Anda di halaman 1dari 5

3. Kapan mulai diterapkan aturan/kesepakatan apa saja yang diberlakukan?

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2015 tentang


Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP RI, 2015), Direktorat Jenderal PSDKP mempunyai
tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Dalam melaksanakan
tugas dimaksud, Direktorat Jenderal PSDKP menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan pengawasan penangkapan


ikan, pengawasan usaha budidaya, pengawasan penguatan daya saing produk
kelautan dan perikanan, pengawasan pengelolaan ruang laut, penyelenggaraan
operasi kapal pengawas, dan pemantauan dan peningkatan infrastruktur
sumber daya kelautan dan perikanan, serta penanganan tindak pidana kelautan
dan perikanan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pengawasan penangkapan
ikan, pengawasan usaha budidaya, pengawasan penguatan daya saing produk
kelautan dan perikanan, pengawasan pengelilaan ruang laut, penyelenggaraan
operasi kapal pengawas, dan pemantauan dan peningkatan infrastruktur
sumber daya kelautan dan perikanan, serta penanganan tindak pidana kelautan
dan perikanan;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan
pengawasan penangkapan ikan, pengawasan usaha budidaya, pengawasan
penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan, pengawasan pengelilaan
ruang laut, penyelenggaraan operasi kapal pengawas, dan pemantauan dan
peningkatan infrastruktur sumber daya kelautan dan perikanan, serta
penanganan tindak pidana kelautan dan perikanan;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan
pengawasan penangkapan ikan, pengawasan usaha budidaya, pengawasan
penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan, pengawasan pengelilaan
ruang laut, penyelenggaraan operasi kapal pengawas, dan pemantauan dan
peningkatan infrastruktur sumber daya kelautan dan perikanan, serta
penanganan tindak pidana kelautan dan perikanan;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan pengawasan
penangkapan ikan, pengawasan usaha budidaya, pengawasan penguatan daya
saing produk kelautan dan perikanan, pengawasan pengelilaan ruang laut,
penyelenggaraan operasi kapal pengawas, dan pemantauan dan peningkatan
infrastruktur sumber daya kelautan dan perikanan, serta penanganan tindak
pidana kelautan dan perikanan;
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh menteri.
4. Siapa saja yang harus mematuhi aturan tersebut dan apa saja yang mempengaruhi
dan dipengaruhi pelaksanaan aturan tersebut?

Pada artikel Pancawati et al., (2015) yang berjudul “Pengembangan Kawasan


Minapolitan (Studi Kasus: Pelabuhan Perikanan Cilacap)”. Kabupaten Cilacap
memiliki potensi perikanan budi daya dan perikanan tangkap yang sangat besar,
namun berbanding terbalik dengan pemanfaatan potensi perikanan di Kabupaten
Cilacap yang hingga saat ini belum berkembang secara optimal. Kondisi kualitas
sumber daya manusia dan sarana penangkapan yang masih belum memadai menjadi
penyebab kurang optimalnya pengembangan perikanan. Pengembangan kawasan
minapolitan di tingkat daerah harus mengacu pada kebijakan pusat agar terintegrasi
dengan wilayah sekitar, sehingga pemerintah daerah juga perlu menyusun peraturan.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 12 Tahun 2010 menyatakan kawasan
minapolitan konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis
kawasan berdasarkan prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan.

1. Lembaga pemerintah

Lembaga pemerintah daerah yang terkait langsung dengan kegiatan perikanan


tangkap adalah Dinas Kelautan, Perikanan, dan Pengelola Sumber Daya Kawasan
Segara Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap dan Pelabuhan Perikanan
Samudera Cilacap. Fungsi lembaga pemerintah ini adalah untuk menghubungkan
antara pihak pemerintah dan pihak nelayan sebagai Pembina dalam penyuluhan dan
pelatihan sumber daya manusia bagi Kelompok Usaha Bersama Nelayan.

2. HNSI cabang Cilacap

Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) merupakan organisasi profesi


yang menghimpun para nelayan. Keberadaan HNSI juga berperan dalam membantu
mengatasi masalah yang dihadapi para nelayan, salah satunya yaitu ketika terjadi
konflik atau persengketaan.
3. KUD Mino Saroyo

Status KUD Mino Saroyo adalah KUD Tingkat Primer beranggotakan


Nelayan yang berkedudukan di Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap Selatan,
Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. KUD Mino Saroyo membawahi delapan
kelompok nelayan/TPI. KUD Mino Saroyo juga mempunyai beberapa unit usaha,
baik simpan pinjam, permodalan, maupun unit usaha yang menyediakan peralatan
perikanan maupun kebutuhan sehari-hari bagi nelayan.

4. KUB

Kelompok Usaha Bersama Nelayan merupakan wadah bagi para nelayan


untuk memperoleh informasi perikanan baik antarsesama KUB maupun dari
pemerintah daerah. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk mempermudah
dalam mengatasi permasalahan terkait kegiatan perikanan tangkap. KUB merupakan
kelompok nelayan yang terdiri dari 10 orang.

Pemerintah daerah perlu mendesain pelaku usaha perikanan memiliki usaha yang
efektif dan efisien, baik pada subsistem hulu sampai hilir. Berbagai materi mengenai
penangkaran benih, teknis budi daya, pengendalian organisme penggangu, pembuatan
sarana produksi, pengolahan dan pemasaran perlu secara rutin diberikan kepada
pelaku usaha perikanan. Pengusaha perikanan juga perlu diberikan pengetahuan
mengenai dampak perubahan iklim yang terlihat pada intensitas serangan organisme
pengganggu yang meningkat, banjir, kekeringan dan lainnya. Pemerintah Kabupaten
Cilacap harus segera mengadakan mitigasi perubahan iklim dengan melakukan
kolaborasi riset untuk dapat memberikan informasi dan strategi mengatasi efek
perubahan iklim terhadap perikanan. Bahkan, apabila diperlukan pelaku usaha
perikanan perlu diberikan kesempatan studi banding atau magang untuk memperluas
wawasannya dalam pengelolaan usaha perikanan.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI 2014. Peraturan Menteri Kelautan dan


Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan. KKP RI. Jakarta.

Pancawati, Y. D. 2015. Pengembangan Kawasan Minapolitan (Studi Kasus:


Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap). Jurnal Pembangunan Wilayah dan
Kota. 11(3): 365-376.

Anda mungkin juga menyukai