Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN GULMA

Disusun oleh :

Nama : Naufal Ghazy Wicaksono


NIM : H0717098
Kelompok : 15
Co-Ass : Brigita Repsi

LABORATORIUM EKOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI


TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Pengelolaan Gulma ini disusun untuk melengkapi


tugas mata kuliah Pengelolaan Gulma dan telah diterima, disetujui dan disahkan
oleh Co-Assisten dan Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Gulma pada :
Hari :
Tanggal :

Disusun oleh :
Nama : Rista Anisatul Mufidah
NIM : H0717118
Kelompok :17

Mengetahui,

Dosen Koordinator Praktikum Co- Asisten


Pengelolaan Gulma

Prof. Dr. Ir. Supriyono, M.S Brigita Repsi


NIP. 195907111984031002 NIM. H0716029

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Pengelolaan Gulma ini dengan baik. Laporan ini disusun guna
melengkapi tugas Mata Kuliah Pengelolaan Gulma. Dengan adanya laporan ini,
penulis mengharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai gulma dan
pengelolaannya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin bagi terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen pengampu Mata Kuliah Pengelolaan Gulma yang telah membimbing
penulis memahami materi pengelolaan gulma.
3. Co-Assisten Pengelolaan Gulma yang telah membimbing dan membantu
pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini.
4. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya
laporan ini. Akrir kata penulis berharap laporan inidapat berguna bagi para
pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.

Surakarta, 23 November 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv
I. IDENTIFIKASI GULMA .................................................................... 1
A. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1. LATAR BELAKANG.............................................................. 1
2. TUJUAN PRAKTIKUM.......................................................... 2
B. METODOLOGI PRAKTIKUM ................................................... 2
1. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM ...............................
2. ALAT DAN BAHAN ..............................................................
C. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .......................
1. HASIL PENGAMATAN .........................................................
2. PEMBAHASAN ......................................................................
D. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
1. KESIMPULAN ........................................................................
2. SARAN ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
II. ANALISIS VEGETASI GULMA DENGAN METODE KUADRAT
.............................................................................................................. 32
A. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1. LATAR BELAKANG.............................................................. 1
2. TUJUAN PRAKTIKUM.......................................................... 2
B. METODOLOGI PRAKTIKUM ................................................... 2
1. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM ...............................
2. ALAT DAN BAHAN ..............................................................
C. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .......................

iv
1. HASIL PENGAMATAN .........................................................
2. PEMBAHASAN ......................................................................
D. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
1. KESIMPULAN .........................................................................
2. SARAN .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
III. ANALISIS VEGETASI GULMA DENGAN METODE GARIS
DAN METODE TITIK ....................................................................... 45
A. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG.............................................................. 1
2. TUJUAN PRAKTIKUM.......................................................... 2
B. METODOLOGI PRAKTIKUM .................................................... 2
1. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM ...............................
2. ALAT DAN BAHAN ..............................................................
C. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .......................
1. HASIL PENGAMATAN .........................................................
2. PEMBAHASAN ......................................................................
D. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
1. KESIMPULAN ........................................................................
2. SARAN ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
IV. KALIBRASI HAND SPRAYER DAN KNAPSACK SPRAYER.
......................................................................................................... 57
A. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG.............................................................. 1
2. TUJUAN PRAKTIKUM.......................................................... 2
B. METODOLOGI PRAKTIKUM ..................................................... 2
1. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM ...............................
2. ALAT DAN BAHAN ..............................................................
C. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ..........................
1. HASIL PENGAMATAN .........................................................

v
2. PEMBAHASAN ......................................................................
D. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
1. KESIMPULAN ........................................................................
2. SARAN ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
I. IDENTIFIKASI GULMA

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Gulma merupakan salah satu OPT yang mampu beradaptasi, tumbuh,
dan berkembang pada semua agroekosistem dan dalam kondisi iklim yang
telah berubah. Gulma merupakan tumbuhan yang memberikan dampak
negatif bagi pertumbuhan tanaman budidaya, dimana dampak yang
ditimbulkan tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Sebagai organisme pengganggu tanaman, gulma dapat mengakibatkan
berkurangnya tingkat produktivitas tanaman budidaya. Hal ini terjadi
karena gulma yang tumbuh pada lahan pertanian dapat mengakibatkan
terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman budidaya dalam
proses penyerapan unsur- unsur hara, penangkapan cahaya dan penyerapan
air, gulma juga dapat menjadi tempat persembunyian hama. Selain itu
gulma merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari spesies liar dan
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Kegiatan identifikasi gulma dibagi dalam dua tahap, yaitu identifikasi
berdasarkan morfologi dan identifikasi berdasarkan taksonomi.
Berdasarkan morfologi, gulma digolongkan dalam tumbuhan berdaun
lebar, tumbuhan berdaun sempit serta teki. Identifikasi secara morfologi
dilakukan dengan mencabut gulma dilahan pertanaman untuk kemudian
diidentifikasi ciri morfologinya seperti tipe akar, daun, bunga, maupun
biji. Setelah diperoleh ciri morfologinya, kemudian data dicocokkan
dengan kunci determinasi untuk mengetahui jenis gulma apa yang berhasil
ditemukan di lahan budidaya.
Identifikasi gulma sangat penting dilakukan guna memahami tanda-
tanda karakteristik gulma sehingga pengendalian gulma akan lebih mudah.
Identifikasi gulma juga diperlukan guna menentukan metode dan bahan
yang akan dipakai dalam pengendaliannya. Kesalahan dalam identifikasi
dapat berdampak pada kesalahan pengendalian serta pengendalian yang

1
2

dilakukan tanpa melakukan identifikasi terlebih dahulu terkadang justru


dapat berdampak pada tanaman budidaya.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengidentifikasi
dan menentukan nama ilmiah dari individu gulma dalam tingkatan
taksonominya pada suatu lahan.
B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 Oktober 2018 di lahan
budidaya cabai (Capsicum annum L) di kawasan Jaten, Kabupaten
Karanganyar pada pukul 07.00 WIB sampai selesai.
2. Alat dan Bahan
a. Lahan Cabai
b. Kamera
c. Buku kunci determinasi gulma
d. Buku gulma bergambar
3. Cara Kerja
a. Mencari lahan cabai yang memiliki berbagai macam jenis gulma
untuk dilakukan identifikasi.
b. Mengambil minimal 10 sampel gulma ( jika memungkinkan dengan
organ tumbuhan yang lengkap termasuk bunga) dan diberi masing-
masing nama.
c. Melakukan identifikasi gulma menggunakan buku kunci determinasi
dan buku gulma bergambar untuk masing-masing jenis gulma.
3

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pembahasan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Identifikasi Gulma di Lahan Cabai (Lapsicum
annum)
No Gambar Foto Deskripsi Tumbuhan
4

1. Daun :
Rata, meruncing ke arah
ujung, terdapat di bagian
pangkal batang dengan lebar
2 – 7 mm.
Batang :
Tumbuh tegak, berbentuk
segitiga, tidak berbulu –
bulu
Bunga :
Karangan bunga berukuran
4 – 30 cm, anak karangan
bunga sedikit atau banyak,
warna kuning emas
kecoklatan. Bulir sering
memanjang, sempit, dan
agak rapat. Anak bulir
Gambar 1.1 berwarna kuning atau
kecoklatan, bentuk bulat
Jekeng panjang dengan panjang 2,5
(Cyperus iria L.) – 10 mm, lebar 1 – 1,5 mm.
Jumlah daun pembalut 3 – 5.
Benangsari 2 – 3.
Keterangan : Akar :
1. Daun Serabut
2. Batang
3. Bunga Organ tubuh lain :
4. Akar Buah yang disebut achene,
bentuk elips, bersegitiga,
panjang lebih kurang 1 mm,
warna coklat sampai hitam.
Kunci Determinasi :
1b. Tumbuh – tumbuhan
dengan bunga sejati
setidaknya dengan benang
sari dan atau putik. Tumbuh
– tumbuhan berbunga...2
5

2b. Tiada alat pembelit.


Tumbuh – tumbuhan dapat
juga memanjat atau
membelit (dengan batang
poros dana tau tangkai
daun)..3
3b. Daun – daun tak
berbentuk jarum atau tak
terdapat dalam berkas
tersebut di atas..4
4a. Bangsa rumput –
rumputan atau yang
menyerupainya. Daun
mempunyai tulang – tulang
daun yang jalannya sejajar
atau melengkung, tak
berduri, dengan pangkal
daun pelepah. Bunga –
bunga merupakan bulir
terdapat di ketiak sekam
atau sisik tipis..5
5b. Batang umumnya
bersegitiga, kadang –
kadang bersegi dua atau
lebih. Kadang – kadang
bulat, kerap kali mempunyai
banyak rongga udara......20.
Cyperus
3a. Sekam berhadapan.
Batang terdapat pada ujung
umbi yang pada peremasan
berbau harum…….Cyperus
iria L.
6

2. Daun:
Memiliki daun majemuk
dengan tata daun berseling
dan bentuk daunnya bulat
telur atau oval dengan ujung
daun tumpul, sedangkan
pangkalnya membulat, tepi
daunnya rata dan berwarna
hijau.
Batang:
Batangnya berbentuk bulat,
memiliki jenis batang yang
basah dan berwarna hijau.
Bunga:
Bunganya merupakan bunga
tunggal, menggantung
menghadap ke arah bawah,
daun kelopak berbentuk
bintang dan mahkota
bunganya kecil berwarna
Gambar 1.2 putih.

Meniran Akar:

(Phyllanthus niruri) Akarnya merupakan akar


tunggang berwarna putih.
Organ tubuh lainnya:
Keterangan : Memiliki buah dengan
bentuk kotak dan bulat
1. Daun
2. Batang pipih, permukaan buahnya
3. Akar licin dan berwarna hijau.
4. Buah Memilkiki biji kecil yang
keras, berbentuk ginjal, dan
berwarna coklat.
Kunci Determinasi :
1b. Tumbuhan dengan
bunga sejati. Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat
7

pembelit…3
3b. Daun tidak berbentuk
jarum..4
4b. Tumbuhan yang tidak
menyerupai bangsa rumpu –
rumputan..6
6b. Terdapat daun – daun
yang jelas..7
7b. Bukan tumbuhan bangsa
palem atau yang
menyerupainya..9
9b. Tumbuhan tidak
memanjat atau membelit..10
10b. Daun tidak teratur…11
11b. Cabang tulang daun
kesatu dapat dibedakan
jelas..12
12b.Duduk daun tidak
teratur ..13
13b. Tumbuhan berbentuk
lain..14
14a. Daun daun terpencar
kadang kadang sebagian
berhadapan…109
109b. Tanaman daratan
(atau tumbuh di paya-
paya)…120
120b. Tanaman
bergetah…121
121b. setengah perdu,
perdu, pohon, atau rumput-
rumputan berbentuk
pohon…124
124b. Noda melingkar yang
mengelilingi cabang…125
8

125b. Kelopak dan mahkota


tidak jelas, tudung bunga
kadang - kadang tidak
ada…67 Euphorbiaceae
7b. Daun berbentuk bulat
telur dengan tepi
rata….Phyllanthus niruri

3. Daun:
Daunnnya berbentuk lanset,
tepinya kasar, pangkal
daunnya menjepit dan
berbentuk talang, berambut
panjang, tulang daun tengah
lebar dan pucat.
Batang:
Permukaan batangnya
beruas-ruas, arah
tumbuhnya ke atas, rimpang
dan merayap di bawah
tanah.
Bunga:

Gambar 1.3 Memiliki bunga dengan


benang sari 2, kepala
Alang – alang sarinya berwarna putih atau
(Imperata ungu, tangkai putiknya 2,
cylindrica) denga kepala putiknya
berwarna ungu, berbulir
majemuk dan agak
Keterangan : menuncup.

1. Daun Akar:
2. Batang Memiliki akar serabut,
3. Akar rambut akarnya lebat dan
4. Bunga ujung akarnya memiliki
banyak kaliptra.
Organ tubuh lainnya:
Memiliki buah yang
9

berbentuk bulat panjang,


ujungnya runcing, dan
ditutupi daun pelindung.
Kunci Determinasi:
1b. Tumbuhan dengan
bunga sejati setidaknya
dengan benang sari dan
putik.Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat
pembelit…
3b. Tumbuhan tidak
berbentuk jarum…4
4a. Bangsa rumput
rumputan atau yang
meneyerupainya bertulang
daun sejajar atau
melengkung…5
5a. Batang bulat,ibu tangkai
bunga berbuku buku,lidah
lidah atau karangan rambut
terlihat jelas pada batas
antara pelepah dan helaian
daun.…19 Gramineae
1b. Karangan bunga tidak
demikian…2
2b. Bulir kecil bertangakai
pendek berjumlah dua atau
lebih terdapat pada ujung
tangkai
bunga,membentukmalai
yang merapat dan terlihat
seperti bulir…17
17a. Bulir kecil tidak
berjarum,berpasangan pada
ujung malai dan
bertangkai,pada kaki
terdapat rambut rambut
10

putih mengkilat yang


berkarang…16 Imperata
cylindrical
4. Daun :
Daun dari rumput belulang
yaitu memanjang dengan
tipe tulang daun sejajar
mempunyai lebar 1 cm dan
mempunya panjang sekitar
10 – 15 cm.
Batang :
Membulat dan tidak
berbulu.
Bunga :
Bunga tegak atau condong
ke samping dengan dua
sampai tujuh bulir yang
tumbuh menjari (digitatus)
pada ujung batang. Bulir
lainnya (nol sampai tujuh)
tumbuh di bawah atau
tersebar atau rapat satu sama
lain. Sumbu bulir lurus dan
Gambar 1.4 rata-rata 2,5-15 cm
panjangnya. Muncul di
Rumput belulang ujung batang.
(Eleusine indica) Akar :
Akar serabut yang kecil-
kecil memiliki percabangan
Keterangan :
yang sangat banyak.
1. Daun
2. Batang Organ tubuh lain :
3. Akar Buah berbentuk elips
4. Bunga meruncing, biji berwarna
putih, berbentuk bulat
seperti telur, tidak keras,
ringan, biji tua berwarna
kuning kecoklatan.
11

Kunci determinasi :
1b.Tumbuhan dengan bunga
sejati setidaknya dengan
benang sari dan
putik.Tumbuhan
berbunga…2
2b.Tidak ada alat
pembelit…3
3b.Tumbuhan tidak
berbentuk jarum…4
4a.Bangsa rumput rumputan
atau yang meneyerupainya
bertulang daun sejajar atau
melengkung tidak berduri
dengan pangkal daun
pelepah…5
5a. Batang bulat,ibu tangkai
bunga berbuku buku,lidah
lidah atau karangan rambut
terlihat jelas pada batas
antara pelepah dan helaian
daun.Sekam tidak pernah
tersusun menyerupai
spiral…19 Gramineae
1b. Karangan bunga tidak
demikian…2
2a. Bulir kecil,tangkai
pendek tidak bercabang,
membentuk tandan. Berdiri
sendiri atau merupakan
karangan bunga payung,
tandan, atau malai…3
3b. Karangan bunga lain
bentuknya…4
4b. Bulir tanpa daun
pelindung…5
5b. Tumbuh tumbuhan
12

lain…6
6b. Bulir - bulir tidak
demikian tempatnya…10
10b.Bulir kecil tak
berjarum…12
12b.Tangkai karangan
bunga berdiri sendiri…13
13b. Bulir kecil tertekan
kesamping…15
15b. Ujung ibu tangkai bulir
tidak memanjang…16
16a. Rumput yang kasar dan
meliat…14 Eleusine indica
5. Daun :
Berbangun daun garis, licin,
tidak berambut, warna
permukaan atas hijau tua
sedangkan permukaan
bawah hijau muda, ujungnya
agak runcing, lebih pendek
dari batang yang membawa
bunga, lebarnya 2-6 mm.
Batang :
Berbentuk segitiga,
berongga kecil dan agak
lunak, tingginya 10-30 cm
dan penampangnya 1-2 mm.
membentuk umbi di pangkal
Gambar 1.5 batang, membentuk rimpang
panang yang dapat
Teki membentuk tunas baru.
(Cyperus rotundus) Bunga :
Keterangan : Memiliki bulir longgar
1. Daun terbentuk di ujung batang,
2. Batang braktea dua sampai empat,
3. Akar tidak rontok, panjangnya
13

4. Bunga lebih kurangnsama atau


melebihi panjang
perbungaan, bercabang
utama tiga sampai sembilan
yang menyebar
Akar :
Merupakan sistem perakaran
serabut, akar rumput teki
memiliki banyak
percabangan dan akar
rumput teki memiliki
banyak anak cabang akar.
Organ tubuh lain :
Biji, adanya buah berbentuk
bulat telur dengan panjang ±
1,5 cm dan berwarna coklat.
Kunci determinasi :
1b. Tumbuhan dengan
bunga sejati setidaknya
dengan benang sari dan
putik.Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat
pembelit…
3b. Tumbuhan tidak
berbentuk jarum…4
4a. Bangsa rumput
rumputan atau yang
meneyerupainya bertulang
daun sejajar atau
melengkung tidak berduri
dengan pangkal daun
pelepah.Bunga merupakan
bulir terdepat diketiak
sekam…5
5b. Batang umumnya
bersegitiga.Ibu tangkai
14

karangan bunga tidak


berbuku,tidak terdapat lidah
lidah sekam,tidak berbulu
seperti pada ujungnya…20
Cyperaceaea
1b. Bulir tidak hanya
satu…2
2b. Bulir bulir terkumpul
menjadi berbentuk seperti
payung…3
3a. Sekam berhadapan
batang terdapat diujung
umbi,yang pada peremasan
berbau harum…3 Cyperus
rotundus

6. Daun:
Memiliki daun tunggal yang
berbentuk bulat telur, ujung
daunnya runcing, sedangkan
pangkalnya tumpul. Tepi
daunnya beringgit dan
pertulangannya menyirip.
Daunnya berwarna hijau.
Batang:
Batangnya tegak dan bulat
serta berambut.
Bunga:
Bunganya majemuk, berupa
Gambar 1.6 bongkol yang menyatu
Babandotan menjadi karangan,
berbentuk malai rata,
(Ageratum mahkotanya berbentuk
conzoides) lonceng dan berwarna
kekuningan, putih, atau
ungu.
Akar:
15

Keterangan : Memiliki akar tunggang dan


berwarna putih kotor.
1. Daun
2. Batang Organ tubuh lainnya:
3. Akar Memiliki buah yang
4. Bunga berbentuk bulat panjang,
bersegi lima, dan berwarna
hitam. Bijinya kecil dan
berwarna hitam.
Kunci Determinasi:
1b. Tumbuhan dengan
bunga sejati. Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat
pembelit…3
3b. Daun tidak berbentuk
jarum..4
4b. Tumbuhan yang tidak
menyerupai bangsa rumpu –
rumputan..6
6b. Terdapat daun – daun
yang jelas..7
7b. Bukan tumbuhan bangsa
palem atau yang
menyerupainya..9
9b. Tumbuhan tidak
memanjat atau membelit..10
10b. Daun tidak teratur…11
11b. Cabang tulang daun
kesatu dapat dibedakan
jelas..12
12b. Duduk daun tidak
teratur..13
13b. Tumbuhan berbentuk
lain..14
14b. Semua daun
16

berhadapan…15
15a. Daun tunggal, tetapi
tidak terbagi menyirip
rangkap dua…(Golongan 8.
Tanaman dengan daun
tunggal tersebar) 109
109b. Tanaman daratan..119
119b.Bukan merupakan
tanaman parasit..120
120b. Tanaman tak
bergetah..128
128b. Bukan rumput yang
merayap dan berakar
tegak..129
129b. Tidak ada upih daun
yang jelas..135
135b. Daun tidak berbentuk
kupu – kupu berlekuk
dua..136
136b. Susunan tulang daun
menjari atau menyirip…139
139b. Tidak ada berkas
melingkar pada
batang…140
140b. Kelopak tidak
memiliki kelenjar
demikian…142
142b. Cabang tidak
demikian…143
143b. Tidak bersisik…146
146b. Tanaman tidak
bersenjata…154
154b. Bunga tidak dalam
bongkol dengan
selubung…155
17

155b. Bunga tidak tertanam


pada tangkai daun…156
156a. Bakal buah
tenggelam…157
157b. Rumput rumputan
…161
161b. Bunga tidak
kuning,berbilangan
lima,sepihak terbelah buah
buni membulat…120
Asteraceae
1a.Mahkota putih,dan
berbulu…Ageratum
conzoides

7. Daun :
Daun tunggal bertangkai,
tersebar di bagian bawah
dan berpasangan di bagian
atas. Helaian daun
berbentuk oval atau bulat
memanjang lanset dengan
ujung meruncing. Tepi daun
merata atau bergelombang.
Panjang daun 5-15 cm dan
Gambar 1.7 lebar 2,5-10,5 cm. Tangkai
dan helai daun berwarna
Ciplukan hijau dengan urat daun
(Physalis angulata berwarna keputihan.
L.) Batang :
Batang berdiri tegak, bagian
Keterangan : bawah berbentuk bulat dan
beralur berwarna
1. Daun kecoklatan. Batang ini
2. Batang berusuk, bersegi lancip dan
3. Akar berongga, dan kulit
4. Bunga batangnya berwarna hijau.
5. Buah
18

Bunga :
Merupakan bunga tunggal
yang muncul di ujung
tangkai atau ketiak daun.
Kelopak bunga berbagi
lima, mahkota berbentuk
seperti lonceng dan
berwarna kuning muda
dengan noda-noda
kecoklatan.
Akar :
Memiliki akar tunggang
yang kemudian bercabang
dan membentuk akar
serabut. Bentuk akar ini
bulat memanjang dan
berwarna putih. Akar
ciplukan tidak intensif
menyebar ke dalam tanah.
Buah :
Berbentuk seperti telur yang
terbungkus dalam kelopak
menggelembung. Warna
buah hijau muda
kekuningan, merupakan
buah buni dan memiliki rasa
yang manis.
Kunci Determinasi :
1b. Tumbuhan dengan
bunga sejati. Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat
pembelit…3
3b. Daun tidak berbentuk
jarum..4
4b. Tumbuhan yang tidak
menyerupai bangsa rumpu –
19

rumputan..6
6b. Terdapat daun – daun
yang jelas..7
7b. Bukan tumbuhan bangsa
palem atau yang
menyerupainya..9
9b. Tumbuhan tidak
memanjat atau membelit..10
10b. Daun tidak teratur…11
11b. Cabang tulang daun
kesatu dapat dibedakan
jelas..13
13b. Tumbuhan berbentuk
lain..14
14a. Daun terpencar,
sebagian berhadapan..15
15a. Daun tunggal, tetapi
tidak terbagi menyirip
rangkap dua…(Golongan 8.
Tanaman dengan daun
tunggal tersebar) 109
109b. Tanaman daratan..119
119b. Bukan merupakan
tanaman parasit..120
120b. Tanaman tak
bergetah..128
128b. Bukan rumput yang
merayap dan berakar
tegak..129
129b. Tidak ada upih daun
yang jelas..135
135b. Daun tidak berbentuk
kupu – kupu berlekuk
dua..136
136b. Susunan tulang daun
20

menjari atau menyirip…139


139b. Tidak ada berkas
melingkar pada batang..191
191a. Mahkota berbentuk
bintang…(Golongan 111.
Solanaceae)
5a. Kelompok buah
menggelembung kuat, buah
buni membulat…3. Physalis
1a. Mahkota lebar, berwarna
kuning muda, kepala sari
biru muda….Physalis
angulata L.

8. Daun :
Berdaun tunggal, berwarna
kehijauan, bentuk bundar
telur memanjang (ovalis).
Bentuk tulang daun
penninervis dan bertepi
repandus.
Batang :
Kecil, bulat, lunak dan
berair. Tumbuh tegak dan
percabangan monopodial.
Gambar 1.8
Akar :
Bayam berduri
Tunggang
(Amaranthus
spinosus) Bunga :
Merupakan bunga
berkelamin tunggal,
Keterangan : berwarna hijau dimana
1. Daun setiap bunga memiliki 5
2. Batang mahkota. Panjangnya 1,5-
3. Bunga 2,5 mm. Berbentuk bulir
4. Akar bulat yang terdapat pada
ketiak batang.
21

Organ tubuh lainnya : Biji


hitam mengkilat dengan
ukuran sekitar 1 mm.
Kunci Determinasi :
1b. Tumbuhan dengan
bunga sejati. Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat
pembelit…3
3b. Daun tidak berbentuk
jarum..4
4b. Tumbuhan yang tidak
menyerupai bangsa rumpu –
rumputan..6
6b. Terdapat daun – daun
yang jelas..7
7b. Bukan tumbuhan bangsa
palem..9
9b. Tumbuhan tidak
membelit..10
10b. Daun tidak teratur…11
11b. Cabang tulang daun
kesatu dapat dibedakan
jelas..12
12b. Duduk daun tidak
teratur..13
13b. Tumbuhan berbentuk
lain..14
14b. Semua daun
berhadapan…16
16a. Daun tunggal,dapat
atau tidak berlekuk…239
239b.Tumbuh tumbuhan
tanpa getah…243
22

243b.Tidak tumbuh dari


tumbuhan lain…270
270b. Bunga berbilang lima.
Daun , kelopak dan daun
mahkota berlepasan…41
Amaranthaceae
5a. Daun perhiasan
sepanjang 2,5mm. Bakal biji
satu…5 Amaranthus
spinosus

9. Daun : Berwarna hijau,


permukaan atas daun hijau
tua, permukaan bawah
kemerahan, daun tunggal,
tebal berdaging, datar dan
letaknya berhadapan atau
tersebar.
Batang : Warna kemerahan
atau coklat keunguan, bulat
yang tumbuh tegak atau
sebagian atau seluruhnya
terletak di atas tanah,
panjang sekitar 10 – 50 cm,
tangkainya pendek
berbentuk bulat telur
Gambar 1.9 sungsang, bagian ujungnya
Krokot bulat melekuk.

(Portulaca Bunga : Berkelomok 2 – 6


oleracea) buah yang keluar dari ujung
percabangan, mahkota daun
Keterangan : berjumlah lima buah,
berwarna kuning dan kecil –
1. Daun
2. Batang kecil.
3. Akar Akar : Tunggang
4. Bunga
Organ tubuh lainnya
:Buahnya berbentuk kotak,
bijinya banyak dengan
23

warna hitam cokelat


mengkilap.
Kunci determinasi :
1b. Tumbuhan dengan
bunga sejati. Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat
pembelit…3
3b. Daun tidak berbentuk
jarum..4
4b. Tumbuhan yang tidak
menyerupai bangsa rumpu –
rumputan..6
6b. Terdapat daun – daun
yang jelas..7
7b. Bukan tumbuhan bangsa
palem atau yang
menyerupainya..9
9b. Tumbuhan tidak
memanjat atau membelit..10
10b. Daun tidak teratur…11
11b. Cabang tulang daun
kesatu dapat dibedakan
jelas..12
12a. Semua daun dalam
karang, terdapat batang yang
jelas berdaun..(Golongan 6.
Daun – daun berkarang)
10. Daun :
Daunnya sempit, lebar
hanya 0,25 inchi dan
panjangnya 2 – 10 inchi,
permukaan daun terdapat
bulu – bulu halus dan sering
menggulung ke dalam.
24

Batang :
Kaku dan membulat
Bunga :
Panjang bunganya 3 – 9
inchi, bercabang dan agak
Gambar 1.10
terbuka dengan ujung
Lempuyangan cabang yang terbuka.

(Panicum repens L) Akar :


Serabut

Keterangan : Organ tubuh lainnya :


1. Daun Biji dengan ukuran 0,5 – 0,8
2. Batang mm.
3. Akar
4. Bunga Kunci Determinasi :
1b. Tumbuhan dengan
bunga sejati. Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat
pembelit…3
3b. Daun tidak berbentuk
jarum..4
4a. Bangsa rumput –
rumputan..5
5a. Batang bulat atau
terkadang sedikit
pipih..(Gramineae)
Sumber : Hasil Pengamatan
2. Pembahasan

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan


kondisi yang tidak diinginkan manusia. Menurut Denada dan Kristanti
(2013), gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak
dikehendaki terutama di tempat manusia bermaksud mengusahakan tanaman
budidaya. Keberadaan gulma pada areal tanaman budidaya dapat
25

menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi.


Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma adalah penurunan hasil pertanian
akibat persaingan dalam perolehan air, unsur hara dan tempat hidup,
penurunan kualitas hasil, menjadi inang hama dan penyakit, membuat
tanaman keracunan akibat senyawa racun atau alelopati. Milawaty et al
(2015) menyatakan bahwa kemampuan persaingan antara tanaman dengan
gulma dipengaruhi oleh jenis gulma, kerapatan gulma saat dan lamanya
persaingan, cara budidaya, dan varietas yang ditanam serta tingkat kesuburan
tanah. Tindakan penyiangan merupakan salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma kadang
kala sebagai suatu hal yang diabaikan oleh petani karena dianggap
membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar.
Identifikasi adalah mencari dan menemukan jenis (spesies), marga
(genus), suku (familia) atau nama kelompok tertentu. Menurut Pusat
penelitian kopi dan kakao Indonesia (2010), identifikasi gulma dapat
dilakukan dengan salah satu atau kombinasi cara-cara sebagai berikut:
bertanya kepada orang yang sudah tahu, membandingkan gulma tersebut
dengan ilustrasi atau foto-foto yang sudah diidentifikasikan, membandingkan
gulma dengan herbarium yang telah diidentifikasi, mencari sendiri melalui
kunci determinasi tumbuhan, dan mengirim spesimen ke lembaga-lembaga
yang menyediakan jasa identifikasi tumbuhan. Solahudin et al (2010)
menyatakan bahwa berdasarkan morfologi daun, gulma dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar.
Menurut Wijiyadi (2009), kunci determinasi adalah serangkaian
pernyataan khusus yang sengaja dirancang untuk mengidentifikasi makhluk
hidup yang sedang diteliti. Setiap pernyataan dapat dibuat dengan
kemungkinan jawaban lebih dari satu dan tiap jawaban mengarah pada
pernyataan lainnya, hingga didapatkan satu jawaban, yaitu spesies. Menurut
Untoro dan Tim Guru Indonesia (2010), melakukan determinasi tumbuhan
berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas atau jati diri suatu
tumbuhan, yang dalam hal ini adalah menentukan namanya yang benar dan
26

tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Klasifikasinya pun diharapkan


agar dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu
dengan menerapkan sistem filogenetik. Determinasi tumbuhan selalu
didasarkan atas spesimen (bahan) yang riil, baik spesimen yang masih hidup
maupun yang telah diawetkan, biasanya dengan cara dikeringkan atau dalam
bejana yang berisi cairan pengawet, misalnya alkohol atau formalin. Kolektor
akan melakukan 2 hal jika ingin mengadakan koleksi tumbuhan dan
determinasi tumbuhan yaitu identikasi tumbuhan yang masih belum dikenal
oleh dunia ilmu pengetahuan dan determinasi yang sudah dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan, tetapi kolektor belum mengetahuinya.
Menurut Hamid (2010), komunitas gulma berbeda- beda dari satu tempat
ke tempat yang lainnya baik pada jenis pertanaman yang sama maupun yang
berbeda. Solfiyeni et al. (2013) menambahkan, gulma yang terdapat di lahan
sawah akan berbeda dengan gulma yang ditemukan di lahan kering karena
perbedaan tempat tumbuh dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Beberapa
gulma yang kami jumpai pada pertanaman budidaya cabai, diantaranya yaitu
Jekeng (Cyperus iria L); Meniran (Phyllanthus niruri.); Alang-alang
(Imperata cylindrica); Rumput Belulang (Eleusine indica L.); Teki (Cyperus
rotundus); Babandotan (Ageratum conzoides); Ciplukan (Physalis angulata);
Bayam Berduri (Amaranthus spinosus). Krokot (Portulaca oleracea) dan
Lempuyangan (Panicum repens L).
Jekeng (Cyperus iria L) mempunyai ciri morfologi akar serabut yang
tumbuh menyamping berwarna merah kecoklatan, batang tumbuh tegak
bersegi, agak lunak, berwarna hijau sampai kekuning-kuningan. Daun licin,
berbulu pada bagian ujung di bagian pangkal batang dengan lebar 2-5 cm.
Bunga terdapat di ujung berwarna kekuningkuningan, berbentuk payung,
anak bulir berbentuk garis atau lanset, tertekan dan meruncing, panjang 5-10
mm, lebar 0.8-1.0 mm, daun pembalut 2-3, sering lebih panjang dari cabang
karangan bunganya. Tinggi gulma ini dapat mencapai 50 cm.
Meniran (Phyllanthus niruri) memiliki Bentuk daun bulat telur (ovale),
ujung daunnya tumpul, bewarna hijau tua. Batang berbentuk bulat, berbatang
27

basah, berwarna hijau. Memiliki bunga tunggal, menggantung dan berwarna


putih. Berakar tunggang, berwarna putih. Memiliki bunga berbentuk kotak
dan, bulat pipih, berwarna hijau. Biji kecil, keras dan berbentuk ginjal,
berwarna coklat.
Alang- alang (Imperata cylindrica) memiliki ciri fisik yaitu : daun yang
masih muda berwarna hijau, sedangkan daun yang lebih tua berwarna orange-
coklat. Alang-alang dapat tumbuh hingga membentuk tandan yang tipis atau
padat. Setiap tandan berisi beberapa daun yang tumbuh dari permukaan tanah,
bagian pinggir daun datar dan bergerigi, dengan pelepah putih menonjol di
bagian tengah, tinggi daun dapat mencapai 2-6 kaki, bunga dari alang-alang
berwarna putih dan berbentuk seperti bulu. Rimpang alang- alang berwarna
putih, tersegmentasi (memiliki simpul), dan ada yang bercabang, ujung
rimpang tajam dan bisa menembus akar tanaman lainnya.
Rumput Belulang (Eleusine indica) memiliki daun berbentuk pita
memanjang, ujungnya runcing, berwarna hijau tua. Batang membentuk
rumpun, membentuk cabang. Bunga berbentuk bulir, tumbuh menjari,
berwarna coklat tua. Akar berakar serabut, percabangan banyak, memiliki
bulu halus. Buah berbentuk elips meruncing, buah sangat ringan, memiliki
putik. Biji berbentuk bulat telur, berwarna putih.
Teki (Cyperus rotundus L.) memiliki bentuk daun seperti bangun pita,
tulang daun sejajar, berwarna hijau muda. Batang berbentuk segitiga,
berongga kecil dan lunak. Memiliki bunga majemuk, berbentuk bulir dan
payung, berwarna kuning kecoklatan. Akar berakar serabut, memiliki banyak
anak cabang, tumbuh memanjang dan menyebar di dalam tanah. Buah
berbulirhalus, berbentuk gepeng, berwarna coklat. Biji berukuran kecil,
berwarna hijau.
Bandotan (Ageratum conyzoides) memiliki daun bentuk bulat telur dengan
pangkal membulat dan ujung meruncing, letaknya saling berhadapan,
warnanya hijau, panjang 1-10 cm dan lebar 0,5-6 cm, batangnya berbentuk
bulat dan berambut panjang, jika batang menyentuh tanah akan mengeluarkan
akar. Bunganya majemuk berkumpul 3 atau lebih, bentuknya malai rata
28

warnanya putih dengan panjang bonggol kurang dari 6-8 mm, akarnya
tunggang warnanya putih kotor, buahnya berwarna hitam kecil-kecil dan
mengandung banyak biji.
Ciplukan (Physalis angulata L) adalah tumbuhan herba anual (tahunan)
dengan tinggi 0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu,
bersegi tajam, berusuk, dan berongga. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian
bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat
memanjang-lanset dengan ujung runcing. Bunga tunggal, di ujung atau ketiak
daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk.
Bayam duri (Amaranthus spinosus) memiliki daun berbentuk bundar telur
memanjang, ujung daunnya runcing, tulang daun menyirip. Batang berbentuk
bulat, berbatang basah, bercabang banyak, terdapat duri di pangkal tangkai.
Bunga berbentuk bongkol, berwarna hijau muda atau kuning. Memiliki akar
tunggang, tidak berkatu, berwarna putih kekuningan. Buah berbentuk
lonjong, berwarna hijau.
Krokot (Pertulaca cleracea L.) memiliki daun tunggal, tebal, berdaging,
datar, letaknya berhadapan/tersebar, warna daun permukaan atas hijau tua,
dan permukaan bawah merah tua, batangnya berbentuk bulat, tegak,
warnanya coklat kekuningan dengan panjang 10-50 cm. Bunganya
berkelompok 2-6 buah keluar dari ujung percabangan mahkota daun ada 5
buah dan warnanya kuning kecil-kecil, akarnya serabut merambat di dalam
tanah, buah berbentuk kotak, bijinya banyak berwarna hitam-coklat
mengkilap. Lempuyangan (Panicum repens L) merupakan rumput tahunan
dengan akar rimpang sepanjang 12-40 cm, menjalar di bawah permukaan
tanah, tebal rimpang hingga 20 mm, putih, berdaging. Daun berukuran 4-30
cm x 3-9 mm berbentuk garis dengan kaki lebar dan ujung runcing. Bunga
majemuk berupa malai agak jarang sepanjang 8-22 cm.
Masing-masing dari jenis gulma yang diidentifikasi berdasarkan bentuk
batang, struktur bunga, daun akar dan lainnya serta dicari kunci
determinasinya. Masing-masing dari jenis gulma yang diamati memiliki ciri-
ciri morfologi yang berbeda. Manfaat dari identifikasi gulma kita dapat
29

mengetahui nama-nama gulma, ciri morfologi gulma dan karakteristiknya,


sehingga dapat mengetahui cara pengendaliannya yang tepat pada setiap jenis
gulma. Menurut Untoro dan Tim Guru Indonesia (2010), manfaat
mempelajari klasifikasi yaitu mempermudah mengenal dan mempelajari
makhluk hidup. Kastanja (2011) mengatakan bahwa identifikasi dimaksudkan
untuk membantu para petani dalam usaha menentukan program pengendalian
gulma secara terarah sehingga produksi padi dapat ditingkatkan sebagaimana
yang diharapkan.

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan praktikum Pengelolaan
Gulma acara Identifikasi Gulma dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaannya pada suatu waktu dan
tempat tidak dikehendaki manusia. Secara umum gulma dibagi menjadi 3
golongan berdasarkan ciri morfologinya, yaitu teki-tekian, berdaun lebar,
dan berdaun sempit.
b. Cara identifikasi gulma: 1) Membandingkan gulma tersebut dengan
material yang telah diidentifikasi di herbarium. 2) Konsultasi langsung,
dengan para ahli di bidang yang bersangkutan. 3) Mencari sendiri melalui
kunci identifikasi. 4) Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
5) Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia.
c. Beberapa tanaman yang dianggap gulma pada pertanaman budidaya
cabai adalah Jekeng (Cyperus iria L); Meniran (Phyllanthus niruri.);
Alang-alang (Imperata cylindrica); Rumput Belulang (Eleusine indica
L.); Teki (Cyperus rotundus); Babandotan (Ageratum conzoides);
Ciplukan (Physalis angulata); Bayam Berduri (Amaranthus spinosus).
Krokot (Portulaca oleracea) dan Lempuyangan (Panicum repens L).
d. Manfaat dari identifikasi gulma kita dapat mengetahui nama-nama
gulma, ciri morfologi gulma dan karakteristiknya, sehingga dapat
mengetahui cara pengendaliannya yang tepat pada setiap jenis gulma.
30

2. Saran
Saran yang dapat diberiksn pada praktikum acara identifikasi gulma
ini adalah, sebaiknya dalam melakukan pengamatan dilapang sebaiknya
praktikan sudah dibekali dengan buku kunci determinasi agar praktikan
dapat langsung mengidentifikasi gulma dan tidak kesusahan untuk
mengidentifikasi gulma-gulma yang telah ditemukan.
31

DAFTAR PUSTAKA

Denada VR dan Kristanti IP. 2013. Studi potensi bioherbisida ekstrak daun
ketapang (terminalia catappa) terhadap gulma rumput teki (Cyperus
rotundus) . J Sains dan Seni Pomits 2(2): 2337-3520. Jakarta: Agro
Media Pustaka.

Hamid I. 2010. Identifiksi Gulma pada Areal Pertanaman Cengkeh (Eugenia


aromatica) di Desa Nalbessy Kecamatan Leksula Kabupaten Buru
Selatan. J. Ilmiah Agribisnis dan Perikanan 3 (1): 63-71

Kastanja, Ariance Y. 2011. Identifikasi jenis dan dominansi gulma pada


pertanaman padi gogo. J. Agroforestri 6(1): 40-46

Milawaty T, Fitria SB, Hayatiningsih G. 2015. Pengaruh jarak tanam dan waktu
penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (vigna
radiata l.) Varietas vima-1. J Agroteknologi. 11(2): 1-8.

Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia. 2010. Buku pintar budidaya kakao.
Jakarta: Agro Media Pustaka.

Solahudin, Subrata, Supriyanto. 2010. Pendeteksian kerapatan dan jenis gulma


dengan metode bayes dan analisis dimensi fraktal untuk pengendalian
gulma secara selektif. J Keteknikan Pertanian 24(2): 129- 135.

Solfiyeni, Chairul, Muharrami R. 2013. Analisis vegetasi gulma pada pertanaman


jagung (Zea mays L.) di lahan kering dan lahan sawah di Kabupaten
Pasaman. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung: 351-356.

Untoro J, dan Tim Guru Indonesia. 2010. Buku pintar pelajaran: ringkasan materi
dan kumpulan rumus lengkap. Jakarta (ID): Wahyu media.

Wijiyadi E. 2009. Penerapan tree dalam klasifikasi dan determinasi makhluk


hidup.Bandung:IT
II. ANALISIS VEGETASI GULMA DENGAN METODE KUADRAT

A. Pendahululan

1. Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari
komposisi jenis dan struktur vegetasi atau kelompok tumbuh-tumbuhan.
Konsepsi dari metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi,
tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannnya misalnya untuk
mengevaluasi hasil pengendalian gulma. Metode yang digunakan untuk
analisis vegetasi harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi. Metode
yang lazim dalam analisis vegetasi ada empat yaitu metode estimasi visual,
metode kuadrat, metode garis dan metode titik.
Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi
yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Metode ini
dilakukan dengan membuat petak contoh, baik petak tunggal maupun
beberapa petak contoh untuk kemudian dilakukan analisis vegetasi. Petak
tunggal akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi
yang diteliti bersifat homogen. Untuk memudahkan analisis, petak contoh
biasanya dibagi ke dalam kuadran-kuadran yang lebih kecil. Ukuran
kuadran tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan
distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi).
Metode kuadrat yang digunakan dalam analisis vegetasi gulma
diantaranya bertujuan untuk mempelajari tingkat suksesi atau evaluasi hasil
suatu pengendalian gulma. Melalui praktikum ini mahasiswa dapat
mengetahui karakter suatu vegetasi gulma di setiap lahan yang berbeda
melalui sampling berbagai kuadran petak contoh. Dengan analisi vegetasi
dapat ditentukan posisi gulma terhadap tanaman budidaya, metode
pengendalian gulma yang efektif, dan evaluasi dari pengendalian yang telah
dilakukan.

32
33

2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
menganalisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.
B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Pengelolaan Gulma acara Analisis Vegetasi Gulma dengan
Metode Kuadrat dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 2018 di lahan
Fakultas Pertanian UNS, Jumantono, Karanganyar pada pukul 06.30-11.00
WIB.
2. Alat dan Bahan
a. Suatu kawasan dengan berbagai jenis gulma
b. Kuadran 1 m x 1 m
3. Cara Kerja
a. Menentukan minimal 2 kawasan yang memiliki berbagai jenis gulma
untuk dilakukan identifikasi. Tiap kawasan dianalisis oleh 1 kelompok.
b. Menentukan luas petak minimal untuk dilakukan analisis vegetasi.
c. Secara acak tentukan tempat – tempat masing – masing 1 m2 untuk
dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominansinya.
d. Membandingkan dua kawasan tersebut apakah sebaran gulmanya sama
atau berbeda. Gunakan nilai penting (IV) ataupun Summed Dominance
Ratio (SDR).
34

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengamatan Vegetasi Suatu Lahan denga Metode Kuadrat

Petak contoh
No Nama Vegetasi K F FR (%) d1 d2 D DR (%) INP SDR
1 2 KR (%)

1 Mimosa pudica 1 1 4,5 0,5 12.5 70 39 0,428 5,9 22,9 7,6

2 Hedyotis corymbosa 1 1 4,5 0,5 12.5 40 37 0,232 3,2 20,2 6,7

3 Cynodon dactylon 8 8 36,3 0,5 12.5 184 124 3,582 49,5 98,3 32,7

4 Panicum repens 2 2 9,09 0,5 12.5 140 63 1,384 19,1 40,7 13,6

5 Portulaca oleracea 1 1 4,5 0,5 12.5 56 24 0,211 2,9 19,9 6,6

6 Cyperus sp. 2 2 9,09 0,5 12.5 50 32 0,251 3,5 25,1 8,4

7 Borreria alata 1 1 4,5 0,5 12.5 26 15 0,061 0,8 17,8 5,9

8 Echinochloa crus-galli 6 6 27,27 0,5 12.5 104 67 1,093 15,01 54,8 18,3

∑ 12 10 22 99.75 4 100 670 401 7,242 99,91 229,7 99,8

Rata-
1,5 1,25 2,75 12,47 0,5 12,5 83,75 50,125 0,9 12,49 28,71 12,475
rata

Sumber : Hasil Pengamatan


35

2. Analisis Data

a. Metode Kuadrat
1. Kerapatan Mutlak (K)
K = Jumlah individu Petak 1 + Petak 2
a. Mimosa pudica = 1+0 =1
b. Hedyotis corymbosa = 1+0 =1
c. Cynodon dactylon = 8+0 =8
d. Panicum repens = 2+0 =2
e. Portulaca oleracea = 0+1 =1
f. Cyperus sp. = 0+2 =2
g. Borreria alata = 0+1 =1
h. Echinochloa crus-galli = 0+6 =6
Jumlah KerapatanMutlak (K) = 22
Rata-rata Kerapatan (K) = 2,75

2. Kerapatan Relatif (KR)


𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
KR = x 100%
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
1
a. Mimosa pudica = x 100% = 4,5 %
22
1
b. Hedyotis corymbosa = x 100% = 4,5 %
22
8
c. Cynodon dactylon = x 100% = 36,3 %
22
2
d. Panicum repens = x 100% = 9,09 %
22
1
e. Portulaca oleracea = x 100% = 4,5 %
22
2
f. Cyperus sp. = x 100% = 9,09 %
22
1
g. Borreria alata = x 100% = 4,5 %
22
6
h. Echinochloa crus-galli = x 100% = 27,27 %
22

Jumlah Kerapatan Relatif (KR) total = 99,75%


Rata-rata (KR) = 12,47
3. Frekuensi Mutlak (F)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
F= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
1
1. Mimosa pudica = = 0,5
2
36

1
2. Hedyotis corymbosa = = 0,5
2
1
3. Cynodon dactylon = = 0,5
2
1
4. Panicum repens = = 0,5
2
1
5. Portulaca oleracea = = 0,5
2
1
6. Cyperus sp. = = 0,5
2
1
7. Borreria alata = = 0,5
2
1
8. Echinochloa crus-galli = = 0,5
2

Jumlah Frekuensi Mutlak (F) =4


Rata-rata Frekuensi (F) = 0,5

4. Frekuensi Relatif (FR)


𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
FR = x 100%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
0,5
1. Mimosa pudica = x 100% = 12,5 %
4
0,5
2. Hedyotis corymbosa = x 100% = 12,5 %
4
0,5
3. Cynodon dactylon = x 100% = 12,5 %
4
0,5
4. Panicum repens = x 100% = 12,5 %
4
0,5
5. Portulaca oleracea = x 100% = 12,5 %
4
0,5
6. Cyperus sp = x 100% = 12,5 %
4
0,5
7. Borreria alata = x 100% = 12,5 %
4
0,5
8. Echinochloa crus-galli = x 100% = 12,5 %
4

Jumlah Frekuensi Relatif (FR) total = 100%


Rata-rata FR = 12,5%
5. Dominansi Mutlak (D)
𝑑1𝑥𝑑2
𝐷=( ) 𝑥 2𝜋 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
4
1. Mimosa pudica
D1 = 70
D2 = 39
70 𝑥 39 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 0,428
4 10.000
37

2. Hedyotis corymbosa
D1 = 40
D2 = 37
40 𝑥 37 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 0,232
4 10.000

3. Cynodon dactylon
D1 = 27+20+22+20+16+20+19+40 = 184
D2 = 14+16+13+14+11+13+17+26 = 124
184 𝑥 124 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 3,582
4 10.000

4. Panicum repens
D1 = 60+80 = 140
D2 = 43+20 = 63
140 𝑥 63 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 1,384
4 10.000

5. Portulaca oleracea
D1 = 56
D2 = 24
56 𝑥 24 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 0,211
4 10.000

6. Cyperus sp.
D1 = 35+15 = 50
D2 = 23+9 = 32
50 𝑥 32 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 0,251
4 10.000

7. Borreria alata
D1 = 26
D2 = 15
26 𝑥 15 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 0,061
4 10.000

8. Echinochloa crus-galli
D1 = 24+20+33+7+10+10 = 104
D2 = 14+16+21+3+6+7 = 67
104 𝑥 67 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 1,093
4 10.000

Jumlah Dominasi Mutlak (D) total = 7,242


38

Rata-rata = 0,905

6. Dominansi Relatif (DR)


𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐷𝑅 = 𝑥 100%
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
1. Mimosa pudica
0,428
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 5,9%

2. Hedyotis corymbosa
0,232
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 3,2%

3. Cynodon dactylon
3,582
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 49,5%

4. Panicum repens
1,384
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 19,1%

5. Portulaca oleracea
0,211
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 2,9%

6. Cyperus sp.
0,251
𝐷𝑅 = 𝑥 100% = 3,5%
7,242

7. Borreria alata
0,061
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 0,8

8. Echinochloa crus-galli
1,093
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 15,01

Jumlah Dominansi Relatif (DR) = 99,91


Rata-rata = 12,49
7. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR + DR
1. Mimosa pudica = 4,5 + 12,5 + 5,9 = 22,9
2. Hedyotis corymbosa = 4,5 + 12,5 + 3,2 = 20,2
3. Cynodon dactylon = 36,3 + 12,5 + 49,5 = 98,3
4. Panicum repens = 9,09 + 12,5 + 19,1 = 40,7
5. Portulaca oleracea = 4,5 + 12,5 + 2,9 = 19,9
6. Cyperus sp. = 9,09 + 12,5 + 3,5 = 25,1
7. Borreria alata = 4,5 + 12,5 + 0,8 = 17,8
8. Echinochloa crus-galli = 27,27 + 12,5 + 15,01 = 54,8
Jumlah Indeks Nilai Penting (INP) = 229,7

Rata-rata Indeks Nilai Penting (INP) = 28,71

8. SDR
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔
SDR = 3
22,9
1. Mimosa pudica = = 7,6
3
20,2
2. Hedyotis corymbosa = = 6,7
3
98,3
3. Cynodon dactylon = = 32,7
3
40,7
4. Panicum repens = = 13,6
3
19,9
5. Portulaca oleracea = = 6,6
3
25,1
6. Cyperus sp. = = 8,4
3
17,8
7. Borreria alata = = 5,9
3
54,8
8. Echinochloa crus-galli = = 18,3
3
Jumlah SDR = 99,8
Rata-rata SDR = 12,47

39
40

3. Pembahasan
Prabowo et al (2008) mengatakan bahwa metode kuadrat
merupakan metode analisis vegetasi, yakni dengan pengamatan pada
petak contoh yang luasannya diukur dalam satuan kuadrat. Bentuk petak
contoh bisa berupa persegi empat, persegi panjang, atau lingkaran.
Metode ini cukup detail dan teliti sehingga cocok untuk vegetasi gulma
campuran yang rapat dan tidak jelas batas-batasnya, namun aplikasinya
akan memakan lebih banyak waktu dibandingkan metode garis. Menurut
Solahudin (2010), metode petak ganda (kuadrat) merupakan metode yang
serba guna, kuadrat adalah luas pada suatu habitat dalam berbagai bentuk
yang dapat membatasi vegetasi, sehingga penutupan vegetasi di area
tersebut dapat dihitung dan luas vegetasi pada habitat yang dikaji dapat
diperkirakan. Cara meletakkan kuadrat plot sampling pada habitat
vegetasi yang diteliti adalah secara random atau acak.

Pasau et al (2008) mengatakan bahwa metode analisis vegetasi


gulma yang digunakan adalah metode kuadrat, dengan alat yang
digunakan berupa kerangka besi berukuran sesuai dengan jarak
tanamnya. Cara pengambilan sampel gulma dilakukan dengan systematic
ramdom sampling. Analisis vegetasi gulma dilakukan sebelum
pengolahan tanah dan pada waktu tanaman berumur 3, 6 dan 9 minggu
setelah tanam serta analisis akhir (saat panen). Hasil pengambilan gulma
sampel selanjutnya dihitung jumlah individu tiap spesies dan dikeringkan
dalam oven untuk memperoleh berat keringnya. Besaran yang diamati
dalam analisis vegetasi gulma meliputi kerapatan, (jumlah individu jenis
tersebut dari seluruh petak sampel yang diambil) frekuensi, (jumlah
kehadiran jenis tersebut dari seluruh petak sampel yang diambil) dan
dominansi (jumlah biomassa jenis tersebut dari seluruh petak sampel
yang diambil) yang masing- masing mempunyai nilai mutlak dan nisbi.
Menurut Lianah et al. (2013), keanekaragaman jenis adalah parameter
yang berguna untuk membandingkan dua komunitas, terutama untuk
mengetahui pengaruhnya dari gangguan biotic, atau untuk mengetahui
41

tingkat suksesi atau kestabilan dari suatu jenis. Konsep kemerataan ini
menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan individu antar jenis.
Ukuran kemerataan ini juga dapat digunakan sebagai indikator adanya
gejala dominansi diantara setiap jenis dalam suatu komunitas, dimana
jika setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas
tersebut mempunyai nilai kemerataan (evenness) maksimum, dan
sebaliknya jika nilai evenness minimum, maka dalam komunitas tersebut
terdapat jenis dominan, sub dominan, dan jenis terdominansi. Restiana
dan Dahlianah (2014) mengatakan bahwa parameter yang diamati adalah
sebagai berikut : 1) Kerapatan, yaitu nilai yang menunjukkan jumlah
individu dari suatu jenis yang menjadi anggota suatu komunitas
tumbuhan dalam luasan tertentu. 2) Frekuensi, yaitu nilai besaran yang
menyatakan derajat penyebaran di dalam komunitasnya.
Agustina dan Yursida (2015) mengatakan bahwa kelebihan dari
analisis metode kuadrat adalah pengendalian gulma diarahan kepada
benarnya sasaran gulma yang kita tuju, sehingga ketepatan pengenalan
jenis-jenis gulma dominan mutlak dilakukan. Kesalahan dalam
identifikasi gulma dapat berakibat fatal dalam hasil pengendalian gulma.
Menurut Kainde et al (2011), metode kuadrat merupakan metode paling
sederhana dan sering digunakan, yang dimaksud “kuadrat” adalah suatu
ukuran luas yang diukur dalam satuan kuadrat (m2) berbentuk bujur
sangkar.
Praktikum analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat
ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta di daerah Jumantono dengan menggunakan kuadrat 1 m x 1 m.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum acara 2 ini menunjukan bahwa
diperoleh 8 macam gulma yaitu Mimosa pudica, Hedyotis corymbosa,
Cynodon dactylon, Panicum repens, Portulaca oleracea, Cyperus sp.,
Borreria alata, dan Echinochloa crus-galli. Berdasarkan data gulma
yang ada tersebut di cari nilai kerapatan, dominansi dan frekuensinya,
lalu dihitung nilai INP (Indeks Nilai Penting)nya. INP (indeks nilai
42

penting) digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Nilai


kerapatan tertinggi terdapat pada gulma Cynodon dactylon sebanyak 8
dengan nilai kerapatan relatif sebesar 36,3%. Frekuensi Mimosa pudica,
Hedyotis corymbosa, Panicum repens, Portulaca oleracea, Cyperus sp.,
Borreria alata, dan Echinochloa crus-galli sebesar 0,5 dengan frekuensi
relatifnya 12,5%. Nilai dominansi tertinggi terdapat pada spesies
Cynodon dactylon yaitu 3,582 dengan dominansi relatif sebesar 49,5%
dan nilai dominansi terendah terdapat pada spesies Borreria alata yaitu
0,061 dengan dominansi relatif sebesar 0,8%.
Menurut Muhdin et al (2008), Indeks Nilai Penting (INP) dapat
digunakan untuk mengetahui dominansi spesies dalam komunitas
tumbuhan yang diteliti. Indeks Nilai Penting (INP) digunakan sebagai
besaran yang menunjukkan kedudukan suatu jenis terhadap jenis lain
dalam suatu komunitas. Makin besar INP suatu jenis, maka peranannya
dalam komunitas tersebut semakin penting. Nilai Indeks Nilai Penting
(INP) tertinggi terdapat pada spesies Cynodon dactylon yaitu sebesar
98,3 dan nilai INP terendah terdapat pada spesies Borreria alata yaitu
sebesar 17,8. Menurut Wahyudi et al. (2008) dalam bukunya dijelaskan
bahwa nilai SDR dari masing – masing jenis kemudian diurutkan
sehingga diperoleh daftar jenis gulma dan nilai SDR-nya. Suatu
komoditas gulma seringkali dijumpai ada beberapa gulma yang memiliki
nilai SDR yang cukup besar, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
tidak ada gulma yang dominan akan tetapi ada beberapa jenis gulma
yang lebih dominan dari yang lain. Nilai SDR tertinggi terdapat pada
spesies Cynodon dactylon sebesar 32,7dan Nilai SDR terendah terdapat
pada spesies Borreria alata yaitu sebesar 5,9. Menurut Edy (2011),
manfaat melakukan identifikasi gulma adalah untuk mengetahui jenis
gulma penting yang ada pada budidaya tanaman. Wahyudi et al. (2008)
menambahkan, Tujuan analisis vegetasi adalah mengetahui komposisi
jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan hal ini dilakukan untuk
keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida yang sesuai.
43

Tujuan lainnya untuk mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan


antara dua vegetasi. Hal ini penting misalnya untuk membandingkan
apakah terjadi perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah
dilakukan pengendalian dengan cara tertentu.

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan praktikum
Pengelolaan Gulma acara Analisis Vegetasi Gulma dengan Metode
Kuadrat dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis)
dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma - gulma yang
memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan
ruang hidup.
b. Metode kuadrat merupakan bentuk percontoh atau sampel dapat berupa
segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu.
Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan
dahulu luas minimumnya.
c. Berdasarkan pengmatan diperoleh 8 macam gulma yaitu Mimosa
pudica, Hedyotis corymbosa, Cynodon dactylon, Panicum repens,
Portulaca oleracea, Cyperus sp., Borreria alata, dan Echinochloa crus-
galli.
d. Manfaat melakukan identifikasi gulma adalah untuk mengetahui jenis
gulma penting yang ada pada budidaya tanaman
2. Saran
Praktikum telah berjalan dengan baik dan peralatan yang digunakan
telah lengkap namun sebaiknya pengarahan Co-Ass lebih jelas sehingga
praktikan dapat memahami kegiatan praktikum dengan baik.
44

DAFTAR PUSTAKA

Agustina K, Yursida. 2015. Diversitas gulma pada budidaya padi dan jagung di
lahan pasang surut Desa Banyu Urip Kecamatan Tanjung Lago. J Lahan
Suboptimal 4(1): 1-8.

Edy S. 2011.Weeds assessment di perkebunan kelapa sawit lahan gambut.J


Perkebunan & Lahan Tropika 12(1): 37-42

Kainde RP, Ratag SP, Tasirin JS. 2011. Analisis vegetasi hutan lindung gunung
Tumpa. J Eugenia 17(3): 31-39.

Lianah, Anggoro S, Rya HS, Izzati. 2013. Perbandingan analisis vegetasi


lingkungan alami tetrastigma glabratum di hutan lindung gunung prau
sebelum dan sesudah eksploitasi. Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan: 202-211.

Muhdin et al. 2008. The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural


Forest. J. MHT 14(2):81-87 Parvez Anwar. 2012. Response of weed flora
to different herbicides in aerobic rice system. Journal of Scientific
Research and Essays 7(1): 12-23

Pasau P, Prapto Yudono, Abdul Syukur. 2008. Pergeseran komposisi gulma pada
perbedaan proporsi populasi jagung dan kacang tanah dalam tumpang
sari pada regosol sleman. J Ilmu Pertanian 16(2):60 – 78

Prabowo, Wibawa A, Santoso AB. 2008. Panduan lengkap kakao. Jakarta:


Penebar Swadaya

Restiana dan Dahlianah I. 2014. Analisis vegetasi gulma pada kebun semangka
(Citrullus lanatus) di Desa Timbangan Kecamatan Inderalaya Kabupaten
Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. J. Sains Matematika 11(2): 49-58.

Solahudin M , Subrata, Supriyanto. 2010. Pendeteksian kerapatan dan jenis gulma


dengan metode bayes dan analisis dimensi fraktal untuk pengendalian
gulma secara selektif. J. Keteknikan Pertanian 24(2): 129-135

Wahyudi T, Panggabean TR, Pujiyanto. 2008. Panduan lengkap kakao:


manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
III. ANALISIS VEGETASI GULMA DENGAN METODE GARIS
DAN METODE TITIK
A. Pendahululan
1. Latar Belakang
Analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi,
evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai
akibat metode pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk
menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan.
Konsep dan metode analisis vegetasi sangat bervariasi tergantung keadaan
vegetasi dan tujuan analisis. Metode yang digunakan harus disesuaikan
dengan struktur dan komposisi vegetasi.
Metode garis (line intercept) biasanya digunakan untuk areal yang
luas dengan vegetasi semak rendah. Metode titik (point intercept) biasanya
digunakan untuk pengamatan sebuah petak contoh dengan vegetasi yang
tumbuh menjalar (creeping). Metode visual (visual emotion) dapat
digunakan untuk suatu survey daerah yang luas dan tidak tersedia cukup
waktu.
Metode garis atau rintisan adalah petak contoh yang memanjang,
diletakkan di sebuah komunitas vegetasi. Parameter yang digunakan dalam
metode ini adalah kerapatan, frekuensi dan dominansi yang dinyatakan
dalam kelindungan. Metode titik smerupakan suatu variasi dari metode
kuadrat yang sangat efektif digunakan untuk sampling vegetasi rendah,
rapat dan tidak jelas batas satu dengan lainnya. Parameter yang diperoleh
pada metode ini adalah dominansi dan frekuensi.
2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
menganalisis vegetasi menggunakan metode garis dan metode titik.

45
46

B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Pengelolaan Gulma acara Analisis Vegetasi Gulma dengan
Metode Garis dan Metode Titik dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 2018
di lahan Fakultas Pertanian UNS, Jumantono, Karanganyar pada pukul
06.30-11.00 WIB.
2. Alat dan Bahan
a. Suatu kawasan dengan berbagai jenis gulma
b. Tali rafia
c. Kerangka berjarum untuk metode titik
d. Meteran
3. Cara Kerja
a. Menentukan minimal 2 kawasan yang memiliki berbagai jenis gulma
untuk dilakukan identifikasi. Tiap kawasan dianalisis oleh 1 kelompok.
b. Menarik tali rafia sepanjang 10 m (untuk metode garis).
c. Menentukan area sepanjang 1 m (untuk metode titik).
d. Melakukan analisa vegetasi dengan metode garis untuk mendapatkan 3
parameter sebagaimana pada metode kuadrat dan 2 parameter
(dominansi dan frekuensi untuk metode titik).

Membandingkan 2 kawasan tersebut apakah sebaran gulmanya sama atau


berbeda. Menggunakan nilai penting (IV) ataupun Summed Dominance Ratio
(SDR).
47

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Pengamatan Vegetasi Suatu Lahan dengan Metode Garis
Petak contoh Individu (K) : Dominansi (D) cm
KR DR FR
No Nama Vegetasi 1 2 F INP SDR
(%) (%) (%)
D K D K
1 Bidenspilosa L 60 3 246 2 12,5 18,434 1 25 55,934 18,64
2 Euphorbia Hirta 388 2 58 2 10 26,87 1 25 61,87 20,6
3 Mimosa Pudica 101 3 - - 7,5 6,08 ½ 12,5 26,08 8,7
4 Gulma C 67 1 - - 2,5 3,79 ½ 12,5 18,79 6,3
5 Cynodon Dactilon 351 13 89 14 67,5 44,8 1 25 137,3 45,8
∑ 967 22 393 18 100 99,98 4 100 299,974 100,04
Rata-
193,4 4,4 78,6 3,6 20 19,99 0,8 20 59,99 20,08
rata
Sumber : Hasil Pengamatan
48

Tabel 3.2 Pengamatan Vegetasi Suatu Lahan dengan Metode Titik


Petak Contoh dan Titik
Jenis Jumlah
No I II III
Vegetasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Portulaca
1 ˅ ˅ 2
oleracea
Paspalum
2 ˅ ˅ ˅ 3
vaginatum
Panicum
3 ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ 15
repens
Cynodon
4 ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ ˅ 8
dactylon
Echinochloa
5 ˅ ˅ 2
crus-galli
Sumber : Hasil Pengamatan
\
49

Tabel 3.3 Hasil Dominasi dan Frekuensi


No Jenis Vegetasi Jumlah D DR (%) F FR (%) INP SDR
1 Portulaca oleracea 2 0,067 6,69 0,33 16,58 23,27 11,64
2 Paspalum vaginatum 3 0,1 9,99 0,33 16,58 26,57 13,29
3 Panicum repens 15 0,5 49,95 0,67 33,66 83,61 41,8
4 Cynodon dactylon 8 0,267 26,67 0,33 16,58 43,25 21,62
5 Echinochloa crus-galli 2 0,067 6,69 0,33 16,58 23,27 11,64
∑ 30 1,001 99,99 1,99 99,98 199,97 99,99
Rata-
6 0,2002 19,99 0,398 19,99 39,99 19,99
rata
Sumber : Hasil Pengamatan
50

2. Analisis Data
Metode Titik
a. Frekuensi Mutlak (F)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
F= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

1. Portulaca oleracea
1
F= = 0,33
3

2. Paspalum vaginatum
1
F= = 0,33
3

3. Panicum repens
2
F= = 0,67
3

4. Cynodon dactylon
1
F= = 0,33
3

5. Echinochloa crus-galli
1
F= = 0,33
3

Jumlah Frekuensi Mutlak (F) = 1,99


Rata-rata Frekuensi (F) = 0,398

b. Frekuensi Relatif (FR)


𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
FR = x 100%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠

1. Portulaca oleracea
0,33
FR = 1,99 x 100% = 16,58%

2. Paspalum vaginatum
0,33
FR = 1,99 x 100% = 16,58%

3. Panicum repens
0,67
FR = 1,99 x 100% = 33,66%

4. Cynodon dactylon
0,33
FR = 1,99 x 100% = 16,58%

5. Echinochloa crus-galli
51

0,33
FR = 1,99 x 100% = 16,58%

Jumlah Frekuensi Relatif (FR) total = 99,98%


Rata-rata FR = 19,99%

c. Dominansi Mutlak (D)


𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒋𝒆𝒏𝒊𝒔 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒆𝒏𝒂 𝒕𝒖𝒔𝒖𝒌𝒂𝒏
D= 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐭𝐮𝐬𝐮𝐤𝐚𝐧

1. Portulaca oleracea
2
D = 30 = 0,067

2. Paspalum vaginatum
3
D = 30 = 0,1

3. Panicum repens
15
D = 30 = 0,5

4. Cynodon dactylon
8
D = 30 = 0,267

5. Echinochloa crus-galli
2
D = 30 = 0,067

Jumlah Dominasi Mutlak (D) = 1,001


Rata-rata Dominasi Mutlak (D) = 0,2002
d. Dominansi Relatif (DR)
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
DR = x 100%
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠

1. Portulaca oleracea
0,067
DR = 1,001 x 100% = 6,69%

2. Paspalum vaginatum
0,1
DR = 1,001 x 100% = 9,99%

3. Panicum repens
0,5
DR = 1,001 x 100% = 49,95%

4. Cynodon dactylon
52

0,267
DR = 26,67 x 100% = 26,67%

5. Echinochloa crus-galli
0,067
DR = 1,001 x 100% = 6,69%

Jumlah Dominansi Relatif (DR) total = 99,99%


Rata-rata DR = 19,99%

e. Indeks Nilai Penting (INP)


INP = FR + DR
1. Portulaca oleracea
INP = 16,58 + 6,69 = 23,27
2. Paspalum vaginatum
INP = 16,58 + 9,99 = 26,57
3. Panicum repens
INP = 33,66 + 49,95 = 83,61
4. Cynodon dactylon
INP = 16,58 + 26,67 = 43,25
5. Echinochloa crus-galli
INP = 16,58 + 6,69 = 23,27
Jumlah Indeks Nilai Penting (INP) = 199,97
Rata-rata INP = 39,99

f. SDR
SDR suatu jenis = INP : 2
1. Portulaca oleracea
SDR suatu jenis = 23,27 : 2 = 11,64
2. Paspalum vaginatum
SDR suatu jenis = 26,37 : 2 = 13,29
3. Panicum repens
SDR suatu jenis = 83,61 : 2 = 41,8
4. Cynodon dactylon
SDR suatu jenis = 43,25 : 2 = 21,62
53

5. Echinochloa crus-galli
SDR suatu jenis = 23,27 : 2 = 11,64
Jumlah Indeks Nilai Penting (INP) = 99,99
Rata-rata INP = 19,99
2. Pembahasan
Menurut Sembodo (2010), data yang diperoleh melalui analisis vegetasi
dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu penyebaran,
stratifikasi, dan periodisitas. Data kuantitatif yaitu jumlah gulma, bobot,
ukuran, luas daerah yang ditumbuhi gulma atau tingkat penutupan gulma dan
sebagainya sebagai penjabaran dari pengamatan petak contoh di lapangan.
Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya metode
pendugaan atau estimasi visual, metode kuadrat, metode garis, dan metode
titik.
Areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan
metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan
vegetasi “tumbuh menjalar” (creeping), digunakan metode titik (point
intercept), dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup
waktu. Meyke (2014) mengatakan bahwa metode garis atau rintisan adalah
petak contoh memanjang diletakkan di atas sebuah komunitas vegetasi. Metode
titik merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika kuadrat diperkecil sampai
titik tak terhingga, akan menjadi titik.
Meyke (2014) mengatakan bahwa metode garis merupakan suatu metode
yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada
vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut, dalam hal
ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin
pendek. Vegetasi hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50m-
100m, sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup
5m-10m. Metode ini apabila digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana,
maka garis yang digunakan cukup 1m.
Restiana dan Dahlianah (2014) mengatakan bahwa metode titik merupakan
modifikasi dari metode kuadrat. Pengamatannya menggunakan alat berupa
54

kerangka yang mempunyai deretan jarum atau paku yang memiliki jarak sama,
apabila kerangka tersebut diletakkan pada komunitas gulma, jarum atau paku
akan menyentuh daun atau bagian lain dari gulma yang ada. Gulma yang
tersentuh jarum atau paku tersebut dicatat jenisnya pada lembar pengamatan.
Parameter yang dapat diamati dengan metode ini adalah donimasi dan
frekuensi.
Tabel 3.1 berjudul Pengamatan Vegetasi Suatu Lahan dengan Metode
Garis. Pada Tabel 3.1, terdapat beberapa aspek yang diamati diantaranya:
Kerapatan Mutlak (K), Kerapatan Relatif % (KR), Frekuensi Mutlak (F),
Frekuensi Relatif % (FR), Dominansi Mutlak (D), Indeks Nilai Penting (INP),
dan SDR. Vegetasi yang diamati pada tabel 3.1 diantaranya: Bidenspilosa L,
Euphorbia hirta, Mimosa pudica, Gulma C, dan Cynodon dactilon.
Berdasarkan tabel 3.2 dan tabel 3.3 terdapat beberapa aspek yang diamati
diantaranya: Frekuensi Mutlak (F), Frekuensi Relatif % (FR), Dominansi
Mutlak (D), Indeks Nilai Penting (INP), dan SDR. Vegetasi yang diamati
diantaranya: Portulaca oleracea, Paspalum vaginatum, Panicum repens,
Cynodon dactylon, dan Echinochloa crus-galli.
Manfaat analisa vegetasi gulma adalah dapat mengetahui komposisi jenis
gulma dan menetapkan jenis yang dominan. Biasanya hal ini dilakukan untuk
keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida yang sesuai. Selan
itu, dapat mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi.
Hal ini penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan
komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan
pengendalian dengan cara tertentu. Manfaat yang lain yaitu dapat mengetahui
gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana
tumbuh dan ruang hidup. Menurut Syawal (2009), analisis vegetasi gulma
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang ada dan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
55

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan
praktikum Pengelolaan Gulma acara III dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa garis digunakan pada vegetasi gulma yang pola
pertumbuhannya mengelompok dengan batas-batas yang jelas.
Parameter metode garis adalah kerapatan, frekuensi, dan dominansi
b. Metode titik merupakan modifikasi dari metode kuadrat digunakan
untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput, herba dan semak.
Parameter yang dapat diamati dengan metode ini adalah dominansi
dan frekuensi.
c. Manfaat analisa vegetasi gulma adalah dapat mengetahui komposisi
jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan. Biasanya hal ini
dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih
herbisida yang sesuai
2. Saran
Praktikum telah berjalan dengan baik dan peralatan yang digunakan
telah lengkap namun sebaiknya pengarahan Co-Ass lebih jelas sehingga
praktikan dapat memahami kegiatan praktikum dengan baik dan praktikum
berjalan efektif dan efisien.
56

DAFTAR PUSTAKA

Meyke M. 2014. Waktu aplikasi herbisida glifosat pada pertumbuhan dan


produksi tanaman terung (Solanum Melongena L). Other thesis.
Universitas Negeri Gorontalo

Restiana dan Dahlianah I. 2014. Analisis vegetasi gulma pada kebun semangka
(Citrullus lanatus) di Desa Timbangan Kecamatan Inderalaya Kabupaten
Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. J. Sains Matematika 11(2): 49-58.

Sembodo DRJ. 2010. Gulma dan pengelolaannya. Yogyakarta: Penerbit Graha


Ilmu

Syawal Y. 2009. Efek berbagai pupuk organik terhadap pertumbuhan gulma dan
tanaman budidaya. J Agrovigor 8(3): 265-271.
IV. KALIBRASI HAND SPRAYER DAN KNAPSACK SPRAYER

A. Pendahululan
1. Latar Belakang
Proses budidaya pertanian selalu memiliki korelasi dengan kegiatan
pengendalian, baik hama, penyakit, gulma, dan lain-lain. Dalam proses
pengendalian tersebut, umumnya petani menggunakan peralatan-perlatan
dalam pelaksanaanya. Hal ini bergantung pada jenis pengendalian yang
diaplikasikan. Pengaplikasian pestisida cair atau bahan-bahan cair lain
umumnya diaplikasikan menggunakan sprayer. Sprayer merupakan alat yg
difungsikan sebagai penyebar karena memiliki kemampuan jangkauan
penyebaran dan kerataan bahan ketanaman yang merata. Jenis-jenis sprayer
juga beragam, tergantung volume keluaran cairan dan luasan jangkauan.
Terdapat berbagai jenis sprayer berdasarkan kegunaannya, termasuk
diantaranya adalah Hand Sprayer dan Knapsack Sprayer
Dalam pengaplikasian pestisida, diperlukan pengetahuan yang baik
agar penggunaan pestisida tidak menyebabkan kerugian atau dalam kata
lain boros. Pengetahuan ini lebih tergantung kepada jenis pestisida dan
dosis yang digunakan. Dalam hal ini, dosis yang digunakan baiknya tepat
atau mendekati tepat diperlukan kalibrasi dalam penentuannya. Dengan
demikian efek atau keampuhan pestisida yang digunakan dapat dibuat
seoptimal mungkin.
Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat
ukur dengan cara membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi
diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan
akurat dan konsisten dengan instrumen lainnya. menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke
standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran nasional
dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

57
58

2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui akurasi takaran dalam
penggunaan Sprayer.
B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Pengelolaan Gulma acara Kalibrasi Hand Sprayer dan
Knapsack Sprayer dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 2018 di lahan
Fakultas Pertanian UNS, Jumantono, Karanganyar pada pukul 06.30-11.00
WIB.
2. Alat dan Bahan
a. Hand Sprayer dan Knapsack Sprayer
b. Papan plastik bergelombang 80 x 210 cm2
c. Suatu lahan
d. Bak penampung air
e. Meteran
f. Rafia
g. Patok kayu
3. Cara Kerja
a. Kalibrasi Hand Sprayer
1) Mengisikan air bersih pada Hand Sprayer.
2) Meletakkan papan plastik bergelombang pada posisi miring 30%.
3) Meletakkan bak penampung air yang nantinya mengalir dari papan
plastik.
4) Melakukan kalibrasi berulang ulang, setiap kali semprot berapa cc
air keluar.
b. Kalibrasi Knapsack Sprayer di lapangan
1) Mengisikan air bersih pada Knapsack Sprayer.
2) Membatasi suatu kawasan yang akan digunakan untuk uji coba,
misalnya 10 m x 10 m.
59

3) Menyemprotkan mulai ujung lokasi ke ujung berikutnya, bergeser


2 m berbalik dan seterusnya sehingga kawasan tersebut rata
tersemprot.
4) Melakukan kalibrasi 3 kali, setiap kali semprot dihitung berapa cc
60

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Kalibrasi Alat Hand Sprayer dalam Lahan Seluas 1,68 m2
No Vol. Awal (L) Vol. Akhir (L) Vol. Terpakai (L) Vol. per Hektar (L)

1 1 0,88 0,12 714,29


2 1 0,84 0,16 952,4

3 1 0,85 0,15 892,9


∑ 3 2,57 0,43 2.559,59

Rata-rata 1 0,86 0,143 853,2

Sumber : Hasil Pengamatan


Tabel 4.2 Hasil Kalibrasi Alat Knapsack Sprayer Dalam Lahan Seluas 1,68 m2
No Vol. Awal (L) Vol. Akhir (L) Vol. Terpakai (L) Vol. per Hektar (L)

1 8 6,9 1,1 687,5

2 8 6,7 1,3 812,5


3 8 6,1 1,9 1.187,5

∑ 24 19,7 4,3 2.687,5

Rata-rata 8 6,57 1,43 895,83

Sumber : Hasil Pengamatan


61

B. Analisis Data
a. Hasil Kalibrasi Alat Hand Sprayer dalam lahan seluas 210 x 80 cm =
16800 cm2 = 1,68 m2
1) Volume Terpakai = Vol awal – Vol akhir
a) Ul 1: 1 L – 0,88 L = 0,12 L
b) Ul 2: 1 L – 0,84 L = 0,16 L
c) Ul 3: 1 L – 0,85 L = 0,15 L
Jumlah volume terpakai = 0,43 L
Rata-rata volume terpakai = 0,143 L
1 ha
2) Vol per Hektar = x V terpakai
Luas lahan
10.000
a) Vol per Hektar 1 = x 0,12 = 714,29 L/ha
1,68
10.000
b) Vol per Hektar 2 = x 0,16 = 952,4 L/ha
1,68
10.000
c) Vol per Hektar 3 = x 0,15 = 892,9 L/ha
1,68

Jumlah volume per hektar = 2.559,59 L/ha


Rata-rata = 853,2 L/ha
b. Hasil Kalibrasi Alat Knapshack Sprayer dalam lahan seluas 16 m2
1) Volume Terpakai = Vol awal – Vol akhir
a) Ul 1: 8 – 6,9 = 1,1 L
b) Ul 2: 8 – 6,7 = 1,3 L
c) Ul 3: 8 – 6,1 = 1,9 L
Jumlah volume terpakai = 4,3 L
Rata-rata volume terpakai = 1,433 L
1 ha
2) Vol per Hektar = x V terpakai
Luas lahan
10.000
a) Vol per Hektar 1 = x 1,1 = 687,5 L/ha
16
10.000
b) Vol per Hektar 2 = x 1,3 = 812,5 L/ha
16
10.000
c) Vol per Hektar 3 = x 1,9 = 1.187,5 L/ha
16

Jumlah volume per hektar = 2.687,5 L/ha

Rata-rata = 895,83 L/ha


62

C. Pembahasan
Raras et al (2013) mengatakan bahwa kalibrasi didefinisikan
sebagai proses penyesuaian parameter model yang berpengaruh
terhadap kejadian aliran. Proses kalibrasi merupakan upaya untuk
memperkecil penyimpangan yang terjadi. Besar nilai parameter tidak
dapat ditentukan dengan pasti, sehingga proses kalibrasi dikatakan
berhasil jika nilai parameter telah mencapai patokan ketelitian yang
ditentukan. Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(2010), kalibrasi adalah menentukan volume semprot per satuan luas
atau per pohon berdasarkan keluaran nozel, kecepatan atau waktu
penyemprotan. Tujuan utama melakukan kalibrasi supaya dosis yang
diaplikasikan tidak menyimpang jauh dari dosis anjuran, dan
penyemprotan dapat dilakukan dengan merata dan efisien. Volume
semprotan ditentukan oleh banyak faktor seperti berikut: keluaran dari
nozel, besarnya pohon atau luasnya bidang sasaran, besarnya droplet,
kepadatan droplet yang diinginkan, topografi kebun.
Irnawati dan Arlinda (2008) mengatakan bahwa alat aplikasi
penyemprotan yang baik dengan mempertimbangkan beberapa hal,
yaitu kemampuan kerja, kapasitas kerja, keamanan, kualitas, dan harga
alat. Jenis aplikasi pestisida yang banyak digunakan adalah alat
penyemprot tangan (hand sprayer). Umumnya petani menggunakan
hand sprayer dalam memberantas hama dan penyakit tanaman, karena
lebih praktis. Namun, hand sprayer mempunyai risiko yang lebih besar
terjadi kebocoran yang dapat membasahi punggung dan tangan saat
menyemprot. Menurut Pardamean (2017), bagian sprayer ada: 3
saringan di mulut tangki, bagian pegangan, dan bagian nozel. Geser
pengatur tekanan ke L atau H sesuai kebutuhan (sebelum dipakai). L
(low) untuk herbisida dan H (high) untuk fungisida atau insektisida.
Pemompaan bias dilakukan 8 kali atau lebih sesuai kebutuhan. Semua
bagian sprayer bekerja saling mempengaruhi.
63

Hanani (2012) mengatakan bahwa alat semprot jenis knapsack


sprayer memiliki berbagai jenis nozel yang dapat menghasilkan butiran
semprot yang lebih besar. Fungsi utama sprayer adalah untuk
memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet)
dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi.
Sprayer dikelompokan berdasarkan tenaga penggerak dan jenis pompa
sprayer.Berdasarkan tenaga penggerak dibagi menjadi sprayer dengan
penggerak tangan (Hand operated sprayer) yang terdiri dari Atomizer
(Hand sprayer), Sprayer otomatis (Compressed air sprayer), Sprayer
semi otomatis (Knapsack sprayer), Bucket sprayer, Barrel sprayer,
Wheel barrow sprayer, Slide pump sprayer. Sprayer bermotor (Power
sprayer) yang terdiri dari Hydraulic sprayer, Blower sprayer, Hydro
pneumatic sprayer, Aerosol generator. Bagian-bagian utama sprayer
secara umum adalah nozel, pompa, pipa penyalur, saringan, tangki
cairan dan sebagian dilengkapi dengan alat pengukur tekanan serta klep
pengatur semprotan. Nozel meruapakan bagian yang terpenting.
Hanani (2012) mengatakan bahwa komponen- komponen utama
dari knapsack sprayer dari baja tahan karat (stainless steel) beserta
perlengkapan dan fungsinya, Tangki: Merupakan komponen utama
dalam penampungan cairan semprot, terdiri dari tangki, tutup tangki,
saringan, dan indikator permukaan cairan. Pompa: Merupakan
komponen sprayer yang digerakkan oleh tuas pompa yang dioperasikan
secara manual, aliran cairannya diperoleh dari hasil perpindahan
(displacement) positif cairan oleh torak, yang disebut pompa torak.
Perlengkapan pompa terdiri dari silinder, torak, dan katup. Tuas pompa:
Berfungsi sebagai batang penggerak pompa, terdiri dari tuas (lengan)
pengungkit serta pegangan beralur (grip). Sabuk gendong (straps) dan
alas bahu sabuk gendong: Berfungsi sebagai bagian pengikat Sprayer
ketubuh operator. Bagian pengaturan (adjusting device): Terdiri dari
katup-katup pengaturan pembukaan dan penutupan aliran sistem berupa
bahan semprot kenosel (shut-off valve) serta katup penahan tekanan
64

udara. Selang dan pipa (hose and lance): Selang dan pipa merupakan
bagian penyalur dari aliran cairan semprot. Nosel: Terdiri dari mulut
nosel, saringan, tutup, plat cincin, gasket, dan siku (elbow).
Pada praktikum kali ini melakukan kalibrasi dengan alat Hand
Sprayer dan Knapsack Sprayer. Kalibrasi dengan menggunakan Hand
Sprayer dengan menyemprotkan air sebanyak 1 L pada papan plastik
bergelombang berukuran 0,8 m x 2 m pada posisi miring 30%,
kemudian melakukan kalibrasi sebanyak 3 kali ulangan setiap kali
semprot dihitung berapa cc air yang keluar. Kalibrasi dengan
menggunakan Knapsack Sprayer dengan menyemprotkan air sebanyak
8 L pada suatu kawasan yang dibatasi dengan ukuran 4 m x 4 m,
kemudian melakukan kalibrasi sebanyak 3 kali ulangan setiap kali
semprot dihitung berapa cc air yang keluar.
Berdasarkan Tabel 4.1 hasil kalibrasi dengan Hand Sprayer
diperoleh hasil bahwa jumlah air yang diperlukan untuk penyemprotan
seluas pada lahan berukuran 1,68 m2 masing-masing ulangan adalah
0,12 L, 0,16 L, dan 0,15 L, jumlah tersebut dikonversikan dalam satuan
liter/ha sehingga diperoleh rata-rata jumlah air yang diperlukan untuk
penyemprotan dengan handsprayer adalah sebesar 853,2 liter/ha.
Berdasarkan Tabel 4.2 hasil kalibrasi dengan Knapsack Sprayer
diperoleh hasil bahwa jumlah air yang diperlukan untuk penyemprotan
seluas pada lahan berukuran 4 m x 4 m masing- masing ulangan adalah
1,1 L; 1,3 L; 1,9 L jumlah tersebut dikonversikan dalam satuan liter/ha
sehingga diperoleh rata-rata jumlah air yang diperlukan untuk
penyemprotan dengan kanpsack sprayer adalah sebesar 895,83 liter/ha.
Manfaat praktikum kalibrasi hand sprayer dan knapsack sprayer ini
adalah adalah agar mengetahui akurasi takaran dalam penggunaan
sprayer sehingga di dalam praktek penyemprotan herbisida dapat
efisien dan akurat. Menurut Raras et al (2013) bahwa ketetapan hasil
kalibrasi sangat menentukan efektivitas dan efisiensi biaya
pengendalian gulma.
65

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum acara IV Kalibrasi
dengan Kalibrasi Hand Sprayer dan Knapsack Sprayer yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur
sesuai dengan rancangannya. Tujuan utama melakukan kalibrasi
supaya dosis yang diaplikasikan tidak menyimpang jauh dari dosis
anjuran, dan penyemprotan dapat dilakukan dengan merata dan efisien
b. Hand sprayer, yaitu sprayer yang berukuran kecil dan khusus untuk
keperluan di lapangan rumah, taman dan penyemprotan ringan
lainnya. Knapsack sprayer atau dikenal dengan alat semprot
punggung, digunakan oleh petani hampir di semua areal pertanian
padi, sayuran, atau diperkebunan.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara ini adalah
diharapkan praktikan dapat memahami dan lebih serius dalam
mengikuti praktikum supaya lebih mendalami langkah-langkah
praktikum dan praktikum berjalan efektif dan efisien.
66

DAFTAR PUSTAKA

Hanani I. 2012. Studi antropometri petani dan aplikasinya pada penggunaan


knapsack sprayer di kecamatan wedung kabupaten demak jawa tengah. J
Biosistem 1:10-12

Irnawati, Marsaulina dan Arlinda, Sari Wahyuni. 2008. Faktor-faktor yang


berhubungan dengan keracunan pestisida pada petani hortikultura
dikecamatan jorlang hataran kabupaten simalungun tahun 2005. J
Litbang Kesehatan 17 (1) : 52-78

Pardamean M. 2017. Kupas tuntas agribisnis kelapa sawit. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Buku pintar budi daya kakao.
Jakarta: Agro Media Pustaka

Raras PK, Agus HW, dan Suyanto. 2013. Aplikasi metode mock, nreca, tank
model dan rain run di Bendung trani, wonotoro, sudangan dan walikan. J
matriks teknik sipil 1(4): 472-479
67

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai