Presenter Kelompok 9:
A. FERMENTASI
Fermentasi adalah salah satu yang tertua bioteknologi untuk produksi makanan
produk dengan sifat yang diinginkan seperti umur simpan yang diperpanjang dan
organoleptik yang baik properti
• Istilah "fermentasi" berasal dari Kata kerja Latin fervere, mendidih, dengan
demikian menggambarkan penampilan aksi ragi di ekstrak buah atau biji malt
• Zimologi adalah ilmu terapan yang mempelajari proses biokimia fermentasi
dan kegunaan praktisnya
• Fermentasi memiliki arti yang berbeda arti untuk penggunaan umum dan
definisi ilmiah.
Definisi Fermentasi
Mulai dari penggunaan informal, umum hingga definisi yang lebih ilmiah:
• Proses yang melepaskan energi dari gula atau molekul organik lainnya
• Proses dosis tersebut tidak membutuhkan oksigen (tetapi dapat terjadi di
hadapannya (dalam industri)
• Proses yang tidak memerlukan penggunaan siklus Krebs atau elektron rantai
transportasi
• Proses yang menggunakan molekul organik yang disintesis di dalam sel
sebagai akseptor elektron terakhir
Makanan fermentasi
• Daging
• Ikan
• Produk susu
Makanan fermentasi
1. Mikroorganisme
2. Kandungan nutrisi
3. Kondisi lingkungan
Fermentasi Alkohol
Dimulai dengan glikolisis untuk menghasilkan dua molekul asam piruvat dan dua
ATP
· Dua molekul asam piruvat diubah menjadi dua molekul asetaldehida dan dua
molekul CO2
· Kedua molekul asetaldehida direduksi oleh dua molekul NADH untuk
membentuk dua molekul etanol
· Fermentasi asam laktat adalah fermentasi yang menggunakan piruvat untuk
glikolisis untuk menghasilkan asam laktat
· Katalis oleh Lactate Dehydrogenase (LDH) dengan NADH sebagai koenzim
Homolaktik
Pada fermentasi homolaktat ini, bakteri asam laktat sebagai pengurai glukosa
melalui jalur HDP (hexose diphosphate) dengan enzim laktat dehidrogenase, asam
piruvat ini akan diubah menjadi asam laktat. Fermentasi ini memiliki 6 enzim
fruktosa difosfat akan tetapi tidak memiliki 6 fosfat dehidrogenase.
Heterolaktik
Fermentasi heterolaktat ini yaitu penguraian glukosa oleh bakteri asam laktat yang
memiliki jalur HMP (hexose mono phosphate) yaitu asetil fosfat diubah menjadi
asetil Co-A oleh phospat transetilase, yang nantinya oleh enzim asetaldehid
dehidrogenase akan dihasilkan etanol.
• Fermentasi hanya menghasilkan 50% asam laktat dan sejumlah besar etanol,
asam asetat, dan karbon dioksida
Berbagai Bakteri Asam Laktat dan Produknya
Industri Fermentasi
1. Fermentasi industri adalah budidaya mikroba skala besar atau sel tunggal
lainnya untuk menghasilkan zat yang bernilai komersial.
b. Menghasilkan Enzim
4. Sel Supernatan yang diekstraksi akan menjadi sel yang dapat mengelolah
limbah
5. Sel hasil ekstraksi juga dapat dikemas menjadi produk kemasan, yaitu dengan
dilakukan proses purifikasi, kemudian hasil ekstraksi dapat dikemas kemudian
dipasarkan.
2. Bagian kromosom yang berisi gen tertentu pada sel hewan diambil dan
digunting
3. Di dalam sel bakteri E.coli terdapat plasmid sebagai materi genetik yang akan
dimanipulasi, kemudian diambil dan bagian plasmid E. Coli dipotong dan
sisisipkan dengan kromosom hewan sehingga disebut rekombinan
6. Kemudian sel tersebut diuji menggunakan bioreaktor pada bench-top dan pilot
scale
7. lalu, setelah diuji hasil kultur itu dimasukkan pada operasi skala industri untuk
dilakukan proses pemulihan produk dan akhirnya dikemas dan dipasarkan.
Bioreactors
1. Curah/Batch
Semua bahan dimasukkan ke dalam tangki bioreaktor (medium substrat/ bahan, &
mikroba inokulum) dalam waktu yang hampir bersamaan dan reaksi berlanjut
tanpa masukan lebih lanjut.
Terdapat banyak produk yang dihasilkan dari rDNA dalam bidang farmasi,
sebagian diantaranya adalah :
Vaksin kanker serviks yang diproduksi pada sel serangga atau sel jamur
saccharomyces cerevisiae.
Human Growth hormone (hGH) yang diproduksi oleh E. coli.
Pulmpzyme (rhDNase) diproduksi pada kultur sel mamalia.
Biofuel
Biofuel adalah sumber energi yang dihasilkan dari organisme hidup, bukan
dari fosil organisme yang hidup lebih dari 300 juta tahun yang lalu.
Biofuel adalah bahan bakar yang tak menghasilkan peningkatan netto
karbon di atmosfer, karena tumbuhan yang memproduksi biofuel ini justru
menyerap karbon dioksida pada fotosintesis, meskipun karbon tersebut
dilepaskan kembali ke atmosfer setelah biofuel itu dipakai. Tidak seperti
bahan bakar fosil, yang melepaskan karbon yang tersimpan jutaan tahun di
perut bumi ke atmosfer sebagai karbon dioksida pada proses pembakarannya.
Minat terhadap biofuel yang dapat diperbarui semakin meningkat karena
dapat menyediakan sumber energi yang bersih dan berkelanjutan.
Minat awal terfokus pada etanol, yang sudah banyak digunakan sebagai
suplemen bensin. Mis: Brazil menghasilkan etanol dari tebu.
Menurut Hefni Effendi salah satu peneliti Fraunhofer UMSICHT (Jerman) dan
dosen IPB, pada ada awalnya (Gen 1) produk biofuel yang dihasilkan terbagi atas
3 macam, yaitu biodiesel, bioethanol, dan biogas, yang dihasilkan oleh biomassa,
baik tumbuhan, hewan, mikroba, maupun limbah.
Biodiesel adalah campuran senyawa asam lemak berupa metil atau alkil
ester yang dikonversi dari lemak nabati, lemak hewani, dan minyak nabati
yang telah dipakai (jelantah). Tumbuhan tersebut antara lain kedelai, kelapa
sawit, buah jarak, kelapa, dan bunga matahari.
Bioethanol dihasilkan melalui fermentasi dari tumbuhan atau
mikroorganisme yang banyak mengandung polisakarida. Melalui proses acid
hidrolysis, impregnasi, autolisis secara mekanik (tekanan, suhu, dan
sebagainya), polisakarida dikonversi menjadi gula sederhana seperti glukosa.
Biogas berupa gas metan yang dihasilkan oleh dekomposisi anaerob bahan
organik dari kumpulan biomassa yang sudah mati atau limbah padat maupun
cair yang banyak mengandung bahan organik.
Kemudian untuk produk biofuel generasi berikutnya (2, 3, & 4) berfokus pada
penggunaan berbagai tanaman atau mikroorganisme yang tidak digunakan atau
berhubungan dengan konsumsi manusia dan hewan. Produk yang dihasilkan
berupa biomethanol, bio hidrogen, alga fuel, dan sintetik biofuel.
DISKUSI SESI 1
1. Thania Ayu P: Salah satu makanan hasil fermentasi adalah keju. Kita tahu
bahwa keju itu ada berbagai macam, ada yang keras contohnya keju cheddar,
ada yang lunak contohnya keju kamember. Pertanyaan saya, apakah
mikroorganisme yang digunakan untuk membuat berbagai macam keju itu
sama atau beda? Jika berbeda, apakah hal ini dapat mempengaruhi keras
lunaknya hasil keju?
Jawaban:
Stretching: Dadih diusung dan lalu diadoni dalam air panas untuk
menghasilkan tekstur yang berserabut. Contoh keju yang melewati
proses ini adalah keju Mozzarella dan Provolone.
Cheddaring: Dadih yang sudah dipotong kemudian ditumpuk untuk
menghilangkan kelembaban. Dadih tersebut lalu digiling untuk waktu
yang cukup lama. Contoh keju yang mengalami proses ini
adalahkeju Cheddar dan Keju Inggris lainnya.
Pencucian: Dadih dicuci dalam air hangat untuk menurunkan tingkat
keasamannya dan menjadikannya keju yang rasanya lembut. Contoh
keju melewati proses pencucian adalah keju Edam, Gouda, dan Colby.
Pembakaran: Bagi beberapa keju keras, dadih dipanaskan hingga suhu
35 °C(95 °F)-56 °C(133 °F) yang kemudian mengakibatkan butiran
dadih kehilangan air dan membuat keju menjadi lebih keras teksturnya.
Proses ini sering disebut dengan istilah pembakaran (burning). Contoh
keju yang dipanaskan ulang adalah keju Emmental, keju
Appenzeller dan Gruyère.
2) Nano Rizki: Produk keju dapat difermentasi oleh banyak bakteri dengan
karekteristik yang berbeda-beda setiap output yang dihasilkan. Bakteri
Lactobacillus casei dengan karakteristik rasa yang sedikit masam namun
masih dapat digolongkan sebagai pangan fungsional (Abbas, 2015),
Bakteri Saccharomyces cerevisiae lebih netral dibandingkan L. Casei
selain itu bakteri ini lebih mudah beradaptasi terhadap suhu tertentu
sehingga proses fermentasi menjadi lebih cepat, Bakteri Gluconobacter
oxydans memiliki tekstur yang lunak dari pada keju dari hasil fermentasi
bakteri lainnya.
3) Ahvina Dwi: Keju didunia ini memang memiliki rasa dan tekstur yang
berbeda, hal ini dikarenakan dari banyaknya penggunaan air yang
digunakan untuk pembuatan keju ini. Meskipun banyak variasi keju namun
pembuatannya kebanyakan dengan cara yang sama. Keju berdasarkan
tekstur nya dibedakan menjadi 4 yaitu keju dianggap lunak dengan kadar
air lebih besar dari 40%, keju setengah lunak yaitu dengan kadar air 36-
40%, keju keras yaitu dengan kadar air 25-36% dan keju sangat keras
dengan kadar air kurang dari 25% (Buckle et al., 2007). Tekstur atau
kekerasan pangan dipengaruhi oleh kadar air dalam produk pangan
tersebut. Kadar air yang semakin tinggi akan menyebabkan tekstur keju
yang lunak. Air bertindak secara tidak langsung menurunkan konsentrasi
kasein dalam matriks keju, sehingga elastisitas berkurang dan produk lebih
mudah rusak selama proses penekanan keju (Delgado et al., 2011).
4) Fika Cahya Lovely: Jadi peran mikroba dalam pembuatan keju sangatlah
penting. Fungsi utamanya adalah menghasilkan asam laktat dari laktosa
sehingga diperoleh kondisi PH yang diinginkan dan diperlukan selama
proses pembuatan keju. Proses pembentukan curd (gumpalan), pemisahan
ataupun pelepasan whey (cairan) dari curd, pembentukan tekstur keju dan
pengerasan curd di akhir proses secara signifikan dipengaruhi oleh PH.
Jadi dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
pembuatan keju, mikroba yang digunakanpun berbeda-beda yang mana
juga akan mempengaruhi dari tekstur keju yang dihasilkan. Keju lunak
adalah keju yang kadar airnya 53-80%. PH standar pada keju lunak berada
dalam derajad keasaman yang rendah, yaitu berkisar antara 5,3 - 5,5. Keju
lunak memiliki karakteristik tersendiri, yaitu konsistensinya beragam, ada
yang seperti cairan kental, dan ada pula yang setengah padat tergantung
pada derajad pemeramannya. Flavor keju lunak sangat dipengaruhi oleh
aktivitas mikroba yang juga ditumbuhkan pada permukaannya.
6) Dita Ayu Eka: Keju merupakan salah satu produk olahan susu yang
membutuhkan mikroba untuk pembuatannya. Setiap jenis keju memiliki
komposisi mikroba yang berbeda-beda. Mikroba tersebutlah yang dapat
memberikan sifat dan karakteristik tertentu pada keju. Fungsi utama dari
mikroba dalam keju adalah menghasilkan asam laktat dari laktosa
sehingga diperoleh kondisi pH yang diinginkan dan diperlukan selama
pembuatan keju dimana kondisi pH ini nantinya dapat mempengaruhi pada
proses pembentukan curd (gumpalan), pemisahan ataupun pelepasan whey
(cairan) dari curd, pembentukan tekstur keju dan pengerasan curd. Secara
umum tidak ada satu jenis mikroba yang dapat memenuhi keseluruhan
syarat keju dalam hal temperature, keasaman, rasa dan tekstur, sehingga di
perlukan bantuan starter (mikroba) lain untuk membuat keju yang
diinginkan. Dalam taksonomi bakteri modern semua bakteri asam laktat
yang bermanfaat secara teknologis dikelompokkan dalam genus
Streptococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc, dan Pediococcus.
Contohnya: 1) Bakteri pemroduksi gas digunakan dalam produksi keju
bermata bundar, 2) Tipe keju bertekstur tertutup, dimana Cheddar
merupakan contohnya, biasanya dibuat dengan biakan biang yang
mengandung bakteri yang tidak menghasilkan gas – biasanya bakteri
pemroduksi asam laktat strain tunggal seperti Lactococcus cremonis dan
Lactococcus lactis. 3) Bentuk keju dengan tekstur lubang-lubang/mata
tidak beraturan, juga disebut tekstur granular, Lubang-lubang tersebut
terutama terbentuk karena gas karbondioksida yang biasanya berkembang
dengan biakan biang LD (Lactococcus lactis, Leuconostoc cremoris dan
Lactococcus diacetylactis). 4) Sedangkan eju Swiss (Emmental Cheese)
atau keju Italia (Mozarell), maka bakteri Lactobacillus beserta
Propionibacterium freudenreichii dan Streptococcus thermophilus adalah 3
jenis bakteri yang digunakandalam membuat keju tersebut.
7) Nadila Sekar Zahida: Proses pembuatan keju pada dasarnya dibantu oleh
bakteri asam laktat, tetapi untuk pembuatan macam keju digunakan bakteri
asam laktat dengan jenis yang beragam dan ada pula yang dibantu dengan
fermentasi jamur penicillium candidum seperti keju kamember.
bakteri asam laktat mengubah gula susu menjadi asam laktat. Pada tahap
kedua, rennet membungkus protein kasein, sedangkan whey encer
dikeringkan dari dadih pekat. Dan akhirnya, pada tahap ketiga, keju
matang, dan sejumlah besar enzim yang berbeda melakukan segala hal
untuk rasa dan tekstur.
2. Aziza Fadila: Saat melakukan fermentasi ada literatur mengatakan bahwa kita
harus mengontrol nilai pH 6,0 saat proses fermentasi oleh sel yeast
(Kluyveromyces lactis), ada seorang peneliti yang menemukan sel yeast
menjadi warna merah muda pada jam 19 dan pH 4,7 setelah dilakukan
sentrifugasi. Menurut presenter apakah yang menyebabkan warna merah
muda yang muncul setelah dilakukan sentrifugasi? Apakah itu wajar atau
tidak? Link:
https://www.researchgate.net/post/Does_anybody_know_why_yeast_cells_bec
ome_pink_color_during_fermentation
Jawaban:
Jawaban dari bapak Indra: Fermentasi itu proses, jadi jika dikatakan akan
berpengaruh dengan warna pink pada kultur akan sangat bias, Yang perlu
azizah pahami bahwa dalam fermentasi khususnya ketika kita akan
memproduksi suatu biomolekul dari mikroba (biasanya protein), semua
komponen yang ditambhkan akan berpengaruh dalam proses fermentasi.
Mari kita telaah komponen, yang sdah azizah share. Glukosa berperan
sebagai sumber karbon, MgSO4 biasanya akan terionisasi menjadi ion
magnesium dan ion sulfat, magnesium sebagai kofaktor untuk enzim,
sedangkn sulft ada beberapa enzim yang akan terinhibisi karena
kehadirannya. Kalau saya analisis, bisa jadi disebabkan oleh reaksi sulfat
yang terionisasi, karena ada beberapa turunan reaksi sulft yang berwarna
pink, tapi belum bisa dipastikan harus dilakukan pembuktian.. karena riset
dimulai dengan hipotesis. Pertanyaan azizah ini adalah pertanyaan yang
perlu pembuktian dengan riset.
3. Yunita Rosiana: Saya igin bertanya bagaimana pengaruh atau dampak positif
dan negatif dari penggunaaan Bioreactors. Apakah di Indonesia dalam
melakukan fermentasi sudah menggunakan Bioreactors dengan baik?
Jawaban:
1. Skala kecil (small scale); untuk industri rumah tangga (home industri).
2. Skala besar (large scale); untuk industri skala besar (petrokimia
industri).
DISKUSI SESI 2
Jawaban:
2) Aziza Fadhilah: Menurut saya, lama waktu fermentasi ini tergantung pada
produk apa yang ingin kita hasilkan. Misalnya pada skripsi yang saya baca
yaitu fermentasi ubi jalar lama fermentasinya ketika 3 minggu maka
menghasilkan 14,22% alkohol, ketika 4 minggu menghasilkan 15,22 %
kadar alkohol dan 5 minggu 16,66%. Jadi tergantung pada berapa kadar
yang kita inginkan. Jika hanya sedikit karena takut makanan tersebut
menjadi tidak halal jika terlalu banyak alkohol (menurut MUI kadar alkohol
< 1% masih boleh dikonsumsi) maka bisa lebih sebentar fermentasinya.
Pada slide juga dijelaskan bahwa ada proses mengubah glucose > piruvate >
alkohol. sehingga, jika ingin membuat wine, pastinya kadaar alkoholnya
tinggi jadi perlu banyak proses fermentasi alkohol agak kadarnya
naik. Umumnya rentang kadar alkohol untuk berbagai macam jenis
minuman beralkohol yakni antara 5% sampai 60%. Bir sekitar 4-7% dan
yang tertinggi vodka bisa sampai 40-50%.
2. Fika Cahya Lovely: elah diketahui bahwa, terdapat beberapa macam mode
operasi pada bioreactors, yaitu Batch, Fed-Batch, dan Continuous Batch.
Bagaimanakah keunggulan dan kekurangan dari masing-masing mode operasi
tersebut?
Jawaban:
1) Ika Nanda:
1. Batch
2. Fed-Batch
Jawaban:
1) Fika Cahya Lovely: Kriteria atau syarat mikroba yang baik yang bisa
dijadikan sebagai agen starter fermentasi untuk metode fermentasi dengan
penambahan starter cultures adalah