TINJAUAN PUSTAKA
B. Landasan Teori
1. Tiamin Hidroklorida
Tiamin tersusun dari pirimidin tersubsitusi yang berhubungan
dengan jembatan metilen dengan tiazol tersubsitusi. Bentuk aktif dari
tiamin yaitu tiamin difosfat. Reaksi konversi tiamin menjadi tiamin
difosfat tergantung oleh enzim tiamin difosfotransferase dan ATP yang
dapat ditemui di dalam otak dan hati.Tiamin difosfat memiliki fungsi
sebagai koenzim dalam sejumlah reaksi enzimatik dengan mengalihkan
unit aldehida yang telah diaktifkan pada reaksi dekarboksilasi oksidatif
dan reaksi transketolase (misalnya dalam lintasan pentosa fosfat) (Triana,
2006).
Semua reaksi ini terhambat jika terjadi defisiensi tiamin. Tiamin
difosfat menghasilkan karbon reaktif pada tiazol yang membentuk
karbanion, yang kemudian ditambahkan secara bebas kepada gugus
karbonil, misalnya piruvat. Kemudian senyawa adisi mengalami
dekarboksilasi dengan membebaskan CO2. Reaksi ini terjadi pada suatu
kompleks multienzim yang dikenal sebagai kompleks piruvat
dehidrogenase. Dekarboksilasi oksidatif á - ketoglutarat menjadi suksinil
ko-A dan CO2 dikatalisis oleh suatu kompleks enzim yang memiliki
struktur yang serupa struktur kompleks piruvat dehidrogenase (Triana,
2006).
Tiamin hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98% dan
tidak lebih dari 102% dengan rumus kimia C12H17CIN4OS,HCl. Tiamin
berupa hablur kecil atau serbuk hablur, putih, bau khas lemah mirip ragi
dan memiliki rasa yang pahit. Senyawa ini mudah larut dalam air, sukar
larut dalam etanol (95%) praktis tidak larut dalam eter p dan dalam
2. Spektrofluorometri
Spektrofotometri fluoresensi merupakan suatu metode yang
menggunakan pengukuran intensitas cahaya fluoresensi dengan
membandingkan intensitas cahaya fluoresensi yang dipancarkan oleh zat
uji dan oleh suatu baku pembanding tertentu. Spektrofluorometer adalah
instrumen yang memanfaatkan sifat fluoresen dari beberapa senyawa yang
berfluoresensi untuk memberikan informasi mengenai konsentrasi dan
lingkungan kimia dalam sampel. Panjang gelombang eksitasi tertentu
dipilih untuk mendapatkan panjang gelombang emisi. Setelah dapat satu
panjang gelombang emisi yang baik maka emisi dapat teramati dengan
baik pada panjang gelombang tersebut. Sehingga dapat didapatkan
intensitas panjang gelombang eksitasi versus emisi yang dapat disebut
dengan spektrum emisi (Lakowicz, 2006).
Pada spektrofluorometer, spektrum eksitasi dan spektrum emisi
dapat direkam keduanya karena memiliki dua detektor. Spektrum emisi
adalah distribusi panjang gelombang dari suatu emisi yang diukur pada
2) Kuvet
Untuk sampel sel spesimen yang digunakan dalam pengukuran
fluoresensi dapat berupa tabung bulat atau sel empat persegi panjang
(kuvet), sama seperti yang digunakan pada spektrofotometri serapan,
namun pada kuvet spektrofluorometri keempat sisinya tidak ada
yang buram. Ukuran spesimen uji yang sesuai adalah 2 ml sampai 3
ml, tetapi beberapa instrumen dapat disesuaikan dengan sel-sel kecil
yang memuat 100 μl hingga 300 μl atau dengan pipa kapiler yang
hanya memerlukan jumlah spesimen yang kecil. Pada
spektrofluorometri sampel spesimen yang diuji dapat dalam level
sangat rendah yaitu ppb (parts per billion). Maka tidak perlu
mengukur pada sampel yang pekat. Karena jika terlalu pekat maka
akan susah untuk dianalisis (Mulja dan Suharman, 1995).
3) Detektor
Pada umumnya fluorometer menggunakan tabung-tabung
fotomultiplier sebagai detektor. Detektor yang biasa digunakan yaitu
fotomultiplier tube atau thermocouple. Pada umumnya, detektor
ditempatkan di atas sebuah poros dengan sudut 90o terhadap berkas
10
4) Filter
Pada spektrofluorometri terdapat dua filter yaitu untuk
menyeleksi panjang gelombang dari eksitasi dan menyeleksi panjang
gelombang dari emisi. Fluorometer filter pertama hanya meneruskan
cahaya ultraviolet dari sumber cahaya yaitu radiasi dengan panjang
gelombang yang cocok untuk eksitasi spesimen uji. Filter kedua
meloloskan hanya panjang gelombang yang sesuai dengan
fluoresensi maksimum dari zat yang diperiksa dan menahan setiap
cahaya eksitasi yang terhambur. Jenis filter kedua ini biasanya yang
menahan panjang gelombang pendek (Mulja dan Suharman, 1995).
Persoalan yang dihadapi pada pemilihan filter yaitu panjang
gelombang yang lebih panjang yang diteruskan oleh filter pertama
juga lolos pada daerah panjang gelombang yang lebih pendek dari
filter kedua, sehingga menghasilkan blanko yang tinggi. Disamping
itu sukar untuk mendapatkan filter dengan panjang gelombang yang
cocok dengan radiasi eksitasi karakteristik untuk sampel.
Spektrofluorimeter menggunakan sepasang monokromator (grating)
untuk menyeleksi radiasi eksitasi dan emisi yang lebih akurat
(memberikan kepekaan yang tinggi) sehingga permasalahan tersebut
dapat diatasi (Mulja dan Suharman, 1995).
Monokromator pertama mendispersikan cahaya dari sumber
cahaya sehingga menghasilkan radiasi eksitasi yang monokromatis.
Sampel yang tereksitasi kemudian berfluoresensi sehingga
11
c. Analisa kuantitatif
Menurut Mulja dan Suharman (1995) pada larutan dengan
konsentrasi tinggi, sebagian besar cahaya diserap lapisan larutan yang
paling dulu kontak dengan radiasi eksitasi, sehingga fluoresensi hanya
terjadi pada bagian yang menyerap cahaya tersebut.
3. Metode Validasi
a. Pengertian validasi
Validasi metode analisis merupakan tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk
membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk
penggunaannya. Validasi metode digunakan sebagai tolak ukur untuk
perhitungan selanjutnya dalam suatu penelitian, karena validasi metode
merupakan bukti yang objektif bahwa suatu metode telah memiliki
validitas dengan tingkat kecermatan dan ketelitian yang baik (Harmita,
2004).
12
2) Presisi
Presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
dari rata-rata. Prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-
sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan
diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien
variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan
(repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Keterulangan adalah
keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang
sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.
Ketertiruan dapat juga dilakukan dalam laboratorium yang sama
dengan menggunakan peralatan, pereaksi, dan analis yang berbeda
Pada metode yang sangat kritis, secara umum diterima bahwa RSD
harus kurang dari 2% (Harmita, 2004).
3) Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan
respon yang secara langsung dengan bantuan transformasi matematik
yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel.
Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit
yang sudah ditunjukkan, dapat ditetapkan dengan kecermatan,
13
4) Akurasi (recovery)
Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi
(spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard
addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan
murni ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan
farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya
dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang
sebenarnya) (Harmita, 2004).
Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah
tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur
dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar
yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Persen peroleh kembali
dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil
yang sebenarnya. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan
cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis)
kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80%
sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan). Kemudian
dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (Harmita, 2004).
14
Sifat kimia:
Kadar berhubungan
1.Larut pada pH basa Tiamin hidroklorida dengan aktifitasnya
2.Dapat membentuk maka perlu
senyawa tiokrom yang dianalisis sebagai
dapat berfluoresensi pengawasan mutu
berfluoresensi apabila
direaksikan dengan
HgCl2.
Spektrofluorometer
Metode validasi
dengan parameter:
1. Linieritas
2. Presisi
3. Akurasi
4. LOD/LOQ
D. Hipotesis
1. Diduga hasil validasi dari metode spektrofluorometri memiliki validitas
yang baik.
2. Nilai kadar tiamin hidroklorida dapat terukur menggunakan metode
spektrofluorometri setelah dilakukan validasi metode.
15