Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH RESPIRASI KECAMBAH KACANG HIJAU TERHADAP SUHU

Pelaksanaan Praktikum : Rabu, 11 April 2017

Disusun Oleh :

Christian Rusie Purnomo 081411311022


Endra Zulfikar G 081411311051
Debbi Aditama 081411311072
Aslam Shauki Mahmud 081411311077

Dosen Asistensi :

Dwi Kusuma W, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2017

1. TUJUAN
Membuktikan bahwa respirasi menghasilkan CO2
Mengetahui perubahan suhu akibat aktivitas respirasi tumbuhan

2. TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan
pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang
dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang
memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan
sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya
matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan
kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena
kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang disebut respirasi. Respirasi merupakan
proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi
sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara
aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan
karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau
kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida
atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6H2O + Energi
Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol Co2 yang dilepaskan dan jumlah mol
O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (=
0,8 0,9), lemak <1 (= 0,7) dan asam organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung pada bahan
atau subtrat untuk respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi dan kondisi lainnya
(Krisdianto dkk, 2005).
Respirasi juga terjadi pada manusia yang disebut dengan pernapasan. Proses menghirup
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Respirasi pada manusia bisa memiliki gangguan
seperti penyakit infeksi saluran pernapasan akut atau yang disebut juga (ISPA), hal ini
merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian
ISPA terutama pada anak balita. Untuk mencegahnya bisa digunakan sanitasi rumah, yaitu
usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap struktur fisik,
dimana orang menggunakan sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Sarana tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembapan, padatan hunian,
penerangan alami, kontruksi bangunan, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan
kotoran manusia dan penyediaan air bersih ( nindya, sulistyorini, 2005).
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
A. Respirasi Aerobik (aerob)
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk mendapatkan
energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat dituliskan:
C6H12O6 + 6H2O >> 6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang terjadi dari
awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu
glikolosis, siklus krebs dan transport elektron (syamsuri, 1980).
Glikolisis
Kata glikolisis berarti menguraikan gula dan itulah yang tepatnya terjadi selama jalur ini.
Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih
kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang untuk membuat dua molekul
piruvat (champbell, 2002)
NADH merupakan sumber elektron berenergi tinggi, sedangkan ATP adalah persenyawaan
berenergi tinggi. Selama glikolisis dihasilkan 4 molekul ATP, akan tetapi 2 molekul ATP
diantaranya digunakan kembali untuk berlangsungnya reaksi-reaksi yang lain sehingga tersisa
2 molekul ATP yang siap digunakan untuk tubuh. Seluruh proses glikolisis tidak memerlukan
oksigen. Reaksi glikolisis terjadi di sitoplasma (di luar mitokondria). Hasil akhir sebelum
memasuki siklus krebs adalah asam piruvat. Ada yang membedakan tahap ini menjadi dua
yaitu glikolisis dan dekarbosilasi oksidatif. Glikolisis mengubah senyawa 6C menjadi
senyawa 2C pada hasil akhir glikolisis. Yang dimaksud dekarbosilasi oksidatif adalah reaksi
asam piruvat diubah menjadi asetil KoA (syamsuri, 1980_.
Siklus krebs
Glikolisis melepas energi kurang dari seperempat energi kimiawi yang tersimpan dalam
glukosa, sebagian besar energi itu tetap tersimpan dalam dua molekul piruvet. Jika ada
oksigen molekuler, piruvat itu memasuki mitokondria dimana enzim siklus krebs
menyempurnakan oksidasi bahan bakar organiknya (champbell, 2002)
Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C) menjadi asam
piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur menjadi berbagai macam zat
yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat. Dalam perjalanannya, 1C (CO 2) dilepaskan.
Pada tiap tahapan, dilepaskan energi dalam bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang dihasilkan
langsung dapat digunakan. Sebaliknya, hidrogen berenergi digabungkan dengan penerima
hidrogen yaitu NAD dan FAD, untuk dibawa ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini
dilepaskan energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air. Seluruh reaksi
siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas (aerob). Siklus krebs
berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980).
Sistem Transpor ELektron
Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua macam. Pertama
dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau GTP (Guanin Tripospat). Energi
ini merupakan energi siap pakai yang langsung dapat digunakan. Kedua dalam bentuk
transport elektron, yaitu NADH (Nikotin Adenin Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine
dinukleotida) dalam bentuk FADH2. Kedua macam sumber elektron ini dibawa kesistem
transfer elektron. Proses transfer elektron ini sangat komplek, pada dasarnya, elektron dan
H+ dan NADH dan FADH2 dibawa dari satu substrak ke substrak yang lain secara berantai.
Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas digunakan untuk mengikatkan fosfat anorganik
(P) kemolekul ADP sehingga terbentuk ATP. Pada bagian akhir terdapat oksigen sebagai
penerima, sehingga terbentuklah H2O. katabolisme 1 glukosa melalui respirasi aerobik
menghasilkan 3 ATP. Setiap reaksi pada glikolisis, siklus krebs dan transport elektron
dihasilkan senyawa senyawa antara. Senyawa itu digunakan bahan dasar anabolisme
(Syamsuri, 1980).
B. Respirasi Anaerobik (Anaerob)
Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi tanpa
menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa tertentu misalnya asam
fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogen dan membentuk asam laktat
atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan
tumbuhan yang terendam air, biji biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel sel
ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa.
Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi
alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol, karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai
lengkap menjadi air dan karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan
respirasi aerobik. Reaksinya :
C6H12O6 Ragi >> 2C2H5OH + 2CO2 + 21Kal
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan bakteri
anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat hidup jika berhubungan
dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka tertutup sehingga member
kemungkinan bakteri tambah subur (Syamsuri, 1980).
3. ALAT
A. Respirasi menghasilkan CO2
Botol plastik bekas 200mL
Kain kasa
Pencatat waktu
pinset
B. Perubahan suhu akibat aktivitas respirasi tumbuhan
Tabung reaksi
Termometer
Rak tabung reaksi
Pencatat waktu

4. BAHAN
A. Respirasi menghasilkan CO2
Kecambah kacang hijau
Kapur semen
air
B. Perubahan suhu akibat aktivitas respirasi tumbuhan
Kecambah kacang hijau
Kertas alumunium
Kapas

5. PROSEDUR KERJA
A. Respirasi menghasilkan CO2
1) Siapkan 2 botol plastik bekas dan isi masing-masing dengan air sebanyak kurang lebih
setengah volume botol
2) Masukkan ke dalam masing-masing botol tersebut kapur semen secukupnya secara hati-
hati, lalu biarkan beberapa saat agar kapur tadi mengendap di dasar botol dan tidak terlarut.
Botol jangan dikocok-kocok atau digoyang-goyang. Bila terlihat endapan dan larutan sebelah
atas nampak bening atau agak bening maka percobaan siap dilakukan.
3) Ambil kecambah kacang hijau secukupnya, lalu bungkus kecambah itu dengan kain kasa
4) Masukkan masing bungkusan tadi ke dalam salah satu botol yang telah diisi air kapur
5) Simpan kedua botol itu di tempat gelap selama 24 jam
6) Setelah 24 jam ambil botol-botol tersebut dan amati perubahan apa yang terjadi pada
larutan air kapur dan kecambah

B. Perubahan suhu akibat aktivitas respirasi tumbuhan


1) Siapka 3 tabung reaksi, beri tanda I,II dan III pada masing-masing tabung tersebut
dengan menggunakan spidol atau kertas label
2) Pada masing-masing tabung tersebut diberikan kondisi sebagai berikut
I. Tabung reaksi kosong
II. Tabung reaksi diisi dengan setengah penuh kecambah
III. Tabung reaksi diisi dengan penuh kecambah
3) Letakkan tabung-tabung reaksi tersebut pada rak dan pada masing-masing tabung
disisipkan thermometer. Lalu tutup mulut tabung dengan kertas alumunium atau kapas dan
masih menyisakan sebagian thermometer di luar tabung
4) Biarkan selama 120 menit, lalu amati perubahan suhu yang terjadi dengan kisaran 15
menit selama 2 jam. Catat suhunya dan gambarkan dalam grafik hubunga antara jumlah
kecambah, waktu dan suhu

6. HASIL PENGAMATAN
A. Respirasi menghasilkan CO2
NO Spesimen Sebelum perlakuan Setelah perlakuan
Botol berisi air kapur
1 Air sedikit keruh Air tampak lebih jernih
tanpa kecambah
Air tampak lebih keruh,
Botol berisi air kapur
2 Air sedikit keruh kecambah mulai tumbuh
dengan kecambah
dan menembus kain kasa

B. Perubahan suhu akibat aktivitas respirasi


Perlakua Kisaran Waktu (menit) Rata-
n rata
0 10 20 30 40
(Tabung
I II II I I II II I I II III I I II III I I II III I
ke-)
I V I V V V V
I 3 2 2 30 3 2 2 28 30 3 28 28 2 3 28 28 2 3 28 28 28,8
0 7 8 0 9 8 0 9 0 9 0
II 3 2 2 30 3 2 2 29 30 2 29 30 3 2 30 30 3 2 30 30 29,4
0 7 8 0 9 9 9 0 9 0 9
III 3 2 2 30 3 3 2 30 31 3 30 30 3 3 31 30 3 3 31 31 30,1
0 7 8 0 0 9 1 1 1 1 1 5
IV 3 2 2 30 3 3 3 30 31. 3 31. 30 3 3 31 30 3 3 31 31 30,11
0 7 8 1 0 0 5 0 5 1 0 2 0
V 3 2 2 30 3 3 3 30 31 3 31. 30 3 3 31. 30 3 3 31. 31 30,2
0 7 8 1 1 0 1 5 1 1 5 1 1 5 3

Keterangan
I. : Tabung reaksi kosong
II. : Tabung reaksi berisi kecambah
III. : Tabung reaksi berisi setengah penuh kecambah
IV. : Tabung reaksi berisi penuh kecambah
V. : Tabung reaksi berisi penuh kecambah

7. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kita telah mengamati proses respirasi pada kecambah kacang hijau.
Alasan mengapa bahan yang digunakan adalah kecambah kacang hijau, karena tumbuhan ini
merupakan suatu organisme yang walaupun ia masih belum berkembang dengan sempurna
tetapi sudah bisa melakukan pernapasan, hal ini terbukti dari hasil percobaan yang telah
diamati dimana kecambah kacang hijau sebagai bahan percobaan mampu melakukan
respirasi.

Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan dengan


melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap/diperlukan dan menghasilkan gas
karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi.
Pada dasarnya, proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan dalam
metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk menjadi sebuah tanaman
dewasa. Semakin besar suatu tanaman, maka makin besar pula kebutuhannya akan energi
sehingga dalam respirasinya memerlukan oksigen yang banyak pula.

A. Respirasi menghasilkan CO2


Pada percobaan ini digunakan 2 botol yang masing-masing diisi dengan air dan kapur semen
yang diendapkan dalam air, dimana kapur semen berfungsi sebagai indikator terjadinya
respirasi pada tumbuhan. Selanjutnya kecambah dibungkus dengan kasa lalu dipasang diatas
permukaan air yang sudah tercanpur dengan kapur semen pada satu botol, sedangkan botol
yang lain tanpa diberi kecambah, kemudian masing-masing mulut botol ditutup dengan
alumunium foil.

Pada botol yang kosong tidak terjadi proses respirasi sehingga air pada botol tampak lebih
jernih hal ini dikarenakan kapur semen mengendap didasar air, sedangkan pada botol yang
berisi dengan kecambah air pada botol tampak lebih keruh, ini disebabkan karena pada botol
yang berisi kecambah mengalami proses respirasi, yaitu menghasilkan karbon dioksida, geas
karbondioksida ini kemudian dilepaskan dalam udara bebas yang ada dalam botol,
selanjutnya gas karbon ini akan bersiklus didalam botol bergerak menempati ruangan-
ruangan dalam botol. Dalam pergerakan ini menghasilkan efek terjadinya goncangan pada
molekul-molekul air akibat adanya tumbukan dengan gas karbon sehingga mengakibatkan
kapur semen dalam botol juga ikut bergerak, yang tadinya mengendap akibat pengaruh
pergerakan ini kapur semen akan larut dalam air sehingga air menjadi lebih keruh. Semakin
lama maka kadar gas karbondioksida akan semakin tinggi sehingga kekeruhan air pun akan
semakin meningkat.

B. Perubahan suhu akibat aktivitas respirasi


Tabung reaksi diletakkan pada beaker besar dan diberi tanda. Tabung reaksi I kosong tanpa
diisi dengan kecambah. Tabung rekasi II diisi kecambah kacang hijau segar 1/4 bagian,
sedangkan tabung reaksi III diisi kecambah kacang hijau segar 1/2 tabung, tabung IV diisi
kecambah kacang hijau bagian, tabung V diisi penuh kecambah kacang hijau.
Rekasi tujuannya adalah untuk membuktikan adanya perubahan suhu akibat aktivitas
respirasi.

Selanjutnya pada semua tabung reaksi dimasukkan thermometer lalu pada masing-masing
mulut tabung reaksi ditutup dengan alumunium foil Tabung. Semua tabung dibiarkan hingga
40 menit namun pada setiap perubahan waktu 10 menit suhu pada tabung reaksi dicatat.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada tabung reaksi no I suhunya tidak mengalami
perubahan apapun, hal ini dikarenakan pada tabung reaksi ini tidak terjadi respirasi sehingga
tidak menghasilkan panas yang berpengaruh ke lingkungan. Sedangkan pada tabung reaksi no
II dan III terjadi perubahan suhu yang ditunjukkan oleh thermometer hal ini dikarenakan pada
tabung reaksi no II dan III terjadi proses respirasi yang menghasilkan panas, dimana panas
tersebut di lepas ke lingkungan. Namun pada tabung no II dan III memiliki perbedaan suhu
dimana suhu pada tabung reaksi no III lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tabung reaksi
yang berlabel no II hal ini dikarenakan banyaknya individu yang malakukan respirasi
berpengaruh terhadap hasil respirasi, dimana pada tabung no II hanya berisi setengah
individu kecambah sedngkan pada tabung no III berisi penuh dengan individu kecambah.
Pada tabung yang berisi penuh dengan kecambah hasil respirasinya semakin tinggi sehingga
panas yang dihasilkan dan dilepas pada lingkungan sangat tinggi pula.

8. DISKUSI
1. Mengapa proses respirasi dapat mempengaruhi keadaan suhu di lingkungan?
Jawab :
Karena, hasil akhir dari respirasi adalah berupa CO2 dan H2O. Pernafasan lebih
menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-
sel tubuh untuk memperoleh energi atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling
utama adalah karbohidrat. Pembakaran membutuhkan oksigen (O2), terjadi di dalam setiap
sel yang hidup. Energi yang diperoleh berupa energi kimia (ATP) yang digunakan untuk
berbagai aktivitas fisiologi dalam tubuh. Di samping itu, pembakaran menghasilkan pula zat
sisa berupa gas asam arang (CO2) dan air. Tumbuhan juga menyerap O2 untuk
pernafasannya, umumnya diserap melalui daun (stomata). Bila dalam keadaan anaerob atau
kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi secara anaerob. Misal pada akar yang
tergenang air. Pada respirasi aerob, terjadi pembakaran (oksidasi) zat gula (glukosa) secara
sempurna, sehingga menghasilkan energi jauh lebih besar (36 ATP) daripada respirasi
anaerob (2 ATP saja). ATP ini yang akan digunakan tumbuhan untuk aktivitas dan tumbuh
yang menghasilkan panas. Juga hasil respirasi adalah H2O yang menyebabkan suhu sekitar
tumbuhan menjadi sejuk pada siang hari

2. Bagaimana mekanisme produk panas hasil dari hasil respirasi?


Jawab :
C6H12O6 + 6O2 ----- 6CO2 + 6H2O G = 686 kkal
1 grammol glukosa dioksidasi oleh 6 grammol oksigen menghsilkan 6 grammol
karbondioksida dan 6 grammol air. Sedangkan energy yang dilepas adalah sebesar 686
kkal. Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk
mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat
dituliskan:

C6H12O6 + 6H2O 6H2O + 6CO2 + 675 kal

Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang terjadi dari
awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu
glikolosis, siklus krebs dan transport elektron.

3. Mengapa kecambah yang digunakan pada tiap tabung berbeda jumlahnya? Apakah hal ini
mempengaruhi hasil data pengamatan?
Jawab :
Karena, jumlah kecambah menentukan besarnya aktivitas respirasi. Hal ini disebabkan
karena masing masing kecambah mengalami respirasi sehingga akumulasi dari hasil
respirasi tersebut akan menghasilkan panas tinggi. Semakin banyak kecambah maka semakin
banyak pula energi panas yang dikeluarkan oleh kecambah. Jelas hal ini akan mempengaruhi
data hasil pengamatan.

4. Apakah fungsi kertas aluminium atau kapas berkaitan dengan perubahan suhu dalam
percobaan ini?
Jawab :
Kertas aluminium atau kapas berfungsi sebagai penutup tabung reaksi dan gelas sehingga
kita dapat menjaga kestabilan suhu yang dihasilkan dalam peristiwa respirasi oleh kacambah
dan mengunci gas yang dihasilkan dalam respirasi tidak keluar. Akhirnya bahan tidak
terkontaminasi benda luar.

9. KESIMPULAN
Aktivitas respirasi meghasilkan gas CO2 yang dilepaskan ke lingkungan
Aktivitas respirasi mempengaruhi perubahan suhu lingkungan
Jumlah individu yang melakukan respirasi mempengaruhi tingkat panas yang dilepaskan
ke lingkungan, dimana semakin banyak individu yang melakukan respirassi semakin tinggi
pula panas yang dilepas ke lingkuangan sedangkan semakin sedikit individu yang melakukan
respirasi maka panas yang dilepas ke lingkungan juga semakin sedikit.

10. DAFTAR PUSTAKA


Champbell, N.A,dkk.2002. Biologi. Edisi lima Jilid satu. Erlangga:Jakarta
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Krisdianto, dan kawan-kawan. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. FMIPAUniversitas
Lambung Mangkurat.Banjarbaru.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT Gramedia.
Jakarta.
Nindy, Triska Sulisa,dkk. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran
vol 2 No 1
pernapasan Akut (ISPA) pada anak balita.Jurnal Kesehatan Lingkungan,
Syamsuri, Istamar.1980. Biologi SMA. Erlangga:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai