TUJUAN PEMBELAJARAN
Se telah mempela jari keterampilan History Ta king / Anamnesis ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Mendapatkan riwaya t medis (bio-physical history) secara komplet dan akura t , dengan
tujuan untuk mengenali suatu pola ya ng bisa mengara h pada sua tu penyakit.
2. Menyusun suatu wa wancara medis yang efe ktif dan efisien dalam segi waktu tetapi
tetap dapat meningkatka n proses ”diagnostic reasoning ”.
3. Mengikutsertakan pasien dalam suatu proses interaktif, meningkatkan pemahaman
pasien, serta menjaga hubungan baik dengan pasien.
*Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta /RSUD dr
**
Moewardi Sura karta, Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
1
STRUKTUR KOMUNI KASI DOKTER-PASIEN
Ke mudian pada saat mela ksa nakan tahap – tahap komunikasi dokter pasien tersebut ada
dua hal yang harus selalu diperha tikan, yaitu :
2
Ke mampuan menjalin hubunga n / sambung rasa dengan pasien (building the
relationship ).
Ke mampuan menstruktur wawancara (structuring the consultation) .
Ke mampuan menjalin hubungan dan kemampuan menstruktur wa wancara harus selalu
digunakan (secara tepat) pada tiap taha p komunikasi dokter-pasien. Bisa dikata kan ketiga hal
tersebut harus bisa berjalan secara paralel pada saat wa wancara sedang berla ngsung.
Pa da modul Komunikasi II I (HISTORY TAKING/ ANAMNESIS) ini aka n dibahas lebih
lanjut mengenai proses mengumpulkan informasi (gathering informa tion) . Proses pengumpula n
informasi ini lebih lanjut aka n dise but sebagai proses ANAMNESIS.
ANAMNESIS
Anamnesis yang baik harus mengacu pada perta nya an yang sistematis, yaitu de nga n
berpedoman pada e mpat pokok pikira n (The Fundamental Four) da n tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven) .
Ya ng dimaksud dengan empa t pokok pikira n, adalah mela kukan anamnesis de nga n cara
mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekara ng (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kese hatan Keluarga
4. Riwayat Sosial da n Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis le bih lanjut, perta ma yang harus ditanyakan adala h
identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, sta tus pernikahan, aga ma dan pekerjaa n.
3
1. Lokasi (dima na ? menyebar a tau tida k ?)
2. Onset / awita n dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringa n atau bera t, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Fa ktor-faktor yang memperbera t keluhan.
6. Fa ktor-faktor yang meringankan keluha n.
7. Analisis sistem ya ng menyertai keluhan utama.
Anamnesis secara siste matis ini aka n dibahas secara rinci, yaitu :
1. Lokasi Sakit
Seorang pe nderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu dita nya kan lebih lanjut
secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu pe nderita diminta me nunjukka n
de nga n tangannya, dima na ba gian ya ng paling sakit dan penjalarannya ke ara h mana .
Bila pusa t sa kit di tengah (linea mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas da n
duode num; sebelah kiri lambung; sebelah kanan duodenum, hati, kandung empedu;
di atas hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung.
Pe njalaran nyeri te pat lurus di belakang me nunjukka n ada nya proses di pankreas a tau
duode num dinding belakang ; di punggung le bih ke atas lambung dan duode num; bawa h
belikat kanan kandung e mpedu; bahu kana n duodenum, kandung empedu,
diafragma kanan; ba hu kiri diafragma kiri.
2. Onset dan kronologis
Perlu ditanya kan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama.
Apakah keluhan itu timbul menda dak a tau perlahan-laha n, hilang timbul atau menetap.
Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati timbul secara
ritmik curiga ulkus peptikum, malam hari ulkus peptikum dan tiap pagi dispepsia
non ulkus.
4
biasanya menunjukkan proses pa da organ yang berongga (saluran cerna, e mpedu). Rasa
sakit yang tidak khas menunjukka n organ pada t (ha ti, pa nkreas).
4. Kuantitas (dera ja t sa kit)
Ditanyaka n seberapa bera t rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari
pe nyebab pe nyakitnya , te tapi sa nga t subje ktif, karena dipengaruhi antara lain kepe kaan
seorang penderita terhada p rasa sa kit, status e mosi dan kepedulian terhadap penya kitnya.
Dapat ditanyaka n apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegia ta n sehari-hari, pe kerjaan penderita atau a ktifitas fisik lainnya.
5. Fa ktor yang memperberat keluhan.
Ditanyaka n ada kah faktor-fa ktor ya ng memperberat sakit, seperti aktifitas makan, fisik,
keadaan atau posisi tertentu. Adakah makana n/ minuman terte ntu yang me nambah sa kit,
seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas makan/
minum mena mbah sakit menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan pankreas.
Aktifitas fisik dapat menamba h sakit pada pankrea titis, kholesistitis, apendisitis, perforasi,
peritonitis dan abses hati. Batuk, na fas dalam dan bersin menamba h sakit pada pleuritis.
6. Fa ktor yang meringankan keluhan.
Ditanyaka n a dakah usaha penderita yang dapa t memperingan sa kit, misalnya de nga n
minum antasida rasa sakit berkurang, me nunjukkan ada nya inflamasi di saluran cerna
ba gian atas. Bila posisi me mbungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses infla masi
dari pankreas a ta u hati.
7. Keluhan yang me nyertai
Perlu dita nyaka n keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan fa ktor pencetusnya,
misalnya bila penderita me ngeluh nyeri ulu hati, yang perlu ditanya kan lebih lanjut adalah :
- Apakah keluhan tersebut berhubunga n dengan a ktifitas maka n ?
- Bagaimana bua ng air besarnya, ada kah flatus ?
- Adakah ikterik ?
- Adakah pembengkakan, benjolan atau tumor, atau nyeri tekan ?
- Adakah demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-debar, keringat dingin
atau bada n lemas ?
- Adakah penurunan berat bada n ?
Dalam anamnesis alur pikir ya ng perlu diperhatikan adalah se bagai berikut :
1. Pe nde katan sistematis, sehingga perlu diinga t : Fundamental Four & Sacred Seven .
5
2. Mulai berfikir orga n mana yang terke na dan jangan berpikir penya kit apa, se hingga
pe nge tahua n ana tomi da n fisiologi harus dikuasai de nga n baik.
3. Anamnesis menggunaka n keterampilan interpersonal se hingga dibutuhkan pe nge tahua n
sosiologi, psikologi dan a ntropologi.
Berikut ini disa jikan bagan yang diharapkan dapat membantu pemahaman me nge nai
proses anamnesis.
6
Dari dua bagan di atas dapa t kita liha t ada beberapa bagian dari ”ANAMNESIS”.
7
3. Essential background information.
Baik dise ase framework ma upun illness framework termasuk dalam tahap further
exploration .
Dari dua bagan di atas dapat kita lihat pula bahwa tujuh butir mutiara anamnesis (The
Sacred Seven) merupakan bagian dalam ”disease frame work ”, dan berguna untuk me ncari
kemungkinan penyakit apa yang diderita pasien.
Untuk empat pokok pikiran (The Fundamental Four) da pat kita jabarkan seba gai
berikut : Riwa yat Penyakit Sekarang (RPS) bagian dari ”initial explora tion ”; Riwa yat Penyakit
Da hulu (RPD), Riwa yat Kese hatan Keluarga serta Riwayat Sosial da n Ekonomi merupakan
ba gian dari ” esse ntial background information ”.
8
6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, a tau yang membutuhkan suatu
keterangan tamba han.
7. Secara berkala buatla h ringkasan dari pernya taan yang dibua t pasien untuk memverifikasi
pengertia n a nda . Mintalah pasien untuk mengkoreksi pernya taan anda, ata u mintala h pada
pasien untuk me mberikan keterangan tambahan bila diperlukan.
8. Guna kan pertanyaan yang ringkas da n mudah dipa hami. Hindari menggunakan istilah –
istilah medis yang tidak dipahami pasie n.
9. Bua tlah urutan wa ktu sua tu kejadian.
CONTOH KASUS
9
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwa yat ja tuh disangkal
- Riwa yat batu ginjal disangkal
Riwayat sosial: Pasien tinggal se ndiri, bekerja sebagai salesman , dalam sepekan pada akhir
minggu mengelola se bua h peternakan kecil., hobi bermain bowling.
10
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN ANAMNESIS / H ISTORY TAKI NG
SKOR
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
MEMBUKA WAWANCARA
1 Me nyapa pasien
2 Me mperkenalkan diri
3 Me nunjukka n sikap hormat dan respek pada pasien
4 Me ngide ntifikasi dan mengkonfirmasi permasalahan pasien
5. Me negosiasikan agenda konsultasi
ANAMNESIS
6 Me nanyakan ide ntitas penderita
7 Me nanyakan keluhan utama
8 Me nanyakan lokasi
9 Me nanyakan onse t dan kronologi
10 Me nanyakan kualitas keluhan
11 Me nanyakan kuantitas keluhan
12 Me nanyakan faktor-faktor pe mberat
13 Me nanyakan faktor-faktor peringan
14 Me nanyakan ge jala penyerta
15 Me nanyakan riwaya t penya kit da hulu
16 Me nanyakan riwaya t kesehatan keluarga
17 Me nanyakan riwaya t sosial e konomi
18 Me nanyakan kebiasaan pribadi
19 Penggunaan bahasa ya ng mudah dipa hami pasien
20 Me ngguna kan pertanyaan terbuka secara tepat
21 Me ngguna kan pertanyaan tertutup secara tepa t
MENUTUP WAWANCARA
22 Me nanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewa t
23 Me nutup wa wancara dengan membua t suatu ringkasan
24 Me mbua t kesepakatan dengan pasie n (contracting )
SAMBUNG RASA DENGAN PASIEN
25 Me nunjukka n tingkah laku (non verbal) yang sesuai
26 Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan a ta u
menulis), tidak sampai mengganggu proses wa wancara
dengan pasien.
27 Tidak mengha kimi
28 Me mberikan e mpati dan dukungan terhadap pasien
29 T ampa k perca ya diri
KETERAMPILAN MENSTRUKTUR WAWANCARA
30. Me ngguna kan signposting
31 Me njalankan wa wancara dengan urutan yang logis/ tepa t
32 Me mperha tika n waktu
JUMLAH SKOR
11
Ke tera nga n :
12
PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER
A. PENDAHULUAN
Dalam upa ya penegakkan diagnosis, seorang klinisi harus menguasai ba gaimana
melakukan ana mnesis (wawancara) dan pemeriksaan fisik yang sistematis dan benar. Banya k
hal ya ng dapat digali pada anamnesis sehingga dengan anamnesis yang baik, seorang dokter
da pat mengarahkan kemungkinan dia gnostik pada seorang penderita , sehingga dalam
melakukan pemeriksaa an fisik dapa t melakukannya secara cermat dan siste matis. Pe meriksaa n
fisik yang perta ma kali dilakukan adalah memeriksa keadaan umum dan tanda vital, kemudian
pe meriksaan ke pala dan le her.
*Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Mare t Surakarta / RSUD dr
Moewardi Surakarta, # Bagia n Fisiologi Fa kultas Kedokteran Universitas Sebelas Mare t Surakarta /Skills
Lab Fa kultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
13
Pe nampilan wa ja h sering merupa kan ciri suatu penyakit, misalnya fasies leonina yang
terjadi pa da pe nderita kusta . Wajah mongoloid maupun pada penyakit Parkinson sanga t khas,
yaitu wajah tanpa ekspresi/ wa jah topeng. Adanya asimetri wajah menunjukkan kemungkinan
adanya kelumpuha n pada syara f kranial teruta ma nervus fasialis atau Bells palsy . Asimetri pada
wajah dapa t mengarahkan adanya kelainan pa da kelenjar parotis a kiba t parotitis ataupun tumor
pa da parotis.
14
D. PEMERIKSAAN RAMBUT
Dalam melakukan pemeriksaan pada ra mbut, yang harus diperhatikan adalah warna,
jumlah dan distribusi rambut. Pada alopesia areata terjadi kerontoka n rambut yang terjadi
mendadak dan berbentuk oval maupun bula t tanpa disertai adanya tanda-tanda inflamasi.
Pe nderita malnutrisi, rambut a kan mudah dicabut, berwarna kecoklatan dan kering.
15
Ga mbar 4. Abnormalitas yang terlihat pada inspeksi mata
A. Kala zion E. Conjunctival inje ction pada konjungtivitis
B. Strabismus F. Subconjungtival bleeding
C. Ektropion G. Keratitis
D. Ptosis H. Katarak
16
Gusi dan gigi
Perhatikan : inflamasi, oedema, perdara han, re traksi a tau perubahan warna gusi, gigi
tanggal atau hilang.
Langit-langit mulut
Perhatikan warna dan bentuk langit-langit mulut, kemungkinan ya ng ditemukan : torus
pala tinus.
Lidah
Perhatikan pula dasar mulut, termasuk warna dan papila. Kemungkinan yang ditemukan
: glositis, paralisis syaraf kra nial ke-12.
Faring
Mintalah pasien untuk membuka mulut, dengan bantuan tongue spatel lidah kita tekan
pa da bagian tengah, mintalah pasien mengucapkan ”aaah” . Perhatikan warna a ta u
eksudat, simetri dari langit-langit lunak. Kemungkinan yang ditemukan : faringitis,
paralisis syaraf kranial ke-10.
CHVOSTEK’ SIGN
Pe meriksaan ini patognomonis untuk te ta ni, yaitu dengan melakukan ketoka n ringan
pa da cabang nervus fasialis dalam kelenjar parotis, tepat atau sedikit di bawa h arkus
zigomatikus (di depa n liang telinga luar), yang akan menimbulkan kontraksi atau spasme otot-
otot fasialis (sudut mulut, ala nasi sa mpai seluruh muka) pada sisi yang sama. Ini disebabkan
kepekaa n berlebiha n dari nervus fasialis.
17
H. PEMERIKSAAN LEHER
Inspeksi pada leher untuk meliha t adanya asimetri, de nyutan abnormal, tumor,
ke terbatasa n gerakan dalam ra nge of motion (ROM) maupun pembesaran kelenjar limfe dan
tiroid.
Pe meriksaan palpasi leher dilakukan pada tula ng hioid, tulang rawan tiroid, kelenjar
tiroid, muskulus sternokleidomastoideus, pembuluh karotis dan kelenjar limfe. Pemeriksaan
dilakukan pada kedua sisi (bila teral) bersamaan.
Ga mbar 6. Inspe ksi kelenjar tiroid, kiri : saa t istira hat, kanan : pada gerakan menelan
PALPASI LIMFONODI
Pa da keganasa n kelenjar getah be ning, terutama limfoma, dinilai kelenjar mana saja
yang membesar, multipel atau tidak, mobile atau terfiksasi, keras, nyeri te kan atau tidak,
adaka h luka pada kelenjar tersebut.
18
Gambar 7. Limfonodi leher
Limfadenopati ya ng ha nya berukuran kecil, discrete dan mobile dapat bersifat fisiologis.
Adanya nyeri te kan menunjukkan inflamasi. Limfadenopa ti yang keras pada palpasi da n
terfiksasi mengindikasikan keganasan.
Ga mbar 8. Palpasi limfonodi, kiri : lnn. preaurikuler, tengah : lnn. Cervicalis anterior dan posterior,
kanan : lnn. Suprakla vikularis
19
Gambar 9. Kiri : pocket lymphadenopathy cervicalis porterior pada TBC, kanan :
metastase karsinoma nasofaring ke kelenjar limfe leher
20
Pa da posisi setengah duduk 45 derajat (dalam keadaan rileks) titik perpotongan vena jugularis
de nga n klavikula a kan berada pada bida ng horizontal kira-kira 5 cm diatas titik nol. Jika ba tas
atas denyut vena terlihat di atas kla vikula , maka te kanan ve na jugularis pasti meningka t.
Pa da keadaa n gagal jantung maka tekanan vena jugularis akan meningkat, yang
menunjukkan terhamba tnya pengisian ventrikel. Pada kea daan yang lebih dini dari gagal
jantung akan terjadi konstriksi vena sebelum pe ningkatan te kanan vena terjadi. Manifestasi
ge jala ini dapa t terlihat pada refluks hepatojuguler yang dapat dilakukan sebagai berikut :
pe nderita dibiarkan bernafas biasa, kemudia n dila kukan peneka nan pa da daera h di bawa h
arkus kosta ka nan yang menyebabkan meningkatnya tekanan vena jugularis karena
berpindahnya sebagian darah dari hepar akibat penekanan tersebut.
21
vena yaitu gelombang a diseba bkan karena aktivitas atrium, gelombang c kare na menutupnya
ka tup trikuspid, serta gelomba ng v yang merupa ka n desakan katup wa ktu akhir sistol ventrikel.
22
Jika terdapat pembesaran kele njar tiroid dinilai ukura nnya, bentuknya , ada kah nodul
pa da permukaannya (halus a ta u berbenjol-benjol), a dakah nyeri te kan, dan apakah bergera k
mengikuti geraka n menela n atau terfiksasi.
PALPASI TRAKEA
Perhatikan se tiap adanya deviasi pada tra kea. Cara memeriksanya dengan mele ta kkan
jari telunjuk pada diantara trakea da n sternomastoid. Ba ndingka n pada kedua sisi. Te mpatnya
yang normal seharusnya simetris di kanan-kiri linea mediana.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bate’s Guide to Physical Examination a nd History Ta king, electronic version , 115-208
23
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan Kepala
1 Bentuk dan ukuran kepala
2 Pemeriksaan wajah
3 Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan mata
4 Posisi dan kese ja jara n mata
5 Alis dan kelopa k mata
6 Sklera dan konjungtiva
7 Lensa
Pemeriksaan Telinga
8 Bentuk dan ukuran
9 Pemeriksaan Chvostek sign
Pemeriksaan Hidung
10 Inspe ksi permukaa n luar
11 Pemeriksaan mukosa
12 Pemeriksaan septum nasi
Pemeriksaan Mulut dan Faring
13 Bibir
14 Mukosa oral, gigi dan gusi
15 Lidah dan pala tum
16 Faring dan Laring
Pemeriksaan Leher
17 Inspe ksi Le her
18 Kelenjar Limfe
19 Kelenjar thiroid
20 Mengukur JVP
21 Pemeriksaan trakhea
SKOR TOTAL
Pe njelasan :
0 Tidak dila kukan mahasiswa
1 Dilakukan, ta pi belum se mpurna
2 Dilakukan de ngan sempurna , atau bila aspe k tersebut tidak dilakukan mahasiswa kare na
situasi yang tida k memungkinkan (misal tida k diperlukan dalam skenario yang sedang
dila ksana kan).
24
PEMERIKSAAN PAYUDARA
Kristanto Yuli Yarsa*, Na nang Wiyono**
1. PENDAHULUAN
Pe meriksaan payudara merupa kan prosedur untuk mencari kelainan pada payudara.
Pe meriksaan payudara merupa kan sala h satu pemeriksaan yang diguna kan untuk skrining
keganasan payudara . Pemeriksaa n ini tidak dapa t digantikan dengan pemeriksaan yang lain,
seperti mamogra fi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan ole h penderita se ndiri secara rutin a tau
oleh dokter. Pemeriksaan pa yudara dianjurkan dikerjakan secara rutin untuk wanita usia 20-40
tahun, terutama pada penderita dengan risiko tinggi. Diagnosis dini dari kelainan pada
pa yudara dapat menghindarkan wanita dari operasi ya ng besar dan meningkatka n
kemungkinan untuk se mbuh.
2. ANATOMI
Pa yudara merupakan kelenjar yang me mproduksi ASI ya ng tersusun dari unit yang
disebut lobulus. Kelenjar payudara dihubungka n melalui sekumpulan duktus laktiferus yang
bergabung me mbentuk salura n drainase , berakhir di papilla mammae . Papilla mammae
dikelilingi jaringan yang hiperpigmentasi disebut areola mammae. Jaringan fibroelastik da n
jaringan lemak berfungsi menyokong struktur payudara. Pa yudara terdapat di atas muskulus
pe ktoralis mayor, ya ng terdapa t di dinding thoraks anterior. Terletak setinggi kosta I I hingga
kosta VI dan dari sternum hingga linea a ksilaris me dia. Sedangkan papilla mammae terle ta k
se tinggi sela iga (spa tium intercostale – SIC) IV.
Ba tas-batas payudara :
a. Superior : kla vikula
b. Inferior : inframa mmary crease (bra line)
c. Medial : sternum
d. La teral : a ksila
*Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/ RSUD dr Moewardi Surakarta,
** Labora torium Ke terampilan Klinis/ Bagian Ana tomi Fa kultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Sura karta.
25
Gambar 1. Kedudukan payudara di dinding thora ks
m. Pectoralis mayor
Vena Subklavia
Limfonodi subklavia
Vena axillaris
Limfonodi axilla
Lemak
Lobulus Papilla mammae
Areola mammae
m. Serra tus anterior
26
Gambar 3. Aliran lymphe glandula mammae
Jika ditemukan masa atau keadaa n abnormal di pa yudara, lokasinya dapat kita
deskripsikan pada salah satu kuadran. Dapat juga kita deskripsikan berdasarkan ga mbaran jam
pa da permukaa n payudara.
-
27
Pa yudara dibagi menja di 4 kuadra n yaitu :
- Superior de kstra
- Superior sinistra
- Inferior sinistra
- Inferior dekstra
3. Anamnesis
Untuk melakukan diagnosis adanya kelainan payudara dilakukan anamnesis secara
umum dilanjutkan anamnesis khusus, meliputi :
a. Keluhan di pa yudara dan ketia k :
- Benjola n di payudara, kecepa tan tumbuhnya
- Rasa sa kit yang berhubungan dengan menstruasi
- Cairan keluar dari puting, berdarah a ta u tida k
- Puting retraksi, meninggi atau melipa t
- Perubaha n kulit di payudara , borok a tau ulserasi
- Benjola n dan rasa sakit di ketiak
- Ede ma lengan
b. Riwayat sebelumnya :
- Biopsi a tau operasi pa yudara atau tempa t lain
- Pema kaia n oba t-oba ta n, hormon, termasuk pil KB dan lama pemakaiannya
c. Riwayat reproduksi :
- Usia menarche
- Frekuensi menstruasi, la ma menstruasi, tera tur atau tidak
- Jumlah kehamilan, a nak, laki-la ki ata u perempuan, abortus
- Riwayat menyusui, lamanya me nyusui
- Usia menopause, suda h berapa lama me nopause
- Penting : anamnesis keluarga lengkap
d. Riwayat keluarga :
- Sehubungan dengan pe nyakit kanker lain (Ca ovarium, Ca re kti, sarkoma jaringa n
lunak)
- Hubungan keluarga : ibu, adik, kakak, bibi
28
e. Keluhan-keluha n yang berhubungan dengan metastase :
- Sakit tula ng, sakit punggung
- Batuk, sesa k nafas
- Kelelahan umum
4. Pemeriksaan Fisik
Sanga t penting pada saa t pemeriksaan supaya penderita dalam keadaan senyama n
mungkin, kita jelaskankan maksud dan tujuan pemeriksaa n, tangan pemeriksa da n kamar
dalam keadaan hangat de nga n kamar periksa mempunyai penerangan yang cukup. Bila dokter
pria, saat melakukan pemeriksaan sebaiknya ditemani paramedis wanita.
a. Inspeksi :
Pe nderita diminta untuk membuka pakaian sampai ke pingga ng. Pemeriksaan dilakuka n
de nga n posisi pe nderita duduk menghadap dokter de nga n kedua le nga n penderita di samping
tubuh dan di pinggang.
1) Perha tika n apakah ke dua payudara simetris. Bandingka n bentuk atau kontur dari kedua
payudara , ukuran dan isi dari kedua pa yudara. Le tak papilla mammae juga dibandingkan
dari kedua payudara. Letaknya biasanya di SIC 4 atau 5 pada linea mid klavikularis untuk
penderita pria atau wanita muda. Kare na faktor usia atau bila sudah terdapat banyak lema k
atau kelenjar susu maka posisi puting menjadi sanga t bervariasi.
2) Diliha t ada kah nodul pada kulit yang berbentuk seperti papula ya ng dapat merupaka n
nodul satelit pada kega nasan. Bila ada, dilihat bagaima na bentuknya, berapa jumlahnya,
dimana letaknya, warnanya .
3) Ada kah perubahan warna ? Peruba han warna kemerahan menunjukan adanya peningka tan
aliran darah sekunder yang disebabka n oleh inflamasi. Dapat juga disebabkan keganasa n
terutama bila segmen atas ditemukan dilatasi dari vena .
4) Ada kah luka /borok. Erosi pada aerola atau puting payudara biasanya a kan tertutup ole h
krusta sehingga bila krusta dia ngkat baru akan terlihat kulit yang mengalami erosi. Erosi
pada aerola karena kelainan kulit biasanya melibatka n kedua sisi sedangkan pada
keganasa n atau Paget’s disease biasanya ha nya satu sisi.
5) Ada kah bengkak pada kulit ? Bengka k yang diseba bkan karena infeksi da n sumba ta n
saluran limfe secara mekanis akan memberikan bentuk yang berbeda . Sumbatan karena
meka nis atau limfede ma akan memberikan ga mbaran peau d’orange atau orange peel
29
atau pig skin . Biasanya kare na ada nya infiltrasi ke ganasan pada limfonodi a tau jalur
limfenya.
6) Ada kah kulit yang tertarik (dimpling) . Dimpling ini bila ada a kan sangat mudah terliha t dan
merupa kan pe tunjuk ke arah keganasan, walaupun dapat juga disebabkan ole h bekas
trauma , sikatriks pasca operasi a tau bekas infeksi sebelumnya . Keadaan ini mungkin baru
akan nampak bila penderita mengangka t ta nga nnya di a tas kepala. Cara yang lain dengan
membungkukkan pasien di pinggang, da gu dan bahu mengara h ke depan. Adanya le kukan,
tarika n atau kulit yang tidak rata aka n se gera terlihat.
7) Ada kah nipple discharge a tau keluar cairan dari papilla mammae ya ng perlu dilakuka n
pemeriksaan lebih la njut pada saat palpasi. Re traksi dari papilla mammae mungkin
merupa kan pertumbuhan tumor ganas yang telah me nginfiltrasi duktus laktiferus yang
menjadi re traksi dan fibrosis. Ta pi juga perlu diingat bahwa retraksi da pat terjadi secara
kongenital, biasa nya bilateral.
Inspeksi juga dila kukan dalam posisi penderita duduk dengan lengan di pinggang da n
de nga n le nga n diangkat di a tas kepala. Pada saa t lengan diangka t ke a tas kepala, kita berusaha
mencari a danya fiksasi kulit atau puting pa da kelenjar pa yudara ata u ada nya distorsi bentuk
pa yudara karena a danya massa dan fiksasi. Axila juga diinspeksi untuk melihat ada tida knya
pe mbengka kan akiba t pembesara n limfonodi karena tumor atau karena infeksi, dita ndai dengan
adanya perubahan warna ke merahan.
30
c. Lengan di pinggang d. Sedikit membungkuk ke depa n
Ga mbar 5. Posisi pasien saat inspeksi
b. Palpasi
Perlu diingat hasil palpasi dari payudara normal sangat bervariasi. Ini memerluka n
waktu da n pengalaman. Kelenjar susu yang berlobulasi dapat disalahpersepsika n sebagai
massa . Lemak subkuta n juga menyebabkan perbedaan hasil dari palpasi payudara.
Juga perlu diingat menjelang menstruasi dan saat hamil payudara me njadi
membengkak, berlobus dan lebih sensitif. Se tela h menstruasi, pa yudara a ka n mengecil & le bih
lembek. Pada saat keha milan, payudara menjadi besar da n keras dengan lobulasi yang jelas
sehingga menyulitkan palpasi tumor.
Bila penderita mengeluh terdapa t benjola n pada salah satu payudara , te ta p lakuka n
seluruh prosedur pemeriksaan dengan memulai palpasi pada sisi ya ng sehat terlebih dahulu
agar tida k terle wat bila ada kelaina n yang lain. Prosedur yang direkomendasikan yaitu
31
pe meriksaan dimulai dari lateral atas dari tiap payudara, melingkar seara h jarum jam ke arah
dalam sampai ke tengah, dilakukan dengan tekana n yang ringan.
Gambar 6. Palpasi pa yudara pada posisi b erbaring, tangan pasien di bawah kepala
Palpasi harus dilakukan pada dua posisi, yaitu pa da saa t penderita duduk dan
terle ntang. Pada saat terlentang ba hu dinaikkan sedikit de nga n me ngganjal punggung a tas
de nga n bantal. Pemeriksaan dila kukan dengan lembut menggunaka n seluruh jari menda tar
pa da sa tu tangan. Akan me mbantu bila pa da saat memeriksa bagia n medial tangan dile takka n
di belakang ke pala, bila memeriksa ba gian la teral ta nga n penderita dile takka n di samping
ba dan.
Pa da saat penderita duduk, pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan payudara di
antara kedua tangan pemeriksa. Teknik ini sanga t mungkin untuk me nde teksi lesi pada
subareola a tau daerah puting, kare na duktus laktiferus a kan berkumpul di se kitar puting. Bila
terdapat massa di ba wah puting kemungkina n tidak akan teraba bila penderita berbaring. Saat
pe nderita duduk, pa yudara dile takka n di antara kedua tangan maka massa di bawa h puting
sanga t mungkin teraba . Untuk menentukan massa pada payudara mobile a ta u terfiksasi, dinilai
menggunakan sa tu tangan. Sa tu tangan me nekan massa perlaha n-lahan, bila massa dapat
digera kkan a tau berkapsul ma ka massa aka n menggelincir menjauh dan me nghilang, bila
teka nan dihila ngkan maka massa akan ke mbali.
32
Gambar 7. Palpasi untuk menentukan massa mobile atau terfiksasi
Bila pemeriksa mencurigai adanya discharge dari puting, maka cara untuk
menemukannya adala h dengan melakuka n pijatan pada payudara ke arah puting secara
lembut. Dengan demikian bila ada discharg e akan dapa t diketahui da n dari duktus mana
discharge tersebut berasal. Bila ditemukan suatu discharge yang hemoragis maka perlu
dilakukan pemeriksaan sitologis dengan menampungnya pada preparat dan difiksasi.
Daerah a ksila dan suprakla vikula diperiksa bergantian de nga n pe nderita pada posisi
duduk. Pa da pemeriksaan aksila sangat penting untuk untuk melemaskan fasia a ksilaris. Untuk
33
da pat melakukan ini maka lengan penderita harus dita han / disa ngga dengan tangan pemeriksa.
Dilakukan palpasi dari bagian lateral atas thoraks sampai dengan apeks dari aksila . Sema kin
ha ti-hati pemeriksa, maka semakin ba nya k informasi yang didapa t. Untuk pe meriksaa n
pa yudara pada penderita dengan obesitas hasilnya kurang dapa t diperca ya .
Pe meriksaan limfonodi supraklavikularis sangat tepat bila dila kukan de nga n pemeriksa
berdiri di belakang penderita. Berapa banyak benjola n dan konsistensinya harus dicata t.
Pe meriksaan ini tida k dapa t membedakan apa kah pembesaran kele njar ini diseba bka n ole h
tumor a tau infe ksi.
34
Bila dari pemeriksaan palpasi payudara dida patkan nodul, maka hal-hal yang perlu
dilaporkan adalah :
1. Le ta k lesi yang dilaporka n sesuai de nga n kua dran payudara.
2. Jumlah nodul : apakah nodul tunggal atau multiple , bagaimana hubunga n a ntar nodul
(soliter atau menya tu).
3. Sensitivitas : apaka h nodul nyeri bila ditekan.
4. Konsiste nsi nodul : keras seperti ba tu, ke nyal, lunak atau kistik.
5. Fiksasi pada dinding dada , apa kah mele kat pada dinding dada a tau dapat digera kka n
dari dinding dada .
6. Fiksasi pa da kulit, apakah nodul menginfiltrasi atau ba hkan menembus kulit.
7. Adakah perubaha n warna kulit.
8. Adakah perubaha n suhu kulit di atas nodul dibandingkan suhu kulit di daerah se kitarnya.
9. Apakah disertai adanya nodul pada limfonodi a ksila dan suprakla vikularis. Nodul pada
kelenjar aksila dan supraklavikularis juga harus dilaporkan secara rinci sesuai denga n
nodul pada payudara .
DAFTAR PUSTAKA
35
CHECKLIST PENI LAIAN
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA
Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1. Me nyia pkan pasien dan menjelaskan tujuan pemeriksaan
Melakukan a namnesis khusus pa yudara, meliputi :
2. - Mena nya kan keluhan yang berhubungan dengan pa yudara
3. - Mena nya kan riwayat reproduksi
4. - Mena nya kan riwayat pe nya kit sebelumnya
5. - Mena nya kan riwayat pe nya kit keluarga
6. - Mena nya kan keluhan yang berhubungan dengan metastasis
Melakukan da n melaporka n hasil pemeriksaan inspeksi (pasien
duduk, 2 posisi), meliputi :
7. - Simetri
8. - Adanya nodul
9. - Adanya perubahan warna kulit
10. - Adanya luka /borok
11. - Adanya bengkak pada kulit
12. - Adanya kulit yang tertarik
13. - Adakah nipple discharge
14. Melakukan da n melaporkan hasil pemeriksaa n inspeksi pada
maneuver pektoralis.
15. Melakukan dan mela porkan hasil pemeriksaan palpasi dengan
benar (pasien dalam posisi duduk).
16. Melakukan dan mela porkan hasil pemeriksaan palpasi dengan
benar (pasien dalam posisi berbaring).
17. Melakukan da n melaporkan hasil pemeriksaan palpasi limfonodi
a ksila da n supra klavikula dengan benar.
18. Me mberita hukan hasil pemeriksaan kepada pasien
JUMLAH SKOR
Pe njelasan :
0 Tidak dila kukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum se mpurna
2 Dilakukan de nga n sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperluka n dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).
36
PEMERIKSAAN ABDOMEN DAN HERNI A
A. Pendahuluan
Ke tera mpilan pemeriksaan fisik abdomen pada semester ini diteka nkan untuk mencapai
tingka t ke tera mpila n yang tinggi untuk pemeriksaa n abdomen dan hernia.
B. Tujuan
Tujuan yang dihara pkan dalam ke terampilan medis ini adalah diharapkan mahasiswa
mampu melakukan pemeriksaan abdomen dan hernia. Diharapkan setelah pembela jara n
mahasiswa :
*Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Mare t Surakarta / Skills Lab Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, **Bagian Ilmu Penyakit Dala m Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta / RSUD Dr Moewardi Surakarta , # Skills Lab Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Mare t Surakarta.
37
C. PEMERI KSAAN FISIK ABDOMEN
Dinding a nterior abdomen a dalah muskulus rectus abdominis, dapat ditemukan apabila
seseorang dalam posisi terle ntang mengangka t kepala dan bahunya (ga mbar 1). Untuk tujuan
deskripsi, biasa nya abdomen dibagi me njadi 4 kuadra n menurut dua garis imaginer yang saling
tega k lurus dan berpotongan di umbilikus. Berdasarkan pe mbagian ini dida patkan 4 kuadaran,
yaitu :
RUQ : Right upper quadrant LUQ : Left upper quadrant
RLQ : Right lower quadrant LLQ : Left lower quadrant
Sistem pe mbagian yang lain, abdomen dibagi menjadi sembilan regio :
1. Hypokhondrium de kstra
2. Epigastrium
3. Hypokhondrium sinistra
4. Lumbalis de kstra
5. Umbilikalis
6. Lumbalis sinistra
7. Iliaka dekstra
8. Hipogastrium
9. Iliaka sinistra
M. Rectus abdominis
Linea mediana
Umbilicus
Lig inguinalis
Simphisis pubis
38
Ga mb ar 2 . Dinding a bdomen (Adopted From
Ba tes Guide T o Physical Exa mina tion a nd
History Ta king)
Hepar
Aorta abdominalis abdominis
Colon transversa
Arteri Ilia ka
Uterus
Vesika urinaria
Peme riksaan a bdome n pada ke la inan jantung teru ta ma me nca ri k ea daan -keadaan dis-
ebabkan ole h paya h ja n tung, misalnya bendunga n hepa r/ he pa tomegali kadang -ka dang
dise rtai dengan asites. Pada paya h ja ntu ng, hepa r a ka n membesar kare na be ndungan da ri
ve ntrike l k ana n. Hepar a ka n terasa ke nya l dan nyeri te kan. Pa da kea daa n lanjut da n
me nahu n he par a kan te ra ba keras dan mungkin ta k nyeri te kan la gi. Pada regurgit asi
trikuspid ya ng bera t, ka dang-kada ng kita aka n me ra ba hepar yang be rdenyut sesuai de nga n
kontra ksi a trium, ka dang-kadang disertai pula de ngan bendunga n pada lien .
Pada bebe ra pa kea daa n pulsasi a orta a bdominalis a ka n teraba kua t didae rah a bdome n
se belah kiri misalnya pa da insufisiensi aorta . Pada aneurisma a orta abdominalis, aorta
39
tera ba ama t membesar de ngan pulsasi nya ta . Pa lpasi abdome n pa da ke ada an ini ha rus ha ti-
ha ti karena dapa t menyeba bka n kedarura ta n jika ane urisma te rsebu t pecah .
Pada pe meriksa an abdome n sering a ka n ditemukan a dan ya bruit a tau bising pe mbuluh
ya ng dapa t dise babka n ole h stenosis dan biasanya me nya ngku t pe mbuluh-pembulu h
ca bang aorta .
Pada insufisie nsi trikuspid yang bera t, misalnya kare na stenosis mitral denyuta n vena
fe moralis a kan lebih mencolok diba ndingkan den gan arteri yang pa da ke ada a n itu aka n
me ngecil kare na a liran sistemik ya ng re nda h.
Inspeksi
De nga n berdiri di sebelah kanan penderita, perhatikan :
1. Kulit
Perha tika n jaringan parut dan vena-vena .
Kemungkinan ya ng ditemukan : pink purple striae pada Cushing’s syndrome , dilatasi vena
pada sirosis hepatis atau obstruksi vena ca va inferior.
2. Umbilikus
Perha tika n bentuk, lokasi dan adanya tanda-ta nda inflamasi atau hernia.
3. Bentuk perut
Perha tika n simetri, pembesaran organ atau ada nya massa. Perhatikan juga daerah inguinal
dan femoral.
Kemungkinan yang ditemukan : tonjolan nyata, tonjolan suprapubik, hepar atau limpa
yang membesar, tumor.
4. Adanya gelomba ng peristaltik :
Normal ditemukan pada orang ya ng kurus. Abnormal pada obstruksi gastrointestinal.
5. Adanya pulsasi :
Normal : pada ora ng kurus terlihat pulsasi aorta abdominalis
Ane urisma aorta : terlihat massa dengan pulsasi
Auskultasi
De ngarkan suara bising usus dan catat jumla h frekuensi. Normal 5 sampai 34 permenit. Ada
be berapa kemungkinan yang da pat ditemuka n, a ntara lain :
1. Bising usus dapa t meningkat a tau menurun. Perubahan didapa tkan pada diare , obstruksi
usus, ileus paralitik da n peritonitis.
40
2. Desiran, didapa tkan pa da stenosis arteri renalis.
3. Friction rubs , didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus.
PERKUSI
Berguna untuk orientasi abdomen, untuk meyakinkan pemeriksaan ha ti, lie n dan
mengidentifikasi ada nya cairan asites, benda padat, massa yang terisi cairan dan udara bebas
di perut serta usus.
PERKUSI HEPAR
Prosedur pe meriksaa n :
Perkusi ringan perut di linea mediokla vikularis kanan di bawah level umbilikus ke arah ha ti
(di daerah timpani bukan pe kak).
Beri ta nda tempa t perubahan pekak yang merupakan batas bawah hati.
Perkusi dari daerah redup paru ke bawah pada garis yang sama .
Beri ta nda ba tas peraliha n ke pe kak.
Ukur panjang a ntara 2 tanda tersebut yang merupakan ”liver spans ” (tinggi ha ti).
41
Bila hati membesar perkusi tempa t lain dan beri ta nda batas tepi hati.
Liver span normal : 6-12 cm.
Pa da pe nya kit paru obstruktif pekak hati menurun te tapi liver span normal.
Liver span meninggi : hepatomegali (he patitis, CHF), efusi ple ura kanan.
Liver span menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara be bas di ba wah dia fragma .
6 – 12 cm pada linea
medioklavikularis sinistra
42
PALPASI HATI
Langkah pemeriksaan :
Letakkan tangan kiri a nda di bela kang penderita sejajar da n menopang iga 11 dan 12.
Ingatkan penderita untuk rile ks.
T ekankan tangan kiri ke ke depan sehingga hati akan muda h teraba dari depan.
Letakkan tangan kanan anda pada perut sisi kanan la teral otot rektus de ngan ujung jari
tangan tepat di ba wah daerah pekak hati.
Ara h jari bisa ke arah kepala penderita .
Minta penderita menarik nafas dalam. Raba tepi hepar yang menyentuh jari anda. Catat
adanya rasa sakit.
Palpasi seluruh tepi hati, gambar batas bila membesar.
Ukur jarak dari tepi kanan arkus kosta pada garis midklavikula ke arah garis yang dibuat.
43
Ga mbar 8. Palpasi hepar
PALPASI LIEN
De nga n melingkari penderita, tangan kiri diletakka n di bela ka ng bagian bawah iga-iga kiri
da n didorongka n ke depan.
Untuk memulai palpasi letakkan tangan kanan di bawah dugaan tepi limpa dan tekanka n
ke arah limpa.
Minta penderita bernapas dalam dan rasakan tepi limpa yang a kan turun ke ba wah da n
menyentuh jari anda .
Se telah te pi limpa teraba lanjutkan palpasi ke arah lateral dan medial di mana a kan teraba
incisura.
44
PALPASI GI NJAL
Ginjal kanan :
Le ta kkan ta nga n kiri di belakang penderita tepat di bawah dan paralel dengan iga 12 dan
ujung jari tepat di sudut kostovertebra ka nan, kemudian dorong ginjal ke arah depa n.
Le ta kka n tangan kanan secara halus di kwadra n kanan atas di lateral dan paralel terhadap
tepi otot rektus sedikit di bawah lengkung iga ka nan.
Minta penderita bernapas dalam. Pada akhir inspirasi te kan tangan kana n kua t dan dalam
da n raba ginjal kanan antara 2 tangan.
Pe nderita disuruh menghe mbuska n napas, bersamaan itu tekana n ta nga n kanan dikurangi
pela n-pelan.
Ginjal kiri :
Prinsipnya sama dengan ginjal kana n, bedanya :
Pe meriksa pindah ke sisi kiri penderita.
Gunakan tangan kanan untuk mendorong ginjal ke ara h belakang.
Gunakan tangan kiri untuk melakukan palpasi dari depan.
45
Gambar 11. Pe meriksaan nyeri ginjal
46
MEN ILAI KEMUNGKINAN ASITES
timpa ni
timpa ni pekak
pe kak
3. Tes undulasi
Minta asisten untuk menekan perut di linea mediana dengan tepi kedua tangan.
Le ta kan tangan kanan pemeriksa di flank kanan da n tangan kiri di sisi kiri.
Ke tukkan ujung jari tangan kanan secara tegas da n tangan kiri merasa kan adanya
ge tara n impuls le wat cairan.
47
Ga mbar 14. Pe meriksaan untuk tes Undulasi
48
2. Titik McBurney ditekan de ngan jari telunjuk.
Nyeri te ka n di titik Mc Burne y dise but Mc Burney sign , salah sa tu tanda dari a ppe ndicitis
akut. Nyeri di titik ini disebabkan oleh inflamasi dari appendiks dan persentuhannya dengan
peritone um. Nyeri akan bertamba h seiring de ngan berlanjutnya proses inflamasi.
Appendicitis tidak selalu menimbulkan nyeri te kan di titik Mc Burney, hal ini disebabka n
letak appendiks yang sangat bervariasi, misalnya a ppe ndiks yang terle tak retrocoecal (di
bela kang coecum) tida k menyebabkan nyeri te ka n di titik Mc Burne y.
Ga mbar 17. Variasi leta k appendiks, akan menunjukkan perbedaan hasil p emeriksaan
49
Rebound tenderness
Rebound te nderness atau release sign atau Blumberg sign , adalah salah satu tanda dari
appendicitis yang terliha t de nga n cara mene ka n abdomen ka nan bawah sedalam mungkin, lalu
melepaskannya secara tiba-tiba. Tanda ini positif apabila pasien merasa kesakitan (saat
dilepaskan terasa lebih sakit dibandingkan saat ditekan).
50
flexi hip aktif. Bila appe ndiks terletak dekat dengan musculus iliopsoas maka aka n
menyebabkan nyeri pada peregangan a ta u kontraksi otot.
Ga mbar 20. Kiri : appendiks letak retrocoecal dan m. iliopsoas; kanan : Psoas sign
Obturator sign
Obturator sign a ta u cope sign adalah tanda iritasi pada musculus obturator internus.
Test ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90 dera ja t,
pe gang sendi ankle kanan dengan tangan kanan pemeriksa, lakuka n endorotasi. Bila terasa
nyeri maka diduga appe ndiks mengalami infla masi, membesar sehingga menyentuh muskulus
obturator internus.
Gambar 21. Kiri : appendiks dan m. Obturator internus ; kanan : Obturator sign
51
Digital rectal examination
Digital rectal examination (DRE) dilakukan dengan cara menyentuh daerah rectovesical
pouch a ta u rectouterine pouch , amati a danya rasa nyeri, ba ndingkan sisi kana n dan kiri.
PEMERIKSAAN PERIANAL
INSPEKSI :
Area sakrokoksigeal, dapat ditemukan kista pilonidal a ta u sinus-sinus.
Area perianal, dapat ditemukan hemoroid, kulit, herpes, kanker.
PALPASI :
Palpasi ka nalis ani da n rektum dengan sarung jari berpelumas.
Ra ba terhadap :
Dinding rektum, dapat ditemukan kanker rektum, polip.
Kelenjar prostat, dapat ditemukan hiperplasia jinak, kanker, prostatitis akut.
Cobalah untuk meraba di atas kelenjar prosta t terhadap ketidakteraturan bentuk a ta u
nyeri te kan jika ada indikasi, dapa t dite muka n sekat rektal pada proses me tastasis dari
peritoneal, nyeri te ka n pada inflamasi.
52
PEMERIKSAAN HERNIA
Pendahuluan
Ka ta hernia pada hakeka tnya adalah potrusi atau pe nonjolan sua tu kantung poritoneum,
suatu orga n a ta u lema k pra-peritone um melalui defek atau bagia n lemah (locus minoris
resiste nsi) dari dinding a bdomen yang secara normal tida k dapat dilewati. D efek tersebut da pat
merupakan cacat konginental atau akuisita.
a) Cincin hernia
b) Ka ntung hernia (processus vaginalis)
c) Isi hernia
*Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Mare t Surakarta / Skills Lab Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Sura karta, **Bagian Anatomi Fakultas Kedoktera n Universitas
Sebelas Maret Surakarta, # Bagian Ilmu Bedah Fa kultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta/
RSUD dr Moewardi Surakarta .
53
Menurut sifatnya hernia dibagi me njadi :
1. Hernia reponibilis : bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar bila berdiri a tau
mengeda n dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri
atau ge jala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibilis : bila ka ntong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga,
biasanya disebabkan oleh perlekata n isi kantong pada peritoneum ka ntong hernia , tida k
ada keluha n nyeri atau tanda obstruksi usus. Disebut juga hernia a kre ta .
3. Hernia incarsera ta a tau strangulata : bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai akiba tnya berupa gangguan pasase a tau
vascularisasi.
54
2. Hernia femoralis
Hernia femoralis biasanya muncul berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama
pa da waktu melakukan kegia ta n yang me naikkan tekanan intraabdomen. Pintu masuk hernia
femoralis adalah annulus fe moralis. Sela njutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis
yang berbentuk corong se ja jar de nga n vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar
pa da fosa ovalis di lipa t pa ha.
3. Hernia lain – lain
Ya ng termasuk dalam hernia ini yaitu hernia ya ng jarang terjadi :
a. Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritone um dan kulit .
b. Hernia para-umbilikalis
Hernia para-umbilikalis merupa kan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi
kranial umbilikalus, jarang spontan terjadi di te pi kaudalnya .
c. Hernia epigastrika
Hernia epigastrika adalah hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilikus
da n prosesus xifoide us. Isi terdiri a tas penonjolan jaringan lema k preperitoneal de ngan
atau tanpa kantong peritone um.
d. Hernia ventralis
Hernia ventralis adalah na ma umum untuk semua hernia di dinding perut bagia n
anterola teral se perti hernia sika triks. Hernia sika triks merupakan penonjolan peritone um
melalui bekas luka operasi yang baru maupun ya ng lama.
55
Ga mbar 2. Hernia Inguinalis
GAMBARAN KLINIS
1. Hernia inguinalis
Hernia inguinalis adalah hernia ya ng terjadi di re gio inguinalis. Dapat terjadi karena anomali
kongenital atau karena sebab didapat. Bisa terjadi unilateral a tau bila teral.
Diagnosis :
Anamnesis (keluha n) :
a. Berupa benjolan di lipat paha yang muncul se waktu berdiri, ba tuk, bersin a ta u
mengedan da n menghila ng se telah berbaring.
b. Dapat dijumpai adanya nyeri, biasanya dirasaka n di daerah epigastrium a tau
para umbilicalis berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri ya ng disertai mual muntah
baru timbul jika terja di inkarserasi.
Pe meriksaan fisik :
Inspeksi
- Perhatikan adanya asimetri pada kedua sisi lipat paha , skrotum, ata u labia dalam posisi
berdiri dan berbaring.
- Saat pasien mengedan dapa t dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
pe nonjolan di regio inguinalis ya ng berjalan dari kraniolateral ke kaudomedial. Pada
56
hernia insipen tonjolan hanya dapa t dirasa kan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung
jari di dalam ka nalis inguinalis dan tidak menonjol keluar.
Palpasi :
- Kantong hernia yang kosong dapa t dira ba pada funiculus spermaticus sebagai geseka n
dua lapis kantong yang memberikan sensasi gese kan dua permukaan sutera , dise but
tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi orga n saa t palpasi dapat
diraba usus, omentum atau ovarium.
- De nga n jari telunjuk a ta u jari kelingking pada hernia pada anak dapa t dicoba
mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit scrotum melaui annulus externus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi a tau tidak. Dalam hal
hernia dapa t direposisi, pada wa ktu jari masih berada di annulus externus, pasie n
diminta mengedan. Kalau hernia me nyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis
dan kala u samping jari yang menyentuh me nandakan hernia inguinalis medialis (lihat
gambar 3).
57
CEKLIS PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN ABDOMEN DAN HERNI A
SKOR
No Aspek keterampilan yang dinilai
0 1 2
1. Meminta pasien untuk tidur telentang da n menerangkan tujuan
pemeriksaa n
2. Meminta pasien untuk membuka baju seperlunya agar daerah
pemeriksaa n terbuka
3. Berusaha me mbua t pasien rileks dengan cara meminta pasien
untuk menekuk lutut dan mengajak berbicara
4. Meminta penderita untuk memberika n respon terhada p
pemeriksaa n (rasa sakit, dll)
5. Berdiri di samping kanan pasien
INSPEKSI
6. Melakuka n inspe ksi dinding abdomen
7. Melakuka n inspe ksi untuk menilai geraka n peristaltik de nga n
posisi pemeriksa duduk atau sedikit membungkuk
AUSKULTASI
8. Melakuka n auskultasi se belum perkusi dan palpasi
9. Melakuka n auskultasi pada te mpat yang benar
PERKUSI
10. Melakuka n perkusi sebagai orientasi pa da keempat kuadran
abdomen
11. Melakuka n perkusi untuk menentukan batas bawah hepar (pada
line a midklavikula ka nan dari ca udal arcus costae ke kranial)
12. Melakuka n perkusi untuk menentukan batas atas hepar ( pada
line a midklavikula ka nan dari cranial arcus costae ke kaudal)
13. Melakuka n perkusi lien (di spatium interkosta di bawa h linea
axillaris a nterior kiri)
PALPASI
14. Melakuka n palpasi superficial secara menyeluruh
15. Melakuka n palpasi hepar
16. Melakuka n palpasi lien
17. Melakuka n palpasi ginjal
18. Melakuka n palpasi kandung kemih da n aorta
Melakuka n pemeriksaan ASITES
19. Penderita diperiksa dalam keadaa n tele nta ng
20. Melakuka n perkusi untuk menemukan ba tas daerah timpani da n
re dup
58
21. Meminta penderita untuk miring ke salah satu sisi tubuh
22. Melakuka n lagi perkusi untuk menemukan batas daerah timpani
dan redup
23. Melaporkan ada tida knya asites
TES UNDULASI
24. Penderita diperiksa dalam keadaa n tele nta ng dan Meminta
pasien untuk me nekakkan kedua tangannya pada mid line
abdomen
25. Mengetuk salah sa tu sisi a bdomen dengan ujung jari dan
merasa kan getaran ke tukan dengan tangan pada sisi abdomen
yang lain
26. Melaporkan ada tida knya gelombang cairan
Jumlah Skor
Pe njelasan :
0 Tidak dila kukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum se mpurna
2 Dilakukan de nga n sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperluka n dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).
59
TEKNIK ASEPTIK DAN STERILISASI
I. PENDAHULUAN
Pa da ke giatan ke terampilan teknik aseptik dan sterilisasi di semester II ma hasiwa akan
bela jar mengenai fungsi dari te knik aseptik sebelum melakukan tindaka n bedah baik itu minor
surgery atau major surgery, dan a tau tinda kan medis lainnya yang bersifat invasif.
I I . TUJUAN PEMBELAJARAN
Se telah me mpelajari ke terampila n Te knik Aseptik dan Sterilisasi ini diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Mengetahui fungsi teknik aseptik dan sterilisasi.
2. Melakuka n teknik cuci tangan yang benar.
3. Memakai sarung tangan secara steril.
4. Memakai masker, head cap dan gown secara steril.
5. Menjaga sterilitas alat dan medan operasi.
6. Melakuka n sterilisasi terhadap alat-alat medis dengan teknik yang te pat.
*Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Mare t Sura karta /Skills Lab Fa kultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta, **Bagian Mikrobiologi Fa kultas Kedokteran Universitas Sebelas
Mare t Surakarta / Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta , # Bagia n Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Sura karta /RSUD dr Moewardi Sura karta.
60
Te knik aseptik adalah salah satu cara untuk memperoleh dan memelihara keadaa n
steril, dasar dari teknik ini adalah bahwa infeksi berasal dari luar tubuh, sehingga teknik ini
dipa kai untuk me nce gah masuknya infeksi dari luar tubuh melalui tempa t pembeda han. Aseptik
adalah se gala tindakan dan prosedur yang bertujua n untuk meminimalkan kontaminasi ole h
pa togen. Tujua n akhir dari aseptik adala h untuk menghindarkan pasien dari infe ksi dan untuk
mencegah penyebaran patoge n, se hingga de nga n teknik aseptik yang baik selain da pat
menghindarkan infeksi pa da penderita juga a ka n melindungi dokter agar tidak terinfeksi oleh
pe nderita.
Pa togen mungkin menyeba bka n infeksi melalui kontak dengan lingkunga n, personel,
atau alat-alat medis. Situasi yang mengharuskan ke adaan aseptik termasuk pembedahan,
ka te terisasi urin, prosedur intravaskular, respiratory suction , da n pemasa nga n drain.
Dalam pe mbedaha n prosedur ase ptik meliputi tinda kan sebelum, saat maupun sesuda h
tindakan bedah, yaitu :
a. Pema kaian masker da n penutup ke pala.
b. Mencuci tangan.
c. Pema kaian sarung tangan dan juba h operasi.
d. Persiapan penderita.
e. Memelihara sterilisitas medan operasi.
f. Menggunakan te knik operasi aman.
g. Sterilisitas dari rua ng operasi minor dan alat operasi.
61
Gambar 1. Masker, head cap , dan eye protector
b. Mencuci tangan
Walaupun operator telah me ngguna kan sarung tangan steril, te tapi dengan mencuci da n
menggosok tangan akan mengurangi risiko infeksi karena kontaminasi mikroorganisme dari
tangan operator. Hal ini karena keadaan sarung ta nga n yang hangat dan lembab akan
menyebabkan ba kteri mudah tumbuh, se hingga denga n me ncuci ta nga n sebelum
menggunakan sarung ta nga n steril akan meminimalkan dan mengha mbat pertumbuhan bakteri
di dalam sarung tangan.
Mencuci tangan juga harus disertai dengan me nyikat tangan da n lengan dengan
sikat yang lembut. Walaupun beberapa penelitian menunjukkan bahwa me nyika t tangan
saat mencuci tangan tidak me nunjukan kelebihan dalam mengurangi angka bakteri
diba ndingkan tanpa sika t. Dia njurkan untuk mengguna kan spon a ta u hanya dengan a ntiseptik
saja. Te tapi, bila menggunaka n sika t gunakanlan sikat yang lembut a gar tidak
mengiritasi kulit. Gunaka n sabun untuk mencuci ta nga n. Syarat surgical soap adalah :
Tidak bersifa t irita tif pada kulit.
Efe ktif, artinya jumlah bakteri yang tertinggal di kulit hanya sedikit.
Mempunyai masa antibakteri yang panjang.
Dapa t larut dan berbusa dala m air, baik air dingin maupun panas.
Jumlah yang dibutuhkan sedikit ( ± 8 ml) setia p kali me ncuci tangan.
62
Te knik mencuci tangan
63
64
65
c. Memakai jubah operasi (surgery gown) dan sarung tangan
Te knik mema kai surgery gown
66
67
Pe makaian sarung ta nga n
Untuk semua prosedur tindakan opera tor me ngenakan sarung tangan steril. Mema kai
da n melepas sarung tangan harus dilakukan secara benar. Sarung tangan diga nti :
• Bila tangan menyentuh bagian luar dari sarung tangan.
• Bila sarung tangan menyentuh benda yang tidak steril.
• Bila sarung tangan bocor, sobek a tau tertusuk.
Sarung ta nga n biasanya telah dibungkus dan dita ta de nga n baik agar dapat dipa kai
tanpa me ngotori bagian luarnya. Sarung ta nga n pertama harus dipasang dengan memegang
lipatannya saja, sedangkan sarung tangan kedua harus dipegang dengan menggunaka n sarung
tangan pertama. Pada sarung tangan yang terbungkus, bungkus luarnya tidak steril, sedangkan
bungkus dalamnya steril, sehingga bila anda a kan membuka sendiri ka ntong sarung ta nga n
anda, maka lakukan sebelum mencuci tangan.
68
69
Te knik mema kai sarung tangan ta npa jubah operasi
1. Persiapkan tempat ya ng lapa ng untuk membuka sarung tangan. Bukalah bungkus sarung
ta nga n sebelum me ncuci tangan a ta u dibukaka n oleh orang lain. Bukala h bungkus bagia n
dalam sarung tangan. Maka tampak sarung tangan terlipat dengan telapak tangan dia tas
dan dilipat. Ambil sarung tangan pertama hanya dengan menyentuh bagian luar lipa tan
yang nanti aka n menjadi bagian dala m setelah dipa kai.
2. Dengan memegang luar lipatan masukkan ta nga n anda tanpa menyentuh bagian luar
sarung tangan. Pegang dengan satu tangan dan ta nga n yang masukkan ke sarung ta nga n
(pega ng pa ngkal sarung tangan yang terlipat de nga n ta nga n kiri, tangan kana n
dimasukkan ke sarung tangan).
3. Angkat ambil sarung tangan kedua dari dalam lipatan. Masukkan tangan a nda .
4. Perha tika n sarung tangan pertama tidak boleh menyentuh bagian kulit ta nga n yang belum
bersarung ta nga n. Ambil sarung tangan ya ng lain dengan ta nga n yang sudah bersarung
ta nga n, masukkan tangan ke dalam sarung tangan.
5. Balikkan lipatan sarung ta nga n pertama dengan me masukkan tangan diba wah lipatan.
6. Balikkan sarung tangan kedua seperti pada sarung tangan pertama . Betulkan le ta k sarung
ta nga n sampai tepat pada jari-jari.
Yang perlu diperha tikan pada cara ini adala h agar ba gian luar sarung tangan tida k
tersentuh oleh tangan secara langsung. Ole h karena itu sarung tangan steril biasanya
pangkalnya dilipat keluar agar dapat dipakai sebagai pegangan pada saat memakainya
seperti pada gambar di bawah ini.
70
Gambar 4.1 Prosedur mema kai sarung tangan tanpa jubah operasi
71
Te knik melepas sarung tangan
72
d. Persiapan penderita
Persiapan ya ng baik dari pe nderita denga n menggunakan zat antiseptik secara
bermakna a kan mengurangi jumlah mikrorga nisme pa da kulit penderita. Seluruh daerah operasi
harus dibersihkan seluruhnya . Bila menjumpai penderita dengan kulit ya ng berambut tida k
direkomendasikan untuk me ncukur rambut dengan shaver karena goresan dan luka pada kulit
da pat menjadi tempa t pertumbuhan bakteri. Lebih disarankan untuk menggunting pe nde k
rambutnya.
Pe nelitian me nunjukan bahwa kulit yang tidak dicukur mempunyai risiko infe ksi se tela h
operasi yang lebih kecil. Tetapi bila harus dicukur, la kukan de nga n mengguna ka n air dan sabun
antiseptik a tau secara kering. Lakukan pencukuran sesaat sebelum dila kukan tindakan.
Cara melakukan antiseptik pada kulit penderita a dalah :
Setelah kulit dibersihkan dengan air dan sabun, opera tor menggosok kulit medan operasi
menggunakan kasa a ta u kapas yang dibasahi caira n antiseptik dan dijepit dangan klem
kasa.
Kasa yang telah dibasahi antiseptik diusapkan secara lembut de ngan ara h sirkuler, dimulai
dari tangah meda n operasi melingkar ke arah luar. Jangan menggunakan alkohol untuk
mencuci mukosa .
73
Perha tika n jangan sa mpai mengotori ala t operasi pada saa t membuka dari bungkusa n
steril.
Ganti alat ya ng terkonta minasi.
Jangan tempatkan medan steril deka t da nga n pintu a ta u je ndela .
Bila a nda ragu masih steril atau telah terkonta minasi, a nggapla h sudah terkontaminasi.
74
c. Sterilisasi dingin
De nga n merendam alat-alat dalam larutan formalin a tau yodoform, te ta pi se telah
direndam harus dibilas dengan cairan steril.
d. Radiasi sinar gamma
Terutama untuk alat-alat yang mudah rusak kalau dipanaskan.
e. Filtrasi
Untuk bahan-bahan cair biasanya disterilka n dengan cara filtrasi melalui saringan
milipore berukuran 0,22 µm. Sela ma pembeda han ala t-alat yang suda h disterilkan dite mpatka n
pa da tempa t yang steril pula .
f. Antise ptik
Antise ptik adalah cairan ya ng digunakan secara topikal sebagai prosedur antisepsis,
ba nya k obat yang digunakan untuk prosedur ini diantaranya yang sering dipakai adala h
povidone yodium. Povidone yodium mempunyai efek a ntimikroba yang luas, tidak mengiritasi
kulit bila dibandingkan iodine biasa seingga bisa diguna kan pada mukosa . Efektifitas tida k
terlalu terganggu oleh ma terial organik seperti darah. Efeknya bekerja setelah 1-2 menit da n
untuk efe k yang optimal harus ditunggu selama beberapa menit. Iodine sendiri sudah jarang
dipa kai karena mengiritasi kulit.
Klorhe ksidin glukona t (Hibiscrub ® , Hibitane ® , Sa vlon ® ) mempunyai efe k a ntimikroba
yang luas tetapi pada tuberkulosis dan jamur mempunyai efe k minimal. Efek a ntimikrobanya
pa njang sampai 6 jam setelah pemakaian dan tidak terganggu oleh ma terial organik. Terkadang
dilaporkan menyebabkan iritasi terutama bila digunakan pada daerah ge nital. Sa nga t dianjurka n
untuk mencuci kulit dan merupa kan antiseptik terbaik pengganti povidone iodine . Klorheksin
glukona t merupaka n antiseptik ya ng umum diguna kan untuk mencuci tangan tim operasi.
Alkohol 70 % mempunyai efe k a ntimikroba yang luas, kerjanya cepa t, paling efe ktif
dalam mengurangi mikroba , efe ktifitas tidak terlalu terganggu ole h material organik.
Kerugiannya karena alkohol bersifa t mengeringka n kulit dan tidak bisa dipakai pada mukosa,
sebaiknya diguna kan pada kulit yang bersih da n kering agar lebih efe ktif.
75
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN MENCUCI TANGAN
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Melepaskan semua perhiasan dari jari tangan, pergela ngan
tangan dan le her, atur temperatur air, siapka n sabun da n
sikat
2 Membasahi ta nga n dan lengan sampai kura ng lebih 3 cm di
atas siku da n memakai surgical deterge nt secukupnya.
3 Membersihkan jari-jari, dengan menyikat ujung jari tangan
da n kuku. Ketika menyikat usahakan ta nga n diatas siku
secara melingkar, da n jauhkan dari badan.
4 Menyika t daerah palmar, punggung tangan, sela ibu jari dan
jari, gosok masing-masing permukaan
5 De nga n posisi tangan di atas siku, a mbil antiseptik
secukupnya dan mencuci tangan lagi mulai dari ujung jari
sampai ke siku
6 Membilas ta nga n dengan air satu persa tu dan tetap
mengangka t tangan di atas siku
7 Mengeringkan tangan dengan kain steril, dari ujung jari
sampai siku. Menggunakan satu sisi kain untuk setiap
tangan
8 Memperta hankan tangan dan lengan lebih tinggi daripada
siku dan menja uhkan tangan dari badan
SKOR TOTAL
Pe njelasan :
0 Tidak dilakuka n mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna , atau bila aspe k tersebut tidak dilakuka n mahasiswa
karena situasi ya ng tida k memungkinkan (misal tida k diperlukan dala m skenario
yang sedang dilaksanakan).
76
CHECKLIST PENILAIAN
TEKNIK MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN TANPA JUBAH
OPERASI
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Dapat menyiapkan sarung tangan dengan te pat/siap
pakai.
2 Mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri pada
lipatan keluar bagian proximal.
3 Memasang sarung tangan terse but pada ta nga n kanan
ta npa me nyentuh ba gian luarnya.
4 Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan ka nan pada
sisi dalam lipatan sarung tangan.
5 Memasang sarung tangan kiri tanpa tangan ka nan
menyentuh tangan kiri.
6 Balikkan kedua sarung tangan de nga n memasukkan
ta nga n pada bagian bawah/pangkal lipatan.
7 Membetulkan letak sarung tangan sampai tepat pada jari-
jari.
SKOR TOTAL
Pe njelasan :
0 Tidak dilakuka n mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna , atau bila aspe k tersebut tidak dilakuka n mahasiswa
karena situasi ya ng tida k memungkinka n (misal tidak diperlukan dala m skenario
yang sedang dilaksanakan).
77
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN MEMAKAI JUBAH OPERASI
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Dengan sa tu tangan mengambil jubah operasi ( gown terlipat)
dan hanya me nyentuh lapisan paling luar
2 Me mega ng gown tanpa gown menyentuh tubuh dan benda
lain yang tak steril
3 Masukka n kedua lengan pada lengan gown
4 (de ngan bantuan asiste n) Ujung jari tidak menyentuh bagian
luar ujung gown .
5 (Asisten aka n membantu merapikan gown). Perha tikan bahwa
asisten hanya boleh menyentuh permukaan bagian dalam
gown .
SKOR TOTAL
Pe njelasan :
0 Tidak dilakuka n mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna , atau bila aspe k tersebut tidak dilakuka n mahasiswa
karena situasi ya ng tida k memungkinka n (misal tidak diperlukan dala m skenario
yang sedang dilaksanakan).
DAFTAR PUSTAKA
1. Berry & Kohn’s, 1996, OPERAT ING ROOM TECHNI QUE, 8th edition, Mosby-Yearbook,
Inc Bookrags 2006. Antiseptic. http: //www.bookrags.com/sk/antise ptik.
2. Encyclope dia of Surgery: A Guide for Patie nts a nd Caregivers, Ase ptic Technique.
http:/ /www.surgerye ncyclopedia.com/A-Ce /Aseptic-Technique.html
3. Medical Education Division, Brookside Associa tes Ltd., 2008, Scrub, Gown, and Glove
Procedure .http: //www.brooksidepress.org/Products/Scrub_Gown_a nd_Glove_Procedures
/Index.htm
4. Dudley, Eckersley, a nd Brown 1999. A Guide to Practical Procedures in Medicine and
Surgery, Butterworth-Heinema nn Ltd., London.
5. Engender Health, 2001, Aseptic Technique.
http:/ /www.e ngenderhealth.org/IP/About/ip.pdf
6. Sodera, Saleh da n Evans, 1991, Illustrated Handbook of Minor Surgery and Operation
Technique, Heine man Medical Book, London.
78