Anda di halaman 1dari 18

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF MENAHUN (PPOM)

Dalam hal ini kelompok mengangkat askep PPOM pada lansia dikarenakan penyakit ini sangat menonjol
(berdasarkan buku Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri hal 39 tahun 2000).

A. Pengkajian

Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada kegiatan sehari – hari. Ukur
kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan juga mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan
yang merupakan faktor pendukung terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi type dari gejala yang
muncul antara lain, tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi lainnya antara lain perjalanan
penularan temperatur dan stress.

Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada, Respiratory Rate dan Pola
pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan
bau sputum. Palpasi dan perkusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan
gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan diafragma. Ketika mengauskultasi dinding
dada pada dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup waktu untuk kenyamanan dengan menarik nafas
dalam tanpa adanya rasa pusing (dizzy) (Loukenotte, M.A, 2000).

Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan riwayat
kesehatan yang jelas dari proses penyakit :

1. Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan ?

2. Apakah aktivitas meningkatkan dispnea? Jenis aktivitas apa?

3. Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?

4. Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?

5. Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?

6. Apa yang pasien ketahui tentang penyakit dan kondisinya?


Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan; pertanyaan yang patut
dipertimbangkan untuk mendapatkan data lebih lanjut termasuk :

1. Berapa frekuensi nadi dan pernapasan pasien?

2. Apakah pernapasan sama dan tanpa upaya?

3. Apakah pasien mengkonstriksi otot-otot abdomen selama inspirasi?

4. Apakah pasien menggunakan otot-otot aksesori pernapasan selama pernapasan?

5. Apakah tampak sianosis?

6. Apakah vena leher pasien tampak membesar?

7. Apakah pasien mengalami edema perifer?

8. Apakah pasien batuk?

9. Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?

10. Bagaimana status sensorium pasien?

11. Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?

Hal-hal yang juga perlu dikaji adalah :

1. Aktifitas / istirahat

Keletihan, kelemahan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.

2. Sirkulasi

Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan darah,takikardi.

3. Integritas ego

Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan,peka rangsang

4. Makanan / cairan

Mual / muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, turgor kulit buruk,
berkeringat.

5. Higiene

Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari, kebersihan


buruk, bau badan.

6. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu pernafasan.

7. Keamanan

Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.

8. Seksualitas

Penurunan libido.

9. Interaksi sosial

Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan mobilitas fisik.

(Doengoes, 2000 :152 ).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim pada lansia dengan PPOM menurut (Kushariyadi:2011), antara lain :

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

Berhubungan dengan :

- Infeksi

- Trauma

- Kerusakan perseptual / kognitif

- Bronkospasme

- Peningkatan produksi sekret,sekresi tertahan,tebal,sekresi kental

- Penurunan energi / kelemahan

Ditandai dengan :

- Sianosis,dispnea,demam,takipnea

- Pernyataan kesulitan bernapas

- Perubahan kedalaman atau kecepatan pernapasan,penggunaan otot aksesori

- Bunyi napas abnormal,misal,mengi,ronkhi,krekels

- Batuk (menetap),dengan / tanpa produksi sputum


2. Kerusakan Pertukaran Gas

Berhubungan dengan :

- Perubahan aliran darah

- Perubahan kapasitas angkut oksigen oleh darah

- Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, dan jebakan udara).

- Kerusakan membran alveo-kapiler.

Ditandai dengan :

- Dipsnea.

- Somnolen, mudah terangsang, bingung, gelisah.

- Ketidakmampuan mengeluarkan sekret.

- Nilai GDA abnormal (hipoksia dan hiperkapnia).

- Perubahan tanda vital.

- Penurunan toleransi terhadap aktivitas.

3. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Berhubungan dengan :

- Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap makanan karena faktor
biologis dan psikologis.

- Dipsnea.

- Kelemahan.

- Efek samping obat.

- Produkasi sputum.

- Anoreksia, mual/muntah.

Ditandai dengan :

- Kelemahan otot menelan atau pengunyah.

- Penurunan berat badan.

- Kehilangan masa otot, tonus otot buruk.


- Kelemahan.

- Mengeluh gangguan sensasi pengecapan.

- Keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan.

4. Risiko Tinggi Terhadap Infeksi

Faktor risiko meliputi :

- Kurangnya pengetahuan untuk menghindar dari lingkungan patogen.

- Tidak adekuatnya pertahanan utama (kulit luka, penurunan kerja silia, menetapnya sekret).

- Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, penigkatan pemajanan pada lingkungan).

- Proses penyakit kronis.

- Malnutrisi.

5. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) mengenai kondisi, pengobatan

Berhubungan dengan:

- Kurang informasi/tidak mengenal ssumber informasi

- Salah mengerti tentang informasi

- Kurang mengingat/keterbatasan kognitif

Ditandai dengan:

- Pertanyaan tentang informasi

- Pernyataan masalah/kesalahan konsep

- Tidak akurat mengikuti intruksi

- Terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Intervensi / Perencanaan

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

Berhubungan dengan :

- Infeksi

- Trauma
- Kerusakan perseptual / kognitif

- Bronkospasme

- Peningkatan produksi sekret,sekresi tertahan,tebal,sekresi kental

- Penurunan energi / kelemahan

Ditandai dengan :

- Sianosis,dispnea,demam,takipnea

- Pernyataan kesulitan bernapas

- Perubahan kedalaman atau kecepatan pernapasan,penggunaan otot aksesori

- Bunyi napas abnormal,misal,mengi,ronkhi,krekels

- Batuk (menetap),dengan / tanpa produksi sputum

Kriteria hasil / kriteria evaluasi :

- Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih

- Menunjukan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas,misal,batuk efektif dan


mengeluarkan sekret.

Tindakan keperawatan :

No

Tindakan atau intervensi

rasional

Mandiri :

Bunyin nafas. Catat adanya bunyi napas, misal, mengi, ronhi, dan krekels.

Beberapa drajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /dimanispestasikan
adanya bunyi nafas adventisius , misal, penyebaran, krekels basah (bronchitis), bunyi nafas redup dengan
ekspirasi mengi (asma berat) atau tidak ada bunyi nafas (emfisema)

2
Kaji frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi

Takipnea biasanya ditemukan selama stress/proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang disbanding inspirasi

Catat derajat dispnea, misal, keluhan sesak, gelisah ansietas, distress pernafasan, dan penggunaan otot
bantu nafas

Disfungsi pernafasan selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit , misal, infeksi,
reaksi alergi.

Beri posisi yang nyaman, misal, peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

Peniggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
Dukungan tangan/kaki dengan meja, bantal, membantu menurunkan kelemahan otot, dan sebagai alat
ekspansi dada.

Bantu untuk mengambil posisi batuk yang nyaman dan ajarkan teknik batuk yang efektif.

Bentuk efektif membutuhkan napas dalam kontraksi otot pernapasan, khususnya otot abdomen, untuk
meningkatkan tekanan intratorak dan pegleuaran sekresi.

Lakukan vibrasi pada daerah yang sesuai selama ekshalasi

Tetapi fisik dada meliputi vibrilasi, perkusi, dan drainase postural bagian paru tertentu (segmen). Vibrilasi
dilakukan pada dinding dada, bersama dengan gaya gravitasi dan ekshalasi perlahan setelah napas
dalam, mengeluarkan lendir yang tersembunyi pada jalan napas dan membersihkannya.

Minimalkan polusi lingkungan misalnya debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan kondisi individu

Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan mejadi episode akut

Bantu latihan napas abdomen atau bibir

Memberikan beberapa cara mengatasi dan mengontrol dispnea

9
Observasi karakteristi batuk, misal, menetap, batuk pendek. Bantu tindakan memperbaiki keefektifan
batuk

Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektf, khususnya klien lansia, sakit akut/kelemahan. Batuk paling
efektif pada posisi duduk tinggi/kepala dibawah, setelah perkusi dada

10

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/ hari sesuai toleranasi jantung, memberikan air hangat.
Anjurkan masukan cairan sebagai pengganti makanan

Hidrasi menurunkan kekentalan secret sehingga mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat
menurunkan spasne bronkus, cairan selama makan meningkatkan distensi gaster dan tekanan diafragma

Kolaborasi

11

Berobat sesuai indikasi.

Bronkodilator, misal, agonis: epineprin(adrenalin, paponeprin), albuterol (proventil ,pentolin), terbutalin


(brethinine, brethaire), isoetarin (bronkosol, bronkometer)

Merelaksasi otot halus dan menurunkan kongestil okal, menurunkan spasme jalan napas, mengi dan
produksi, mukosa. Obat obat mungkin per oral, injeksi atau inhalasi

Tindakan atau interfensi

Rasional

- Xantil, misal, aminupilin, oxtripilin


Steroid oral, IV. Dan inhalasi metal prednisolon, ( medrol, dexametason (decnadal, antihistamin, misal,
beklometason, triansimolon,

Antimicrobial

Analgesic, penekan batuk/antitusif, misal kodein, dextromethorphan

Menurunkan edema glukosa dan spasma otot polos dalam peningkatan langsung siklus amp
menurunkan kelemahan otot/ kegagalan pernapasan dengan meningkatkan kontrakbilitas diafragma

Kortikosteroid mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran hestamin menurunkan berat dan


prekeuensi sepasme jalan napas, implamasi pernapasan, dan dipsnea.

Mengontrol infeksi pernapasan atau penomonia

Batuk menetap yang melelahkan perlu diteakan untuk mengehemat energi dan memunginkan klien
istirahat.

12

Berikan humidifikasi tambahan, msial, nebulizer ultranik, humidifier aerosol ruangan


Kelembapan menurunkan kekentalan secret sehingga mempermudah pengeluaran dan membantu
menurunkan/mencegah pembenetukan mukosan tebal pada bronkus

13

Bantu pengobatan pernapasan, misal, IPPB, fisioterapi dada

Drainase postural dan perkusi untuk membuangnya banyaknya sekresi kental dan memperbaiki ventilasi
pada segmen dasar paru. Catatan : dapat meningkatkan spasme bronkus pada asma

14

Awasi atau buat grafik GDA, nadi oksimetri, foto dada.

Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi

2. Kerusakan Pertukaran Gas

Berhubungan dengan :

- Perubahan aliran darah

- Perubahan kapasitas angkut oksigen oleh darah

- Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, dan jebakan udara).

- Kerusakan membran alveo-kapiler.

Ditandai dengan :

- Dipsnea.

- Somnolen, mudah terangsang, bingung, gelisah.

- Ketidakmampuan mengeluarkan sekret.

- Nilai GDA abnormal (hipoksia dan hiperkapnia).

- Perubahan tanda vital.

- Penurunan toleransi terhadap aktivitas.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi :

- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distres pernapasan.

- Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi.


- Berkurang atau tidak adanya gangguan status mental dan istirahat.

Tindakan keperawatan :

Tindakan/intervensi

Rasional

Mandiri :

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot bantu napas, pernapasan bibir,
ketidakmampuan bicara.

Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan kronisnya proses penyakit.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam
perlahan/napas bibir sesuai kebutuhan atau toleransi klien.

Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan
kolaps jalan napas, dipsnea, dan kerja napas.

3. Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

Sianosis perifer (pada kuku)/sentral (pada bibir dan daun telinga) berwarna keabu-abuan. Sianosis
sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

4. Dorong mengeluarkan sputum, lakukan penghisapan bila diindikasikan.

Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas
kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

5. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan bunyi tambahan.

Bunyi napas redup karena penurunan aliran udara/area konsolidasi.mengindikasikan spasme


bronkus/tertahannya sekret. Krekels basah menyebar menunjukkan cairan pada
interstisial/dekompensasi jantung.

6. Palpasi fremitus.

Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara.

7. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.

Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen
menunjukkan disfungsi serebral berhungan dengan hipoksemia.

8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas, berikan lingkungan tenang. Batasi aktivitas atau dorong untuk
tidu/istirahat di kursi selama fase akut. Lakukan aktivitas bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi.
Selam distres pernapasan berat/akut/refraktori klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
karena hipksemia dan dipsnea. Program latihan ditujukan meningkatkan ketahanan, kekuatan tanpa
menyebabkan dipsnea berat, dan meningkatkan rasa sehat.

9. Awasi tanda vital dan irama jantung.

Takikardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.

Kolaborasi :

10. Awasi GDA dan nadi oksimetri.

PaCO2 biasanya meningkat (bronkitis, emfisema) dan PaO2 secara umum menurun sehingga hipoksia
terjadi dengan derajat lebih kecil/lebih besar. Catatan : PaCO2 “normal”/meningkat menandakan
kegagalan pernapasan yang akan datang selama asmatik.

11. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi klien.

Mencegah memburuknya hipoksi. Catatan ; emfisema kronis, mengatur pernapasan ditentukan oleh
kadar CO2 dikeluarkan dengan PaO2 berlebihan.

12. Berikan penekan susunan saraf pusat (antiansietas, sedatif, narkotik) dengan hati-hati.

Mengontrol ansietas/gelisah meningkatkan konsumsi oksigen, eksaserbasi dipsnea. Pantau ketat karena
dapat terjadi gagal napas.

13. Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik.

Kegagalan napas perlu upaya tindakan penyelamatan hidup.

3. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Berhubungan dengan :

- Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap makanan karena faktor
biologis dan psikologis.

- Dipsnea.

- Kelemahan.

- Efek samping obat.

- Produkasi sputum.

- Anoreksia, mual/muntah.
Ditandai dengan :

- Kelemahan otot menelan atau pengunyah.

- Penurunan berat badan.

- Kehilangan masa otot, tonus otot buruk.

- Kelemahan.

- Mengeluh gangguan sensasi pengecapan.

- Keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi :

- Menunjukan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

- Mengonsumsi diet tinggi kalori yang seimbang (±2400 kalori).

- Menunjukan perilaku atu perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat
yang tepat.

Tindakan keperawatan:

Tindakan/intervensi

Rasional

Mandiri:

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.

Klien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dipsnea, produksi sputum, dan obat. Klien PPOM
mempunyai kebiasaan buruk, meskipun kegagalan pernapasan membuat status hiprmetabolik dan
terjadi peningkatan kebutuhan kalori.

2. Auskultasi bunyi usus

Penurunan bising usus menunjukan penurunan motilitas gaster dan konstipasi berhubungan dengan
pembatasan pemasukkan cairan, pilihan makan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.

3. Berikan perawatan oral sering, buang sekrekt, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasa tidak enak, bau, dan penampilan adalah pengganggu utama nafsu makan, membuat mual, muntah
dengan peningkatan kesulitan nafas.

4. Ajarkan dan awasi penggunaan makan sehari-hari.

Mencatat asupan oral dan kemajuan klien terhadap asupan yang tidak adekuat.

5. dorong periode istirahat semalam, serta 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil
tapi sering.

Menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan
masukan kalori total.

6. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Mengahasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma, serta dapat
meningkatkan dipsnea.

7. Hindari makanan yang sangat panas/sangat dingin.

Suhu ekstrem mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.

8. Timbang berat badan sesuai indikasi.

Menentukan kebutuhan kalori, menyusun target berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

Catatan : penurunan berat badan dapat berlanjut, meskipun masukan adekuat.

9. Bantu keluarga merencanakan makanan tinggi kalori dan protein.

Penambahan kecil seperti margarin, mentega dan coklat akan meningkatkan asupan kalori.

Kolaborasi :

10. Konsul ahli gizi/nutrisi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna, nutrisi seimbang, misal,
nutrisi tambahan oral atau selang, serta secara parenteral.

Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/kebutuhan klien untuk memberikan nutrisi
maksimal dengan upaya minimal klien atau penggunaan energi.

11. Kaji pemerikasaan laboratorium, misal, albumin serum, transferin, asam amino, besi, keseimbangan
nitrogen, glukosa, fungsi hati dan elektrolit.

Mengevaluasi atau mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi.

12. Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.

Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan.


4. Risiko Tinggi Terhadap Infeksi

Faktor risiko meliputi :

- Kurangnya pengetahuan untuk menghindar dari lingkungan patogen.

- Tidak adekuatnya pertahanan utama (kulit luka, penurunan kerja silia, menetapnya sekret).

- Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, penigkatan pemajanan pada lingkungan).

- Proses penyakit kronis.

- Malnutrisi.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi :

- Menyatakan pemahaman penyebab atau faktor risiko.

- Tidak mengalami infeksi.

- Mengidentifikasi intervensi utuk mencegah atau menurunkan risiko infeksi.

- Menunjukan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Tindakan keperawatan :

Tindakan /intervensi

Rasional

1. Observasi waktu.

Demam terjadi karena infeksi/dehidrasi.

2. Auskultasi paru secara ketat. Anjurkan klien melaporkan bila sakit tenggorokan.

Tanda khusus inflamasi mungkin tidak terlihat pada neutropenia.

3. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat.

Aktivitas meningkatkan mobilitas dan pengeluaran sekret untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi
paru.

4. Observasi warna, karakter, nau aputum.

Sekret berbau, kuning/kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.


5. Tunjukan dan bantu tentang pembuangan tisu dan sputum. Tekankan teknik cuci tangan yang benar
dan penggunaan sarung tangan bila memegang/membuang tisu, serta wadah sputum.

Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.

6. Awasi pengunjung, berikan masker sesuai indikasi.

Menurunkan potensial terpajan penyakit infeksi (misal ISK).

7. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

Menurunkan kebutuhan keseimbangan oksigen dan meningkatkan penyembuhan.

8. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Malnutrisi memengaruhi kesehatan umum, menurunkan tahanan terhadap infeksi.

Kolaborasi:

9. Dapatkan spesimen sputum dengan batuk/penghisapan untuk pewarnaan kuman gram, kultur, atau
sensitivitas.

Mengidentifikasi organisme penyebab dan ketahanan terhadap berbagai antimikrobal.

10. Berikan antimikrobal sesuai indikasi.

Diberikan untuk mikroorganisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas, atau berikan
secara profolaktik karena resiko tinggi.

5. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) mengenai kondisi, pengobatan

Berhubungan dengan:

- Kurang informasi/tidak mengenal ssumber informasi

- Salah mengerti tentang informasi

- Kurang mengingat/keterbatasan kognitif

Ditandai dengan:

- Pertanyaan tentang informasi

- Pernyataan masalah/kesalahan konsep

- Tidak akurat mengikuti intruksi

- Terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.


Kriteria hasil/kriteria evaluasi:

- Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan hubungan dengan
faktor penyebab.

- Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Tindakan keperawatan:

Tindakan/intervensi

Rasional

Mandiri:

1. Jelaskan tentang proses penyakit. Dorong klien atau keluarga untuk mengajukan pertanyaan.

Menurunkan ansietas dan menimbulkan perbaikan partisipasi rencana pengobatan.

2. Intruksikan klien untuk latihan napas, batuk efektif, dan latihan kondisi umum.

Nafas bibir dan nafas abdominnal atau diafragma menguatkan otot pernafasan, meminimalkan kolaps
jalan nafas kecil. Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot, dan rasa sehat.

3. Diskusikan obat pernafasan, efek samping, dan reaksi yang tidak di inginkan.

Penting untuk memahami perbedaan antara efek samping pengganggu (obat dianjurkan) dan efek
samping merugikan (dihentikan/diganti).

4. Tunjukan teknik penggunaan dosis inhaler seperti cara memegang, interval semprotan 2-5 menit,
bersihkan inhaler.

Pemberian obat yang tepat meningkatkan penggunaan dan keefektifan.

5. Hindari agen sedatif antiansietas kecuali diresepkan.

Meskipun klien gugup dan perlu sedatif, obat ini dapat menekan pernafasan dan melindungi mekanisme
batuk.

6. Tekankan pentingnya perawatan oral atau kebersihan gigi

Menurunkan pertumbuhan bakteri mulut, yang menimbulkan infeksi saluran nafas atas.

7. Diskusikan untuk menghindari orang yang terinfeksi pernafasan. Tekankan perlunya vaksinasi
influenza.

Menurunkan pemajanan dan insiden mendapatkan infeksi saluran nafas atas.


8. Diskusikan faktor yang meningkatkan kondisi, misal, udara terlalu kering, angin, lingkungan suhu
ekstrem, serbuk, asap tembakau, dll. Dorong klien atau keluarga mencari cara mengontrol.

Faktor lingkungan dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi bronkial, serta menimbulkan
peningkatan produksi sekter dan hambatan jalan nafas.

9. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan untuk berhenti merokok pada klien dan keluarga.

Penghentian merokok menghambat kemajuan PPOM. Usaha berhenti merokok diperlukan kelompok
pendukung dan pengawasan medik.

10. Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dengan periode istirahat untuk mencegah
kelemahan, menghemat energi selama aktivitas menggunakan nafas bibir, posisi berbaring.

Mempunyai pengetahuan membantu klien dalam membuat pilihan/keputusan informasi untuk


menurunkan dispnea, memaksimalkan tingkat aktivitas yang diinginkan, dan mencegah komplikasi.

11. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medis, foto rontgen, dan kultur sputum.

Pengawasan proses penyakit membuat program terapi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan
mencegah komplikasi.

12. Rujuk untuk evaluasi perawatan dirumah. Berikan rencana perawatan dan pengkajian dasar fisik
untuk perawatan.

Memberikan kelanjutan perawatan dan menurunkan frekuensi perawatan dirumah sakit.

Evaluasi

Fokus utama pada klien Lansia dengan PPOM adalah untuk mengembalikan kemampuan dalam ADLS,
mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan. Klien Lansia mungkin membutuhkan
perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk memonitor kemampuan beradaptasi dan
menggunakan tehnik energi conserving, untuk mengurangi sesak nafas, dan kecemasan yang diajarkan
dalam rehabilitasi paru. Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik
rehabilitasi yang diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka harus mempunyai
pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya hidup mereka.(Leukenotte, M A,
2000 : 502)

Anda mungkin juga menyukai