Definisi
Gangguan menelan adalah abnormaitas fungsi mekanisme menelan yang
dikatikan dengan defisit struktur atau fungsi mulut, faring, atau esofagus
Berhubungan Dengan :
defisit struktur atau fungsi mulut, faring, atau esofagus
DS :
Laporan secara verbal
DO :
Tampak mengalami kesulitan dalam menelan
Menelan berulang-ulang
Menelan sedikit demi sedikit
Makanan dikeluarkan dari mulut
Muntah
B. Rencana Keperawatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan
perbaikan dalam proses menelan dengan kriteria hasil:
Menunjukkan kemampuan menelan
Menunjukkan kemampuan mengosongkan rongga mulut
Menunjukkan kenyamanan dengan menelan
Peningkatan upaya menelan
Intervensi
NIC :
Kaji tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah, dan kemampuan
menelan
Pantau gerakan lidah klien saat makan
Pantau adanya penutupan bibir saat makan, minum, dan menelan
Pantau hidrasi tubuh (misalnya, asupan, haluaran, turgor kulit dan membran
mukosa)
Berikan perawatan mult jika diperlukan
Berikan atau gunakan alat bantu jika diperlukan
Bantu pasien untuk mengatur posisi kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan
makanan
Bantu pasien untuk menempatkan makanan di belakang mulut dan bagian
yang tidak sakit
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang makanan yang mudah ditelan
Pemeriksaan fisik
Anamnesis :
Riwayat DM
Poliuria, Polidipsi
Penglihatan kabur
Pemeriksan Fisik :
Hipotensi, Syok
2
Dehidrasi
Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda asing
yang menghalangi jalan nafas
Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu
pernafasas
Data subyektif
Status metabolik
Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau penyakit-penyakit akut
lain, stress yang berhubungan dengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan
atau terapi lain yang mempengaruhi glukosa darah, penghentian insulin atau obat anti
hiperglikemik oral.
Data Obyektif :
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi
/disorientasi, koma
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardi
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada,
disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola
mata cekung.
3
Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Eliminasi
Nutrisi/Cairan
Neurosensori
Nyeri/kenyamanan
Pernapasan
4
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan
meningkat
Keamanan
Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) Masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat
diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
a. B1 (Breath)
b. B2 (Blood)
1. Tachicardi
2. Disritmia
c. B3 (Bladder) :
Awalnyapoliuridapatdiikutioliguridananuri
d. B4 (Brain)
5
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala
Gangguan penglihatan
Gangguanmemori (baru, masa lalu), kacau mental, aktifitas kejang (tahap lanjut dari
DKA)
e. B5 (Bowel)
1. Distensi abdomen
2. Bisingususmenurun
f. B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur.
PENGKAJIAN PRIMER
4. PENGKAJIAN SEKUNDER
6
a. Kesadaran : Composmentis
c. Vital sign :
Nadi : 104
RR : 28
Suhu : 37,5%
2.1 Definisi
7
maksila, ostirium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus
semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Menurut Soepardi, EA. 2007
1. Anatomi
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat
pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus
frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal
merupakan hasil pneumatisasi tulang – tulang kepala, sehingga terbentuk
rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam
rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa
rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan,
kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah
ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid
anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus
sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior
rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada
usia antara 15-18 tahun.
a. Sinus Maksila
Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping
hidung Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir
sinus maksila bervolume 6-8 ml,sinus kemudian berkembang dengan
cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat
dewasa.Sinus maksila berbentuk pyramid.
8
B. Sinus Frontal
Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing
alis Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat
fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid.
Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan
mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. .
9
d. Membantu resonasi suara
Sinus ini mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonasi suara dan
mempengaruhi kualitas suara.
e. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
f. Membantu produksi mucus
Mucus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil
dibandingkan dengan mucus dari rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang masuk dengan udara inspirasi karena mucus
ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.
2.3 Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang
dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kea rah
tenggorokan untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang
mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan
menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2
macam, yaitu :
a. Faktor local adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan
terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor,
benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia (rambut halus
pada selaput lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS),
penggunaan obat – obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung
1. Penyebab pada sinusitis akut adalah :
a. Infeksi virus
10
S
i
n
u
sitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi
virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza
virus, dan Parainfluenza virus).
b. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam
keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh
menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus
lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang
biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan
sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus
11
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Secara umum, tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah :
a. Hidung tersumbat
b. Nyeri di daerah sinus
c. Sakit Kepala
d. Hiposmia / anosmia
e. Hoalitosis
f. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
2. Sinusitis maksila akut
12
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri
tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan
bercampur darah.
3. Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
4. Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang
setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
5. Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring
6. Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain
misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering
demam.
2.5 Klasifikasi
Menurut D. Thane R. Cody dkk, 1986
Klasifikasi sinusitis berdasarkan patologi berguna dalam penatalaksanaan pasien.
Di samping menamakan sinus yang terkena, beberapa konsep seperti lamaya
infeksi sinus, harus menjadi bagian klasifikasi
a. Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsug
dari satu hari sampai 3 minggu.
b. Sinusitis Sub Akut
Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4 minggu
sampai 12 minggu. Perubahan epitel di dalam sinus biasanya reversible pada
fase akut dan sub akut, biasanya perubahan tak reversible timbul setelah 3
bulan sinusitis sub akut yang berlanjut ke fase berikutnya / kronik.
c. Sinusitis Kronik
Fase kronik dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang
tidak terbatas.
2.6 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga
mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara
13
pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila
terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak
dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di
dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous.
Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya
sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan
media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen.
Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi
antibiotic. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi),
inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa
makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai
akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan
operasi.
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995
membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika
lebih dari 8 minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut
dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan
kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik
umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara
adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati
secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis
akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%)
dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di
temukan (20%). Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi
umumnya bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan
anaerob.
2.7 Epidemiologi
Angka kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak ada
batasan yang jelas mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang sinusitis
dibandingkan anak. Hal ini karena sering terjadinya infeksi saluran nafas atas
pada dewasa yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Rinoskopi anterior
14
Pada pemeriksaan Rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema
dan hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis
ethmoiditis kronis eksasserbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas misalnya
terlihat hipertrofi konka, konka polipoid ataupun poliposis hidung.
2. Rinoskopi posterior
Pada pemerikasaan Rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di
nasofaring dan dapat turun ke tenggorokan.
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi
Dilakukan di kamar gelap memakai sumber cahaya penlight berfokus jelas
yang dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Arah sumber cahaya
menghadap ke atas. Pada sinus normal tampak gambaran terang pada daerah
glabella. Pada sinusitis ethmoidalis akan tampak kesuraman
15
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses sub
periostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus
cavernosus.
3. Kelainan intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak dan
thrombosis sinus cavernosus
2.10 Pencegahan
1. Makan-makanan bergizi serta konsumsi vitamin C untuk menjaga dan
memperkuat daya tahan tubuh
2. Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus
maupun bakteri
3. Hindari stres
4. Hindari merokok
5. Usahakan hidung selalu lembab meskipun udara sedang panas
6. Hindari efek buruk dari polusi udara dengan menggunakan masker
7. Bersihkan ruang tempat tinggal
8. Istirahat yang cukup
9. Hindari alergen (debu,asap,tembakau) jika diduga menderita alergi
2.11 Penatalaksanaan
Menurut Amin & Hardhi, 2015
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan
menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan
pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban
yang ideal 45-55%
2. Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari
pada 5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa.
Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri,
rasa terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia
5. Antihistamin jikaada factor alergi
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis
media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau
komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki
saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari
16
sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-“ESS= fungsional
endoscopic sinus surgery). Tekhnologi ballon sinuplasty digunakan sebagai
perawatan sinusitis. Tekhnologi ini, sama dengan balloon Angioplasty untuk
menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk
membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan Sinus yang
normaldan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secaraperlahan
mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut
tanpa merusak jalur sinus.
BAB 3
APLIKASI KASUS
Kasus
Laporan Pendahuluan Sinusitis (Pre,Intra,Post Operasi) di Ruang Sentral
Bedah
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Defenisi
Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah
rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung.
Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga
pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis,
yaitu :
17
Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang
disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang
di produksi didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. Gerakan cilia
mendorong lendir ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran
ataupun organisme yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini
membengkak maka cairan lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar &
terperangkap di dalam rongga sinus.
Jadi sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang
menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat
tumbuhnya bakteri.
Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena
merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari
dasar, sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari
gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris),
sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila
terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga
mudah tersumbat.
2. Etiologi
Penyebab-penyebab sinusitis adalah :
a. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
b. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem
kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
d. Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.
e. Septum nasi yang bengkok
f. Tonsilitis yg kronik
Pada Sinusitis Kronik, yaitu:
1).Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
2).Alergi
3).Karies dentis ( gigi geraham atas )
4).Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
5).Benda asing di hidung dan sinus paranasal
6).Tumor di hidung dan sinus paranasal.
3. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga
mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai
18
mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi
edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat
bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam
ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous.
Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya
sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media
baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen.
Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi
antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi
berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin
membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai
akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan
operasi.
4. Manifestasi Klinik
a. Sinusitis akut
Gejala objektif : tampak pembengkakan di daerah muka.
Gejala subjektif : terbagi atas gejala sistemik, yaitu : demam dan rasa lesu,
pusing, ingus kental di hidung, serta hidung tersumbat.
b. Sinusitis sub akut
Gejala klinisnya sama denga sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya
(demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan,) sudah reda.
c. Sinusitis Kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok.
5. Pemerikasaan Penunjang
Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos
posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-
sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat
perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.
CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu
manila anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus
secacra keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan
sebagai penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan
pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi
sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau
gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas
kegunaannya. Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan
mengambil secret dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang
tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus
maksila.
19
Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila
melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila
yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.
6. Penatalaksanaan
Tujuan terapi sinusitis ialah:
a. Mempercepat penyembuhan
b. Mencegah komplikasi
c. Mencegah perubahan menjadi kronik
Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehinggan drenase dan
ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut
bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta
membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan
penisilin seperti amoksilin.
Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase,
maka dapat diberikan amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-
2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik
sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk
kuman negative gram dan anaerob.
Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan,
seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung
dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan,
karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila
ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus
maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan
yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita
kelainan alergi yang berat.
Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan
operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini
telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena
memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak
radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi
adekuat; sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip
ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.
7. Penyimpangan KDM
8. Kompilkasi
Komplikasi sinusitis . sinusitis dapat menyebabkan :
- Osteomiolitis & Abses subperiosteal
Osteomiolitis dan asbes subperiosteal biasanya akibat frontal dan lebih banyak
terjadi pada usia anak-anak.
Osteomiolitis akibat sinusitis maksila dapat menyebabkan fistula oroantral.
- Kelainan orbita
Kelainan orbita paling banyak disebabkan oleh sinusitis etmoid kemudian
berturut-turut akibat sinusitis frontal dan sinusitis maksila. Penyebaran
infeksinya melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan orbita
tersebut meliputi
20
a) Edema palpebra.
b) Selulitis orbita.
c) Abses subperiosteal.
d) Abses orbita.
e) Trombosis sinus kavernosus.
- Kelainan intrakarnial
a) Miningitis
b) Abses ekstradural
c) Abses subdural
d) Abses otak
e) Trombosis sinus kavernosus
- Kelainan sinus pransal & kelainan paru-paru
Kelainan sinus pranasal disertai dengan kelainan paru-paru disebut
sinobronkitis. Kelainan paru-paru ini berupa :
a) Bronkitis kronis
b) Bronkiektasis
c) Asma bronkial
21
f. Polip ( pucat, lunak edematous keluar dari nasal atau mukosa sinus)
Mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang
mengalami peradangan.
g. Kemerahan dan edema pada membran mukosa.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d adanya sekret didalam rongga
sinus
b. Nyeri Akut b/d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi
Intra Operasi
a. Resiko Infeksi b/d tindakan pembedahan
Post Operasi
a. Nyeri Akut b/d iritasi jalan nafas akibat tindakan pembedahanœT
B. Resiko Aspirasi b/d luka insisi pada rongga sinus
22
2. Untuk mengurangi nyeri.
3. Dengan tekhnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekannya bila
mengalami nyeri sehingga nyeri dapat berkurang.
4. Untuk menghilangkan nyeri.
1. Nyeri Akut b/d iritasi jalan nafas akibat tindakan pembedahan (Post Opp)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x3 jam nyeri akut klien dapat
berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
- Nampak rileks
1. Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severty, Thine.
23
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x3jam resiko infeksi klien dapat
dihindari/diminimalisir dengan kriteria hasil :
3.Posisi klien yang tepat dapat mengurangi resiko pasien terjatuh dan
mempermudah tindakan operasi
4. Resiko Aspirasi b/d luka insisi pada rongga sinus (post Opp)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x3 jam resiko aspirasi klien dapat
teratasi dengan kriteria hasil ;
- Klien dapat bernafas dengan mudah
- Pasien mampu menelan dan mengunyah tanpa terjadinya aspirasi.
1.Monitor tingkat kesadaran, batuk dan kemampuan menelan.
2.Pelihara jalan nafas.
3.Lakukan suction jika diperlukan.
4.Naikan kepala 30-45 derajat pada saat berbaring.
1. Mengkaji seberapa besar resiko terhadap terjadinya aspirasi.
2. Memastikan jalan nafas tetap paten.
3. Menyingkirkan faktor yang dapat menghambat jalannya aspirasi.
4. Mempermudah fungsi pernapasan dan meminimalisir gangguan aspirasi.
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien.
Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain
dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan
serta berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.
2. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta impelementasinya, maka
pada tahap evaluasi ini akan difokuskan pada:
24
a. Apakah jalan nafas pasien sudah terbebaskan dari sekret?
b. Apakah nyeri yang dirasakan pasien berkurang setelah dilakukan
tindakan operasi ?
c. Apakah pasien terhindar dari resiko infeksi pada saat tindakan operasi?
d. Apakh pasien terbebas dari resiko aspirasi ?
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman
diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair,
Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
Amin,H.N.A & Hardi,K. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.Mediaction Jogja.Jogjakarta
2015.
Tuan M datang ke RS tanggal 18 Februari 2016 dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang sering
kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien
menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami penurunan berat
badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah
mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan
pasien didiagnosa menderita sinusitis.
3.1 Pengkajian
1. Identitas/ biodata klien
Nama : Tn. M
Tempat tanggal lahir : Surabaya, 18 September 1964
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Alamat : Jln. Argolawu no.49 Surabaya
Hubungan dg klien : Istri
25
2. Riwayar Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tuan M datang ke RS tanggal 18 Februari 2016 dengan keluhan nyeri
kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai
pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri
dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan
kepala. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat
badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit
THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa
menderita sinusitis.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita sinusitis.
e. Keadaan Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang bersih, ventilasi
rumah kurang (tidak adekuat).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Suhu : 38ºC
2) Nadi : 84 /menit
3) TD : 120/80 mmHg
4) RR : 25 /menit
5) BB : 62 kg
6) Tinggi badan : 170 cm
b. Pemeriksaan B1 – B6
B1 (breathing) : Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan
adanya secret kental pada hidung
B2 (blood) : Normal
B3 (brain) : Pasien composmentis
B4 (bladder) : Normal
B5 (bowel) : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun dan
26
BB turun
B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Rinoskopi anterior
b) Rinoskopi posterior
c) Nyeri tekan pipi sakit
d) Transiluminasi
e) X Foto sinus paranasalais
4. Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. Data subjektif: Inflamasi pada sinus
Pasien mengeluh nyeri frontal
kepala.
Data objektif: Peradangan
Nyeri
Pasien tampak gelisah,
didapati skala nyeri 8, Nyeri pada kepala
RR= 25 x/ menit.
Ronkhi
Sesak nafas
3. Data subjektif: Inflamasi
Pasien mengeluh tidak
nafsu makan. Produksi secret
Data objektif: meningkat
Penurunan berat badan
Gangguan
dari 63 kg menjadi 62 Secret terakumulasi
pemenuhan nutrisi
kg, makanan yang dihidung
kurang dari
disajikan tidak pernah
kebutuhan
dihabiskan. Hidung tersumbat
Penciuman terganggu
27
aroma makanan
a Merangsang
g pengeluaran mediator Hipertermi
kimia
n
o Prostalglandin
28
3.3 Intervensi
1. Nyeri (kepala, tenggorokan) berhubungan dengan peningkatan tekanan
sinus sekunder terhadap peradanggan sinus paranasal.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang atau menghilang dalam waktu
1x24 jam.
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau menghilang
b. RR=16-20 x/menit, Nadi=60-100x/menit, ekspresi wajah klien tidak
menyeringai lagi.
c. Skala nyeri 2
Intervensi Rasional
1. Kolaborasi pemberian obat analgesic 1. Obat analgesic dapat menurunkan
atau menghilangkan rasa nyeri.
2. Ajarkan Teknik distraksi atau 2. Teknik distraksi diharapkan bisa
pengalihan nyeri dengan teknik menurunkan skala nyeri setelah
relaksasi pengobatan dengan obat analgesic.
3. Observasi dilakukan untuk
3. Observasi TTV, Keluhan klien dan memastikan bahwa nyeri
skala nyeri berkurang yang ditandai dengan
RR dalam skala normal.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret
yang mengental
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu 10 – 15 menit
Kriteria Hasil :
d. Klien tidak lagi menggunakan pernafasan cuping hidung
e. Tidak ada suara nafas tambahan
f. Ronkhi (-)
g. TTV normal
Intervesi Rasional
1. Kolaborasi pemberian nebulising 1. Nebulizing dapat mengencerkan
secret dan berperan sebagai
bronkodilator untuk melebarkan
jalan nafas.
2. Foto thoraks dada serta melakukan 2. Mengetahui letak secret dan
clapping atau vibrasi mengakumulasi secret di
supsternal sehingga mudah untuk
di drainase.
3. Kolaborasi melakukan suction (pada 3. Mengeluarkan secret dari paru.
px. yang mengalami penurunan
kesadaran dan tidak mampu
melakukan batuk efektif). 4. Mengeluarkan secret dari jalan
4. Ajarkan batuk efektif (pada px. yang nafas khusunya pada pasien yang
tidak mengalami penurunan tidak mengalami penurunan
29
kesadaran dan mampu melakukan gangguan kesadaran dan bisa
batuk efektif). melakukan batuk efektif.
5. Observasi TTV 5. Untuk mengetahui perkembangan
kesehatan klien
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan nafsu makan menurun.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi dalam waktu 5x24 jam
Kriteria Hasil :
a. Berat badan klien kembali seperti semula (63kg), BB normal= 63 kg
b. Makanan yang disajikan selalu dihabiskan
Intervensi Rasional
1. Sajikan makanan secara menarik 1. Dengan menu yang bervariasi,
dengan memperhatikan nutrisi yang dapat menumbuhkan nafsu makan
diperlukan oleh klien. klien sehingga kebutuhan nutrisi
klien kembali terpenuhi.
2. Catat intake dan output makanan 2. Mengetahui perkembangan
klien pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien.
3. Dengan sedikit tapi sering dapat
3. Anjurkan makan sedikit sedikit tapi mengurangi penekanan pada
sering. lambung
4. Dengan pemahaman yang baik
4. Berikan helath education pentingnya tentang nutrisi akan memotivasi
makanan bagi proses penyembuhan. untuk meningkatkan pemenuhan
nutrisi.
4. Gangguan Istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat
Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman.
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat tidur 6-8 jam perhari
b. Tidak gelisah
c. Mata tidak cowong
d. Klien tidak lemas
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan tidur klien 1. Mengetahui permasalahan klien
dalam pemenuhan kebutuhan ;
istirahat klien
2. Ciptakan suasana yang nyaman 2. Klien dapat tidur dengan tenang.
3. Kolaborasi pemberian obat tidur 3. Agar klien dapat tidur
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi
Tujuan : Suhu kembali dalam keadaan normal
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh 36,5-37,5 C
b. Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab
Intervnsi Rasional
1. Monitoring perubahan suhu tubuh 1. Suhu tubuh harus dipantau secara
efektif guna mengetahui
perkembangan dan kemajuan dari
pasien.
2. Berikan kompres hangat 2. Dapat membantu mengurangi
demam
3. Kolaborasi pemberian antipiretik 3. Mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
30
pertumbuhan organisme dan
autodestruksi dari sel-sel terinfeksi.
3.4 Implementasi
NO No DX Implementasi Paraf
1. 1 1. Mengkolaborasi pemberian obat Perawat A
analgesic
2. Mengajarkan Teknik distraksi
atau pengalihan nyeri dengan
teknik relaksasi
3. Mengobservasi TTV, Keluhan
klien dan skala nyeri
3.5 Evaluasi
31
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Anamnesa
Penyakit Sinusitis dapat menyerang pada segala usia terbanyak pada
kelompok usia 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan
seimbang. Bayi di bawah 1 tahun tidak menderita sinusitis karena
pembentukan sinusnya belum sempurna. Hasil positif pada tes kulit yang
terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit
manusia (50%).
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pada klien dengan Sinusitis keluhan utama yang timbul seperti nyeri
kepala dan tenggorokan, nyeri di bola mata, demam, ingus kental di
hidung, hidung tersumbat, pusing, penciuman berkurang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien biasanya pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah
menderita penyakit akut dan pendarahan hidung atau trauma.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Sinusitis bukan merupakan penyakit keturunan
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dan observasi keadaan umum, dan pemeriksaan TTV.
a. keadaan umum
b. Tanda- tanda Vital
Nadi : 84x /menit, Tekanan Darah : 120/80 mmHg, RR : 20x /menit
c. B1-B6
32
B1 (breathing) : Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan
adanya
secret kental pada hidung
B2 (blood) : Normal
B3 (brain) : Pasien composmentis
B4 (bladder) : Normal
B5 (bowel) : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun dan
BB turun
B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise
4. Pemeriksaan penunjang
1. Rinoskopi anterior : Mukosa merah, Mukosa bengkak, Mukopus di
meatus medius
2. Rinoskopi posterior : Mukopus nasoparing
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi : kesuraman pada sisi sakit
5. X Foto sinus paranasalais : Kesuraman, Gambaran “airfluidlevel”,
Penebalan mukosa
4.2 Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi berlebihan sekunder akibat
proses inflamasi
2. Hipertermia b.d proses inflamasi, pemajanan kuman
3. Nyeri akut b.d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi
4. Ansietas b.d proses penyakit (kesulitan bernafas) , perubahan dalam status
kesehatan (Eksudat purulen)
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit yang diderita
dan pengobatannya
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat
33
4.3 Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi berlebihan sekunder
akibat proses inflamasi
Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan nafas a. Respiratory status: Airway suction
ventilation a. Pastikan
Definisi : b. Respiratory status : kebutuhan oral
Ketidakmampuan untuk airway patency atau tracheal
membersihkan sekresi suctioning
atau obstruksi dari Kriteria hasil : b. Auskultasi suara
saluran pernafasan untuk a. Mendemonstrasikan napas sebelum dan
mempertahankan batuk efektif dan suara sesudah suctioning
kebersihan jalan nafas. napas yang bersih, c. Informasikan pada
tidak ada sianosis dan klien pada
Batasan karakteristik : dispeneu (mampu keluarga tentang
a. Tidak ada batuk mengeluarkan sputum, suctioning
b. Suara mampu bernapas d. Minta klien napas
nafastambahan dengan mudah, tidak dalam sebelum
c. Perubahan ada pursed lips) suction dilakukan
frekuensinafas b. Menujukan jalan napas e. Berikan oksigen
d. Perubahan irama yang paten (pasien dengan
nafas tidak merasa tercekik, menggunakan
e. Sianosis irama napas, frekuensi nasal untuk
f. Kesulitan berbicara pernafasan dalam memfasilitasi
Atau mengeluarkan rentang normal,tidak suction
suara Penurunan ada suara napas nasotracheal
bunyi nafas upnormal) f. Gunakan alat yang
g. Dipsneu c. Mampu steril setiap
h. Sputum dalam mengindentifikasikan melakukan
jumlah berlebihan dan mencegah factor tindakan
i. Batuk tidak efektif yang menghambat g. Anujrkan pasien
j. Orthopneu jalan napas untuk istirahat dan
k. Gelisah napas dalam
l. Mata terbuka lebar setelah kateter
dikeluarkan dari
Faktor yang nasotracheal
Berhubungan h. Monitor status
Lingkungan : oksigen pasien
a. Perokok pasif i. Ajarkan keluarga
b. Mengisap asap bagaimana cara
c. Merokok melakukan suction
j. Hentikan suction
Obstruksi jalan nafas : dan berikan
a. Spasme jalan nafas oksigen apabila
b. Mokus dalam pasien
34
jumlah berlebihan menunjukan
c. Eksudat dalamjalan brikaldi
alveoli k. Buka jalan napas,
d. Materi asing dalam gunakan teknik
jalan nafas chinlift
e. Adanya jalan nafas l. Posisikan pasien
tambahan untuk mengatur
f. Sekresi bertahan / fentilasi
sisa sekresi m. Pasang mayo bila
g. Sekresi dalam perlu
bronki n. Melakukan fisio
terapi dada bila
Fisiologi perlu
a. Jalan nafas alergi o. Auskultasi suara
b. Asma napas catat adanya
c. Penyakit paru suara tambahan
obstruktif kronik p. Monitor respirasi
d. Hiperplasi dinding dan status oksigen
bronchial
e. Infeksi
f. Disfungsi
neorumuskuler
35
g. Peningkatan laju minimal 2 jam
metabolisme n. Monitor TD, nadi,
h. Medikasi RR
i. Trauma o. Monitor warna dan
j. Aktifitas berlebihan suhu kulit
p. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
q. Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehagangatan
tubuh
r. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
s. Auskultasi TD,
nadi, suhu,dan RR
t. Catat adanya
fluktuasi tekana
darah
u. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
v. Monitor suara paru
w. Monitor kualitas
dari nadi
x. Monitor sianosis
perifer
y. Identifikasi
penyebab dari
perubahan
z. Identifikasi pola
pernapasan
upnormal
Analgesic
Administration
a. Tentukan pilihan
analgesik
tergantuentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dois, dan
frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Tentukan analgesik
pilihan, rute
36
peberian, dan dosis
optimal
e. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
f. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
3. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta
Nyeri Akut NOC NIC
a. Pain level Pain Manajemen
Definisi : b. Pain control a. Lakukan
Pengalaman sensor dan c. Comfort level pengkajian nyeri
emosional ag tidak secara
menyenangkan yang Kriteria hasil : komperhensif
muncul akibat kerusakan a. Mampu mengontrol termasuk lokasi,
jaringan yan aktul atau nyeri (tahu penyebab karakteristik,
potensial atau nyeri, mampu durasi, frekuensi,
digambarkan dalam hal menggunakan tehnik kualitas dan faktor
kerusakan sedemikian nonfarmakologi untuk presipitasi
rupa mengurangi nyeri, b. Obserfasi reaksi
Batasan karakteristik : mencari bantuan) nonverbal dari
a. Perubahan selera b. Melaporkan bahwa ketidak nyamanan
makan nyeri berkurang c. Gunakan teknik
b. Perubahan tekanan dengan menggunakan komunikasi
darah manajemen nyeri terapeutik untuk
c. Perubahan frekuensi c. Mampu mengenali mengetahui
jantung nyeri (skala, intensitas, pengalaman nyeri
d. Perubahan frekuensi frekuensi, dan tanda pasien
pernafasan nyeri) d. Kaji kutur yang
e. Laporan isyarat d. Menyatakan rasa mempengaruhi
f. Diaforesis nyaman setelah nyeri respon nyeri
g. Perilaku distraksi berkurang e. Evaluasi
(Miss; berjalan pengalaman nyeri
mondar-mandir masa lampau
mencari oranglain f. Bantu pasien dan
atau aktifitaslain, keluarga untuk
altifitas yang mencari dan
berulang) menemukan
h. Mengekrpersikan dukungan
perilaku (Miss; g. Kontrol
Gelisah, merengek, lingkungan yang
menangis). dapat
i. Masker wajah (Mis; mempengaruhi
mata kurang nyeri seperti suhu
bercahaya, tamak ruangan,
kacau, gerakan mata pencahayaan, dan
berpencar ata kebisingan
tetappada satu foku h. Kurangi faktor
meringis) presipitasi nyeri
37
j. Sikap melindungi i. Pilih dan lakukan
area nyeri penanganan nyeri
k. Fokus menyempit (farmakologi, non
(Miss; gangguan farmakologi dan
persepsi nyeri, interpersonal)
hambatan proses j. Berikan analgetik
berfikir, penurunan untuk mengurangi
intraksi dengn nyeri
oranglain dan k. Tingkatkan
lingkungan) istirahat
l. Indikasi nyeri yang l. Kolaborasi dengan
dapat diamati dokter jika ada
m. Perubahan posisi keluhan dan
untuk menghidari tindakan nyeri
nyeri tidak berhasil
n. Sikap tubuh
melindungi Analgesic
o. Dilatasi pupil Administration
p. Melaporkan nyeri a. Tentukan pilihan
secara verbal analgesik
q. Gangguan tidur tergantuentukan
lokasi,
Faktor yang karakteristik,
Berhubungan kualitas, dan
Agen cedera (Miss; derajat nyeri
Biologis, zat kimia, fisik, sebelum
psikologis) pemberian obat
b. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dois,
dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Tentukan
analgesik pilihan,
rute peberian, dan
dosis optimal
e. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
f. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
38
disertai respon autonom a. Gunakan
(sumber sering kali tidak Kriteria hasil : pendekatan yang
spesifik atau tidak a. Klien mampu menenangkan
dikietahui oleh individu); mengidentifikasi dan b. Nyatakan dengan
perasaan takut yang mengungkapkan gejala jelas harapan
disebabkan oleh cemas terhadap pelaku
antisipasiterhadap b. Mengidentifikasi,men pasien
bahaya. Hal ini gungkapkan dan c. Jelaskan semua
merupakan isyarat mengungkapkan untuk prosedur dan apa
kewaspadaan yang mengontrolcemas yang dirasakan
memperingatkan individu c. Vital sign dalam batas selama prosedur
akan adanya bahaya dan normal d. Pahami prespektif
memampukan individu d. Postur tubuh,ekspresi pasien terhadap
untuk bertindak wajah, bahasa tubuh situasi stress
menghadapi ancaman. dan tingkat aktivitas e. Temani pasien
mununjukkan untuk memberikan
Batasan karakteristik : berkurangnya keamanan dan
a. Perilaku kecemasan. mengurangi takut
a) Penurunan f. Dorong keluarga
produktifitas untuk menemani
b) Gerakan yang anak
irelevan g. Lakukan back/neck
c) Gelisah rub
d) Melihat sepintas h. Dengarkan dengan
e) Insomnia penuh perhatian
f) Kontak mata yang i. Identifikasi tingkat
buruk kecemasan
g) Mengekspresikan j. Bantu pasien
kekhawatiran mengenalsituasi
karena perubahan yang menimbulkan
dalam peristiwa kecemasan
hidup k. Dorong pasien
h) Agitasi untuk
i) Mengintai mengungkapkan
j) Tampak waspada perasaan,ketakutan,
persepsi
b. Affektif l. Instruksikan pasien
a) Gelisah, disstres menggunakan
b) Kesedihan yang tekhnikrelaksasi
mendalam m. Berikan obat untuk
c) Ketakutan mengurangi
d) Perasaan tidak kecemasan.
adekuat
e) Berfokus pada
diri sendiri
f) Peningkatan
kewaspadaan
g) Iritabilitas
h) Gugup senang
berlebihan
i) Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidak
berdayaan
j) Peningkatan rasa
39
ketidak
berdayaan yang
persisten
k) Bingung,menyes
al
l) Ragu/tidak
percaya diri
m) Khawatir
c. Fisiologis
a) Wajah tegang,
tremor tangan
b) Peningkatan
keringat
c) Peningkatan
ketegangan
d) Gemetar,tremor
e) Suara bergetar
d. Simpatik
a) Anoreksia
b) Eksitasi
kardiovaskular
c) Diare,mulut
kering
d) Wajah merah
e) Jantung berdebar-
debar
f) Peningkatan
tekanan darah
g) Peningkatan
denyut nadi
h) Peningkatan
reflex
i) Peningkatan
frekuensi
pernapasan,pupil
melebar
j) Kesulitan
bernapas
k) Vasokonstriksi
superficial
l) Lemah, kedutan
pada otot
e. Parasimpatik
a) Nyeri abdomen
b) Penurunan
tekanan darah
c) Penurunan denyut
nadi
d) Diare,mual,vertig
o
e) Letih,gangguan
tidur
40
f) Kesemutan pada
ekstremitas
g) Sering berkemih
h) Anyang-anyangan
i) Dorongan segera
berkemih
f. Kognitif
a) Menyadari gejala
fisiologis
b) Bloking
fikiran,konfusi
c) Penurunan lapang
persepsi
d) Kesulitan
berkonsentrasi
e) Penurunan
kemampuan untuk
belajar
f) Penurunan
kemampuan
untukmemecahkn
masalah
g) Ketakutan
terhadap
konsekuensi yang
tidakspesifik
h) Lupa,gangguan
perhatian
i) Khawatir,
melamun
j) Cenderung
menyalahkan
orang lain
Faktor yang
Berhubungan :
a. Perubahan dalam
(status ekonomi,
b. Lingkungan,status
kesehatan,polaintera
ksi, fungsi
peran,status peran)
c. Pemajanan toksin
d. Terkait keluarga
e. Herediter
f. Infeksi/kontaminan
interpersonal
g. Penularan oenyakit
interpersonal
h. Krisis maturasi,krisis
situasional
i. Stress,ancaman
kematian
j. Penyalahgunaan zat
41
k. Ancaman pada
(status ekonomi,
l. Lingkungan, status
kesehatan,pola
interaksi, fungsi
peran, status
peran,konsepdiri)
m. Konflik tidak
disadari mengenai
tujuan penting hidup
n. Konflik tidakdisadari
mengenai nilai yang
esensial/penting
o. Kebutuhan yang
tidak dipenuhi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari a. Nutritional Status : Nutrion Management
kebutuhan tubuh b. Nutritional Status : a. Kaji adanya alergi
Definisi : Asupan nutrisi food and fluid makanan
tidak cukup untuk c. Intake b. Kolaborasi dengan
memenuhi kebutuhan d. Nutritional Status : ahli gizi untuk
metabolic nutrient intake menentukan jumlah
Batasan karakteristik : e. Weight control kalori dan nutrisi
a. Kram abdomen yang dibutuhkan
b. Nyeri abdomen Kriteria Hasil psien
c. Menghindari a. Adanya peningkatan c. Anjurkan pasien
makanan berat badan sesuai untuk
d. Berat badan 20% atau tujuan meningkatkan
lebih dibawah berat b. Berat badan ideal intake Fe
badan ideal sesuai dengan tinggi d. Anjurlkan pasien
e. Kerapuhan kapiler badan untuk
f. Diare c. Mampu meningkatkan
g. Kehilangan rambut mengidentifikasi protein dan vitamin
berlebihan kebutuhan nutrisi C
h. Bising usus hiperaktif d. Tidk ada tanda alnutrisi e. Berikan substransi
i. Kurang makanan e. Menunjukkan gula
j. Kurang informasi peningkatan fungsi f. Yakinkan diet yang
k. Kurang minat pada pengecapan dari dimakan
makananan menelan mengandung tinggi
l. Penurunan berat f. Tidak terjadi serat untuk
badan dengan asupan penurunan berat badan mencegah
makanan adekuat yang berarti konstipasi
m. Kesalahan konsepsi g. Berikan makanan
n. Kesalahan informasi yang terpilih
o. Membrane mukosa (sudah
pucat dikonsultasikan
p. Ketidakmampuan dengan ahli gizi)
memakan makanan h. Ajarkan pasien
q. Tonus otot menurun bagaimana
r. Mengeluh gangguan membuat catatan
sensai rasa makanan harian
s. Mengeluh asupan i. Monitor jumlah
makanan kurang dari nutrisi dan
42
RDA (recomemded kadungan kalori
daily allowance) j. Berikan informasi
t. Cepat kenyang tentang kebutuhan
sebelum makan nutrisi
u. Sariawan ronga mulut k. Kaji kemampuan
v. Steatorea pasien untuk
w. Kelemahan otot mendapatkan
pengunyah nutrisi yang
x. Kelemahan otot untuk dibutuhkan
menelan
Nutrion Monitoring
Faktor – factor yang a. BB pasien dalam
berhubungan : batas normal
a. Factor biologis b. Monitor adanya
b. Factor ekonomi penuunan berat
c. Ketidakmampuan badan
untuk mengabsorbsi c. Monitor tipe dan
nutrient jumlah aktivitas
d. Ketidakmampuan yang biasa
untuk mencerna dilakukan
makanan d. Monitor interaksi
e. Ketidakmampuan anak atau orangtua
untuk menelan selama makan
makanan e. Monitor
f. Factor psikologis lingkungan selama
makan
f. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
g. Monitor kulit
keringdn perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor
kulit
i. Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
j. Monitor mual dan
mutah
k. Monitor kadar
albumin, total
protein, HB, dan
kadar Ht
l. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
m. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
n. Monitor kalori dan
intake nutrisi
o. Catat adanya
43
edema, hiperemik,
hipertronik papila
lidah, dan cavitas
oral
p. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
4.4 Implementasi
NO No DX Implementasi Paraf
1 1 Airway suction Perawat A
a. Meastikan kebutuhan oral atau
tracheal suctioning
b. mengauskultasi suara napas
sebelum dan sesudah suctioning
c. mengnformasikan pada klien
pada keluarga tentang suctioning
d. Meminta klien napas dalam
sebelum suction dilakukan
e. memberikan oksigen dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction
nasotracheal
f. menggunakan alat yang steril
setiap melakukan tindakan
g. meganjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari
nasotracheal
h. Memonitor status oksigen pasien
44
i. mengajarkan keluarga
bagaimana cara melakukan
suction
j. menghentikan suction dan
berikan oksigen apabila pasien
menunjukan brikaldi
k. membuka jalan napas, gunakan
teknik chinlift
l. memposisikan pasien untuk
mengatur fentilasi
m. memasang mayo bila perlu
n. Melakukan fisio terapi dada bila
perlu
o. mengauskultasi suara napas catat
adanya suara tambahan
p. Memoonitor respirasi dan status
oksigen
4.5 Evaluasi
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
45
DAFTAR PUSTAKA
Adam GL, Boies LR, Hilger PA. 1994. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 5. Jakarta :
EGC
Cody, D. Thane R. dkk. 1986. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta :
Buku
Kedokteran EGC
Efiaty, Nurbaiti, Jenny, Ratna. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga dan Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher edisi ke 6.Jakarta : FK UI
Mangunkusumo E, Rifki N. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan
Kepala Leher Edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit FK UI
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis dan Nanda NIC – NOC edisi revisi Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
46
Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher.
Jakarta : Gaya Baru
Soepardi, Efiaty Arsyad & Iskandar Nurbaiti. 2001. Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher.
Jakarta : Buku Kedokteran
47