Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIODIVERSITAS

Pangan Tumbuhan Lokal sebagai Ketahanan Pangan Nasional

Dosen pembimbing:
Dr. Hamidah, M.Kes.
Disusun oleh:
Endra Zulfikar G. 081311433051
Andhika Putra K. 081311433063
Aslam Shauki M. 081311433077
Glory Stefanny N. 081311433089
Meirizka Amira 081411431052
Ely Tri Wijayanti 081411431067
Inatsa’ Mirra I 081511433001
Zahrah Tsaniya F. 081511433002
Heni Fitrah A. 081511433003

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
1. Pendahuluan
Dua krisis besar yang sedang melanda dunia saat ini adalah krisis pangan dan
krisis energi. Krisis energi dipicu oleh kian menipisnya energi yang berasal dari bahan
bakar fosil, sedangkan krisis pangan dipicu oleh fenomena pemanasan global dan
tidak meratanya distribusi pangan. Kebutuhan pangan merupakan penggerak esensial
roda perekonomian masyarakat dunia sehingga ketika isu perubahan iklim mencuat,
hal tersebut tidak ayal memunculkan kekhawatiran tersendiri pada persoalan
ketahanan pangan.

Untuk menghadapi krisis tersebut dibutuhkan komoditi alternatif untuk


diversifikasi baik bahan pangan maupun bahan energi. Indonesia memiliki potensi
pangan lokal yang luar biasa besar akan tetapi walaupun stok pangan banyaktersedia,
potensi tersebut belum termanfaatkan dengan baik. Indonesia masih banyak
melakukan impor untuk bahan-bahan makanan pokok, padahal impor tersebut
seharusnya dapat ditekan, bahkan ditiadakan dengan cara lebih mengoptimalkan
potensi sumber pangan lokal yang ada di Indoensia. Ini dapat digolongkan sebagai
salah satu faktor utama yang menyebabkan kegiatan dalam ketahanan pangan menjadi
tidak maksimal. Fenomena tersebut kemudian berdampak pada tidak stabilnya
ketahanan pangan negara Indonesia. Ubi kayu, jagung, sagu, kelapa sawit, jarak
pagar, sebenarnya sangat potensial digunakan baik untuk diversifikasi pangan dan
energi maupun hanya energi.

Pembangunan selayaknya harus mengenali karakter sumber daya alam


lingkungan agar dapat dikelola dengan tepat bagi kelanjutan hidup manusia sekarang
dan di masa mendatang. Sumber daya lingkungan bukan objek eksploitasi melainkan
potensi yang harus dikelola dan dirawat agar tetap menjalankan fungsinya selaku
penopang kehidupan manusia. Di dalam memanfaatkan kekayaan lingkungan secara
baik, efisien, dan efektif maka semestinya kita mengenal lebih teliti karakter sumber
daya alam tersebut agar pemanfaatan potensi kekayaan alam yang ada dapat tepat
sasaran dan berkesinambungan demi keberlanjutan pembangunan.
Akan tetapi, masalah yang saat ini ada adalah perhatian pemerintah dan
masyarakat terhadap pengembangan potensi pangan lokal masih sangatlah kurang,
seringkali sudah muncul tetapi lebih banyak dalam seminar dan lokakarya serta
pernyataan-pernyataan yang menjanjikan tetapi tidak berlanjut dalam implementasi.
Hal ini mungkin disebabkan baik pemerintah maupun masyarakat dalam berbagai
profesi belum terlalu menyadari bagaimana pentingnya pengembangan potensi
pangan lokal untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional untuk kedepannya.

2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengembangan potensi pangan lokal di Indonesia untuk

mewujudkan ketahanan pangan nasional?

3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menggali lebih dalam dan
mengkaji potensi diversifikasi pangan berbasis potensi lokal yang ada di Indonesia
untuk solusi terwujudnya ketahanan pangan nasional.

4. Pembahasan
a. Pemahaman tentang ketahanan pangan
Pemahaman ketahanan pangan baik secara internasional maupun nasional telah
terarah kepada pengertian kebutuhan rumah tangga atau individu. Beberapa
pemahaman tentang ketahanan pangan:

1. Menurut World Bank (1986): ketika orang pada setiap saat memilih aksesibilitas
secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
mereka agar bisa sehat dan produktif.

2. Menurut International Conference In Nutrition (FAO/WHO-1992): akses setiap


rumah tangga atau individu untuk memperoleh pangan pada setiap waktu demi
keperluan hidup sehat.
3. Menurut World Food Summit (1996): memperluas definisi FAO/WHO dengan
menambah persyaratan bahwa “pengembangan pangan sesuai nilai atau budaya
setempat”.

4. Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 (UU Pangan): kondisi terpenuhinya


pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 (PP Ketahanan Pangan): n pengelolaan


pangan secara nasional, terlaksananya swasembada pangan yang diutamakan produksi
dalam negeri dan bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung
keragaman antardaerah dan harus dihindari sejauh mungkin ketergantungan pada
pemasukan pangan dari luar (Louhenapessy, 2010:119).

Sesuai dengan uraian dan pemahaman-pemahaman di atas, jelas bahwa


ketahanan pangan tidak tergantung pada satu komoditi pangan, tetapi lebih pada pangan
yang ada di lingkungan rumah tangga termasuk beras bagi daerah penghasil beras,
umbi-umbian pada daerah penghasil umbi-umbian, jagung pada daerah penghasil
jagung, sagu pada daerah penghasil sagu, dan lain-lain.Keragaman iklim dan sumber
daya air di masing-masing wilayah bisa dimanfaatkan untuk memproduksi komoditas
yang beragam. Dengan kondisi curah hujan yang beragam, pewilayahan komoditas
dapat dilakukan sehingga setiap daerah dapat menghasilkan komoditas yang berbeda
dalam waktu berbeda. Hal ini juga bisa mendorong terjadinya perdagangan
antarwilayah karena satu daerah harus memasok komoditas tertentu untuk wilayah lain.
Perdagangan antarwilayah juga dapat membantu petani dari kerugian akibat jatuhnya
harga komoditas pertanian karena stok berlebih saat panen.

b. Potensi Pangan Lokal Menuju Ketahanan Pangan Nasional

Masalah pangan bukan merupakan masalah sekarang saja tetapi sudah


merupakan masalah di masa lampau dan juga akan menjadi masalah di masa akan
datang.
Pengertian umum swasembada untuk suatu produk di suatu negara akan tercapai
apabila secara netto jumlah produk dalam negeri minimal mencapai 90% dari jumlah
konsumsi domestiknya, baik untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, industri,
maupun neraca perdagangan nasional (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010:3).

Berdasarkan data Badan Pangan Dunia (FAO), bahwa dari seluruh beras yang
beredar di pasar dunia, 80%-nya diserap oleh Indonesia (Louhenapessy, 2010:114).
Dari data tersebut jelas bahwa ketahanan pangan Indoensia terus bermasalah apabila
terus akan bertumpu pada swasembada beras, oleh karena itu konsep diversifikasi
pangan harus terus dikembangkan dan diimplementasikan.

Politik pemerintah Indonesia dalam pembangunan pertanian pangan yang


diidentikkan dengan “padi”, ternyata secara tidak langsung telah mengubah pola
konsumsi masyarakat dan berdampak pada pola diversifikasi pangan yang sudah ada
sejak zaman nenek moyang. Padahal diversifikasi pangan sebenarnya sudah merupakan
budaya masyarakat secara tradisional dan kalau pola pangan tradisional ini
dikembangkan secara terencana dan terarah maka masalah kesulitan pangan tidak perlu
terjadi.

Seharusnya sebagai negara kepulauan kita mempertahankan citra kita dengan


mengembangkan segala kekayaan yang masih diwariskan para pendahulu kepada kita
saat ini yaitu kekayaan alam, budaya, serta agama. Hal ini mengajak kita bahwa kita
harus pandai-pandai memanfaatkan ekosistem-ekosistem yang ada demi keberlanjutan
pangan bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian penduduk negara kepulauan
selayaknya mengandalkan ketahanan pangannya bukan pada satu komoditas unggulan
saja yaitu beras tetapi pada berbagai komoditas unggulan termasuk di dalamnya beras
serta komoditi-komoditi lokal lainnya seperti jagung, sagu, umbi-umbian, dan lain-lain.

c. Ragam jenis pangan dan pemetaan potensi

Beberapa ragam jenis pangan dan pemetaan potensi daerahnya masing-masing


serta manfaat dari jenis pangan tesebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Ketela pohon

Ketela pohon atau yang biasa dikenal dengan sebutan singkong merupakan
tanaman tahunan tropika dan subtropika. Hasil dari ketela pohon yang berupa umbi
dikenal luas sebagai salah satu makanan pokok penghasil karbohidrat di samping beras
dan jagung yang merupakan makanan pokok khas masyarakat Indonesia. Ketela pohon
sendiri menurut sejarahnya merupakan tanaman Brazilia yang hari ini sudah menyebar
ke berbagai negara di seluruh dunia. Ketela pohon pada umumnya tumbuh dan
beradaptasi secara luas di Indonesia. Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dari daerah
dataran rendah hingga dataran tinggi. Adapun pemanfaatan dari Ketela pohon yaitu
dapat digunakan sebagai bahan baku industri pembuatan tepung tapioca, tepung gaplek,
serta bahan pembuatan alcohol, etanol, gahosol dan lain sebagainya.
2. Garut atau Arairut

Tanaman Garut atau Arairut adalah tanaman yang memberikan hasil utama
berupa umbi. Tanaman ini merupakan tanaman yang memerlukan iklim panas dan
kondisi yang basah. Adapun pemanfaatan tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan makanan bayi, bahan pembuatan kosmetika, lem, keripik dan bahkan dalam
sejumlah penelitian tanaman Garut atau Arairut ini dapat dimanfaatkan sebagai
makanan bagi anak-anak penderita kelainan pencernaan Sindrom Down dikarenakan
kehalusan serat makanan ini. Tanaman Garut atau Arairut menurut sejarahnya berasal
dari Amerika Selatan yang mana pada tanaman ini biasanya tumbuh di pekarangan
tepatnya di bawah pohon yang rindang.
3. Sukun

Sukun menurut sejarahnya merupakan tanaman yang berasal dari New Guinea,
Pasifik. Sukun merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik pada lahan kering
(daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih. Menurut Pustaka
Litbang Deptan, buah sukun telah lama dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Di daerah
Fiji, Tahiti, Hawai, Samoa dan Kepulauan Sangir Talaud, buah sukun dimanfaatkan
sebagai makanan tradisional dan makanan ringan. Bahkan dalam lingkup internasional
buah sukun dikenal dengan sebutan bread fruit atau buah roti dikarenakan kelezatannya
sebagai buah, namun juga memiliki kandungan karbohidrat yang tidak kalah dari beras,
gandum dan jagung. Tanaman sukun memiliki beberapa pemanfaatan bagi kepentingan
pemenuhan pangan dan penghijauan.
4. Jagung
Tanaman jagung merupakan tanaman yang berasal dari Amerika. Tanaman ini
memiliki hasil utama berupa biji. Di indonesia jagung diberdayakan untuk memenuhi
berbagai keperluan baik pangan maupun non pangan. Sebagai bahan pangan beberapa
hasil olahannya meliputi: pati, tepung jagung, snack, berondong(pop corn), jenang, nasi
jagung, sirup jagung dan lain sebagainya. Sebagai bahannon pangan beberapa manfaat
dari jagung adalah sebagai berikut, misalnya digunakan sebagai bahan pakan ternak,
pupuk kompos, bahan pembuat kertas dan kayu bakar. Di Imdonesia beberapa sentra
penghasil utama tanaman jagung ialah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, D.I.Yogyakarta, dan lain sebagainya. Penyebaran
tanaman jagung yang dapat tumbuh dan berproduksi secara merata di manapun,
dikarenakan karakteristik tanaman jagung yang merupakan tanaman yang dapat tumbuh
di daerah sub-tropis maupun tropis.
5. Sagu

Sagu merupakan salah satu sumber pangan populer bagi sebagian masyarakat
Indonesia di Indonesia Timur dan sebagian daeah Pulau Sumatera. Di Indonesia sendiri
potensi mengenai sagu sebagai produk alteratif pangan nasional sangat berpeluang dan
menjanjikan. Hal tersebut mengingat areal penghasil sagu dunia yang saat ini masih
dipegang indonesia dengan besaran mencapai angka 60% dari total areal sagu dunia.
Selain berpotensi sebagai salah satu sumber karbohidrat yang menjanjikan tanaman
sagu juga dapat digunakan sebgai salah satu bahan pembuat perekat, sirup dan bahan
baku etanol. Sagu juga dapat digunakan untuk membuat tepung, yang mana memiliki
kandungan gizi yang tidak kalah dengan tepung tapioka maupun aci garut. Seperti
papeda yang menjadi makanan khas dari Papua.
6. Kentang

Kentang menurut sejarahnya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika


Tengah. Hasil utama dari tanaman kentang ialah umbi. Tanaman kentang merupakan
tanaman yang hidup dan berproduksi di daerah subtropis atau daerah dataran tinggi
seperti pegunungan. Hasil olahan tanaman kentang selain sebagai bahan pokok berupa
umbi ialah sebagai bahan baku pembuat pati, sebagai salah satu bahan pembuat cat,
pembuat glukosa dan lain sebagainya. Penyebaran tanaman kentang di Indonesia
meliputi daerah-daerah seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumtera
Selatan, Tanah Karo dan lain sebagainya. Kentang merupakan salah satu pangan utama
dunia setelah padi, gandum, dan jagung.
7. Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi, jagung,
dan ubi kayu, dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, bahan
baku industri maupun pakan ter-nak. Ubi jalar dikonsumsi sebagai makanan tambahan
atau samping-an, kecuali di Irian Jaya dan Malu-ku, ubi jalar digunakan sebagai ma-
kanan pokok. Ubi jalar di kawasan dataran tinggi Jayawijaya merupakan sumber utama
karbohidrat dan memenuhi hampir 90% kebutuhan kalori penduduk.
8. Talas

Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Di Indonesia talas


bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai
pegunungan di atas 1000 meter dpl baik liar maupun ditanam. secara luas terutama di
wilayah Asia dan Oceania. Di Indonesia talas sebagai bahan makanan cukup populer
dan produksinya cukup tinggi terutama di daerah Papua dan Jawa (Bogor, Sumedang
dan Malang).
Sumber pangan diatas selain persebaran menyeluruh di Indonesia juga
kandungan nutrisinya yang bersaing dengan beras. Sebernarnya, tidak perlu
mempermasalahkan antara beras dan bukan beras. Tetapi sebaiknya potensi kekayaan
tumbuhan di Indonesia semuanya harus digali dan dikembangkan. Tumbuhan yang
sesuai dengan kondisi lingkungan dan lahan pada wilayah tertentu diolah dan
dikembangkan, dan tumbuhan yang sudah berkembang sesuai ekosistemnya dan
mempunyai nilai produksi pada suatu wilayah harus tetap diolah dan dikembangkan
pada wilayah itu. Apabila hal tersebut dapat dikembangkan maka kekayaan alam yang
ada di Indonesia dapat berkembang sesuai karakter wilayahnya masing-masing dan
akan memperkaya keanekaragaman pangan secara nasional.
d. Aspek-aspek penting dalam pangan lokal yang bisa digunakan untuk pangan
nasional

Pola konsumsi beras sudah menguasai masyarakat perkotaan dan makin


menerobos ke pedesaan. Akan tetapi, di sisi lain produktivitas beras untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat secara nasional tidak mencukupi. Jadi diharapkan bahwa upaya
ketahanan pangan keluarga berbasis kearifan lokal di daerah akan memperkaya
komoditas pangan di Indonesia, sekaligus turut mendorong kemandirian pangan pada
tingkat lokal maupun nasional pada masa yang akan datang.

Aspek-aspek penting dalam pangan lokal yang bisa digunakan untuk pangan
nasional adalah:

a. Tersedia pangan yang cukup, aman dan bergizi berasal dari pangan lokal stok
masyarakat maupun impor.

b. Distribusi stabil: pangan tersedia bagi rumah tangga sepanjang waktu dan di mana
saja.

c. Keterjangkauan: kemampuan akses fisik dan ekonomi terhadap sumber pangan


secara sosial dan geografis.

d. Konsumsi pangan: penganekaragaman konsumsi pangan, bergizi seimbang sehat dan


aman.

e. Kecukupan pangan: pangan cukup secara kuantitas maupun kualitas untuk kebutuhan
rumah tangga (Louhenapessy, 2010:122)

Aspek-aspek penting di atas sebenarnya sangatlah bisa terpenuhi dengan


pemanfaatan potensi pangan lokal yang ada di Indonesia. Persoalannya adalah apakah
ada kemauan baik pemerintah untuk mengembangkan pangan lokal sebagaimana yang
sudah dilakukan pada pengembangan padi selama ini. Sebenarnya terdapat peluang
yang sangat besar di masyarakat untuk mempersiapkan kebutuhan pangannya sesuai
potensi wilayahnya, dengan demikian pangan lokal apakah itu padi, umbi-umbian,
jagung, sagu, dan lain-lain diberi kesempatan untuk berkembang di wilayahnya masing-
masing. Mengingat kondisi ekonomi masyarakat yang mayoritas masih lemah, apabila
hal ini akan diterapkan maka perlu peran yang kuat dari pemerintah baik sebagai
inisiator, penyedia fasilitas, maupun pembuat regulasi, untuk lebih meningkatkan peran
masyarakat dalam melakukan pembangunan ketahanan pangan.

Selain pentingnya peran pemerintah sebagai inisiator, fasilitator, dan pembuat


regulasi, serta peran masyarakat untuk ikut mengembangkan potensi pangan lokal yang
ada, peran para ahli teknologi pertanian mencakup teknologi pangan, teknologi
biosistem, serta teknologi industri pangan sangat penting untuk membantu mewujudkan
ketahanan pangan yang merupakan tantangan besar bangsa Indonesia ini. Ilmu dan
teknolodi pertanian diharapkan mempu berperan memperkenalkan budaya makanan
khas daerah untuk mendukung sistem pangan nasional.

Hal-hal pendukung yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pemanfaatan


kearifan dan potensi pangan lokal untuk ketahanan pangan antara lain adalah dengan
menjaga ketersediaan pangan sesuai potensi wilayah masing-masing, mengembangkan
kerja sama jaringan dan informasi pangan lokal dalam daerah dan antardaerah, upaya
diversifikasi konsumsi pangan, serta meningkatkan motivasi masyarakat dalam
penyelenggaraan ketahanan pangan berbasis kearifan lokal. Potensi pangan lokal di
Indonesia semuanya harus digali dan dikembangkan. Tumbuhan yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan lahan pada wilayah tertentu diolah dan dikembangkan, dan
tumbuhan yang sudah berkembang sesuai ekosistemnya dan mempunyai nilai produksi
pada suatu wilayah harus tetap diolah dan dikembangkan pada wilayah itu. Apabila hal
tersebut dapat dikembangkan maka kekayaan alam yang ada di Indonesia dapat
berkembang sesuai karakter wilayahnya masing-masing dan akan memperkaya
keanekaragaman pangan secara nasional.

5. Kesimpulan

Dengan berkembangnya produk-produk pangan lokal di daerah-daerah,


otomatis masyarakat akan melihat peluang usaha dan cenderung akan tergerak untuk
ikut mengembangkan produk lokal yang ada di daerahnya. Sosialisasi produk lokal
sebagai diversifikasi makanan pokok dan keunggulannya di kota-kota secara
berkelanjutan, sosialisasi sangatlah penting dalam turut serta membentuk pola pikir
masyarakat akan perlunya langkah diversifikasi makanan pokok dengan makanan lokal
dan keunggulan produk lokal yang ada. Selanjutnya adalah membiasakan
memanfaatkan makanan lokal dan penganan lokal pada acara-acara kedinasan maupun
acara dalam keluarga. Semua solusi hanya akan menjadi wacana belaka apabila
pelaksanaannya tidak ada, langkah yang paling mudah dilakukan adalah dengan
membiasakan memanfaatkan makanan lokal pada acara-acara keluarga maupun
kedinasan, dengan semua pihak memanfaatkan produk lokal maka derajat produk lokal
juga akan semakin meningkat sehingga pengembangan selanjutnya akan semakin
mudah.

Setelah langkah-langkah jangka pendek terlaksana secara berkelanjutan, perlu


juga langkah jangka panjang yang harus dilakukan. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan mutu produk pangan (dalam aspek nilai gizi, cita rasa, penampilan
produk, keamanan pangan, dan kemasan).

b.Mengembangkan alternatif aneka produk pangan.

c.Peningkatan kualitas sumber daya manusia pedesaan di daerah penghasil komoditas


dalam hal pengolahan, promosi, dan pemasaran produk.

d. Mengembangkan jaringan pemasaran melalui kegiatan kemitraan antara petani


dengan pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pemasaran (toko, warung, distributor).

e.Gerakan konsumsi pangan lokal yang sinergi dengan kebijakan dan promosi
pengembangan pangan lokal baik pada industri jasa makanan (hotel dan restoran)
maupun pada toko-toko, warung, dan distributor.

Upaya ketahanan pangan berbasis kearifan lokal di daerah akan memperkaya


komoditas pangan di Indonesia, sekaligus turut mendorong kemandirian pangan pada
tingkat lokal maupun nasional pada masa yang akan datang.
6. Daftar Pustaka

Cahyanto, Sugeng Setya. 2012. Penguatan Kearifan Lokal Sebagai Solusi


Permasalahan Ketahanan Pangan Nasional.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Cetak Biru Road Map Swasembada Gula
Nasional 2010-2014. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Food Review Referensi Industri & Teknologi Pangan Indonesia Volume VI No. 10
Oktober 2011.

Louhenapessy, J.E. dkk. 2010. Sagu: Harapan Dan Tantangan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai