BATHOKROMIK
DOSEN PENGAMPU :
OLEH :
2023
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Fenolftalin tak berwarna dalam suasana asam dan berwarna merah muda pada larutan basa.
Terdapat hubungan antara perubahan warna yang dihasilkan terhadap struktur molekulnya.
Struktur dari dua molekul yang berbeda warna adalah sebagai berikut:
Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan
mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion
hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya – mengubah
indikator menjadi merah muda (Clark, 2007).
Keduanya menyerap sinar ultra-violet, selain itu struktur di sebelah kanan juga menyerap
sinar tampak dengan puncak 553 nm. Molekul dalam larutan asam tak berwarna karena mata
kita tidak dapat mendeteksi fakta adanya penyerapan beberapa sinar ultra-violet. Akan tetapi,
mata kita mampu mendeteksi penyerapan pada 553 nm yang dihasilkan oleh pembentukan
molekul dalam larutan basa. 553 nm merupakan daerah hijau pada spektrum sinar tampak.
Yang terjadi adalah pergeseran serapan ke panjang gelombang yang lebih tinggi pada larutan
basa. Seperti yang telah kita ketahui, pergeseran ke panjang gelombang yang lebih tinggi
terkait dengan derajat delokalisasi yang lebih besar (Clark, 2007).
III. Alat dan Bahan
Alat :
Pipet volume Batang pengaduk
Gelas beaker Ball filler
Labu ukur Spektrofotometer
Neraca Analitik Gelas ukur
Pipet tetes
Bahan :
Phenolphtalein
Aquades
HCl 0,1 N
NaOH 0,1 N
IV. PROSEDUR KERJA
1. Buat larutan pp konsentrasi 1000 ppm, dengan cara timbang 10 mg PP kemudian
larutkan dengan 10 ml Aquadest
2. Hitung normalitas Hcl 37%
3. Diencerkan HCLsebanyak 0,2076 mL dengan aquadest ad 25 mL
4. Pipet 0,1 ml larutan standar, masukkan masing-masing ke dalam :
Labu 1 ditambahkan 0,2 ml asam (HCl 0,1 N), selanjutnya tambahkan aquadest
sampai 10 ml
Labu 2 ditambahkan 0,2 ml NaOH 0,1 N, selanjutnya ditambahkan aquadest sampai
10 ml.
5. Kedua larutan tersebut dibuat spektrumnya mulai rentang 260 nm sampai 660 nm.
6. Panjang gelombang ditentukan pada puncak-puncaknya (panjang gelombang
maksimum).
7. Perubahan dari ketiga puncak tersebut lalu diamati dan dijelaskan.
V. DATA PENGAMATAN
0,35
0,3
0,25
ABSOBANSI
0,2
0,15
0,1
0,05
0
260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600 620 640 660
PANJANG GELOMBANG
0,009
0,008
0,007
ABSORBANSI
0,006
0,005
0,003
0,002
0,001
0
260 290 320 350 380 410 440 470 500 530 560 590 620 650
PANJANG GELOMBANG
VI. PERHITUNGAN
- Pembuatan larutan phenolphtalein 10 µg/mL
Diketahui : larutan baku phenolphtalein yang tersedia adalah dengan konsentrasi 1 mg/mL =
1000 µg/mL
Ditanya : berapa mL larutan baku phenolphtalein yang dipipet untuk membuat larutan
phenolphtalein 10 µg/mL sebanyak 10 mL?
Jawab :
Vbaku . M baku = V1. M1
Vbaku . 1000 µg/mL = 10 mL . 10 µg/mL
Vbaku = 0,1 mL
Jadi volume larutan baku phenolphtalein yang dipipet adalah 0,1 mL untuk membuat larutan
phenolphtalein 10 µg/mL sebanyak 10 mL.
1000 𝑥 𝐵𝐽 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
- Perhitungan Normalitas HCL 37% ( 𝑁 = )
𝑀𝑟 𝑋 100
1000 𝑥 1,1878 𝑥 37
= = 12,04 𝑁
36,5 𝑋 100
-Pengenceran Hcl
M1 . V1 = M2 . V2
12,04 N . V1 = 0,1 N . 25 mL
0,1 𝑁 . 25 𝑚𝐿
V1 = = 0,2076 mL
12,04 𝑁
Diketahui:
Mr NaOH = 40
Volume = 1000mL
Valensi =1
Jawaban :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
N = Valensi x 𝑋
𝑀𝑟 𝑣𝑜𝑙.𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis dengan spektrofotometri UV-Visible untuk
mengetahui terjadinya pergeseran bathokromik karena pengaruh pH. Analis dilakukan
terhadap larutan phenolphtalein (PP). Phenolphtalein merupakan suatu senyawa yang
umumnya digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa karena kepekaannya terhadap
pH. Senyawa ini akan bening dalam suasana asam dan akan memberikan warna merah muda
pada suasana basa. Phenolphtalein merupakan asam lemah sehingga dalam larutan asam
senyawa ini akan berada dalam bentuk adam lemahnya. Bentuk asam lemah ini tidak
berwarna atau bening. Sedangkan, dalam larutan basa, senyawa ini terdapat dalam bentuk
ionnya. Bentuk ion dari senyawa ini memberikan warna merah muda.
Pergeseran bathokromik dapat terjadi karena perubahan susunan elektron dari suatu
kromofor yang akan menyebabkan perubahan tingkat energi elektroniknya sehingga
interaksinya dengan radiasi elektromagnetik terjadi pada frekuensi yang lain (perubahan
panjang gelombang). Pergeseran bathokromik terjadi bila interaksi kromofor dengan radiasi
elektromagnetik terjadi pada tingkat energi yang lebih kecil atau panjang gelombang yang
lebih besar. Pergeseran bathokromik ini disebut juga pergeseran merah (red shift). Faktor
yang menyebabkan perubahan pada sturktur kromofor, antara lain karena pengaruh pH,
polaritas, ikatan konjugasi (Susanti, dkk, 2010). Untuk melihat terjadinya pergeseran panjang
gelombang, terlebih dahulu panjang gelombang maksimum dari masing-masing spektrum
fenoftalein pada suasana asam dan basa untuk kemudian dibandingkan. Dalam menentukan
panjang gelombang maksimum tersebut haruslah diketahui terlebih dahulu absorbansinya.
Dalam percobaan batokromik digunakan senyawa fenolftalein yang memiliki kadar 1mg/ml.
selanjutnya dibuat 2 larutan baku fenolftalein dalam kondisi asam dan basa. Untuk
fenolftalein dalam kondisi asam digunakan larutan hcl, dalam kondisi basa digunakan
NaOH.
Untuk pembuatan larutan asam dipipet 0,1 ml PP masukkan kedalam labu ukur 10 ml
kemudian di tambahkan 0,2076 ml HCL, lalu ditambahkan aquadest sampai tanda batas.
Untuk pembuatan larutan basa dipipet 0,1 ml PP masukkan kedalam labu ukur 10 ml
kemudian di tambahkan 0,2 ml NaOH, lalu ditambahkan aquadest sampai tanda batas.
Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi masing-masing larutan asam dan basa pada
spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 260-660 nm. Hal ini karena panjang
gelombang maksimum larutan PP dalam kondisi asam sebesar 270nm dan untuk panjang
gelombang maksimum larutan PP dalam kondisi basa sebesar 550 nm. Selain itu, spectrum
panjang gelombang yang masuk ke dalam spectra uv-vis berada pada rentang 200-800nm (
Clark,2007).
Berdasarkan data pengukuran yang didapat, panjang gelombang maksimum larutan
fenolftalein suasana basa (NaOH) pada panjang gelombang 550nm dengan absorbansi 0,375.
Sedangkan panjang gelombang maksimum untuk larutan fenolftalein dalam larutan asam
(HCl) 270nm dengan absorbansi 0,009. Hasil yang didapatkan dalam percobaan ini sesuai
dengan literature.
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Panjang Gelombang
Menurut widjaja (2010), absorbansi suat senyawa dapat dipengaruhi oleh pH larutan,
jenis pelarut, tebal larutan dan lebar celah. Dari kurva absorbansi diatas, dapat dilihat bahwa
terjadi pergeseran panjang gelombang dari larutan fenolftalein dalam suasana asam dan basa.
Perubahan panjang gelombang suatu senyaw dapat dipengaruhi oleh pH seperti yang terlihat
pada percobaan ini. Adanya pergeseran terjadi karena struktur fenolftalein dalam suasana
asam berbeda dengan suasana basa. Puncak gelombang pada asam berada pada sebelah kiri,
sedangkan pada suasanan asam bergeser sehingga puncak gelombang nya berada disebelah
kanan.
Struktur fenolftalein dalam suasana asam dan basa dapat dilihat pada gambar berikut :
Struktur fenolftalein dalam suasana asam tidak berwarna karena dalam suasana asam larutan
hanya menyerap sinar UV dan tidak menyerap sinar tampak. Sedangkan, struktur fenolftalein
dalam suasana basa memberikan warna magenta yang disebabkan karena dalam suasana basa
fenolftalein dapat menyerap sinar tampak. Hal ini juga menyebabkan panjang gelombang
maksimum PP dalam suasana basa lebih besar dari panjang gelombang maksimum suasana
asam. Perubahan warna tersebut terjadi berkaitan dengan perubahan struktur dari PP dalam
suasana asam dan basa. Adanya perubahan struktur pada molekul PP menyebabkan
pergeseran serapan kepanjang gelombang yang lebih tinggi pada larutan basa. Pergeseran
kepanjang gelombang yang lebih tinggi disebut dengana bathokromik. Pergeseran ini
umumnya terjadi pada molekul yang memiliki transisi π ke π*.pergeseran kepanjang yang
lebih tinggi disebabkan karena adanya derajat delokalisasi yang lebih besar (clark, 2007).
Pada suasana asam delokalisasi terjadi pada ketiga cincin, melebar hingga ikatan
rangkap dua karbon oksigen, dan keatom-atom oksigen karena danya pasangan elektron
bebas. Tetapi delokalisasi tidak meluas keseluruh molekul. Atom karbon yang berada
ditengah dengan empat ikatan tunggal menghalangi tiap daerah delokalisasi yang
berhubungan satu sama lain (Clark, 2007). Sedangkan pada suasana basa terjadi pemutusan
cincin lakton yang dimiliki oleh fenolftalein. Penambahan NaOH pada fenolftalein akan
mengalami disosiasi melepaslkan ion OH- . Ion OH- yang lepas berikatan dengan salah satu
ion H+ pada cincin fenol. Hal tersebut akan menyebabkan atom O memiliki kelebihan
electron yang ditransferkan kecincin benzene dan diteruskan hingga melepaskan ikatan C
pada atom O. pelepasan ikatan tersebut membuka cincin lakton sehingga delokalisasi dapat
meluas. Atom O yang lepas dari atom C barrier membentuk gugus karbonil pada salah satu
cincin benzene, dan atom C barrier kini memiliki ikatan rangkap. Dengan perluasan
delokalisasi maka akan terjadi penurunan energi yang diperlukan untuk melakukan transisi
dari keadaan ground state menuju kondisi tereksitasi. Semakin banyak kesempatan
terdelokalisasi, maka energy yang dibutuhkan semakin kecil sehingga panjang gelombang
semakin besar. Hal ini mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke panjang gelombang
yang lebih panjang atau dikenal dengan pergeseran merah.
VIII. KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya, panjang gelombang maksimum larutan fenolftalein pada suasana basa
(NaOH) sebesar 550nm dengan absorban 0,375 dan panjang gelombang maksimum
fenolftalein pada suasana asam (HCl) sebesar 270nm dengan absorbansi 0,009. Pengaruh
larutan aam dan basa pada larutan PP terlihat jelas perbedaan panjang gelombang maksimum
yang sangat signifikan. Pengaruh pH pada struktur fenolftalein berupa pergeseran panjang
gelombang lebih tinggi (bathokromik).
TABEL GAMBAR
PERLAKUAN GAMBAR
PENIMBANGAN PP
PEMBUATAN LARUTAN PP
PENGENCERAN HCl
PP + HCl
PP + NaOH
IX. DAFTAR PUSTAKA