BUDIDAYA ALGA
Disusun oleh :
Dian Wahyu Kemalaputri
24020113130115
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Alga adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh dan
termasuk dalam kelompok Thallophyta atau dikenal dengan tumbuhan
bertalus. Tidak memiliki akar batang dan daun sejati tetapi hanya
menyerupai saja. Hidup menempel pada substrat dengan menggunakan
holdfast. Berklorofil a untuk fotosintesis dan juga mengandung pigmen
lainnya.
Pemanfaatan alga untuk menunjang kehidupan manusia telah banyak
dilakukan didalam berbagai bidang baik pangan maupun sandang. Semua
usaha pemanfaatan alga telah dilakukan baik sacara tradisional maupun
intensif dalam berbagai aspek, seperti dalam budidaya untuk mendapatkan
hasil panen yang maksimal, juga di berbagai bidang industri, dalam skala
kecil, industri rumah tangga dan dalam skala besar, pabrik dan lain-lain. Di
bawah ini akan dibahas tentang bioekologi alga, budidaya dan
pemanfaatannya.
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui deskripsi dari alga.
1.3.2 Mengetahui cara budidaya alga.
BAB II
ISI
fitoplankton.
Walaupun
tubuh
ganggang
menunjukkan
yang setengah terbuka dengan pergerakan arus air dan gelombang yang
tidak terlalu keras. Untuk budidaya didasar (Bottom Cultur) dasar perairan
harus diperhatikan terutama jenis substratnya haruslah sesuai dengan speises
alga yang akan dibudidayakan.Juga kualitas perairan haruslah sesuai untuk
pertumbuhan alga. Masalah biologi alga seperti bibit, pemilihan bibit yang
baik atau bibit unggul, yang tahan terhadap hama dan penyakit. Dari segi
transportasipun harus diperhatikan terutama dalam hal pemasaran nanti
(Aslan, 1991).
2.2.1 Pemilihan Jenis dan bibit unggul
Jenis alga yang ada di wilayah laut nusantara kita cukup banyak
temasuk yang mempunyai nilai ekonomis. Seperti jenis alga
carragenophyt (tanaman yang mengandung karagenan) dan jenis
agarophyt (tanaman yang mengandung agar-agar). Umumnya kedua
jenis alga tersebut telah banyak mendapat perhatian untuk diolah atau
dikembangkan melalui teknik budidaya (Winarno, 1990).
Pemilihan jenis alga yang akan dibudidayakan sangat tergantung
pada produk akhir yang diinginkan. Jika yang diinginkan hasil
akhirnya adalah agar, maka pilihlah alga jenis agarophyt seperti
Gelidium, Gracilaria, Pterocladia sp dan Acanthopeltis japonica dan
Ahnfeltia plicata. Apabila produk akhir yang diinginkan adalah
karaginan maka pilih jenis alga yang jenis caragenophyt seperti
Gigartina, Hypnea dan Eucheuma (Winarno, 1990).
Apabila hasil akhir yang diinginkan adalah asam alginate maka
alga yang akan dibudidayakan adalah kelompok alga coklat seperti
Sargassum sp, Turbinaria sp, Dictyota sp dan lain-lain. Dan dalam
pemilihan jenis alga untuk dibudidayakan harus melihat juga keadaan
thallus alga tersebut yang diambil adalah bibit unggul yang memenuhi
beberapa persyaratan yang baik seperti ; keasdaan fisik alga, harus
kuat dan tahan terhadap cuaca buruk terutama terhadap ombak, untuk
menghindari terjadinya kerontokan. Alga ini juga harus memiliki
pertumbuhan harian (daily growth rate) yang cukup baik agar
produkktivitasnya akan tinggi. Selain itu juga alga harus yang bebas
atau tahan terhadap hama dan penyakit. Salah satu ciri bibit alga yang
baik contohnya pada alga jenis Eucheuma spinosum warnanya
kemerah-merahan, dengan duri dan percabangan yang lebih banyak
(Winarno, 1990).
2.2.2 Metode Budidaya
Metoda budidaya alga dapat dilakukan dalam beberapa cara,
yang paling sederhana atau tradisional adalah menanam atau
membudidayakan alga di tempat asalnya dengan cara menebarnya di
sekitar perairan tempat tumbuhnya yaitu pada substrat alami berupa
tanah berpasir, atau batu karang mati yang ada. Sedangkan yang telah
menggunakan teknologi yang lebih baik lagi memanfaatkan bahanbahan yang ada seperti tali rafia, botol aqua untuk pelampung. Dan
yang lebih maju lagi adalah dengan memanfaatkan material sebagai
alat bantu budidaya alga yang lebih baik lagi seperti menggunakan
bola pelampung, tali nylon dan jaring dari bahan polyetilen bahkan
kerangka besi dan lain-lain hasil teknologi. Juga bibit yang di gunakan
untuk penanamanpun hasil dari kemajuan teknologi seperti kultur
jaringan.
A. Pemilihan lokasi
Perairan dasar pasir berbatu dengan tingkat kesuburan yang
baik.
Bebas dari hempasan ombak besar, jauh dari sumber air
tawar dan bahan pencemar.
Memiliki tingkat kesuburan yang baik
Parameter kualitas air :
Kecerahan : 20-40 cm/detik
Suhu : 27-29oC
Salinitas : 30-33 ppt
pH : 7,5-8,2
Kecerahan : 4-6 m
Bahan organic: 50 ppm
B. Teknik budidaya
1. Sistem Terapung
Teknik
budidaya
menggunakan
material
system
terapung
sebagai
alat
ini
bantu
biasanya
untuk
Penyimpanan
- Sebelum di packing, rumput laut diangin-anginkan untuk
menghilangkan hawa
panas agar tidak lembab
- Packing sebaiknya dilakukan dengan press untuk mengurangi
volume sehingga menghemat angkutan
- Gudang harus kering dan sirkulasi udara lancar
- Kemasan packing dijaga agar tidak terjadi kontak dengan lantai
Gudang
Gracilaria
verrucosa
agar
tetap
baik
diantaranya
dengan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Alga banyak di temukan dipermukaan bumi baik, di perairan darat atau
air tawar maupun laut. Dikelompokan dalam 8 division dan terdiri dari
16 kelas, dan tersebar dalam ordo, family, genus dan sejumlah spesies
yang ada. Secara morfologi tidak dapat dibedakan antara akar batang dan
daun tetapi hanyalah berupa bentuk talus belaka. Dapat bereproduksi
secara aseksual dan seksual. Ada mikro alga dan makro alga.
3.1.2 Teknologi budidaya alga dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
system apung dan lepas dasar, untuk mendapatkan produksi yang
maksimal. Dan selama budidaya berlangsung perlu memperhatikan
kondisi lingkungan perairan yang ada dan waspada terhadap hama dan
penyakit alga.
3.1.3 Alga banyak manfaatnya; dapat dimakan langsung atau sebagai bahan
baku dalam berbagai industri baik industri makannan, tekstil, farmasi dan
lain-lain. Karena di dalam dinding selnya mengandung agar, karagenan
dan alginate yang dapat diekstrak, sehingga alga mempunyai nilai
ekonomis. Secara ekologis merupakan mata rantai dalam siklus rantai
makanan di perairan dan mensuplai oksigen.
3.1.4 Manajemen budidaya dan pasca panen Gracilaria verrucosa secara
polikultur di Mororejo Kendal sudah cukup baik dari aspek biotik,
abiotik dan pascapanennya. Kualitas Gracilaria verrucosa dari Mororejo
Kendal dilihat dari kandungan agar, protein, lemak dan serat belum
memenuhi standar.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T., Achmad, Z., Heri P., dan Sri, I. 2009. Rumput Laut. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Aslan, I.M, 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Kanisius.
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Jakarta : Bumi Aksara.
Kordi, M.G.H. 2010. Ekosistem Terumbu Karang. Potensi, Fungsi dan
Pengelolaan. Jakarta : Rineka Cipta.