Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL NAFAS TIPE 1

DEFINISI

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah
normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah
ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1998 )

Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen
dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung
“Harapan Kita”, 2001)

Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak
dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.
Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)

ETIOLOGI

Penyebab gagal napas tipe 1 (Arifputera 2014)

 Kelainan Paru
 Pneumonia
 Emboli Paru
 Fibrosi Paru
 Edema Paru
 PPOK
 Efisema

Patofisiologi

1. Kegagalan pernapasan tipe 1


Kegagalan pernapasan tipe 1 dapat diakibatkan oleh fraksi oksigen terinspirasi yang
rendah. Kosentrasi O2 alvolar (PaO2) akan turun jika konsentrasi O2 terinspirasi (FIO2)
turun hal ini dapat disebabkan oleh inhalasi gas penyebab hipoksia yang tidak disengaja,
putusnya rangkaian pernapasan selama ventilasi mekanis, selain itu jika tekanan
barometik (Pb) turun (misalnya di ketinggian) tekanan persial O2 terinspirasi (PiO2) turun
dan PaO2 akan turun. (Gurnning, 2003)
Hipoventilasi alveolar dapat menyebabkan hipoksia pada pasien dengan paru-paru
normal hanya pada kondisi hipoventilasi berat. Akan tetapi, untuk setiap kenaikan unit
PaCO2 PaO2 akan turun dengan jumlah konstan. Selain akibat hipoventilasi, gangguan
difusi juga dapat menyebabkan gagal napastipe 1. Pertukaran gas yang efesien
tergantung pada interface antara alveoli dan aliran darah. Penyakit yang mempengaruhi
interface ini menyebabkan gangguan difusi. Semakin besar kelarutan gas, semakin sedikit
yang mengalami deficit difusi (Gunning 2003)
Hubungan ventilasi dengan perfusi paru yang baik menghasilkan pertukaran O2 optimal
antara alveoli dan darah. Hipoksemia dapat terjadi bila terjadi ketidakseimbangan ventilasi
alveoli dan perfusi paru (V/Q mismatch) adalah penyebab hipoksia yang paling umum
pada pasien yang sakit kritis, dan mungkin disebabkan oleh atelektasi, emboli paru,
intubasi endobronkial, posisi pasien, tersumbatnya saluran udara pneumonia, ARDS. Jika
terdapat atelectasis, tekanan ekspirasi akhir yang pistif (PEEP) akan meningkatkan PaO2
(Gunning 2003)
Shunt kanan kiri ke kiri terjadi ketika darah vena pulmonal melewati ventilasi alveoli dan
tidak beroksigen. Darah shunt ini mempertahankan saturasi O2 vena campuran (70-80%
pada individu sehat). Kemudian dicampur dengan mengurangi O2 isi darah yang tidak
shunted, menyebabkan jatuhnya PaO2 (Gunning 2003)

Pathway
Menifestasi Klinis

1. Gagal napas hipoksemia


Nilai PaO2 pada gagal napas tipe ini menunjukan nilai normal atau rendah. Gejala
yang timbul merupakan campura hipoksemia arteri dan hipoksia jaringan, antara lain
a. Dispneu (takipneu, hipeventilasi)
b. Perubahan status mental, cemas, binggung, kejang, aksidosis laktat
c. Sinosis di distal dan sentral (mukosa, bibir)
d. Peningkatan simpatis, takikardi, hipertensi
e. Hipotensi, bradikardia, iskemi miokard, infark, anemia, hingga gagal jantung dapat
terjadi pada hipoksia berat. (Arifputera 2014)
2. Gagal napas hiperkapnia
Kadar PCO2 yang cukup tinggi dalam alveolus menyebabkan PO2 alveolus dari arteri
turun. Hal ini tersebut dapat disebabkan oleh gangguan di dinding dada, otot
pernapasan, atau batang otak. Contoh pada PPOK berat, asma berat, fibrosis paru
stadium akhir, gejala hiprkapnia antara lain penurunan kesadaran, gelisah, dispneu
(takipneu, bradipneu), tremor, bicara kacau, sakit kepala (Arifputra 2014).

Pengkajian

a. Keluhan utama
Apakah ada trauma sebelumnya atau tidak, lokasinya dimana.
b. Peyakit sekarang
Mendapatkan gambaran umum status kesehatan pasien dan memperoleh data subjektif
dari pasien mengenai masalah
c. Riwyat penyakit dahulu
untuk menggali permasalahan pasien dari timbulnya keluhan utama pada riwayat penyakit
sekarang meliputi PQRST.

Pemeriksaan fisik

1. Kepala dan wajah


Infeksi mengenai ukuran kesimetrisan dan kelainan keala. Adanya lesi kepala, palpasi
tulang tengkrak untuk mendekteksi adanya masa dan abnormal, wajah adakah
kelemahan pada otot wajah.
2. Mata
Bentuk mata simetris atau tidak, infeksi reasi pupil, kaji reflek kornea
3. Bola mata
Cekung atau tidak
4. Pupil
Betuknya bulat atau tdak simetris atau tidak
5. Sclera
Warna putih atau tidak
6. Hidung
Bentuk simetris atau tidak, ada cuing hidung atau tidak,
7. Telinga
Bentuk simetris atau tidak, pendengaran baik atau tidak
8. Mulut
Bibir simetris atau tidak, ada kelainan atau tidak
9. Leher dan punggung
Kaji adanya fraktur atau tidak
10. System pernafasaan
Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasaan tertinggal
Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
Auskultasi : suara abnormal (wheezing dan ronchi
11. System Kardiovaskuler
Inspeksi : adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah trauma
Palpasi : bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
Auskultasi : suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung
paradok
12. System neurologisInpeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak
Bagaimana tingkatkesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scalee.
Pemeriksaan sekunder
a. Aktifitas Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas
b. SirkulasiGejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanandarah, diabetes mellitus, gagal nafas.Tanda : tekanan darah dapat normal /
naik / turun, perubahan posturaldicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri, nadi dapat
normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
c. lambat, tidak teratus(disritmia), bunyi jantung ekstra S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel, bila
ada menunjukkan gagal katupatau disfungsi otot jantung, irama jantung dapat teratur
atau tidak teratur, edema, pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa
atau bibir.
d. EliminasiTanda : bunyi usus menurun.
e. Integritas egoGejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaanajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang
keuangan ,kerja , keluarga.Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah,marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri.
f. Makanan atau cairanGejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau
terbakarTanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan
berat badan
g. HygieneGejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
h. NeurosensoriGejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahatTanda : perubahan mental, kelemahan
i. Nyeri atau ketidaknyamananGejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat
atau tidak berhubungandengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin (meskipunkebanyakan nyeri dalam dan visceral
j. Pernafasan:Gejala : dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atautanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat, pucat, sianosis, bunyi
nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum.
k. Interkasi sosialGejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di RSTanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu
emosi ( marah terus-menerus, takut ), menarik diri. (Doengoes, E. Marylinn. 2000)
13. Abdomen
Kaji betuk abdomen simetris atau tidak, adanya pembesaran organ atau tidak
14. Genetalia/ rectum/ anus
Kaji warna kulit, adanya kelainan atau tidak bentuknya, ada hemoroid atau tidak
15. Ekstermitas atas bawah
Kaji pergerakan dengan latihan ROM Aktif atau Pasif kaji Kekuatan otot, kaji turgor kulit
Pemeriksaan penunjang

 Labratorium
1. Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2 meningkat, PaO2
menurun)dan kadar elektrolit (kalium).
2. Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa menyebabkan hipoksia jaringan,
polisitemia bisatrejadi bila hipoksia tidak diobati dengan cepa.
3. Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi komplikasi yang
berhubungan dengan gagal napas.
4. Serum kreatininin kinase dan troponin1: untuk menyingkirkan infark miokard akut.
 Radiologi:
1. Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan penyebab gagal nafas
sepertiatelektasis dan pneumoni.
2. EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan oleh cardiac
3. Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik (volume tidal <
500ml,FVC (kapasitas vital paksa) menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun (Lewis,
2011).

Analisa Data

Data Etioolgi Masalah


Ds : Bronkiltis, Asmastikus, Pneumonia Intoleransi Aktivitas
Do : Klien tidak bisa
beraktivitas Penurunan respon pernafasan

Kegagalan Pernafasan Ventilasi

Hivopentilasi Alveoli

Gangguan Difusi dan Retensi CO2

Hipoksia Jaringan

Paru-Paru

Peningkatan Kerja Nafas

Kelelahan, Diaporosis, Sianosis

Intoleransi Aktivitas
Ds : Bronkiltis, Asmastikus, Pneumonia Gangguan Pertukaran Gas
Do : Klien terdengar
suara ronchi di kedua Penurunan respon pernafasan
lapang paru
Kegagalan Pernafasan Ventilasi

Hivopentilasi Alveoli

Gangguan Difusi dan Retensi CO2

Hipoksia Jaringan

Paru-Paru

Peningkatan Sekret, Edema,


wheezing

Gangguan Pertukaran Gas


Ds : Peningkatan PCO2 Resiko Terjadi Kematian
Do : klien sulit untuk
bernapas Depresi Pusat Pernafasan
tanda-tanda vital kurang
dari normal Hipoventilasi (tapkipneu)

Bradipneu

Gagal Napas

Resiko Terjadi Kematian

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan ddengan perubahan suplai oksigen, perubahan


aliran darah ke pulmonal
2. intoleransi aktivitas ber denganhubungan distress pernfasan
3. Resiko tinggi terjadi kematian berhubunan dengan obstruksi jalan nafas
Rencana Keperawatan
Amin Huda Nuratif dan Hardhi Kusuma 2015. Panduan Penyusun Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis Jogjakarta Penerbit
Mediaction Jogja
No Diagnosa Tujuan Intervesi Rasional
1 Gangguan pertukaran Noc : Nic : - Membantu membuka jalan nafas
gas berhubungan - meningkatan ventilasi - Membuka jalan nafas, gunakan agar tidak menutui jalan nafas
ddengan perubahan dan oksigenasi yang teknik chilift atau jaw thrust bila - Memberikan ventilasi sesuai
suplai oksigen, adekuat perlu dengan kebutuhan
perubahan aliran darah - Memelihara kebersihan - Posisikan pasien untuk - Memberikan jalan napas yang
ke pulmonal paru-paru dan bebas dari memaksimalkan ventilasi sesuai dengan kebutuhan
tanda-tanda distress - Identifikasi pasien perlunya alat - Membantu untuk terjadinya
pernfasan pemasangan jalan nafas buatan menutupi jalan napas
- Memertahankan suara - Pasang mayo bila perlu - Suara nafas tambahan bisa jadi
nafas tidak ada Ronchi, - Lakukan fisiotrapi dada jika menyebabka suputum pada
tidak ada sianosis dan perlu jalan nafas
dysneu - Keluarkan secret dengan batuk - Memberikan pengbebasan jalan
- Tanda-tanda vitasl dalam atau suction nafas
batas normal - Auskultasi suara nafas, catat - Membantu mengoptimalkan
adanya suara tambahan cairan dalam batas normal
- Lakukan suction pada mayo - mengetahui perbandingan
- Atur intake untuk cairan antara hemoglobin yang
mengoptimalkan keseimbanga mengikat oksigen dengan
- Monitoring respirasi dan status jumlah seluruh hemoglobin yang
SpO2 ada di dalam darah
2 intoleransi aktivitas ber - berpatisipasi dalam - kolaborasikan dengan tenaga - mempertahankan atau
denganhubungan aktivias fisik tanpa rehabilitas medic dalam memperbaiki tingkat
distress pernfasan disertai peningkatan merencanakan pogram terapi kesempurnaan kemampuan
tekanan darah, nadi dan yang tepat menggerakan persendian
RR - bantu klien untuk secara normal dan lengkap
- mampu melakukan mengindetifikasi aktivitas yang untuk meningkatkan massa otot
aktivitas sehari-hari mampu dilakukan dan tonus otot
- tanda-tanda vital dalam - bantu untuk memilih aktivitas - mengetahui kemampuan klien
batas normal konsisten yang sesuai dengan dalam melakukan aktifitas
- energy psikomotor sesuai kemampuan.
- mampu bergerak atau kemamuan fisik pisikologi dan - aktifitas mempengaruhi respon
berpindah tanpa bantuan sosial klien terhadap kondisi fisik,
alat dan orang lain - monitor respon fisik, emosi, social, emosi maupun secara
- status kardioilmunari sosial spiritual
adekuat
- status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat

3 Resiko tinggi terjadi - keluarga harus paham - Berikan informasi tentang - Memberikan informasi kepada
kematian berhubunan dengan kondisi penyakit proses penyakit klien keluarga pasien, penyakit yang
dengan obstruksi jalan klien - Terangkan prosedur dan terapi diderita klien bisa menyebabkan
nafas yang akan diberikan kematian
- Beriksn informasi tentang - Memberikan infrmasi untuk
kondisi klien membantu memudahkan jalan
nafas
- Keluarga klien harus bisa
memahami tentang keadaan
kondisi dari penyakit klien
Daftar pustaka
Arifputra, A., dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Amin Huda Nuratif dan Hardhi Kusuma 2015. Panduan Penyusun Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis Jogjakarta Penerbit
Mediaction Jogja
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Doenges,E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan dan Pedoman Untuk Perencanaan dan Dokumentasian Perawatan
Pasien. Edisi III. Alih Bahasa : Made Kriasa. EGC Jakarta
Lewis, 2011. Medical Surgical Nursing Volume . United states America. Elsevier Mosby
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Susan Martin ,et al. 1998. Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. Edisi V. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai