ABSORBSI GAMMA
NAMA : MOLLEY SITUMEANG
NIM : 180801048
GEL/KEL : B/III
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak
keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor neutron,
dll. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi,
eksitasi dan lain-lain.
Sinar gamma adalah sebuah bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik yang
diproduksi oleh radioktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya. Sinar gamma juga
merupakan radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang sangat
pendek (dalam orde Angstrom) yang dipancarkan oleh inti atom yang tidak stabil yang
bersifat radioaktif. Setelah inti atom memancarkan partikel (elektron), (positron), atau
setelah peristiwa tangkapan elektron, inti yang masih dalam keadaan tereksitasi tersebut
akan turun ke keadaan dasarnya dengan memancarkan radiasi gamma. Detektor yang
umum digunakan dalam spektroskopi gamma adalah detektor sintilasi NaI (Tl). Detektor
ini terbuat dari bahan yang dapat memancarkan kilatan cahaya apabila berinteraksi dengan
sinar gamma. Sedangkan resolusi energi tergantung pada kondisi pembuatan pada waktu
pengembangan kristal. Sinar gamma yang masuk ke dalam detektor berinteraksi dengan
atom-atom bahan sintilator menurut efek fotolistrik, hamburan Compton dan pasangan
produksi, yang akan menghasilkan kilatan cahaya dalam sintilator.
1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas sinar gamma dengan ketebalan absorber.
2. Untuk menentukan koefisien absorbsi sinar gamma pada beberapa absorber.
3. Untuk mengetahui aplikasi sinar gamma.
4. Untuk mengetahui sifat-sifat sinar gamma.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB II
DASAR TEORI
Untuk alkali halida seperti kristal LiF, posisi puncak dari pita F pada temperatur kamar
ditentukan dengan rumus empiris oleh Mollwo (op.cit Schulman & Compton, 1962) dengan
hubungan max(A) = 600 d2, dimana d adalah konstanta kisi dari alkali halida dalam satuan
angstrom. Untuk kristal LiF dengan d = 4,02 A posisi F-centers pada suhu kamar terletak
pada daerah panjang gelombang 250 nm. Posisi puncak dari F-centers dari kristal akan
bergeser karena beberapa faktor (Markham, 1966) seperti;
1. Pengaruh temperatur pada kristal dimana pada penurunan temperatur posisi puncaknya
akan bergeser menuju panjang gelombang yang lebih pendek;
2. Pengaruh tekanan pada kristal dimana pada tekanan yang besar posisi puncak akan
bergeser menuju panjang gelombang yang lebih pendek;
3. Pengaruh ketidakmurnian pada kristal dimana pada kristal yang ketidakmurniannya tinggi
maka posisi puncaknya akan bergeser menuju panjang gelombang yang lebih pendek.
F-centers dapat diperoleh dengan beberapa cara, salah satunya adalah pendedahan pada
radiasi mengion. Radiasi mengion merupakan sumber yang dapat membangkitkan elektron
dan hole bebas didalam kristal. Radiasi mengion berbentuk foton dengan energi sekitar 10 eV,
sinar-X lunak dengan energi sekitar 10 – 60 keV dan sinar gamma dengan energi sekitar 1,25
MeV. Sumber sinar-X mempunyai spektrum energi yang lebar, absorbsi foton sangat
tergantung pada energi foton tersebut.
Tumbukan yang terjadi secara langsung dapat menyisipkan ion dari tempatnya semula.
Lowongan inilah yang dapat berintegrasi dengan eksiton seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Kristal alkali halida yang mempunyai F-centers yang didapat dengan cara ini akan berwarna
tergantung dari jenis kristalnya. Pendedahan kristal LiF terhadap radiasi mengion
menghasilkan lebih dari satu pusat warna. LiF adalah senyawa ionik yang merupakan dari
unsur golongan 1A (alkali) dengan unsur golongan VIIA (halogen) dalam tabel periodik.
Didalam struktur alkali halida setiap kation dikelilingi oleh enam anion terdekat dan setiap
anion dikelilingi enam kation terdekat. Masing-masing kation dan anion disituasikan pada
titik-titik dari kisi kubik face-centered yang terpisah dan dua kisi ini berselaan setiap lainnya.
Pada temperatur kamar, LiF merupakan material isolator dan jika temperaturnya dinaikkan,
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
konduktivitas listriknya bertambah sangat cepat dan bersifat sebagai konduktor. Sifat optik
dan listrik dari LiF mengindikasikan bahwa material ini digambarkan sebagai isolator dengan
energi gap pita terlarang. Ketika kristal LiF menyerap energi sinar-X, maka kristal dapat
menyimpan fraksi energi dalam bentuk pusat-pusat warna. Bila kemudian kristal disinari
dengan cahaya tampak, maka akan dipancarkan radiasi yang dikenal sebagai “photo-
stimulatied luminescence (PSL)”. Bayangan sisa (residual) dapat dihapus dengan cara
menyinari ulang pelat bayangan dengan cahaya tampak dosis besar. (Ratnawulan, 2010)
Pada penelitian ini digunakan PVP dengan konsentrasi 7% didasarkan pada penelitian
sebelumnya [13, 14, 15], dan pati singkong dengan berbagai konsentrasi berfungsi sebagai
bahan pemadat (solidifying agent) sehingga terbentuk campuran PVP pati dengan konstituen
padat (pre-gel) dan mudah untuk diiradiasi. Untuk mengetahui kemampuan pati membentuk
konstituen padat (pre-gel) PVP-pati, digunakan rentang konsentrasi 7,5 sampai 20%. Setelah
dilakukan penelitian awal tersebut, maka konsentrasi pati yang selanjutnya digunakan adalah
10 sampai 15 %.
Pada konsentrasi pati di bawah 10%, campuran PVP-pati tidak dapat membentuk
konstituen padat yang baik, sangat rapuh dan sukar untuk diiradiasi, sedangkan konsentrasi
pati diatas 15 % bersifat sangat kental dan sukar untuk dituang. Fraksi gel. Iradiasi sinar
gamma terhadap polimer polivinil pirolidon (PVP) akan membentuk ikatan silang antar rantai
molekulnya menjadi hidrogel yang dapat menyimpan air dalam strukturnya dan tidak larut
[18, 19, 20]. Sebaliknya, pati (starch) akan terdegradasi bila diiradiasi dengan sinar gamma
(21, 22, 23). SAINI [22] melaporkan bahwa indek Straudinger pati jagung (corn starch) tidak
diiradiasi dan yang diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis 30 dan 60 kGy masing-masing
adalah 42, 22 dan 16. Penurunan indek Straudinger merupakan indikasi dari depolimerisasi/
degradasi starch akibat iradiasi. Pati digunakan sebagai bahan pemadat (solidifying agent)
yang berguna untuk memudahkan sampel jika diiradiasi. Bagian yang tidak terlarut dari suatu
hidrogel hasil iradiasi disebut dengan fraksi gel. Fraksi gel merupakan fraksi berat polimer
ikatan silang (cross link) antar rantai molekul polimer yang terbentuk akibat iradiasi dan
dinyatakan dalam persen (%). Gambar 1 memperlihatkan efek dosis iradiasi gamma terhadap
fraksi gel hidrogel PVP pada berbagai konsentrasi pati yang berbeda.
Dari hasil yang diperoleh didapatkan bahwa pada dosis iradiasi 15 kGy terdapat fraksi
gel sebesar 45%. Penambahan dosis iradiasi hingga 30 kGy menyebabkan kenaikan fraksi gel
menjadi 70%, selanjutnya penambahan dosis melebihi 30 kGy tidak menyebabkan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
bertambahnya fraksi gel. Selain itu terlihat bahwa perbedaan konsentrasi pati tidak
menyebabkan adanya perbedaan terhadap nilai fraksi gel yang terbentuk. Terjadinya
penambahan fraksi gel pada dosis di bawah 30 kGy disebabkan karena kecepatan reaksi
ikatan silang rantai molekul PVP lebih besar dibandingkan reaksi degradasi pati. Pada dosis
35 sampai 40 kGy tidak terjadi penambahan fraksi gel karena kecepatan reaksi ikatan silang
rantai molekul PVP dan reaksi degradasi pati terjadi secara berimbang sehingga berakibat
tidak terjadi penambahan fraksi gel sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Hal ini juga
dibuktikan pada hasil penelitian SAINI terhadap corn starch yang diiradiasi pada dosis 30 dan
60 kGy menunjukkan depolimerisasi/degaradasi makromolekul starch dengan naiknya dosis
iradiasi mengembangkan sediaan hidrogel sebagai penurun demam dengan teknik iradiasi
gamma. Hidrogel dibuat dengan meradiasi campuran polimer PVP dengan konsentrasi 7%
(b/v) dan pati singkong dengan berbagai konsentrasi menggunakan sinar gamma pada rentang
dosis 20 sampai 40 kGy. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi pati yang
optimum untuk membentuk konstituen padat PVP-pati sebelum diiradiasi adalah 10-15%.
Fraksi gel dari hidrogel PVP-pati bertambah dengan bertambahnya dosis hingga 35 kGy,
namun penambahan dosis di atas 35 kGy tidak menyebabkan penambahan fraksi gel.
Pada dosis iradiasi yang sama, fraksi gel tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pati.
Fraksi gel maksimum dicapai pada dosis radiasi 35 kGy. Kadar air hidrogel PVP dengan
konsentrasi pati 10-15 % berkisar antara 73 — 76 %. Kadar air hidrogel bergantung pada
konsentrasi pati. Semakin besar konsentrasi pati, semakin kecil kadar air hidrogel. Dosis
iradiasi tidak berpengaruh pada kadar air hidrogel. Kandungan air hidrogel yang cukup besar
sangat potensial untuk digunakan sebagai penurun demam. Hidrogel PVP-pati hasil iradiasi
gamma pada dosis 35 kGy mempunyai kemampuan menurunkan suhu air dari 40°C menjadi
36°C dalam waktu 21 menit untuk hidrogel dengan konsentrasi pati 10%, 24 menit untuk
hidrogel dengan konsentrasi pati 12,5% dan hidrogel dengan konsentrasi pati 15%. Hidrogel
komersial dapat menurunkan suhu air dari 40°C menjadi 36°C dalam waktu 24 menit. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa hidrogel PVP dengan konsentrasi pati 10 % mampu
menurunkan suhu dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan hidrogel dengan konsentrasi
pati 12,5 dan 15 % maupun hidrogel komersial. Selain keunggulan tersebut, hidrogel PVP-
pati ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak melekat dengan baik pada kulit sehingga
absorpsi panas menjadi tidak optimal dan berwarna putih tidak transparan serta agak rapuh.
Selain kompres konvensional, penurunan demam dapat dilakukan menggunakan kompres
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
menggunakan hidrogel. Hidrogel merupakan polimer dengan struktur ikatan silang (crosslink)
yang mengandung air dalam jumlah besar (> 70%), serta tidak larut dalam air. Adanya
kandungan air yang besar dalam struktur hidrogel dapat dimanfaatkan untuk menurunkan
demam melalui penyerapan panas (energi) dari bagian tubuh yang demam serta
menguapkannya. Darmawan Darwis telah berhasil mensintesis hidrogel dari polimer
hidrofilik polivinil pirolidon (PVP) menggunakan radiasi gamma atau berkas elektron untuk
digunakan sebagai pembalut luka. Karakterisasi terhadap sifat-sifat fisiko-kimia, mekanik,
mikrobiologi, sterilitas serta toksisitas telah dilakukan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hidrogel memiliki sifat sebagai berikut,
kandungan air sekitar 80-90%, bersifat steril, dapat mengabsorbsi air, lunak, tidak toksis,
mempunyai kemampuan untuk penyembuhan luka, kuat namun cukup elastik, nyaman dan
terasa sejuk pada saat pemakaian, dapat melekat dengan baik pada daerah luka dan tidak
menimbulkan jaringan parut pada bekas luka. Berdasarkan sifat-sifat hidrogel tersebut
terutama kandungan air yang sangat tinggi, maka hidrogel dapat dikembangkan menjadi
produk yang disebut plester penurun demam. Prinsip kerja plester hidrogel adalah
mengabsopsi energi dari daerah demam lalu mentransfer energi tersebut kepada molekul air
yang ada pada hidrogel sehingga terjadi penurunan suhu demam melalui penguapan.
Penurunan suhu demam dapat terjadi karena air mempunyai kapasitas panas penguapan yang
cukup besar yaitu sekitar 0,6 kilokalori per gram
Pati singkong (tapioka) merupakan golongan starch yang dapat membentuk gel pada
konsentrasi antara 8-19% . Pada penelitian ini pati berfungsi sebagai bahan pemadat sehingga
campuran larutan PVP-pati akan membentuk konstituen berupa gel (pre gel) dan
mempermudah pada saat iradiasi dengan sinar gamma. Pada makalah ini dibahas sisntesis
hidrogel PVP-pati dengan iradiasi gamma serta karakterisasi potensi penggunaanya sebagai
plester penurun demam. (Darwis, 2010)
Dua spektrometer sinar gamma serapan total yang menggunakan pelindung antikoincidensi
dijelaskan. Salah satunya terdiri dari 5-in. diam dengan 5-in. kristal sumur Nal (TI) tebal
yang dilapisi dengan 26-in. Diam dengan 30-in fosfor plastik tinggi. Fosfor plastik berfungsi
sebagai pelindung antikoincidensi. Spektrometer kedua terdiri dari 3-in. diam dengan 3-in.
kristal Nal (TI) tebal dengan 9% -in. diam oleh 84-in. Kristal sumur Nal (TI) tebal sebagai
pelindung anticoincidence nya. Dengan pelindung antiko-insiden, dan sumber titik di sumur
5x5-in. kristal, bagian Compton dari spektrum Zns dikurangi dengan faktor sekitar 5,
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
sedangkan bagian Compton dari spektrum Coo0 (di bawah 1 Mev) direduksi oleh faktor 20
menjadi 25. Kristal padat, daerah Compton ini masing-masing direduksi oleh faktor sekitar 4
dan 14. Pengaturan pelindung antikoincidensi ini juga memberikan reduksi latar belakang
dari faktor 2 hingga 5 di wilayah energi di bawah 3 Mev. Respons spektrometer ini terhadap
energi sinar gamma lainnya juga disertakan. Pengaturan pemasangan fotomultiplier untuk
fosfor Nal (TI) dan plastik besar. (Perkins, 2003)
Dalam bab ini, kami membahas masalah gangguan yang disebabkan oleh medan magnet dari
distribusi sudut sinar gamma yang tersebar secara resonansi. Awalnya, minat dalam masalah
ini muncul sehubungan dengan kemungkinan penggunaan medan magnet yang mengganggu
distribusi sudut sinar gamma tersebar resonansi (ADRSG) untuk menentukan momen
magnetik inti dalam keadaan tereksitasi yang menengah dalam proses hamburan resonansi.
Sekilas, metode ini mirip dengan metode yang banyak digunakan untuk menentukan momen
magnet inti tereksitasi dengan mengukur korelasi sudut medan magnet yang terganggu dari
dua foton yang dipancarkan secara berurutan oleh sebuah inti. Memang, fungsi yang
mendeskripsikan ADRSG dan korelasi sudut untuk kaskade dua foton (ACG) identik dengan
tidak adanya bidang yang mengganggu, asalkan putaran status awal, menengah, dan akhir
identik untuk semua transisi dalam dua kasus dan begitu juga dengan parameter rasio
pencampuran banyak kutub. Tampaknya wajar untuk memperluas identitas deskripsi ke
proses yang sama.
Untuk terjadi di medan magnet yang mengganggu. Secara khusus, hasil percobaan
yang dilaporkan dalam dianggap dari sudut pandang ini. Namun, pertama kali ditunjukkan
pada bahwa, dalam kasus tertentu dari transisi E2 murni antara level 0 * dan 2 *, hasil dari
gangguan yang ditimbulkan oleh medan magnet di ADRSG sangat bergantung pada hierarki
lebar alami. dari tingkat inti tereksitasi dan lebar karakteristik dari distribusi spektral sinar
gamma yang menarik (tersebar secara resonansi). Dalam hasil ini digeneralisasikan untuk
kasus transisi campuran yang sewenang-wenang. Hasil akhir dari kedua studi ini mengacu
pada kasus di mana energi interaksi hyperfine µH (di sini, u adalah momen magnet dari inti
yang tereksitasi dan H adalah kekuatan medan magnet yang mempengaruhi inti) kecil jika
dibandingkan dengan alam lebar IT dari keadaan nuklir tereksitasi. Hasil yang paling umum,
bebas dari batasan pada energi interaksi hyperfine, diperoleh oleh kelompok kami di untuk
kasus di mana medan magnet tegak lurus terhadap sinar gamma. (Andrey, 2007)
BAB III
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
METODOLOGI PERCOBAAN
13. Kalkulator
Fungsi: Untuk menghitung data percobaan.
BAB IV
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
NIM : 180801052
Kelompok : III B
Absorber Aluminium
Cacah background:
Absorber Timbal
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Asisten
(Maria Sihombing)
0,693
- μ= =0,231
3
0,693
- μ=¿ =0,17325
4
0,693
- μ= =0,1386
5
0,693
- μ= =0,1155
6
0,693
- μ= =0,0693
10
0,693
- μ= =0,05775
12
µ rata – rata = 0,2027
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Interaksi sinar gamma dengan materi adalah sebagai sinar yang memiliki sifat sebagai
gelombang elektromagnetic tentunya sinar gamma beradiasi, ketika radiasi ini
mengenai sebuah bahan absorber maka ia akan menembus absorber tersebut sesuai
batas tembusannya yang sangat kuat. Sinar gamma yang telah menembus absorber ini
kemudian masuk ke detector Geiger Muller yang kemudian mengakibatkan terjadinya
proses ionisasi di dalam tabung.
0,693
- μ= =0,05544
12,5
0,693
- μ=¿ =0,0462
15
0,693
- μ=¿ =0,03465
20
0,693
- μ= =0,02772
25
µ rata – rata = 0,08239
5.2 Saran
Andrey. 2007. Advances in Gamma Ray Resonant Scattering and Absorption. Switzerland :
Springer Publishing
Halaman : 1
Darwis, D. 2010. Potensi Hidrogen Polivinul Pirolidon. Batan : Pusat Aplikasi Teknologi
Isotop dan Radiasi
Halaman : 1
Perkins, R. 2003. Total Absorbtion gamma ray.
Halaman : 2
Ratnawulan, R. 2010. Pengaruh Energi Foton Sinar X Terhadap Efisiensi Absorbsi Dari F
Center Pada Kristal Lif. UNP : FMIPA
Halaman : 1-2
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
10000
8000
Cacah (Cpm)
6000
4000
2000
0
0 5 10 15 20 25 30
Tebal (mg/cm2)
∆ y 4953−952
Slope = = = 320,08
∆x 20−7,5
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
10000
8000
Cacah (Cpm)
6000
4000
2000
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Tebal (mg/cm2)
∆ y 3891−1480
Slope = = = 1205,5
∆x 4−2
LAMPIRAN
c. Tanpa Absorber
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155