Anda di halaman 1dari 40

JUDUL PERCOBAAN

ABSORBSI BETA
NAMA : MOLLEY SITUMEANG

NIM : 180801048

FAK/JUR : MIPA/S1 FISIKA

GEL/KEL : B/III

LABORATORIUM FISIKA INTI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan radiasi
menjadi inti yang stabil. Besarnya radioaktivitas suatu unsur radioaktif ditentukan oleh
konstanta peluruhan (l) yang menyatakan laju peluruhan tiap detik, dan waktu paruh (t1/2).
Kedua besaran tersebut bersifat khas untuk setiap radionuklida. Peluruhan adalah
perubahan inti atom yang tidak stabil menjadi inti atom yang lain atau berubahnya suatu
unsur yang lain. Sebuah inti radioaktif dapat melakukan sejumlah reaksi peluruhan yang
berbeda seperti peluruhan alfa, beta dan gamma.
Peluruhan radioaktif adalah kumpulan beragam proses dimana sebuah inti atom
yang tidak stabil memancarkan partikel subatomik (partikel radiasi). Ini adalah sebuah
proses acak sehingga sulit untuk memprediksi peluruhan sebuah atom. Suatu atom yang
tidak stabil dapat distabilkan dengan cara radioaktivitas. Didalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai peluruhan beta (b). Peluruhan beta adalah peluruhan
radioaktif yang memancarkan partikel beta (elektron atau positron). Pada kasus
pemancaran sebuah elektron, peluruhan ini disebut sebagai peluruhan beta minus (β−),
sementara pada pemancaran positron disebut sebagai peluruhan beta plus (β+).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui sifat-sifat dari radiasi beta.


2. Untuk menentukan koefisien absorber dari aluminium, flexi glass, dan kertas karton.
3. Untuk mengetahui prinsip absorbsi peluruhan partikel beta.
4. Untuk mengetahui konsep peluruhan β−dan β+.
5. Untuk mengetahui hubungan laju pencacahan yang timbul dari sinar beta terhadap
ketebalan.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB II

DASAR TEORI

Ada tiga bentuk umum dari peluruhan beta. Yang pertama emisi elektron, yaitu inti tertentu
yang memiliki kelebihan neutron dan mencoba untuk mencapai stabilitas dengan mengubah
neutron menjadi proton dengan emisi elektron. Elektron disebut partikel beta datar minus.
Tanda minus menunjukkan bahwa partikel bermuatan negatif. Persamaannya ialah: n 0 p**e-,
dimana neutron mengonversi menjadi proton dan elektron. Perhatikan bahwa muatan listrik
total sama pada kedua sisi persamaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa muatan listrik adalah
kekal, sehingga elektron tidak boleh berada di dalam nukleus dan akan dikeluarkan. Tentu
saja tidak ada yang aneh atau misterius tentang elektron yang terpenting meskipun dari sudut
pandang keselamatan radiasi adalah energi dengan yang dipancarkan dan kerusakan kimia
yang disebabkan saat berinteraksi dengan materi hidup. Hal ini adalah salah satu keterbatasan
model atom sederhana.
Positron adalah partikel beta data plus. Sejarahnya cukup menarik, yaitu seorang
fisikawan italia yang brillian, Enrico Fermi mengembangkan teori peluruhan beta dan teori
memprediksi bahwa bermuaran positif dan elektron bermuatan negatif bisa dipancarkan oleh
ini tidak stabil. Partikel-partikel ini bisa disebut pasangan anti-materi dan partikel ini
ditemukan oleh eksperimen.partikel ini tidak eksis untuk waktu lama karena cepat bergabung
dengan eletron normal yang disebut reaksi pemusnahan yang menimbulkan emisi dua sinar
gamma. Reaksi didalam inti yang tidak stabil mengandung satu proton terlalu banyak dapat
direpresentasikan sebagai berikut: p+-->n0+e. Sinyal dari jenis peluruhan ini dapat diperoleh
dari efek pada awan elektron yang mengelilingi inti bila tempat kosong yang ditinggalkan di
kulit-K diisi oleh elektrondari kulit terluar. Pengisian kekosongan tersebut dikaitkan dengan
emisi sinar-X dari awan elektron dan sinar-X inilah yang memberikan tanda tangan untuk
jenis peluruhan beta. Bentuk peluruhan juga dapat ditandai oleh emisi sinar gamma dari inti
baru. Perhatikan bahwa nomor massa tetap dan nomor atom berkurang sebesar 1.
Peluruhan beta-elektron emisi: inti tertentu dengan kelebihan neutron dapat mencapai
stabilitas dengan mengubah neutron menjadi proton dan emisi dari partikel beta-minus.
Peluruhan beta-positron emisi: ketika jumlah proton dalam inti adalah lebih, inti dapat
mencapai stabilitas dengan mengubah proton menjadi neutron dan emisi dari partikel-plus
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

beta. A-plus partikel beta adalah sebuah positron. Elektron menangkap juga dikenal dengan
K-capture.setelah menangkap elektron, inti yang bersemangat mungkin akan mengeluarkan
beberapa sinar gamma. Selain itu, sebagai situs elektron kosong diisi dan sinar-X
dipancarkan. Peluruhan gamma-isomerik transisi: sebuah inti dalam keadaan tereksitasi dapat
mencapai keadaan dasar oleh emisi sinar-gamma. Sebuah sinar gamma elektron magnetik
adalah foton energi tinggi. Peluruhan gamma-internal konversi: energi eksitasi inti
bersemangat diberikan ke elektron atom. (Nurdin W. B, 2013)
Sifat kompleks dari penyerapan dan hamburan partikel B menyebabkan banyak kesulitan pada
B menghitung, terutama dengan pemancar B energi rendah seperti c14, 335, dan Ca45 yang
banyak digunakan dipekerjaan biologis. Seringkali perlu untuk menghitung sumber dengan
ketebalan yang cukup yang menyerap sendiri radiasi ß adalah signifikan. Efek lebih lanjut
untuk dipertimbangkan dalam penghitungan sumber tipis adalah hamburan balik radiasi ß
oleh wadah atau bahan pendukung yang digunakan untuk mendukung sumber. Efek ini sangat
bergantung pada nomor atom (Z) penghambur balik dan besar untuk pasangan real Z tinggi.
Sumber sering dibuat (sangat tebal) untuk penyerapan sendiri, yaitu, ketebalan pada paling
tidak sama dengan kisaran radiasi ß, untuk menghindari koreksi penyerapan-diri yang besar
dibutuhkan untuk sumber dengan ketebalan menengah.
Dari percobaan yang dilaporkan di sini ditemukan bahwa self-scattering oleh sumber
meningkat dengan nomor atom rata-rata dari bahan sumber seperti dalam kasus hamburan
balik oleh pemegang sumber. Sumber tipis diamati meningkat dengan bertambahnya
ketebalan dukungan (karena refleksi B partikel ke dalam penghitung) ke titik di mana tidak
ada peningkatan lebih lanjut dalam laju penghitungan. Itu sumber kemudian dianggap
memiliki hamburan balik saturasi. Titik ini umumnya dicapai di a ketebalannya sama dengan
sekitar 20% dari kisaran radiasi ß. Peningkatan laju penghitungan pada saturation hamburan
balik juga ditemukan sebagai fungsi dari nomor atom dari dukungan sumber efek hamburan
balik meningkat dengan bertambahnya nomor atom. Dalam kasus hamburan diri laju
penghitungan yang diamati dari aktivitas tertentu ditemukan meningkat ketika aktivitas
tersebut digabungkan meningkatkan ketebalan bahan sumber. Di luar ketebalan tertentu, tentu
saja, kecepatan penghitungannya menurun karena penyerapan sendiri.
Variasi hamburan balik saturasi dengan nomor atom pemegang sumber sebesar 535.
Efek hamburan balik diplot sebagai persen peningkatan laju penghitungan tingkat
penghitungan sumber yang dipasang pada film Collodion yang dianggap memiliki nol
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

kembali penyebaran. Untuk sumber yang diuapkan langsung pada logam, efek hamburan
balik ditentukan dalam kedua posisi rak dengan hasil yang pada dasarnya sama. Perlu dicatat
bahwa hamburan balik untuk sumber logam jauh lebih besar daripada sumber pada film
dengan dukungan logam. Ini efek luar biasa pertama kali diamati oleh Yaffe. Penjelasan
paling masuk akal untuk efeknya adalah bahwa permukaan logam yang relatif tidak teratur
memberikan lebih banyak peluang untuk hamburan sudut kecil partikel B ke arah penghitung
daripada permukaan halus film plastik. (Gledenin L. E, 1950)
Pada umumnya dipancarkan oleh elemen berat, yaitu unsur yang nomor massanya besar,
tetapi tenaga ikatnya rendah. Pancaran sinar radiasi alfa umumnya disertsi dengan pancaran
radiasi sinar gamma. Unsur yang memancarkan radiasi sinar alfa, nomor massanya akan
berkurang 4 dan nomor atomnya berkurang sehingga radiasi sinar alfa disamakan dengan
pembentukan inti Helium yang bermuatan +2 dan massanya 4. Radiasi sinar alfa ini daya
tembusnya sangat rendah. Hal ini dikarenakan karena radiasi sinar alfa bermassa 45 dan
bermuatan positif, sedang dialam banyak sekali electron bebas yang bermuatan negatif,
sehingga mudah sekali dihentikan oleh elektron-elektron tersebut tersebut. Geraknya juga
lambat karena massanya 4 (lebih berat). Radiasi sinar alfa memiliki jangkauan di udara yang
sangat pendek, sekitar 2-3 cm. oleh sebab itu untuk perlindungan diri (proteksi radiasi)
terhadap radiasi sinar alfa, pancaran radiasi sinar alfa dapart dihentikan dengan ditutup
mempergunakan sehelai kertas radiasi sinar beta dibagi menjadi dua yaitu radiasi sinar beta
minus dan radiasi sinar beta plus, yang keduanya memiliki sifat yang berlainan. Pemakaian
istilah minus dan plus adalah untuk menyatakan muatan listrik yang dibawa oleh zarah radiasi
sinar beta tersebut.
Radiasi sinar beta minus, disamakan sifatnya dengan pancaran berkas elektron dari
satu atom sehingga sering dinamakan juga disebut sebagai radiasi elektron negative. Ditinjau
dari struktur atomnya, radiasi sinar beta minus ini terjadi pada atom yang kelebihan elektron.
Radiasi sinar beta minus pada umumnya disetai juga radiasi sinar gamma, kecuali fosfor
merupakan zat radioaktif pemancar radiasi sinat beta murni. Zarah radiasi sinar beta
kehilangan energi kinetinya karena banyak sekali mengalami tumbukan yang menghasilkan
ianisai pada medium yang dilaluinya. Hasil ionisasi tidak sebanyak hasil ionisasi zarah radiasi
sinar alfa, karena zarah radiasi sinar beta sangat kecil bila dibandingkan dengan zarah radiasi
sinar alfa. Radiasi sinar beta plus, serupa dengan pancaran elektron positif atau positron dari
inti atom. ( Sukandarrumidi, 2018)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Salah satu gejala yang sangat penting dalam fisika nuklir adalah terkait dengan radioaktivitas.
Meskipun nuklida nuklida diikat oleh gaya nuklir yang cukup kuat, banyak nuklida yang tidak
mantap secara spontan meluruh menjadi nuklida lain melalui pemancaran zarah alfa, beta, dan
gamma. Sebuah nuklida radioaktif dapat mengalami sederetan rangkaian peluruhan menuju
konfigurasi inti yang stabil. Terdapat 3 aspek radioaktivitas yang sangat luar biasa jika
dipandang dari segi fisika klasik, yakni:
1. Bila inti atom mengalami peluruhan alfa dan beta, bilangan atom Z berubah dan inti
menjadi unsur yang berbeda. Hal ini berarti bahwa unsur tidak tetap, meskipun
mekanisme hasil transformasinya tidak dikenal oleh kimiawan
2. Energi yang dikeluarkan selama peluruhan radioaktif timbul dari inti individual tanpa
eksitasi eksternal, tidak seperti radiasi atomik. Hal ini dapat dipahami setelah Einstein
mengemukakan kesetaraan massa-energi.
3. Peluruhan radioaktif adalah proses statistik yang memenuhi teori kemungkinan. Tidak
ada hubungan sebab akibat yang terkait dalam peluruhan inti, yang terdapat hanyalah
kemungkinan persatuan waktu. Fisika klasik tidak dapat menjelaskan perilaku seperti
itu, namun demikian fisika kuantum dapat menjelaskannya dengan baik.
Roentgen pada tahun 1895 berhasil mendeteksi sinar x dengan fluorisensi yang
ditimbulkan oleh bahan tertentu. Pada saat Henry Becquerel mempelajari hal itu pada tahun
1896, ia mempersoalkan apakah proses sebaliknya dapat terjadi, yaitu dengan intensitas yang
tinggi, cahaya menstimulasi bahan fluoresen untuk menghasilkan sinar-x. Ia meletakkan
garam uranium pada pelat fotografik yang ditutupi kertas hitam, kemudian sistem ini disinari
dengan cahaya matahari.
Banyak sekali unsur yang terdapat dialam tidak bersifat radioaktif, namun demikian
unsur-unsur tersebut dapat dibuat menjadi radioaktif melalui proses artifisial yang dapat
dimanfaatkan untuk penelitian di bidang biologi dan kedokteran sebagai perunut. Prosedurnya
adalah dengan menggabungkan radionuklida dalam senyawa kimiawi dan mengikuti apa yang
terjadi pada senyawa itu dalam organisme hidup dengan memantau radiasi yang dipancarkan
oleh radionuklida itu. Unsur lain seperti kalium memiliki isotop mantap dan beberapa isotop
radioaktif. Sedangkan uranium hanya memiliki isotop-isotop radioaktif. Rutherford dan rekan
sekerjanya berhasil membedakan tiga jenis radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida, yakni
zarah alfa, beta, dan gamma yang akhirnya dikenal sebagai inti He 42 , elektron, dan foton.
Energi gamma lebih besar daripada energi zarah alfa dan beta. Radiasi yang energinya
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

terkecil adalah zarah alfa. Sebagai ilustrasi pada gambar 2.1 berikut disajikan gerakan zarah
alfa, beta dan gamma dalam pengaruh medan magnet homogen B.

Gambar 2.1. Lintasan Sinar Alfa, Beta, dan Gamma


dalam Medan Magnet B

Pada gambar 2.1 tersebut tampak bahwa sinar alfa dan beta dibelokkan dalam
pengaruh medan magnet B. Hal ini disebabkan sinar alfa dan beta adalah zarah bermuatan
positif dan negatif. Sedangkan sinar gamma tidak dibelokkan dalam medan magnet, karena
sinar gamma merupakan radiasi elektromagnetik yang tidak bermuatan. Selanjutnya pada
gambar 2.2 berikut ini disajikan ilustrasi tentang kemampuan daya tembus sinar alfa, beta,
dan gamma.

Gambar 2.2. Ilustrasi Daya tembus Zarah Alfa, Beta,


dan Gamma

Berdasarkan gambar 2.2 tampak bahwa zarah alfa yang dipancarkan oleh bahan
radioaktif dapat dihentikan oleh sehelai kertas. Zarah beta mampu menembus kertas, namun
dihentikan oleh pelat aluminium. Sinar gamma dapat menembus kertas, pelat alumunium
maupun keping timbal yang tebal. Terdapat 5 jenis peluruhan radioaktif yakni peluruhan:
gamma, yang terjadi karena inti memiliki kelebihan energi. Peluruhan alfa, yang terjadi
karena inti induk memiliki nomor massa A besar. (Surya, 2014)
BAB III
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Bahan

3.1.1 Peralatan dan Fungsi


1. Tabung Geiger Muller
Fungsi : Sebagai alat pendeteksi dan pengukur radiasi nuklir.
2. Scaler
Fungsi :Untuk menampilkan pembacaan hasil laju pencacahan.
3. Absorber
a. Absorber Flexiglass
Fungsi : Sebagai bahanpenyerap radiasi beta dari Sr-90.
b. Absorber Aluminium
Fungsi : Sebagai bahan penyerap radiasi beta dari Sr-90.
c. Absorber Kertas Karton
Fungsi : Sebagai bahan penyerap radiasi beta dari Sr-90.
4. Stopwatch
Fungsi : Untuk menghitung lamanya waktu pencacahan.
5. Rak Tabung
Fungsi : Sebagai penyangga tabung Geiger Muller.
6. Kabel Koaksial
Fungsi :Untuk menghubungkan tabung Geiger Muller dengan Scaler.
7. Penjepit (Pinset)
Fungsi : Sebagai alat untuk mengambil bahan radioaktif.
8. Masker
Fungsi : Sebagai pelindung mulut dan hidung agar tidak terkena radiasi
radioaktif.
9. Sarung Tangan
Fungsi : Sebagai pelindung tangan dari kontak langsung dengan Tabung GM.
10. Tissue/Serbet
Fungsi: Untuk membersihkan peralatan yang telah digunakan.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.1.2 Bahan dan Fungsi


1. Sr-90
Fungsi : Sebagai sumber radiasi beta (β).

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Tanpa menggunakan absorber


1. Disiapkan semua peralatan yang digunakandalampercobaan
2. Dihubungkan tabung Geiger Muller dengan scaler dengan menggunakan kabel
koaxial
3. Dihubungkan scaler ke sumber listrik PLN
4. Dihidupkan scaler dan diukur cacah background
5. Diletakkan sumber radioaktif pada rak Geiger Muller dan diukur laju cacah
selama 1 menit dengan scalar tanpa absorber kemudian ulangi sebanyak 3 kali
6. Dicatat hasilnya pada kertas data
7. Dikembalikan semua peralatan ke tempat semula

3.2.2 Menggunakan Absorber Aluminium


1. Disiapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan
2. Dihubungkan tabung Geiger Muller dengan scaler dengan menggunakan kabel
koaxial
3. Dihubungkan scaler kesumber listrik PLN
4. Dihidupkan scaler dan diukur cacah background
5. Diletakkan sumber radioaktif padarak Geiger Muller dan diukur laju cacah
selama 1 menitdengan scaler tanpa absorber kemudian ulangisebanyak 3 kali
6. Dipasang absorber aluminium pada rak Geiger Muller, kemudian diukur
kembali laju pencacahan selama 1 menit dan diulangi sebanyak 3 kali
7. Dicatat hasilnya pada kertas data
8. Dikembalikan semua peralatan ketempat semula
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.2.3 Menggunakan Absorber Flexi Glass


1. Disiapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan
2. Dihubungkan tabung Geiger Muller dengan scaler dengan menggunakan kabel
koaxial
3. Dihubungkan scaler kesumber listrik PLN
4. Dihidupkan scaler dan diukur cacah background
5. Diletakkan sumber radioaktif pada rak Geiger Muller dan diukur laju cacah
selama 1 menit dengan scaler tanpa absorber kemudian ulangi sebanyak 3 kali
6. Dipasang absorber flexiglass pada rak Geiger Muller, kemudian diukur
kembali laju pencacahan selama 1 menit dan diulangi sebanyak 3 kali
7. Dicatat hasilnya pada kertas data
8. Dikembalikan semua peralatan ketempat semula

3.2.4 Menggunakan Absorber Kertas Karton


1. Disiapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan
2. Dihubungkan tabung Geiger Muller dengan scaler dengan menggunakan kabel
koaxial
3. Dihubungkan scaler ke sumber listrik PLN
4. Dihidupkan scaler dan diukur cacah background
5. Diletakkan sumber radioaktif pada rak Geiger Muller dan diukur laju cacah
selama 1 menit dengan scaler tanpa absorber kemudian ulangi sebanyak 3 kali
6. Dipasang absorber kertas karton pada rak Geiger Muller, kemudian diukur
kembali laju pencacahan selama 1 menit dan diulangi sebanyak 3 kali
7. Dicatat hasil nya pada kertas data
8. Dikembalikan semua peralatan ketempat semula

3.3 Gambar Percobaan


(Terlampir)

BAB IV
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

HASIL DAN ANALISA

4.1 Data Percobaan

Absorber Flexi Glass


N
Tebal (mg/cm ) 2
Cpm Rata - Rata
O
1 0 5699 5704 5710 5704,3
2 0,1 2080 2015 2010 2035
3 0,2 1025 4010 1060 2031,67
4 0,3 530 510 575 538,33
5 0,4 120 118 123 120,33
6 0,4 93 95 91 93
7

Absorber Aluminium
N
Tebal (mg/cm ) 2
Cpm Rata - Rata
O
1 0 16505 16350 16420 16425
2 0,75 6150 6075 6120 6115
3 1,75 2151 2195 2140 2162
4 2,75 560 575 550 561,67
5 3,75 175 174 175 174,67
6 4,8 36 38 35 36,3
Absorber
7 Kertas
7,4 Karton 13 12 14 29,67
N8 10 11 13 11 11,67
Tebal (mg/cm )
2
Cpm Rata - Rata
O9 13 10 9 8 9
1 0,0078 1969 1964 1959 1964
2 0,0153 2000 1995 1990 1995
3 0,0307 1904 1899 1894 1899
4 0,0461 1916 1956 1951 1941
5 0,0629 1886 1887 1876 1883
6 0,0791 1888 1883 1878 1883
7 0,0957 1523 1518 1513 1518
8 0,1126 1481 1481 1476 1479
9 0,1296 1431 1431 1426 1429
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Sumber Radioaktif : Sr-90


Aktivitas 9 μCi pada Juli 1975

Cacah background:
7 cpm
8 cpm
9 cpm

Tegangan operasi tabung G-M:    


450 Volt

Medan, 13 November 2020


Asisten

(Dewi Feronika Tinambunan)


4.2 Analisa Data 

1. Dari data yang diperoleh, Range beta (R) dari unsur radioaktif yaitu :
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

R (mg/cm2) = 530 x E – 106 ; E = 5,4 MeV


R (mg/cm2) = 530 x 5,4 – 106
R = 2756 (mg/cm2)
R = 2,756 (gr/cm2)

2. Membuat grafik Cpm-Vs-ketebalan untuk masing absorber


(Terlampir)

3. Menentukan koefisien dari masing-masing absorber yang digunakan.


( gr )
R
µ= ( c m2 )
ρ
a. Untuk absorber Aluminium
ρ Al = 2,7 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 2,7 (gr/cm3)
= 1,0207 cm-1
b. Untuk absorber flexiglass
ρ flexiglass = 1,18 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 1,18 (gr/cm3)
= 2,336 cm-1
c. Untuk absorber kertas karton
ρ kertas karton = 0,0087 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 0,0087 (gr/cm3)
= 316,78 cm-1
4. Tuliskan pengertian, sifat dan fungsi dari Sr-90.
Jawab :
Stronsium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Sr
dan nomor atom 38. Stronsium termasuk dalam logam alkali tanah dengan bentuk fisik
putih keabu-abuan atau logam kekuningan yang sangat reaktif secara kimia. Sr-90
adalah isotop radioaktif suatu produk yang dominan dalam peledakan bom atom. Sifat
dari stronsium :
- Logam keperakan divalen dengan warna kuning pucat yang sebagian besar
sifatnya antara dan mirip dengan kalsium dan barium tetangganya.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

- Lebih lembut dari kalsium dan lebih keras dari barium.


- Titik lelehnya (777 ° C) dan titik didih (1377 ° C) lebih rendah daripada titik leleh
kalsium (masing-masing 842 ° C dan 1484 ° C); barium melanjutkan tren
penurunan ini pada titik leleh (727 ° C), tetapi tidak pada titik didih (1900 ° C).
- Densitas strontium (2,64 g / cm 3) sama-sama berada di antara kalsium (1,54 g / cm
3
) dan barium (3,594 g / cm 3).
- Tiga alotrop strontium logam ada, dengan titik transisi pada 235 dan 540 ° C.
Strontium-90 memiliki aplikasi dalam bidang kedokteran dan industri dan merupakan
isotop perhatian dalam dampak dari senjata nuklir dan kecelakaan nuklir.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

5.1 Kesimpulan

1. Sifat – sifat sinar beta yaitu :


- Sinar beta dibelokkan dengan kuat oleh medan magnetik dan medan listrik, karena
massanya sangat kecil.
- Kecepatan partikel sinar beta berharga antara 0,32c dan 0,9c.
- Jejak partikel beta daam bahan berbelok – belok. Jejak tersebut disebabkan oleh
hamburan yang dialami oleh elektron di dalam atom.
- Batas jangkauannya beberapa cm di udara.
- Sinar beta (β) dihasilkan oleh pancaran partikel – partikel beta.
- Sinar beta adalah partikel elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
- Sinar beta bermuatan -1e.
- Radiasi sinar beta memiliki daya tembus lebih besar daripada sinar alfa, tetapi
lebih kecil daripada sinar gamma.
2. Koefisien dari masing-masing absorber yaitu :
a. Untuk absorber Aluminium ρAl=2,7( gr /cm3 )

μ=
2,756
( cm )
gr
2
=1,0207 cm
−1

2,7
( cm )
gr
3

b. Untuk absorber flexiglass ρflexiglass = 1,18 (gr/cm3)

μ=
2,756
( cm )
gr
2
=2,336 cm
−1

1,18
( cm )
gr
3

c. Untuk absorber kertas karton ρkertas karton = 0,0087 (gr/cm3)

μ=
2,756
( cm )
gr
2

= 316,78 cm −1

0,0087
( cm )
gr
3

3. Peluruhan beta adalah peluruhan radioaktif yang memancarkan partikel beta (elektron
atau positron). Pada kasus pemancaran sebuah elektron, peluruhan ini disebut sebagai
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

peluruhan beta minus (β−), sementara pada pemancaran positron disebut sebagai
peluruhan beta plus (β+).

4. Konsep peluruhan β- dan β+ adalah Pada peluruhan β−, interaksi lemah mengubah
sebuah netron menjadi sebuah proton ketika sebuah elektron dan sebuah anti-neutrino
−¿¿

dipancarkan: n 0 → p +¿+ e ¿

Elektron yang dipancarkan bukanlah elektron orbital. Juga bukan elektron yang semula
berada di dalam inti atom, karena asas ketidakpastian melarang elektron hadir di dalam
inti atom. Elektron tersebut “diciptakan” oleh inti atom dari energi yang ada. Jika beda
energi diam antara kedua inti atom sekurang-kurangnya E=mc², maka hal tersebut
memang mungkin terjadi.
Dalam peluruhan β+, sebuah proton dikonversi menjadi sebuah netron, sebuah positron
0 +¿ ¿
+¿→ n +e ¿
dan sebuah neutrino: energi + p
Jadi, tidak seperti peluruhan beta minus, peluruhan beta plus tidak dapat terjadi dalam
isolasi, sebab harus ada suplai energi dalam proses “penciptaan” massa, karena massa
netron (sebagai inti anak) ditambah massa positron dan neutrino lebih besar daripada
massa proton (sebagai inti induk).

5. Hubungan laju pencacahan yang timbul dari sinar beta terhadap ketebalan
Laju dosis radiasi beta bergantung pada jarak dan fungsi sudut. Dosis kedalaman
paparan yang didapat akan terhenti karena energi beta pada sumber radioaktif habis atau
lemah dengan kedalaman yang cukup.

5.2 Saran

1. Sebaiknya, praktikan mempelajari terlebih dahulu materi praktikum.


2. Sebaiknya, praktikan memiliki referensi yang lebih banyak dan memahami teori.
3. Sebaiknya, kakak asisten membagikan video tentang proses kerja alat praktikum yang
digunakan supaya praktikan lebih memahami.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

DAFTAR PUSTAKA

Glendenin L.E. 1950. Self Absorpsion and Backscaterring of Beta Radiaton. Tennessee :
Technical Information Devision, ORE, Oak Ridge
Pages : 1-4

Nurdin W.B., 2013. Fisika Nuklir Untuk Kesehatan. Bogor : IPB Press
Halaman : 19-22

Sukandarrumidin., 2018. Energi Terbarukan Konsep Dasar Menuju Kemandirian Energi


Halaman : 163-165

Surya, Y. 2014. Fisika Modern. Jakarta : Erlangga


Halaman : 151-152

Medan, 13 November 2020


Asisten Praktikan

(Dewi Feronika Tinambunan) (Molley Situmeang)


LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

LAMPIRAN

2. Grafik Cpm-Vs-Ketebalan untuk masing-masing absorber


a. Grafik Cpm-Vs-ketebalan untuk Absorber Alumunium

Cpm-Vs-Ketebalan Alumunium
18000
16000
14000
12000
Cpm

10000
8000
6000
4000
2000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9

b. Grafik Cpm-Vs-ketebalan untuk Absorber Flexiglass

Cpm-Vs-Ketebalan Flexiglass
6000

5000

4000

3000
Cpm

2000

1000

0
1 2 3 4 5 6
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

c. Grafik Cpm-Vs-ketebalan untuk Absorber Karton

Cpm-Vs-Ketebalan Karton
2500

2000

1500
Cpm

1000

500

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.3 Gambar Percobaan

1. Absorber Aluminium

2. Absorber Flexiglass
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3. Absorber Kertas Karton


LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

NAMA : MOLLEY SITUMEANG


NIM : 180801044
GEL/KEL : B/III
JUDUL : ABSORBSI BETA

TUGAS PERSIAPAN

1. Apa yang dimaksud dengan


a. Absorbsi
b. Sinar beta
c. Peluruhan
2. Tuliskan sejarah ditemukannya sinar beta
3. Tuliskan sifat-sifat dari sinar beta

JAWAB

1. a. Absorbsi adalah suatu proses dimana atom, molekul atau ion memasuki fase
ruah-bahan cair atau padat (sesuatu memasuki zat lain).
b. Sinar beta / pertikel beta adalah elektron atau positron berenergi tinggi yan
dipancarkan oleh inti radioaktif
c. Peluruhan adalah proses pemecahan inti atom yang tidak stabil yang diikuti dengan
pemancaran radiasi.

2. Henri Becquerel , saat bereksperimen dengan fluoresensi , secara tidak sengaja


menemukan bahwa uranium mengekspos pelat fotografi , dibungkus dengan kertas hitam,
dengan beberapa radiasi yang tidak diketahui yang tidak dapat dimatikan seperti sinar-X .
Ernest Rutherford melanjutkan eksperimen ini dan menemukan dua jenis radiasi. Partikel
alfa yang tidak muncul di pelat Becquerel karena mudah diserap oleh kertas pembungkus
hitam, kemudian partikel beta yang 100 kali lebih menembus daripada partikel alfa .Ia
mempublikasikan hasilnya pada tahun 1899. Pada tahun 1900, Becquerel mengukur
rasio massa terhadap muatan ( m / e ) untuk partikel beta dengan metode JJ Thomson
yang digunakan untuk mempelajari sinar katoda dan mengidentifikasi elektron. Dia
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

menemukan bahwa e / m untuk partikel beta sama dengan elektron Thomson, dan karena
itu menyarankan bahwa partikel beta sebenarnya adalah elektron.

3. Adapun sifat-sifat sinar beta antara lain:


 Daya tembusnya lebih besar dari alfa dan lebih kecil dari gamma
 Dapat dibelokkan oleh medan magnet maupun medan listrik
 Berupa elektron atau positron
 Daya ionisasi nya lebih kecil dari alfa, akan tetapi lebih besar dari gamma
 Batas jangkauan diudara berorde cm
 Kecepatannya mendekati kecepatan cahaya
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

NAMA : MOLLEY SITUMEANG


NIM : 180801048
GEL/KEL : B/III
JUDUL : ABSORBSI BETA

RESPONSI

1. Apa yang dimaksud dengan:


a. Absorbsi
b. Sinar beta
2. Tuliskan sifat-sifat dari sinar beta.
3. Tuliskan prinsip kerja dari absorbsi sinar beta.
4. Tuliskan aplikasi dari sinar beta.
5. Tuliskan prinsip kerja dari tabung GM.

JAWAB

1. a. Absorbsi adalah proses penyerapan suatu zat oleh zat lain.


b. Sinar beta adalah radiasi partikel bermuatan negatif.

2. Sifat-sifat sinar beta:


 Sinar beta β bermuatan negatif
 Sinar beta dihasilkan oleh pancaran partikel-partikel beta.
 Sinar beta adalah partikel elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
 Radiasi sinar beta memiliki daya tembus lebih besar dari pada sinar alfa tetapi lebih
kecil dari pada sinar gamma.
 Sinar beta dibelokkan dengan kuat oleh medan magnetik dan medan listrik, karena
massanya sangat kecil.
 Kecepatannya partikel sinar beta berharga antara 0,32 c dan 0,9 c.
 Jejak partikel beta dalam bahan berbelok-belok, jejak tersebut disebabkan oleh
hamburan yang dilewati oleh elektron didalam atom.
 Batas jangkauannya beberapa cm diudara.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3. Setelah tabung GM dihubungkan dengan scaler, lalu scaler dihidupkan dengan


memanfaatkan arus listrik dari PLN. Dan tunggu beberapa saat agar tegangannya menjadi
stabil. Kemudian meletakkan unsur radioaktif (Sr-90) di rak tabung GM. Lalu tabung GM
akan mendeteksi unsur radioaktif tersebut, dan akan terjadi peluruhan radioaktif yang
memancarkan partikel beta. Dalam peluruhan beta, sebuah neutron berubah menjadi
proton (atau sebuah proton berubah menjadi sebuah neutron). Dan pancaran radiasi oleh
radioaktif akan masuk ketabung GM sehingga menyebabkan ionisasi. Maka hasil keluaran
dari pengionisasian yang terjadi akan menghasilkan nilai pencacahan dari radioaktif
tersebut.

4. Aplikasi dari sinar beta:


- Sinar beta banyak digunakan untuk mengontrol jalur produksi kertas, plastic atau
terpal baja.

5. Prinsip kerja dari tabung GM yaitu tabung GM tersebut dari bahan logam yang memiliki
kawat didalamnya. Tabung GM bersifat sebagai katoda dan kawat bersifat sebagai anoda.
Diantara Katoda dan anoda terdapat gas isian berupa gas tekanan rendah (biasanya argon).
Bahan radioaktif tepat di bawah tabung pad arak tabung GM unsur radioaktif
memancarkan radiasi pengion dan masuk ke tabung GM, kemudian dapat diterima dengan
gas isian (biasanya He,Ne, atau Ar) maka terjadilah ionisasi primer. Setelah radiasi,
radiasi pengion tersebut akan mengionisasi gas sehingga terbentulah pasangan-pasangan
ion yaitu ion positif dan negatif.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Anda mungkin juga menyukai