Anda di halaman 1dari 7

TERAPI BERORIENTASI BAHASA

(LANGUAGE ORIENTED TREATMENT: LOT)


(Shewan, Bandur, 1986)

Titik tolak program ini ialah:

- Dalam afasia, sistem bahasa dan jalan bahasa terganggu;


- Kesulitan-kesulitan mengolah bahasa dapat dihindari dengan membantu

pasien menggunakan suatu strategi atau kunci lain;


- Isi terapi haruslah sesuai dengan modalitas dan tingkat-tingkat yang

terganggu.

Tujuan terapi ialah: memudahkan penggunaan, reorganisai dan/ atau

pemantapan fungsi-fungsi di daerah-daerah homolog di otak supaya proses bahasa

berjalan dengan sebaiknya.

Kelima modalitas yang mereka bedakan (pengolahan auditif, pengolahan

visual, gerak-isyarat dan komunikasi dengan gerak-isyarat, ekspresi lisan,

ekspresi grafis) disusun dalam hierarki yang sesuai dengan tingkat kesulitannya.

Atas dasar penelitian terhadap bahasa pasien dan dengan bantuan program

instruksi terprogram dalam modalitas yang cocok untuk pasien dan pada taraf

yang serasi baginya, disajikan tugas-tugas. Kekhususan metode ini ialah bahwa

bukan hanya stimulus dan respons yang ditetapkan dengan cermat, tetapi bahwa

kunci setiap tugas dirumuskan dengan seksama. Suatu kunci ialah sesuatu yang

disajikan ahli terapi untuk mempermudah respons (misalnya bunyi pertama dan
huruf pertama suatu kata harus disebut oleh pasien bila menghadapi suatu

gambar); kunci itu dapat juga berupa suatu alat bantu yang dipakai pasien itu

sendiri untuk sampai pada respons yang tepat (misalnya menuliskan sendiri huruf

pertama). Untuk kunci-kunci itu ditentukan juga hirarki tingkat kesulitannya.

PROGRAM KUNCI VISUAL


(HET VISUELE CUE-PROGRAMMA)
(Sandt, Feenstra, 1986)

Program ini merupakan metode penanganan bagi pasien-pasien dengan

gangguan sintakvis (agramatisme). Dengan penyajian suatu bagan kalimat (kunci-

kunci visual), pengutaraan kalimat lengkap dipermudah. Jenis-jenis kata dalam hal ini

dibedakan secara visual karena kata benda, kata kerja, kata sandang dan kata depan

masing-masing mempunyai lambang tersendiri (secara bertururt-turut: bujur sangkar,

persegi empat panjang berbaring, persegi empat panjang berdiri, dan sebuah segitiga).

Perumusan tujuan tergantung dari beratnya gangguan sintakis: bagi pasien dengan

gangguan berat, program itu harus menopang pengkombinasian kata-kata menjadi

kalimat sederhana. Pasien dengan gangguan sedang sampai ringan harus meyadari

struktur kalimat, mengenali kesalahan-kesalahan sendiri dan memperbesar

fleksibilitas konstruksi kalimat. Banyak perhatian dicurahkan pada kata kerja karena

hal ini sering membawa persoalan-persoalan khusus bagi pasien afasia.


Bahan yang digunakan terdiri atas dua bundel dengan kalimat-kalimat dasar,

gambar-gambar situasi, lambang-lambang lepas, suatu kartu jenis kata dan formulir-

formulir skor.

PROGRAM PEMAHAMAN BAHSA AUDITIF


(AUDITIEF TAALNEGRIPSPROGRAMMA)
(Bastiaanse, Groningen-Derksen, Nijboer, Taconis, 1986)

Ini adalah program terapi pada tingkat kata dalam bentuk instruksi

terprogram. Program ini dibangun langkah demi langkah dan ke dalamnya

dimasukkan suatu pentahapan kesulitan.

Pasien harus memilih suatu gambar di antara empat untuk suatu kata benda

yang disajikan secara auditif. Ada dua urutan latihan: pertama, untuk pemahaman

bahasa auditif pada tingkat fonologis. Dalam latihan ini, setiap kata sasaran di

samping gambar yang menjadi pasangannya, disertai tiga gambar dari kata-kata yang

secara fonologis berhubungan dan gambar-gambar yang tidak ada hubungannya; dan

satu urutan latihan untuk pemahaman bahasa pada tingkat semantic. Dalam latihan

ini, setiap kata sasaran disertai oleh gambar yang sesuai dan tiga pengalih-perhatian

yang secara semantik berhubungan dengan tiga pengalih-perhatian. Oleh karena

dalam tahap eksperimental kata-kata dengan suku kata jamak tidak begitu

menimbulkan kesukaran dibandingkan dengan kata-kata yang bersuku tunggal, maka

kata-kata yang bersuku-kata jamak disajikan terlebih dulu. Selain itu, ditambah kan
juga suatu hirarki kesulitan dengan menyajikan pengalih-perhatian yang tidak

berhubungan lebih dulu dari pada pengalih-perhatian yang berhubungan semantik.

Kedua urutan latihan terdiri atas lima belas blok yang masing-masing terdiri atas

sepuluh unsur. Kata-katanya dipilih dari kosa kata daftar ikhtiar untuk anak-anak

yang berumur enam tahun. Bahannya terdiri atas suatu pertanggungan jawaban

program, pedoman, empat bundel dan formulir-formulir skor.

INTERKOM
(INTERCOM)
(Pijfers, De Vries, Merks, Arts 1987)

Interkom adalah paket bahan yang terdiri atas kumpulan latihan bertingkat

yang dapat digunakan oleh ahli logopedi untuk memilih tugas pekerjaan rumah bagi

para pasiennya. Dengan bahan itu, mereka dapat melatih kemahiran dan strategi yang

pernah dipelajari serta dapat belajar menerapkannya di lingkungan sendiri.

Disamping itu, dimasksudkan agar orang-orang dari lingkungan langsung pasien

menolongnya dalam hal itu sehingga mereka pun dapat lebih memahami gangguan

bahasa serta kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan oleh pasien. Jadi,

program ini jelas terarah pada komunikasi.

Bahan interkom terdiri atas dua jilid lembar-lembar lepas dengan ukuran A- 4.

Dalam jilid yang satu, ada kartu-kartu bahan dengan huruf-huruf, gambar, kata-kata

atau kalimat (pertanyaan) yang berpasangan dengan sejumlah foto situasi (antara lain,

gambar ruang keluarga, gambar loket kantor pos). Di samping itu, ada kartu-kartu
tugas untuk ‘pendamping’ dari lingkungan pasien. Pada kartu tugas dicantumkan

informasi mengenai isi dan tujuan latihan, cara penyajian dan bahan yang diperlukan.

Dicantumkan juga apakah pasien dapat melakukan latihan seorang diri atau dengan

seorang pembimbing. Jilid lain terdiri atas kartu-kartu dengan teks bacaan yang

diambil dari koran dan majalah. Sebagian teks ini diolah dengan panjang kalimat dan

teks yang berangsur dari pendek menjadi lebih panjang.

BUKU JUBILEUM AFASI


(JUBILEUMBOEK AFASIE)
(Afasieteam Kennemerland, 1987)
Ini terdiri atas dua buku: satu dengan uraian tentang afasia serta pengalaman-

pengalaman pasien afasia dan anggota keluarga dalam menghadapi afasia: buku

kedua berisi latihan-latihan membaca pada tingkat kata, kalimat dan teks untuk pasien

afasia. Latihan-latihan dapat disajikan oleh ahli logopedi kepada pasien, tetapi pasien

dapat juga berlatih sendiri. Untuk keperluan itu, setiap teks bacaan misalnya, disertai

sejumlah pertanyaan mengenai teks yang dibaca.

SISTEM UNTUK MELATIH PASIEN AFASIA


(SYSTEM VOOR TRAINING VAN AFASIEPASIENTEN: STAP)
(Stumpel, De Vries, 1989)
Sistem untuk Melatih Pasien Afasia (STAP) merupakan program computer

untuk penanganan pasien afasia.

Komputer membuka perkembangan-perkembangan baru yang penting bagi

ahli logopedi.

- Latihan-latihan dapat disesuaikan dengan kemungkinan-kemungkinan yang

ada pada pasien.


- Latihan-latihan dapat diulang-ulang oleh pasien secara terus-menerus dengan

kecapatan yang dapat ia tentukan sendiri, tanpa atau dengan bantuan minimal

dari ahli logopedi. Oleh karena kini semakin banyak orang berkesempatan

menggunakan mikrokomputer, maka aspek ini dapat menunjang

pengembangan cara penanganan yang lebih efisien dan lebih murah.


- Komputer dapat mencatat prestasi pasien secara obektif, jelas dan terperinci.

Hal ini memberikan sumbangan besar bagi pasien dalam memahami

gangguannya. Program ini memberi bahan bagi ahli logopedi untuk menilai

efek penanganan secara lebih cepat dan lebih baik; hal ini dapat membantu

pengembangan program penanganan yang lebih efektif.


Tujuan program STAP ialah menyediakan system terapi bagi ahli

logopedi yang berkaitan satu sama lain, yang memungkinkan dipilihnya dari

situ latihan-latihan yang cocok bagi pasien afasia. Latihan-latihannya dapat

diselaraskan dengan gangguan yang hendak ditangani serta beratnya

gangguan itu. Ke dalam program ini dapat dipadukan suatu kunci yang cocok

bagi pasien. Seandainya dalam latihan menemukan kata, seorang pasien tidak
berhasil menemukan kata yang gambarnya diperlihatkan pada layar, maka

dengan setiap kali menekan tombol, akan diperlihatkan kepadanya huruf

berikutnya di layar.

Anda mungkin juga menyukai