1. Fluorosensi
Akan memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar – X saja. Fluoresensi adalah pemedaran
sinar pada saat suatu zat dikenai cahaya. Hal ini karena sifat butir Kristal suatu zat jika
mendapat rangsangan berupa cahaya akan langsung memancarkan cahayanya sendiri dan
berhenti memancar jika rangsangan itu dihilangkan.
2. Fosforisensi
Pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar – X sudah
dimatikan ( after-glow).
A. Prinsip dari Proses Fosforisensi dan Fluorosensi
Melibatkan penyerapan radiasi dan pengemisian radiasi yang umumnya lebih panjang
gelombangnya atau lebih rendah energinya. Energi radiasi yang tidak teremisikan dalam
bentuk radiasi kemudian diubah menjadi energi termal.
Suatu senyawa yang menyerap cahaya yang berada dalam rentang panjang gelombang cahaya
tampak akan terlihat berwarna. Bila senyawa yang sama memancarkan cahaya pada suatu
panjang gelombang yang berlainan, senyawa itu akan tampak berwarna dua atau
berfluorosensi.
Suatu contoh senyawa fluoresen ialah fluoresein yang pernah di gunakan untuk menandai
pesawat terbang yang jatuh dilaut. Dalam larutan air dan dengan adanya cahaya fluoresein
kelihatan merah dengan fluoresensi kuning-hijau yang kuat. Beberapa senyawa fluoresen,
yang disebut pemutih optis digunakan sebagai pemutih tekstil. Senyawa ini adalah senyawa
tak berwarna yang menyerap cahaya ultraviolet tepat diluar rentang panjang gelombang
cahaya tampak,kemudian memancarkan cahaya biru-ungu pada pinggir spektrum cahaya
tampak. Warna biru-ungu ini menutupi penguningan tekstil itu. Contoh rambu-rambu lalu
lintas, beberapa jenis cat, dan stiker yang bersifat fluoresensi. Fluorensensi berarti juga
kelihatan bersinar bila kena sinar.
2. Fosforisensi
Berhubungan dengan fosforetensi karenanya ia membungkus sebuah pelat foto
PELURUHAN RADIOAKTIF
Inti atom yang tidak stabil secara spontan akan berubah menjadi inti atom yang
lebih stabil. Proses perubahan tersebut dinamakan peluruhan radioaktif
(radioactive decay). Dalam setiap proses peluruhan akan dipancarkan radiasi.
Bila ketidakstabilan inti disebabkan karena komposisi jumlah proton dan
neutronnya yang tidak seimbang, maka inti tersebut akan berubah dengan
memancarkan radiasi alfa (a) atau radiasi beta (b). Sedangkan bila
ketidakstabilannya disebabkan karena tingkat energinya yang tidak berada pada
keadaan dasar, maka akan berubah dengan memancarkan radiasi gamma (g).
A. Jenis Peluruhan
Terdapat tiga jenis peluruhan radioaktif secara spontan yaitu peluruhan alfa
(a), peluruhan beta (b), dan peluruhan gamma (g). Jenis peluruhan atau jenis
radiasi yang dipancarkan dari suatu proses peluruhan ditentukan dari posisi
inti atom yang tidak stabil tersebut dalam diagram N-Z.
1. Peluruhan Alfa (a)
Peluruhan alfa dominan terjadi pada inti-inti tidak stabil yang relatif berat
(nomor atom lebih besar dari 80). Dalam peluruhan ini akan dipancarkan
partikel alfa (a) yaitu suatu partikel yang terdiri atas dua proton dan dua
neutron, yang berarti mempunyai massa 4 sma dan muatan 2 muatan
elementer positif. Partikel a secara simbolik dinyatakan dengan simbol
2He4.
Radionuklida yang mengalami peluruhan akan kehilangan dua proton
dan dua neutron serta membentuk nuklida baru. Peristiwa peluruhan a ini
dapat dituliskan secara simbolik melalui reaksi inti sebagai berikut:
ZXA ® Z-2YA-4 + a
Contoh peluruhan partikel Alfa yang terjadi di alam adalah:
92U238 ® 90
Th234+ a
Sifat Radiasi Alfa
a. Daya ionisasi partikel alfa sangat besar, kurang lebih 100 kali daya
ionisasi partikel b dan 10.000 kali daya ionisasi sinar g.
b. Jarak jangkauan (tembus) nya sangat pendek, hanya beberapa mm
udara, bergantung pada energinya.
c. Partikel a akan dibelokkan jika melewati medan magnet atau medan
listrik.
d. Kecepatan partikel a bervariasi antara 1/100 hingga 1/10 kecepatan
cahaya.
2. Peluruhan Beta (b)
Peluruhan beta terjadi pada inti tidak stabil yang relatif ringan. Dalam
peluruhan ini akan dipancarkan partikel beta yang mungkin bermuatan
negatif (b-) atau bermuatan positif (b+). Partikel b- identik dengan
elektron sedangkan partikel b+ identik dengan elektron yang bermuatan
positif (positron). Pada diagram N-Z, peluruhan b- terjadi bila nuklida
tidak stabil berada di atas kurva kestabilan sedangkan peluruhan b+
terjadi bila nuklidanya berada di bawah kurva kestabilan.
Dalam proses peluruhan b- terjadi perubahan neutron menjadi proton di
dalam inti atom sehingga proses peluruhan ini dapat dituliskan sebagai
persamaan inti berikut.
ZXA ® Z+1YA + b- + n
Contoh:
15P32 ® 16S32 + b- + n
Sedangkan dalam proses peluruhan b+ terjadi perubahan proton menjadi
neutron di dalam inti atom sehingga proses peluruhan ini dapat dituliskan
sebagai persamaan inti berikut.
ZXA ® Z-1YA + b+ + n-
Contoh:
8O15 ® 7N15 + b+ + n-
Neutrino (n+) dan antineutrino (n-) adalah partikel yg tidak bermassa
tetapi berenergi yg selalu mengiringi peluruhan b.
Sifat Radiasi Beta
a. Daya ionisasinya di udara 1/100 kali dari partikel a
b. Jarak jangkauannya lebih jauh daripada partikel a, di udara dapat
beberapa cm.
c. Kecepatan partikel b berkisar antara 1/100 hingga 99/100 kecepatan
cahaya.
d. Karena sangat ringan, maka partikel b mudah sekali dihamburkan
jika melewati medium.
e. Partikel b akan dibelokkan jika melewati medan magnet atau medan
listrik.
3. Peluruhan Gamma (g)
Berbeda dengan dua jenis peluruhan sebelumnya, peluruhan gamma tidak
menyebabkan perubahan nomor atom maupun nomor massa, karena
radiasi yang dipancarkan dalam peluruhan ini berupa gelombang
elektromagnetik (foton). Peluruhap ini dapat terjadi bila energi inti atom
tidak berada pada keadaan dasar (ground state), atau pada bab
sebelumnya dikatakan sebagai inti atom yang isomer. Peluruhan ini dapat
terjadi pada inti berat maupun ringan, di atas maupun di bawah kurva
kestabilan. Biasanya, peluruhan g ini mengikuti peluruhan a ataupun b.
Peluruhan g dapat dituliskan sebagai berikut.
ZXA* ® ZXA + g
Salah satu contoh peluruhan gamma yang mengikuti peluruhan b
27Co60 ® 28Ni60* + b-
28Ni60* ® 28Ni60 + g
Sifat Radiasi Gamma
a. Sinar y dipancarkan oleh nuklida tereksitasi (isomer) dengan panjang
gelombang antara 0,005 Å hingga 0,5 Å
b. Daya ionisasinya di dalam medium sangat kecil sehingga daya
tembusnya sangat besar bila dibandingkan dengan daya tembus
partikel a atau b
c. Karena tidak bermuatan, sinar g tidak dibelokkan oleh medan listrik
maupun medan magnet
Jumlah inti atom untuk meluruh setiap saat N bergantung pada jumlah inti induk N o untuk selang
waktu peluruhan t, memenuhi persamaan:
N = Noe-λt
Dengan λ merupakan konstanta peluruhan yang nilainya berbeda untuk tiap unsur.
Aktivitas Radioaktif
A = Aoe-λt
Waktu Paruh
Waktu paruh merupakan waktu yang diperlukan unsur untuk meluruh hingga tersisa setengahnya.
Setiap unsur radioaktif memiliki waktu paruh tertentu, misalnya karbon-14 memiliki waktu paruh
5.730 tahun.
½ No = Noe-λT
½ = e-λT
ln ½ = ln e-λT
ln ½ = - λT
0,693 = λT, dengan demikian:
Dalam kaitannya dengan waktu paruh, jumlah inti yang tersisa pada waktu t dapat ditulis sebagai
berikut.
Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif. Radioaktivitas adalah yaitu peristiwa terurainya
beberapa inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti helium),
partikel beta (elektron), atau radiasi gamma (gelombang elektromagnetik gelombang pendek). Sinar-
sinar yang dipancarkan tersebut disebut sinar radioaktif, sedangkan zat yang memancarkan sinar
radioaktif disebut dengan zat radioaktif.
Istilah keradioaktifan (radioactivity) pertama kali diciptakan oleh Marie Curie (1867 - 1934), seorang
ahli kimia asal Prancis. Marie dan suaminya, Pierre Curie (1859 - 1906), berhasil menemukan unsur
radioaktif baru, yaitu polonium dan radium. Ernest Rutherford (1871 - 1937) menyatakan bahwa
sinar radioaktif dapat dibedakan atas sinar alfa yang bermuatan positif dan sinar beta yang
bermuatan negatif. Paul Ulrich Villard (1869 - 1915), seorang ilmuwan Prancis, menemukan sinar
radioaktif yang tidak bermuatan, yaitu sinar gamma.
Berdasarkan partikel penyusunnya, sinar radioaktif dibagi menjadi tiga, yaitu sinar alfa, sinar beta,
dan sinar gamma.
Sinar alfa adalah sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif. Sinar ini ditemukan secara bersamaan
dengan penemuan fenomena radioaktivitas, yaitu peluruhan inti atom yang berlangsung secara
spontan, tidak terkontrol, dan menghasilkan radiasi. Sinar alfa terdiri atas dua proton dan dua
neutron. Berikut ini adalah sifat alamiah sinar alfa.
Sinar beta merupakan elektron berenergi tinggi yang berasal dari inti atom. Berikut ini beberapa sifat
alamiah sinar beta.
Sinar gamma adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang terpancar dari inti atom dengan energi
yang sangat tinggi yang tidak memiliki massa maupun muatan. Sinar gamma ikut terpancar ketika
sebuah inti memancarkan sinar alfa dan sinar beta. Peluruhan sinar gamma tidak menyebabkan
perubahan nomor atom maupun massa atom. Sinar gamma memiliki beberapa sifat alamiah berikut
ini.
1. Sinar gamma tidak memiliki jangkauan maksimal di udara, semakin jauh dari sumber
intensitasnya makin kecil.
2. Mempunyai daya ionisasi paling lemah.
3. Mempunyai daya tembus yang terbesar.
4. Tidak membelok dalam medan listrik maupun medan magnet.
2. Peluruhan Radioaktif
Suatu inti yang tidak stabil dapat meluruh menjadi inti yang lebih ringan dengan memancarkan
partikel alfa (inti atom helium). Pada peluruhan alfa terjadi pembebasan energi. Energi yang
dibebaskan akan menjadi energi kinetik partikel alfa dan inti anak. Inti anak memiliki energi ikat per
nukleon yang lebih tinggi dibandingkan induknya.
Jika inti memancarkan sinar α (inti , maka inti tersebut kehilangan 2 proton dan 2 neutron,
sehingga Z berkurang 2, n berkurang 2, dan A berkurang 4.
Ernest Rutherford menemukan bahwa partikel α adalah atom-atom helium tanpa elektron dan
partikel α atau β keluar dari atom, jenis atom berubah. Perubahan demikian dapat menyebabkan
radiasi γ.
Peluruhan alfa menyebabkan nomor atom berkurang dua dan nomor massa berkurang empat, dan
karena itu sebuah inti baru akan terbentuk. Adapun pada peluruhan beta akan menambah atau
mengurangi nomor atom sebesar satu (nomor massa tetap sama).
Salah satu bentuk peluruhan sinar beta adalah peluruhan neutron. Neutron akan meluruh menjadi
proton, elektron, dan antineutrino. Antineutrino merupakan partikel netral yang mempunyai energi,
tetapi tidak memiliki massa. Bentuk peluruhan sinar beta yang lain adalah peluruhan proton. Proton
akan meluruh menjadi neutron, positron, dan neutrino. Neutrino memiliki sifat yang sama dengan
antineutrino. Peluruhan sinar beta bertujuan agar perbandingan antara proton dan neutron di dalam
inti atom menjadi seimbang sehingga inti atom tetap stabil.
Jika inti radioaktif memancarkan sinar beta (β) maka nomor massa inti tetap (jumlah nukleon tetap),
tetapi nomor atom berubah. Terjadi dua proses peluruhan sinar beta, yaitu:
Suatu inti atom yang berada dalam keadaan tereksitasi dapat kembali ke keadaan dasar (ground
state) yang lebih stabil dengan memancarkan sinar gamma. Peristiwa ini dinamakan peluruhan sinar
gamma. Atom yang tereksitasi biasanya terjadi pada atom yang memancarkan sinar alfa maupun
sinar beta, karena pemancaran sinar gamma biasanya menyertai pemancaran sinar alfa dan sinar
beta. Peluruhan gamma hanya mengurangi energi saja, tetapi tidak mengubah susunan inti.
Seperti dalam atom, inti atom dapat berada pada keadaan eksitasi, yaitu keadaan inti yang tingkat
energinya lebih tinggi dari keadaan dasarnya. Inti yang berada pada keadaan eksitasi diberi tanda
star (*). Keadaan eksitasi inti ini dihasilkan dari tumbukan dengan partikel lain.
Inti yang berada dalam keadaan eksitasi pada umumnya terjadi setelah peluruhan. Misalnya:
3. Deret Radioaktif
Deret radioaktif merupakan deret nuklida radioaktif. Pada deret ini setiap anggotanya terbentuk dari
hasil peluruhan nuklida sebelumnya. Deret akan berakhir dengan nuklida stabil. Ada empat deret
radioaktif alamiah, yaitu deret torium, neptunium, uranium, dan aktinium.
Deret torium dimulai dari inti induk dan berakhir pada inti Deret ini juga disebut
dengan deret 4n, sebab nomor massanya selalu kelipatan 4.
Deret neptunium dimulai dari induk dan berakhir pada inti Deret ini juga disebut
deret (4n + 1), karena nomor massanya selalu dapat dinyatakan dalam bentuk 4n +1.
Deret uranium dimulai dari inti induk dan berakhir pada Deret ini disebut juga deret
(4n +2), karena nomor massanya selalu dapat dinyatakan dalam bentuk 4n + 2.
Deret aktinium dimulai dari inti induk U dan berakhir pada Pb. Deret ini juga disebut deret (4n +3),
sebab nomor massanya selalu dapat dinyatakan dalam bentuk 4n + 3.
4. Aktivitas Radioaktif
Aktivitas radioaktif didefinisikan sebagai jumlah atom suatu bahan radioaktif yang meluruh per
satuan waktu. Dapat dirumuskan:
A = - (dN/dt)............................................................... (1)
Berdasarkan eksperimen, menunjukkan bahwa jumlah inti atom radioisotop yang meluruh
sebanding dengan selang waktu dt selama peluruhan, dengan tetapan kesebandingan λ , yang
dinamakan tetapan radioaktif sebagai ukuran laju peluruhan, yang ternyata hanya tergantung pada
jenis radioisotop, dan tidak tergantung keadaan sekitarnya, serta tidak dapat dipengaruhi oleh
apapun.
Satuan Radioaktivitas
Satuan radiasi ini merupakan satuan pengukuran yang digunakan untuk menyatakan aktivitas suatu
radionuklida dan dosis radiasi ionisasi. Satuan SI untuk radioaktivitas adalah becquerel (Bq),
merupakan aktivitas sebuah radionuklida yang meluruh dengan laju rata-rata satu transisi nuklir
spontan per sekon. Jadi,
1 Bq = 1 peluruhan/sekon
Satuan yang lama adalah curie (Ci), di mana 1 curie setara dengan 3,70 × 1010 Bq, atau 1 Ci = 3,7
× 1010 Bq.
5. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yag diperlukan oleh zat radioaktif untuk berkurang menjadi separuh
(setengah) dari jumlah semula. Dengan mengetahui waktu paruh suatu unsur radioaktif, dapat
ditentukan jumlah unsur yang masih tersisa setelah selang waktu tertentu. Setiap unsur radioaktif
mempunyai waktu paruh tertentu, misalnya karbon -14 (C-14) memiliki waktu paruh 5.730 tahun.
λ .T = ln 2
λ = 0,693/T
T = 0,693/T ...................................................... (4)
Dari persamaan (4), maka dapat ditentukan jumlah inti radioaktif setelah peluruhan maupun
aktivitas radioaktif setelah peluruhan melalui persamaan:
Contoh Soal 1 :
Inti memiliki waktu paruh 1,6 x 103 tahun. Jumlah inti 3 × 1016. Berapakah aktivitas inti pada
saat itu?
Penyelesaian:
N = 3 × 1016
T = 5,1 × 1010 s
sehingga:
λ = 0,693/T
A = 4,2 Bq
Contoh Soal 2 :
Grafik di atas merupakan grafik peluruhan sampel radioaktif. Jika N = ¼ N0 = 1020 inti, tentukan:
b. konstanta peluruhannya,
Penyelesaian:
λ = 0,693/T
c. A = λ .N0
A = (0,231)(4 × 1020)
A = 0,924 × 1020
A = 9,24 × 1019 Bq
Cara Kerja :
1. Ambillah sebuah kotak dan lubangilah pada bagian dua sudut pada dasar kotak berurutan.
2. Dengan sudut ditutup, isilah kotak itu dengan sejumlah kacang hijau sampai hampir penuh.
3. Goyangkan kotak dan hitunglah kacang hijau yang keluar dari kotak.
4. Ulangilah langkah 3 sampai kacang hijau dalam kotak habis.
5. Jika jumlah kacang hijau yang keluar pada setiap goyangan dimisalkan N dan setiap kali
goyangan adalah T, catatlah hasilnya dengan mengikuti format berikut ini.
Dst
Diskusi :
Karbon-14 meluruh menjadi karbon-12, namun ia terus-menerus terbentuk karena sinar kosmis
membentur atom-atom nitro-gen di atmosfer atas sehingga jumlahnya di udara tetap. Hal ini
menyebabkan perbandingan karbon-14 dan karbon-12 tetapsepanjang hidup suatu makhluk hidup.
Setelah mati, karbon-14 terus meluruh dan tidak tergantikan. Maka, perbandingan karbon-14 dan
karbon-12 dapat mengungkapkan umur tumbuhan atau hewan yang pernah hidup sampai 40.000
tahun yang lalu. Spektrometer massa akselerator menghitung jumlah karbon-14 yang ada
1. Aktivitas
Pada peristiwa peluruhan zat radioaktif, salah satu besaran yang digunakan adalah aktivitas.
Aktivitas merupakan laju peluruhan inti radioaktif. Semakin besar aktivitas, semakin banyak
inti yang meluruh per satuan waktu. Aktivitas tidak berhubungan dengan jenis radiasi dan
energi radiasi, namun hanya berhubungan dengan jumlah peluruhan per satuan waktu
tertentu.
Satuan aktivitas dalam SI adalah Becquerel (Bq). Satu Becquerel sama dengan satu peluruhan
per detik. Satuan ini terlalu kecil dan sebagai gantinya digunakan satuan Curie.
Semula, Curie didefinisikan sebagai aktivitas dari satu gram radium. Definisi ini kemudian
diubah dengan yang lebih memudahkan, yaitu:
1 Curie adalah satuan bilangan yang sangat besar, sehingga untuk kepentingan praktis sering
dipakai satuan milicurie (mCi) dan mikrocurie (μCi).
Satu cuplikan bahan radioaktif yang berorde beberapa gram, mengandung atom dalam orde
1023. Jika cuplikan ini memiliki aktivitas 1 Ci, maka akan ada sekitar 1010 inti yang meluruh
setiap detiknya. Dapat juga dikatakan bahwa 1 inti atom sembarang memiliki probabilitas
(1010/1023) atau 10-13 untuk meluruh setiap detiknya. Besaran ini, yaitu probabilitas peluruhan
per inti per detik, disebut dengan tetapan peluruhan dan dinyatakan dengan λ.
Ketika cuplikan inti meluruh, jumlah inti yang radioaktif berkurang, maka aktivitas juga
semakin kecil. Jadi, jumlah peluruhan per detik semakin lama semakin sedikit.
Dapat dikatakan bahwa aktivitas R, pada hakikatnya adalah perubahan jumlah (pengurangan)
inti radioaktif yang meluruh setiap satuan waktu.
Dengan demikian, aktivitas merupakan perkalian jumlah inti radioaktif dan probabilitasnya
untuk meluruh. dN/dt bernilai negatif, karena N menurun dengan bertambahnya waktu. Dari
persamaan 4.1 diperoleh:
Atau
Pada kenyataannya kita tidak dapat mengukur N, sehingga diperlukan persamaan yang lebih
bermanfaat, yaitu dengan mengalikan kedua belah ruas dengan λ, yang memberikan
persamaan:
Ro adalah aktivitas mula-mula.
Jika dalam suatu cuplikan bahan radioaktif dihitung aktivitasnya, kemudian beberapa waktu
kemudian dihitung lagi aktivitasnya dan seterusnya, maka didapatkan grafik.
2. Waktu Paruh
Waktu paruh ( ) suatu unsur radioaktif adalah waktu yang diperlukan agar aktivitas (R)
menurun menjadi separoh aktivitas semula ( ), jadi R = ½ Ro. Sehingga,
λ adalah peluang tiap satuan waktu.
Umur atom tertentu yang berdisintegrasi adalah antara nol dan tak tentu karena tidak
diketahui atom mana yang akan berdisintegrasi dalam waktu berikutnya. Karena itu perlu
didefinisikan umur rata-rata sebagai berikut:
Dosis Serap
Inti atom yang meluruh akan memancarkan radiasi. Apabila suatu bahan dengan
massa m terkena radiasi maka energi radiasi E akan diserap bahan tersebut. Jumlah
energi radiasi yang diserap oleh satu satuan massa bahan dinamakan dosis serap.
Besarnya dosis serap D dapat dirumuskan:
Keterangan,
D : dosis serap, satuan Gray (Gy)
E : energi radiasi yang diserap, satuan joule (J)
m : massa benda yang terkena radiasi, satuan kilogram (kg)