Askep TB Paru
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan
, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
A. Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim kesehata
n dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
- Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa bloodstreak, berupa garis,
atau bercak-bercak darah
-Sesak napas
- Nyeri dada
Tabrani Rab (1998) mengklasifikasikan batuk darah berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan:
- Batuk darah masif, darah yang dikeluarkan lebih dari 600 cc/24 jam.
- Batuk darah ringan. Darah yang dikeluarkan kurang dari 250 cc/24 jam.
Keluhan sistemis lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam melengkapi pengkaji
an.
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab sesak napas, apakah ses
ak napas berkurang apabila beristirahat?
Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau digambarkan klien, apakah ras
a sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari p
osisi yang enak dalam melakukan pernapasan?
Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada malam hari atau siang
hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah timbul gejala
secara terus-menerus atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gej
ala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderit
a TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah
bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes mellitus. Tanyaka n menge
nai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan, obat-obat ini melipu
ti obat OAT dan antitusif.Catat adanya efek samping yang terjai di masa lalu.Kaji lebih dalam te
ntang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pa
da klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya
anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT.
D. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memp
eroleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Perawat mengumpu
lkan data hasil pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini.Data ini pen
ting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang seksama.Pada kondi
si, klien dengan TB paru sering mengalami kecemasan bertingkat sesuiai dengan keluhan yang d
ialaminya.
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemerikasaan fisik umum per system dari
observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B
4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone) serta pemeriksaan yang focus pada B2 dengan pemeriksa
an menyeluruh system pernapasan.
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas pandang dengan me
nilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh.Selain itu, perlu di nilai secara umum tentang kesadaran kli
en yang terdiri atas compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut na
di biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan t
ekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit seperti hipertensi.
Manusia
Kebutuhan Dasar Pasien mengacu pada pola kesehatan fungsional, menurut Gordon antara lain :
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, kondisi kulit, rambut dan kuku.
Pada pasien dengan TBC Paru nutrisi dan metaboliknya meliputi intake makanan dan cairan, pol
a makan, diet, masalah menelan, anoreksia, makanan kesukaan pasien.
c. Pola Eliminasi
Menggambarkan pola latihanaktifitas, fungsi pernapasan dan sirkulasi. Dilihat pula kebiasaan ber
aktifitas sehari-hari seperti makan minum,mandi, toileting, berpakaian, mobilitas tempat tidur berp
indah, ambulasi ROM.
Menggambarkan pola tidur,istirahat dan persepsi tentang tingkat energi. Jumalah jam tidur pada
siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia, penggunaan obat.
Gejala
Tanda
Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeri
ngat.
Mimpi buruk.
f. Integritas Ego
Gejala
Tanda
Adanya faktor stres lama.
Populasi budaya.
g. Makanan / cairan.
Gejala :
Anorexia.
h. Penurunan BB.
Tanda :
i. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
Tanda :
j. Pernafasan
Gejala :
Tanda :
Batuk produktif atau tidak produktif.
Nafas pendek.
o Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilater
al (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas,
krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels posttusi
c).
o Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).
k. Keamanan.
Gejala :
Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
Tanda :
o Interaksi sosial.
l. Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola Persepsi sensori meliputi fungsi penglihatan, pend
engaran, perasaan, pembau dan kompensasi terhadap tubuhnya. Sedangkan kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat pasien terhadap peristiwa yang lama dan baru terjadi.
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan peran,harga diri, i
dentitas, adanya kecemasan.
Menggambarkan hubungan klien dengan anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien,
pekerjaan,tingkah laku,masalah keuangan.
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan seksualitas. Riwaya
t penyakit hubungan seks, riwayat haid.
2) Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluknya dan
konsekwensinya.
3.2. DIAGNOSA
Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan me
rupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatas dengan
tindakan keperawatan (H. Lismidar, 1990, 12). Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuska
n diagnosa keperawatan pada klien dengan tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai beri
kut :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan k
urangnya upaya batuk
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan keleti
han, anorerksia atau dispnea.
5. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental, kele
mahan dan upaya untuk batuk.
2. Kriteria hasil :
dipsnea berkurang
Rencana tindakan
Rasionalisasi
.
1. Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat se
tiap peruhan
5. Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 ja
m.
e. Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar
b. Diagnosa keperawatan kedua : perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang se
hubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea.
1. Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tan
da malnutrisi
2. Kriteria hasil
Rencana tindakan
Rasionalisasi
1. Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mu
al / muntah atau diare.
5. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
a. Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan indervensi yang te
pat.
d. Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi ya
ng merangsang pusat muntah.
f. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik dan diet.
c. Diagnosa keperawatan ketiga : potensial terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan den
gan kurangnya pengtahuan tentang resiko patogen.
2. Kriteria hasil :
klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan konta
k klien.
Rencana tindakan.
Rasionalisasi
2. Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah s
erta tehnik mencuci tangan yang tepat.
3. Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.
a. Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran infeksi
c. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma sosial seh
ubungan dengan penyakit menular
d. Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan meng
hindari insiden eksaserbasi
e. Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya r
ongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan
Rencana tindakan
Rasionalisasi
1. Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media
yang terbaik bagi klien.
2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, de
mam, kesulitan bernafas.
3. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan
lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain.
5. Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanya
an secara nyata.
6. Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal ob
at.
1. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
.
2. Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek ob at yang me
merlukan evaluasi lanjut.
6. Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar informasi.
Pengulangan penguatkan belajar.
7. Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis, yang dapat se
cara nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan.
2. Kriteria hasil :
Rencana tindakan
Rasionalisasi
1. Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan
otot aksesori
3. Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk d an latihan untuk n
afas dalam.
a. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi menunjukkan akum
ulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan pengg
unaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja penafasan.
b. Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh kerusa
kan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
c. Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan. Ve
ntilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk dilakukan.
d. Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu menge
luaran sekret.
e. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah dila
kukan.
2. Kreteria hasil :
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang n
ormal
Rencana tindakan
Rasionalisasi
1. Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasny
a ekspansi dinding dada
2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit, termas
uk membran mukosa
a. TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai inflamasidi
fus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernapasan
b. Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan ja
rigan
c. Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu m
enyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek
e. Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menu
njukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi
f. Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan v
entilasi atau menurunya permukaan alveolar paru.
2. Kriteria hasil :
Rencana tindakan
Rasionalisasi
1. kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit
b. Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid temasuk perubahan
mood dan uisomnia
e. Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur.
3.4 Implementasi
Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien (Budi Anna keliat, SKP, th 1994, hal 13)
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
(Diagnosa, tujuan Intervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota
tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawata
n tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika tindakan belum hasil.
Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan se
jauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
rencana yang ditentukan, adapun alternatif tersebut adalah :
1. Tujuan tercapai
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah dr
oplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.Akibat terkena sinar matahari atau su
hu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibant
u dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet
nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpoten
si terkena infeksi bakteri tuberkolosis
SARAN
a. Hendaknya mewaspadai terhadap droplet yang dikeluarkan oleh klien dengan TB paru k
arena merupakan media penularan bakteri tuberculosis
b. Memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan gejala adanya TB paru.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, (Ed), (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Pe
nyakit Dalam FKUI.
Soeparman dan sarwono Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Berbagi
1 komentar:
Balas
Beranda
Mengenai Saya
Foto Saya
taufik sidqi