Anda di halaman 1dari 42

BAB I.

DASAR FISIKA RADIASI

1
STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM

Radiasi pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Beberapa contohnya adalah perambatan
panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio. Radiasi dibedakan atas
radiasi pengion dan radiasi bukan pengion.

Radiasi pengion ada yang berupa radiasi gelombang elektromagnetik, yaitu radiasi
gamma, sinar-X, dan ada yang berupa radiasi partikel, yaitu alpha,beta, dan neutron.

Elektron merupakan panikel yang mempunyai muatan listrik negatif sebesar 1,6 x 10-19
Coulomb dan mempunyai massa sebesar 9,1 x 10-31 kg. Proton mempunyai muatan listrik
positif dan massa 1,67 x 10-27 kg. Sedangkan neutron yang mempunyai massa 1,675 x
10-27 kg dan tidak bermuatan listrik.

1. Struktur Atom
Model atom Bohr menggambarkan bahwa atom terdiri atas inti atom dan elektron-
elektron yang mengelilingi inti atom dengan lintasan-lintasan atau kulit-kulit tertentu (lihat
Gambar ll.1).

lnti atom itu sendiri terdiri atas proton dan neutron. Jenis atom yang sama mempunyai
jumlah proton yang sama, sebaliknya atom yang berbeda memiliki jumlah proton yang
berbeda. Sebagai contoh, unsur hidrogen (H) mempunyai sebuah proton, sedang unsur
emas (Au) mempunyai 79 buah proton.

Gambar II.1. Model Atom Bohr

2. Transisi Elektron
Perpindahan elektron dari satu lintasan ke lintasan yang lain disebut sebagai transisi
elektron. Bila transisi tersebut berasal dari lintasan yang lebih luar ke lintasan yang lebih

2
dalam, maka akan dipancarkan energi, sebaliknya untuk transisi dari lintasan dalam ke
lintasan yang lebih luar dibutuhkan energi. Energi yang dipancarkan oleh proses transisi
elektron dari lintasan yang lebih luar ke lintasan lebih dalam berbentuk radiasi sinar-X
karakteristik.

3. Identifikasi lnti Atom (Nuklida)


Nuklida adalah istilah lain yang digunakan untuk menyatakan suatu jenis inti atom.
A
ZX

X adalah simbol atom, Z adalah nomor atom yang menunjukkan jumlah proton di dalam
inti atom, sedang A adalah nomor massa yang menunjukkan jumlah nukleon (umlah
proton + jumlah neutron). Meskipun tidak dituliskan pada simbol nuklida, jumlah neutron
dapat dituliskan sebagai N dengan hubungan

N = A-Z

Sebagai contoh nuklida 2He4 adalah inti atom helium (He) yang mempunyai dua buah
proton (Z = 2) dan dua buah neutron (N = A - Z = 2).

Salah satu cara penulisan lain yang paling sering dijumpai adalah tanpa menuliskan
nomor atomnya adalah

XA atau X-A.

lsotop adalah nuklida-nuklida yang mempunyai nomor atom (jumlah proton sama, tetapi
mempunyai nomor massa (jumlah neutron) berbeda. Jadi, setiap unsur mungkin saja
terdiri atas beberapa jenis nuklida yang sama. Sebagai contoh adalah isotop hidrogen
sebagai berikut 1H1; 1H2: 1H3:

lsobar adalah nuklida-nuklida yang mempunyai nomor massa (jumlah proton + jumlah
neutron) sama, tetapi mempunyai nomor berbeda.
14 14
6C dan 7N

lstoton adalah nuklida-nuklida yang mempunyai jumlah neutron sama, tetapi mempunyai
nomor atom (jumlah proton) berbeda.
14 14
6C , 7N dan 8O16
lsomer adalah nuklida-nuklida yang mempunyai nomor atom maupun nomor massa
sama, tetapi mempunyai tingkat energi yang berbeda. lnti atom yang memiliki tingkat
energi lebih tinggi daripada tingkat energi dasarnya biasanya diberi tanda asterisk (*)
atau m.
60
28Ni dan 28Ni60 * atau 28Ni60m

3
4. Kestabilan lnti Atom
Komposisi jumlah proton dan neutron di dalam inti atom sangat mempengaruhi
kestabilan inti atom tersebut. lnti atom dikatakan stabil bila komposisi jumlah proton dan
neutronnya sudah "seimbang" serta tingkat energinya sudah berada pada keadaan
dasar. Sedangkan inti atom dikatakan tidak stabil bila komposisi jumlah proton dan
neutronnya "tidak seimbang" atau tingkat energinya tidak berada pada keadaan dasar.

sotop yang tidak stabil disebut sebagai radioisotop. Radioisotop dan radionuklida adalah
istilah yang sama, yaitu menunjukkan inti-inti atom yang tidak stabil. Sedangkan bahan
yang terdiri atas radionuklida dengan jumlah cukup banyak disebut bahan radioaktif.
Proses perubahan atau transformasi inti atom yang tidak stabil menjadi atom yang stabil
tersebut dinamakan peluruhan radioaktif. Proses peluruhan radioaktif seringkali harus
melalui beberapa tingkatan intermediate (antara) sebelum menjadi inti atom yang stabil.
Peluruhan seperti ini dinamakan peluruhan berantai.

4
PELURUHAN RADIOAKTIF

lnti atom yang tidak stabil secara spontan akan berubah menjadi inti atom yang lebih
stabil. Proses perubahan tersebut dinamakan peluruhan radioaktif (radioactive decay).
Dalam setiap proses peluruhan akan dipancarkan radiasi.

Bila ketidakstabilan inti disebabkan karena komposisi jumlah proton dan neutronnya yang
tidak seimbang, maka inti tersebut akan berubah dengan memancarkan radiasi alpha
() atau radiasi beta (). Sedangkan kalau ketidakstabilannya disebabkan karena
tingkat energinya yang tidak berada pada keadaan dasar, maka akan berubah dengan
memancarkan radiasi gamma ().

1. Jenis Peluruhan
Terdapat tiga jenis peluruhan radioaktif secara spontan yaitu peluruhan alpha (),
peluruhan beta (), dan peluruhan gamma (). Jenis peluruhan atau jenis radiasi yang
dipancarkan dari suatu proses peluruhan ditentukan dari posisi inti atom yang tidak stabil
tersebut dalam diagram N-Z.

1.1. Peluruhan Alpha ()


Peluruhan alpha dominan terjadi pada inti-inti tidak stabil yang relatif berat (nomor atom
lebih besar dari 80).

Radionuklida yang melakukan peluruhan  akan kehilangan dua proton dan dua neutron
serta 4 nomor massa membentuk nuklida baru. Peristiwa peluruhan  ini dapat dituliskan
secara simbolik melalui reaksi inti sebagai berikut:

ZX → Z-2Y
A A-4
+ 

Contoh peluruhan partikel Alpha yang terjadi di alam adalah:


238
92U > 90Th234 +

• Radiasi alfa mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Daya ionisasi partikel sangat besar, kurang lebih 100 kali daya ionisasi partikel  dan
10.000 kali daya ionisasi sinar .
b. Jarak jangkauan (tembus)-nya sangat pendek, hanya beberapa mm udara,
bergantung pada energinya.
c. Partikel  akan dibelokkan jika melewati medan magnet atau medan listrik.
d. Kecepatan partikel  bervariasi antara 1/100 hingga 1/10 kecepatan cahaya.

1.2. Peluruhan Beta (β)


Peluruhan beta terjadi pada inti tidak stabil yang relatif ringan. Dalam peluruhan ini akan
dipancarkan partikel beta yang mungkin bermuatan negative (−) atau bermuatan positif

5
(+). Partikel − identik dengan elektron sedangkan partikel + identik dengan elektron
yang bermuatan positif (positron). Pada diagram N-Z, peluruhan − terjadi bila nuklida
tidak stabil berada di atas kurva kestabilan sedangkan peluruhan + terjadi bila
nuklidanya berada di bawah kurva kestabilan. Dalam proses peluruhan − terjadi
perubahan neutron menjadi proton di dalam inti atom sehingga proses peluruhan ini
dapat dituliskan sebagai persamaan inti berikut.

zX
A
→ z+1YA + − + v

Contohnya adalah:

15P
32
→16S32 + − + v

Dalam proses peluruhan + terjadi perubahan proton menjadi neutron di dalam inti atom
sehingga proses peluruhan ini dapat dituliskan sebagai persamaan inti berikut.

zX
A
→ z-1YA + + +

Contohnya adalah:

8O
15
→ 7Y15 + + +

Neutrino (v) dan antineutrino ( ) adalah partikel yg tidak bermassa tetapi berenergi yang
selalu mengiringi peluruhan .

• Sifat Radiasi Beta

a. Daya ionisasinya di udara 1/100 kali dari partikel.


b. Jarak jangkauannya lebih jauh daripada partikel , di udara dapat beberapa cm.
c. Kecepatan partikel p berkisar antara 11100 hingga 99/100 kecepatan cahaya.
d. Karena sangat ringan, maka partikel  mudah sekali dihamburkan jika melewati
medium.
e. Partikel  akan dibelokkan jika melewati medan magnet atau medan listrik.
f. Energi partikel  rata-rata = 1/3 energi  maksimum

1.3. Peluruhan Gamma ()


Peluruhan gamma tidak menyebabkan perubahan nomor atom maupun nomor massa,
karena radiasi yang dipancarkan dalam peluruhan ini berupa gelombang elektromagnetik
(foton).

Peluruhan ini dapat terjadi bila energi inti atom tidak berada pada keadaan dasar (ground
state), Biasanya, peluruhan ini mengikuti peluruhan  ataupun .

Peluruhan  dapat dituliskan sebagai berikut.


A A
zX *→ zY + 

Salah satu contoh peluruhan gamma yang mengikuti peluruhan .

27Co
60
→28Ni60* +  −

6
27Ni
60*
→28Ni60 + 

• Sifat Radiasi Gamma

a. Sinar  dipancarkan oleh nuklida tereksitasi (isomer) dengan panjang gelombang


antara 0,005 Å hingga 0,5 Å.
b. Daya ionisasinya di dalam medium sangat kecil sehingga daya tembusnya sangat
besar bila dibandingkan dengan daya tembus partikel  atau .
c. Karena tidak bermuatan, sinar  tidak dibelokkan oleh medan listrik maupun medan
magnit.

2. Aktivitas Radiasi
bahwa inti yang tidak stabil akan berubah menjadi stabil dengan memancarkan radiasi
(proses peluruhan). Laju peluruhan - jumlah proses peluruhan per satuan waktu (N/t)
sebanding dengan jumlah inti yang tidak stabil (N) dan suatu konstanta yang disebut
sebagai konstanta peluruhan ().

ΔN
= N
Δt
Aktivitas radiasi didefinisikan sebagai jumlah peluruhan yang terjadi dalam satu detik,
atau dengan kata lain adalah laju peluruhan itu sendiri.

A = A 0 e − t

3. Satuan Aktivitas
Sejak tahun 1976 dalam sistem satuan internasional (Sl) aktivitas radiasi dinyatakan
dalam satuan Bequerel (Bq) yang didefinisikan sebagai:
1 Bq = 1 peluruhan per detik

Sebelum itu digunakan satuan Curie (Ci) untuk menyatakan aktivitas radiasi yang
didefinisikan sebagai:

1 Ci = 3,7 x 1010 peluruhan per detik

dan satuan-satuan berkaitan yang lebih kecil yaitu miliCurie (mCi) dan micro Curie ( 
Ci),

1 mCi = 10-3 Ci

1  Ci = 10-6 Ci

4. Waktu Paro
Waktu paro (T1/2) didefinisikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan agar aktivitas
suatu radioaktif menjadi separuhnya. Setiap radionuklida mempunyai waktu paro yang

7
unik dan tetap. Sebagai contoh, Co-60 mempunyai waktu paro 5,27 tahun dan lr-192
adalah 74 hari.

Nilai waktu paro suatu radionuklida dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini.

0,693
T1 =
2 
A= Ao. (1/2)n

n = t / t1/2

dimana t adalah selang waktu antara saat mula-mula sampai saat pengukuran,
sedangkan T1 adalah waktu paro radionuklida.
2

Contoh Soal :

d. Sumber Ir-192 mempunyai aktivitas 100 MBq pada tanggal 1 januari 1999.
Beberapa aktivitasnya pada tanggal 28 mei 1999 jika Ir-192 mempunyai waktu
paro (T ½) = 74 hari ?
Jawab:

Selang waktu t=1 januari – 28 mei 1999 = 148 hari

n = 148/74 = 2

A = (½ )2. 100 MBq

= 25 MBq

Jadi aktivitas lr-192 pada tanggal 28 Mei '99 adalah 25 MBq.

1. Suatu bahan radioaktif mempunyai aktivitas 100 MBq pada pukul 08.00 WlB.
Sedangkan pada pukul 14.00 WlB aktivitasnya tinggal 25 MBq. Berapa waktu
paro (T ½ ) bahan radioaktif tersebut?
Jawab:

Ao = 100 MBq, A(t)= 25 MBq, dan waktu t = 6 jam

Setelah 6 jam aktivitasnya tinggal 25/100 = ¼ kali yang berarti telah mencapai 2 kali
T½.

2 x T½ = 6 jam, maka T ½ = 3 jam.

8
5. Aktivitas Jenis
Aktivitas jenis radioaktif (Asp) didefinisikan sebagai aktivitas dari satu gram zat radioaktif
tersebut, biasanya dinyatakan dalam satuan Ci/gram. Makin pendek waktu paro unsur
radioaktif, makin besar aktivitas jenisnya.

A sp =   Nsp
6,02×1023
Nsp =
A
Nsp adalah jumlah atom dalam satu gram zat radioaktif, sedang A adalah nomor
massanya.

Panjang Gelombang dan Energi Radiasi

Daya tembus suatu gelombang pada material ditentukan oleh energinya. Semakin besar
energi, maka daya tembusnya semakin besar. Panjang gelombang dan frekuensi
menentukan besarnya energi, sedangkan amplitudo tidak. Hubungan antara panjang
gelombang dengan energi berbanding terbalik, sehingga bila panjang gelombang
menurun maka energi meningkat dan sebaliknya.

E = h f = h c/ λ

9
INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

1. lnteraksi Partikel Alpha


lnteraksi radiasi  dengan materi yang dominan adalah proses ionisasi dan eksitasi.
lnteraksi lainnya dengan probabilitas jauh lebih kecil adalah reaksi inti, yaitu perubahan
inti atom materi yang dilaluinya menjadi inti atom yang lain, biasanya berubah menjadi
inti atom yang tidak stabil.

1.1. Proses lonisasi


Proses terlepasnya elektron dari suatu atom mengahsilkan ion positif dinamakan sebagai
proses ionisasi.

1.2. Proses Eksitasi


Proses eksitasi adalah berpindahnya elektron ke kulit yang lebih luar karena adanya
energi eksternal. Proses eksitasi ini selalu diikuti oleh proses de-eksitasi yaitu proses
transisi elektron dari kulit yang lebih luar ke kulit yang lebih dalam dengan memancarkan
radiasi sinar-X karakteristik.

1.3. Proses reaksi inti


Proses reaksi inti akibat lnteraksi radiasi alfa dengan bahan dapat berlangsung jika
radiasi alfa mampu menembus atom hingga berdekatan dengan inti atom bahan. Hasil
dari reaksi inti akan tercipta inti lain yang berbeda inti atom aslinya. Contoh dari reaksi
inti ini ditunjukkan oleh persamaan reaksi di bawah ini.

4Be
9
+  → 12
6C + n

Setelah berinteraksi dengan radiasi  , lnti berilium (4Be9) berubah menjadi inti carbon
(6C12) dan radiasi neutron dipancarkan. Fenomena reaksi inti oleh radiasi, digunakan
untuk menciptakan sumber radiasi buatan seperti sumber radiasi neutron di reaktor
nuklir.

2. lnteraksi Partikel Beta


lnteraksi radiasi β dengan materi adalah proses ionisasi dan eksitasi sebagaimana
radiasi  serta proses bremstrahlung, yaitu pemancaran radiasi gelombang
elektromagnetik (sinar-X kontinyu) ketika radiasi β dibelokkan atau diperlambat oleh
inti atom yang bermuatan positif,

Fraksi energi (F) dari sinar-X bremstrahlung yang dihasilkan dapat ditentukan
menggunakan persamaan empiris berikut ini.

F = 3,5×10-4 ZEmaks

10
dengan Z adalah nomor atom bahan penyerap sedangkan Emaks adalah energi
maksimum dari partikel beta (dalam MeV).

3. lnteraksi Sinar Gamma dan Sinar-X


Sinar γ dan sinar-X merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang berarti tidak
mempunyai massa maupun muatan listrik.

Proses interaksi antara sinar γ dan sinar-X dengan materi adalah efek fotolistrik, efek
Compton dan produksi pasangan. Probabilitas terjadinya antara tiga proses tersebut
sangat ditentukan oleh energi radiasi dan jenis materi (nomor atom) penyerapnya.

Gambar 1V.4. Probabilitas interaksi foton dengan materi

3.1. Efek Fotolistrik


Pada efek fotolistrik, energi foton diserap seluruhnya oleh elektron orbit, sehingga
elektron tersebut terlepas dari atom. Elektron yang dilepaskan dalam proses ini, disebut
fotoelektron, mempunyai energi sebesar energy foton yang mengenainya.

Efek fotolistrik sangat dominan terjadi bila foton berenergi rendah di bawah 0,5 MeV
dan lebih banyak terjadi pada material dengan Z (nomor atom) yang besar. Sebagai
contoh efek fotolistrik lebih banyak terjadi pada timah hitam (Z=82) daripada tembaga
(Z=29).

3.2. Hamburan Compton


Pada hamburan Compton, foton dengan energi hvi berinteraksi dengan electron terluar
dari atom, selanjutnya foton dengan energi hvo dihamburkan dan sebuah fotoelektron
lepas dari ikatannya.

Hamburan Compton sangat dominan terjadi bila foton berenergi sedang (di atas 0,5
MeV) dan lebih banyak terjadi pada material dengan Z yang rendah.

11
3.3. Produksi Pasangan
Proses produksi pasangan hanya terjadi bila energi foton datang hvi lebih besar dari 1,02
MeV. Ketika foton "sampai" ke dekat inti atom maka foton tersebut akan lenyap dan
berubah menjadi sepasang elektron-positron.

3.4. lonisasi Tidak Langsung


gelombang elektromagnetik juga dapat mengionisasi bahan tetapi secara tidak langsung.

4. lnteraksi Radiasi Neutron


Neutron merupakan partikel yang mempunyai nomor massa 1 dan nomor atom 0.

4.1. Tumbukan Elastik


Tumbukan elastik adalah tumbukan antara neutron cepat dengan inti atom pada saat
energi kinetik total dan momentum paftikel-partikel sebelum dan sesudah tumbukan tidak
berubah. Tumbukan elastik terjadi bila atom yang ditumbuk oleh neutron cepat
mempunyai massa yang sama, atau hampir sama dengan massa neutron (misalnya
atom Hidrogen)

4.2. Tumbukan Tak Elastik


Proses tumbukan tak elastik sebenarnya sama saja dengan tumbukan elastic, tetapi
energi kinetik sebelum dan sesudah tumbukan berbeda. Oleh karena itu, bahan yang
mengandung atom-atom dengan nomor atom besar tidak efektif sebagai penahan
radiasi neutron.

4.3. Reaksi lnti (Penangkapan Neutron)


Bila energi neutron sudah sangat rendah atau sering disebut sebagai neutron termal (En
< 0,025 eV), maka terdapat kemungkinan bahwa neutron tersebut akan "ditangkap" oleh
inti atom bahan penyerap sehingga mambentuk inti atom baru. Peristiwa ini yang disebut
sebagai proses aktivasi neutron, yaitu mengubah bahan yang stabil menjadi bahan
radioaktif.

4.4. Reaksi fisi : pembelahan


Mekanisme utama terjadinya reaksi fisi digambarkan oleh persamaan reaksi berikut.

U235 +nt Y1 +Y2+ (2-3)nc, + Q

Suatu inti atom yang dapat belah (fisil) seperti U-235 ketika ditembak dengan neutron
termal (nt) akan rnembelah menjadi dua inti radioaktif Y1 dan Y2 (inti hasil belah). Dalam
reaksi pembelahan tersebut juga dilepaskan 2 atau 3 buah neutron cepat (nc) dan
sejumlah energi panas (Q). Oleh karena Y1 danY2 merupakan inti-inti yang aktif maka
dalam proses tersebut juga dipancarkan berbagai macam radiasi (  atau β dan γ).

12
Dari mekanisme reaksi fisi di atas terlihat bahwa setiap reaksi akan menghasilkan dua
atau lebih neutron cepat baru, yang energinya dapat diturunkan menjadi neutron lambat
(termal). Neutron termal yang baru tersebut dapat menyebabkan reaksi fisi berikutnya.
Proses ini berlangsung terus menerus dan disebut sebagai proses reaksi berantai (chain
reaction).

Dalam reaktor nuklir, proses reaksi berantai ini dikendalikan secara cermat sehingga
tidak berbahaya, sedangkan pada bom atau senjata nuklir reaksi ini dibiarkan tanpa
kendali.

Material penahan neutron yang efektif adalah material yang mengandung banyak unsur
hidrohen (H) seperti parafin dan air. Neutron lambat (termal) akan berhenti setelah
menempuh jarah ± 3 cm di dalam air. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa interaksi
neutron dengan hidrogen di dalam air akan juga menghasilkan radiasi γ, meskipun
probabilitasnya sangat kecil. Maka untuk menahan radiasi γ hasil interaksi tersebut, perlu
dipasang Pb mengeliling parafin atau air.

13
SUMBER RADIASI

Sumber radiasi dapat dibedakan berdasarkan asalnya yaitu sumber radiasi alam yang
sudah ada di alam ini sejak terbentuknya, dan sumber radiasi buatan yang sengaja dibuat
oleh manusia.

1. Sumber Radiasi Alam


Radiasi latar belakang yang diterima oleh seseorang dapat berasal dari tiga sumber
utama berikut:

a. sumber radiasi kosmik yang berasal dari benda langit didalam dan luar
b. tata surya kita,
c. sumber radiasi terestrial yang berasal dari kerak bumi,
d. sumber radiasi internal yang berasal dari dalam tubuh manusia sendiri.

1.1. Sumber Radiasi Kosmik


Radiasi kosmik berasal dari angkasa luar, sebagian berasal dari ruang antarbintang dan
matahari. Radiasi kosmik ini terdiri dari partikel dan sinar yang berenergi tinggi (1011 eV)
dan berinteraksi dengan inti atom stabil di atmosfir membentuk inti radioaktif seperti C-
14, Be-7, Na-22 dan H-3. Radionuklida yang terjadi karena interaksi dengan radiasi
kosmik ini disebut radionuklida cosmogenic.

1.2. Sumber Radiasi Terestrial


Radiasi terestrial secara natural dipancarkan oleh radionuklida di dalam kerak bumi, dan
radiasi ini dipancarkan oleh radionulida yang disebut primordial dengan waktu paro
berorde milyar (109) tahun. Radionuklida ini ada sejak terbentuknya bumi maka sering
disebut Natural Occurring Radioactive Materials (NORM). Radionuklida yang ada dalam
kerak bumi terutama adalah deret Uranium, yartu peluruhan berantai mulai dari U-238
sampai Pb-206 yang stabil; deret Actinium, yang mulai dari U-235 sampai Pb-207; dan
deret Thorium, mulai dari Th-232 sampai Pb-208. Dalam setiap proses peluruhan
berantai di atas dipancarkan berbagai jenis energi (,β dan γ) dengan berbagai tingkatan
energi.

Radiasi terestrial terbesai yang diterima manusia berasal dari Radon (Ra-222) dan
Thoron (Ra-220) karena dua radionuklida ini berbentuk gas sehingga bisa menyebar
kemana-mana.

Tingkat radiasi yang diterima seseorang dari radiasi terestrial ini berbeda-beda dari satu
tempat ke ternpat lain bergantung kepada konsentrasi sumber radiasi di dalam kerak
bumi. Ada beberapa tempat di bumi ini yang memiliki tingkat radiasi di atas rata-rata
seperli Pocos de Caldas dan Guarapari (Brazil), Kerala dan Tamil Nadu (lndia) dan
Ramsar (lran).

14
1.3. Sumber Radiasi di Dalam Tubuh
Radiasi internal ini terutama diterima dari radionuklida C-14, H-3, K-40, radon. Selain itu
masih ada sumber lain seperti Pb-210 dan Po-210 yang banyak berasal dari ikan dan
kerang-kerangan. Buah-buahan biasanya mengandung unsur K-40.

2. Sumber Radiasi Buatan

2.1. Zat Radioaktif


Zat radioaktif seperti Cs-137, Co-60, ir-192 dan lain lain

2.2. Pesawat pembangkit radiasi.


Salah satu pesawat pembangkit radiasi adalah akselerator yaitu alat yang digunakan
untuk mempercepat partikgl bermuatan (electron, proton, dan deuterium).

2.3. Reaktor Nuklir

15
BAB II. DOSIMETRI

16
BESARAN DAN SATUAN DOSIS RADIASI

1. Paparan (X)
Paparan didefinisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma untuk
menimbulkan ionisasi di udara dalam volume tertentu, secara matematis paparan
dapat dituliskan sebagai:

dQ
X=
dm
dengan dQ adalah jumlah muatan pasangan ion yang terbentuk dalam suatu elemen
volume udara bermassa dm. Pada sistem satuan intemasional (SI), satuan paparan
adalab coulomb/kilogram (C/kg).Sedang satuan lama adalah Roentgen (R). Satu
Roentgen sama dengan = 2,58 x 10-4 C/kg.

2. Laju Paparan

Laju paparan adalah besar paparan per satuan waktu, dan diberi simbol X . Satuan laju
paparan dalam, SI adalah C/kg.jam dan satuan lama adalah R/jam

3. Dosis serap (D)


Dosis serap didefinisikan sebagai energi rata-rala yang diserap bahan per satuan
massa bagian tersebut. Secara matematis dosis serap dituliskan sebagai berikut:

dE
D=
dm
dE adalah energi yang diserap o!eh bahan yang mempunyai massa dm. Satuan dosis
serap dalam SI adalah Joule/kg atau sama dengan gray (Gy).
1 gray (Gy) = 1 joule/kg
Satuan lama adalah rad.
1 rad = 100 erg/g
1 gray (Gy) = 100 rad

4. Laju Dosis Serap



Laju dosis serap adalah dosis serap per satuan waktu, dan diberi simbol D . Satuan laju
dosis serap dalam SI adalah joule/kg.jam atau gray/jam (Gy/jam) atau dalam satuan lama
adalah rad/jam.

5. Hubungan Dosis Serap dan Paparan


Hubungan laju dosis serap dengan laju paparan adalah sebagai berikut :

17
• •
D= f×X

Keterarigan: D = laju dosis serap (Rad);

X = laju paparan(R)
f = faktor konversi dari laju paparan ke laju dosis serap (Rad/R)

Berdasarkan nilai konversi dosis di atas, dalam bidang proteksi radiasi praktis, disepakati
(ditetapkan) nilai konversi dosis (f) besarnya = 1 rad/R.

6. Dosis Ekivalen (H)


Dosis serap yang sama tetapi berasal dan jenis radiasi yang berbeda akan memberikan
efek biologi yang berbeda pada sistem tubuh. HaI ini terjadi karena daya ionisasi
masing-masing jenis radiasi berbeda. Makin besar daya ionsasi, makin tinggi tingkat
kerusakan biologi yang ditirnbulkannya. Besaran yang merupakan kerapatan ionisasi
radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan organ dinamakan faktor bobot
radiasi (Wr). Faktor bobot radiasi sebelumnya juga disebut faktor kualitas (QF). Untuk
aplikasi di bidang radiobiologi dinyatakan dengan relative biological effectiviness
(RBE). Tabel 11.2 menunjukkan nilai faktor bobot radiasi berbagal jenis radiasi.

Secara matematis dosis ekivalen dituliskan sebagal berikut:

H =  (D× Wr )
dengan H adalah dosis ekivalen. Satuan dosis ekivalen dalam SI adalah sievert (Sv) dan
satuan lama adalah rem. Hubungan antara kedua satuan tersebut adalah:

1 sievert (Sv) = 100 rem.



Laju dosis ekivalen adalah dosis ekivalen per satuan waktu, dan diberi simbol H . Satuan
laju dosis ekivalen dalam SI adalah sievert/jam (Sv/jam) dan satuan lama adalah
rem/jam.

Tabel II.2 Nilai Faktor bobot berbagai jenis Radiasi


WR
Jenis Radiasi
(tanpa satuan)
1. Foton, untuk semua energi 1
2. Elektron dan Muon, semua energi 1
3. Neutron :
a. thermal 5
b. dengan enrgi yang tidak diketahui 10
c. cepat 20
4. Proton, selain proton rekoil, dengan energi > 2 MeV 5
5. Partikel alpha, fragmen fisi, inti berat 20

18
D. Dosis Efektif ( E τ )

Pada penyinaran seluruh tubuh untuk setiap organ/jaringan menerima dosis ekivalen
yang sama ternyata efek biologi setiap organ/jaringan berbeda. Hal in disebabkan oleh
perbedaan sensitvitas organ/jaringan tersebut terhadap radiasi, Dalam hal ini efek radiasi
yang diperhitungkan adalah efek stokastik. Oleh sebab itu diperlukan besaran dosis lain
yang disebut dosis efektif, dengan simbol E τ Tingkat kepekaan organ atau jaringan
tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ atau faktor
bobot jaringan tubuh, dengan simbol WT . Tabel II.3 menggambarkan nilal faktor bobot
berbagai organ tubuh.

E =  ( W H) T

E =  ( W W D)
r T

Satuan dosis efektif ialah rem atau sievert (Sv).


Tabel II.3. Nilai Faktor Bobot Berbagai Organ Tubuh
No. Organ atau Jaringan Tubuh WT*) WT **)
1 Gonad 0,25 0,20
2 Sumsum tulang 0,12 0,12
3 Colon - 0,12
4 Lanibung - 0,12
5 Paru-paru 012 0,12
6 Ginjal - 0,05
7 Payudara - 0,05
8 Liver - 0,05
9 Oesophagus - 0,05
10 Kelenjar Gondok (Tiroid) 0,03 0,05
11 Kulit - 0,01
12 Tulang (permukaan) 0,03 0,01
13 Dada 0,15 -
14 Organ atau jaringan tubuh sisanya 0,3 0,05

7. Dosis Terikat
Dosis terikat adalah dosis total yang diterima akibat zat radioaktif masuk ke dalam tubuh
Dosis terikat merupakan integral waktu dan laju dosis. Secara matematis dosis terikat
dituliskan
t •
D ( t ) = D.dt

0

dengan D(t) menyatakan dosis, D menyatakan dosis terikat dan (0, t) menyatakan
selang waktu penyinaran atau selang waktu zat radioaktif masuk ke dalam tubuh (intake).
Jika t tidak diketahui secara khusus, maka diambil harga 50 tahun untuk orang
dewasa dan 70 tahun untuk anak-anak. Dosis terikat berlaku untuk dosis interna yang

19
dapat dinyatakan dalam bentuk dosis serap terikat, dosis ekivalen terikat dan dosis etektif
terikat.

8. Dosis Kolektif
Dosis kolektif ialah doss ekivalen atau dosis efekif yang digunakan apabila terjadi
penyinaran pada sejumlah besar populasi (penduduk). Penyinaran ini biasanya muncul
apabila terjadi kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasiSimbol untuk besaran dosis
kolektif ini adalah ST dengan satuan sievert-man (Sv-man). Secara rnatematis dituliskan
sebagai berikut:

Untuk dosis ekivalen kolektif,

ST = pH (II.9)

Untuk dosis efektif kolektif

ST = pE
Keterangan:

ST= dosis ekivalen kolektif p = jumIah populasi

H = dosis ekivalen E = dosis efektif

Dosis kolektif digunakan untuk memperkirakan berapa jumlah manusia dalam populasi
tersebut yang akan menderita akibat radiasi, yaitu dengan rnemperhitungkan faktor
resiko.

DOSIMETRI EKSTERNA

1. Faktor Gamma
Faktor gamma adalah laju paparan pada jarak 1 meter dan sumber radiasi gamma
berbentuk titik dengan aktivitas sebesar I curie (37 GBq). Faktor gamma dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus pendekatan sebagai berikut

Γ = 0,53 fEi i ( Rm2 /Ci.Jam ) (III.1)

dengan fi. = fraksi/persentase radiasi gamma terhadap jumlah radiasi yang dipancarkan,

Ei = energi radiasi gamma


Tabel III.1. Faktor Gamma Γ

20
Γ, ΓK , Γ1cm ,
Radioisotop Energi (MeV)
 R.m2   μGy.m2  μSv.m2
   
 Ci.Jam   MBq.Jam  MBq.Jam

N-22 1,275 1,19 0,280 0,327


Na-24 1,369 1,82 0,431 0,486
2,754
Co-60 1,173 1,3 0,306 0,486
1,332
I-131 0,364 0,22 0,0512 0,0648
Cs-137 0,662 0,34 0,0771 0,0910
Ir-192 0,317 0,48 0,109 0,138
0,468
Au-198 0,24 0,24 0,0545 0,0683
Catatan menurut JRIA (Japan Radioisotop Association), ICRU 1985

2. Laju Paparan dari Sumber Gamma Berbentuk Titik


Nilai laju paparan pada jarak r meter dan sumber radiasi gamma berbentuk titik dengan
aktivitas sebesar A Curie adalah:

• ΓA
X=
r2

dengan: X laju paparan (R/jam)
Γ = faktor gamma (R.m2/Ci.jam)
A = aktivitas (Ci)
r = jarak (m)

3. Rumus Aproksimasi Laju dosis Ekivalen


Hubungan antara laju dosis ekvaIen dengan aktivitas dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus pendekatan sebagai berikut :
• AE
H= (SvIjam)
6r 2

dengan: H = laju dosis ekivalen (Sv/ jam)

A = aktivitas (MBq)

E = energi (MeV)

r = jarak (meter)

21
DOSIMETRI INTERNA

1. Waktu Paro Efektif

waktu paro effektif dapat dituliskan sebagai berikut:

1 1 1
= +
Teff Tf Tb
dengan, Teff = waktu paro efektif radionuklida, Tf = waktu paro fisik radionuklida, dan Tb
= waktu paro biotogi radionukilda di dalarn tubuh.
Waktu paro fisik radionuklida hanya bergantung kepada jenis radionuklida. Waktu paro
biologi dan waktu paro efektif tergantung pada sifat kimia dan fisika kontaminan
radioaktif, karakteristik anatomi, karakteristik fisiologi, dan karakteristik metabolisme
seseorang.

22
BAB III. DASAR-DASAR PROTEKSI RADIASI

23
Keselamatan radiasi pengion yang selanjutnya disebut keselamatan radiasi adalah
tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan
hidup dari bahaya radiasi.

Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangpengaruh


radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.

tujuan dari keselamatan radiasi adalah:

- Mencegah terjadinya efek deterministik dari radiasi yang membahayakan seseorang


dan

- Membatasi peluang terjadinya efek stokastik atau risiko akibat pemakaian radiasi yang
dapat diterima oleh seseorang atau masyarakat.

pelaksanaan keselamatan dalam pemanfaatan sumber radiasi harus sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion


dan Keamanan Sumber Radioaktif,

b. Peraturan Kepala Bapeten No. 4 Tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan
Radiasi dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir, dan

c. Peraturan Kepala Bapeten No. 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan


untuk Pekerja Radiasi.

Persyaratan Manajemen

1. Penanggung Jawab Keselamatan

2. Budaya Keselamatan

3. Pemantauan Kesehatan

4. Personel

5. Pendidikan dan pelatihan

6. Rekaman dan laporan

Persyaratan Proteksi Radiasi

1. Justifikasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir

manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan.

24
2. Limitasi Dosis

Limitasi dosis wajib diberlakukan untuk paparan kerja dan paparan masyarakat
melalui penerapan nilai batas dosis (NBD) yang ditetapkan oleh Bapeten dan tidak
boleh dilampaui, kecuali dalam kondisi khusus. Limitasi dosis tidak berlaku untuk
paparan medik dan paparan yang berasal dari alam.

Nilai Batas Dosis (NBD) adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh Bapeten yang
dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu
tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat
pemanfaatan tenaga nuklir.

NBD pekerja radiasi untuk penyinaran seluruh tubuh ditetapkan dengan ketentuan:

a. dosis efektif rata-rata sebesar 20 mSv per tahun dalam periode 5 tahun, sehingga
dosis yang terakumulasi dalam 5 tahun tidak boleh melebihi 100 mSv;

b. dosis efektif sebesar 50 mSv dalam 1 tahun tertentu

NBD pekerja radiasi untuk penyinaran terhadap organ atau jaringan tubuh

tertentu ditetapkan dengan ketentuan:

a. dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 20 mSv per tahun dalam periode 5 tahun,
dan 50 mSv dalam satu tahun tertentu;

b. dosis ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv per tahun.; dan

c. dosis ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv per tahun.

NBD bagi magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa yang berumur 16
(enambelas) tahun sampai dengan 18 (delapanbelas) tahun untuk penyinaran
seluruh tubuh ditetapkan dengan ketentuan dosis efektif sebesar 6 mSv (enam
milisievert) per tahun,

Dalam hal magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa yang berumur di
atas 18 (delapanbelas) tahun, diberlakukan Nilai Batas Dosis sama dengan Nilai
Batas Dosis yang ditetapkan untuk Pekerja Radiasi.

25
pembagian daerah kerja terdiri atas :

a. daerah pengendalian adalah daerah kerja yang memiliki potensi penerimaan


radiasi melebihi 3/10 NBD pekerja radiasi dan adanya potensi kontaminasi sehingga
memerlukan tindakan proteksi ketentuan keselamatan khusus

b. daerah supervisi, adalah daerah kerja di luar Daerah Pengendalian yang memiliki
potensi penerimaan radiasi kurang dari 3/10 NBD pekerja radiasi dan bebas
kontaminasi memerlukan peninjauan terhadap Paparan Kerja dan tidak memerlukan
tindakan proteksi atau ketentuan keselamatan khusus.

Hasil pemantauan dosis pekerja harus disimpan dan dipelihara paling singkat 30
(tigapuluh) tahun terhitung sejak pekerja yang bersangkutan berhenti bekerja.

3. Optimisasi

Penerapan optimisasi dilaksanakan melalui penetapan :

a. pembatas dosis, dan/ atau

b. tingkat panduan untuk paparan medik.

PROTEKSI RADIASI EKSTERNA

Radiasi eksterna ialah radiasi yang berasal dan zat radioaktif atau sumber radiasi yang
berada di luar tubuh. Bahaya radiasi eksterna muncul apabila radiasi pengion dan
sumber radiasi diluar tubuh memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya.

1. Bahaya Radiasi Eksterna

1.1. Sumber Radiasi Eksterna


Radiasi eksterna dihasilkan melalui 2 cara yaitu:
a. Peralatan yang diopersikan, misalnya generator sinar-X
b. Zat radioaktif, rnisalnya Cobalt-60

1.2. Jenis dan Potensi Bahaya Radiasi Eksterna

26
Tabet Bahaya relatif berbagai jenis radiasi Eksterna

Jenis Radiasi Bahaya relatif Radiasi Eksterna


Partikel Alpa Tidak ada
Partikel Beta Kecil
Sinar - X Besar
Sinar Gamma Besar
Neutron Besar

1.3. Teknik Proteksi Radiasi Eksterna


Proteksi terhadap radiasi eksterna dapat dijakukan dengan menggunakan satu atau
beberpa teknik berikut ini : PEJABAT
• Batasi waktu ; meminimalkan waktu pemaparan
• jarak; memaksimalkan jarak dan sumber radiasi
• penahan; memasang penahan yang sesuai dengan jenis radiasi

• a. Waktu

Pengaturan waktu adalab metoda penting untuk mengurangi penerimaan dosis. dengan
mengurangi waktu kerja, dosis yang diterima dapat diminimalisasi. Pengaruran waktu
dirumuskan oleh persamaan berikut:

D = DT
Dengan, D dosis yang diterirna

D = laju dosis
T= waktu paparan
Pada laju dosis tetap, apabila waktu paparan menurun dosis total yang diterima
semakin menurun

• b. Jarak

Pèngaturan jarak adalah cara lain untuk melindungi seseorang dan bahaya radiasi
ekstema. Semakin besar jarak, laju dosis juga semakin berkurang.

D1d12 = D2 d22
dengan D1 = laju dosis pada jarak d1 dari sumber, D2 = laju dosis pada jarak d2 dari
sumber. Suatu sumber radiasi dianggap sebagai sumber titik apabila jarak dari sumber
paling sedikit 10 kali dimensi sumber. Pada proteksi radiasi, jarak sering dipakai untuk
mengurangi papran radiasi, misalnya pemakaian tang panjang (long tong).

• c. Penahan

Pemasangan penahan pada sumber radiasi merupakan cara praktis untuk mengurangi
dosis. Tebal dan jenis bahan penahan yang diperlukan tergantung pada:

27
• Jenis dan energi radiasi
• Aktivitas sumber
• Laju dosis yang dapat diterima setelah radiasi melewati penahan.

Radiasi Gamma
Apabila sinar gamma berinteraksi dengan bahan radiasi tersebut tidak diserap
seluruhnya oleh bahan.
Dx = D0 eμx

Dengan Dx = laju dosis setelah ruelewati penahan pada tebal x, D0 = laju dosis tanpa
penahan, x = tebal penahan, dan  = koefisien ateunuasi linear.

Koefisien ateunuasi linear bergantung kepada jenis bahan dan energi sinar gamma
koefisien in biasanya dinyatakan dalam satuan cm-1

Persamaan (8) dapat digunakan untuk menghitung tebal penahan. Namun dalam
praktek, tebal penahan dihitung secara eksperimen menggunakan HVL (Half Value
Layer) atau TVL (Tenth value Layer). HVL ialah tebal bahan tertentu yang dibutuhkan
untuk mengurangi intensitas radiasi sehingga tinggal separo dan intensitas mula-
mula. Dengan menggunakan nilal HVL. Persamaan (8) dapat disederhanakan menjadi:
D0
Dx =
2n

n=x (10)
HVL
Hubungan antara . dan HVL ditunjukkan oleb persamaan (11):
0,693
HVL = (11)
μ

Untuk TVL

Dx = Do. 1/10 m

m = x/TVL

TVL = 2,303/ µ

Untuk HVL dan TVL

Dx = Do. (1/10)m (1/2)n

Untuk kondisi berkas lebar persamaannya menjadi :

I = B. Io. (1/2)n

B = build-up factor (perbandingan antara intensitas radiasi terhambur dan radiasi tak
terhambur terhadap intensitas radiasi tak terhambur pada suatu titik dalam medium yang
dilalui radiasi)

28
Harga Build-up factor lebih besar dari 1, tergantung pada energi radiasi, jenis dan tebal
penahan radiasi.

Tabel 11.3. bahan penahan yang direkomendasikan

Jenis Radiasi 1 Bahan yang Direkomendasikan


Partikel alfa kertas
Partikel beta energi rendah Aluminium / kayu
Partikel beta energi tinggi Perspeks dikelilingi timbal
Sinar — X dan sinar gamma Beton, besi dan timbal
Beton, air, lilin paraffin
Neutron
Dikombinasikan dengan boron

Dalam pelaksanaannya, pengendahan bahaya radiasi ekstema dapat dikalkukan secara


administrative dan secara fisik.

Pengendalian secara administrasi ialah tata cara administrasi yang dapat mencegah atan
meminimalisasikan paparan eksterna. Pengendalian administrasi meliputi prosedur
berikut:

1. Pembagian daerah radiasi


2. Pemasangan tanda-tarida radiasi yang jelas untuk masing-masing daerah radiasi
3. Pelatihan proteksi radiasi bagi pekerja dan manajer
4. Prosedur operasi yang berkaitan dengan pengaturan waktu, jarak dan pemasangan
penahan
5. Peraturan setempat (misalnya, larangan memasuki daerah radiasi tertentu) dan
persyaratan kondisi kerja (misalnya, persyaratan mengenakan dosimeter alarm)
6. Pemejjharaan inventaris sumber
7. System auditing keselamatan radiasi yang melihuti kajian keselamatan prosedur
kerja, gedung dan perlatah radiasi
8. Perencanaan program proteksi radiasi untuk pemantauan dosis personal dan
pemantauan tempat kerja.

29
Pengendalian secara fisik pada dasarmya adalah penghalang fisik yang digabungkan
dengan teknik-teknik proteksi radiasi. Berikut ini disampaikan beberapa contoh tata cara
pengendalian fisik:

1. Pengunaan system interlock yang melarang atau mencegah untuk masuk ke dalam
daerah radiasi yang berbahaya
2. Penggabungan penahan campuran di dalam desain bangunan dan peralatan
keselamatan radiasi.
3. Peggunaan manipulator jarak jauh (remote control) untuk mengurangi penanganan
secara Iangsung dan menierikanjarak antara sumber radiasi dan operator.
4. Penggunaan pengatur waktu (preset control) dalam kasus peralatan radografi unwk
mengendalikan waktu paparan.

PROTEKSI RADIASI INTERNA

Radiasi interna ialah radiasi yang berasal dan zat radioaktif atau suinber radiasi yang
berada di daam tubuh. Bahaya radiasi interna muncul apabila terdapat zat radioaktif yang
masuk ke dalam tubuh.

1. Bahaya Radiasi Interna

1.1. Sumber Radiasi Interna


Proteksi radiasi interna adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh
radiasi yang merusak akibat radiasi yang berasal dari sumber radiasi interna, dalam hal
ini zat radioaktif yang masuk ke dalam tubuh.

Masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh dapat disebabkan oleh:

1. sumber radioaktif terbuka, yaitu zat radioaktif yang tidak terbungkus dan
memungkinkan sebagian zat radioaktif tersebut lolos dalam pemakaian normal, misalnya
bentuk bubuk, cairan, atau gas.

2. sumber radioaktif terbungkus dimana pembungkusnya mengalami kerusakan


sehingga sebagian zat radioaktif keluar dari pembungkusnya.

Kontaminasi yaitu keberadaan suatu zat radioaktif pada tempat atau daerah yang tidak
seharusnya dan dapat menimbulkan bahaya radiasi eksterna dan interna.

30
Bahaya radiasi interna diakibatkan oleh masuknya zat radioaktif ke dalamtubuh. Zat
radioaktif dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara yaitu:

1. inhalasi : jalur pernafasan (menghisap udara terkontaminasi),

2. ingesti : jalur pencernaan (air atau makanan yang terkontaminasi),

3. penyerapan : serapan melalui kulit atau luka terbuka.

Pengendalian radiasi interna dilakukan dengan cara:

a. Pengendalian Sumber Radiasi


b. Pengendalian Lingkungan Kerja
c. Pengendalian Pekerja Radiasi : Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Dekontaminasi adalah proses menghilangkan atau mengurangi kontaminasi zat


radioaktif dalam bahan menggunakan cara fisika dan/atau kimia.

31
BAB IV
EFEK RADIASI BAGI MANUSIA

32
INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI BIOLOGIK.

1. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)


Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan
menghasilkan radikal bebas (H• dan •OH) merupakan interaksi tidak langsung.

2. Radiasi dengan DNA


lnteraksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul
gula atau basa, putusnya ikatan hidrogen antar basa, hilangnya basa, dan lainnya:
interaksi langsung.

3. Radiasi dengan Kromosom


Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah (1) fragmen asentrik yaitu patahan
lengan kromosom yang tidak mengandung sentromer, (2) kromosom cincin, (3)
kromosom disentrik, kromosom dengan dua sentromer dan (4) translokasi yaitu
terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau lebih kromosom. Aberasi
kromosom yang bersifat letal adalah kromosom disentrik dan cincin.

Dosis radiasi sebesar 0,2 Gy sudah menimbulkan aberasi kromosom pada sel limfosit.

4. Radiasi dengan Sel


Sel yang paling sensitif adalah sel dengan tingkat proliferasi yang tinggi (aktif
melakukan pembelahan) dan tingkat diferensiasi yang rendah.

EFEK BIOLOGI RADIASI PADA TUBUH

1. Klasifikasi Efek Radiasi


Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek radiasi yang terjadi pada sel genetik dan
dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Bila efek radiasi
terjadi pada sel somatik dan dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi maka disebut
efek somatik.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi
sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah
kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu terpapar dalam waktu
singkat setelah pemaparan, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya
kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Sedangkan efek tertunda merupakan
efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan-tahunan) setelah terkena
paparan radiasi, seperti katarak dan kanker.

33
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan
atas efek stokastik dan efek deteministik. Efek stokastik adalah efek yang terjadi
sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan
pada sel. Pada paparan radiasi dengan dosis radiasi yang dapat menyebabkan
kematian sel akan timbul efek deterministik yang sebelumnya dikenal dengan efek
non-stokastik.

2. Efek Stokastik
Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten
yang lama. Semakin besar dosis, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik,
sedangkan keparahannya tidak bergantung kepada dosis.
Peluang

Dosis
Grafik lV. 1. Hubungan Peluang Terjadinya Efek Stokastik Dengan Dosis yang
Diterima

Paparan radiasi dosis rendah dapat meningkatkan risiko kanker dan efek pewarisan yang
secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta
terkait dengan paparan individu.

3. Efek Deterministik
Efek ini terjadi karena adanya kematian sel sebagai akibat dari paparan radiasi baik pada
sebagian atau seluruh tubuh. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas
dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar.
Keparahan efek ini akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar daripada dosis
ambang yang bervariasi bergantung kepada jenis efek.

34
Grafik lV. 2. Hubungan Antara Tingkat Keparahan Efek
Deterministik Dengan Dosis yang Diterima

4. Sindroma Radiasi Akut


Sindroma radiasi akut adalah gejala yang timbul pada jaringan tubuh karena paparan
radiasi dosis tinggi (lebih dari 1 Gy) pada seluruh tubuh.

Tahapan sindroma radiasi akut meliputi:

1. Sindroma prodremal, gejala awal yang terjadi segera pasca paparan. Gejala tersebut
bersifat umum dan tidak dapat dibedakan dari gejala penyakit yang lain.
2. Masa laten, masa tidak ada gejala
3. Sindroma radiasi akut, sindroma yang terjadi adalah :
Sindroma sistem pembentukan darah (hematopoietic syndrome). Dosis ambang
sindroma ini adalah 1 Gy yang berupa penurunan jumlah sel-sel darah setelah 2 - 4
minggu. Dosis sekitar 2 Gy sudah dapat menyebabkan terjadinya kematian dalam waktu
2 - 8 minggu.

Sindroma sistem pencernaan (gastrointestinal syndrome). Dosis ambang sindroma


sekitar 5 Gy dalam waktu 3 - 5 hari dan dosis ambang kematian sekitar 10 Gy dalam
waktu 3 hari sampai 2 minggu.

Sindroma sistem syaraf pusat (central nervous system syndrome). Dosis ambang
sindroma ini adalah 20 Gy yang timbul dalam waktu kurang dari 3 jam.

5. Masa penyembuhan atau kematian


Menurut lCRP 60, untuk orang dewasa sehat, dosis radiasi yang dapat menyebabkan
kematian pada 50% populasi yang terpajan radiasi seluruh tubuh dalam waktu 60 hari
disebut mean lethal dose atau LD 50/60

35
BAB V
ALAT UKUR RADIASI

36
PRINSIP DASAR DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI

1.1. Kuantitas Radiasi (Φ)


Kuantitas radiasi merupakan banyaknya radiasi per satuan waktu per satuan luas, pada suatu
titik pengukuran. Kuantitas radiasi ini berbanding lurus dengan aktivitas (A) sumber radiasi dan
probabilitas pancarannya (p) serta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r) antara sumber
dan sistem pengukur.

𝐴 .𝑝
𝛷= (II.1)
4𝜋 .𝑟 2

1.2. Energi radiasi (E)


Energi radiasi merupakan 'kekuatan' dari setiap radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi.
Bila sumber radiasinya berupa radionuklida maka tingkat atau nilai energi radiasi yang
dipancarkan tergantung pada jenis radionuklidanya. Kalau sumber radiasinya berupa pesawat
sinar-X, maka energi radiasinya bergantung kepada tegangan anoda (kV) Tabel ll.1 menunjukkan
contoh energi radiasi yang dipancarkan oleh beberapa radionuklida.

1.3. lntensitas radiasi (l)


lntensitas radiasi adalah energi per satuan waktu per satuan luas atau dengan kata lain intensitas
merupakan perkalian antara kuantitas dan energi.

𝐼 = 𝛷 .𝐸 (II.2)

37
6. Penggunaan Alat Ukur Radiasi

7. Mekanisme Pendeteksian Radiasi


Tabel II.2 Mekanisme Deteksi

Contoh Detektor Mekanisme Deteksi


GM Proses Ionisasi
NaI Proses Sintilasi
Film Badge Realsi Kimia
TLD Proses Thermoluminisence
Darah Perubahan Biologi

Detektor merupakan suatu bahan yang peka atau sensitif terhadap radiasi yang bila dikenai
radiasi akan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah dibahas

Beberapa jenis detektor: detektor isian gas, detektor sintilasi, detektor semikonduktor dan
detektor film.

1. Detektor Isian Gas


Detektor isian gas bekerja dengan rpinsip ionisasi gas. Terdapat tiga jenis detektor isian gas yang
bekerja pada daerah yang berbeda yaitu detektor kamar ionisasi yang bekerja di daerah ionisasi,
detektor proporsional yang bekerja di daerah proporsional serta detektor Geiger Mueller (GM)
yang bekerja di daerah Geiger Mueller. GM tidak bisa membedakan energi dan jenis radiasi..
Tabel Penggunaan Detektor Untuk Beberapa Jenis Radiasi
Jenis Radiasi Detektor Keterangan
Alpha Kamar Ionisasi “End Window” yang sangat tipis atau
Proporsional tipe “gas flow detector”
Beta Kamar Ionisasi
Proporsional
Geiger Muller
Sinar – X Proporsional
Geiger Muller
Gamma Kamar Ionisasi
Proporsional
Geiger Muller
Neutron Proporsional Berisi gas BF3 atau He

2. Detektor Sintilasi
Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan photomultiplier.
Mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu:

38
• proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan cahaya di
dalam bahan sintilator dan
• proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam tabung photomultiplier
(PMT).

Detektor ini mempunyai effisiensi yang lebih baik daripada detektor sintilasi.

Tabel Penggunaan Sintilator untuk Beberapa jenis Radiasi

Sintilator Jenis Radiasi


NaI(Tl) Gamma
Sinar-X kuat
ZnS(Ag) Alpha
Beta
LiI(Eu) Neutron
Organik Cair Alpha
Beta
Organik Plastik Sinar-X
Beta

3. Detektor Semikonduktor
Detektor ini mempunyai resolusi yang lebih baik daripada detektor sintilasi.

Detektor semikonduktor energi radiasi yang memasuki bahan semikonduktor akan diserap oleh
bahan sehingga dihasilkan pasangan elektron dan hole (bermuatan +).
Tabel Penggunaan Detektor Semikonduktor untuk Beberapa Jenis Radiasi

Detektor Jenis Radiasi

Surface Barrier Alpha/Beta


PIPS Alpha/Beta
HPGe Gamma
LEGe Sinar X/Gamma
SiLi Sinar X

Kelemahan dari detektor semikonduktor adalah harganya lebih mahal, pemakaiannya harus
sangat hati-hati karena mudah rusak dan beberapa jenis detektor semikonduktor harus
didinginkan pada temperatur Nitrogen cair sehingga memerlukan dewar yang berukuran cukup
besar.

39
ALAT UKUR PROTEKSI RADIASI

Alat proteksi radiasi ini dibedakan menjadi tiga yaitu kelompok dosimeter perorangan, monitor
area dan monitor kontaminasi.

1. Dosimeter Perorangan
Terdapat tiga macam dosimeter perorangan yang banyak digunakan saat ini yaitu dosimeter saku
(pen / pocket dosemeter), film badge dan Thermoluminisence Dosemeter (TLD).

1.1. Dosimeter Saku


Dosimeter ini prinsip kerjanya yaitu ionisasi gas.

Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak membutuhkan
peralatan tambahan untuk pembacaannya. Peralatan lain yang dibutuhkan adalah charger untuk
me-reset (membuat nol) skala jarum quartz. Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat
menyimpan informasi dosis yang telah mengenainya dalam waktu yang lama (sifat akumulasi
kurang baik). Hal ini disebabkan oleh adanya kebocoran elektrostatik pada detektor. Selain itu
dosimeter ini kurang teliti dan mempunyai rentang energi pengukuran tertentu yang relatif lebih
sempit dibandingkan dengan film badge dan TLD.

1.2. Film Badge


Film badgea terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder.

Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga berfungsi sebagai
penyaring (filter energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada holder, maka dosimeter
film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi yang telah mengenainya.

Detektor film dengan prinsip fotokimia.

Pemrosesan dilakukan dengan menggunakan larutan senyawa kimia yang sering disebut
sebagai larutan pengembang (developer), stop bath, larutan fixer, dan air.

Bisa mengukur 10 mRem – 5 Rem

Dalam penggunaan film badge, perlu diperhatikan dua hal yaitu batas saturasi tingkat kehitaman
film dan masalah fadding. Masalah fadding adalah peristiwa perubahan tingkat kehitaman film
karena pengaruh temperatur dan kelembaban. Khusus di lndonesia yang memiliki temperatur
dan kelembaban yang relatif sangat tinggi, masalah fadding ini perlu diperhatikan.

Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada dosimeter saku.
Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi yang mengenainya dan
mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada dosimeter saku. Selain itu, film
yang telah diproses dapat digunakan untuk perhitungan yang lebih teliti serta dapat
didokumentasikan. Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya harus

40
diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat
kehitaman film, yaitu densitometer.

1.3. Dosimeter Termoluminisensi (TLD)


Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang digunakan ini adalah
kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila
dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi. Prosesnya adalah eketron terperangkap dan
tereksitasi.

Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada ketelitiannya. Selain itu,
ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan
lagi.

Dari tiga jenis dosimeter yang telah dibahas di atas terlihat bahwa dosimeter saku merupakan
dosimeter yang dapat dibaca langsung sedang film badge dan TLD memerlukan suatu proses
sehingga hasil pengukurannya tidak dapat diketahui secara langsung. Pekerja radiasi yang
bekerja di daerah radiasi tinggi dianjurkan untuk menggunakan dua jenis dosimeter yaitu
dosimeter saku dan film badge atau TLD. Dosimeter saku digunakan untuk mengetahui dosis
yang telah diterimanya secara langsung, misalnya setelah menyelesaikan suatu pekerjaan.
Sedang film badge atau TLD digunakan untuk "mencatat" dosis yang telah diterimanya selama
selang waktu yang lebih panjang, misalnya selama satu bulan.

2. Monitor Area
Monitor area dapat dibedakan menjadi monitor area yang bersifat portable dan monitor area yang
bersifat menetap (stationary). Monitor area yang bersifat portable, yang disebut sebagai
surveimeter, digunakan untuk mengukur tingkat paparan radiasi di tempat kerja sehingga
sebelum memulai kegiatan, setiap pekerja radiasi harus dapat memperkirakan jumlah radiasi
yang akan diterimanya.

Langkah Sebelum Menggunakan Surveimeter


Tiga langkah penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan surveimeter, apapun jenis
surveimeternya, adalah: memeriksa batere, memeriksa sertifikat kalibrasi, mempelajari
pengoperasian dan pembacaan.

1. Periksa batere.
Hal ini dilakukan untuk menguji kondisi catu daya tegangan tinggi detektor.

2. Periksa sertifikat kalibrasi.


Pemeriksaan sertifikat kalibrasi harus memperhatikan faktor kalibrasi alat dan memeriksa tanggal
validasi sertifikat. Faktor kalibrasi merupakan suatu parameter yang membandingkan nilai
yang ditunjukkan oleh alat ukur dan nilai dosis sebenarnya.
Dsebenarnya = Dterukur  Faktor.Kalibrasi

41
3. Pelajari pengoperasian dan pembacaan
Langkah ini perlu dilakukan, khususnya bila akan menggunakan surveimeter "baru". Setiap
surveimeter mempunyai tombol-tombol dan saklar-saklar yang berbeda-beda, biasanya terdapat
beberapa faktor pengalian misalnya x1; x10; x100 dan sebagainya. Sedang display-nya juga
berbeda-beda, ada yang berskala rontgent/jam; rad/jam; Sievert/jam atau mSievert/jam atau
bahkan masih dalam cpm (counts per minutes).

Perlu diperhatikan bahwa tiga langkah di atas harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran
dan masih berada di lokasi yang "aman". Sebelum merasa yakin atas ketiga informasi pada
langkah-langkah di atas, janganlah memulai pekerjaan dengan radiasi.

3. Monitor Kontaminasi
Tampilan dari monitor kontaminasi ini biasanya menunjukkan kuantitas radiasi (laju cacah) seperti
cacah per menit atau cacah per detik (cpd). Nilai ini harus dikonversikan menjadi satuan aktivitas
radiasi, Currie atau Becquerel, dengan hubungan sebagai berikut.

R
A= (IV.2)
Ƞ
A adalah aktivitas radiasi, R adalah laju cacah dan q adalah efisiensi alat pengukur.
Monitor kontaminasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu monitor kontaminasi permukaan, monitor
kontaminasi perorangan dan monitor kontaminasi udara (airborne). Monitor kontaminasi
permukaan (surface monitor) digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi segala permukaan,
misalnya meja kerja, lantai, alat ukur ataupun baju kerja.

Monitor kontaminasi perorangan digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada bagian-
bagian tubuh dari pekerja radiasi. Bagian tubuh yang paling sering terkontaminasi adalah tangan
dan kaki, sehingga terdapat monitor kontaminasi khusus untuk tangan dan kaki yaitu hand and
foot contamination monitor. Suatu instalasi yang dengan monitor kontaminasi seluruh tubuh
pekerja yang akan meninggalkan tempat kerja dengan monitor kontaminasi.

Monitor kontaminasi udara digunakan untuk mengukur tingkat radioaktivitas udara di sekeliling
instalasi nuklir yang mempunyai potensi untuk melepaskan zat radioaktif ke udara.

4. Respon Energi
Tanggapan atau respon suatu alat ukur terhadap dosis radiasi ternyata berbeda untuk energi
radiasi yang berbeda.

42

Anda mungkin juga menyukai