net/publication/345327291
CITATION READS
1 7,439
1 author:
Abdul Sakban
University of Muhammadiyah Mataram
34 PUBLICATIONS 24 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI BUDAYA DENGAN PENDEKATAN DEEP DIALOGUE AND CRITICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP
TOLERANSI MAHASISWA View project
PENGGUNAAN P2R (PREEMTIF, PREVENTIF DAN REPRESIF) SEBAGAI ALAT KEPOLISIAN UNTUK MENYELESAIKAN KEJAHATAN CYBER BULLYING DI INDONESIA View
project
All content following this page was uploaded by Abdul Sakban on 05 November 2020.
Abdul Sakban
Sahrul
Editor :
Prof. Dr. Hj. Andi Kasmawati, M.Hum.
Prof. Dr. Heri Tahir, S.H., M.H.
Desain Cover :
Dwi Novidiantoko
Sumber :
Dwi Novidiantoko
Tata Letak :
Titis Yuliyanti
Proofreader :
Titis Yuliyanti
Ukuran :
x, 103 hlm, Uk: 15.5x23 cm
ISBN :
978-623-209-906-7
Cetakan Pertama :
Agustus 2019
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
PENGANTAR
v
mencegah cyber bullying. Buku ini juga sebagai masukkan kepada
pemerintah dan DPR yang dalam Program Legislasi Nasional 2015-
2019 berencana menyusun suatu RUU bertujuan untuk
memperkuat kerukunan umat beragama, beretnis dan bersuku.
Buku ini juga ditujukan bagi masyarakat luas yang akan turut serta
dalam advokasi penghapusan diskriminasi agama, etnis dan suku.
Akhir kata, sebagai dokumen yang hidup dan terus
berproses, naskah ini akan terus disempurnakan hingga RUU yang
kondusif bagi kemajuan hak asasi manusia dapat terwujud.
Penyajian buku ini dalam bentuk buku semata-mata untuk
memudahkan akses dan penyebaran, bukan berarti tanda
kesempurnaan.
vi
DAFTAR ISI
PENGANTAR ...................................................................................... v
vii
Menggunakan P2R (Pre-emtif, Preventif dan
Represif).............................................................................. 50
LAMPIRAN ........................................................................................ 75
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
x
BAB I
KEJAHATAN CYBER
B. Pengertian Crime
Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan.
Secara yuridis, kejahatan berarti segala tingkah laku manusia yang
dapat dipidana yang diatur dalam hukum pidana. Dari segi apa pun
dibicarakan suatu kejahatan perlu diketahui bahwa kejahatan bersifat
relatif. Dalam kaitan dengan sifat relatifnya kejahatan, G. Peter
Hoefnagels menulis sebagai berikut;
“We have seen that concept of crime is highly realtive on common
parlence. The use of term “crime” in respect of the same behavior
differs from moment to moment (time), from group to group
(place) and from context to (situation). (Wolfgang, Savitz, &
Johnston, 1970)”
Kejahatan mengandung konotasi tertentu, merupakan suatu
pengertian dan penamaan yang relatif, mengandung variabilitas dan
dinamik serta bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku (baik
aktif maupun pasif), yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau
minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan anti sosial, suatu
perkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang
hidup dalam masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu (Sahetapy &
Reksodiputro, 1982).
Edwin H. Sutherland dalam bukunya Principles of Criminology
menyebutkan bahwa tujuh unsur kejahatan yang saling bergantung
dan saling mempengaruhi, suatu perbuatan tidak akan disebut
E. Internet Harassment
Terlihat jelas tidak adanya Laporan Kejahatan Internet 2011
adalah insiden cyber harassment, cyber bullying, dan cyber stalking,
(Smith et al., 2008) secara kolektif mengacu sebagai pelanggaran
pelecehan internet. Cyber bullying dan stalk telah menjadi acara rutin
yang membutuhkan perhatian investigasi yang signifikan. Cyber
bullying memiliki menjadi signifikan secara umum karena jumlah
remaja yang telah berkomitmen bunuh diri atas pelecehan dan
komentar Internet yang di-posting online tentang mereka. Baum,
Catalano, Rand, dan Rose (2009) mencatat bahwa sekitar 3,4 juta
orang mengintai setiap tahun dan satu dari empat korban melaporkan
bahwa pelanggaran itu mencakup cyber stalking bertindak. Penegakan
hukum memperkirakan bahwa komunikasi elektronik adalah factor di
20? 40% dari semua kasus mengintai (National Conference of State
Legislatures, 2009). Korban Cyber stalking melaporkan bahwa 83%
tindakan yang dilakukan adalah melalui email dan 35% melalui pesan
instan (Baum et al., 2009).
Subtipe mereka gagal untuk mencatat itu cyber stalking dapat
melibatkan komunikasi Internet, seperti mem-posting ke situs web,
atau Internet sebagai alat penelitian, seperti pada korban atau untuk
teknik / alat. Ini kriminalitas, bersama dengan cyber harassment dan
cyber bullying secara kolektif disebut sebagai pelecehan internet
(Slonje & Smith, 2008) dalam. Tindakan-tindakan ini didefinisikan
sebagai berikut:
(a) Cyber stalking adalah penggunaan berulang dari Internet, email,
atau digital terkait perangkat komunikasi elektronik untuk
Groups or governments
Groups working with
working with advance
some structure, but
preparation with
little forethought or
specific targets and
preparation
objectives
7) Aggression (Penyerangan)
Agresi secara luas didefinisikan sebagai perilaku yang diarahkan
pada orang lain dilakukan dengan niat untuk menimbulkan bahaya
dan dengan pemahaman bahwa perilaku akan membahayakan korban
(Baron & Richardson, 1994; Berkowitz, 1993; Bushman & Anderson,
2001; Geen, 2001). Demikian juga, kerusakan tidak disengaja tidak
dianggap sebagai agresi karena tidak ada niat. Contohnya adalah rasa
sakit saat disuntikkan dengan zat yang dimaksudkan untuk
menyembuhkan penyakit, seperti menerima insulin subkutan
suntikan; rasa sakit bukanlah niat, niat adalah tujuan yang lebih tinggi
8) Harassment (Pelecehan)
Istilah bullying, agresi, dan pelecehan sering digunakan secara
bergantian, tetapi mereka dapat dibedakan berdasarkan hukum dan
definisi (Mason, 2002). Meskipun diterima secara luas sebagai istilah
untuk menunjukkan gangguan atau pengulangan yang agresif atau
berulang-ulang perilaku, pelecehan mengacu pada perlakuan yang
ofensif dan diskriminatif terhadap satu orang oleh orang lain
berdasarkan karakteristik pribadi korban seperti usia, ras, agama,
orientasi seksual, cacat, atau jenis kelamin dan sanksi berdasarkan
undang-undang tentang anti diskriminasi dan kesempatan yang setara
(Earle & Madek, 1993). Pelecehan, oleh karena itu, lebih tepat
ditempatkan, untuk tujuan mengidentifikasi acara TC sebagai bagian
dari perilaku ini lebih tepat ditempatkan dalam diskusi tipologi
daripada fitur utama dari definisi menyeluruh.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, mengusulkan sebuah
istilah untuk fenomena yang secara luas diberi label sebagai cyber
bullying, agresi online, atau pelecehan internet merupakan tantangan
karena sifatnya yang lincah dan sifat volatil dari teknologi TC dan
variabilitas dan inkonsistensi oleh yang menyajikan fenomena
(Calvete et al., 2010; Låftman et al., 2013; Sabellaa et al., 2013).
Selanjutnya, penulis berpendapat bahwa ada dua kebutuhan yang
berlaku itu membutuhkan istilah yang singkat dan pragmatis; yang
pertama adalah memungkinkan orang tua, pengasuh, pendidik, dokter,
korban, dan pelanggar untuk mengenali pola perilaku TC untuk
mengintervensi, menangkap, dan mengobati. Tujuan kedua adalah
untuk memenuhi persyaratan pidana sistem peradilan (CJS), yang
300%
250%
200%
150%
100% Tahun 2018
50% Tahun 2017
0% Tahun 2016
140%
120%
100%
80%
60%
Tahun 2018
40%
20% Tahun 2017
0% Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2016
ujaran kebencian
Tahun 2018
pengancaman
NTB
Tahun 2017
asusila
Tahun 2016 Penghinaan
Tahun 2018 pencemaran
Bali
Tahun 2016
Gambar 11: Kasus Cyber Bullying untuk 3 (tiga) Provinsi yaitu Bali
NTB dan Sulawesi Selatan
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4843) diubah sebagai berikut:
1. Di antara angka 6 dan angka 7 Pasal 1
disisipkan 1 (satu) angka, yakni angka 6a
sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Informasi Elektronik adalah satu atau
sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,
peta, rancangan, foto, Electronic Data
Interchange (EDI), surat elektronik (electronic
Pasal II
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 25 November 2016
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 November 2016
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H. LAOLY
I. UMUM
Bahwa kemerdekaan menyatakan pikiran dan kebebasan
berpendapat serta hak memperoleh informasi melalui penggunaan
dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ditujukan untuk
memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan
bangsa serta memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum
bagi pengguna dan penyelenggara sistem elektronik.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
hak dan kebebasan melalui penggunaan dan pemanfaatan Teknologi
Informasi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah undang-undang pertama di
bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai produk
yang sangat dibutuhkan dan telah menjadi pionir yang meletakkan
dasar pengaturan di bidang pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Transaksi Elektronik. Akan tetapi, dalam kenyataannya, perjalanan
implementasi dari UU ITE mengalami persoalan-persoalan.
Pertama, terhadap Undang-Undang ini telah diajukan beberapa
kali uji materiil di Mahkamah Konstitusi dengan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008, Nomor 2/PUU-VII/2009, Nomor
5/PUU-VIII/2010, dan Nomor 20/PUU-XIV/2016.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Angka 7
Pasal 43
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu” adalah Pejabat Pegawai
Negeri Sipil kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang komunikasi dan informatika yang telah
Penulis 1
Abdul Sakban, S.Pd., M.Pd. Lahir di Desa ujung timur pulau
Sumbawa tepatnya tanggal 24 April 1984 di Desa Nunggi Kecamatan
Wera Kabupaten Bima. Saya dilahirkan dari keluarga sederhana yaitu
Ayahanda tercinta H. Zainudin M. Tayeb (Alm) dan Ibunda Hj. Fatimah
Idris. Anak ketujuh dari tujuh bersaudara. Pendidikan: Sekolah Dasar
Inpres Nunggi (1991-1996) di Bima, Sekolah Menengah Pertama
Negeri 3 Wera (1997-1999) di Bima, Madrasyah Aliyah Negeri 2 Bima
(1999-2002) di Kota Bima. Sarjana pendidikan (S1) di Universitas
Muhammadiyah Mataram (2006-2011) di Kota Mataram Nusa
Tenggara Barat, kemudian melanjutkan pendidikan magister (S2) di
Universitas Negeri Makassar (2013-2015) di bidang Ilmu Pengetahuan
Sosial konsentrasi Pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan.
Riwayat Pekerjaan: Sekretaris Program Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Universitas Muhammadiyah
Mataram (2016-2019); Bendahara Umum di Pemuda Muhammadiyah
Kota Mataram (2015-2019); Mata Kuliah yang Diampu: Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, Antropologi Budaya, Dasar-
Dasar Konsep PKn, Geopolitik, dan Wawasan Nusantara, Pengantar
IPS; Pengurus Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Indonesia Wilayah Daerah Nusa Tenggara Barat
Periode 2015-2020.
Karya Ilmiah yang Pernah Dipublikasikan: (1) Pembentukan
Persepsi Masyarakat Terhadap Kredibilitas Partai Politik dan Anggota
DPRD Berdasarkan Kinerjanya Pasca Terpilihnya Kepala Daerah di
Kabupaten Bima. (2) Penerapan pendekatan deep dialog and critical
thinking terhadap penguasaan konsep siswa pada pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan tahun. (3) Analisis Korelasi
Kepemimpinan Kepala Sekolah Kinerja Guru dan Motivasi Siswa di
SMA Negeri 1 Labuapi. (4) Perubahan Sosial Terhadap Pengguna
Penulis 2
Sahrul, S.H., M.H. lahir di Dompu, 31 Desember 1981, Alamat
tinggal sekarang di Jalan Pariwisata Kapek Atas RT/RW 01/01 Desa
Gunungsari Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat.
Pendidikan: Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Mataram (2003-2005), Magister (S2) di
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Mataram (2010-2012).
Publikasi karya ilmiah: Upaya Hukum Bank Dalam Mengatasi
Kredit Macet Pada Kredit Usaha Pedesaan Dengan Jaminan Fidusia
(Media Hukum FH UMMat); Tinjauan Yuridis Perbandingan Akad
Rahan Emas di Pegadaen Syariah Dengan Perjanjian Gadai Emas di
Pegadaian Konvensional (Media Hukum FH UMMat). Jabatan: Wakil
Dekan 2 FH Universitas Muhammadiyah Mataram, Direktur Satgas
Advokasi Pemuda Muhammadiyah Nusa Tenggara Barat.