PENGELOLAAN GULMA
Disusun oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Nama : Rista Anisatul Mufidah
NIM : H0717118
Kelompok :17
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Pengelolaan Gulma ini dengan baik. Laporan ini disusun guna
melengkapi tugas Mata Kuliah Pengelolaan Gulma. Dengan adanya laporan ini,
penulis mengharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai gulma dan
pengelolaannya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin bagi terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen pengampu Mata Kuliah Pengelolaan Gulma yang telah membimbing
penulis memahami materi pengelolaan gulma.
3. Co-Assisten Pengelolaan Gulma yang telah membimbing dan membantu
pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini.
4. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya
laporan ini. Akrir kata penulis berharap laporan inidapat berguna bagi para
pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
1. HASIL PENGAMATAN .........................................................
2. PEMBAHASAN ......................................................................
D. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
1. KESIMPULAN .........................................................................
2. SARAN .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
III. ANALISIS VEGETASI GULMA DENGAN METODE GARIS
DAN METODE TITIK ....................................................................... 45
A. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG.............................................................. 1
2. TUJUAN PRAKTIKUM.......................................................... 2
B. METODOLOGI PRAKTIKUM .................................................... 2
1. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM ...............................
2. ALAT DAN BAHAN ..............................................................
C. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .......................
1. HASIL PENGAMATAN .........................................................
2. PEMBAHASAN ......................................................................
D. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
1. KESIMPULAN ........................................................................
2. SARAN ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
IV. KALIBRASI HAND SPRAYER DAN KNAPSACK SPRAYER.
......................................................................................................... 57
A. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG.............................................................. 1
2. TUJUAN PRAKTIKUM.......................................................... 2
B. METODOLOGI PRAKTIKUM ..................................................... 2
1. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM ...............................
2. ALAT DAN BAHAN ..............................................................
C. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ..........................
1. HASIL PENGAMATAN .........................................................
v
2. PEMBAHASAN ......................................................................
D. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
1. KESIMPULAN ........................................................................
2. SARAN ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
I. IDENTIFIKASI GULMA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Gulma merupakan salah satu OPT yang mampu beradaptasi, tumbuh,
dan berkembang pada semua agroekosistem dan dalam kondisi iklim yang
telah berubah. Gulma merupakan tumbuhan yang memberikan dampak
negatif bagi pertumbuhan tanaman budidaya, dimana dampak yang
ditimbulkan tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Sebagai organisme pengganggu tanaman, gulma dapat mengakibatkan
berkurangnya tingkat produktivitas tanaman budidaya. Hal ini terjadi
karena gulma yang tumbuh pada lahan pertanian dapat mengakibatkan
terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman budidaya dalam
proses penyerapan unsur- unsur hara, penangkapan cahaya dan penyerapan
air, gulma juga dapat menjadi tempat persembunyian hama. Selain itu
gulma merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari spesies liar dan
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Kegiatan identifikasi gulma dibagi dalam dua tahap, yaitu identifikasi
berdasarkan morfologi dan identifikasi berdasarkan taksonomi.
Berdasarkan morfologi, gulma digolongkan dalam tumbuhan berdaun
lebar, tumbuhan berdaun sempit serta teki. Identifikasi secara morfologi
dilakukan dengan mencabut gulma dilahan pertanaman untuk kemudian
diidentifikasi ciri morfologinya seperti tipe akar, daun, bunga, maupun
biji. Setelah diperoleh ciri morfologinya, kemudian data dicocokkan
dengan kunci determinasi untuk mengetahui jenis gulma apa yang berhasil
ditemukan di lahan budidaya.
Identifikasi gulma sangat penting dilakukan guna memahami tanda-
tanda karakteristik gulma sehingga pengendalian gulma akan lebih mudah.
Identifikasi gulma juga diperlukan guna menentukan metode dan bahan
yang akan dipakai dalam pengendaliannya. Kesalahan dalam identifikasi
dapat berdampak pada kesalahan pengendalian serta pengendalian yang
1
2
1. Daun :
Rata, meruncing ke arah
ujung, terdapat di bagian
pangkal batang dengan lebar
2 – 7 mm.
Batang :
Tumbuh tegak, berbentuk
segitiga, tidak berbulu –
bulu
Bunga :
Karangan bunga berukuran
4 – 30 cm, anak karangan
bunga sedikit atau banyak,
warna kuning emas
kecoklatan. Bulir sering
memanjang, sempit, dan
agak rapat. Anak bulir
Gambar 1.1 berwarna kuning atau
kecoklatan, bentuk bulat
Jekeng panjang dengan panjang 2,5
(Cyperus iria L.) – 10 mm, lebar 1 – 1,5 mm.
Jumlah daun pembalut 3 – 5.
Benangsari 2 – 3.
Keterangan : Akar :
1. Daun Serabut
2. Batang
3. Bunga Organ tubuh lain :
4. Akar Buah yang disebut achene,
bentuk elips, bersegitiga,
panjang lebih kurang 1 mm,
warna coklat sampai hitam.
Kunci Determinasi :
1b. Tumbuh – tumbuhan
dengan bunga sejati
setidaknya dengan benang
sari dan atau putik. Tumbuh
– tumbuhan berbunga...2
5
2. Daun:
Memiliki daun majemuk
dengan tata daun berseling
dan bentuk daunnya bulat
telur atau oval dengan ujung
daun tumpul, sedangkan
pangkalnya membulat, tepi
daunnya rata dan berwarna
hijau.
Batang:
Batangnya berbentuk bulat,
memiliki jenis batang yang
basah dan berwarna hijau.
Bunga:
Bunganya merupakan bunga
tunggal, menggantung
menghadap ke arah bawah,
daun kelopak berbentuk
bintang dan mahkota
bunganya kecil berwarna
Gambar 1.2 putih.
Meniran Akar:
pembelit…3
3b. Daun tidak berbentuk
jarum..4
4b. Tumbuhan yang tidak
menyerupai bangsa rumpu –
rumputan..6
6b. Terdapat daun – daun
yang jelas..7
7b. Bukan tumbuhan bangsa
palem atau yang
menyerupainya..9
9b. Tumbuhan tidak
memanjat atau membelit..10
10b. Daun tidak teratur…11
11b. Cabang tulang daun
kesatu dapat dibedakan
jelas..12
12b.Duduk daun tidak
teratur ..13
13b. Tumbuhan berbentuk
lain..14
14a. Daun daun terpencar
kadang kadang sebagian
berhadapan…109
109b. Tanaman daratan
(atau tumbuh di paya-
paya)…120
120b. Tanaman
bergetah…121
121b. setengah perdu,
perdu, pohon, atau rumput-
rumputan berbentuk
pohon…124
124b. Noda melingkar yang
mengelilingi cabang…125
8
3. Daun:
Daunnnya berbentuk lanset,
tepinya kasar, pangkal
daunnya menjepit dan
berbentuk talang, berambut
panjang, tulang daun tengah
lebar dan pucat.
Batang:
Permukaan batangnya
beruas-ruas, arah
tumbuhnya ke atas, rimpang
dan merayap di bawah
tanah.
Bunga:
1. Daun Akar:
2. Batang Memiliki akar serabut,
3. Akar rambut akarnya lebat dan
4. Bunga ujung akarnya memiliki
banyak kaliptra.
Organ tubuh lainnya:
Memiliki buah yang
9
Kunci determinasi :
1b.Tumbuhan dengan bunga
sejati setidaknya dengan
benang sari dan
putik.Tumbuhan
berbunga…2
2b.Tidak ada alat
pembelit…3
3b.Tumbuhan tidak
berbentuk jarum…4
4a.Bangsa rumput rumputan
atau yang meneyerupainya
bertulang daun sejajar atau
melengkung tidak berduri
dengan pangkal daun
pelepah…5
5a. Batang bulat,ibu tangkai
bunga berbuku buku,lidah
lidah atau karangan rambut
terlihat jelas pada batas
antara pelepah dan helaian
daun.Sekam tidak pernah
tersusun menyerupai
spiral…19 Gramineae
1b. Karangan bunga tidak
demikian…2
2a. Bulir kecil,tangkai
pendek tidak bercabang,
membentuk tandan. Berdiri
sendiri atau merupakan
karangan bunga payung,
tandan, atau malai…3
3b. Karangan bunga lain
bentuknya…4
4b. Bulir tanpa daun
pelindung…5
5b. Tumbuh tumbuhan
12
lain…6
6b. Bulir - bulir tidak
demikian tempatnya…10
10b.Bulir kecil tak
berjarum…12
12b.Tangkai karangan
bunga berdiri sendiri…13
13b. Bulir kecil tertekan
kesamping…15
15b. Ujung ibu tangkai bulir
tidak memanjang…16
16a. Rumput yang kasar dan
meliat…14 Eleusine indica
5. Daun :
Berbangun daun garis, licin,
tidak berambut, warna
permukaan atas hijau tua
sedangkan permukaan
bawah hijau muda, ujungnya
agak runcing, lebih pendek
dari batang yang membawa
bunga, lebarnya 2-6 mm.
Batang :
Berbentuk segitiga,
berongga kecil dan agak
lunak, tingginya 10-30 cm
dan penampangnya 1-2 mm.
membentuk umbi di pangkal
Gambar 1.5 batang, membentuk rimpang
panang yang dapat
Teki membentuk tunas baru.
(Cyperus rotundus) Bunga :
Keterangan : Memiliki bulir longgar
1. Daun terbentuk di ujung batang,
2. Batang braktea dua sampai empat,
3. Akar tidak rontok, panjangnya
13
6. Daun:
Memiliki daun tunggal yang
berbentuk bulat telur, ujung
daunnya runcing, sedangkan
pangkalnya tumpul. Tepi
daunnya beringgit dan
pertulangannya menyirip.
Daunnya berwarna hijau.
Batang:
Batangnya tegak dan bulat
serta berambut.
Bunga:
Bunganya majemuk, berupa
Gambar 1.6 bongkol yang menyatu
Babandotan menjadi karangan,
berbentuk malai rata,
(Ageratum mahkotanya berbentuk
conzoides) lonceng dan berwarna
kekuningan, putih, atau
ungu.
Akar:
15
berhadapan…15
15a. Daun tunggal, tetapi
tidak terbagi menyirip
rangkap dua…(Golongan 8.
Tanaman dengan daun
tunggal tersebar) 109
109b. Tanaman daratan..119
119b.Bukan merupakan
tanaman parasit..120
120b. Tanaman tak
bergetah..128
128b. Bukan rumput yang
merayap dan berakar
tegak..129
129b. Tidak ada upih daun
yang jelas..135
135b. Daun tidak berbentuk
kupu – kupu berlekuk
dua..136
136b. Susunan tulang daun
menjari atau menyirip…139
139b. Tidak ada berkas
melingkar pada
batang…140
140b. Kelopak tidak
memiliki kelenjar
demikian…142
142b. Cabang tidak
demikian…143
143b. Tidak bersisik…146
146b. Tanaman tidak
bersenjata…154
154b. Bunga tidak dalam
bongkol dengan
selubung…155
17
7. Daun :
Daun tunggal bertangkai,
tersebar di bagian bawah
dan berpasangan di bagian
atas. Helaian daun
berbentuk oval atau bulat
memanjang lanset dengan
ujung meruncing. Tepi daun
merata atau bergelombang.
Panjang daun 5-15 cm dan
Gambar 1.7 lebar 2,5-10,5 cm. Tangkai
dan helai daun berwarna
Ciplukan hijau dengan urat daun
(Physalis angulata berwarna keputihan.
L.) Batang :
Batang berdiri tegak, bagian
Keterangan : bawah berbentuk bulat dan
beralur berwarna
1. Daun kecoklatan. Batang ini
2. Batang berusuk, bersegi lancip dan
3. Akar berongga, dan kulit
4. Bunga batangnya berwarna hijau.
5. Buah
18
Bunga :
Merupakan bunga tunggal
yang muncul di ujung
tangkai atau ketiak daun.
Kelopak bunga berbagi
lima, mahkota berbentuk
seperti lonceng dan
berwarna kuning muda
dengan noda-noda
kecoklatan.
Akar :
Memiliki akar tunggang
yang kemudian bercabang
dan membentuk akar
serabut. Bentuk akar ini
bulat memanjang dan
berwarna putih. Akar
ciplukan tidak intensif
menyebar ke dalam tanah.
Buah :
Berbentuk seperti telur yang
terbungkus dalam kelopak
menggelembung. Warna
buah hijau muda
kekuningan, merupakan
buah buni dan memiliki rasa
yang manis.
Kunci Determinasi :
1b. Tumbuhan dengan
bunga sejati. Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat
pembelit…3
3b. Daun tidak berbentuk
jarum..4
4b. Tumbuhan yang tidak
menyerupai bangsa rumpu –
19
rumputan..6
6b. Terdapat daun – daun
yang jelas..7
7b. Bukan tumbuhan bangsa
palem atau yang
menyerupainya..9
9b. Tumbuhan tidak
memanjat atau membelit..10
10b. Daun tidak teratur…11
11b. Cabang tulang daun
kesatu dapat dibedakan
jelas..13
13b. Tumbuhan berbentuk
lain..14
14a. Daun terpencar,
sebagian berhadapan..15
15a. Daun tunggal, tetapi
tidak terbagi menyirip
rangkap dua…(Golongan 8.
Tanaman dengan daun
tunggal tersebar) 109
109b. Tanaman daratan..119
119b. Bukan merupakan
tanaman parasit..120
120b. Tanaman tak
bergetah..128
128b. Bukan rumput yang
merayap dan berakar
tegak..129
129b. Tidak ada upih daun
yang jelas..135
135b. Daun tidak berbentuk
kupu – kupu berlekuk
dua..136
136b. Susunan tulang daun
20
8. Daun :
Berdaun tunggal, berwarna
kehijauan, bentuk bundar
telur memanjang (ovalis).
Bentuk tulang daun
penninervis dan bertepi
repandus.
Batang :
Kecil, bulat, lunak dan
berair. Tumbuh tegak dan
percabangan monopodial.
Gambar 1.8
Akar :
Bayam berduri
Tunggang
(Amaranthus
spinosus) Bunga :
Merupakan bunga
berkelamin tunggal,
Keterangan : berwarna hijau dimana
1. Daun setiap bunga memiliki 5
2. Batang mahkota. Panjangnya 1,5-
3. Bunga 2,5 mm. Berbentuk bulir
4. Akar bulat yang terdapat pada
ketiak batang.
21
Batang :
Kaku dan membulat
Bunga :
Panjang bunganya 3 – 9
inchi, bercabang dan agak
Gambar 1.10
terbuka dengan ujung
Lempuyangan cabang yang terbuka.
warnanya putih dengan panjang bonggol kurang dari 6-8 mm, akarnya
tunggang warnanya putih kotor, buahnya berwarna hitam kecil-kecil dan
mengandung banyak biji.
Ciplukan (Physalis angulata L) adalah tumbuhan herba anual (tahunan)
dengan tinggi 0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu,
bersegi tajam, berusuk, dan berongga. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian
bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat
memanjang-lanset dengan ujung runcing. Bunga tunggal, di ujung atau ketiak
daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk.
Bayam duri (Amaranthus spinosus) memiliki daun berbentuk bundar telur
memanjang, ujung daunnya runcing, tulang daun menyirip. Batang berbentuk
bulat, berbatang basah, bercabang banyak, terdapat duri di pangkal tangkai.
Bunga berbentuk bongkol, berwarna hijau muda atau kuning. Memiliki akar
tunggang, tidak berkatu, berwarna putih kekuningan. Buah berbentuk
lonjong, berwarna hijau.
Krokot (Pertulaca cleracea L.) memiliki daun tunggal, tebal, berdaging,
datar, letaknya berhadapan/tersebar, warna daun permukaan atas hijau tua,
dan permukaan bawah merah tua, batangnya berbentuk bulat, tegak,
warnanya coklat kekuningan dengan panjang 10-50 cm. Bunganya
berkelompok 2-6 buah keluar dari ujung percabangan mahkota daun ada 5
buah dan warnanya kuning kecil-kecil, akarnya serabut merambat di dalam
tanah, buah berbentuk kotak, bijinya banyak berwarna hitam-coklat
mengkilap. Lempuyangan (Panicum repens L) merupakan rumput tahunan
dengan akar rimpang sepanjang 12-40 cm, menjalar di bawah permukaan
tanah, tebal rimpang hingga 20 mm, putih, berdaging. Daun berukuran 4-30
cm x 3-9 mm berbentuk garis dengan kaki lebar dan ujung runcing. Bunga
majemuk berupa malai agak jarang sepanjang 8-22 cm.
Masing-masing dari jenis gulma yang diidentifikasi berdasarkan bentuk
batang, struktur bunga, daun akar dan lainnya serta dicari kunci
determinasinya. Masing-masing dari jenis gulma yang diamati memiliki ciri-
ciri morfologi yang berbeda. Manfaat dari identifikasi gulma kita dapat
29
2. Saran
Saran yang dapat diberiksn pada praktikum acara identifikasi gulma
ini adalah, sebaiknya dalam melakukan pengamatan dilapang sebaiknya
praktikan sudah dibekali dengan buku kunci determinasi agar praktikan
dapat langsung mengidentifikasi gulma dan tidak kesusahan untuk
mengidentifikasi gulma-gulma yang telah ditemukan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Denada VR dan Kristanti IP. 2013. Studi potensi bioherbisida ekstrak daun
ketapang (terminalia catappa) terhadap gulma rumput teki (Cyperus
rotundus) . J Sains dan Seni Pomits 2(2): 2337-3520. Jakarta: Agro
Media Pustaka.
Milawaty T, Fitria SB, Hayatiningsih G. 2015. Pengaruh jarak tanam dan waktu
penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (vigna
radiata l.) Varietas vima-1. J Agroteknologi. 11(2): 1-8.
Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia. 2010. Buku pintar budidaya kakao.
Jakarta: Agro Media Pustaka.
Untoro J, dan Tim Guru Indonesia. 2010. Buku pintar pelajaran: ringkasan materi
dan kumpulan rumus lengkap. Jakarta (ID): Wahyu media.
A. Pendahululan
1. Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari
komposisi jenis dan struktur vegetasi atau kelompok tumbuh-tumbuhan.
Konsepsi dari metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi,
tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannnya misalnya untuk
mengevaluasi hasil pengendalian gulma. Metode yang digunakan untuk
analisis vegetasi harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi. Metode
yang lazim dalam analisis vegetasi ada empat yaitu metode estimasi visual,
metode kuadrat, metode garis dan metode titik.
Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi
yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Metode ini
dilakukan dengan membuat petak contoh, baik petak tunggal maupun
beberapa petak contoh untuk kemudian dilakukan analisis vegetasi. Petak
tunggal akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi
yang diteliti bersifat homogen. Untuk memudahkan analisis, petak contoh
biasanya dibagi ke dalam kuadran-kuadran yang lebih kecil. Ukuran
kuadran tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan
distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi).
Metode kuadrat yang digunakan dalam analisis vegetasi gulma
diantaranya bertujuan untuk mempelajari tingkat suksesi atau evaluasi hasil
suatu pengendalian gulma. Melalui praktikum ini mahasiswa dapat
mengetahui karakter suatu vegetasi gulma di setiap lahan yang berbeda
melalui sampling berbagai kuadran petak contoh. Dengan analisi vegetasi
dapat ditentukan posisi gulma terhadap tanaman budidaya, metode
pengendalian gulma yang efektif, dan evaluasi dari pengendalian yang telah
dilakukan.
32
33
2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
menganalisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.
B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Pengelolaan Gulma acara Analisis Vegetasi Gulma dengan
Metode Kuadrat dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 2018 di lahan
Fakultas Pertanian UNS, Jumantono, Karanganyar pada pukul 06.30-11.00
WIB.
2. Alat dan Bahan
a. Suatu kawasan dengan berbagai jenis gulma
b. Kuadran 1 m x 1 m
3. Cara Kerja
a. Menentukan minimal 2 kawasan yang memiliki berbagai jenis gulma
untuk dilakukan identifikasi. Tiap kawasan dianalisis oleh 1 kelompok.
b. Menentukan luas petak minimal untuk dilakukan analisis vegetasi.
c. Secara acak tentukan tempat – tempat masing – masing 1 m2 untuk
dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominansinya.
d. Membandingkan dua kawasan tersebut apakah sebaran gulmanya sama
atau berbeda. Gunakan nilai penting (IV) ataupun Summed Dominance
Ratio (SDR).
34
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengamatan Vegetasi Suatu Lahan denga Metode Kuadrat
Petak contoh
No Nama Vegetasi K F FR (%) d1 d2 D DR (%) INP SDR
1 2 KR (%)
3 Cynodon dactylon 8 8 36,3 0,5 12.5 184 124 3,582 49,5 98,3 32,7
4 Panicum repens 2 2 9,09 0,5 12.5 140 63 1,384 19,1 40,7 13,6
8 Echinochloa crus-galli 6 6 27,27 0,5 12.5 104 67 1,093 15,01 54,8 18,3
Rata-
1,5 1,25 2,75 12,47 0,5 12,5 83,75 50,125 0,9 12,49 28,71 12,475
rata
2. Analisis Data
a. Metode Kuadrat
1. Kerapatan Mutlak (K)
K = Jumlah individu Petak 1 + Petak 2
a. Mimosa pudica = 1+0 =1
b. Hedyotis corymbosa = 1+0 =1
c. Cynodon dactylon = 8+0 =8
d. Panicum repens = 2+0 =2
e. Portulaca oleracea = 0+1 =1
f. Cyperus sp. = 0+2 =2
g. Borreria alata = 0+1 =1
h. Echinochloa crus-galli = 0+6 =6
Jumlah KerapatanMutlak (K) = 22
Rata-rata Kerapatan (K) = 2,75
1
2. Hedyotis corymbosa = = 0,5
2
1
3. Cynodon dactylon = = 0,5
2
1
4. Panicum repens = = 0,5
2
1
5. Portulaca oleracea = = 0,5
2
1
6. Cyperus sp. = = 0,5
2
1
7. Borreria alata = = 0,5
2
1
8. Echinochloa crus-galli = = 0,5
2
2. Hedyotis corymbosa
D1 = 40
D2 = 37
40 𝑥 37 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 0,232
4 10.000
3. Cynodon dactylon
D1 = 27+20+22+20+16+20+19+40 = 184
D2 = 14+16+13+14+11+13+17+26 = 124
184 𝑥 124 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 3,582
4 10.000
4. Panicum repens
D1 = 60+80 = 140
D2 = 43+20 = 63
140 𝑥 63 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 1,384
4 10.000
5. Portulaca oleracea
D1 = 56
D2 = 24
56 𝑥 24 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 0,211
4 10.000
6. Cyperus sp.
D1 = 35+15 = 50
D2 = 23+9 = 32
50 𝑥 32 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 0,251
4 10.000
7. Borreria alata
D1 = 26
D2 = 15
26 𝑥 15 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 0,061
4 10.000
8. Echinochloa crus-galli
D1 = 24+20+33+7+10+10 = 104
D2 = 14+16+21+3+6+7 = 67
104 𝑥 67 2 𝑥 3,14
𝐷 =( )𝑥 = 1,093
4 10.000
Rata-rata = 0,905
2. Hedyotis corymbosa
0,232
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 3,2%
3. Cynodon dactylon
3,582
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 49,5%
4. Panicum repens
1,384
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 19,1%
5. Portulaca oleracea
0,211
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 2,9%
6. Cyperus sp.
0,251
𝐷𝑅 = 𝑥 100% = 3,5%
7,242
7. Borreria alata
0,061
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 0,8
8. Echinochloa crus-galli
1,093
𝐷𝑅 = 7,242 𝑥 100% = 15,01
8. SDR
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔
SDR = 3
22,9
1. Mimosa pudica = = 7,6
3
20,2
2. Hedyotis corymbosa = = 6,7
3
98,3
3. Cynodon dactylon = = 32,7
3
40,7
4. Panicum repens = = 13,6
3
19,9
5. Portulaca oleracea = = 6,6
3
25,1
6. Cyperus sp. = = 8,4
3
17,8
7. Borreria alata = = 5,9
3
54,8
8. Echinochloa crus-galli = = 18,3
3
Jumlah SDR = 99,8
Rata-rata SDR = 12,47
39
40
3. Pembahasan
Prabowo et al (2008) mengatakan bahwa metode kuadrat
merupakan metode analisis vegetasi, yakni dengan pengamatan pada
petak contoh yang luasannya diukur dalam satuan kuadrat. Bentuk petak
contoh bisa berupa persegi empat, persegi panjang, atau lingkaran.
Metode ini cukup detail dan teliti sehingga cocok untuk vegetasi gulma
campuran yang rapat dan tidak jelas batas-batasnya, namun aplikasinya
akan memakan lebih banyak waktu dibandingkan metode garis. Menurut
Solahudin (2010), metode petak ganda (kuadrat) merupakan metode yang
serba guna, kuadrat adalah luas pada suatu habitat dalam berbagai bentuk
yang dapat membatasi vegetasi, sehingga penutupan vegetasi di area
tersebut dapat dihitung dan luas vegetasi pada habitat yang dikaji dapat
diperkirakan. Cara meletakkan kuadrat plot sampling pada habitat
vegetasi yang diteliti adalah secara random atau acak.
tingkat suksesi atau kestabilan dari suatu jenis. Konsep kemerataan ini
menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan individu antar jenis.
Ukuran kemerataan ini juga dapat digunakan sebagai indikator adanya
gejala dominansi diantara setiap jenis dalam suatu komunitas, dimana
jika setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas
tersebut mempunyai nilai kemerataan (evenness) maksimum, dan
sebaliknya jika nilai evenness minimum, maka dalam komunitas tersebut
terdapat jenis dominan, sub dominan, dan jenis terdominansi. Restiana
dan Dahlianah (2014) mengatakan bahwa parameter yang diamati adalah
sebagai berikut : 1) Kerapatan, yaitu nilai yang menunjukkan jumlah
individu dari suatu jenis yang menjadi anggota suatu komunitas
tumbuhan dalam luasan tertentu. 2) Frekuensi, yaitu nilai besaran yang
menyatakan derajat penyebaran di dalam komunitasnya.
Agustina dan Yursida (2015) mengatakan bahwa kelebihan dari
analisis metode kuadrat adalah pengendalian gulma diarahan kepada
benarnya sasaran gulma yang kita tuju, sehingga ketepatan pengenalan
jenis-jenis gulma dominan mutlak dilakukan. Kesalahan dalam
identifikasi gulma dapat berakibat fatal dalam hasil pengendalian gulma.
Menurut Kainde et al (2011), metode kuadrat merupakan metode paling
sederhana dan sering digunakan, yang dimaksud “kuadrat” adalah suatu
ukuran luas yang diukur dalam satuan kuadrat (m2) berbentuk bujur
sangkar.
Praktikum analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat
ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta di daerah Jumantono dengan menggunakan kuadrat 1 m x 1 m.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum acara 2 ini menunjukan bahwa
diperoleh 8 macam gulma yaitu Mimosa pudica, Hedyotis corymbosa,
Cynodon dactylon, Panicum repens, Portulaca oleracea, Cyperus sp.,
Borreria alata, dan Echinochloa crus-galli. Berdasarkan data gulma
yang ada tersebut di cari nilai kerapatan, dominansi dan frekuensinya,
lalu dihitung nilai INP (Indeks Nilai Penting)nya. INP (indeks nilai
42
DAFTAR PUSTAKA
Agustina K, Yursida. 2015. Diversitas gulma pada budidaya padi dan jagung di
lahan pasang surut Desa Banyu Urip Kecamatan Tanjung Lago. J Lahan
Suboptimal 4(1): 1-8.
Kainde RP, Ratag SP, Tasirin JS. 2011. Analisis vegetasi hutan lindung gunung
Tumpa. J Eugenia 17(3): 31-39.
Pasau P, Prapto Yudono, Abdul Syukur. 2008. Pergeseran komposisi gulma pada
perbedaan proporsi populasi jagung dan kacang tanah dalam tumpang
sari pada regosol sleman. J Ilmu Pertanian 16(2):60 – 78
Restiana dan Dahlianah I. 2014. Analisis vegetasi gulma pada kebun semangka
(Citrullus lanatus) di Desa Timbangan Kecamatan Inderalaya Kabupaten
Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. J. Sains Matematika 11(2): 49-58.
45
46
B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Pengelolaan Gulma acara Analisis Vegetasi Gulma dengan
Metode Garis dan Metode Titik dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 2018
di lahan Fakultas Pertanian UNS, Jumantono, Karanganyar pada pukul
06.30-11.00 WIB.
2. Alat dan Bahan
a. Suatu kawasan dengan berbagai jenis gulma
b. Tali rafia
c. Kerangka berjarum untuk metode titik
d. Meteran
3. Cara Kerja
a. Menentukan minimal 2 kawasan yang memiliki berbagai jenis gulma
untuk dilakukan identifikasi. Tiap kawasan dianalisis oleh 1 kelompok.
b. Menarik tali rafia sepanjang 10 m (untuk metode garis).
c. Menentukan area sepanjang 1 m (untuk metode titik).
d. Melakukan analisa vegetasi dengan metode garis untuk mendapatkan 3
parameter sebagaimana pada metode kuadrat dan 2 parameter
(dominansi dan frekuensi untuk metode titik).
1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Pengamatan Vegetasi Suatu Lahan dengan Metode Garis
Petak contoh Individu (K) : Dominansi (D) cm
KR DR FR
No Nama Vegetasi 1 2 F INP SDR
(%) (%) (%)
D K D K
1 Bidenspilosa L 60 3 246 2 12,5 18,434 1 25 55,934 18,64
2 Euphorbia Hirta 388 2 58 2 10 26,87 1 25 61,87 20,6
3 Mimosa Pudica 101 3 - - 7,5 6,08 ½ 12,5 26,08 8,7
4 Gulma C 67 1 - - 2,5 3,79 ½ 12,5 18,79 6,3
5 Cynodon Dactilon 351 13 89 14 67,5 44,8 1 25 137,3 45,8
∑ 967 22 393 18 100 99,98 4 100 299,974 100,04
Rata-
193,4 4,4 78,6 3,6 20 19,99 0,8 20 59,99 20,08
rata
Sumber : Hasil Pengamatan
48
2. Analisis Data
Metode Titik
a. Frekuensi Mutlak (F)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
F= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
1. Portulaca oleracea
1
F= = 0,33
3
2. Paspalum vaginatum
1
F= = 0,33
3
3. Panicum repens
2
F= = 0,67
3
4. Cynodon dactylon
1
F= = 0,33
3
5. Echinochloa crus-galli
1
F= = 0,33
3
1. Portulaca oleracea
0,33
FR = 1,99 x 100% = 16,58%
2. Paspalum vaginatum
0,33
FR = 1,99 x 100% = 16,58%
3. Panicum repens
0,67
FR = 1,99 x 100% = 33,66%
4. Cynodon dactylon
0,33
FR = 1,99 x 100% = 16,58%
5. Echinochloa crus-galli
51
0,33
FR = 1,99 x 100% = 16,58%
1. Portulaca oleracea
2
D = 30 = 0,067
2. Paspalum vaginatum
3
D = 30 = 0,1
3. Panicum repens
15
D = 30 = 0,5
4. Cynodon dactylon
8
D = 30 = 0,267
5. Echinochloa crus-galli
2
D = 30 = 0,067
1. Portulaca oleracea
0,067
DR = 1,001 x 100% = 6,69%
2. Paspalum vaginatum
0,1
DR = 1,001 x 100% = 9,99%
3. Panicum repens
0,5
DR = 1,001 x 100% = 49,95%
4. Cynodon dactylon
52
0,267
DR = 26,67 x 100% = 26,67%
5. Echinochloa crus-galli
0,067
DR = 1,001 x 100% = 6,69%
f. SDR
SDR suatu jenis = INP : 2
1. Portulaca oleracea
SDR suatu jenis = 23,27 : 2 = 11,64
2. Paspalum vaginatum
SDR suatu jenis = 26,37 : 2 = 13,29
3. Panicum repens
SDR suatu jenis = 83,61 : 2 = 41,8
4. Cynodon dactylon
SDR suatu jenis = 43,25 : 2 = 21,62
53
5. Echinochloa crus-galli
SDR suatu jenis = 23,27 : 2 = 11,64
Jumlah Indeks Nilai Penting (INP) = 99,99
Rata-rata INP = 19,99
2. Pembahasan
Menurut Sembodo (2010), data yang diperoleh melalui analisis vegetasi
dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu penyebaran,
stratifikasi, dan periodisitas. Data kuantitatif yaitu jumlah gulma, bobot,
ukuran, luas daerah yang ditumbuhi gulma atau tingkat penutupan gulma dan
sebagainya sebagai penjabaran dari pengamatan petak contoh di lapangan.
Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya metode
pendugaan atau estimasi visual, metode kuadrat, metode garis, dan metode
titik.
Areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan
metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan
vegetasi “tumbuh menjalar” (creeping), digunakan metode titik (point
intercept), dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup
waktu. Meyke (2014) mengatakan bahwa metode garis atau rintisan adalah
petak contoh memanjang diletakkan di atas sebuah komunitas vegetasi. Metode
titik merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika kuadrat diperkecil sampai
titik tak terhingga, akan menjadi titik.
Meyke (2014) mengatakan bahwa metode garis merupakan suatu metode
yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada
vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut, dalam hal
ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin
pendek. Vegetasi hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50m-
100m, sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup
5m-10m. Metode ini apabila digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana,
maka garis yang digunakan cukup 1m.
Restiana dan Dahlianah (2014) mengatakan bahwa metode titik merupakan
modifikasi dari metode kuadrat. Pengamatannya menggunakan alat berupa
54
kerangka yang mempunyai deretan jarum atau paku yang memiliki jarak sama,
apabila kerangka tersebut diletakkan pada komunitas gulma, jarum atau paku
akan menyentuh daun atau bagian lain dari gulma yang ada. Gulma yang
tersentuh jarum atau paku tersebut dicatat jenisnya pada lembar pengamatan.
Parameter yang dapat diamati dengan metode ini adalah donimasi dan
frekuensi.
Tabel 3.1 berjudul Pengamatan Vegetasi Suatu Lahan dengan Metode
Garis. Pada Tabel 3.1, terdapat beberapa aspek yang diamati diantaranya:
Kerapatan Mutlak (K), Kerapatan Relatif % (KR), Frekuensi Mutlak (F),
Frekuensi Relatif % (FR), Dominansi Mutlak (D), Indeks Nilai Penting (INP),
dan SDR. Vegetasi yang diamati pada tabel 3.1 diantaranya: Bidenspilosa L,
Euphorbia hirta, Mimosa pudica, Gulma C, dan Cynodon dactilon.
Berdasarkan tabel 3.2 dan tabel 3.3 terdapat beberapa aspek yang diamati
diantaranya: Frekuensi Mutlak (F), Frekuensi Relatif % (FR), Dominansi
Mutlak (D), Indeks Nilai Penting (INP), dan SDR. Vegetasi yang diamati
diantaranya: Portulaca oleracea, Paspalum vaginatum, Panicum repens,
Cynodon dactylon, dan Echinochloa crus-galli.
Manfaat analisa vegetasi gulma adalah dapat mengetahui komposisi jenis
gulma dan menetapkan jenis yang dominan. Biasanya hal ini dilakukan untuk
keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida yang sesuai. Selan
itu, dapat mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi.
Hal ini penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan
komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan
pengendalian dengan cara tertentu. Manfaat yang lain yaitu dapat mengetahui
gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana
tumbuh dan ruang hidup. Menurut Syawal (2009), analisis vegetasi gulma
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang ada dan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
55
DAFTAR PUSTAKA
Restiana dan Dahlianah I. 2014. Analisis vegetasi gulma pada kebun semangka
(Citrullus lanatus) di Desa Timbangan Kecamatan Inderalaya Kabupaten
Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. J. Sains Matematika 11(2): 49-58.
Syawal Y. 2009. Efek berbagai pupuk organik terhadap pertumbuhan gulma dan
tanaman budidaya. J Agrovigor 8(3): 265-271.
IV. KALIBRASI HAND SPRAYER DAN KNAPSACK SPRAYER
A. Pendahululan
1. Latar Belakang
Proses budidaya pertanian selalu memiliki korelasi dengan kegiatan
pengendalian, baik hama, penyakit, gulma, dan lain-lain. Dalam proses
pengendalian tersebut, umumnya petani menggunakan peralatan-perlatan
dalam pelaksanaanya. Hal ini bergantung pada jenis pengendalian yang
diaplikasikan. Pengaplikasian pestisida cair atau bahan-bahan cair lain
umumnya diaplikasikan menggunakan sprayer. Sprayer merupakan alat yg
difungsikan sebagai penyebar karena memiliki kemampuan jangkauan
penyebaran dan kerataan bahan ketanaman yang merata. Jenis-jenis sprayer
juga beragam, tergantung volume keluaran cairan dan luasan jangkauan.
Terdapat berbagai jenis sprayer berdasarkan kegunaannya, termasuk
diantaranya adalah Hand Sprayer dan Knapsack Sprayer
Dalam pengaplikasian pestisida, diperlukan pengetahuan yang baik
agar penggunaan pestisida tidak menyebabkan kerugian atau dalam kata
lain boros. Pengetahuan ini lebih tergantung kepada jenis pestisida dan
dosis yang digunakan. Dalam hal ini, dosis yang digunakan baiknya tepat
atau mendekati tepat diperlukan kalibrasi dalam penentuannya. Dengan
demikian efek atau keampuhan pestisida yang digunakan dapat dibuat
seoptimal mungkin.
Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat
ukur dengan cara membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi
diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan
akurat dan konsisten dengan instrumen lainnya. menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke
standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran nasional
dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
57
58
2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui akurasi takaran dalam
penggunaan Sprayer.
B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Pengelolaan Gulma acara Kalibrasi Hand Sprayer dan
Knapsack Sprayer dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 2018 di lahan
Fakultas Pertanian UNS, Jumantono, Karanganyar pada pukul 06.30-11.00
WIB.
2. Alat dan Bahan
a. Hand Sprayer dan Knapsack Sprayer
b. Papan plastik bergelombang 80 x 210 cm2
c. Suatu lahan
d. Bak penampung air
e. Meteran
f. Rafia
g. Patok kayu
3. Cara Kerja
a. Kalibrasi Hand Sprayer
1) Mengisikan air bersih pada Hand Sprayer.
2) Meletakkan papan plastik bergelombang pada posisi miring 30%.
3) Meletakkan bak penampung air yang nantinya mengalir dari papan
plastik.
4) Melakukan kalibrasi berulang ulang, setiap kali semprot berapa cc
air keluar.
b. Kalibrasi Knapsack Sprayer di lapangan
1) Mengisikan air bersih pada Knapsack Sprayer.
2) Membatasi suatu kawasan yang akan digunakan untuk uji coba,
misalnya 10 m x 10 m.
59
B. Analisis Data
a. Hasil Kalibrasi Alat Hand Sprayer dalam lahan seluas 210 x 80 cm =
16800 cm2 = 1,68 m2
1) Volume Terpakai = Vol awal – Vol akhir
a) Ul 1: 1 L – 0,88 L = 0,12 L
b) Ul 2: 1 L – 0,84 L = 0,16 L
c) Ul 3: 1 L – 0,85 L = 0,15 L
Jumlah volume terpakai = 0,43 L
Rata-rata volume terpakai = 0,143 L
1 ha
2) Vol per Hektar = x V terpakai
Luas lahan
10.000
a) Vol per Hektar 1 = x 0,12 = 714,29 L/ha
1,68
10.000
b) Vol per Hektar 2 = x 0,16 = 952,4 L/ha
1,68
10.000
c) Vol per Hektar 3 = x 0,15 = 892,9 L/ha
1,68
C. Pembahasan
Raras et al (2013) mengatakan bahwa kalibrasi didefinisikan
sebagai proses penyesuaian parameter model yang berpengaruh
terhadap kejadian aliran. Proses kalibrasi merupakan upaya untuk
memperkecil penyimpangan yang terjadi. Besar nilai parameter tidak
dapat ditentukan dengan pasti, sehingga proses kalibrasi dikatakan
berhasil jika nilai parameter telah mencapai patokan ketelitian yang
ditentukan. Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(2010), kalibrasi adalah menentukan volume semprot per satuan luas
atau per pohon berdasarkan keluaran nozel, kecepatan atau waktu
penyemprotan. Tujuan utama melakukan kalibrasi supaya dosis yang
diaplikasikan tidak menyimpang jauh dari dosis anjuran, dan
penyemprotan dapat dilakukan dengan merata dan efisien. Volume
semprotan ditentukan oleh banyak faktor seperti berikut: keluaran dari
nozel, besarnya pohon atau luasnya bidang sasaran, besarnya droplet,
kepadatan droplet yang diinginkan, topografi kebun.
Irnawati dan Arlinda (2008) mengatakan bahwa alat aplikasi
penyemprotan yang baik dengan mempertimbangkan beberapa hal,
yaitu kemampuan kerja, kapasitas kerja, keamanan, kualitas, dan harga
alat. Jenis aplikasi pestisida yang banyak digunakan adalah alat
penyemprot tangan (hand sprayer). Umumnya petani menggunakan
hand sprayer dalam memberantas hama dan penyakit tanaman, karena
lebih praktis. Namun, hand sprayer mempunyai risiko yang lebih besar
terjadi kebocoran yang dapat membasahi punggung dan tangan saat
menyemprot. Menurut Pardamean (2017), bagian sprayer ada: 3
saringan di mulut tangki, bagian pegangan, dan bagian nozel. Geser
pengatur tekanan ke L atau H sesuai kebutuhan (sebelum dipakai). L
(low) untuk herbisida dan H (high) untuk fungisida atau insektisida.
Pemompaan bias dilakukan 8 kali atau lebih sesuai kebutuhan. Semua
bagian sprayer bekerja saling mempengaruhi.
63
udara. Selang dan pipa (hose and lance): Selang dan pipa merupakan
bagian penyalur dari aliran cairan semprot. Nosel: Terdiri dari mulut
nosel, saringan, tutup, plat cincin, gasket, dan siku (elbow).
Pada praktikum kali ini melakukan kalibrasi dengan alat Hand
Sprayer dan Knapsack Sprayer. Kalibrasi dengan menggunakan Hand
Sprayer dengan menyemprotkan air sebanyak 1 L pada papan plastik
bergelombang berukuran 0,8 m x 2 m pada posisi miring 30%,
kemudian melakukan kalibrasi sebanyak 3 kali ulangan setiap kali
semprot dihitung berapa cc air yang keluar. Kalibrasi dengan
menggunakan Knapsack Sprayer dengan menyemprotkan air sebanyak
8 L pada suatu kawasan yang dibatasi dengan ukuran 4 m x 4 m,
kemudian melakukan kalibrasi sebanyak 3 kali ulangan setiap kali
semprot dihitung berapa cc air yang keluar.
Berdasarkan Tabel 4.1 hasil kalibrasi dengan Hand Sprayer
diperoleh hasil bahwa jumlah air yang diperlukan untuk penyemprotan
seluas pada lahan berukuran 1,68 m2 masing-masing ulangan adalah
0,12 L, 0,16 L, dan 0,15 L, jumlah tersebut dikonversikan dalam satuan
liter/ha sehingga diperoleh rata-rata jumlah air yang diperlukan untuk
penyemprotan dengan handsprayer adalah sebesar 853,2 liter/ha.
Berdasarkan Tabel 4.2 hasil kalibrasi dengan Knapsack Sprayer
diperoleh hasil bahwa jumlah air yang diperlukan untuk penyemprotan
seluas pada lahan berukuran 4 m x 4 m masing- masing ulangan adalah
1,1 L; 1,3 L; 1,9 L jumlah tersebut dikonversikan dalam satuan liter/ha
sehingga diperoleh rata-rata jumlah air yang diperlukan untuk
penyemprotan dengan kanpsack sprayer adalah sebesar 895,83 liter/ha.
Manfaat praktikum kalibrasi hand sprayer dan knapsack sprayer ini
adalah adalah agar mengetahui akurasi takaran dalam penggunaan
sprayer sehingga di dalam praktek penyemprotan herbisida dapat
efisien dan akurat. Menurut Raras et al (2013) bahwa ketetapan hasil
kalibrasi sangat menentukan efektivitas dan efisiensi biaya
pengendalian gulma.
65
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Buku pintar budi daya kakao.
Jakarta: Agro Media Pustaka
Raras PK, Agus HW, dan Suyanto. 2013. Aplikasi metode mock, nreca, tank
model dan rain run di Bendung trani, wonotoro, sudangan dan walikan. J
matriks teknik sipil 1(4): 472-479
67
LAMPIRAN