DOSEN PENGAMPU :
1. Ir. INDRIYANI, M. P.
2. DIAN WULANSARI, S. TP, M. Si
ASISTEN DOSEN :
1. DINDA SABELLA RAMADHANTI (J1A119042)
2. DESY SANDOWSI (J1A119047)
ANGGOTA KELOMPOK 3 :
1. RAHAYU SETIANINGSIH (D1C021033)
2. MARIANTO PASARIBU (D1C021039)
3. FITRIANI SABILA (D1C021041)
4. RENO RENALDI (D1C021058)
KELAS/SHIFT :
R-001/01
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Akhir Praktikum “Pengemasan
dan Penyimpanan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Praktikum “Pengemasan dan Penyimpanan”. Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Praktikum “Pengemasan dan Penyimpanan” di kehidupan
sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Indriyani, M.P. dan
Ibu Dian Wulansari, S.TP, M.Si, selaku Dosen pengampu pada mata kuliah ini yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini.
Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11
STRUKTUR KEMASAN.......................................................................................................... 1
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11
viii
5.2 Saran ....................................................................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 11
xi
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
“BAHAN ANTI GETAR DAN BAHAN PENGISI”
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengemasan adalah teknologi, untuk mewadahi atau melindungi produk selama
distribusi, penyimpanan, penjualan dan pemakaian. Pengemasan dapat diuraikan sebagai
sistem terkoordinasi, meliputi penyiapan yang baik untuk transporpasi, pengudangan,
logistic dan penjualan sampai ke konsumen. Pengemasan berfungsi untuk membungkus
(berhubungan dengan produk), melindungi (kualitas, keamanan dan keseragaman), sarana
informasi (grafic dai label) dan manfaat kegiatan atau kemudahannya. Pengemasan
dimaksud untuk menjaga makanan dari kerusakan, kontaminas, dan memperpanjang
umur simpan (Rodriguez, 2008).
Kemasan adalah segela material yang digunakan untuk mengemas suatu benda atau
produk agar dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan baik. Defenisi kemasan
menurut UU NO.7 tahun (1997) tentang pangan yaitu bahan yang digunakan untuk
mewadahi atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung dengan pangan
maupun tidak.. Fungsi dasar dari kemasan adalah mempertahankan dan melindungi isi
produk serta menjadi representasi dari sebuah produk yang ada didalamnya. Seiring pola
perubahan perilaku konsumen yang memandang memanfaatkan kemasan, fungsi kemasan
berkembang menjadi kompleks, kemasan modern harus berfungsi sebagai bagian dari
daya saing pasar dan pedang keran yang semakin meningkat. Kemasan makanan meliputi
logam, kertas. plastik, terikayu, kain goni (Emanauli, 2013)
Untuk mengurangi kerusakan akibat getaran selama transportasi dapat digunakan
bahan anti getar, contohnya Styrofoam, egg tray, karton gelombang dan foamnet. Bahan
kemas Sangat bervarias serta teknologi pengemasan yang semakin canggih dapat
diaplikasikan pada semua bahan atan produk yang akan dikemas sesuai dengan
karakteristik bahan atau, produk yang akan dikemas (Prajawati, 2006).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemasan
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah
atau tempat dan dapat memberikan perindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya
kemasan dapat membantu mencegah kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya
dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan benturan den getaran. Dari segi
promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli (satuhu. 2004).
Beberapa sifat kemasan yang diinginkan selama distribusi adalah yang sesuai
dengan sifat produk yang akan dikemas, mempunyai kekuatan yang cukup untuk
bertahan dari resiko kerusakan selama pengangkutan dan penyimpanan memiliki ventilasi
yang cukup harus terjamin sanitasi dan kebersihan kemasan menyediakan informasi dan
identitas produk (Paine, 2002).
Perencanaan kemasan selama pengangkutan ditunjukkan untuk meredam
goncangan dalam perjalanan yang dapat mengakibatkan kememaran dan penurunan
mutu. Faktor perlu diperhatikan dalam pemilihan kemasan yaitu jenis, sifat, tekstur dan
dimensi bahan (Purwadaria, 2009) .
3
Piringan telur merupakan kemasan untuk produksi industry biologi, yaitu telur
yang dihasilkan oleh ungags (Kurnianingsih. 2013).
2.2.3 Bubble Wrap
Bubble wrap adalah suatu alat Pelindung yang dapat digunakan untuk
membungkus sekaligus membungkus suatu barang dan benturan atau tekanan.
Bubble wrap sangat banyak jumlahnya.
2.2.4 Foam Net
Foam net adarah pembungkus berbagai macam buah terbuat dari bahan
sintesis yang berfungsi sebagai bantalan agar buah dapat terlindungi dari
guncangan sehingga dapat melindungi buah dan kerusakannya.
2.2.5 Kardus
Kardus merupakan material yang disejeniskan diantara ruang berat sama,
meskipun jenis barang abu abrasi ruang. Dimana bahan pembantu yang bisa
digunakan dengan pengemasan sayur dan buah yang menggunakan keranjang dan
peti.
4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan bahan anti getar dan bahan pengisi
NO NAMA JENIS GAMBAR KEGUNAAN
1. Egg tray Bahan anti Untuk tempat menata telur,
getar sehingga telur menjadi rapid
an dapat dikemas dalam
jumlah banyak tanpa
mengalami kerusakan
2. Kardus Bahan anti Melindungi produk dari
getar bantingan atau benturan dan
gesekan pada saat produk
dalam transportasi.
6
6. Sekam Bahan Digunakan untuk melindungi
padi pengisi bagian dalam pada produk saat
proses pengemasan.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum pengemasan anti getar dan bahan pengisi kali ini akan
membahas dimana, ada 8 bahan baik bahan anti getar maupun bahan pengisi yang
sudah dipelajari dan didiskusikan bahkan sudah di presentasikan. Delapan bahan
tersebut antara lain, yaitu: Esg tray, Kardus, Styrofoam, Bubble Wrap, Serbuk kayu,
Sekam Padi, Kertas Sobek dan Daun Kering. Nah, sebulam itu kita harus membahas
apa itu bahan anti getar dan bahan pengisi.
Bahan anti getar adalah bahan kemasan yang berfungsi sebagai pelindung
pangan atau kemasan yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya getaran. Sedangkan
Bahan pengisi yaitu bahan yang mampu untuk mengisi ruang kosong pada kemasan
sehingga tidak terjadi gesekan maupun benturan.
Untuk bahan anti getar memiliki contoh yaitu Egg tray, Kardus, Styrofoam dan
Bubble wrap yang mana bahan anti getar ini memiliki kegunamn yang hampir sama.
Pada egy tray berfungsi untuk tempat menata telur sehingga telur menjadi rapi dan
dapat dikemas dalam jumlah banyak tanpa mengalami kerusakan. Pada kardus
memiliki fungsi yaitu melindung produk dari bantingan pada saat produk dalam
transportasi. Pada Styrofoam berfungsi untuk penahanan tekanan luar sekaligus juga
bisa untuk meredam getaran dan benda-benda yang dilindunginya, dan untuk bubble
7
wrap berfungsi untuk membungkus sekaligus melindungi suatu produk dari benturan
dan tekanan.
Selanjutnya untuk bahan pengisi memiliki contoh yaitu: Serbuk kayu, Sekam
padi, Kertas sobek dan Daun kering. Pada Serbuk kayu memiliki fungsi untuk bahan
pengisi yang sering digunakan pada transportasi ulang hidup tanpa air, pada sekam
padi berguna untuk melindungi bagian dalam pada produk pada saat proses
pengemasan, Pada Kertas sobek digunakan sebagai bahan pengisi yang melindungi
produk agar tidak terguncang dan rusak dan untuk Daun kering digunakan untuk
mengisi ruang kosong pada kemasan menjaga produk dari kerusakan agar tidak terjadi
gesekan.
Sifat kemasan yang diinginkan selama distribusi adalah yang sesuai dengan
sifat produk yang akan dikemas mempunyai kekuatan yang cukup untuk bertahan dari
resikokerusakan selama pengangkutan dan penyimpanan memiliki ventilasi yang
cukup harus terjamin sanitasi identitas produk (Paine, 2002).
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu bahan anti getar dan bahan pengisi
merupakan salah satu kemasan yang memiliki peran atau fungsi yang berbeda. Kemasan
yang tergolong dalam bahan pengis, yaitu Sekam Padi, Kertas, Serbuk kayu dan Daun
kering. Sedangkan kemasan yang tergolong pada bahan anti getar yaitu Egg tray,
Styrofoam, Kardus. Dengan adanya bahan. anti getar dan bahan pengisi maka dapat
melindungi bahan pangan yang dikemas terhadap kontaminasi mikroorganisme dan
kerusakan fisik seperti guncangan dan benturan.
5.2 Saran
Saat pengamatan bahan anti getar dan bahan pengisi sebaiknya dicari terlebih
dahulu literatur tentang bahan agar mudah dipahami setiap fungsi dan kegunaannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah. (2010). Analisis Sikap Mekanis Komplosit Core Serbuk Kayu Jati. Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
Emanauli. (2013). Teknologi Pengemasan dan Penyimpanan. Fakultas Teknologi Petanian.
Universitas Jambi.
Kurnianingsih. (2013). Kelayakan Usaha Pembuatan Produk Kemasan Telur dari Kertas
Limbah di Sumatera Barat. Penelitiaan Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Vol 10, NO 3.
Licky, dkk. (2002). Migration Of Syrene Foam Polysyrene Foam. Contact Article, Food
Chem Toxic.
Paine. I. A., dan H. Y. Paine. (2002). A Handbook Of Food Packaging Leonard Hill. London.
UK.
Prajawati. (2006). Pengaruh Kemasan dan Goncangan Terhadap Mutu Plastik Selama
Transportasi. Fakultas Pertanian. IPB.
Prasetyo, L. (2015). Abu Sekam Sebagai Material Untuk Meningkatkan Kuat Tekan Beton.
Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.
Purwadaria, H. K. (2009). Sistem Pengangkutan Buah – buahan dan Sayuran. IPB. Bogor.
Rodriguez. (2008). Mengidentifikasi Bahan Kemasan. Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Satuhu, S. (2004). Penanganan Manggis Seger Untuk Ekspor, Swadaya, Jakarta.
10
LAMPIRAN
11
Gambar 7. Daun kering Gambar 8. Kertas sobek
12
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
“STRUKTUR KEMASAN”
13
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latang balakang
Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang
dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan
yang dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di
dalamnya dan pencemaran serta ganguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari
segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan
kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk tujuan
pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan gelombang karton
(Mimi Nurminah, 2002)
Teknologi Pengemasan berkembang pesat sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban manusia. Revolusi industri yang telah mengubah tatanan
hidup manusia kearah kehidupan yang lebih modern, telah pula mengubah teknologi
kemasan hingga mencakup aspek perlindungan pangan (muta, nutrisi, cita rasa,
kontaminasi dan penyebab kerusakan pangan) dan aspek pemasaran (mempertahankan
mutu, memperbaiki tampilan, indentifikasi produk, informasi komposisi dan promosi)
(Dewi Anggriani, 2010).
Pada saat ini, jenis-jenis kemasan yang sering digunakan tidak terlalu berbeda dengan
jenis-jenis kemasan pada masa Iampau. Namun perkembangan pengemasan memang
dirasakan cukup pesat dan kegunaanya semakin terasa dan diperlukan. Bentuk kemasan
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan produk - produk hasil olahan
yang bervariasi (Herudiyanto, 2008).
14
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemasan
Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material,
warna, citra, tipografi dan elemen- elemen desain dengan informasi produk agar produk
dapat di pasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim,
mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membendakan sebuah produk di pasar
(Klimchuk dan Krasovec, 2006).
Menurut Kotler & Keller (2009), pengemasan adalah kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas
merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi
utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang menjadi faktor yang
cukup penting sebagai alat pemasaran.
15
6. Kemasan karung dan kayu, digunakan sebagai kemasan primer dan sekunder,
perkembangan kemasannya relative stabil.
16
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum pengemasan struktur kemasan ini dilaksanakan pada hari Senin, 27
Februari 2023, pukul 08:00 – 09:40 WIB. Bertempat dilaboratorium Pengolahan, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan struktur pengemasan
NO Nama Jenis Struktur Frekuensi Gambar Produk Keterangan
Produk Kemasan Kemasan Kemasan
1. Plastik Primer Sekali Melindungi
pakai produk secara
langsung. Kuat
dan tahhan air.
18
2. Plastik Primer Kemasan Melindungi
sekali produk dari
pakai kontaminasi
udara.
19
4. Plastik Primer Sekali Tahan air,
pakai ringan, kuat,
meeenjaga
produk dari
kontaminasi.
Plastik Sekunder Digunakan Kuat, tahan
Permen berulang lama,
kiss melindungi
kemasan
primer.
2.5 Pembahasan
Dari hasil praktikum tentang struktur kemasan, kemasan terbagi menjadi 3
strukturkKemasan yaitu kemasan primer, sekunder dan tersier serta membahas jenis dan
frekuensi kemasan.
Dalam tabel hasil dibahas tentang struktur, jenis dan frekuensi kemasan. Pada
praktikum ini ada 4 produk yang digunakan yaitu: Snack Hello Panda, Choki-choki, Teh
Cup Surya dan Permen kiss.
Pada produk Snack Hallo Panda yaitu pada struktur kemasan primernya memiliki
jenis kemasan plastik dengan frekuensi sekali pakai (disposible) yang berfungsi
melindung langsung produk dari kontaminasi. Pada struktur kemasan sekunder terhadap
produk “Hello Panda" memiliki jenis kemasan yaitu karton tipis dengan frekuensi
kemasan digunakan berulang (Mustitip) yang berfungsi untuk melindung kemasan
primer. Dan pada kemasan dengan struktur tersier terhadap produk “Hello Panda”
memiliki jenis kemasan yaitu karton dengan frekuensi kemasan yang tidak dibuang
(semi disposibu) yang berfungsi untuk memudahkan transportasi.
Pada Produk choki - choki yang memiliki struktur kemasan, yaitu primer memilik
jenis kemasan plastik dengan frekuensi kemasan yaitu sekali pakai (disposible) yang
20
bergungsi untuk melindungi langsung produk dari kontininasi. Pada struktur kemasan
Sekundernya memiliki jenis kemasan yaitu plastik dengan frekuensi kemasan sekali
pakai (disposible) yang berfungsi untuk melindungi kemasan primer. Dan untuk struktur
kenas tersiernya memiliki jenis kemasan karton dengan frekuensi kemasan digunakan
berulang (Multi tip) dan berfungsi untuk menudahkan transportasi pada produk.
Pada Produk Teh celup dengan merek Surya memiliki struktur kemasan primer
yang memiliki jenis kemasan yaitu kertas (kraft) dengan frekuensi kemasan sekali pakai
(disposible) yaitu berfungsi membungkus produk. Pada sturktur kemasan sekundernya
memiliki jenis kemasan plastik dengan frekuensi kemasan Sekali pakai (disposible)
yang berfungsi untuk menyusun teh dengan baik. Dan pada struktur kemasan tersiernya
memiliki jenis kemasan yaitu karton tipis denga frekuensi kemasan tidak dibuang (Semi
disposible) yang berfungsi untuk mleindungi kemasan sekunder.
Pada produk permen kiss dalam struktur kemasan primer memiliki jenis kemasan
yaitu plastik dengan frekuensi sekali pakai (disposible) yang berfungsi melindungi
produk dari kontaminasi. Pada struktur kemasan sekundemya memiliki jenis kemasan
yaitu plastik dengan frekuensi kemasan digunakan berulang (multi tip) yang berfungsi
untuk melindungi kemasan primer. Dan pada struktur kemasan tersiernya memiliki jenis
kemasan yaitu karton dengan frekuensi kemasan tidak dibuang (semi disposible) yang
berfungsi untuk memudahkan dalam transportasi.
Sebuah kemasan dapat mempengaruhi sikap dan kepercayaan konsumen dalam
keputusannya untuk membeli suatu produk, karena konsumen menilai sebuah produk
pertama kali melalui kemasannya (Swastha dalam Evan Tandio, 2013).
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktikum dapat disimpulkan bahwa kemasan berperan Penting dalam
Pengolahan Produk Pangan karena kema- Sun bertujuan untuk moundung, bahan
Pangan dan Penyebab - Penyebab Kerusakan baik Fisik, kimia, biologis maupun
mekanis, sehingga dapat sampai Kx tangan konsumen dalam Readaan baik dan menarik
dave juga kemasan berfungsi untuk mewadil dan mendungi Produk dari Kerusakan
Kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan difusarkan Kemasan
diklasifikasi berdasarkan struktur bahan Kemas. Sifat kekakuan bahan kemas dan Sitat
Perlindungan terhadap ungkungan. Menggunakan Kemasan disesuaikan dengan produk
Pangan itu sendiri.
5.2 Saran
Dalam maakukan identifikasi kemasan harus lebih. tenti danam mengamati dan
mengklasifikasinya. Perhatikan baik bank Kemasan tersebut. Juga Perbanyak referensi -
инник lebih mengetahui berbagai macam jenis kemasan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Azriani, y. (2006). Pengaruh Jenis Kemasan Plastik dan Kondisi Pengemasan terhadap
Kualitas Mie Sagu Selama Penyimpanan. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dewi Anggriani, dkk. (2010). Identifikasi Kemasan Pangan. Surpervisor Jaminan Mutu
Pangan direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor 2010.
Herudiyanto, M.S. (2008). Teknologi Pengemasan Pangan. Bandung: Widya Padjadjaran.
Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. (2006). Desain Kemasan Jakarta: Erlangga.
Kotler dan Keller. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Ke 13. Jakarta: Erlangga.
Mimi, Numinah. (2002). Penelitian sifat berbagai bahan kemasan. Plastic dan kertas serta
Pengaruhnya terhadap bahan yang dikemas, Medan, USU.
Simamora, Bilson. (2007). Panduan Riset dan Perilaku Konsumen Jakarta: Gramedia.
Tandio, Evan. (2013). "Perancangan Logo dan Desain kemasan Untuk Dhisti Cookies sebagai
Cemilan dikota Solo". Skripsi. Surabaya : Universitas Kristen Petra Surabaya.
23
LAMPIRAN
24
Gambar 5. Kemasan sekunder Gambar 6. Kemasan tersier produk
produk “Permen Kiss” “Permen Kiss”
25
Gambar 11. Kemasan sekunder Gambar 12. Kemasan tersier produk
produk “The Celup Surya” “The Celup Surya”
26
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
“UJI MUTU KERTAS”
27
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi kertas di Negara Indonesia tiap tahun cenderung kian meningkat. Pada
umumnya masyarakat lebih menyukai kertas dari pada plastik atau logam yang lain untuk
berbagai keperluan sehari-hari. Penggunaan kertas ini berkaitan dengan tingkat
kemudahan mendapatkan kertas, biaya yang lebih murah serta kemudahan dalam
menggunakannya. Berbagai kemasan produk masih banayak menggunakan kertas, antara
lain produk makanan, obat-obatan, produk rumah tangga, dan lain sebagainya sehingga
masih memicu berkembangnya industri kertas di Indonesia (Antara New, 2015).
Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yang pertama sebelum
ditemukannya plastik dan aluminium foil. Saat ini kemasan kertas masih banyak
digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastic dan logam karena
harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas. Selain sebagai
kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media komunikator dan media cetak. Kelemahan
kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifatnya yang sensitive terhadap air
dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara dan lingkungan. Sifat-sifat kemasan kertas
sangat tergantung pada proses pembuatan dan juga perlakuan tambahan pada proses
pembuatannya (Anita, 2015).
28
Setiap kertas memiliki perbedaan warna, kehalusan, serat, dan lain-lain. Berbagai
karakteristik berbeda yang dimiliki kertas akan sangat mempengaruhi bahan yang
dikemasnya. Beberapa sampel kertas memiliki serat kasar yang cukup terlihat, seperti
pada kertas stensil dan kertas sampul. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya serat pulp yang
terkandung pada kertas tersebut. Pada kertas minyak memiliki warna yang berbeda-beda,
hal ini karena adanya penambahan pewarna pada pulp ketika proses pembuatannya.
Kertas tisu, kertas minyak (putih), kertas roti memiliki warna putih, disebabkan karena
adanya pelunturan warna pada kertas (Yulian, 2018).
Kertas di industri pangan pada umumnya digunakan sebagai pembungkus dan
pengemas. Kertas yang banyak digunakan yitu kertas kraft, kertas manila, kertas glassin,
kertas tahan lemak, kertas anti tonish, kertas permanen, kertas pouch, kertas tissue, kertas
krep, kertas lilin, dan kertas tahan basah. Kertas dapat digunakan sebagai kantong,
amplop, pengemas produk yang akan didistribusikan, dan mengemas produk farmasi.
Kemasan kertas digunakan karena dapat menjaga flavor pada produk pangan dan dapat
didekorasi (Rahmawati, 2013).
Proses pembuatan kertas terbagi menjadi dua bagian utama yaitu stock preparation
dan paper mhacin. Pada bagian paper mhacin terjadi berbagai proses fisika yang akan
mempengaruhi kualitas kertas hasil produksi (ATPK, 2010).
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kertas
Kertas merupakan hasil pengolahan selulosa dan merupakan bahan yang dapat
menyerap tinta. Kertas dapat digunakan sebagai media menulis, membungkus dan
mengemas suatu produk. Kertas dapat dibagi menjadi dua yaitu kertas kultural (halus) dan
kertas industry (kasar). Kertas kultural adalah kertas yang digunakan sebagai kertas tulis
dan dan kertas cetak. Kertas cetak digunakan untuk kertas putih, kertas cetak warna,
kertas gambar, dan kertas offset. Sedangkan kertas tulis banyak digunakan untuk kertas
cek, kertas buku tulis, dan kertas cetak ketikan (Rahmawati, 2013).
Kertas adalah barang yang berwujud lembaran-lembaran tipis. Yang dihasilkan
dengan kompresi serat yang berasal dari pulp yang telah mengalami pengerjaan
pengeringan, ditambah beberapa bahan tambahan yang saling menempel dan saling
menjalin, serat yang digunakan biasanya berupa serat alam yang mengandung selulosa
dan hemiselulosa. Pada umumya industry kertas dan pulp di Indonesia menggunakan serat
kayu sebagai bahan baku (Syarief, 2019).
Karakteristik kertas didasarkan pada berat atau ketebalannya. Berdasarkan berat maka
kertas dapat dinyatakan dalam berat (lb)/3000 jt2 atau yang disebut dengan rim. Di USA
30
banyaknya rim standard untuk kertas kemasan adalah 500 lembar dengan ukuran 24 x 36
inchi (61 x 91,5 cm). Di Eropa, Jepang dan negara-negara lainnya ukuran yang lebih
umum adalah grammage (g/m2) (Mimi Nurminah, 2013).
31
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum pengemasan ini dilaksanakan pada hari Senin, 13 Maret 2023, pukul 08:00
– 09 : 40 WIB. Bertempat di laboratorium Pengolahan 2, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
32
Ketahanan minyak (sama seperti ketahanan air), ketahanan lipatan, dilipat kertas sampai
kertas tidak dapat dilipat lagi.
BAB IV
4.2 Pembahasan
Pada Praktikum ini terdapat 9 jenis kertas yang akan di uji ketahanan air dan
ketahanan minyak dan yang lainnya. 9 jenis kertas tersebut adalah paper bag, kertas kopi
tisu, HVS, MAP, Surat lamaran kerja, Nnota, karton tipis, dan kardus.
Pada Paper bag didapatkan ketebalan kertasnya 0,01 mm dan formasinya berserat
dengan ketahanan minyaknya selama 2 detik dan ketahanan airnya 4 detik dan ketahanan
lipatannya tidak sobek.
Pada pengukuran ketebalan kertas digunakan jangka sorong untuk mengukur
ketebalan kertas. Dari data yang didapat ketebalan kertas jenis kertas no 1 hingga no 7
sama yaitu 0,01 mm dan pada jenis kertas no 8 dan no 9 didapatt ketebalannya yaitu 0,3
mm dan 5 mm. Perbedaan ini di pengaruhi oleh komposis dan metode Pembuatannya.
Pada pengamatan formasi kertas adalah salah satu ciri khas yang dapat ditemukan
dalam kertas. Dari hasil percobaan diproleh semua jenis yang diuji memiliki formasi yang
berserat, Dan pada kertas HVS, Surat lamaran kerja, nota dan kardus susunan seratnya
teratur.
Pengamtan ketahanan terhadap minyak adalah untuk penentuan daya serap kertas
terhadap minyak. Dan hasil percobaan di peroleh ketahanan kertas paper bag terhadap
minyak yaitu 4 detik, pada kertas kopi yaitu 2 detik, pada tisu 2 detik, pada hvs 2,63
detik, pada surat lamaran kerja 1,97 detik, pada MAP 3 detik, padab nota 4 detik, pada
karton tipis 8 detik dan pada karton 10 detik.
Pengamtan pada ketahanan air disebabkan proses pembuatannya dengan sulfat
sehingga tahan terhadap air. Dari hasil yang diperoleh ketahanan pada kertas paper bag
yaitu 17, 38 detik, pada kertas kopi 4 detik, pada tisu 1,35 detik, HVS 2,5 detik, nota 4
detik, pada karton tipis 10 detik dan pada kardus 36 detik.
Pada pengamatan kertas terhadap lipatan yaitu ketahanan kertas terhadap robek
kertas. Faktor yang mempengaruhi ketahanannya adalah jumlaah serat yang mengalami
rupture kertas.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji mutu
kertas dilakukan dengan beberapa parameter yang ketebalan kertas, formasi kertas,
ketahanan kertas terhadap air dan minyak, dan ketahanan kertas terhadap lipatan. Dan
ketiga jenis kertas terdapat bahwa jenis kertas yang memiliki daya serap air dan minyak
yang paling tinggi adalah kertas.
5.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
Anita Natalie. (2015). Laporan Pengemasan dan Penyimpanan Ketahanan Kertas Terhadap
Minyak. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Udayana
Antara New. (2015). Pulp and Paper. Chemistry and Chemical Technology. Vol 1 dan III
edisi 3. New York
ATPK. (2010). Diklat Kuliah ATPK. Bandung. ATPK Press
Mimi Nurminah. (2013). Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas Serta
Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. Universitas Sumatera Utara. Medan
Rahmawati. (2013). Pengemasan dan Pelabelan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
Syaftyningsih. (2012). Penelitian Dampak Substitusi Kertas Linier Oleh Kertas Medium Pada
Karton Gelembung. Bandung. BBPK
Syarief. (2019). Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU
Pangan dan Gizi, IPB, Bandung. Jawa Barat
TAAPI. (2007). TAAPI Test Method Atlanta: TAAPI Press
Yulian. (2018). Skripsi Pembuatan dan Karakteristik Kertas Eceng Gondok. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
36
LAMPIRAN
Gambar 1.
Sampel berbagai jenis kertas Gambar 2.
Minyak
Gambar 3. Gambar 4.
37
Sampel kertasdimasukan Sampel dimasukan
kedalam air kedalam minyak
Gambar 5.
Sampel kertas dimasukan
kedalam air
38
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
“UJI BAKAR PLASTIK”
39
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
40
disebabkan oleh sifat alamiah produk yang dikemas, yaitu perubahan - perubahan fisik
seperti pelunakan, pencoklatan dan pemecahan emulsi.
Plastik mempunyai keunggulan dibanding material yang lain diantaranya kuat,
ringan, fleksibel, tahan karat,tidak mudah pecah, mudah diberi warna, mudah dibentuk,
serta isolator panas dan listrik yang baik. Akan tetapi plastik yang mudah menjadi
sampah akan berdampak negatif terhadap ungkungan karena tidak dapat terurai dengan
cepat, menurunkan kesuburan tanah. Sampah plastik yang dibuang. sembarangan juga
dapat menghambat drainase.
Uji bakar plastik merupakan suatu bentuk pengujian. yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jenis polimer dari suatu plastik dengan pembakaran plastik pada
nyala api. Uji bakar plastik terdiri dari pengujian kemudahan terbakar, Kecepatan
tambat, wama nyala api, Pembentukan asap, warna asap dan bau saat terbakar. Satu
lembar contoh plastik digulung dan dibakar pada salah satu ujungnya, pengamatan
dilakukan terhadap kemudahan terbakar pada berbagai jenis plastik (Erliza, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik
Plastik merupakan salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses
polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul sederhana
melalui proses kimia menjadi molekul besar. Plastik merupakan senyawa Polimer yang
unsur penyusun utamanya adalah karbon dan hidrogen. Plastik membentuk polimer
rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak
41
unit molekul berulang, atau "monomer". Istilah plastik mencakup produk poimerasi
sintetik atau semisintetik, namun ada beberapa polimer alami yang termasuk plastic.
Plastik terbentuk dari kondensas organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri
dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Untuk membuat plastik, salah
satu bahan baku yang sering digunakan adalah Naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi atau gas alam. Sebagai gambaran, untuk membuat 1 kg
plastik memerlukan 1,75 kg minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya
maupun kebututhan energi pprosesnya (Kadir, 2012)
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu termoplastik dan
termosetting. Termoplastik merupakan jenis plastik yang bisa didaur ulang/dicetak lagi
dengan proses pemanasan ulang. Contoh: Polietile (PE), Polistiren (PS), ABS,
Polikarbonat (PC). Termosetting merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur ulang
lagi. Pemanasan ulang akan menye.babkan kerusakan molekul-molekulnya. Contoh:
resin epoksi, bakelit, resin melamin, uren formaldehida (Krisnadwi. 2012).
2.2.5 PP (Polypropylene)
Merupakan plastik polymer yang mudah di bentuk ketika panas, rumus
molekulnya adalah (-CHCH3-CH2-)n. Yang lentur, keras dan resisten terhadap
lemak.
2.2.6 Ps (Polystyrene)
adalah plastic polymer yang mudah dibentuk bila dipanaskan, rumnus
molekulnya adalah (CHC6H5-CH2-)n. Sangat kaku dalam suhu ruangan (Suharto,
2009).
43
PP 60 °C – 70 °C
PS 80 °C – 95 °C
Other 100 °C – 110 °C
Sumber : (Kadir, 2012)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 06 Maret 2023, pukul 08:00 – 09:40
WIB. Bertempat dilaboratorium Pengolahan 2, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Jambi.
44
3.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu lilin, korek api, kertas, gunting dan
cutter.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu jenis plastik antara lain; PET,
HDPE, PVC, LDPE, PP. PS dan Other.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan uji bakar plastic.
45
N Nama Kemudaha Kecepata Warna Pemb Warna Bau
O Kemasan n Terbakar n nyala Api entukan asap
Terbakar api
1. Dirigen Agak sulit Lambat Merah Sedikit Putih Menyenga
Oli t
(HDPE)
2. Gelas Mudah Cepat Oren/mera Tpis, Hitam Tidak
Plastik h sedikit teralu
(PP) menyenga
t
3. Sedotan Mudah Cepat Oren Sedikit Hitam Tidak
(PP) menyemg
at
4. Mika Mudah Cepat Merah Banyak Hitam Menyenga
(PVC) t
5. Styrofoa Mudah Cepat Merah Banyak Hitam Menyenga
m (PS) t
6. Plastik Mudah Agak Merah sedikit Puith Menyenga
Minyak lambat t
(Other)
7. Plastik Mudah Cepat Oren Sedikit Putih/abu Menyenga
Wrap -bau t
(LDPE)
8. Plastik Sangat Cepat Oren Sedikit Putih Tidak
Kresek mudah menyenga
(LDPE) t
9. Bungkus Mudah Cepat Oren Lumaya Hitam Tidak
Blueband n menyenga
(Other) banyak t
10. Botol Air Mudah Cepat Oren Sedikit Hitam Tidak
(Other) menyenga
t
11. Wadah Mudah Lambat Oren Sedikit Hitam Tidak
Makanan menyenga
46
Plastik t
(PP)
4.2 Pembahasan
Pada uji bakar plastik ini digunakan berbagai macam jenis plastik dengan kode
nomor yang berbeda-beda. Adapun 7 jenis plastik yang digunakan adalah ; Low Density
Polyethylene (LDPE), High Density Polyethylene (HDPE), Polypropylene (PP),
Polypropylene (PP), Polyvinyl chloride (PVC), Polyethylene Terephalate (PET),
Polystyrene (PS) dan Other (O).
Plastik adalah senyawa pomer tinggi yang dicetak dalam lembaran -lembaran dan
mempunyai ketebalan yang berbeda - beda. Jenis-jenis Plastik yang digunakan pada
Praktikum ini, yaitu:;
Dirigen Oli adalah kemasan plastik jenis "HDPE" yang mempunyai kode angka 2
pada kemasannya. HDPE bersifat resin yang liat, kuat dan kaku yang berasal dari minyak
bumi dengan jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis Low Density.
Gelas plastik adalah kemasan plastik "PP" dengan kode angka 5 pada kemasannya.
PP sangat mirip dengan Polietilen dan sifat-sifat penggunaanya, juga serupa. Pada uji
bakar jenis plastik ini memiliki kemudahan terbakar yang mudah, kecepatan merambat
cepat, warna nyala api merah, pembentukan asup banyak, wama asap hitam dan baunya
tidak terlalu menyengat.
Sedotan adalah kemasan Plastik jenis "pp", dengan kode angka 5 pada kemasannya.
Pada uji bakar jenis plastik ini memiliki kemudahan terbakar yang mudah, kecepatan
merambat cepat, warna nyala api oren, pembentukan asap sedikit, warna asap hitam dan
baunya tidak menyengat.
Mika adalah kemasan plastik dengan jenis "PVC" dengan angka 3 pada
kemasannya. PVC dibuat dan monomer yang mengandung gugus vinil. Pada uji bakar
kemasan ini kemudahan terbakar yang mudah, kecepatan merambat cepat, warna nyala
api merah, pembentukan asap banyak, warna asap hitam, pernbentukan asap banyak
dengan bau menyengat.
Styrofoam adaah kemasan plastik dengan jenis "PS" dengan kode angka 6 pada
kemasan. Pada uji bakar kemasan. ini memiliki kemudahan terbakar mudah, kecepatan
merambat yang cepat, warna nyala api merah, pembentukan asap banyak, wama asap
hitam dan baunya menyengat.
Plastik minyak adalah jenis plastik yang jenis "other" dengan kode angka 7 pada
kemasannya. Pada uji bakar yang dilakukan memiliki kemudahan terbakar yang mudah,
47
kecepatan merambat yang agak cepat, warna nyala api merah, pembentukan asap sedikit,
warna nyala api putih dan bunnya menyengat.
Plastik wrap adalah kemasan plastik berjenis "LPDE" dengan kode angka 4 pada
kemasannya. Pada uji bakar jenis plastik ini memiliki kemudahan terbakar yang mudah,
Kecepatan merambat yang cepat, warna nyala api oren, pembentukan asap sedikit, warna
asap abu-abu dan baunya menyengat.
Botol air mineral adalah kemasan botol Plastik yang berjenis "PET" yang
mempunyai kode angka 1 pada kemasannya. Pada uji bakar jenis plastik ini memiliki
kemudahan terbakar yang mudah, kecepatan merambat yang cepat, warna nyala api oren,
pembentukan asap sedikit, warna asap hitam dan baunya tidak menyengat.
Pada uji bakar plastik ini merupakan suatu bentuk pengujian yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jenis polimer dari suatu plastik dengan pembakaran plastik pada
nyala api. Kemudahan terbakar dari plastik tergantung dari ketebalan bahan yang
digunakan untuk mengemas suatu bahan.
Kemudahan merambat dari plastik tergantung dari kerapatan unsur penyusun
plastik tersebut. Kemasan plastik dengan kecepatan kerapatan penyusun rendah akan
sangat mudah sobek dan kecepatan rambat nyala api tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum uji bakar pada berbagai jenis plastik yaitu Polyethylene
Terephthalate (PET). Polyvinyl Cholride (PVC). Porypropylene (PP), High Density
48
Polyethylene (HDPE), Low Density Polyethylene (LOPE), Polystyrene (PS) dan. Other
(O) memiliki bahan penyusun dan struktur yang berbeda tergantung dan bahan polimer
penyusunnya. Dan uji yang dilakukan jenis plastik yang mengandung unsur halogen dari
ke 7 jenis plastik tersebut adalah jenis plastik Polyethylene Terephthalate (PET) pada
kemasan Teh Javana yang menghasilkan warna nyala api berwarna hijau.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum dilakukan praktikan harus lebih teliti dan jeli
mengamati jenis plastik yang dibakar, agar mendapatkan hasil yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Erliza dan Sutedja. (2007). Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan. Jurusan TIP.
IPB. Bogor.
Kadir. (2012). Kajian Pemanfaatan Sampah Plastik sebagai Sumber Bahan Bakar Cair.
Kendari: Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hamoleo.
49
Krisnadwi. (2018). https:// bisakimia.com/2013/01/03/ mengenal Jenis-Jenis Plastik/. Diakses
tanggal 14 Juni 2017.
Milliati, Tanwirul, dkk. (2010). Penuntun Praktikum Teknologi Pengemasan dan
Penyimpanan. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbatu.
Suharto. (2009). Rancangan Produk Bahan Plastik Daur Ulang Sebagai upaya Peningkatan
Industri. Semarang: Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang.
Surono, Untoro Budi. (2013). Berbagai Metode konversi Sampah Plastik manjadi Bahan
Bakar Minyak. Yogyakarta. Jurnal Teknik 3 (1).
LAMPIRAN
50
Gambar 1. Lilin dinyalakan dan diberi alas Gambar 2. Pembakaran sedotan plastic
kertas. berjenis “PP”.
51
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
52
“IDENTIFIKASI KEMASAN PANGAN”
BAB I
PENDAULUAN
53
1.1 Latar Belakang
Dalam keidupan sehari-hari pangan merupakan kebutuhan primer manusia, seiring
dengan perkembangan teknologi produk pangan pun mengalami perkembangan, antara
lain dari segi teknik, pengolahan, pengawetan, pengemasan dan distribusinya.
Kebanyakan produk pangan yang ada dipasaran telah dikemas sedemikian rupa hingga
mempermudah konsumen untuk mengenali produk. Secara umum kemasan pangan
merupakan bahan yang digunakan langsung maupun tidak langsung dengan pangan
(Juwita,2013).
Plastik adalah salah satu kemasan produk yang dapat ditemui hampir disemua
barang pangan maupun non pangan. Pada bahan pangan plastik berfungsi sebagai
kemasan mulai dari botol minuman, alat makan, kantong kresek, mainan anak. Menurut
penelitian penggunaan plastik tidak sesuai prosedur akan menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan, karena dapat sebagai pemicu kangker dan merusak jaringan tubuh
lainnya jika terus menerus masuknya komponen-komponen plastik ke dalam tubuh
(Karuniaastuti,2013).
Plastik memiliki beberapa jenis, salah satunya jenis plastik berdasarkan kemampuan
dibentuk. Pada jenis plastik ini dappat dibedakan menjadi dua yaitu termoplastik dan
termosetting. Termoplastik adalah bahan plastik yang akan mencair dan dapat membentuk
kembali apabila dipanaskan pada suhu tertentu. Sedangan termosetting adalah plastik yang
tidak dapat dicairkan kembali apabila telah dibentuk menjadi suatu produk, apabila
dipanaskan kembali plastik jenis ini tidak dapat kembali ke bentuk asalnya. Pada plastik
jenis termoplastik adalah jenis yang dapat didaur ulang diberi kode berupa nomor untuk
memudahkan dalam mengidentifikasi dan menggunakannya pada produk yang tepat
(Purwaningrum,2016).
Pada kemasan pangan industri harus dicantumkan pelabelan untuk berbagai
informasi penting terkait dengan barang atau produk yang ada pada kemasan. Pelabelan
ada berupa tulisan, gambar atau kombinasi dari keduanya. Fungsi label pada kemasan
adalah untuk melindungi konsumen dari makanan dan minuman yang tidak aman dan oleh
sebab itu pemerintah telah menetapkan regulasi tentang pelabelan yang harus dipatuhi
oleh semua produsen produk pangan di indonesia (Rahmawati, 2013).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan kemasan pangan
pada setiap produk yang sejenis.
54
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
55
2.1 Kemasan
Kemasan sangat berpengaruh dalam dunia tranfortasi untuk melindungi produk
agar tetap aman sampai pada konsumendengan keadaan layak konsumsi, khususnya pada
bahan pangan yang mudah rusak, produk cair, buah segar dan produk dengan ukuran kecil.
Bahan pangan tersebut sebaiknya dikemas dalam kemasan yang sesuai dengan sifat dan
karakteristik bahan yang dikemas (Alfa,2015)
Salah satu jenis produk cair adalah kopi dalam kemasan. Kopi dalam kemasan
diberikan berbagai variasi sepeti kopi susu. Pada jaman sekarang konsumen menginginkan
kopi susu yang praaktis bisa dibawa kemapun, siap minum setra memiliki umur simpan
yang panjang. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap kopi susu
tersebut maka dibuatlah kopi susu dalam kemasan yang siap minum. Minumnan kopi susu
adalah ini memiliki potensi jual yang tinggi karena tingginya peminat dan permintaan
konsumen terhadap kopi susu (Limanjaya,2021).
2.2 Kopi Susu
Produk kopi susu dalam kemasan yang siap minum ini dikemas dalam kemasan
botol plastik, jenis plastik yang umum digunakan pada kemasan ini adalah PET(Polythene
Terephthalate) alasan penggunaan jenis plastik ini karena sifatnya yang ringan, mudah
dibentuk, murah, kaku dan sedikit elastis. Banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam
memilih jenis kemasan pada kopi susu yang ada dipasaran selain memilih desain yang
menarik label juga harus diperhatikan penempatannya pada kemasan tersebut
(Rahmawati,2013).
Selain kemasan, pelabelan juga perlu diperhatikan pada kemasan produk apakah
informasi yang dimuat sudah lengkap dan sudah sesuai atau belum dengan regulasi pangan
yang sudah sitetapkan pemerintah. Dalam label perlu dimuat informasi berupa nama
pangan olahn, berat bersih, komposisi, keterangan, kadaluarsa, kandungan gizi, logo halal,
nomor pendaftaran BPOM dan produsen (Wangsi,2018)
Pada produk kopi susu yang sudah diproduksi dalam skala nasional harus dan wajib
memenuhi syarat serta ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk melindungi
konsumen dari bahan berbahaya serta mencegah oknum-oknum tidak bertanggung jawab
melakukan kecurangan dalam memproduksi produk yang telah didistribusikan kepada
konsumen. Standar keamanan pangan telah ditetapkan dalam pemeriksaan BPOM sebahai
badan pengawasan makanan (Suryono,2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
56
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 20 maret 2023. Pada pukul 08.00-09.40
WIB, dilaksanakan di Labiratorium Pengolahan 2, Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
3.2.2 Bahan
Pada praktikum ini kami menggunakan bahan berupa lima botol kemasan
produk kopi susu (Good Day, Kopiko 78oC, ABC Kopi Susu, Kapal Api Signature,
Golda Coffee) yang beredar dipasaran untuk diamati.
BAB IV
4.2 Pembahasan
Pada kelima kemasan yang telah kami identifikasi semua produk menggunakan jenis
kemasan plastik PET(Polythene Terephthalate), memiliki ciri waenah jernih, permukaan
halus, kuat dan tidak mudah rusak, memiliki kode 1 dibawah kemasan artinya kemasan
58
hanya boleh digunakan sekali pakai kemudian dianjurkan unruk dibuang. Kelemahan
kemasan ini tidak tahan panas titik lelehnya 85oC panas yang berlebih akan berdampak
buruk untuk kesehatan karena akan mengakibatkan polimer pada botol akan meleleh dan
apabila masuk kedalam tubuh akan mengakibatkan kanker. Untuk keamanan kemasan ini
pada produk kopi susu terbilang aman selagi masih disimpan pada suhu optimun,
sebaiknya produk disimpan pada klemari pendingin untuk memperpanjang masa
simpannya.
Pada produk kopi susu yang kami amati berat bersih produk Golda Coffe, Kapal Api
Signature dan ABC Kopi Susu adalah 200 ml, Good Day memiliki berat bersih 250 ml
dan pada produk Kopiko 78oC berat bersihnya adalah 240 ml. Golda Coffee adalah
minuman kopi susu yang terbuat dari biji kopi brazil berstandar tinggi (gold) berpadu
dengan susu belgia yang lembut keunggulan dari produk ini adalah menggunakan gula asli,
terbuat dari biji kopi dikemas dengan teknologi aseptik yang tidak tersentuh oleh tangan
tidak menggunakan pengawet, harga terjangkau dan kadar kopi yang lebih kuat
dibandingkan yang lain. Good Day adalah merek minuman kopi susu asal indonesia yang
diproduksi oleh PT Sontos Jaya Abadi, kopi instan 3-in-1 tersebut tersedia dalam berbagai
rasa selain kemasan ready to dring merek ini juga ada kemasan sachet siap seduh. Kopiko
78oC merupakan kopi susu 240 ml dalam setiap kemasannya, minuman ini merupakan
minuman kopi asal indonesia dari kopiko yang terbuat dari biji kopi pilihan yang diektraksi
pada suhu 78oC untuk menciptakan minuman dengan aroma san rasa yang optimal. ABC
Kopi Susu merupakan jenis minuman kopi yang diproduksi oleh PT Hokkan Indonesia-
Bogor untuk PT Santos Jaya Abadi- Sidoarjo. Dengan bahan baku dari kopi brazil dan
perpaduan susu zeland membuat kopi ini jadi banyak digemari. Produk ini menggunakan
kemasan plastik berbentuk botol dengan jenis PET. Kapal Api Signature terbuat dari biji
kopi arabika yang diambil dari daerah penghasil arabilka terbaik di dunia. Sehingga
menghasilkan cita rasa dan aroma kopi yang khas, memeberikan sensasi tersendiri bagi
para pecinta kopi.
Pada label halal semua produk yang kami amati telah memiliki logo halal MUI,
nomor BPOM komposisi produk serta nilai gizi dalam sati botol juga telah dicantumkan
dengan baik. Akan tetapi pada kopi dengan merek Good Day mencantumkan tanggal
kadaluarsanya pada bagian yang susah untuk diamati yaitu bagian permukaan botol yang
tertutup oleh plastik label, tanggal tersebut dituliskan dengan tinta silver sehingga agak
sulit bagi konsumen untuk menemukan tanggal kadaluarsa pada produk tersebut. Pada
empat jenis kopi yang lainnya mencantumkan tanggal kadaluarsa pada bagian atas tutup
59
botol dicantumkan dengan warna hitam pekat sehingga konsumen mudah mengamati dan
menemukannya.
BAB V
PENUTUP
60
5.1 Kesimpulan
Pada praktium yang telah kami lakukan maka didapatkan hasil berupa kesamaan dari
kemasan yang telah kami amati berupa lima merek produk kopi susu yang telah
dipasarkan. Dari segi jenis plastik semua sampel menggunakan plstik jenis PET, pada
semua jenis produk juga telah tercantum label halal dari MUI, nomor BPOM, komposisi,
nama produk, nerat bersih, tanggal kadaluarsa, nama perusahaan produksi , barkode,
informasi nilai gizi. Perbedaan pada produk yang telah kami amati dan bandingkan berupa
desain dari bentuk kemasan masing-masing produk minuman ini, berat pada produk Good
Day dan Kopiko 78oC berbeda dari rata-rata berat ketiga produk yang telah kami amati.
5.2 Saran
Untuk memeperluas ilmu dan pengetahuan tentang kemasan perlu ditambahan literatur
dan bahan baca untuk melengkapi pembahasan dan pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfa, A. A. (2015). Bahan Kimia Tambahan Plstik, Balai Penelitian Teknologi Bogor.
61
Juwita. S. R. (2013). Pentingnya kemasan terhadap penjualan produk perusahaan , sosio e-
kons,10(1), 20-27
Karuniaastuti, N. (2013). BAHAYA plastik terhadap kesehatan dan lingkungan, swara patra,
majalah ilmiah PPSDM ,migas 3(1).
Limanjaya C., Bastian, G & Angrani (2012). Perancangan pendirian pabrik minuman kopi
susu dalam kemasan dengan kapasitas 20.000/ hari. Proposal perancangan bisnis.
Purwaningrum. P (2016). Upaya pengurangan timbunan sampah plastik di lingkungan
Indonesia , jurnal of urban and enviromental technology, 8(2).(4)-147
Rahmawati, F. (2013). Pengemasan dan Pelabelan Biomaterialis, 29(34), 4471-4480
Suryono, I. S., & Wasdopo, P. (2016) pengentar keamanan pangan untuk industri pangan
Deeppublish.
Wangsi, M. M & Rawi, R., P (2018) Perlindungan konsumen dalam pelabelan produk
menurut ekonomi islam. Sentralisasi, 7 (1), 1-9.
LAMPIRAN
Gamabar 1. Penampakan depan produk golda coffee
62
Keterangan
kadaluarsa
Harga
jual
produk
Merek
dagang
Rasa
Produsen
63
Nama dagang
Deskripsi produk
Komposisi produk
Nilai gizi
Layanan konsumen
Barqode
64
Merek dagang
Saran penyajian
Nilai gizi
barcode
Keterangan kadaluarsa
Merek produk
Nama produk
Nama PT produsen
Merek produk
Nama produk
Berat bersih
Barode
Saran penyajian
Komposisi
Layanan konsumen
66
Keterangan kadaluarsa
Merek dagang
Variasi rasa
Label halal
Saran penyajian
komposisi
Nilai gizi
67
Merek dagang
Nama produk
Label halal
Produsen
Barcode
Saran penyajian
Nilai gizi
Layanan konsumen
68
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
69
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
“SURVEY KEMASAN KACA”
BAB I
70
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengemasan adalah suatu usaha yang bertujuan untuk melindungi bahan pangan dari
penyebab kerusakan baik fisik seperti pengaruh mekanik, dan cahaya. Melindungi produk
terhadap pengaruh kimiawi (permiasi gas, kelembaban udara/uap air), pengaruh biologik
(bakteri, kapang)sehingga dapat sampai ketangan konsumen dengan keadaan baik dan
menarik. Fungsi dari kemasan yang paling mendasar adalah untuk mewadahi dan
melindungi produk dari kerusakan sehingga lebih mudah diangkut dan dipasarkan
(Rahmawati,2013).
Kaca adalah salah satu kemasan yang digunakan dalam pengemasan suatu produk,
kaca merupakan salah satu kemasan tertua karena kemasan gelas telah populer sejak 3000
SM . Kemasan gelas sudah digunakan oleh bangsa Mesir Kuno. Unsur-unsur yang
terdapat pada gumpalan bening tersebut adalah silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO)
dan natrium oksida (Na2O). Dari proses kejadiannya yaitu perapian di atas pasir putih yang
banyak mengandung kulit kerang, serta bongkahan soda abu, maka diketahui bahwa bahan
gelas dapat dibuat dengan cara mereaksikan atau meleburkan bahan campuran pasir pantai
sebagai sumber silika (SiO2), kulit kerang sebagai sumber kapur (CaO), dan abu kayu atau
soda abu sebagai sumber natrium (Na2O. Kaca tidak mudah keropos dan kimia inert.
Kemasan kaca dimaksudkan untuk menjaga isinya dari oksigen dan kelembaban, sehingga
produk selalu dalam kondisi yang baik ( Widowati,2016)
Kemasan kaca memiliki beberapa jenis yang digunakan dalam industi pangan yaitu
kemasan kaca jenis botol(leher tinggi, mulut sempit), jar(leber pendek, mulut lebar),
timler(tanpa leher dan finist), jugs(leher pendek, ada pegangan), corboys( seperti botol,
leher pendek, pegangan kayu), vial dan ampul berukuran kecil untuk obat dan zar kimia (
Rosmawati, dkk. 2021)
71
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui produk yang menggunakan kemasan
kaca ddn untuk mengetahui jenis kemasan, jenis tutup yang digunkan dan warna kemasan
kaca.
72
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kaca
Kemasan merupakan suatu tempat untuk menyimpan suatu produk agar menarik dan
aman sehingga memiliki daya tarik untuk konsumen agar memiliki rasa tertarik untuk
membeli produk tersebut. Selain itu kemasan dapat menajdi media komunikasi antara
produsen dan konsumen melalui desain kemasan yang memuatbinformasi- informasi
penting didalamnya sehingga konsumen memiliki pengetahuan tentang produk oangan
yang disimpan didalam kemaasn tersebut tanpa harus membuka produk (Mukhtar,2015).
Kemasan glass merupakan jenis kemasan yang sering digunakan untuk mewadahi
produk olahan pangan, karena kemaan kaca memiliki keunggulan diantaranya inert yaitu
tidak bereaksi pada bahan yang dikemas, tahan asam dan basa, tahan terhadap berbagai
lingkuan atau stabil. Warna gelas ada yang tranparan dan ada juga yang gelap hingga
cahaya matahari tidak dapat menembusnya. Selama pemakaian bentuknya tetap , tidak
berpengaruh terhadap bahan yang dikemas dan kemasan gelas merupakan
penghalang(barrier) yang baik terhadap uap air. Air , gas dan cairan lainnnya tidak dapat
menembus kaca (Sucipta, 2017).
Wadah kaca telah digunakan berabat-abat lamanya dan tetap merupakan pengemasan
yang penting untuk saat ini. Secara fisik kaca adalah cairan dengan viskositas yang sangat
tinggi yang mengalami pendinginan. Secara kimia wadah gelas adalah campuran oksida
anorgamik dari berbagai jenis komposisi sebagai bagian besar wadah gelas adalah tipe
soda kapur-silika. Salah satu keuntungan menggunakan glass sebagai kemasan adalah
sifatnya transparan sehingga isi produk yang dikemas dapat dilihat , dapat dibentuk
menjaadi beragam dan warna yang bervariasi memberikan kesan mewah pada produk.
Rigid artinnya kaku dapat ditupuk tanpa mengalami kerusakan, kelemahan yang dimiliki
resistensi terhadap pecah, dimensinya bervariasi berpotensi menimbulkan bahaya apabila
pecah (Basriman,2013).
Kemasan kaca terbuat melalui proses fusi yang dilanjutkan dengan pendingginan.
Bahan yang digunakan adalah Kaca menggabungkan beberapa mineral yang kaya
akan silika (SiO2), soda (Na2O) dan kapur (CaO). Mineral-mineral yang kaya akan unsur
tersebut berupa pasir silika, soda ash (Na2CO3) dan batu kapur (CaCO3).Setelah melewati
titik fusi, campuran tersebut kemudian didiamkan untuk didinginkan. Glass bersifat rigid,
kemasan kaca pada bahan pangan memiliki beberapa jenis yaitu kemasa kaca botol, jar,
tumler, jugs, carboy, vial dan ampul( Rosmawati,dkk.2021)
73
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 20 maret 2023. Pada pukul 08.00-09.40
WIB, survey dilakukan di toko Fresh Star. Jl. Marsda Surya Darma, Suka Karya, Kec.
Kota Baru, Kota Jambi.Jambi, 36129
74
BAB IV
75
6 Flippo berio olive oil Botol Berulit(alunenium) Hitam
4.2. Pembahasan
Bahan kemasan yang digunakan pada produk pangan bervariasi mulai dari plastik,
kertas aluminium kaca atau kombinasi dari babagai jenis tersebut. kaca merupakan Jalah
satu kemasan tertua telah digunakan dalam Pengemasan bahan pangan, karena memiliki
beberapa keuntungan yaitu tidak reaktir secara kimia sehingga tidak merusak produk yang
dikemas, kuat dan tahan kerusakan. Baik digunakan sebagai barier terhadap banda Cair dan
gas. Tranparan sehingga dapat memperlihatkan produk dengan jelas hal ini Juga berguna
untuk Promosi, Beberapa jenis Kaca tahan terhadap suhu tinggi Disamping itu terdapat
kekurangan pada kemasan ini yaitu beberapa jenis kaca tidak tahan banting atau mudah
pecah massa botol yang berat kurang peka dan kurang baik untuk bahan yang tidak tahan
penyinaran.
Kaca berasal dari pasir silika atau pasir kuarsa dan soda abu (Na₂O) dengan SuhU
tinggi Jadi Na2O hasil gelas tampak jernih. ditambahkan, pecahan kaça rculut atau calsin
untuk memudahkan peleburan. Sifat fisik yang dihasilkan dari kaca adalah bersifat
transparan warna pada kacaa dapat terbentuk dengan ditamabahkan oksida-oksida dari
beberapa logam Seperti kromium, kobalt, dan besi. Sifat mekanis yang dimiliki kaca
adalah gelas kaca dapat memiliki kekuatan yang besar terhadap kompressi dari dalam
dibandingka tekanan dan luar.
Pada Praktikum yang telah kami lakukan yaitu survey kemasan produk pangan yang
bahan dasar kaca mata kami memilih 5 produk ada pada swalayan tersebut. pertama ada
produk Saos barbeque dengan merek dagang lee kum kEE menggunakan kemasan kaca
dengan jenis jar yaitu Memiliki ciri leher pendet dan mulut lebar, jenis tutup yang
digunakan adalah twist off berbahan dasar alumenium dan warna kaca pada kemasan
tersebut bening untuk memudahkan konsumen melihat isi saos yang ada didalamnya.
Produk selanjutnya adalah ektrak minyak zaitun dengan dua jenis botol yang sama
yaitu botol baca dengan ciri memiliki leher tinggi, dan mulut Sempit botol extra virgin
olive oil memiliki, botol berwa hitam sedangkan extra light tasting olive oil memiliki botol
kaca berwarna bening tutup botol yang digunakan sama yaitu Berulir dengan bahan dasar
aluminium perbedaan botol yang digunakan karena kandungan gizi atau zat aktif pada
76
produk denagn kemasan gelap tidak tahan terkena cahaya matahari karena dikhawatirkan
akan merusak kandungan gizi pada produk tersebuut.
Sunquick squash buah jeruk mempakan Produk Jenis sari buah dengankemasan kaca
jenis tumler berwarna bening tutup yang digunakan adalah bulir dengan bahan dari plastik
hal ini dikarenakan jeruk emiliki kadar asam sitrat yang cukup tinggi sehingga apabila
diberikan tutup dengan bahan dasar alumenium foil atau besi tipis dikhawartirkan produk
akan bereaksi dengan tutup kemasaanhingga merusak produk maupun kemasan.
Kecap Bango adalah produk dengan jenis kemasan kaca botol karena memiliki
leher yang panjang dan mult kecil, sehingga memudahkan dalam mengambil produk ketika
digunakan didukung dengan jenis tutup flip off kecap ini sangat efektif digunakan.
Kemasan kaca kecap bango berwarna hitam karena kecap merupakan produk fermentasi
yang peka terhadap cahaya hingga dapat merubah produk dari segi sifat fisi, kimia dan cita
rasa dari produk itu sendiri.
Maple Joe merupakan sirup kental yang digunakan untuk siraman pancake. Produk
maple ini menggunakan jenis kemasan jugs dengan ciri leher pendek dan memiliki
pegangan dilengkapi dengan tutup flip top berbahan dasaaar plastik untuk memudahkan
dalam penggunaan. Dalam dunia Industri khususnya pangan jenis kemasan yang
digunakan pada produk dilihat dari sifat produk, karakteristik bahan pengemasan. Resiko
internal dan ekternal harus dipertimbangkan didalam mendesain kemasan pada produk
pangan.
77
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa jenis kemasan
kaca ada banyak jar, botol, tumler, jugs, carboys vial don ampul dengan fungsi dan
korakteristik masing masing kemasan kaca dapat digunakan dengan aman tapi tutup pada
kemason kaca juga harus diperhatikan untuk keamanan produk dan mempertahankan nilai
gizinya. Warna pada kaca juga dapat disesuaikan dengan karakteristik produk.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan pengamatan ini pelajari dan pahami materi tentang
kaca dan karakteristik produk terlebih dahulu agar mampu melakukan survey dengan baik
78
DAFTAR PUSTAKA
Basriaman. I. (2013) Pengemasan dan penyimpanan (Teori & aplikasinya pada industri
Jakarta PT kreasi Prima Jaya.
Mukhtar. S & dan Nurif (2015) Peranan packaging dalam meningkatkan hasil produksi
terhadap konsumen Jurnal sosial humaniora. Vol 8, No 2.
Rahmawati. F.(2013) Pengemasan dan Pelabelan Blomaknal, 29 (34. 4471-4480)
Rini,.E.S & Purnama (2020). Mendesain Ulang Kemasan Label ProduK Kopi Odah.
Widyabakti, Jurnal ilmiah Populer ,2(3) 99-106.
Rosmawati, R., Syam, H. & Sukannah,. A.(2021) Pengaruh Jenis kemasan dan lama
Penyimpanan Terhadap Kualitas Minuman Sinjai (Ires).J. Pendidikan Teknologi
Pertanian 7. 79-92
Sucipta,. I. N. Suriasht & Kencana, P. K (2017) Pengemasan Pangan Kajian Pengemasan
Yang Aman, Nyaman, Efektif Dan Efesien. Denpasar Udayana univeritas press.
Widowat. Cs (2016) Penentuan Umur Simpan Smoothies Black Mulberry Dalam Kemasan
Kaca Dengan Metode Asif Pendekatan Arrhenius (Doctoral Dissert Fron Fabulas Teknik
Unpas).
79
LAMPIRAN
Gambar 3.
Gambar 1. Gambar 2.
kemasan olive oil
kemasan kecap kemasan saus
80
81
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
“SURVEY PENGGUNAAN KEMASAN AKTIF DAN KEMASAN PINTAR DI
KOTA JAMBI”
82
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan industri pangan merupakan hal yang terus terjadi karena kebutuhan
konsumen mulai berkembang dan berubah-ubah. Saat ini konsumen menyukai produk
pangan yang segar, aman, sedikit bahn pengawet, umur simpan yang lama dengan kualitas
yang baik. Selain itu, pasar global dan gaya hidup konsumen yang mengalami perubahan
menjadi tantangan bagi industri kemasan untuk melakukan berbagai inovasi teknologi
kemasan pada produk pangan dengan tujuan meningkatkan umur simpan dan memonitor
keamananserta mempertahankan kualitas pangan (Widiastuti, 2016).
Salah satu inovasi keamanan pangan adalah berkembangnya kemasan aktif (active
packaging) dan kemasan pintar (smart packaging). Perbedannya dengan kemasan
umumnya yaitu, interaksi antara kemasan dengan pangan sedapat mungkin diminimalkan,
namun pada kemasan aktif dan kemasan pintar justru memanfaatkan interaksi tersebut
dengan kemasan. Penggunaan kemasan aktif bertujuan untuk meningkatkan masa simpan
pangan (shelf life) dan menjaga kualitas pangan yang dikemas. Penggunaan kemasan aktif
dapat mengurangi penggunaan pengawet pada pangan karena kemasan yang digunakan
memiliki kemampuan antimikroba (Widiastuti, 2016).
Dalam peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor
HK.03.1.23.07.11.664 Tahun 2011 tentang pengawasan keamanan pangan, kemasan aktif
(active packaging) dan juga kemasan pintar (smart packaging) termasuk sebagai bahan
kontak pangan yang diizinkan digunakan sebagai kemasan pangan, akan tetapi belum
diatur lebih lanjut mengenai persyaratan keamanannya (Widiastuti, 2016).
TINJAUAN PUSTAKA
C. Kemasan Antimikroba
84
Kemasan antimikroba dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kemasan yang
mengandung bahan antimikroba yang dapat bermigrasi ke permukaan pangan
sehingga kontak dengan pangan dan antimikroba yang efektif menghambat
pertumbuhan mikroba di permukaan pangan tanpa adanya migrasi (Widiastuti,
2016).
D. Pelepas Karbondioksida
Pelepas karbondioksida (CO2) adalah kemasan aktif yang memiliki efek
antimikroba, hal ini dikarenakan peningkatan kadar karbondioksida (10-80%) dapat
menghambat pertumbuhan mikroba pada unggas dan daging. Jenis ini biasanya
diaplikasikan bersama dengan sistem MAP, untuk menyeimbangkn kehilangan
CO2 (Widiastuti, 2016).
85
B. Indikator Gas
Indicator gas bermanfaat untuk memonitor komposisi gas di dalam kemasan
melalui perubahan warna pada indicator akibat adanya reaksi kimia atau enzimatis.
Indicator ini mampu memberi tanda apabila terjadi kebocoran dalam kemasan
(Novrida et al., 2013).
86
BAB III
METODE PRAKTIKUM
87
BAB IV
4.1 Hasil
Penggunaan kemasan aktif dan kemasan pintar di Kota Jambi dapat dilihat pada table
berikut.
90
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasasrkan survey yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemasan aktif
dan kemasan pintar sudah banyak beredar di Kota Jambi. Penggunaan kedua kemasan
tersebut sudah sangat umum, terlebih pada produk pangan dari industry besar. Kemasan
aktif berguna untuk memperpanjang umur simpan, menjaga keamanan dan
mempertahankan kualitas produk. Kemasan pintar juga berguna untuk memudahkan
konsumen mengetahui informasi produk.
5.2 Saran
Disarankan agar praktikan lebih mempelajari mengenai kemasan pintar dan kemasan
aktif agar mempermudah proses praktikum.
91
DAFTAR PUSTAKA
Novrida, R., Warsiki, E., dan Yuliasti, I. (2013). Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap
Perubahan Warna Label Cerdas Indicator Warna dari Daun Erpa (Aerva sangwilonta).
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 23 (3): 232-241
Ragaert, P. (2013). Active and Intelligent Packaging, Ons Voedsd: Veilig Verparkt – AOAC –
LL Symposium – Breda
Ramos, C. E., Marcos, B. (2015). Active amd Intelligent Packaging System for a Modern
Society. Meat Science
Widiastuti, D. R. (2016). Kajian Kemasan Pangan Aktif dan Cerdas. BPOM. Jakarta
92
LAMPIRAN
93
94
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
“PREPACKAGING BUAH DAN SAYUR”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan buah dan sayur merupakan masalah dasar yang terjadi pasca panen.
Komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran sangat mudah mengalami kerusakan ketika
dipanen dari pohonnya karena proses respirasi dan transpirasi terjadi pda buah. Cara yang
sering digunakan untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk
namun demikian beberapa cara tambahan dari pendinginan tersebut dapat meningkatkan
efektifitas penurunan laju respirasi (Rina, 2018).
Proses pendinginan pada suatu bahan akan menghambat laju reaksi kimia dan
biokimia yang dapat menimbulkan kerusakan tetapi tidak mungkin dapat
menghentikannya. Kerugian pengawetan dengan menggunakan pendinginan daya simpan
produk lebih pendek dibandingkan dengan cara pengawetan lain. Keuntungannya yaitu
sifat inderawi (rasa, tekstur, kenampakan, flavor, aroma) dan nilai gizinya hampir tidak
dapt dibedakan dengan produk segar (Tjahjadi, 2018).
Penanganan pasca panen buah dan sayuran belum mendapat tindakan yang cukup.
Agar produk holtikultura terutama buah dan sayur sampai ke konsumen dalam kondisi baik
perlu penanganan pasca panen yang benar. Beberapa cara penanganan pasca panen buah
dan sayuran adalah pendinginan awal, pengemasan atau pengepakan, dan penyimpanan
(Rina, 2018).
Cara paling efektif untuk menurunkan laju respirasi dapat dilakukan dengan
menurunkan suhu produk namun demikian beberapa cara tambahan dari cara pendinginan
tersebut dapat dilakukan pengemasan dengan pengemas plastik. Kemasan plastik untuk
produk segar akan menyebabkan adanya perubahan konsentrasi CO2 dan O2 sekitar
produk didalam kemasan sebagai akibat dari proses respirsi produk serta interaksinya
dengan permeabilitas plastik terhadap CO2 dan O2.
Pemilihan bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas buah dan sayur harus
memenuhi persyaratan yaitu permeabilitas oksigen dan CO2, tidak menghambat respirasi
dan perpanjangan daya simpan tetapi tidak menjadikan proses anaerobik didalamnya, tidak
menghambat keluarnya uap air, transparan, memiliki sifat fisik cukup baik sehingga kuat
96
selama transfer dan handling. Pengelolaan suhu merupakan faktor utama dalam upaya
menunda proses perusakan produk pasca panen. Pendinginan cepat dan mempertahankan
suhu yang cocok merupakan bagian penting dari sistem pengelolaan suhu (Marsigit, 2018).
97
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
98
penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam, berlemak), lama kontak dan suhu
makanan saat disimpan. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastic
maka semakin cepat terjadi perpindahan (Mareta, 2017).
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni
rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang
akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-
sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika
teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar. Kemasan
plastik dapat berbentuk kemasan kaku maupun kemasan yang mudah dibentuk atau
fleksibel. Untuk mengemas produk padat dan tidak memerlukan perlindungan khusus
maka digunakan plastik yang fleksibel (Mareta, 2017).
99
BAB III
METODE PRAKTIKUM
100
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Tabel keadaan tomat selama penyimpanan (visual)
Perlakuan Hari Penyimpanan
1 2 3 4 5
Kontrol
Warna merah Warna merah Warna merah Warna merah Warna merah
Tekstur keras Tekstur keras Tekstur keras Tekstur keras Tekstur agak
Aroma khas Aroma khas Aroma khas Aroma khas keras
tomat tomat tomat tomat Aroma khas
tomat
Tanpa
ventilasi
Warna merah Warna merah Warna merah Warna merah Warna merah
Tekstur keras Tekstur keras Tekstur keras Tekstur keras Tekstur keras
Aroma khas Aroma khas Aroma khas Aroma khas Aroma khas
tomat tomat tomat tomat tomat
Ventilasi 4
lubang
Ventilasi 6
lubang
101
Warna merah Tekstur keras Tekstur keras Tekstur agak
Tekstur keras Aroma khas Aroma khas keras Warna merah
Aroma khas tomat tomat Aroma kecut Tekstur agak
tomat keras
Aroma kecut
dan tidak
sedap
1,2
0,8
kontrol
Tanpa Ventilasi
0,6
Ventilasi 4 Lubang
Ventilasi 6 Lubang
0,4
0,2
0
1 2 3 4 5
102
4.2 Pembahasan
Seperti halnya komoditi sayuran lainnya, buah tomat akaan mengalami kerusakan
setelah pasca panen. Kerusakan ini terutama disebabkan kelainan fisiologis, kerusakan
mekanis serta gangguan hama dan penyakit. Potensi kerusakan tomat selama pasca panen
berkisar 30-50% (FAO, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan tomat dengan 4 perlakuan yaitu tidak dibungkus plastic
(sampel kontrol), dibungkus tanpa ventilasi, ventilasi 4 lubang, dan ventilasi 6 lubang.
Pada tabel A, keadaan visual tomat tidak mengalami perubahan yang berlebih pada tiap-
tiap perlakuannya. Perubahan yang terjadi yaitu tekstur pada tomat pada penyimpanan hari
kelima pada seluruh perlakuan. Tekstur tomat yang awalnya keras setelas penyimpanan
hari kelima mulai empuk seiring waktu.
Pada tabel B, tertera perubahan berat tomat selama penyimpanan 6 hari. Pada sampel
kontrol terdapat penurunan berat tomat namun pada penyimpanan hari keempat mengalami
kenaikan berat. Lalu pada perlakuan tanpa ventilasi juga mengalami penurunan berat
sampel. Begitu pula dengan sampel pada perlakuan ventilasi 4 lubang dan 6 lubang.
Pengurangan dan peningkatan berat tomat disebabkan oleh embun yang dihasilkan selama
penyimpanan.
103
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan plastik
dapat mempengaruhi buah dan sayur yang dikemas. Kemasan plastik mampu mengatur
udara dan uap air yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan. Pemberian ventilasi pada
kemasan berfungsi sebagai jalur pertukaran udara dan mengatur suhu dalam kemasan.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikum ini dilaksanakan dengan lebih teliti agar praktikan lebih
memahami mengenai pengemasan bahan pangan.
104
DAFTAR PUSTAKA
David, Jhon, dkk. (2016). Penanganan Pasca Panen Penyimpanan untuk Komoditas
Holtikultura. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Banjar Baru
FAO. (2013). Penanganan Pasca Panen GHP Buah dan Sayuran. Booklet
Mareta D Tio, Nur Sofia. (2017). Pengemasan Produk Sayuran dengan Bahan Kemas Plastik
Pada Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu Dingin. Yogyakarta. Jurusan Teknologi
Pangan dan Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada
Rina. (2018). Prepacking Buah dan Sayur. Laporan Praktikum Pengemasan. Teknologi
Pertanian. Universitas Bengkulu
105
LAMPIRAN
106
Gambar 5. Pemberian ventilasi Gambar 6. Pengamatan sampel
107
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
“DESAIN KEMASAN”
108
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dunia pemasaran persaingan merupakan hal yang umrah dan wajar maka dari itu
Berbagai usaha dilakukan dalam upaya memenangkan persaingan ini salah satunya adalah
membuat desain kemasan produk yang menarik sehingga dapat mengundang konsumen
untuk membeli produk yang dipasarkan menurut Grace time Soeharto Kennedy daya tarik
suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. kemasan merupakan pemicu karena ia
langsung berhadapan dengan konsumen karena itu kemasan harus dapat mempunyai harus
dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif.
Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur, material,
warna, Citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk
dapat dipasarkan. desain kemasan berlaku untuk membungkus melindungi, mengirim dan
membedakan sebuah produk di pasar titik pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai
pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi
secara unik. (Klimchuk dan krasovec, 2017).
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mendesain kemasan pangan yang sesuai dengan sifat bahan
yang dikemas.
2. Mahasiswa mampu mendesain kemasan pangan yang sesuai dengan kriteria atau
ketentuan yang harus ada pada kemasan.
109
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemasan
Pengemasan menurut wto atau (world trade organization) dalam print media edisi
maret sampai April 2013 Pengemasan adalah suatu sistem terpadu untuk mengawetkan,
melindungi menyiapkan produk, hingga siap untuk ditransportasi dan didistribusikan ke
konsumen dengan cara yang efektif efisien dan mudah titik dengan pengemasan yang baik,
suatu produk dapat terlindungi dari berbagai macam kerusakan, yang diakibatkan oleh
benturan kekerasan fisik, dan kerusakan yang diakibatkan oleh bahan kimia atau
mikrobiologi selama proses pendistribusian lemak dan penyimpanan.
110
4. Plastik titik kemasan ini dapat berbentuk film, kantung atau wadah, dan bentuk lainnya
seperti botol toples dan kotak.
111
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada senin 15 Mei 2023 pada pukul 08.00 sampai
09.40 Waktu Indonesia Barat dilaksanakan di laboratorium pengolahan 2, jurusan
teknologi pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
112
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.
Hasil Gambar Desain kemasan produk kopi bubuk dan abon daging
a. Desan kemasan Abon Daging
113
Komoditas pertanian umumnya memiliki masa Simpan yang singkat karena mudah
rusak alasan memilih about sebagai produk yang kami desain dengan kemasan kaleng
adalah karena daging merupakan bahan pangan yang mudah rusak Maka dari itu perlu
dilakukan pengolahan agar daging bisa memiliki umur Simpan yang panjang titik usaha
memperpanjang umur simpan dan meningkatkan cita rasa dapat dilakukan dengan
pengolahan bahan pangan tersebut titik dengan pengolahan 1 jenis bahan pangan dapat
dibuat berbagai macam produk dengan Citra Rasa berbeda Salah satu hasil olahan tersebut
adalah abon. (Fachruddin, 2017)
abon memiliki prospek ekonomi yang baik karena konsumennya luas kalangan
masyarakat ekonomi bawah sampai kalangan masyarakat ekonomi tinggi menyukai abon.
konsumen abon juga tidak hanya masyarakat kota saja tetapi masyarakat desa pun banyak
yang menyukainya (Fachruddin, 2017)
kemasan yang kami desain untuk produk abon daging yaitu kemasan primer dengan
jenis kemasan yaitu kemasan kaleng. kemasan primer merupakan kemasan yang kontak
langsung dengan produktitik kemasan primer berupa kaleng memiliki keunggulan dapat
menjaga secara steril bahan pangan di dalamnya terhadap kontaminasi yang dapat
menyebabkan rusaknya bahan pangan dan mengalami perubahan cita rasa, perubahan kadar
air dan pengaruh cahaya matahari yang tidak dikehendaki juga dapat terjaga dengan
kemasan kaleng ini jadi keunggulan lainnya yaitu kemasan kaleng membuat bahan pangan
tidak terpengaruh terhadap penyerapan oksigen, partikel-partikel radioaktif serta gas yang
terdapat pada atmosfer.
pada gambar 1 dan 2 dapat dilihat bahwa terdapat logo produk, merek, slogan
produk, ilustrasi grafis, informasi produk, informasi nilai gizi, barcode, komposisi, nama
perusahaan, berat bersih dan tangan kadaluarsa dimana hal ini merupakan syarat untuk
membuat kemasan produk pangan jika tidak tercantum hal tersebut di atas maka tidak bisa
disebut kemasan.
114
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi titik alasan memilih kopi sebagai
bahan yang ingin kami desain karena kemasan kopi yang dijual di pasaran tidak memiliki
kreativitas yang tinggi atau desain kemasan yang dibuat terlalu monoton, maka dari itu saya
ingin mengeluarkan ide sebagai salah satu apresiasi terhadap kopi yang sangat melimpah di
Indonesia ini agar dapat membantu pasaran penjualan kopi di Indonesia hingga pasaran
internasional. alasan lain yaitu konsumsi kopi di dunia mencapai 70% berasal dari spesies
kopi robusta dan 26% berasal dari spesies kopi arabika Hal itu membuat kopi menjadi salah
satu minuman paling disukai di dunia dengan membuat desain yang menarik dapat
membantu penjualan kopi dan juga dapat meningkatkan harga jual. (Raharjo, 2013)
Kemasan yang kami desain untuk produk kopi bubuk yaitu kemasan sekunder
dengan jenis kemasan plastik. plastik merupakan kemas bahan kemasan yang penting di
dalam industri pengemasan. plastik dapat digunakan sebagai bahan kemasan karena dapat
melindungi produk dari Cahaya, udara, perpindahan panas, kontaminasi dan kontak dengan
bahan kimia. kemasan sekunder jenis plastik kami dapat melindungi kemasan primer di
dalamnya dan juga dapat mempermudah pada proses distribusi.(Faridz,2013)
Desain kemasan harus memiliki unsur-unsur atau bahasa Desain yaitu bahasa visual
atau bahasa simbol yang digunakan melalui bentuk, ilustrasi, warna dan huruf. desain
kemasan produk juga harus memenuhi persyaratan desain kemasan titik yaitu mampu
menarik calon pembeli menampilkan produk yang siap jual, informatif dan komunikatif
serta menceritakan rasa butuh terhadap produktitik pada produk kopi bubuk yang kami
115
desain sudah memenuhi syarat di atas yaitu mampu menarik kawan pembeli dengan
kemasan kreatif, menarik dan mudah dibawa, sudah menampilkan produk yang terjual yaitu
kopi bubuk yang siap jual dan bisa langsung diseduh, informatif dan komunikatif karena
pada kemasan sudah tertera nama produk, logo produk, informasi nilai gizi, tanggal
kadaluarsa, nama perusahaan, barcode, komposisi dan asal dari kopi yang kami
jual. .(Faridz,2013)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum karya seni atau mendesain kemasan
pangan dengan produk abon daging dan kopi bubuk dengan jenis kemasan kaleng dan
plastik, desain yang dibuat harus memenuhi syarat dari desain kemasan yaitu mampu
menarik calon pembeli, menampilkan produk yang siap jual komponen informatif dan
komutatif serta menciptakan rasa butuh terhadap produk, maka dari itu desain yang kami
buat sudah memenuhi syarat pembuatan desain kemasan.
5.2 Saran
Perlu lebih teliti dalam membuat desain agar desain yang dibuat lebih menarik dan
sesuai ekspektasi.
116
DAFTAR PUSTAKA
Faridz. (2013). Analisis faktor perubahan desain kemasan terhadap nilai jual abon. jurnal
agrointek, vol 4, no 2.
Kementrian. (2014). Pengolahan dan Pemasaran hasil pertanian secara umum pada kemasan
penjualan. JAKARTA: Direktorat Jendral.
Krasovec, K. &. (2017, september 11). Successful product branding from concept to shelf.
Organization, W. T. (2013, april). Sistem pengemasan terpadu. p. Canada.
Raharjo. (2013). Panduan budidaya dan pengolahan kopi arabika dan robusta. Jakarta:
Penebar Swadaya.
117
118
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
“PENGARUH PENYIMPANAN DINGIN PADA BUAH DAN SAYUR
KLIMATERIK DAN NON KLIMATERIK”
119
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
120
tambahanseperti pendinginan pendahuluan ( pre cooling ), pencucian, penghilangan
warnahijau (degreening ) dan pelilinan (waxing ) (Suhelmi, 2017).
Pengawetan segar komoditas buah-buahan dan sayuran didasarkan pada
penghambatan proses respirasi dan salah satunya adalah dengan cara penyimpanan pada
suhu rendah. Laju respirasi buah dan sayur dipengaruhioleh suhu. Pada kisaran suhu 0-
35oC, laju respirasi akan meningkat 2-2,5 kaliuntuk setiap pertambahan suhu sebesar
10oC. Penyimpanan pada suhu rendah(pendinginan) dapat mengurangi laju respirasi,
sehingga dapatmempertahankan mutu buah dan sayuran segar, karena selama
pendinginanaktifitas metabolisme dan perubahan kimia berlangsung lambat. (Rina, 2018)
Penyimpanan dingin (cold storage) adalah penyimpanan bahan padasuhu di bawah
15oC tetapi di atas titik beku. Suhu optimum untuk penyimpanan buah dan sayuran
berbeda-beda tergantung pada varietas, iklimtempat tumbuh, cara budidaya, tingkat
kematangan serta cara penanganansetelah dipanen. Penyimpanan dingin buah dan sayuran
di bawah suhuoptimum untuk penyimpanan dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan(kelainan) yang disebabkan oleh suhu dingin (chilling injury). Faktor-faktor yang
mempengaruhi chilling injury pada buah atau sayuran adalah suhu, lama penyimpanan
pada suhu tertentu, sensitivitas produk terhadap pendinginan(tergantung komoditi, varietas
dan tingkat kematangan. (Rina, 2018)
Misalnya ubi jalar akan mengalami luka setelah 1 hari pada 0oC dan tidak luka pada
7oC selama 4 hari, tidak luka selama 4 hari pada suhu 10oC tapisetelah 10 hari menjadi
luka. Injury dapat terjadi pada saat didinginkan atauketika dipindahkan ke suhu tinggi.
Untuk mengetahui perubahan warna,tekstur, dan pembusukan pada praktikum ini, maka
dilakukanlah praktikum ini. (Suhelmi, 2017).
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu memahami pengaruh penyimpanan suhu rendah terhadap
beberapa komoditi hasil pertanian.
121
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
122
Kandungan lycopene dalam tomat yang cukup tinggi dapat diekstrak untuk produk –
produk kesehatan atau kosmetik mengingat kekuatan lycopenesetara dengan 100 kali
kekuatan vitamin E dalam menanggulangi radikal bebas.Kadar lycopene yang terkandung
dalam tomatsegar berkisar antara 3,1 – 7,7 mg/100 gram (Arzam, 2018).
Dalam masyarakat umum, buah tomat hanya dibuat sebagai sayur sajatanpa adanya
pemanfaatan yang lebih, sebagai tepung tomat misalnya yangdapat dibuat sumber makanan
alternatif mengingat gizi yang dikandungnyacukup kompleks, padahal buah tomat setelah
panen akan rusak antara 20%sampai 50% setelah panen (Mahyudi, 2020).
123
terkontrol dengan transportasi(moveable storage) sehingga komoditas cepat sampai
konsumen dalamkeadaan masih segar (Yuniastri dkk, 2020).
Maka dalam hal untuk menghasilkan produk bermutu dibutuhkan penanganan
pascapanen yang dapat menjaga mutu (fisik), nutrisi dan keamanan pangan (kimiawi) agar
dapat mempertahankan nilai ekonomis dari suatu produk Kubis merupakan komoditi yang
bersifat mudah rusak (perishable) dan memenuhi tempat (bulky) sehingga memerlukan
penanganan pascapanen yang tepat untuk mengurangi susut mutu dan memperpanjang
masa simpan namun dengan tetap mempertahankan skala ekonomis dalam perdagangan.
(Yuniastri dkk, 2020).
Karakteristik kerusakan fisik pada tomat bersifat subjektif. Parameter yang digunakan
meliputi kenampakan, tekstur, dan warna, Parameter bau atau aroma erat hubungannya
dengan proses kerusakan biologi (Yuniastri dkk., 2020).
Banyaknya kerusakan mekanis tersebut terjadi selama pengangkutan. Barang-barang
yang diangkut secara bulk transporatasion, bagian bawahnya akan tertindih dan tertekan
dari bagian atas dan sampingnya sehingga mengalami pememaran, apalagi dalam
kendaraan yang berjalan, seolah-olah bahan-bahan yang ada di dalam tergoncang dengan
kuat, sehingga banyak mengalami kerusakan mekanis (Muhtadi, 2015).
Besarnya laju respirasi dan metabolism tomat erat kaitannya dengan suhu
penyimpanan (Wulantika, 2021). Kerusakan kimia pada tomat di penyimpanan suhu ruang
lebih tinggi dibandingkan pada suhu dingin. Penyimpanan suhu dingin akan menghambat
aktivitas enzim dan reaksi-reaksi kimia pada tomat.
Reaksi kimia yang banyak terjadi pada buah tomat adalah reaksi oksidasi. Adanya
reaksi oksidasi dalam tomatmemicu terjadinya proses pembusukan. Laju pembusukan akan
meningkat selama proses pelayuan (Sumardiono, 2019). Umumnya kerusakan kimia pada
tomat disebabkan adanya aktivitas enzim yang dapat berasal dari tomat itu sendiri maupun
mikroorganisme. Enzim ini memungkinkan rekasi kimia dalam tomat berlangsung lebih
cepat dan mengakibatkan berbagai macam perubahan pada kandungan nutrisi tomat itu
sendiri.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
126
Disegel tanpa lubang 4 3 2
Disegel dengan lubang 4 3 1
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan pascapanen produk buah dan sayur
klimaterik dan nonklimaterik yaitu tomat. Dalam pengamatan diamati warna, tekstur, dan
warna penampakan bahan. Pada praktikum kali ini dilakukan 2 perlakuan yaitu perlakuan
penyimpanan suhu ruang dan penyimpanan suhu rendah. Pada masingmasing penyimpanan
diberi ventilasi yaitu pada suhu ruang pertama tomat dikemas tanpa ventilasi dan satunya
tomat dikemas dengan ventilasi begitupun pada suhu dingin.
128
Pada table 1 dapat dilihat dilakukan perlakuan pada tomat yaitu di kemas tanpa
lubang dan dikemas dengan lubang pada suhu ruang, pada hari ke 0 tomat yang dikemas
dengan lubang mendapat hasil nilai 4 yaitu tomat dalam keadaan segar, pada hari ke3
terjadi perubahan mutu tomat menurun dengan menunjukkan keadaan yang agak layu
ditandai dengan angka 3, dan pada hari ke 6 tomat banyak mengalami perubahan di tandai
dengan angka 2 yaitu tomat sudah layu. Sama halnya pada perlakuan tanpa lubang juga
mengalami perubahan yang sama persis dengan perlakuan tanpa lubang, namun keadaan
tomat lebih cepat busuk pada hari ke 6 di tandai dengan angka 1 yaitu keadaan tomat sudah
sangat layu dan mulai berjamur serta berair.
Pada table 2 dapat dilihat bahwa tomat tidak mengalami perubahan syang signifikan
di tandai dengan angka 4 pada semua perlakuan yaitu pada tomat yang dikemas dengan
lubang dan tanpa lubang pada suhu dingin, hal ini menunjukkan bahwa suhu dingin dapat
menghambat pembusukkan yang terjadi pada respirasi yang terjadi pada buah tomat.
Pada table 3 dilakuan pengamatan kerusakan pada suhu ruang, pada perlakuan tomat
yang dikemas dengan lubang memiliki warna, tekstur keras, segar dan aroma tidak
menyengat. Pada hari ke 3 memiliki perubahan pada tekstur, yaitu tomat menjadi agak
lunak, di sertai adanya uap air dengan aroma yang menyengat, dan pada hari ke 6 tomat
mengalami perubahan pada tekstur yang sudah lunak, disertai adanya uap air dengan
aroma yang menyengat, sedangkan pada perlakuan tomat yang dikemas dengan lubang
pada hari ke 0 menunjukkan warna yang merah, tekstur keras dengan keadaan yang segar,
pada hari ke 3 tekstur tomat mulai berubah yaitu agak lunak di tandai dengan adanya uap
air, dan pada hari ke 6 tomat sudah mebusuk di tandai dengan tekstur tomat mulai berubah
yaitu sangat lunak dengan adanya uap air dan berjamur.
Pada table 4 dilakukan pengamatan suhu dingin dengan melihat kerusakan yang
terjadi pada tomat dengan tomat yang dikemas tanpa lubang dan dikemas dengan lubang,
dilihat pada table tomat tidak mengalamiperubahan hingga pengamatan hari ke 6 ditandai
dengan warna tomat yang masih merah, dengan tekstur masih keras dan segar.
Berdasarkan praktiku yang telah dilakuan didapatkan bahwa pada suhu rendah
produk holtikultura tidak mudah membusuk sedangkan pada suhu runag produk
holtikultura lebih mudah mebusuk dan berjamur, dari 2 perlakuan dapat membuktikan
bahwa produk holtikultura yang tidak mudah membusuk yaitu terdapat pada suhu rendah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan wulantika (2021) yang menyatakan bahwa pendinginan
adalah suatu cara untuk penanganan sayur dan buah, karena dapat menahan atau
mengurangi penyebab – penyebab pembusukkan. Semakin tinggi suhu maka respirasi
semakin cepat, hal ini berlaku sampai suhu optimum. Apabila melewati suhu optimum
129
kecepatan respirasi menurun, kalua respirasi berjalan cepat, berarti cepat pula penguraian
makromolekul, hal ini menyebabkan proses pembusukkan berjalanan cepat, demikian pula
sebaliknya apabila suhu rendah aktifitas enzim lambat maka pembusukkan juga berjalan
lambat. Untuk penurunan suhu 80 C kecepatan reaksi akan berkurang setengahnya.
(Wulantika 2021).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah diamati dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi
tingkat perubahan warna tekstur dan aroma serta pembusukka pada tomat dengan 2
perlakuan yaitu penyimpanan suhu ruang dan suhu dingin. Pada suhu ruang tomat lebih
130
cepat mengalami perubahan hingga mengalami kebusukkan sedangkan pada suhu dingin
tomat lebih awet dan tidak mengalami kebusukkan
5.2 Saran
Perlu menjaga bahan pada praktikum agar tidak terjadi kerusakkan yang
berpengaruh pada hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Arzam, T. S. (2018). Perbedaan suhu dan penyimpanan terhadap mutu buah jeruk selayar.
JUrnal Tabaro, 141-151.
Mahyudi, F. d. (2020). Kelayakan Usaha tani Bayam (Amaranthus spp) Media pasir desa
abumbun jaya kecamatan sungai tabuk kabupaten banjar Zira'ah. vol. 45(3), 318-327.
131
Muhtadi, D., & Anjarsari, B. (2015). Meningkatkan nilai tambah komoditas sayuran.
prosiding.
Rina. (2018). Teknologi pengemasan Pangan. Yogyakarta: Widya.
Suhelmi, M. (2017). Pengaruh kemasan polypropylane rigid kedap udara terhadap
perubahan mutu sayuran segar selama penyimpanan. IPB BOGOR: Fakultas
Pertanian.
Sumardiono, S. M. (2019). Analisis sifat-sifat psikokima buah tomat, jenis tomat apel, guna
peningkatan nilai fungsi buah tomat sebaga komoditi pangan lokal. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Wulantika, T. (2021). Perubahan kondisi produk holtikultura pada penyimpanan suhu rendah
dan suhu ruang. Jurnal Hostuscoler, 20-25.
Yuniastri, R. I. (2020). Karkteristik Kerusakan Fisik Dan Kimia Buah Tomat. jurnal of food
Technology and Agroindustry, 1-8.
LAMPIRAN
132
Gambar 1. Alat dan bahan Praktikum Gambar 2. Sampel Tomat
133
Gambar 7. Sampel siap di simpan Gambar 8. Sampan disimpan di suhu dingin
134