Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tumbuhan air Potamogeton sp atau sering dikenal orang yang bertempat

tinggal di pinggiran irigasi ini sangat meresahkan sekali terutama bagi pihak

pengelola irigasi karena hampir disepanjang saluran irigasi ditumbuhi oleh rumput

naga tersebut. Dalam kehidupannya, tumbuhan air ini sangat bergantung pada

kandungan unsur hara yang ada di badan air tersebut, khususnya bagi jenis

tumbuhan air yang memiliki alat lekat pada dasar badan air seperti rumput naga.

Dari sumber yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pertumbuhan rumput naga ini

dalam setiap minggu sangat cepat yaitu sekitar 6-8 cm per minggu (Hairiah,

2006). Pertumbuhan yang cepat ini menyebabkan aliran air menjadi terhambat

sehingga debit air menjadi tidak lancar dan pH air pun berubah-ubah.

Menurut Tjitrosupoemo (2000), Tumbuhan air ini juga dapat dikatakan

sebagai gulma apabila menyebabkan kerugian bagi manusia misalnya saja sering

menghalangi lalu lintas perahu dan menyebabkan permasalahan lain yang

berhubungan dengan air karena pertumbuhannya yang sangat cepat Beberapa

faktor yang menyebabkan tumbuhnya tanaman air menjadi subur tak terkendali

antara lain yaitu bahan organik dan anorganik, khususnya nitrogen dan fosfat yang

dihasilkan dari kegiatan pertanian, sampah rumah tangga dan juga penggunaan

deterjen yang berlebihan. Selain mampu menimbulkan kerugian bagi pihak

PDAM karena pertumbuhannya yang cepat, Rumput Naga ini juga menyebabkan

oksigen dalam air menjadi berkurang dan akibatnya ikan banyak mati dan

aktivitas bakteri menurun.


2

Di Kalimantas Selatan sendiri penyebaran gulma ini cukup banyak di

irigasi-irigasi masyarakat, bahkan penyebarannya cukup luas. Berbagai usaha

sebenarnya telah dilakukan untuk menangani masalah tersebut. Pengangkatan

rumput naga secara berkala (6 bulan sekali) telah dilakukan oleh Pemerintah

Provinsi Kalimantan Selatan Namun upaya tersebut belum optimal, hal ini karena

dalam dua tahun terakhir pertumbuhan rumput naga relatif cepat. Oleh karena itu,

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melakukan pengangkatan gulma setiap 3

atau 2 bulan sekali (Zein, 2011).

Mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh tumbuhan air cukup

berbahaya dan menganggu ekosistem di dalam air dan kandungan unsur haranya

juga cukup lengkap seperti ....maka perlu tindak lanjut untuk mengatasi

pertumbuhan tanaman air tersebut. Salah satunya sebagai pupuk organik cair.

Sehingga ekosistem dalam irigasi lebih stabil dan hasilnya pun dapat menunjang

pertanian.

Tujuan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana

mikroorganisme serta kandungan miroorganisme pada starter EM4, stardec dan

orgadec beserta sifat-sifatnya.


TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Tjitrosupoemo (2000), dudukan tumbuhan Potamogeton

sp dalam Taksonomi Tumbuhan :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Classis : Monocotyledoneae

Sub class : Monochlamydae

Ordo : Helobiae

Famili : Potamogetonaceae

Genus : Potamogeton

Spesies : Potamogeton sp.

Moerfologi

Spesies potamogeton berkisar dari besar (batang 6 m atau lebih) hingga sangat

kecil (kurang dari 10 cm). Ketinggian sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan, khususnya kedalaman air. Semua spesies secara teknis abadi, tetapi

beberapa spesies hancur di musim gugur menjadi sejumlah besar tunas yang

beristirahat secara aseksual yang disebut turion , yang berfungsi baik sebagai

sarana musim dingin dan penyebaran. Turions dapat ditanggung pada rimpang,

pada batang, atau pada stolon dari rimpang. Namun, sebagian besar spesies

bertahan oleh rimpang yang merayap abadi. Dalam beberapa kasus turion adalah

satu-satunya cara untuk membedakan spesies (Les, 2009).

Menurut Kaplan (2002), daunnya bergantian, yang kontras dengan genus terkait

erat Groenlandia , di mana daunnya berseberangan atau bersiul. Dalam banyak


4

spesies, semua daun terendam, dan dalam kasus ini, mereka biasanya tipis dan

tembus cahaya. Beberapa spesies, terutama di kolam dan perairan yang bergerak

sangat lambat, memiliki daun mengambang yang cenderung buram dengan tekstur

kasar. Bentuk daun telah ditemukan sangat plastis, dengan variabilitas karena

perubahan cahaya, kimia air, kedalaman tanam, kondisi sedimen, suhu, periode

foto, gelombang, dan musiman. Semua Potamogeton memiliki skala selubung

membran yang halus, ketentuan, di axil daun. Ini mungkin sepenuhnya melekat,

sebagian melekat, atau bebas dari daun, dan mungkin memiliki margin inrolled

atau muncul sebagai tabung. Morfologi dari ketentuan ini adalah karakter penting

untuk identifikasi spesies. Batang memiliki sisik kecil.

Kandungan rumput naga (Potamogeton Sp.)

Selain kandungan protein dan mineral yang melimpah, gulma air salah satunya

rumput naga juga mengandung vitamin C, karotenoid, klorofil dan asam amino

yang lengkap. Menurut Kurniawan (2010) besarnya Vitamin C, karotenoid dan

klorofil masing-masing yaitu 3,20 mg/30g, 0,45 mg/L, dan 2,50 mg/L.23.

Kandungan energi metabolis dan nutrisi gulma air mengandung beberapa zat

makanan. Beberapa kandungan nutrisi gulma air seperti energi metabolis sebesar

2200 (kkal/kg), protein kasar sebesar 15,9 (kkal/kg), lemak kasar 2,18 (kkal/kg),

serat kasar 16, 8 (kkal/kg), kalsium 1,27 (kkal/kg), phosphor 0,789 (kkal/kg).

Bunga-bunga, yang sering diabaikan, berwarna coklat kehijauan dan terdiri dari

empat segmen bulat ditanggung dalam paku. Mereka 2-4 merous, dengan ovarium

superior dan kepala sari yang keluar. Buahnya berbentuk bulat dan berwarna hijau
5

sampai coklat, biasanya berdiameter 1-3 mm, dengan 'paruh' yang nyata. Serbuk

sari mereka tidak akurat, monad, apolar, dan bulat (Sarsa, 19887).

Pupuk organik cair merupakan larutan hasil dari pembusukan bahan – bahan

organik dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur

haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat

secara tepat mengatasi defisiensi hara dan mampu menyediakan hara secara

tepat. Pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun

digunakan sesering mungkin (Lingga dan Marsono, 2003). Pupuk organik cair

dapat juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas

produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai

alternatif pengganti pupuk kandang (Yuanita, 2010).

Trichoderma

Beberapa spesies Trichoderma sp. telah dilaporkan sebagai agensia hayati

adalah

Trichoderma harzianum, Trichoderma viridae, dan Trichoderma konigii,

yang

merupakan jamur atau cendawan penghuni tanah yang dapat diisolasikan

dari
6

perakaran tanaman. Spesies Trichoderma sp. di samping sebagai

organisme

pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator

pertumbuhan

tanaman

Trichoderma harzianum

Trichoderma harzianum adalah dengan meningkatnya persentase

perkecambahan, tinggi tanaman, dan bobot kering serta waktu

perkecambahan yang lebih singkat. Di samping itu beberapa penelitian juga

melaporkan bahwa aplikasi Trichoderma sp. pada konsentrasi yang

berlebih memberikan respons negatif terhadap pertumbuhan tanaman.

Aplikasi Trichoderma sp. sangat tepat dilakukan pada tanah karena dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Klasifikas Trichoderma harzianum sebagai berikut:

Kingdom : Fungy

Divisi : Ascomycota

Sub Divisi : Pezizomycotina

Kelas : Sordariomycetes

Ordo : Hypocreales

Famili : Hypocreaceae

Genus : Trichoderma
7

Spesies : Trichoderma harzianum

Trichoderma harzianum menurut (Wijaya, 2002). Jamur non mikoriza yang

merupakan salah satu contoh yang paling banyak dipelajari karena

memiliki aktivitas antifungal yang tinggi. Trichoderma harzianum dapat

memproduksi enzim litik dan antibiotik antifungal. Selain itu Trichoderma

harzianum juga dapat berkompetisi dengan patogen dan dapat membantu

pertumbuhan tanaman. Trichoderma harzianum memiliki kisaran

penghambatan yang luas karena dapat menghambat berbagai jenis fungi.

Trichoderma koningii

Kingdom : Fungi

Divisi : Ascomycota

Sub Divisi : Pezizomycotina

Kelas : Sordariomycetes

Ordo : Hypocreales

Famili : Hypocreaceae

Genus : Trichoderma

Spesies : Trichoderma koningii

Trichoderma koningii adalah sebangsa jamur yang memiliki enzim selulitik

yang sangat aktif. Cendawan Trichoderma koningii diketahui memiliki

beberapa mekanisme dalam pengendali penyakit tanaman seperti melalui

mikroparasitisme, antibiosis, kompetisi nutrisi, melarutkan nutrisi

anorganik,

inaktivasi enzim pathogen serta mekanisme induksi resistensi. Jamur renik

ini juga mampu berkompetisi dengan cendawan patogen lainnya. Adanya


8

kemampuan kompetisi ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan

patogen tanaman. Trichoderma koningii mempunyai peranan penting dalam

mengendalikan berbagai penyakit yang disebabkan oleh patogen jenis

jamur pada tanaman.

Trichoderma viridae

Kingdom : Fungy

Divisi : Ascomycota

Sub Divisi : Pezizomycotina

Kelas : Sordariomycetes

Ordo : Hypocreales

Famili : Hypocreaceae

Genus : Trichoderma

Spesies : Trichoderma viridae

Trichoderma viridae adalah jenis jamur yang dapat menghasilkan berbagai

enzim, termasuk selulase dan kitinase yang dapat mendegradasi selulosa dan

kitin masing-masing (Niken, 2009).


9

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik praktikum ini adalah:

1. Bakteri anaerob terdiri dari Escherichia coli, Enterobacter sp., Citrobacter

sp., dan Bacillus sp. Sedangkan bakteri anaerob yaitu purple non-sulphur

bacteria, green and purple sulphur bacteria.

2. Bakteri yang termasuk di dalam orgadec Trichoroderma Pseudokoningii

dan Cytophaga Sp.

3. Dalam stardec terdapat mikroba termofilik yang berguna sebagai

pengubah atau pengonversi atau dekomposisi limbah kotoran ternak

menjadi kompos pada temperature tinggi.

4. Effective mikrooorganisme terdiri dari beberapa bakteri dianataranya

bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, Ragi / Yeast, Actinomycetes dan

jamur fermentasi.

Saran
10

Hendaknya dilakukan penelitian lanjut tentang mikroorganisme pengurai

limbah lainnya agar sumberdaya alam, khususnya pertanian yang tidak bernilai

lagi mampu dioptimalkan penggunaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Chong M, Rahim RA, Shirai Y, Hassan MA. 2009. Biohydrogen production by


Clostridium butyricum EB6 from palm oil mill effluent. Int J Hydrogen
Energy;34(2):764-771.

Hairiah. 2006. Hubungan Laju Pertumbuhan Tanaman Air Potamogeton sp.


dengan Unsur Hara (NPK) di Saluran Irigasi Riam Kanan. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lambung
Mangkurat: Banjarbaru.

Kaplan, Zdenek. 2002. "Plastisitas fenotipik dalam Potamogeton


(Potamogetonaceae)". Folia Geobotanica . 37 (2): 141–170.

Niken, 2009. Mengenal Lebih Jelas Trichoderma Viridae. http://ayyaa. multiply.


com/jurnal.

SORSA, PENTTI (1988). "Morfologi Pollen dari Potamogeton dan Groenlandia


(Potamogetonaceae) dan signifikansi taksonominya". Annales Botanici
Fennici . 25 (2): 179–199.

Tjitrosoepomo G. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada


University Press: Yogyakarta.
Wijaya, 2009. Pembiakan Massal Jamur Trichoderma sp. Pada Beberapa Media
Tumbuh Sebagai Agen Hayati Pengendalian Penyakit Tanaman . Jurnal.

Yuanita, D. 2010. Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair. Skripsi UNY.


Yogyakarta
Zein, Muhammad. 2011. PEMANFAATAN TEKNOLOGI PUPUK CAIR UNTUK
MENGATASI PERMASALAHAN LIMBAH RUMPUT NAGA (Potamogeton sp) DI
SALURAN IRIGASI RIAM KANAN. Teknik Lingkungan Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru.
12

Anda mungkin juga menyukai