Anda di halaman 1dari 20

Taufik Sidqi

Sabtu, 07 Desember 2013

Askep TB Paru

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian dengan TB Paru pada klien dewasa, meliputi :

3.1.1 Identitas

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan
, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.

Riwayat Sakit dan Kesehatan

A. Keluhan utama

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim kesehata
n dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

a. Keluhan respiratoris, meliputi:

- Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum bercampur darah

- Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa bloodstreak, berupa garis,
atau bercak-bercak darah

-Sesak napas

- Nyeri dada

Tabrani Rab (1998) mengklasifikasikan batuk darah berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan:

- Batuk darah masif, darah yang dikeluarkan lebih dari 600 cc/24 jam.

- Batuk darah sedang, darah yang dikeluarkan 250-600 cc/24 jam.

- Batuk darah ringan. Darah yang dikeluarkan kurang dari 250 cc/24 jam.

b. Keluhan sistematis, meliputi:


Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan sema
kin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek

Keluhan sistemis lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.

B. Riwayat penyakit saat ini

Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam melengkapi pengkaji
an.

Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab sesak napas, apakah ses
ak napas berkurang apabila beristirahat?

Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau digambarkan klien, apakah ras
a sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari p
osisi yang enak dalam melakukan pernapasan?

Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?

Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?

Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada malam hari atau siang
hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah timbul gejala
secara terus-menerus atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gej
ala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderit
a TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah
bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes mellitus. Tanyaka n menge
nai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan, obat-obat ini melipu
ti obat OAT dan antitusif.Catat adanya efek samping yang terjai di masa lalu.Kaji lebih dalam te
ntang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pa
da klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya
anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT.

D. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memp
eroleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Perawat mengumpu
lkan data hasil pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini.Data ini pen
ting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang seksama.Pada kondi
si, klien dengan TB paru sering mengalami kecemasan bertingkat sesuiai dengan keluhan yang d
ialaminya.

E. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )

Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemerikasaan fisik umum per system dari
observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B
4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone) serta pemeriksaan yang focus pada B2 dengan pemeriksa
an menyeluruh system pernapasan.

Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas pandang dengan me
nilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh.Selain itu, perlu di nilai secara umum tentang kesadaran kli
en yang terdiri atas compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut na
di biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan t
ekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit seperti hipertensi.

Manusia

F. Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan Dasar Pasien mengacu pada pola kesehatan fungsional, menurut Gordon antara lain :

a. Pola Persepsi Management Kesehatan menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan pe


nanganan kesehatan.

b. Pola Nutrisi Metabolik

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, kondisi kulit, rambut dan kuku.
Pada pasien dengan TBC Paru nutrisi dan metaboliknya meliputi intake makanan dan cairan, pol
a makan, diet, masalah menelan, anoreksia, makanan kesukaan pasien.

c. Pola Eliminasi

Menjelaskan pola eksresi usus,kandung kemih, kulit, dan pernapasan.


d. Pola latihan Aktifitas

Menggambarkan pola latihanaktifitas, fungsi pernapasan dan sirkulasi. Dilihat pula kebiasaan ber
aktifitas sehari-hari seperti makan minum,mandi, toileting, berpakaian, mobilitas tempat tidur berp
indah, ambulasi ROM.

e. Pola Istirahat Tidur

Menggambarkan pola tidur,istirahat dan persepsi tentang tingkat energi. Jumalah jam tidur pada
siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia, penggunaan obat.

Gejala

Tanda

Kelelahan umum dan kelemahan.

Nafas pendek karena bekerja.

Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeri
ngat.

Mimpi buruk.

o Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.

o Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).

f. Integritas Ego

Gejala

Tanda
Adanya faktor stres lama.

Masalah keuanagan, rumah.

Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.

Populasi budaya.

o Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).

o Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.

g. Makanan / cairan.

Gejala :

Anorexia.

Tidak dapat mencerna makanan.

h. Penurunan BB.

Tanda :

o Turgor kulit buruk.

o Kehilangan lemak subkutan pada otot.

i. Nyeri / kenyamanan.

Gejala :

Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda :

o Berhati-hati pada area yang sakit.

o Perilaku distraksi, gelisah.

j. Pernafasan

Gejala :

Tanda :
Batuk produktif atau tidak produktif.

Nafas pendek.

Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi

o Peningkatan frekuensi nafas.

o Pengembangan pernafasan tak simetris.

o Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilater
al (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas,
krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels posttusi
c).

o Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.

o Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).

o Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).

k. Keamanan.

Gejala :

Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)

Tanda :

o Demam rendah atau sakit panas akut.

o Interaksi sosial.

l. Penyuluhan / pembelajaran.

Gejala :

Riwayat keluarga TB,

Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk,

Gagal untuk membaik / kambuhnya TB,

Tidak berpartisipasi dalam therapy.


m. Pola Kognitif Perseptual

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola Persepsi sensori meliputi fungsi penglihatan, pend
engaran, perasaan, pembau dan kompensasi terhadap tubuhnya. Sedangkan kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat pasien terhadap peristiwa yang lama dan baru terjadi.

n. Pola Konsep diri-Persepsi Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan peran,harga diri, i
dentitas, adanya kecemasan.

o. Pola Peran Dan hubaungan

Menggambarkan hubungan klien dengan anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien,
pekerjaan,tingkah laku,masalah keuangan.

p. Pola Reproduksi Seksual

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan seksualitas. Riwaya
t penyakit hubungan seks, riwayat haid.

q. Pola Koping/Toleransi Stress

1) Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan

2) pengguanaan sistem pendukung.

r. Pola Nilai Kepercayaan

1) Menggambarkan pola nilai keyakinan termasuk Spiritual.

2) Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluknya dan
konsekwensinya.

3.2. DIAGNOSA

Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan me
rupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatas dengan
tindakan keperawatan (H. Lismidar, 1990, 12). Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuska
n diagnosa keperawatan pada klien dengan tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai beri
kut :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan k
urangnya upaya batuk

2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan keleti
han, anorerksia atau dispnea.

3. Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengeta


huan tentang resiko potongan.

4. Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang pros


es penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah.

5. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental, kele
mahan dan upaya untuk batuk.

6. Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan per


mukaan efektif proses dan kerusakan membran alveolar kapiler.

7. Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan ny


eri dada.

1.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan Diagnosa keperawatan, m


aka tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahap perencanaan ini meliputi 3 men
entukan prioritas, Diagnosa keperawatan, menentukan tujuan merencanakan tindakan keperawata
n. Dan Diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut :

a. Diagnosa keperawatan pertama : ketidakefektifan pola pernapasan yang sehubungan de


ngan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.

1. Tujuan : pola nafas efektif

2. Kriteria hasil :

klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif

frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 20 kali/menit)

dipsnea berkurang

Rencana tindakan

Rasionalisasi
.

1. Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat se
tiap peruhan

2. Kaji kualitas spotum : warna, bau, knsistensi

3. Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam

4. Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi.

5. Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 ja
m.

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat obatan

a. Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya secret

b. Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan selanjutnya.

c. Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas

d. Membantu mengembangkan secara maksimal

e. Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar

f. Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbes


ar ukuran lumen trakeobroncial

b. Diagnosa keperawatan kedua : perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang se
hubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea.

1. Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tan
da malnutrisi

2. Kriteria hasil

Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat


Berat badan stabil dalam batas yang normal

Rencana tindakan

Rasionalisasi

1. Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mu
al / muntah atau diare.

2. Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak

3. Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodic

4. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

5. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet.

a. Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan indervensi yang te
pat.

b. Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus. Pertimbangan keingina


n individu dapat memperbaiki masakan diet.

c. Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan

d. Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi ya
ng merangsang pusat muntah.

e. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu / legaster

f. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik dan diet.

c. Diagnosa keperawatan ketiga : potensial terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan den
gan kurangnya pengtahuan tentang resiko patogen.

1. Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti y


ang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif.

2. Kriteria hasil :
klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan konta
k klien.

Rencana tindakan.

Rasionalisasi

1. Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.

2. Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah s
erta tehnik mencuci tangan yang tepat.

3. Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.

4. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis.

5. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

6. Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal.

a. Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran infeksi

b. Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi

c. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma sosial seh
ubungan dengan penyakit menular

d. Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan meng
hindari insiden eksaserbasi

e. Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya r
ongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan

f. Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebar


an infeksi

d. Diagnosa keperawatan keempat : kurangnya pengetahuan yang berhungan dengan kuran


ganya impormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

1. Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya


2. Kriteria hasil :

Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri.

Rencana tindakan

Rasionalisasi

1. Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media
yang terbaik bagi klien.

2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, de
mam, kesulitan bernafas.

3. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan
lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain.

4. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.

5. Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanya
an secara nyata.

6. Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal ob
at.

7. Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir.

1. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
.

2. Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek ob at yang me
merlukan evaluasi lanjut.

3. Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat s


esuai perbaikan kondisi klien.

4. Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkat


kan kerjasama dalam program.

5. Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi / peningkatan ansietas.

6. Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar informasi.
Pengulangan penguatkan belajar.
7. Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis, yang dapat se
cara nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan.

e. Diagnosa keperawatan kelima : ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan dengan se


kret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk.

1. Tujuan : jalan nafas efektif

2. Kriteria hasil :

klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan

klien dapat mempertahankan jalan nafas

pernafasan klien normal (16 20 kali per menit)

Rencana tindakan

Rasionalisasi

1. Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan
otot aksesori

2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.

3. Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk d an latihan untuk n
afas dalam.

4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.

5. Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi.

6. Lembabkan udara respirasi.

7. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan kortikosteroid.

a. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi menunjukkan akum
ulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan pengg
unaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja penafasan.

b. Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh kerusa
kan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
c. Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan. Ve
ntilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk dilakukan.

d. Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu menge
luaran sekret.

e. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah dila
kukan.

f. Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret.

g. Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran kemen percabanga


n trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia.

f. Diagnosa keperawatan keenam : potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubung


an dengan penurunan permukaan efektif paru dan kerusakan membran alveolar kapiler.

1. Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal

2. Kreteria hasil :

Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea

Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan

Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang n
ormal

Rencana tindakan

Rasionalisasi

1. Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasny
a ekspansi dinding dada

2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit, termas
uk membran mukosa

3. Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi


4. Tingkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperlu
an

5. Awasi segi GDA / nadi oksimetri

6. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

a. TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai inflamasidi
fus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernapasan

b. Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan ja
rigan

c. Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu m
enyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek

d. Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan dapat menurunka


n beratnya gejala

e. Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menu
njukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi

f. Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan v
entilasi atau menurunya permukaan alveolar paru.

g. Diagnosa keperawatn ketujuh : Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan de


ngan sesak napas dan nyeri dada.

1. Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi

2. Kriteria hasil :

memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur

Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat

Tanda tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada

Rencana tindakan

Rasionalisasi
1. kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit

2. Observasi efek abot obatan yang dapat di derita klien

3. Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita

4. Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.

5. Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman

a. Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita

b. Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid temasuk perubahan
mood dan uisomnia

c. Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita

d. Memudahkan klien untuk bisa tidur

e. Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur.

3.4 Implementasi

Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :

1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi


2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisi
en pada situasi yang tepat

3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi

4. Dokumentasi intervensi dan respon klien (Budi Anna keliat, SKP, th 1994, hal 13)

3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
(Diagnosa, tujuan Intervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota
tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawata
n tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika tindakan belum hasil.

Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan se
jauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
rencana yang ditentukan, adapun alternatif tersebut adalah :

1. Tujuan tercapai

2. Tujuan tercapai sebagian

3. Tujuan tidak tercapai

BAB IV

PENUTUP
KESIMPULAN

TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut:

Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah dr
oplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.Akibat terkena sinar matahari atau su
hu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibant
u dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet
nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpoten
si terkena infeksi bakteri tuberkolosis

SARAN

a. Hendaknya mewaspadai terhadap droplet yang dikeluarkan oleh klien dengan TB paru k
arena merupakan media penularan bakteri tuberculosis

b. Memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan gejala adanya TB paru.

c. Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan re


ncana keperawatan pada penderita TB Paru.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, (Ed), (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Corwin, Elizabeth J, 2001, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC.

Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Pe
nyakit Dalam FKUI.
Soeparman dan sarwono Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html diakses pada tanggal


16 November 2010

http://jarumsuntik.com/asuhan-keperawatan-dengan-tb-paru diakses pada tanggal 16 November 2


010

taufik sidqi di 05.57

Berbagi

1 komentar:

Ina fitriana9 Juni 2015 17.54

lengkap sekani nih askep tbc nya,makasih ya

Balas

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto Saya

taufik sidqi

Lihat profil lengkapku


Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai