Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu


Pada penelitian terdahulu telah dilakukan analisis untuk penetapan
kadar tiamin hidroklorida dengan menggunakan metode KCKT. Pada metode
ini standar tiamin yang digunakan yaitu 30 ppm. Prosedur pengerjaanya yaitu
sampel dilarutkan dan diencerkan dengan larutan buffer fosfat. Fase gerak
yang digunakan yaitu campuran buffer fosfat dan metanol (55:45) dengan laju
air 0,5 µl per menit. Kolom yang digunakan yaitu okta desil silena
(ODS)/C18, dan detektor yang digunakan yaitu detektor UV-Vis dengan
panjang gelombang 254 nm. Dengan membandingkan luas daerah sampel
dengan standar, didapatkan jumlah tiamin dalam tablet sebesar 22,30
mg/tablet (Pandit et al.,2016). Namun metode KCKT memiliki keterbatasan
untuk identifikasi senyawa jika tidak memiliki standar dan jika tidak
dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Jika sampel sangat kompleks
maka sulit diperoleh resolusi yang baik (Gandjar dan Rohman, 2007).
Selain KCKT, metode analisis yang pernah digunakan untuk
menetapkan kadar tiamin yaitu spektrofotometri visibel. Penetapan kadar
tiamin telah dilakukan dengan menggunakan sampel kacang kedelai dan
tempe. Hasil kadar tiamin yang diperoleh pada kacang kedelai lebih tinggi
dibandingkan kadar tiamin pada tempe (Fauziah et al., 2016). Namun pada
metode spektrofotometri visibel memiliki keterbatasan karena metode ini juga
kurang selektif untuk menghasilkan absorbansi karena hampir semua
senyawa yang memiliki kromofor dapat diserap oleh spektrofotometri visibel
sehingga absorbansi yang dihasilkan kurang selektif (Gandjar dan Rohman,
2007).
Metode alkalimetri juga pernah dilakukan untuk melakukan penetapan
kadar tiamin dengan menggunakan sampel susu kacang hijau dan susu sapi.
(Purwanti et al., 2013). Namun kelemahan dari metode ini yaitu
sensitifitasnya yang rendah dan hasil kurang spesifik (Gandjar dan Rohman,
2007).

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


Pada penelitian Ryan dan Ingle (1980) kadar tiamin pada sediaan
vitamin tablet dianalisis dengan spektrofluorometer dengan mereaksikan
tiamin dengan HgCl2 dan terbentuk senyawa tiokrom yang dapat
berfluoresensi. Tiamin dianalisis dengan panjang gelombang eksitasi 365 nm
dan emisi 444 nm pada konsentrasi 0,313; 0,625; 1,25; dan 2,5 ppm.

B. Landasan Teori
1. Tiamin Hidroklorida
Tiamin tersusun dari pirimidin tersubsitusi yang berhubungan
dengan jembatan metilen dengan tiazol tersubsitusi. Bentuk aktif dari
tiamin yaitu tiamin difosfat. Reaksi konversi tiamin menjadi tiamin
difosfat tergantung oleh enzim tiamin difosfotransferase dan ATP yang
dapat ditemui di dalam otak dan hati.Tiamin difosfat memiliki fungsi
sebagai koenzim dalam sejumlah reaksi enzimatik dengan mengalihkan
unit aldehida yang telah diaktifkan pada reaksi dekarboksilasi oksidatif
dan reaksi transketolase (misalnya dalam lintasan pentosa fosfat) (Triana,
2006).
Semua reaksi ini terhambat jika terjadi defisiensi tiamin. Tiamin
difosfat menghasilkan karbon reaktif pada tiazol yang membentuk
karbanion, yang kemudian ditambahkan secara bebas kepada gugus
karbonil, misalnya piruvat. Kemudian senyawa adisi mengalami
dekarboksilasi dengan membebaskan CO2. Reaksi ini terjadi pada suatu
kompleks multienzim yang dikenal sebagai kompleks piruvat
dehidrogenase. Dekarboksilasi oksidatif á - ketoglutarat menjadi suksinil
ko-A dan CO2 dikatalisis oleh suatu kompleks enzim yang memiliki
struktur yang serupa struktur kompleks piruvat dehidrogenase (Triana,
2006).
Tiamin hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98% dan
tidak lebih dari 102% dengan rumus kimia C12H17CIN4OS,HCl. Tiamin
berupa hablur kecil atau serbuk hablur, putih, bau khas lemah mirip ragi
dan memiliki rasa yang pahit. Senyawa ini mudah larut dalam air, sukar
larut dalam etanol (95%) praktis tidak larut dalam eter p dan dalam

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


benzene p dan larut dalam gliserol p. Tiamin memiliki keasaman pH 2,7-
3,4. Tiamin stabil disimpan pada wadah tertutup baik, dan terlindung dari
cahaya. Khasiat dan penggunaan dari tiamin yaitu sebagai antineuritikum
dan untuk memenuhi kebutuhan vitamin B kompleks (Depkes RI, 1979).
Ryan dan Ingle (1980) menyatakan bahwa senyawa tiamin dapat
dianalisis dengan menggunakan metode spektrofluorometri. Metode
spektrofluorometri adalah metode yang dapat menganalisis senyawa
berdasarkan dari interaksi eksitasi dan emisinya. Senyawa yang dapat
mengalami emisi yaitu senyawa yang luminesense.

Gambar 2.1. Struktur tiamin hidroklorida (Depkes RI, 1995)

2. Spektrofluorometri
Spektrofotometri fluoresensi merupakan suatu metode yang
menggunakan pengukuran intensitas cahaya fluoresensi dengan
membandingkan intensitas cahaya fluoresensi yang dipancarkan oleh zat
uji dan oleh suatu baku pembanding tertentu. Spektrofluorometer adalah
instrumen yang memanfaatkan sifat fluoresen dari beberapa senyawa yang
berfluoresensi untuk memberikan informasi mengenai konsentrasi dan
lingkungan kimia dalam sampel. Panjang gelombang eksitasi tertentu
dipilih untuk mendapatkan panjang gelombang emisi. Setelah dapat satu
panjang gelombang emisi yang baik maka emisi dapat teramati dengan
baik pada panjang gelombang tersebut. Sehingga dapat didapatkan
intensitas panjang gelombang eksitasi versus emisi yang dapat disebut
dengan spektrum emisi (Lakowicz, 2006).
Pada spektrofluorometer, spektrum eksitasi dan spektrum emisi
dapat direkam keduanya karena memiliki dua detektor. Spektrum emisi
adalah distribusi panjang gelombang dari suatu emisi yang diukur pada

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


panjang gelombang eksitasi konstan tunggal. Sebaliknya, sebuah spektrum
eksitasi adalah ketergantungan intensitas emisi, diukur pada panjang
gelombang emisi tunggal, setelah dipindai panjang gelombang dari
eksitasi. Spektrum semacam itu dapat disajikan pada skala panjang
gelombang atau skala wavenumber. Cahaya energi yang diberikan dapat
digambarkan dalam istilah panjang gelombangnya (λ), frekuensi (ν), atau
wavenumber (Lakowicz, 2006).
Pada umumnya emisi hanya dapat dilakukan oleh molekul-molekul
yang bersifat luminesense. Namun pada senyawa yang nonluminense
dapat berfluoresensi apabila direaksikan oleh senyawa tertentu yang dapat
menghasilkan senyawa luminense. Cahaya yang diemisikan oleh larutan
berfluoresensi mempunyai intensitas maksimum pada panjang gelombang
yang biasanya 20 nm hingga 30 nm lebih panjang dari panjang gelombang
radiasi eksitasi (gelombang pita penyerapan sinar yang
membangkitkannya). Instrumentasi Pengukuran intensitas fluoresensi
dapat dilakukan dengan suatu fluorometer filter sederhana. Instrumen yang
dipergunakan bermacam-macam mulai dari yang paling sederhana (filter
fluorometer) sampai ke yang sangat kompleks yaitu spektrofotometer
(Mulja dan Suharman, 1995). Fluoresensi adalah energi yang dihasilkan
dari emisi. Fluoresensi berbeda dengan fosforesensi. Fluoresensi memiliki
waktu hidup yang lebih singkat dibanding dengan fosforisensi, karena
fluoresensi dapat dihentikan apabila cahaya fluorosensi dipadamkan
(Lakowicz, 2006).

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


a. Diagram analisis spektrofluorometer

Gambar 2.2. Diagram Jablonski (Lakowicz, 2006)

Molekul diberikan energi sehingga molekul menghasilkan


interaksi. Elektron yang berada pada keadaan groundstate berada pada
kondisi energi yang rendah, lalu energi mengalami eksitasi. Eksitasi
pertama energi berada pada singlet. Setelah eksitasi pertama, maka
energi mengalami vibrasi relaksasi dan setelah itu kembali ke posisi
vibrasi paling rendah dari kondisi tereksitasi. Sehingga energi berada
pada posisi level paling bawah dan melepaskan energi panas. Kemudian
elektron berpindah ke bawah sambil mengemisiskan fluoresensi
sehingga membentuk pola spektrum absorbsi dengan spektrum
fluoresensi seperti bayangan cermin yang memiliki pola yang sama,
namun pada panjang gelombang tidak sama. Panjang gelombang akan
bergeser ke arah yang lebih tinggi akibat dari vibrasi relaksasi yang
membuat energi ada yang terlepas. Karena adanya energi yang terlepas,
maka panjang gelombang bergeser ke arah yang lebih besar. Pada saat
ini energi memiliki kesempatan untuk membalikkan spinnya dan
membuat posisi Intersystem Crossing (ICS) dan kemudian melepaskan
cahaya dalam bentuk fosforisensi. Pada spektrofluoremeter, proses yang

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


terjadi di dalamnya bersifat sejalan. Sehingga terdapat quantum yield
fluoresensi yang merupakan ukuran keefektifan senyawa yang diuji
untuk menghasilkan fluoresensi (Lakowicz, 2006).
Perbedaan fluoresensi dengan spektrofotometri yaitu pada
kepekaannya. Kepekaan analisis pada spektrofluorimetri dapat
dipertinggi dengan menaikkan intensitas sumber cahaya sedangkan
pada analisis spektrofluorimetri lebih selektif dan lebih sensitif (Mulja
dan Suharman, 1995).
Prosedur analisis, yaitu mula-mula membuat kurva kalibrasi
(grafik hubungan fluoresensi dengan konsentrasi). Tahap selanjutnya
adalah mengukur intensitas fluoresensi dari senyawa yang diuji, lalu
membaca konsentrasi dari kurva kalibrasi tersebut. Selama pengukuran,
kondisi percobaan harus dijaga agar tetap konstan. Jika ada pengotoran
maka dapat menurunkan efisiensi dari fluoresensi sehingga dapat
mengurangi sensifitas (quenching). Analisis campuran dilakukan
dengan memilih radiasi eksitasi pada panjang gelombang yang berbeda
pada masing-masing komponen campuran yang diuji tersebut
berfluoresensi (Mulja dan Suharman, 1995).
Menurut Mulja dan Suharman (1995), hal-hal yang diperhatikan
dalam analisis kuantitatif spektroflurometri yaitu konsentrasi yang
diperlukan yaitu larutan yang 10-100 kali lebih encer daripada analisis
spektrofotometri dan radiasi eksitasi memerlukan cahaya
monokromatik yang esensial karena intensitas berubah-ubah sesuai
dengan panjang gelombang.
Beberapa kesalahan sering terjadi pada fluorometer dan
fosforimeter. Beberapa kesalahan yang sering terjadi antara lain
efisiensi kuantum proses pendar-cahaya harus reprodusibel. Jika
efisiensi kuantum berkurang akan menyebabkan fenomena quenching.
Atom-atom berat dan jenis-jenis paramagnetik mempengaruhi ISC.
Penyilangan antarsistem dan efisiensi kuantum terutama pada
fluorometer seperti sifat paramagnetik O2 dapat menyebabkan
quenching. Suatu pergeseran atau perubahan intensitas sumber cahaya

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


dan posisi sel dapat menyebabkan kesalahan pengukuran, demikian
juga efek yang dikenal dengan inner filter yang diakibatkan dari
perbedaan intensitas pendar. Fluor pada sisi kanan dan sisi kiri kuvet,
juga akan membuat kesalahan pengukuran (Mulja dan Suharman,
1995).
Kelebihan dari spektrofluorometri adalah filter fluorometer bisa
sangat sensitif, jadi sangat cocok untuk penelitian ilmiah yang
tepat. Saringan optik relatif murah dan mudah untuk berubah, jadi
fluorometer filter biasanya digunakan dalam aplikasi eksperimental
untuk pengukuran senyawa yang berbeda secara berulang kali
(Lakowicz, 2006).

b. Komponen-komponen utama dari instrumen fluorometer

Gambar 2.3. Instrumen fluorometer (Lakowicz, 2008)

1) Sumber energi eksitasi


Banyak terdapat pada sumber radiasi seperti lampu merkuri
yangrelatif stabil dan memancarkan energi terutama pada panjang
gelombang diskret. Selain itu lampu tungsten juga dapat

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


memberikan energi kontinyu di daerah tampak. Sedangkan lampu
pancar xenon bertekanan tinggi seringkali digunakan pada
spektrofluorometer karena lampu tersebut dapat digunakan sebagai
sumber cahaya (energi) dengan intensitas yang tinggi dan
menghasilkan energi kontinyu dengan intensitas tinggi dari
ultraviolet sampai inframerah. Pada filter fluorometer (fluorimeter)
lampu uap raksa digunakan sebagai sumber cahaya dan filter
digunakan untuk menyeleksi energi eksitasi yang dihasilkan. Pada
spektrofluorimeter biasanya digunakan lampu xenon (150 W) yang
memancarkan spektrum kontinyu dengan panjang gelombang 200-
800 nm. Energi eksitasi diseleksi dengan filter monokromator
eksitasi ( grating ) (Mulja dan Suharman, 1995).

2) Kuvet
Untuk sampel sel spesimen yang digunakan dalam pengukuran
fluoresensi dapat berupa tabung bulat atau sel empat persegi panjang
(kuvet), sama seperti yang digunakan pada spektrofotometri serapan,
namun pada kuvet spektrofluorometri keempat sisinya tidak ada
yang buram. Ukuran spesimen uji yang sesuai adalah 2 ml sampai 3
ml, tetapi beberapa instrumen dapat disesuaikan dengan sel-sel kecil
yang memuat 100 μl hingga 300 μl atau dengan pipa kapiler yang
hanya memerlukan jumlah spesimen yang kecil. Pada
spektrofluorometri sampel spesimen yang diuji dapat dalam level
sangat rendah yaitu ppb (parts per billion). Maka tidak perlu
mengukur pada sampel yang pekat. Karena jika terlalu pekat maka
akan susah untuk dianalisis (Mulja dan Suharman, 1995).

3) Detektor
Pada umumnya fluorometer menggunakan tabung-tabung
fotomultiplier sebagai detektor. Detektor yang biasa digunakan yaitu
fotomultiplier tube atau thermocouple. Pada umumnya, detektor
ditempatkan di atas sebuah poros dengan sudut 90o terhadap berkas

10

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


eksitasinya. Geometri sudut siku ini dapat membuat radiasi eksitasi
menembus ke spesimen uji tanpa mengkontaminasi sinyal luaran
yang diterima oleh detektor fluoresensi. Akan tetapi hal ini
memungkinkan detektor dapat menerima sejumlah radiasi eksitasi
yang diakibatkan dari sifat larutan itu sendiri yang dapat
menghamburkan cahaya dan jika terdapat debu atau padatan lainnya.
Untuk menghindari hamburan ini, maka digunakan instrument yang
bernama filter (Mulja dan Suharman, 1995).

4) Filter
Pada spektrofluorometri terdapat dua filter yaitu untuk
menyeleksi panjang gelombang dari eksitasi dan menyeleksi panjang
gelombang dari emisi. Fluorometer filter pertama hanya meneruskan
cahaya ultraviolet dari sumber cahaya yaitu radiasi dengan panjang
gelombang yang cocok untuk eksitasi spesimen uji. Filter kedua
meloloskan hanya panjang gelombang yang sesuai dengan
fluoresensi maksimum dari zat yang diperiksa dan menahan setiap
cahaya eksitasi yang terhambur. Jenis filter kedua ini biasanya yang
menahan panjang gelombang pendek (Mulja dan Suharman, 1995).
Persoalan yang dihadapi pada pemilihan filter yaitu panjang
gelombang yang lebih panjang yang diteruskan oleh filter pertama
juga lolos pada daerah panjang gelombang yang lebih pendek dari
filter kedua, sehingga menghasilkan blanko yang tinggi. Disamping
itu sukar untuk mendapatkan filter dengan panjang gelombang yang
cocok dengan radiasi eksitasi karakteristik untuk sampel.
Spektrofluorimeter menggunakan sepasang monokromator (grating)
untuk menyeleksi radiasi eksitasi dan emisi yang lebih akurat
(memberikan kepekaan yang tinggi) sehingga permasalahan tersebut
dapat diatasi (Mulja dan Suharman, 1995).
Monokromator pertama mendispersikan cahaya dari sumber
cahaya sehingga menghasilkan radiasi eksitasi yang monokromatis.
Sampel yang tereksitasi kemudian berfluoresensi sehingga

11

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


merupakan sumber cahaya bagi monokromator kedua. Dengan alat
ini dapat dibuat spekrum eksitasi maupun emisi (Mulja dan
Suharman, 1995).

c. Analisa kuantitatif
Menurut Mulja dan Suharman (1995) pada larutan dengan
konsentrasi tinggi, sebagian besar cahaya diserap lapisan larutan yang
paling dulu kontak dengan radiasi eksitasi, sehingga fluoresensi hanya
terjadi pada bagian yang menyerap cahaya tersebut.

3. Metode Validasi
a. Pengertian validasi
Validasi metode analisis merupakan tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk
membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk
penggunaannya. Validasi metode digunakan sebagai tolak ukur untuk
perhitungan selanjutnya dalam suatu penelitian, karena validasi metode
merupakan bukti yang objektif bahwa suatu metode telah memiliki
validitas dengan tingkat kecermatan dan ketelitian yang baik (Harmita,
2004).

b. Parameter validasi kuantitatif


1) Batas deteksi (LOD)
Batas deteksi (LOD) merupakan jumlah terkecil analit dalam
sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon
signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi dilakukan
sebagai parameter uji batas dalam suatu analisis. Batas kuantitasi
(LOQ) merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai
kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung
pada metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada

12

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


analisis yang tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan
dengan mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat.
Sedangkan pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung
dengan mengukur respon blanko beberapa kali lalu dihitung
simpangan baku respon blanko dan formula di bawah ini dapat
digunakan untuk perhitungan. Batas deteksi dan kuantitasi dapat
dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva
kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan
garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama
dengan simpangan baku residual (Sy/x) (Harmita, 2004).

2) Presisi
Presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
dari rata-rata. Prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-
sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan
diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien
variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan
(repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Keterulangan adalah
keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang
sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.
Ketertiruan dapat juga dilakukan dalam laboratorium yang sama
dengan menggunakan peralatan, pereaksi, dan analis yang berbeda
Pada metode yang sangat kritis, secara umum diterima bahwa RSD
harus kurang dari 2% (Harmita, 2004).

3) Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan
respon yang secara langsung dengan bantuan transformasi matematik
yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel.
Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit
yang sudah ditunjukkan, dapat ditetapkan dengan kecermatan,

13

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima. Linearitas biasanya
dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang
dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari
hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit.
Sebagai parameter adanya hubungan linier, digunakan koefisien
korelasi r pada analisis regresi linier Y = bx + a. Hubungan linier yang
ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau –1 bergantung pada arah
garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama
instrumen yang digunakan (Harmita, 2004).

4) Akurasi (recovery)
Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi
(spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard
addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan
murni ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan
farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya
dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang
sebenarnya) (Harmita, 2004).
Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah
tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur
dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar
yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Persen peroleh kembali
dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil
yang sebenarnya. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan
cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis)
kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80%
sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan). Kemudian
dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (Harmita, 2004).

14

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018


C. Kerangka Konsep

Sifat kimia:
Kadar berhubungan
1.Larut pada pH basa Tiamin hidroklorida dengan aktifitasnya
2.Dapat membentuk maka perlu
senyawa tiokrom yang dianalisis sebagai
dapat berfluoresensi pengawasan mutu
berfluoresensi apabila
direaksikan dengan
HgCl2.
Spektrofluorometer
Metode validasi
dengan parameter:
1. Linieritas
2. Presisi
3. Akurasi
4. LOD/LOQ

Penentuan kadar tiamin


dalam sediaan sirup
dengan
spektrofluorometer

Gambar 2.4. Kerangka konsep penilitian

D. Hipotesis
1. Diduga hasil validasi dari metode spektrofluorometri memiliki validitas
yang baik.
2. Nilai kadar tiamin hidroklorida dapat terukur menggunakan metode
spektrofluorometri setelah dilakukan validasi metode.

15

Validasi Metode Analisis…, Rizka Nabilah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai