Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ASMADI

NPM : 181016154201019

PRODI : AGRIBISNIS

1. Jelaskan faktor-faktor abiotik yang menyebabkan gangguan pada tanaman, dan bagaimana efeknya
pada tanaman ?

2. Jelaskan kenapa hama potensial posisinya bisa naik menjadi hama utama ?

3. Jelaskan kenapa kita perlu mengetahui tipe metamofosis pada serangga dan tipe alat mulut pd
serangga ?

4. Jelaskan salah satu contoh gejala serangan hama vertebrata dan bagaimana teknik pengendaliannya ?

5. Jelaskan masing-masing pd hama dibawah ini :

a. Spodoptera litura ( Ulat grayak )

b. Leptocorisa acuta ( Walang Sangit)

Bagaimana tipe metamorfosisnya,tipe alat

mulutnya, dan gejala serangannya ?

6. Jelaskan kenapa pada pengendalian hama seperti golongan serangga kita perlu memperhatikan
keseimbangan agroekosistem ?

1. Faktor Abiotik
1. Cuaca dan iklim

Cuaca yang tidak stabil dan cepat berubah secara mendadak membuat metabolisme tanaman
mengalami kekacauan. Tanaman harus selalu melakukan adaptasi setiap saat, sedangkan aktivitas
adaptasi memerlukan energi. Ketika dari sinar matahari tidak mencukupi lagi maka tanaman akan
mengambil cadangan energi yang disimpan dalam bentuk gula / glukosa dengan cara mendegradasinya,
aktivitasnya disebut katabolisme. Pengambilan cadangan energi dari glukosa tentu saja akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sering terjadi pada tanaman di saat
peralihan musim, atau saat pertengahan musim kemarau dimana terjadi perbedaan suhu antara siang
dan malam yang cukup ekstrim (bhs. Jawa : musim bedinding). Gejalanya adalah pertumbuhan tunas-
tunas yang berhenti, tunas menjadi mengeriput, keriting dan kaku, yang selama ini banyak disangka
karena serangan virus.

Terkurasnya energi metabolisme membuat tanaman terforsir. Kita sering menyebutnya stress. Tanaman
akan kehilangan kemampuan memproduksi zat-zat pertahanan alamiah yang disebut fitoaleksin. Tanpa
adanya pertahanan maka hama dan patogen lebih leluasa menyerang tanaman. Serangan hama dan
patogen ini merupakan dampak sekunder dari keterbatasan tanaman dalam merespon perubahan cuaca
yang ekstrim.

Pada musim kemarau dimana tanaman sulit mendapatkan air juga merupakan faktor gangguan abiotik,
demikian pula saat musim hujan terjadi genangan air yang berlebihan atau kebanjiran.

2. Fisiologis

Faktor gangguan fisiologis disebabkan oleh tidak tercukupinya kebutuhan tanaman untuk menjalankan
silkus hidupnya. Ketidakseimbangan unsur hara dan kecukupan air merupakan penyebab utama
gangguan fisiologis. Ketidakseimbangan unsur hara bisa berati terjadinya defisiensi atau kekahatan
maupun berlebihnya unsur hara yang berakibat pada toksisitas. Adapun defisiensi unsur hara tidak
selalu karena minimnya ketersediaan unsur hara saja tetapi bisa berarti tidak terserap atau tidak
termanfaatkannya unsur hara meskipun sudah dalam bentuk tersedia. Ketidakseimbangan ketersediaan
unsur hara ini dipengaruhi banyak faktor diantaranya kondisi tanah sebagai media tanam dan macam
pupuk yang diberikan ke tanaman sebagai sumber hara. Beberapa gejala kekahatan maupun keracunan
unsur hara mempunyai kemiripan diantaranya terjadinya nekrosis.

Selain masalah unsur hara, toksisitas atau keracunan pestisida akibat dosis aplikasi berlebihan maupun
pencampuran yang tidak tepat juga termasuk faktor fisiologis karena berkaitan dengan kerusakan dan
kelumpuhan sel-sel tanaman.

3. Media atau tanah (faktor edafis)


Tanah merupakan lapisan bumi dimana merupakan media untuk tumbuh dan berkembangnya akar
sebagai organ vital bagi tanaman di dalam menyerap unsur-unsur hara dan berperan sebagai pondasi
yang menunjang struktur tubuh tanaman. Terjadinya masalah-masalah fisik, biologi dan kimia tanah
akan berpengaruh pada tanaman yang tumbuh di atasnya. Perubahan fisik, kimia dan biologi tanah tidak
terjadi secara serta merta melainkan dalam jangka waktu relatif lama. Pemberian pupuk yang tidak
berimbang, minimnya pemberian amelioran atau pembenah tanah, minimnya kandungan bahan-bahan
organik secara perlahan akan menurunkan daya dukung tanah terhadap pertumbuhan tanaman.
Masalah perubahan fisik tanah meliputi mengerasnya tekstur tanah sehingga mempersulit akar untuk
berkembang, kehilangan porositas yang mengakibatkan minimnya oksigen, densitas atau kerapatan
partikel yang menyebabkan drainase buruk, kehilangan daya absorpsi air maupun terlalu lama menahan
genangan air. Masalah sifat kimia tanah terkait dengan tidak stabilnya pH tanah, minimnya mineral
tanah dan hara yang tersedia, rendahnya kapasitas tukar kation, dan ketidakkeseimbangan C/N ratio.
Sedangkan masalah biologi tanah terkait dengan ketersediaan populasi mikroba tanah yang berperan
dalam membantu mengubah unsur-unsur hara dalam bentuk tersedia (misalnya unsur N menjadi nitrat
atau amonium, fosfat tak larut menjadi terlarut), mempercepat dekomposisi sisa-sisa tanaman sebelum
dimanfaatkan oleh mikroba patogen tanah, serta produksi senyawa-senyawa antibiotik untuk menekan
perkembangan patogen.

Masalah menurunnya daya dukung media tanah terhadap pertumbuhan tanaman ini akan dipercepat
oleh adanya pencemaran tanah oleh limbah rumah tangga maupun industri.

4. Atmosfer

Yang dimaksud di sini adalah terjadinya perubahan kondisi atmosfir dimana atmosfer merupakan aspek
yang melingkupi dan bersentuhan langsung dengan tubuh bagian atas tanaman. Salah satunya adalah
polusi udara berupa akumulasi gas-gas dan partikel ringan di udara yang sewaktu-waktu turun ke
permukaan bumi. Buangan asap kendaraan bermotor dan industri, serta pembangkit energi yang
mengandung karbon monoksida (CO), sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), benzena dan timbal
dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu proses fotosintesis tanaman. Faktor ini memang jarang
mendapatkan perhatian karena tidak terlalu terasa signifikan dampaknya pada tanaman secara
langsung. Namun mulai sekarang harus kita garisbawahi, bahwa polutan-polutan ini akan berdampak
langsung pada tanaman manakala turun ke permukaan bumi, dibawa oleh air hujan yang membasahi
tanaman. Dan dalam pengamatan kami dampak ini akan muncul di saat awal-awal turun hujan setelah
musim kemarau.

Dimana saat musim kemarau polutan terus terakumulasi di atmosfir dan menyebar, kemudian saat
turun hujan di awal musim kemarau udara seperti dicuci oleh air hujan dan polutan-polutan tersebut
akan kontak langsung dengan permukaan tanaman dan tanah-tanah pertanian. Jika kita perhatikan
hujan di awal musim ini biasanya membuat tanaman yang peka seperti melon, semangka, timun, cabai,
tomat dan beberapa lainnya terhambat pertumbuhannya bahkan menyebabkan gejala keriting di pucuk
(puret).

Gangguan tanaman yang disebabkan oleh faktor-faktor abiotik maupun abiotik pada umumnya bisa saja
saling terkait. Misalnya saat cuaca tidak stabil (abiotik/cuaca) menyebabkan metabolisme tanaman
mengalami kekacauan (fisiologis) sehingga daya tahan alami tanaman menurun memberikan peluang
bagi patogen (biotik/patogenik) untuk menyerang tanpa perlawanan. Perempelan tunas-tunas lateral
yang dilakukan tanpa memperhatikan kebersihan alat atau tangan akan memberi peluang masuknya
bakteri patogen dan virus melalui bekas luka pada tanaman yang tadinya sehat. Contoh lain, hujan asam
yang tidak segera dinetralisir akan menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan spora jamur
patogen. Dan masih banyak keterkaitan lainnya. Dari sinilah munculnya konsep pengendalian OPT
(organisme pengganggu tanaman) terpadu. Yaitu ketika kita megendalikan hama dan patogen penyebab
penyakit yang merupakan faktor biotik, sebaiknya juga tidak mengabaikan faktor-faktor abiotik yang
mempengaruhinya. Disamping itu di dalam pengendalian gangguan-gangguan biotik seperti serangan
patogen maupun hama serangga, sebaiknya juga dibarengi dengan upaya-upaya mengatasi gangguan
fisiologis yang terjadi akibat kerusakan organ-organ tanaman oleh serangan patogen dan hama.

2. Terkait stadia tanaman, pada periode bera, larva penggerek batang berada di dalam singgang dan
adakalanya singgang terinfeksi virus tungro, dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Di
dalam jerami bisa juga terdapat sklerotia dari beberapa penyakit jamur. Tikus bisa berada di tengah-
tengah tanaman lain atau berada di tanggul irigasi. Pada lahan yang cukup basah, keong mas juga dapat
ditemukan. Semua hama dan penyakit pada saat bera bisa menjadi sumber hama dan penyakit pada
pertanaman berikutnya.

3. Perilaku serangga yang berperan sebagai hama tanaman tidak terlepas dari kerusakan yang
ditimbulkannya pada tanaman itu sendiri. Kerusakan yang ditimbulkan tersebut berkaitan erat dengan
bentuk alat mulut yang dimilikinya. Jenis atau bentuk alat mulut serangga akan menentukan jenis
makanan dan macam kerusakan yang ditimbulkannya. Maka dengan demikian kita sangat perlu
mengetahui tipe metamorfosis pada pada serangga dan tipe alat mulut serangga tersebut demi
mengurangi resiko kerusakan yang ditimbulkannya pada tanaman itu sendiri.

4. Biekologi Tikus Sawah

Tikus sawah digolongkan dalam kelas Vertebrata (bertulang belakang), ordo Rodentia (hewan pengerat),
famili Muridae, dan genus Rattus. Tubuh bagian dorsal/ punggung berwarna coklat kekuningan dengan
bercak-bercak hitam di rambut-rambutnya, sehingga secara keseluruhan tampak berwarna abu-abu.
Bagian ventral/perut berwarna putih keperakan atau putih keabu-abuan. Permukaan atas kaki seperti
warna badan, sedangkan permukaan bawah dan ekornya berwarna coklat tua. Tikus betina memiliki 12
puting susu (6 pasang), dengan susunan 1 pasang pada pektoral, 2 pasang pada postaxial, 1 pasang pada
abdomen, dan 2 pasang pada inguinal. Pada tikus muda/predewasa terdapat rumbai rambut berwarna
jingga di bagian depan telinga. Ekor tikus sawah biasanya lebih pendek daripada panjang kepala-badan
dan moncongnya berbentuk tumpul.

Pengendalian :

Pengendalian tikus dilakukan dengan pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus Terpadu) yaitu
pendekatan pengendalian yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara
dini, intensif dan terus menerus dengan memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan
tepat waktu. Kegiatan pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam.

a Spodoptera litura, atau dikenal sebagai cacing tambang tembakau atau cottonworm, adalah ngengat
nokturnal dalam keluarga Noctuidae. S. litura adalah hama polifagus serius di Asia, Oseania, dan anak
benua India yang pertama kali dijelaskan oleh Johan Christian Fabricius pada tahun 1775.

Tipe :

Litura digolongkan ke dalam ordo Lepidoptera, famili Noctuidae. Hama ini termasuk ke dalam jenis
serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang terdiri dari 4 stadia hidup, yaitu telur, larva,
pupa, dan imago.

b. Walang sangit (Leptocorisa oratorius Fabricius, (Hemiptera:Alydidae); syn. Leptocorisa acuta) adalah
serangga yang menjadi hama penting pada tanaman budidaya, terutama padi. Di Indonesia, serangga ini
disebut: kungkang (Sunda), pianggang (Sumatera), dan tenang (Madura).

Tipe :

Walang sangit mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur,
nimfa dan imago. Walang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan
lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. ... Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan
tidak bersayap.

6. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bidang Pertanian, diharapkan mampu menjawab
tantangan adanya dampak perubahan iklim serta keterbatasan sumberdaya manusia ditengah
kebutuhan pangan yang terus berkembang termasuk di dalamnya upaya peningkatan produktivitas
tanaman pangan dengan pengendalian OPT ramah lingkungan.

Oleh Karena itu kita juga perlu memperhatikan agroekosistem untuk menghasilkan Kebermanfaatan
dalam penerapan pengendalian OPT yang ramah lingkungan dapat meningkatkan produktivitas
tanaman, keamanan petani dan konsumen, kelestarian lingkungan dengan adanya keseimbangan
ekosistem serta meminimalkan biaya produksi karena berkurangnya penggunaan pestisida/insektisida.
Penggunaan organisme hidup seperti ketersediaan musuh alami di alam diharapkan dapat menurunkan
ketergantungan masyarakat dalam penggunaan pestisida kimia (Eilenberg et al., 2001) yang apabila
penggunaannya kurang bijaksana dapat menyebabkan resurgensi, resistensi, matinya musuh alami dan
pencemaran lingkungan serta meninggalkan residu yang dapat menyebabkan keracunan pada manusia.

Anda mungkin juga menyukai