Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN: GAGAL NAPAS

A. Definisi

Gagal napas atau respiratory failure merupakan suatu kondisi tiba-tiba dan
mengancam nyawa karena terjadi gangguan fungsi pertukaran gas pada paru-paru dan
mengindikasikan terjadinya kegagalan paru-paru untuk menyediakan oksigenasi atau
ventilasi yang adekuat pada darah (Smeltzer, Hinkle, Bare, & Cheever, 2010). Gagal
napas terjadi jika sistem respirasi tidak dapat melaksanakan fungsi utamanya yaitu
pertukaran gas (Bhandary, 2015). Menurut Black dan Hawks (2014), gagal napas
merupakan kondisi ketidakmampuan tubuh untuk mengontrol dorongan bernapas atau
ketidakmampuan dinding dan otot dada untuk memasukkan dan mengeluarkan udara
dari dan ke paru secara mekanis.

B. Etiologi dan Patofisiologi

Menurut Hinkle dan Cheever (2014) dan Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, dan
Harding (2014), etiologi dari gagal napas akut terbagi atas masalah ventilasi dan
oksigenasi. Pada masalah ventilasi, kondisi yang dapat menyebabkan gagal napas akut
adalah kerusakan fungsi sistem saraf pusat (trauma kepala, sleep apnea, overdosis
obat, infeksi, perdarahan), disfungsi neuromuskular (myastenia gravis, GBS,
amyotrophuc lateral sclerosis, trauma spinal), disfungsi muskuloskeletal (trauma
dada, kifosis), dan disfungsi paru (PPOK, asma, fibrosis sistik). Pada kegagalan
oksigenasi, yang menyebabkan terjadinya gagal napas adalah pneumonia, ARDS,
gagal jantung, emboli paru, dan penyakit paru restriktif. Gagal napas akut dapat
terjadi karena pertukaran oksigen dan CO2 terganggu oleh 1) masalah resistensi
dalam pergerakan udara masuk dan keluar paru, 2) penurunan kemampuan paru untuk
mengembang dan berkontraksi (kelenturan), 3) kondisi yang meningkatkan produksi
CO2 atau menurunnya permukaan untuk permukaan gas (Black & Hawks, 2014).

0 0
Gagal napas umumnya dibagi menjadi dua tipe yaitu gagal napas hipoksemia dan
gagal napas hiperkapnia (Black & Hawks, 2014; Ignatavicius & Workman, 2013;
Lewis et al., 2014).

Berdasarkan mekanismenya, gagal napas dibagi menjadi 4 tipe (Vincent, Abaraham,


Moore, Kochanek, & Fink, 2017).
1. Gagal Napas tipe I (Hipoksemia)
Pada gagal napas tipe ini, PaO2 < 60 mmHg dengan nilai PaCO2 normal atau
menurun. Ketidaknormalan tampak pada 1) ketidakadekuatan oksigenasi di alveoli;
2) terganggunya perpindahan oksigen dari alveoli ke kapiler darah; 3)

0 0
ketidakmampuan darah untuk membawa oksigen misalnya pada shunting,
obstruksi, dan konsentrasi Hb rendah. Pada gagal napas ini, ventilasi dapat terjadi
secara normal, namun terjadi kegagalan perfusi (Ignatavicius & Workman, 2013).

2. Gagal Napas tipe II (Hiperkapnia)


Pada gagal napas tipe II, PaCO2 > 45 mmHg yang menggambarkan bahwa paru-
paru gagal untuk mengeluarkan CO2. Gagal napas hiperkapnia terjadi karena
kebutuhan ventilasi melebihi suplai ventilasi. Kebutuhan ventilasi merupakan
jumlah ventilasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar kadar PaCO2 normal,
sedangkan suplai ventilasi merupakan ventilasi maksimal yang dapat dilakukan
oleh seseorang tanpa menyebabkan kelelahan otot pernapasan (Lewis et al., 2014).
Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada dada tidak dapat berubah yang
menyebabkan udara tidak dapat bergerak keluar masuk paru-paru. Pada kondisi ini,
peningkatan kadar CO2 dan terbatasnya kadar O2 menyebabkan terjadinya
hipoksemia (Ignatavicius & Workman, 2013).

3. Gagal Napas Tipe III atau “Gagal Napas Perioperative”


Tipe ini merupakan gagal napas yang berhubungan dengan atelektasis paru. Tipe
ini merupakan akibat dari ketidaknormalan dinding abdomen dan dada saat operasi
atau trauma khususnya patologi intrapleural atau subdiagfragma.

4. Tipe IV “High Demand”


Merupakan gagal napas yang berhubungan dengan ketidakmampuan paru untuk
menjaga peningkatan kebutuhan ventilasi akibat adanya hipermetabolisme
sistemik. Dibawah kondisi ini, kelelahan otot pernapasan menyebabkan
dibutuhkannya ventilasi mekanis untuk mendukung keadekuatan ventilasi
permenit.

0 0
C. Manifestasi Klinis (Lewis et al., 2014)

D. Pengkajian Primer

1. Airway

Lakukan Look, listen and feel. Gangguan pada saluran napas dapat terjadi karena
adanya sumbatan, seperti gurgling (cairan), snoring (lidah jatuh ke belakang),
stridor (obstruksi jalan napas bagian atas), Wheezing (adanya bronkospasme).

2. Breathing

Lakukan Look, listen and feel untuk mengkaji pernapasan. Catat frekuensi napas,
evaluasi pergerakan dada, kedalaman napas, pola napas, catat saturasi (SpO2),

0 0
dengarkan bunyi napas, periksa posisi trakhea, palpasi dinding dada, lakukan
perkusi dada.

3. Circulation

a. Palpasi nadi peripheral dan sentral, periksa kekuatan, frekuensi, kualitas,


keteraturan (regular/iregular). Nadi yang lemah dan halus dapat menunjukkan
rendahnya curah jantung dan nadi yang melompat-lompat mengindikasikan
adanya sepsis.

b. Periksa warna dan suhu tangan dan jari. Dapat ditemukan tangan yang dingin
dan pucat.

c. Hitung CRT (capilarry refill time). CRT yang lama menunjukkan penurunan
perfusi perifer.

d. Periksa adanya tanda penurunan curah jantung

e. Periksa tanda perdarahan

f. Ukur tekanan darah

4. Disability

a. Pemeriksaan tingkat kesadaran klien (LOC Level of Consiousness)

b. Pengkajian refleks pupil

c. Pengkajian nyeri

d. Pengukuran glukosa

5. Exposure

Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Secara khusus lakukan pemeriksaan pada area


atau bagian tubuh yang sakit. Pemeriksaan tambahan lain seperti :

a. Kaji riwayat klinis klien

b. Pelajari tanda-tanda vital

0 0
c. Kaji kebutuhan perawatan klien

E. Pengkajian Sekunder

a. Pengkajian Head to Toe (Doenges, Moorhouse, & Murr, 2014; Ignatavicius &
Workman, 2013; Lewis et al., 2014)

Data subyektif :

▪ Riwayat penyakit dahulu

▪ Riwayat penyakit sekarang

▪ Status metabolik: intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi


atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-
faktor psikologis dan sosial, obat-obatan atau terapi lain yang
mempengaruhi glukosa darah, penghentian insulin atau obat
antihiperglikemik oral.

Data Obyektif

1) Aktivitas / Istirahat
Gejala: Sulit bergerak, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda: Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,
letargi/disorientasi, koma

2) Sirkulasi
Tanda: Takikardia, irama ireguler, S3 dan S4 atau irama gallop, daerah PMI
bergeser ke daerah mediastinal, tekanan darah dapat hipotensi ataupun
hipertensi

3) Neurosensori
Gejala: Kelemahan pada otot, parestesia
Tanda: Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut), refleks
tendon dalam menurun (koma)

4) Eliminasi

0 0
Gejala: Perubahan pola berkemih yaitu penurunan haluaran urine

5) Nyeri/kenyamanan
Tanda: melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
Gejala: nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat nafas dalam, dapat menjalar ke
leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk

6) Pernapasan
Tanda: dispnea, takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot
asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vocal, hasil perkusi
hipersonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullness di area berisi
cairan, pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak, krepitasi
subkutan.
Gejala: riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru, keganasan

7) Keamanan
Gejala: riwayat fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi atau kemoterapi
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat faktor risiko keluarga dengan tuberculosis, kanker.

b. Pengkajian Diagnostik
Pengkajian diagnostik yang dapat dilakukan yakni pengecekan Analisis gas darah
(AGD), x-ray dada, hitung darah lengkap, elektrolit serum, urinalisis, dan EKG.
Jika ada suspek infeksi dapat diperiksa kultur sputum dan darah. Jika ada suspek
emboli paru dapat dilakukan pemeriksaan CT-scan atau V/Q lung scan. Pada klien
dengan gagal napas parah dibutuhkan intubasi endotrakeal dan dikaji end-tidal
CO2 (ETCO2). Selain itu, dapat pula dicek tekanan vena sentral (Lewis et al.,
2014).

F. Masalah/Diagnosis Keperawatan Prioritas (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, &


Harding, 2014; NANDA International, 2018)
- Gangguan pertukaran gas b.d. hipoventilasi alveolar, shunt intrapulmonal, V/Q
mismatch, dan gangguan difusi

0 0
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. sekret berlebih, penurunan kesadaran,
penggunaan alat bantu jalan napas, disfungsi neuromuskular, dan nyeri
- Ketidakefektifan pola napas b.d. kerusakan neuromuskular pernapasan, nyeri,
kecemasan, penurunan kesadaran, kelelahan otot pernapasan, dan bronkospasme

G. Penanganan Kegawatdaruratan

1. Manajemen airway, breathing, circulation


2. Pemberian oksigen
3. Pemberian antibiotic
4. Mengontrol sekresi bronkus
5. Pemberian bronkodilator
6. Respiratory support:
a) High flow nasal cannulae (HFNC)
b) Continuous positive airway pressure (CPAP)
c) Non-invasive ventilation (NIV)
d) Invasive mechanical ventilation (Endotracheal intubation)

0 0
H. Algoritma/Clinical Pathway Kasus

Gangguan fungsi pertukaran gas pada sistem respirasi


- Gejala neurologi (cemas, perubahan status mental, confusion, somnolen)
- Gejala kardivaskuler (Takikardia, aritmia, bradikardia, hipotensi)
- Gejala respirasi (takipnea, penggunaan otot bantu nafas, tanda obstruksi jalan nafas)
- Gejala umum (sianosis, diaforesis)

Diagnosis: Gagal Napas


Riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang : AGD

Hipoksemia Hiperkapnia
PaO2 < 50-60 mmHg, SaO2 < 90% PaCO2 >50 mmHg dengan asidosis
PaO2 < 60% pada FiO2 40% PaCO2 > 40% dengan distress
Rasio PaO2/FiO2 <300 pernapasan berat
PaCO2 > 60%

Manajemen airway, breathing, circulation


Pemberian oksigen
Pemberian antibiotik
Mengontrol sekresi bronkus
Pemberian bronkodilator

Respiratory support

High flow nasal cannulae (HFNC) Pasien sadar, jalan nafas paten, kooperatif, batuk
efektif

Continuous positive airway pressure (CPAP)


Non-invasive ventilation (NIV)

Untuk mengontrol jalan nafas, perlindungan terhadap paru dari


aspirasi, disfungsi sistem respirasi

Invasive mechanical ventilation (Endotracheal intubation)

0 0
I. Pemantauan/Monitoring
Pemantauan status respiratori klien dilaksanakan dengan monitoring tingkat kesadaran
pasien, kepatenan jalan napas, AGD, saturasi oksigen, vital sign dan pengkajian
khusus sistem respirasi.

J. Web of Causation (WOC) Kasus


(terlampir)

Referensi:

Bhandary, R. (2015). Respiratory failure. Surgery, 33(10).

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan volume 3. Singapura: Elsevier.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing Care Plans: Guidelines
for Individualizing Clients Care Across the Life Span (9th edition). Philadelphia: F. A.
Davis.

Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2014). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical
Nursing (13th edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2013). Medical Surgical Nursing: Patient-Centered


Collaborative Care (7th edition). Missouri: Elsevier Saunders.

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Harding, M. M. (2014).
Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems (9th
edition). Missouri: Elsevier Mosby. Retrieved from
https://evolve.elsevier.com/cs/product/9780323086783

NANDA International. (2018). Nursing diagnoses: definitions and classification 2018-2020.


(T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th edition). New York: Thieme Publisher.

Smeltzer, S. C., Hinkle, J. L., Bare, B. G., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th edition Volume 1). Hong Kong: Lippincott
Williams & Wilkins.

Vincent, J.-L., Abaraham, E., Moore, F. A., Kochanek, P. M., & Fink, M. P. (2017). Textbook
of Critical Care (7th edition). Philadelphia: Elsevier.

0 0
Lampiran: Web of Causation Kasus

0 0

Anda mungkin juga menyukai