimetris dan / atau penurunan pergerakan
pernapasan. terpisah 3 hingga 5 cm (1,2 hingga 2 in.) pernapasan
 Tempatkan kedua telapak tangan Anda di
dada bagian bawah, dengan jari-jari Anda
menyamping sepanjang tulang rusuk bawah
dan ibu jari Anda di sepanjang batas kosta.
 Minta klien untuk mengambil napas dalam-
dalam saat Anda mengamati gerakan tangan
Anda.

Raba taktil fremitus dengan cara yang sama seperti Sama seperti fremitus vokal posterior; Sama seperti fremitus posterior
untuk thorax posterior dan menggunakan urutan Fremitus biasanya menurun di atas jantung
yang ditunjukkan pada gambar. dan jaringan payudara
Jika klien memiliki payudara besar dan tidak dapat
dilakukan untuk palpasi, bagian pemeriksaan ini
biasanya dihilangkan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 33


PERKUSI

Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnorma


Perkusi toraks anterior secara sistematis. Catatan perkusi beresonansi ke rusuk keenam di Asimetri dalam notasi perkusi
 Mulailah di atas klavikula dalam ruang posisi diafragma, tetapi flat di atas area otot dan Area tumpul(dull/redup) atau flat di atas jaringan
supraklavikula, dan lanjutkan ke bawah tulang yang berat, tumpul (dull/redup) pada area paru-paru
ke diafragma. di atas jantung dan hati, dan timpani di atas
 Bandingkan paru-paru di satu sisi dengan bagian perut.
paru-paru di sisi lain.
 Pindahkan posisi payudara pada wanita
untuk memfasilitasi perkusi paru-paru.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 34


AUSKULTASI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnormal
Auskultasi toraks menggunakan Bunyi napas bronkial dan tubular Tidak ada bunyi nafas atau ada bunyi napas
diafragma flat-disk dari stetoskop tambahan
untuk memeriksa bagian anterior,  Vesikuler
posterior, dan trakea. Suara intensitas lembut, bernada rendah, Bunyi napas tambahan
Rasional : Diafragma stetoskop "desahan lembut" yang muncul oleh
udara yang bergerak melalui saluran  Crackles (rales)
adalah yang terbaik untuk
udara yang lebih kecil (bronkiolus dan Suara berderak halus, pendekyang
mentransmisikan suara nafas yang alveoli) terputus; alveolar rales bernada tinggi.
bernada tinggi. Suara dapat disimulasikan dengan
Lokasi: Di atas paru perifer; paling baik menggulung seikat rambut di dekat
 Gunakan prosedur zigzag sistematis yang didengar di pangkal paru-paru telinga. Paling baik didengar saat
digunakan dalam perkusi. inspirasi tetapi bisa didengar saat
 Minta klien untuk mengambil napas dalam- inspirasi dan ekspirasi.
dalam melalui mulut. Dengarkan di setiap
Karakteristik : Paling baik didengar saat Tidak dapat dibersihkan dengan batuk.
titik suara napas selama inspirasi dan
inspirasi, yaitu sekitar 2,5 kali lebih lama
ekspirasi lengkap.
dari fase ekspirasi (rasio 5: 2) Penyebab : Udara melewati cairan atau
 Bandingkan temuan pada setiap titik
lendir di jalan napas
dengan titik yang sesuai pada
sisi berlawanan dari thorax.
 Bronkovesikuler
Bunyi “hembusan” intensitas sedang dan Lokasi : Paling sering terdengar di dasar
tertahan moderat yang muncul oleh udara lobus paru bagian bawah
yang bergerak melalui jalan napas yang
lebih besar (bronkus)  Gurgles (rhonchi)
Suara bernada rendah, kasar, berdeguk,
Lokasi : Antara skapula dan lateral keras, dan terus menerus. Suara yang
hingga sternum pada ruang interkostal lebih keras setara dengan erangan atau
pertama dan kedua dengkuran. Paling baik terdengar pada
saat ekspirasi tetapi dapat didengar pada
Karakteristik : Fase inspirasi dan saat inspirasi dan ekspirasi.
ekspirasi sama (rasio 1: 1) Dapat diubah dengan batuk.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 35


 Bronkial (tubular) Penyebab : Udara melewati saluran udara
Suara bernada tinggi, keras, “kasar” yang yang menyempit akibat sekresi,
muncul oleh udara yang bergerak melalui pembengkakan, tumor
batang tenggorok
Lokasi : Suara keras dapat didengar di
Lokasi : Di anterior atas trakea; biasanya sebagian besar area paru-paru tetapi
tidak terdengar di jaringan paru-paru mendominasi di atas trakea dan bronkus

Karakteristik : Lebih keras dari suara  Friction Rub


vesikular; memiliki fase inspirasi pendek Suara kisi atau derit dangkal terdengar
dan fase ekspirasi panjang (rasio 1: 2) selama inspirasi dan ekspirasi.
Tidak dapat dilegakan dengan batuk.

Penyebab : Gesekan permukaan pleura


yang meradang

Lokasi : Paling sering didengar di area


ekspansi toraks terbesar (mis., thoraks
anterior dan lateral bawah)

 Wheezing
Bunyi berirama yang berkelanjutan,
bernada tinggi, melengking.
Paling baik terdengar saat ekspirasi.
Biasanya tidak dapat diubah dengan
batuk.

Penyebab : Udara melewati bronkus yang


menyempit akibat sekresi,
pembengkakan, tumor

Lokasi : Terdengar pada semua bidang


paru-paru

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 36


2. Pemeriksaan Jantung

INSPEKSI - PALPASI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnorma
Secara simultan periksa dan palpasi
prekordium untuk melihat adanya
denyut abnormal, gerakan naik
dada, dan gerakan dada seperti
bergelombang. Temukan area katup
jantung:
 Temukan sudut Louis. Sudur Louis
dirasakan sebagai tonjolan pada tulang
dada.
 Gerakkan ujung jari Anda ke bawah
setiap sisi sudut sampai Anda dapat
merasakan ruang interkostal kedua.
Ruang interkostal kedua kanan klien
adalah area aorta, dan ruang interkostal
kedua kiri adalah area pulmonik.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 37


Dari area pulmonik, gerakkan
ujung jari Anda ke bawah tiga
ruang interkostal kiri di sepanjang
sisi sternum. Ruang interkostal
kelima kiri dekat dengan sternum
adalah tricuspid atau area ventrikel
kanan.
 Dari area trikuspid, gerakkan ujung jari
Anda secara lateral 5 hingga 7 cm ke
garis midclavicular kiri.

Ini adalah area apikal atau mitral,


atau titik impuls maksimal (PMI).
Jika Anda mengalami kesulitan
menemukan PMI, minta klien
berguling ke sisi kiri untuk
memindahkan apeks lebih dekat ke
dinding dada.
Periksa dan palpasi area aorta dan pulmonal, Tidak ada pulsasi Ada pulsasi
amati pada sudut dan ke samping, untuk
mengetahui ada tidaknya pulsasi.
Mengamati area-area ini secara miring
meningkatkan kemungkinan melihat pulsasi.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 38


Periksa dan palpasi area trikuspid untuk Tidak ada denyut Adanya pulsasi
pulsasi dan gerakan angkat dada atau Tidak ada gerakan mengkat dada atau gerakan Dada yang terangkat atau gerakan dada seperti
gerakan dada seperti bergelombang. dada seperti bergelombang bergelombang yang menyebar mengindikasikan
ventrikel kanan yang membesar atau terlalu aktif
Periksa dan palpasi area apikal untuk pulsasi, Pulsasi terlihat pada 50% orang dewasa dan PMI yang dipindahkan secara lateral atau lebih
perhatikan lokasi spesifiknya (dapat berpindah teraba di sebagian besar PMI di LICS kelima di rendah menunjukkan pembesaran jantung
secara lateral atau lebih rendah) dan diameter. atau medial ke MCL

Jika berpindah secara lateral, catat jarak antara Diameter 1 hingga 2 cm (0,4 hingga 0,8 in.) Diameter lebih dari 2 cm (0,8 in.) Menunjukkan
puncak dan MCL dalam sentimeter. pembesaran jantung atau aneurisma

Tidak ada gerakan mengangkat dada atau Gerakan mengangkat dada atau gelombang pada
gerakan bergelombang pada dada dada yang menyebar dari lateral ke apex
menunjukkan pembesaran atau aktivitas berlebih
dari ventrikel kiri
Periksa dan palpasi area epigastrik di dasar sternum Pulsasi aorta Pulsasi abdomen yang terlokalisir (mis.,
untuk melihat denyut aorta abdominal Aneurisma aorta)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 39


PERKUSI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnormal
Batas kiri jantung : lakukan perkusi dari arah Atas : ICS II kiri di linea parastrenalis kiri
lateral ke medial. Perubahan antara bunyisonor (pinggangjantung)
dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan
sebagai batas jantung kiri. Bawah: ICS V kiri agak ke medial linea
midklavikularis kiri ( tempat iktus)

Batas kanan jantung : dilakukan dari arah lateral Atas : ICS II kanan linea parasternaliskanan
ke medial. agak sulit menentukan batas jantung
kanan karena letaknya agak jauh dari dinding Bawah : ICS III-IV kanan,di linea parasternaliskanan.
depan thorak.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 40


AUSKULTASI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnormal
Auskultasi jantung di keempat lokasi anatomi: S1: biasanya terdengar di semua lokasi Peningkatan atau pengurangan intensitas
aorta, pulmonik, trikuspid, dan apikal (mitral). Biasanya lebih keras di area apikal Variasi intensitas dengan ketukan yang berbeda
Auskultasi tidak perlu terbatas pada bidang- S2: biasanya terdengar di semua situs Meningkatnya intensitas di area aorta
bidang ini; Namun, perawat mungkin perlu Biasanya lebih keras di dasar jantung Meningkatnya intensitas di daerah paru
memindahkan stetoskop untuk menemukan suara Bunyi klik ejeksi yang terdengar tajam
yang paling terdengar untuk setiap klien Sistole: interval diam; durasinya sedikit lebih
pendek daripada diastole pada detak jantung
normal (60 hingga 90 detak / mnt)

Diastole: interval diam; durasi sedikit lebih


lama dari sistole pada detak jantung normal
 Hilangkan semua sumber kebisingan S3muncul pada anak-anak dan dewasa muda S3muncul pada orang dewasa yang lebih tua
kamar. S4muncul pada banyak orang dewasa yang lebih S4yang muncul mungkin merupakan tanda
Rasional : Suara jantung memiliki tua hipertensi
intensitas rendah, dan suara lain
menghalangi kemampuan perawat untuk
mendengarnya.
 Jaga klien dalam posisi terlentang
dengan kepala terangkat 15 ° hingga
45 °
 Gunakan diafragma dan bel untuk
mendengarkan semua area.
 Di setiap area auskultasi, bedakan bunyi
S1 dan S2.
 Saat auskultasi, berkonsentrasilah pada
satu suara tertentu pada satu waktu di
setiap area: bunyi jantung pertama,
diikuti oleh sistole, kemudian bunyi
jantung kedua, kemudian diastole.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 41


Sistole dan diastol biasanya merupakan
interval diam.
 Kemudian, periksa kembali jantung saat
klien dalam posisi duduk tegak.
Rasional: Suara tertentu lebih
terdengar jelas di posisi tertentu.

Bunyi Jantung Normal


Suara atau Fase Deskripsi Aorta Area
Pulmonal Trikuspidal Mitral
S1 Tumpul, bernada rendah, dan Intensitasnya kurang Intensitasnya kurang Lebih keras dari atau Lebih keras dari atau
lebih lama dari S2; terdengar dari S2 dari S2 sama dengan S2 sama dengan S2
seperti "lub"
Sistole Interval diam biasanya antara S1
dan S2
S2 Pitch lebih tinggi dari S1; Lebih keras dari S1 Lebih keras dari S1, Intensitas kurang dari Intensitas kurang dari
terdengar seperti "dub" abnormal jika lebih atau sama dengan S1 atau sama dengan S1
keras dari S2 aorta pada
orang dewasa di atas 40
tahun
Diastole Interval diam normal antara S2
dan S1 berikutnya

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 42


PEMERIKSAAN ABDOMEN

KUADRAN KANAN ATAS KUADRAN KIRI ATAS

Hati Lobus hati kiri


Kantung empedu Perut
Usus duabelas jari Limpa
Kepala pankreas Lobus atas ginjal kiri
Kelenjar adrenalin kanan Pankreas
Kelenjar adrenal kiri
Lobus atas ginjal kanan
Flexure kolon limpa
Flexure kolon hepatik Bagian kolon transversal
Bagian dari kolon ascending Bagian dari kolon
Bagian kolon transversal descending HYPOCHONDRIAC EPIGASTRIK HYPOCHONDRIAC
KANAN Aorta KIRI
Lobus hati kanan Pyloric ujunglambung Lambung
Kantung empedu Bagian dari duodenum Limpa
Bagian dari duodenum Pankreas Ekor pankreas
Flexure kolon hepatik Bagian dari hati Flexure kolon limpa
Setengah bagian atas ginjal Setengah bagian atas
kanan ginjal kiri
Kelenjar suprarenal Kelenjar suprarenal
LUMBAR KANAN UMBILIKAL LUMBAR KIRI
Usus besar Omentum Usus besar
KUADRAN KANAN BAWAH Setengah bagian bawah Mesentery Setengah bagian bawah
KUADRAN KIRI BAWAH ginjal kanan Bagian bawah duodenum ginjal kiri
Lobus bawah ginjal kanan Bagian dari duodenum dan Bagian dari jejunum dan Bagian dari jejunum dan
Caecum Lobus bawah ginjal kiri jejunum ileum ileum
Appendix Kolon sigmoid INGUINAL KANAN HYPOGASTRIC INGUINAL KIRI
Bagian dari kolon ascending Bagian dari kolon desceding Caecum (PUBIC) Sigmoid colon
Ovarium kanan Ovarium kiri Appendix Ileum Ureter kiri
Tuba fallopi kanan Saluran tuba kiri Ujung bawah ileum Kandung kemih Korda spermatika kiri
Ureter kanan Rahim Ovarium kiri
Ureter kanan Ureter kiri
Korda spermatika kanan
Korda spermatika kanan Korda spermatika kiri Ovarium kanan
Bagian dari rahim
Bagian dari rahim

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 43


INSPEKSI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnormal
Periksa perut untuk integritas kulit Kulit tanpa cacat Adanya ruam atau lesi lain
Warna seragam Kulit yang tegang dan berkilap (dapat
mengindikasikan asites, edema)

Striae perak-putih (stretch mark) atau bekas luka Striae ungu (terkait dengan penyakit Cushing
pembedahan syndrome atau penambahan dan penurunan berat
badan yang cepat
Periksa kontur dan simetrisitas abdomen:
 Amati kontur perut (garis profil dari Datar, bulat (cembung), atau skafoid (cekung) Buncit
margin tulang rusuk ke tulang
kemaluan) sambil berdiri di sisi klien
ketika klien telentang.
 Minta klien untuk menarik napas Tidak ada bukti pembesaran hati atau Adanya tanda pembesaran hati atau
panjang dan menahannya. Rasional: Ini limpa limpa
membuat hati membesar atau limpa
lebih jelas.
 Nilai simetrisitas kontur sambil berdiri Kontur simetris Kontur asimetris, mis., Protusi terlokalisasi di
di kaki tempat tidur. sekitar umbilikus, ligamen inguinal, atau bekas
 Jika terdapat distensi, ukur lingkar luka (mungkin hernia atau tumor)
perut dengan menempatkan selotip di
sekitar perut setinggi umbilikus. Jika
lingkar perut akan diukur berulang kali,
gunakan pena penanda kulit untuk
menentukan margin atas dan bawah
dari penempatan pita untuk konsistensi
pengukuran yang akan datang.
Amati gerakan perut yang berhubungan dengan Gerakan simetris yang disebabkan oleh respirasi Gerakan terbatas karena proses nyeri atau
pernapasan, peristaltik, atau denyut aorta. penyakit
Peristaltik terlihat pada orang yang sangat kurus Peristaltik yang terlihat pada klien yang tidak

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 44


kurus (kemungkinan obstruksi usus)
Pulsasi aorta tampakpada orang kurus di daerah Pulsasi aorta yang tampak
epigastrium
Amati pola vaskular. Tidak ada pola pembuluh darah yang terlihat Pola vena yang terlihat (pembuluh darah
melebar) berhubungan dengan penyakit hati,
asites, dan obstruksi venocaval

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 45


PALPASI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnormal
Lakukan palpasi ringan terlebih dahulu untuk
mendeteksi area nyeri dan / atau pelindung otot.
Jelajahi secara sistematis keempat kuadran. Pastikan
posisi klien sesuai untuk relaksasi otot perut, dan
hangatkan tangan.
Rasional: Tangan yang dingin dapat menimbulkan
ketegangan otot dan karenanya dapat menghambat
evaluasi palpatori.
Palpasi ringan
 Pegang telapak tangan Anda sedikit di atas Tidak ada nyeri tekan; perut rileks dengan Nyeri tekan dan hipersensitif
perut klien, dengan jari-jari Anda sejajar ketegangan rata dan konsisten Massa superficial
dengan perut. Area terlokalisasi dari peningkatan
 Tekan dinding perut dengan ringan, sekitar 1 ketegangan
cm atau hingga kedalaman jaringan
subkutan, dengan bantalan jari-jari Anda.
 Gerakkan bantalan jari dengan gerakan
memutar sedikit.
 Catat area nyeri atau nyeri yang dangkal,
massa, dan ketegangan otot. Untuk
menentukan area nyeri tekan, minta klien
untuk memberi tahu lokasinya dan
perhatikan perubahan dalam ekspresi wajah
klien.
 Jika klien terlalu geli, mulailah dengan
menekan tangan Anda di atas tangan klien
sambil menekan dengan ringan. Kemudian
geser tangan Anda dari klien dan ke perut
untuk melanjutkan pemeriksaan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 46


PALPASI BLADDER
Palpasi area di atas simfisis pubis jika riwayat klien Tidak teraba Buncit dan teraba sebagai massa halus, bulat,
menunjukkan kemungkinan retensi urin. tegang (menunjukkan retensi urin)
PALPASI HEPAR
 Letakkan tangan kiri menyangga belakang Tidak teraba / teraba kenyal, ujung tajam. Teraba nyata ( membesar ), lunak dan ujung
penderita pada coste 11 dan 12 tumpul -> hepatomegali
 Tempatkan ujung jari kanan (atas -obliq ) di daerah
tempat redup hepar bawah / di bawah kostae. Teraba nyata ( membesar ), keras tidak merata,
 Mulailah dengan tekanan ringan untuk ujung ireguler -> hepatoma
menentukan pembesaran hepar, tentukan besar,
konsistensi dan bentuk permukaan.
 Minta pasien napas dalam, tekan segera dengan
jari kanan secara perlahan, saat pasien melepas
napas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran,
konsistensi dan bentuk permukaannya.

PALPASI LIEN
Lien tidak teraba Lien teraba -> Splenomegali
 Lakukan perabaan pada limpa (limpa normalnya
tidak teraba) dengan posisi pasien :

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 47


 Supine dengan kedua kakifleksi

 Posisi pasien berbaring miring ke kanan dengan posisi


kedua tungkai fleksi pada pinggang danlutut

 Lakukan perabaan pada limpa

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 48


PERKUSI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnormal
Perkusi beberapa area di masing-masing empat Tympany di bagian perut dan perut yang Daerah dull/redup yang luas (terkait dengan
kuadran untuk menentukan bunyi tympany dipenuhi gas; adanya cairan atau tumor)
(suara yang mengindikasikan gas di lambung dan Dull/redup, terutama di area hati dan limpa, atau
usus) dan dull/redup (penurunan, ketiadaan ketika kandung kemih penuh
bunyi, atau resonansi flat di atas massa padat
atau cairan).

Gunakan pola sistematis: Mulailah dari kuadran


kanan bawah, lanjutkan ke kuadran kanan atas,
kuadran kiri atas, dan kuadran kiri bawah.

Undulating Fluid Wave


Letakkan satu tangan pada satu sisi perut pasien. Tidak ada gerakan gelombang cairan Adanya gerakan gelombang cairan biasanya
Tangan yang lain menunjukan kondisi ascites
mendorong/menekan/mengetuk sisi perut yang
berlawanan. Rasakan adanya tekanan gelombang
cairan pada tangan pertama.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 49


AUSKULTASI
Cara Pemeriksaan Kondisi Normal Kondisi Abnormal
Auskultasi abdomen untuk bising usus, suara
vaskular, dan peritoneal friction rub.
Hangatkan tangan dan diafragma stetoskop.
Rasional: Tangan dingin dan stetoskop dingin
dapat menyebabkan otot-otot perut klien
berkontraksi, dan kontraksi-kontraksi ini
mungkin terdengar selama auskultasi.
Untuk Suara Bising Usus

Gunakan diafragma flat-disk. Bising usus terdengar  Hypoactive, mis., Sangat pelan dan jarang
Rasional : Suara usus relatif bernada tinggi dan (mis., Satu kali per menit).
paling ditekankan oleh diafragma. Tekanan Suara hipoaktif menunjukkan penurunan
ringan dengan stetoskop cukup adekuat. motilitas dan biasanya dikaitkan dengan
manipulasi usus selama operasi,
peradangan, ileus paralitik, atau obstruksi
usus akhir.
 Hiperaktif / meningkat, mis., Suara bernada
tinggi, keras, deras dan
sering terjadi (mis., setiap 3 detik) juga
dikenal sebagai borborygmi.
Suara hiperaktif menunjukkan peningkatan
motilitas usus dan biasanya berhubungan
 Tanyakan kapan klien terakhir makan. dengan diare, penyumbatan usus dini, atau
Rasional: Segera setelah atau lama setelah penggunaan obat pencahar.
makan, bunyi usus biasanya meningkat.  Bising usus tidak ada (tidak terdengar dalam
Bising usus paling keras ketika makan 3 hingga 5 menit) menunjukkan berhentinya
sudah lama terlambat. motilitas usus
Empat sampai 7 jam setelah makan, bunyi
usus mungkin terdengar terus menerus di
atas area katup ileocecal (kuadran kanan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 50


bawah) sementara isi pencernaan dari usus
kecil kosong melalui katup ke usus besar.
 Tempatkan diafragma stetoskop di
masing-masing dari empat kuadran perut.
 Dengarkan suara bising usus yang aktif—
suara bising yang tidak teratur muncul
setiap 5 hingga 20 detik. Durasi suara
tunggal dapat berkisar dari kurang dari
satu detik hingga lebih dari beberapa
detik.
Untuk Suara Vaskular
• Gunakan bel stetoskop di atas aorta, arteri Tidak adanya bruit arteri Bruit keras di area aorta (kemungkinan
renalis, arteri iliac, dan arteri femoralis. aneurisma)
• Dengarkan bruit
Bruit pada arteri renal atau iliac

Gesekan Peritoneal (Peritoneal Friction Rub)


Peritoneal friction rub adalah suara yang Tidak ada peritoneal friction rub Adanya peritoneal friction rub
terdengar kasar, suara kisi-kisi seperti dua
potong kulit yang digosokkan.
Friction rub dapat disebabkan oleh peradangn,
infeksi, atau pertumbuhan yang abnormal.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 51

Anda mungkin juga menyukai