Anda di halaman 1dari 12

Contoh : Format pengkajian data:

PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN


DIRUANG :
Tanggal masuk
DMK
No. Rekam Medik
I.

II.

:
:
: .

Ruangan / kelas

No. Kamar

IDENTITAS
1.

Nama

2.

Umur

3.

Jenis kelamin

4.

Agama

5.

Suku/bangsa

6.

Pendidikan

7.

Pekerjaaan

8.

Alamat

9.

Penanggung jawab : Askes / Astek / Jamsostek / sendiri

RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1.

Keluhan
utama :....................................................................................................................................................................................
.....
................................................................................................................................................................................................
..................

2.

Riwayat Penyakit Sekarang


: ...............................................................................................................................................................

3.

Riwayat Penyakit kesehatan yang lalu dan riwayat kesehatan keluarga :


.
..............................................................................................................................................
..................

4.

Riwayat

Alergi : ....................................................................................................................................................................................
....

.
III.

POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola Kebiasaan klien
a. Nutrisi
:
tak
anoreksia
nausea
vomitus
infus
diit :.........................
b. Eliminasi :
tak
konstipasi
diare
ostomi
Retensi urin
kateter
anuria
oliguria
perdarahan
inkontinensia alvi
c. Istirahat
:
tak
insomnia
hipersomnia
lain-lain ...............................
d. Aktifitas
:
mandiri
tergantung sebagian
tergantung penuh
lain-lain :

sonde

2. Data Psikologis, sosiologis dan spiritual


a. Psikologis :
tak
gelisah
takut
sedih
rendah diri
marah
Acuh
mudah tersinggung
lain-lain :.
b. Sosiologis :
tak
menarik diri
komunikasi
lain-lain :.
c. Spiritual :
perlu dibantu dalam beribadah
Lain-lain :

IV.
Pemeriksaan Fisik;
Batas normal

Hasil pemeriksaan

Tanda-tanda vital
Tanda tanda vital
Suhu 36-37 C, nadi a. Suhu
: C
60-100 x/menit, tensi b. Nadi
: x/menit
rata-rata
130/80 c. Tekanan darah : mmhg
mmhg, RR 16-24 d. Respirasi rate : x/menit
x/menit
Pemeriksaan Head to toe (kepala ke kaki)
Kesadaran
compos a.
mentis, GCS 15,
b.
visus mata 6/6,tidak
buta warna, hidung,
skret jernih, telinga
bersih,
tidak
ada
ggn.
Pendengaran,
Bibir
normal, gigi
lengkap
bersih,
selaput lendir mulut
lembab, lidah normal
bersih,
tidak
ada
kesulitan menelan,
kelenjar thyroid tidak
teraba
Bentuk
dada
simetris, Pola nafas
reguler,
suara
tambahan tidak ada

c.

Kesadaran
Kepala
Rambut

d.

Muka

e.

Mata

:
:
:

f.Telinga
g.
h.

Hidung
Mulut

i. Gigi

j. Lidah
:
k. Tenggorokan
l. Leher

CM
Apatis
Somnolent
Sopor
Koma
tak
Mesosefal
asimetris
hematoma
lainnya :
tak
kotor
berminyak
kering
rontok
Lainnya :
:
tak
asimetris
bells palsy
tic facialis
kelainan congenital
Lainnya :
:
tak
ggn. Penglihatan
sclera anemis
tidak ada reaksi cahaya
Anisokor
midriasis/miosis
konjungtifitis
lainnya :
tak
berdengung
nyeri
tuli
keluar cairan
Lainnya :
:
tak
asimetris
epistaksis
lainnya : .
:
tak
asimetris
simetris
bibir pucat
kelainan congenital
Lainnya : ..
tak
karies
goyang
tambal
gigi palsu
Lainnya :.
tak
kotor
mukosa kering
gerakan asimetris
:
tak
faring merah
sakit menelan
tonsil membesar
Lainnya :
tak
pembesaran tiroid
pembesaran vena jugularis

Nadi frekuensi 80
100 x/mt reguler,
auskultasi
bunyi
jantung normal, tidak
ada suara tambahan
Abdomen
datar,
nyeri
umum
dan
nyeri khusus tidak
ada, ascites tidak
ada.

m. Dada

n.
o.

Abdomen
Integumen

:
:

p.

Extremitas

Kaku kuduk
keterbatasan gerak
lainnya :..
tak
asimetris
retraksi
ronchi
rales
Whesing
suara S1/S2
murmur
nyeri dada
aritmia
Takhikardi
bradikardi
palpitasi
lainnya :..
tak
ascites
nyeri
benjolan/masa di :
tak
turgor
dingin
bula
dekubitus
Fistula
pucat
baal
RL positif
lainnya : ..
tak
kejang
tremor
kelainan congenital
Inkoordinasi
plegi di :.
Parese di :.
lainnya : .

Warna
kulit
kemerahan
/
pigmentasi,
akral
hangat,
turgor
elastik, krepitasi dan
oedem tidak ada
Pergerakan
bebas,
kemampuan
kekuatan otot niali 5

V.

Pemeriksaan Penunjang
1. .....................................
.........
2. .....................................
..........
3. .....................................
..........

VI.

Diagnosa keperawatan
1. .....................................
..........
2. .....................................
..........
3. .....................................
..........
Surabaya,
Perawat

()
VII.

Analisa Data
no

VIII.

Data

RENCANA KEPERAWATAN

etilogi

masalah

Tgl.

IX.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN

No dx

Tgl.Jam

Tindakan

TT
peraw
at

Tgl. Jam

Catatan Perkembangan

TT
peraw
at

S.
O.
A.
p.

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN


FORMAT PENGKAJIAN
I.

IDENTITAS
Cukup jelas
II. RIWAYAT SAKIT & KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Keluhan yang sangat dirasakan pada saat dikaji, misalnya jika klien panas,
nyeri, mual dan muntah, maka dari beberapa keluahan tersebut mana yang
paling berat, sehingga kalau bisa dicantumkan satu keluhan saja. Keluhan

mungkin dapat diperjelas dengan atribut sebagai berikut : Letak, kualitas,


kuantitas, waktu, faktor yang memperberat atau yang mengurangi.
Gunakan kata-kata klien ketika menggambarkan keluhan utamanya untuk
mengetahui pemahaman dan reaksi klien secara benar.
Misalnya : Klien mengatakan , perut saya sakit dibagian kanan atas. Sakit
terasa hilang timbul, terjadi pada saat saya mau berdir dan rasa sakit
bertambah berat jika saya makan.
Khusus tentang data nyeri gunakan system PQRS, yaitu :

P : provokatif /paliatif, yaitu apa penyebabnya, yang memunculkanya,


yang menguranginya ?

Q : qualitas, yaitu bagaimana rasanya ?

R : regiao/radiasi, yaitu dibagian mana hal itu terjadi, apakah menyebar?

S : Severity
(keparahan), yaitu bagaimana intensitasnya jika
menggunakan skala1 10 dan bagaimana pengaruh hal tersebut pada
aktivitas?

T : Timing (waktu), yaitu Kapan hal itu mulai terjadi, berapa lama
terjadinya, bertahap atau tiba-tiba ?
2.

Riwayat penyakit sekarang


Diisi dengan menyebutkan sejarah penyakit saat ini mulai gejala sampai
sampai di rumah sakit saat ini.
Contoh :
Klien mulai sakit panas sejak hari kamis tanggal 26 November 2008, sudah
berobat dipuskesmas tapi ndak ada perubahan sehingga atas inisiatip
keluarga akhirnya kita bawa ke Rumah sakit ini.

3. Riwayat Penyakit yang lalu dan keluarga


Diisi dengan menyebutkan nama penyakit berat yang pernah diderita oleh
klien dan keluarga keluarga dan dikhususkan terhadap riwayat kesehatan
terutama penyakit genetic dan penyakit keturunan, misalnya kejadian
diabetes, penyakit jantung, hiperkolesteromia, tekanan darah tinggi, stroke
penyakit ginjal, tuberculosis, kanker, anemia, alergi, asma, epilepsi dan lainlain.
Contoh :
Klien belum pernah menderita penyakit yang parah dan dalam keluarga
tidak ada riwayat penyakit genetic dan menular. Orang tua klien pernah
terkena stroke tetapi bisa sembuh total.
4. Riwayat Alergi
Disebutkan nama benda yang pernah membuat klien alergi. Yang perlu
ditanyakan adalah apakah klien alergi terahadap obat, makanan , kosmetik
dan lain-lain.
Contoh :
klien gatal jika makan ikan pindang, tetapi sampai sekarang kalau minum
obat tidak pernah gatal.

III. Pola fungsi kesehatan


1. Pola Kebiasaan klien
Cukup jelas
2. Data Psikologis, sosiologis dan spiritual
Cukup jelas

IV. PENGKAJIAN FISIK


Tanda-Tanda Vital
1) Suhu
Mengukur suhu tubuh (sublingual, axillar, rectal) lamanya pengukuran sesuai
dengan waktu yang tertera pada termometer, jangan lupa mengeringkan
axilla sebelumnya.
2) Nadi
Denyut nadi arterial menggambarkan perubahan tekanan pada ventrikel kiri
jantung yang dapat diketahui dengan meraba denyut nadi. Kecepatan denyut
nadi secara normal tergantung pada usia seseorang yang secara praktis
sebagai berikut :
Usia
Kecepatan
Irama
Amplitudo
Dibawah 1 bulan
90 170 x/mt
teratur
Kuat dan
mudah
Dibawah 1 tahun
80 160 x/mt
dipalpasi
2 tahun
80 120 x/mt
6 tahun
75 115 x/mt
10 tahun
70 110 x/mt
14 tahun
65 100 x/mt
Diatas 14 tahun
60 100 x/mt
3) Tekanan Darah
Tekanan darah arterial menggambarkan dua hal yaitu : besar tekanan yang
dihasilkan ventrikel kiri sewaktu berkontraksi (angka sistolik), dan besar
tekanan yang dihasilkan ventrikel kiri saat istirahat (angka diastole).
Tabel 2.2. Nilai normal berdasarkan umur sebagai berikut :
Usia
Nilai rataIrama
amplitudo
rata
Dibawah 1 tahun

63 (fluh
technique)

2 tahun

96/30 mmhg

4 tahun

98/60 mmhg

6 tahun

105/60 mmhg

10 tahun

112/64 mmhg

Remaja

120/75 mmhg

Dewasa

130/80 mmhg

teratur

Kuat dan
mudah
dipalpasi

Untuk mengukur tekanan darah atur posisi klien duduk atau berbaring, pada
lengan kanan atau kedua lengan, memompa secepat mungkin sampai 20-30
mm diatas hilangnya nadi. Tempatkan stetoskop dengan benar dan turunkan
air raksa dengan kecepatan 3 mm/detik dan dengarkan suara korotkof
dengan seksama sambil menempatkan ketinggian kedua mata mengikuti
turunnya permukaan air raksa.
Bunyi korothkof akan terdengar dengan nadi/fase pemompaan ventrikel :

K I : adalah bunyi pertama yang terdengar, sifatnya lemah, nadanya


agak tinggi, terdengar (tak, tek)

K II : Adalah bunyi sperti KI yang disertai bising (teksst, teksst ) atau


(tekrrd, terrd)

KIII : Adalah bunyi yang berubah menjadi keras, nada rendah, tanpa
bising (de:g, de:g)

KIV
: Saat pertama kali bunyi jelas melemah (de:g, de:g,)

KV : Saat bunyi hilang


Nilai sistolik diambil dari KI
Nilai diastoli diambil dari KIV

4) Respirasi rate
Frekwensi nafas
: . X/ menit
Di kaji frekwensi nafasnya normalnya adalah : 16 - 24 x/mt, dengan cara lihat
naik turunnya dada saat klien bernafas, kalau gerakan dada tidak tanpak
maka boleh dilihat gerakan perut saat nafas dan dihitung selama 1 menit.
Pemeriksaan Head to toe (kepala ke kaki)
1. KESADARAN
Tingkat kesadaran :
a) Compos mentis, yaitu Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelinglingnya.
b) Apatis, keadaan kesadaran yang segan untuk berhubunagn dengan
lingkungan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, tidak segera menjawab bila
ditanya.
c) Somnolent, keadaan kesadaran yang mau tidur saja. penderita dapat
dibangunkan dengan rangsangan suara yang keras. Bila rangsangan tiada
klien tertidur lagi.
d) Sopor/semi koma, keadaan kesadaran yang menyerupai koma, Penderita
hanya dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri.
e) Koma, keadaan kesadaran yang hilang sama sekali, penderita tidak dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri yang hebat.
GCS
Yaitu skala penilaian yang terdiri dari 3 indikator dari kesadaran, yaitu :
Membuka mata

Respon verbal
(bicara)

Respon motorik
(gerak)

Total skor 15
Total skor 8

parameter
Spontan
Atas perintah (suara)
Dirangsang (terhadap nyeri)
Tidak berespon

nilai
4
3
2
1

Orientasi baik
Bingung (kata baik, kalimat baik tetapi
membingunkan)
Kata baik tetapi kalimat tidak
Tidak keluar kata hanya suara
Tidak keluar suara sama sekali

5
4

Mengikuti perintah
Gerakan local (dapat menunjuk tempat)
Menarik diri (fleksi normal)
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak ada gerakan

6
5
4
3
2
1

: compos mentis
: koma

3
2
1

2. KEPALA, cukup jelas


3. RAMBUT , cukup jelas
4. MUKA
- asimetris
bells palsy
tic facialis
5. MATA

a. Konjungtiva
diperiksa dengan cara klien melihat lurus kedepan, tarik kelopak mata
bagian bawah dengan menggunakan ibu jari dan amati warnanya ,
misalnya anemic, infeksi, ikterik.

b. Pupil
Normal berbentuk bulat, sama besar (isokor), bila disinari diamernya
akan mengecil kiri dan kanan yang disebut refleks cahaya langsung dan
tak langsung.
c. Visus / ketajaman penglihatan.
Visus diperiksa kanan dan kiri satu persatu. Digunakan Optotype Snellen
yang dipasang pada jarak 6 meter dari penderita. Teknik pemeriksaan,
klien disuruh menyebut huruf / angka yang ditunjuk oleh pemeriksa.
Kemampuan menyebut sampai deretan huruf yang mana tercantum
ditepi ototype snellen.
Ketentuan nilai visus sebagai berikut :
- Visus mata emetrop diberi angka 6/6.
- Visus 6/60 hanya bisa menghitung jari-jari dari jarak 6 meter.
- Visus 6 / 300 hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 meter.
- Visus 6/ 400 hanya bisa melihat terang gelap.
- Mata buta tidak bisa melihat terang.
d. Medan penglihatan :
Diamati normal atau menyempit. Caranya adalah perawat berdiri didepan
klien. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara menutup mata
yang tidak diperiksa. Beritahu klien untuk melihat lurus kedepan dan
memfokuskan pada satu titik pandang, misalnya hidung perawat. Secara
perlahan gerakkan jari anda pada suatu garis vertical / dari samping,
dekatkan kemata klien secara perlahan-lahan dan anjurkan klien untuk

memberitahu sewaktu melihat anda. Dan seterusnya kemudian


sebelahnya.
e. Buta Warna :
Suruh klien melihat warna disekitar dan tanyakan apakah dia menjawab
dengan benar warna yang kita tunjuk. Selain itu bisa kita tanyakan
langsung apakah klien buta warna atau tidak. Kalau ya jenisnya apa.
Akan lebih baik jika klien dites dengan Buku ishihara.
6. TELINGA
Teknik memeriksa pendengaran dengan Garputala:
Pemeriksaan garputala dapat dilakukan dengan cara yaitu Rinne dengan
tujuan untuk membandingkan antara konduksi udara dengan konduksi tulang
dan Weber dengan tujuan untuk mengetahui lateralisasi fibrasi (getaran yang
dirasakan baik oleh telinga kanan maupun kiri)
Pemeriksaan ini harus dilakukan diruang yang tenang dengan cara kerja
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Rinne
Vibrasikan garputala, letakkan garputala pada mastoid kiri klien,
anjurkan klien untuk memberitahu sewaktu tidak merasakan getaran
lagi, angkat garputala dan pegang didepan telinga kiri klien dengan
posisi garputala parallel terhadap lubang telinga luar klien, anjurkan klien
untuk memberitahu apakah masih mendengar suara getaran atau tidak.
Normalnya suara getaran masih dapat didengarkan karena konduksi
udara lebih baik dari pada konduksi tulang
b. Pemeriksaan Weber
Vibrasikan garputala, letakkan garputala ditengah-tengah dahi klien,
Tanya klien mengenai sebelah mana telinga mendengar suara getaran
lebih keras.
Normalnya kedua telinga dapt mendengar secara seimbang, sehingga
getaran dirasakan ditengah-tengah kepala. Determinasikan apakah kien
mengalami gangguan konduksi tulang, udara atau keduanya.
7. HIDUNG
Persiapan, duduk menghadap kearah klien, pasang lampu kepala, elevasikan
ujung hidung dengan cara menekan hidung secara ringan dengan ibujari
anda, kemudian amati bagian interior hidung.Untuk mengamati lebih jelas
pakai speculum hidung.
- Septum hidung : ditengah atau tidak.
- Sekret hidung
: jernih atau purulent
- Polip
: ada atau tidak
8. MULUT, cukup jelas
9. GIGI, cukup jelas
10.
LIDAH, cukup jelas
11.
TENGGOROKAN, cukup jelas
12.
LEHER
Kelenjar thyroid
1) Inspeksi, dengan cara klien disuruh menelan dan amati gerakan kelenjar
thyroid pada takik suprasternal. Normalnya gerakan kelenjar thyroid tidak
dapat dilihat kecualai pada orang yang sangat kurus.
2) Palpasi, dengan cara perawt berdiri di belakang klien, tangan diletakkan
mengelilingi leher dan palpasi dilakukan dengan jari kedua dan ketiga. Bila
teraba kelenjar thyroid maka determinasikan menurut bentuk, ukuran,
konsistensi dan permukaanya.

Perhatikan gambar berikut :

13.
DADA
Simetris, yaitu ukuran dada kanan kiri sama.
Asimetris, yaitu ukuran dada kanan kiri tidak sama.
Retraksi, yaitu penarikan dada pada saaat bernafas kekanan atau kekiri,
kebawah, keatas dan lainnya
Ronchi, cirri khas ronchi adalah nada rendah dan sangat kasar terdengar
baik pada inspirasi maupun expirasi. Ciri lain akan hilang bila klien disuruh
batuk. Ronchi terjadi akibat terkumpulnya cairan mucus dalam trachea atau
bronkuhus bronchus besar (misalnya pada oedem paru).
Rales, bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi.
Whezing, adalah bunyi musical terdengar ngiiiik atau pendek ngiiik.
Yang bisa didapat. Pada fase inspirasi dan atau expirasi, bahkan biasanya
lebih jelas pada expirasi. Whesing terjadi karena adanya exudat, lengket
tertiup aliran udara dan bergetar nyaring. biasanya didapat pada bronchitis
akut.
Suara S1/S2 dan murmur
Yaitu mendengar bunyi jantung dengan alat stetoskop. Bunyi jantung adalah
bunyi menutupnya katup mitral dan trikuspidal serta bunyi menutupnya
katup aorta dan pulmonalis. Bunyi jantung pertama (S1) timbul akibat
penutupan katup mitralis dan trikuspidalis. Bunyi jantung kedua (S2) ,
timbul akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis. Biasanya S1 lebih
keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan nada S2 tinggi.
S1 didiskripsikan sebagai bunyi lub, dan S2 sebagai dub,, jarak kedua
bunyi adalah satu detik atau kurang.
Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode sistol
dan diastole, tetapi pemeriksa yang berpengalaman dapat mendengarkan
berbagai bunyi tambahan (S3 dan S4). S3 dan S4 dapat didengar lebih jelas
pada area apical dengan menggunakan bagian sungkup (bell) stetoskop. S3
timbul pada awal diatole yang terdengar seperti lub-dub-ee. S3 normal
terdengar pada anak-anak dan dewasa muda, maka bila didapatkan pada
orang dewasa maka dapat bertanda adanya kegagalan jantung. S4 jarang
terdengar pada orang normal , Bila ada ini terdengar saat mendekati akhir
diastole sebelum bunyi jantung pertama dan dinyatakan kira-kira seperti
dee-lub-dub (s4, s1, s2). S4 dapat sebagai tanda adanya hipertensi.
Auskultasi dilakukan pada 5 area utama untuk mendengarkan bunyi jantung
yaitu katup aorta, pulmonalis, trikuspidalis, apical dan epigastrik. Caranya
adalah anjurkan klien untuk bernafas secara normal dan kemudian tahan
napas saat ekspirasi, dengarkan S1 sambil melakukan palpasi pada nadi
karotis. Bunyi S1 seirama dengan nadi karotis berdenyut. Perhatikan
intensitas, adanya kelainan/variasi, pengaruh respires dan adanya splitting
S! (suara S1 ganda. Konsentrasikan pada diastole, perhatikan secara
seksama untuk mengetahui bunyi tambahan atau murmur, apakah ada
14.
ABDOMEN
Ascites, yaitu cairan dalam rongga perut mengikuti hukum gravitasi, selalu
berada dibagian bawah. Perkunsi dimulai dari tengah abdomen dengan klien

posisi terlentang, menyusuri didinding abdomen, perkunsi terus dilakukan


menuju kelateral. Perubahan suara dari timpani ke pekak merupakan batas
cairan ascites yang ada, kemudian klien dipindah dengan posisi miring /
lateral. Apabila memang ada cairan dalam rongga abdomen tentu akan
berpindah kebagian bawah mengikuti gaya gravitasi (gambar
15.
INTEGUMEN
Turgor, dinilai pada kulit perut dengan dicubit ringan. Bila lambat kembali
kekeadaan semula, menunjukan turgor turun, ini biasanya terjadi pada klien
dehidrasi.
Akral, bisa
- Hangat, terasa hangat pada kulit.
- Panas, terasa panas, biasanya pada klien yang terinfeksi.
- Dingin kering, klien dehidrasi terasa dingin kering.
- Dingin basah, klien hipertiroidisme terasa
lembab karena banyak
berkeringat.
Ikterus, adalah warna kuning kehijauan yang tanpak dikulit, telapak tangan
dan sclera mata karena kadar bilirubin yang tinggi pada penyakit hati
Dekubitus, adalah adanya luka akibat penekanan
Anemik / pucat, bisa dilihat pada telapak tangan, mucosa bibir, conjungtiva,
palpebra, warna dasar kuku karena kurangnya kadar Hb.
Cyanosis, telapak kulit berwarna kebiruan akibat jumlah reduced Hb
melebihi kadar 5 gr%, akibat kegagalan transport O2 atau menumpuknya
CO2 dijaringan, juga tanpak pada telapak tangan, mucosa bibir dan warna
dasar kuku.
Kemerahan, kulit normal karena terpenuhiya O2.
Pigmentasi, warna coklat pada kulit.
16.

EXTREMITAS
Kejang, adanya kekakuan otot disetai hentakan pada tubuh
Tremor, gemetar pada bagian tubuh akibat kelainan syaraf
Inkoordinasi, adanya kelainan koordinasi antara anggota extremitas lainnya
Parese, yaitu tidak adanya rasa pada bagian tubuh / kulit tertentu
Plegi, adalah kelumpuhan

DAFTAR PUSTAKA
Bates, Barbara,.(1998). Pemeriksaan Fisik. Jakarta : EGC
Potter, A.P & Perry, G.. (1995) . Fundamental of Nursing. Mosby Company. St.Louis.
Priharjo, Robert,.(1996). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC
PPNI. (200). Rancangan Standart Keperawatan. Jakarta : PPNI
Priharjo, Robert. (1996). Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta : EGC.
Santosa, Andi, Augustinus,.(1991). Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Akper ST. Carolus

Anda mungkin juga menyukai