Dalam hal ini kelompok mengangkat askep PPOM pada lansia dikarenakan penyakit ini sangat menonjol
(berdasarkan buku Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri hal 39 tahun 2000).
A. Pengkajian
Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada kegiatan sehari – hari. Ukur
kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan juga mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan
yang merupakan faktor pendukung terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi type dari gejala yang
muncul antara lain, tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi lainnya antara lain perjalanan
penularan temperatur dan stress.
Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada, Respiratory Rate dan Pola
pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan
bau sputum. Palpasi dan perkusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan
gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan diafragma. Ketika mengauskultasi dinding
dada pada dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup waktu untuk kenyamanan dengan menarik nafas
dalam tanpa adanya rasa pusing (dizzy) (Loukenotte, M.A, 2000).
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan riwayat
kesehatan yang jelas dari proses penyakit :
4. Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?
1. Aktifitas / istirahat
Keletihan, kelemahan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Makanan / cairan
Mual / muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, turgor kulit buruk,
berkeringat.
5. Higiene
6. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu pernafasan.
7. Keamanan
8. Seksualitas
Penurunan libido.
9. Interaksi sosial
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim pada lansia dengan PPOM menurut (Kushariyadi:2011), antara lain :
Berhubungan dengan :
- Infeksi
- Trauma
- Bronkospasme
Ditandai dengan :
- Sianosis,dispnea,demam,takipnea
Berhubungan dengan :
- Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, dan jebakan udara).
Ditandai dengan :
- Dipsnea.
Berhubungan dengan :
- Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap makanan karena faktor
biologis dan psikologis.
- Dipsnea.
- Kelemahan.
- Produkasi sputum.
- Anoreksia, mual/muntah.
Ditandai dengan :
- Tidak adekuatnya pertahanan utama (kulit luka, penurunan kerja silia, menetapnya sekret).
- Malnutrisi.
Berhubungan dengan:
Ditandai dengan:
Intervensi / Perencanaan
Berhubungan dengan :
- Infeksi
- Trauma
- Kerusakan perseptual / kognitif
- Bronkospasme
Ditandai dengan :
- Sianosis,dispnea,demam,takipnea
Tindakan keperawatan :
No
rasional
Mandiri :
Bunyin nafas. Catat adanya bunyi napas, misal, mengi, ronhi, dan krekels.
Beberapa drajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /dimanispestasikan
adanya bunyi nafas adventisius , misal, penyebaran, krekels basah (bronchitis), bunyi nafas redup dengan
ekspirasi mengi (asma berat) atau tidak ada bunyi nafas (emfisema)
2
Kaji frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi
Takipnea biasanya ditemukan selama stress/proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang disbanding inspirasi
Catat derajat dispnea, misal, keluhan sesak, gelisah ansietas, distress pernafasan, dan penggunaan otot
bantu nafas
Disfungsi pernafasan selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit , misal, infeksi,
reaksi alergi.
Beri posisi yang nyaman, misal, peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Peniggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
Dukungan tangan/kaki dengan meja, bantal, membantu menurunkan kelemahan otot, dan sebagai alat
ekspansi dada.
Bantu untuk mengambil posisi batuk yang nyaman dan ajarkan teknik batuk yang efektif.
Bentuk efektif membutuhkan napas dalam kontraksi otot pernapasan, khususnya otot abdomen, untuk
meningkatkan tekanan intratorak dan pegleuaran sekresi.
Tetapi fisik dada meliputi vibrilasi, perkusi, dan drainase postural bagian paru tertentu (segmen). Vibrilasi
dilakukan pada dinding dada, bersama dengan gaya gravitasi dan ekshalasi perlahan setelah napas
dalam, mengeluarkan lendir yang tersembunyi pada jalan napas dan membersihkannya.
Minimalkan polusi lingkungan misalnya debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan kondisi individu
9
Observasi karakteristi batuk, misal, menetap, batuk pendek. Bantu tindakan memperbaiki keefektifan
batuk
Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektf, khususnya klien lansia, sakit akut/kelemahan. Batuk paling
efektif pada posisi duduk tinggi/kepala dibawah, setelah perkusi dada
10
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/ hari sesuai toleranasi jantung, memberikan air hangat.
Anjurkan masukan cairan sebagai pengganti makanan
Hidrasi menurunkan kekentalan secret sehingga mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat
menurunkan spasne bronkus, cairan selama makan meningkatkan distensi gaster dan tekanan diafragma
Kolaborasi
11
Merelaksasi otot halus dan menurunkan kongestil okal, menurunkan spasme jalan napas, mengi dan
produksi, mukosa. Obat obat mungkin per oral, injeksi atau inhalasi
Rasional
Antimicrobial
Menurunkan edema glukosa dan spasma otot polos dalam peningkatan langsung siklus amp
menurunkan kelemahan otot/ kegagalan pernapasan dengan meningkatkan kontrakbilitas diafragma
Batuk menetap yang melelahkan perlu diteakan untuk mengehemat energi dan memunginkan klien
istirahat.
12
13
Drainase postural dan perkusi untuk membuangnya banyaknya sekresi kental dan memperbaiki ventilasi
pada segmen dasar paru. Catatan : dapat meningkatkan spasme bronkus pada asma
14
Berhubungan dengan :
- Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, dan jebakan udara).
Ditandai dengan :
- Dipsnea.
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distres pernapasan.
Tindakan keperawatan :
Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot bantu napas, pernapasan bibir,
ketidakmampuan bicara.
Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan kronisnya proses penyakit.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam
perlahan/napas bibir sesuai kebutuhan atau toleransi klien.
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan
kolaps jalan napas, dipsnea, dan kerja napas.
Sianosis perifer (pada kuku)/sentral (pada bibir dan daun telinga) berwarna keabu-abuan. Sianosis
sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas
kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
5. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan bunyi tambahan.
6. Palpasi fremitus.
Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen
menunjukkan disfungsi serebral berhungan dengan hipoksemia.
8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas, berikan lingkungan tenang. Batasi aktivitas atau dorong untuk
tidu/istirahat di kursi selama fase akut. Lakukan aktivitas bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi.
Selam distres pernapasan berat/akut/refraktori klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
karena hipksemia dan dipsnea. Program latihan ditujukan meningkatkan ketahanan, kekuatan tanpa
menyebabkan dipsnea berat, dan meningkatkan rasa sehat.
Takikardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.
Kolaborasi :
PaCO2 biasanya meningkat (bronkitis, emfisema) dan PaO2 secara umum menurun sehingga hipoksia
terjadi dengan derajat lebih kecil/lebih besar. Catatan : PaCO2 “normal”/meningkat menandakan
kegagalan pernapasan yang akan datang selama asmatik.
11. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi klien.
Mencegah memburuknya hipoksi. Catatan ; emfisema kronis, mengatur pernapasan ditentukan oleh
kadar CO2 dikeluarkan dengan PaO2 berlebihan.
12. Berikan penekan susunan saraf pusat (antiansietas, sedatif, narkotik) dengan hati-hati.
Mengontrol ansietas/gelisah meningkatkan konsumsi oksigen, eksaserbasi dipsnea. Pantau ketat karena
dapat terjadi gagal napas.
Berhubungan dengan :
- Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap makanan karena faktor
biologis dan psikologis.
- Dipsnea.
- Kelemahan.
- Produkasi sputum.
- Anoreksia, mual/muntah.
Ditandai dengan :
- Kelemahan.
- Menunjukan perilaku atu perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat
yang tepat.
Tindakan keperawatan:
Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri:
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.
Klien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dipsnea, produksi sputum, dan obat. Klien PPOM
mempunyai kebiasaan buruk, meskipun kegagalan pernapasan membuat status hiprmetabolik dan
terjadi peningkatan kebutuhan kalori.
Penurunan bising usus menunjukan penurunan motilitas gaster dan konstipasi berhubungan dengan
pembatasan pemasukkan cairan, pilihan makan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3. Berikan perawatan oral sering, buang sekrekt, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasa tidak enak, bau, dan penampilan adalah pengganggu utama nafsu makan, membuat mual, muntah
dengan peningkatan kesulitan nafas.
Mencatat asupan oral dan kemajuan klien terhadap asupan yang tidak adekuat.
5. dorong periode istirahat semalam, serta 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil
tapi sering.
Menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan
masukan kalori total.
Mengahasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma, serta dapat
meningkatkan dipsnea.
Menentukan kebutuhan kalori, menyusun target berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Penambahan kecil seperti margarin, mentega dan coklat akan meningkatkan asupan kalori.
Kolaborasi :
10. Konsul ahli gizi/nutrisi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna, nutrisi seimbang, misal,
nutrisi tambahan oral atau selang, serta secara parenteral.
Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/kebutuhan klien untuk memberikan nutrisi
maksimal dengan upaya minimal klien atau penggunaan energi.
11. Kaji pemerikasaan laboratorium, misal, albumin serum, transferin, asam amino, besi, keseimbangan
nitrogen, glukosa, fungsi hati dan elektrolit.
- Tidak adekuatnya pertahanan utama (kulit luka, penurunan kerja silia, menetapnya sekret).
- Malnutrisi.
- Menunjukan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Tindakan keperawatan :
Tindakan /intervensi
Rasional
1. Observasi waktu.
2. Auskultasi paru secara ketat. Anjurkan klien melaporkan bila sakit tenggorokan.
3. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat.
Aktivitas meningkatkan mobilitas dan pengeluaran sekret untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi
paru.
Kolaborasi:
9. Dapatkan spesimen sputum dengan batuk/penghisapan untuk pewarnaan kuman gram, kultur, atau
sensitivitas.
Diberikan untuk mikroorganisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas, atau berikan
secara profolaktik karena resiko tinggi.
Berhubungan dengan:
Ditandai dengan:
- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan hubungan dengan
faktor penyebab.
Tindakan keperawatan:
Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri:
1. Jelaskan tentang proses penyakit. Dorong klien atau keluarga untuk mengajukan pertanyaan.
2. Intruksikan klien untuk latihan napas, batuk efektif, dan latihan kondisi umum.
Nafas bibir dan nafas abdominnal atau diafragma menguatkan otot pernafasan, meminimalkan kolaps
jalan nafas kecil. Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot, dan rasa sehat.
3. Diskusikan obat pernafasan, efek samping, dan reaksi yang tidak di inginkan.
Penting untuk memahami perbedaan antara efek samping pengganggu (obat dianjurkan) dan efek
samping merugikan (dihentikan/diganti).
4. Tunjukan teknik penggunaan dosis inhaler seperti cara memegang, interval semprotan 2-5 menit,
bersihkan inhaler.
Meskipun klien gugup dan perlu sedatif, obat ini dapat menekan pernafasan dan melindungi mekanisme
batuk.
Menurunkan pertumbuhan bakteri mulut, yang menimbulkan infeksi saluran nafas atas.
7. Diskusikan untuk menghindari orang yang terinfeksi pernafasan. Tekankan perlunya vaksinasi
influenza.
Faktor lingkungan dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi bronkial, serta menimbulkan
peningkatan produksi sekter dan hambatan jalan nafas.
9. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan untuk berhenti merokok pada klien dan keluarga.
Penghentian merokok menghambat kemajuan PPOM. Usaha berhenti merokok diperlukan kelompok
pendukung dan pengawasan medik.
10. Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dengan periode istirahat untuk mencegah
kelemahan, menghemat energi selama aktivitas menggunakan nafas bibir, posisi berbaring.
11. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medis, foto rontgen, dan kultur sputum.
Pengawasan proses penyakit membuat program terapi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan
mencegah komplikasi.
12. Rujuk untuk evaluasi perawatan dirumah. Berikan rencana perawatan dan pengkajian dasar fisik
untuk perawatan.
Evaluasi
Fokus utama pada klien Lansia dengan PPOM adalah untuk mengembalikan kemampuan dalam ADLS,
mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan. Klien Lansia mungkin membutuhkan
perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk memonitor kemampuan beradaptasi dan
menggunakan tehnik energi conserving, untuk mengurangi sesak nafas, dan kecemasan yang diajarkan
dalam rehabilitasi paru. Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik
rehabilitasi yang diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka harus mempunyai
pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya hidup mereka.(Leukenotte, M A,
2000 : 502)