PEMULIAAN TANAMAN
Disusun Oleh:
Nama : Dody Dwi Prabowo
NIM : H0716039
Kelompok : 01
Co-ass : Candra Lusi Novitasari
Laporan Pemuliaan Tanaman ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemuliaan Tanaman dan telah disetujui dan disahkan oleh Dosen Pengampu pada
Desember 2018.
Disusun oleh:
NIM : H0716039
Kelompok : 01
Mengetahui,
PemuliaanTanaman
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena hanya
dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman ini. Laporan Praktikum Pemuliaan Tanaman ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemuliaan Tanaman. Laporan ini terselesaikan
tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Tim Dosen pengampu mata kuliah Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
UNS
2. Co-AssistenPemuliaan Tanamanyang telah banyak membimbing dan
mengarahkan praktikum
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum Pemuliaan Tanaman ini tentu
masih banyak kekurangan. Sehingga, penulis mengharapkan saran yang positif
dan kritik yang membangun yang akan menjadi bahan perbaikan yang lebih
lanjut. Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
kita semua terutama mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang sedang menempuh mata kuliah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Tabel 1.1 Biologi bunga padi (Oryza sativa), bunga pepaya (Carica
papaya), bunga cabai (Capsicum annum) dan bunga jagung (Zea
mays) ................................................................................................
Tabel 2.1 Panjang Batang Utama dan Lateral Kacang Tanah (Arachis
hipogaea) .........................................................................................
Tabel 2.2Panjang Internodia Batang Utama dan Lateral Kacang Tanah
(Arachis hipogaea) ..........................................................................
Tabel 2.3Panjang Daun Batang Utama dan Lateral Kacang Tanah (Arachis
hipogaea) .........................................................................................
Tabel 2.4 Lebar Daun Batang Utama dan Lateral Kacang Tanah (Arachis
hipogaea) .........................................................................................
Tabel 2.5 Jumlah Biji per PolongKacang Tanah (Arachis hipogaea) .............
Tabel 2.6 Jumlah Polong Tanaman Kacang Tanah (Arachis hipogaea) pada
Pertanaman ......................................................................................
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Panjang Malai dan Cabang Malai Padi (Oryza
sativa) ..............................................................................................
Tabel 4.1 Hukum Hardy-Weinberg A : a (0,5 : 0,5) .....................................
Tabel 4.2 Hukum Hardy-Weinberg 2 A : a (0,75 : 0,25) .................................
Tabel 4.3Generasi Pertama Tanpa Seleksi .......................................................
Tabel 4.4Generasi Kedua Tanpa Seleksi .........................................................
Tabel 4.5Generasi Ketiga Tanpa Seleksi .........................................................
Tabel 4.6Generasi Keempat Tanpa Seleksi .....................................................
Tabel 4.7Generasi Kelima Tanpa Seleksi ........................................................
Tabel 4.8Generasi Pertama Seleksi Lengkap ...................................................
Tabel 4.9Generasi Kedua Seleksi Lengkap .....................................................
Tabel 4.10Generasi Ketiga Seleksi Lengkap ...................................................
Tabel 4.11Generasi Keempat Seleksi Lengkap ...............................................
Tabel 4.12Generasi Kelima Seleksi Lengkap ..................................................
Tabel 4.13Generasi PertamaSeleksi Tidak Lengkap .......................................
Tabel 4.14Generasi Kedua Seleksi Tidak Lengkap .........................................
Tabel 4.15Generasi Ketiga Seleksi Tidak Lengkap .........................................
Tabel 4.16Generasi Keempat Seleksi Tidak Lengkap .....................................
Tabel 4.17Generasi Kelima Seleksi Tidak Lengkap ........................................
Tabel 5.1 Pengamatan Seleksi Massa pada Tinggi, Cabang, Ada Tidaknya
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)..........................................................................
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Hibridisasi dan Kastrasi pada Tanaman
Jagung(Zea mays) ............................................................................
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Hasil Korelasi dan Regresi Pada Panjang Malai dan Cabang
Malai Padi (Oryza sativa) .............................................................
Grafik4.1 Perbandingan Generasi Keturunan Tanpa Seleksi ........................
Grafik4.2 Perbandingan Generasi Keturunan dengan Seleksi lengkap .........
Grafik4.3 Perbandingan Generasi Keturunan dengan Seleksi tidak lengkap
I. BIOLOGI BUNGA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bunga merupakan organ reproduksi pada tumbuhan, organ ini
bukanlah organ pokok dan merupakan modifikasi (perubahan bentuk)
dari organ utama yaitu batang dan daun yang bentuk, susunan, dan
warnanya telah disesuaikan dengan fungsinya sebagai alat
perkembangbiakan pada tumbuhan. Bagian dasar bunga dan tangkai
bunga, bagian ini merupakan modifikasi dari batang, sedangkan kelopak
dan mahkota bunga merupakan modifikasi dari daun yang bentuk dan
warnanya berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan
sebagian lagi akan mengalami metamorfosis membentuk bagian yang
berperan dalam proses reproduksi.
Bunga majemuk pada umumnya memilki empat organ utama, yaitu
kelopak (sepal), mahkota (petal), benang sari (stamen), dan putik (pistil).
Benang sari terdiri dari tangkai sari (filament), putik (stigma), tangkai
putik (style), dan bakal buah (ovary). Berdasarkan kelengkapan bagian
bunga, bunga dapat digolongkan ke dalam bunga lengkap,yaitu bunga
yang memiliki ke empat organ bunga (kelopak, mahkota, benang sari dan
putik) dan bunga tak lengkap, yaitu bunga yag tidak memiliki salah satu
atau lebih organ bunga tersebut. Dilihat dari alat generatifnya,
terdapat bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga sempurna
adalah bunga yang memiliki benang sari dan putik. Sedangkan bunga
tidak sempurna hanya memiliki salah satu organ generative tersebut.
Dalam hal ini maka ada bunga jantan (staminate) dan ada pula bunga
betina (pistilate).
Pengetahuan tentang morfologi bunga dapat memudahkan dalam
menentukan metode pemuliaan yang dapat diterapkan serta dapat
menentukan jenis penyerbukannya. Proses penting dalam daur hidup
suatu tanaman adalah penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan
(pollination) merupakan peristiwa melekatnya serbuk sari ke kepala
putik. Penyerbukan merupakan tahap awal dari terbentuknya individu
atau tanaman baru. Penyerbukan dapat terjadi secara alami dengan
bantuan angin, air, manusia, serangga atau hewan lainnya dan lain-lain.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Biologi Bunga ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memahami biologi bunga pada tanaman
2. Memahami fungsi biologi bunga dalam kaitannya dengan
pemuliaan tanaman.
3. Mampu menggambarkan serta menguraikan bagian dari suatu
bunga serta fungsinya pada tanaman.
B. Metode Praktikum
b. Alat :
1) Jarum preprat
2) Gunting
3) Pinset
4) Alat gambar
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan bunga-bunga yang akan diamati
b. Perhatikan agian-bagiannya secara teliti
c. Gambarkan pada kertas pekrjaan masing-masing bunga dan bagian-
bagiannya.
d. Sebutkan tipe bunga dan macam penyerbukannya untuk bunga yang
akan diamati.
C. Tinjauan Pustaka
Tanaman jagung (Zea mays L.), Kampfer et al. (2017)
mengemukakan sebuah strain bakteri endospora pembentuk bakteri
Gram-stain-positif, aerobik yang diisolasi dari rhizosfer Zea mays
dipelajari untuk tentukan posisi taksonomi terperincinya, dalam
sistematika tumbuh-tumbuhan termasuk
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classi : Monocotyledonae
Ordo : Commelinales
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays.
Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan
(staminate) terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina
(pistilate) terletak pada pertengahan batang. Tanaman jagung bersifat
protandy, yaitu bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari sebelum
munculnya rambut (style) pada bunga betina, oleh karena itu bunga
jantan dan bunga betina yang terpisah akibat sifatnya yang protandry
tersebut, maka jagung mempunyai sifat menyerbuk silang. Produksi
tepung sari (pole) dari bunga jantan diperkirakan mencapai 25.000-
50.000 butir tanaman. Bagian-bagian dari bunga betina adalah tangkai
tongkol, tunas, kelobot, calon biji, calon jenggel, penutup kelobot dan
rambut-rambut (Purwono 2010).
Pepaya merupakan tanaman dengan taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica pepayae L.
Bunga pepaya termasuk bunga majemuk yang tersusun pada sebuah
tangkai atau poros bunga (peunculus). Kelompok bunga majemuk
tersebut disebut inflorensia yang duduk pada ketiak daun. Tanaman
pepaya memilki tiga jenis bunga , yaitu bunga jantan (masculus), bunga
betina (femineus) dan bunga sempurna (hermaprodite) (Amir Hamzah
2014).
Bunga jantan adalah bunga yang hanya memilki benang sari saja,
sedangkan bunga betina hanya memilki putik saja. Kedua jenis bunga
tersebut disebut bunga berjenis kelamin satu atau uniseksual. Jenis
bunga yang memilki putik dan benang sari disebut sebagi bunga
sempurna. Bunga jantan mudah dikenal karena memiliki bunga
majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Bunga
pertama yang terdapat pada pangkal tangkai adalah bunga jantan.
Bunga jantan ini memiliki ciri-ciri putik atau bakal buah yang tidak
berkepala karenanya tidak dapat menjadi buah, sedangkan benang sari
susunannya sempurna (Wiryanta 2008).
Bunga sempurna (hermaprodite) memilki putik dengan bakal
buah dan benang sari. Tanaman hermaphrodite menghasilkan
perbungaan besar dengan perkembangan organ jantan dan betina (Colto
2018). Saat muncul sampai mekar berlangsung 45-47 hari, biasanya
terletak di ujung tangkai bunga pepaya, yang dapat melakukan
penyerbukan sendiri. Penyerbukan sendiri adalah penyatuan sel telur
dengan sel sperma yang berasal dari satu tanaman.
Bunga betina hanya menghasilkan bunga betina, bakal buahnya
sempurna tidak berbenang sari, uuntuk dapat menjadi buah harus
diserbuki bunga jantan dari luar. Pepaya betina berbunga sepanjang
tahun, buah bulat bertangkai pendek. Pepaya sempurna (hermaprodite)
memiliki bunga yang sempurna susunannya, ia memiliki bakal buah
dan benang sari, sehingga dapat melakukan penyerbukan sendiri
(Baga 2010).
Cabai merupakan tanaman tahunan dengan teksonomi sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum (cabai besar, cabai lonceng)
Bunga cabai tergolong bunga lengkap karena terdiri dari kelopak
bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Kelopak bunga
berjumlah enam helai berwarna kehijauan. Mahkota bunga terdiri atas
5-7 petal berwarna putih susu atau kadang-kadang ungu. Posisi bunga
menggantung; panjang bunga biasanya0,8-1,5 cm; lebar 0,5 cm; dan
panjang tangkai bunga antara 3-8 cm. Tangkai putik berwarna putih,
panjangnya sekiatar 0,5 cm. Kepala putik berwarna kekuning-kuningan.
Tangkai sari berwarna putih dengan panjang sekitar 0,5 cm. Kepala sari
yang belum matang berwarna biru atau ungu. Dalam satu bunga
terdapat satu putik dan 5-7 benang sari (Warisno 2010).
Bunga cabai umumnya merupakan bunga tunggal (kecuali pada
spesies tertentu berbunga ganda), terletak pada hampir setiap ruas
(nodus). C. Annum (cabai besar) mempunyai satu bunga/ruas, C.
Frutescens (cabai rawit) mempunyai 1-3 bunga/ruas, C. Pubescens
(cabai gendot) mempunyai 1-5 bung/ruas, C. Baccatum (cabai ubatuba)
mempunyai 1-5 bunga/ruas, C. Chinense mempunyai 2-5 bunga/ruas
(Wawan 2012).
Bunga cabai cenderung berkarakter protogyny dan tepung sari
keluar dari kotak sari pada saat bnga mekar. Bungai cabai menyerbuk
sendiri, tetapi penyerbukan silang secara alami dapat terjadi dengan
bantuan lebah dengan presentase persilangan berkisar 7,6 – 36,8 %.
Bunga pertama terbentuk pada umur 23-31 hari sesudah tanam
(Syukur 2015)
Taksonomi tanaman padi termasuk
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.
Bunga padi adalah bunga terminal yang berbentuk malai terdiri dari
bunga-bunga tunggal (spikelet). Tiap bunga tunggal terdiri dari dua
lemma steril, lemma (sekam besar), palea (sekam kecil), enam buah
benang sari yang masing-masing memiliki dua kotak sari dan sebuah
putik. Kepala putik berjumlah dua buah dengan bulu-bulu halus. Pada
dasar bunga terdapat lodikula yang berperan penting terhdap mekarnya
bunga. Pada waktu padi akan berbunga, lodikula mengembang serta
mendorong lemma dan palea sehingga terpisah dan membuka. Bunga
mekar diikuti dengan pecahnya kotak sari serta menutupnya kembali
lemma dan plaea yang memungkinkan tepung sari menempel pada
kepala putik pada bunga yang sama (Yuktika 2014).
Mekarnya bunga dimulai dari sepikelet bagian atas lalu berlanjut
ke arah bawah, dan mencapai tingkat yang tertinggi pada pukul 08.00-
11.00. pada saat yang sama, tepung sari telah matang dan siaga.
Tanaman yang sudah siap untuk diemaskulasui ditantdai dengan
keluarnya malai 50-60% dari dalam sepikelet. Emaskulasi sebaiknya
dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk mempertahankan
reseptivitas kepala putik karena dipenggaruhi kelembaban dan
temperatur. Reseptivitas kepala putik yang terbaik dicapai setelah tiga
hari sepikelet membuka, lalu berangsur menurun menjelang hari ke
tujuh. Pembuahan terjadi setelah tiga jam penyerbukan. Padi termasuk
tanaman menyerbuk sendiri dengan presentasi penyerbukan silang
kurang dari 5%. Metode pemuliaan padi sama dengan metode
pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri lainnya. Varietas utama yang
dihasilkan dari kegiatan pemuliaan padi adalah varietas galur murni.
Pemuliaan padi diarahkan pada perbaikan produktivitas, kualitas beras,
ideotipe yang mengrah pada PTB, tahan terhadap cekaman biotik dan
abiotik (Syukur 2015)
Kelopak bunga (calix) merupakan bagian terluar dari bunga.
Kelopak bunga biasanya berwarna hijau atau warna lain yang tersusun
dalam satu atau beberapa lingkaran. Kelopak bunga berfungsi untuk
melindungi kuncup bunga. Mahkota bunga (corolla) umumnya lebih
besar daripada kelopak bunga dan terletak di sebeah dalam kelopak
bunga. Setiap jenis tumbuhan, umumnya memiliki warna mahkota
bunga yang mencolok sehingga menarik perhatian serangga untuk
membantu tumbuhan dalam penyerbukan. Selain itu, mahkota bunga
juga memilikibentuk yang beraneka ragam. Kelopak dan mahkota
bunga bersama-sama membentuk perhiasan bunga (periantum). Benang
sari (stamen) merupakan organ perkembangbiakan (alat kelamin) jantan
pada tumbuhan. Letak benang sari umumnya mengelilingi putik.
Benang sari menghasilkan sel kelamin jantan. Bagian-bagian penyusun
benang sari adalah tangkai sari (filamen). Pada ujung benang sari
terdapat kepala sari atau kotak sari (antera). Kepala sari berisi serbuk
sari (polen). Serbuk sari merupakan sel elamin jantan (sperma)
(Warisno 2008).
Putik (pistillum) terletak di bagian pusat bunga setelah benang sari.
Putik merupakan organ perkembangbiakan betina, karena membentik
sel telur (ovum). Bagian-bagian penyusun putik adalah kepala putik
(stigma), tangkai putik (stilus), dan bakal buah (ovarium). Di dalam
bakal buah terdapat bakal biji (ovulum). Di dalam bakal biji terdapat sel
telur yang merupakan sel kelamin betina (Saktiyono 2006).
Biologi bunga penting untuk diketahui supaya dapat menetukan
keseragaman buah, menentukan pohon induk dan mengetahui
bermacam-macam bunga pepaya. Dalam ilmu budidaya dan peuliaan
tanamn, mempelajari biologi bunga merupakan salah satu hal yang
sangat penting. Dengan mempelajari biologi bunga maka para peulia
tanamn akan dapat melakukan kegiatan pemuliaan tanamn karena
dalam biologi bunga akan dipelajari berbagai macam struktur bunga,
sehingga bisa diketahui kedudukan benang sari dan putik dari bunga
yang bersangkutan. Mempelajari biologi bunga juga bermanfaat untuk
menentukan tipe penyerbukan tanaman penyerbukan sendiri atau
penyerbukan silang (Warisno 2010).
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Biologi Bunga padi (Oryza sativa), bunga pepya (Carica
papaya), bunga cabai (Capsicum annum) dan bunga jagung
(Zea mays)
Keterangan
No Gambar Tipe Tipe
Bagian Bagian
Bunga Penyerbukan
1 Bunga pepaya 1. Tangkai Bunga Cross
(Carica papaya) Bunga jantan pollinated crop
2. Antena (bunga
3. Corolla tunggal)
2. Saran
Praktikum mata kuliah Pemuliaan Tanaman acara I Biologi Bunga
selebihnya sudah baik, namun alangkah lebih baiknya apabila
pengamatan diperjelas dan adanya pendampingan supaya mahasiswa
tidak bingung dan dapat menentukan tipe bunga dan bagian-bagian
bunganya
DAFTAR PUSTAKA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tumbuhan memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi
kehidupan manusia. Ada banyak macam jenis atau spesies tumbuhan di
dunia ini yang dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri morfologi dan
anatominya. Masing-masing tumbuhan tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, yang berdasarkan karakteristiknya tersebut maka
tumbuhan dapat diklasifikasikan.
Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman
dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data
penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman yang
dimaksud. Pencandraan merupakan proses awal klasifikasi, yang
dilakukan dalam proses ini adalah identifikasi makhluk hidup satu
dengan makhluk yang lainnya. Pencandraan digunakan untuk
mengamati tingkah laku, bentuk morfologi, anatomi dan fisiologi pada
makhluk hidup.
Pada tanaman kita kenal adanya dua tipe tanaman yaitu tipe tegak
dan tipe menjalar. Kedua tipe ini apabila melakukan pencandraan, maka
akan ditemui perbedaan-perbedaan bentuk morfologinya.. Adapun yang
termasuk pencandraan tanaman adalah; bentuk umum tanaman, akar,
batang, daun, buah, biji. Manfaat pencandraan tanaman dalam
pemuliaan tanaman antara lain, adalah untuk menunjukkan adanya
variabilitas pada tanaman, untuk melakukan seleksi dalam kegiatan
pemuliaan tanaman, untuk membedakan keragaman yang ada pada
tingkat spesies, serta sebagai langkah dalam pengamatan dan
identifikasi plasma nutfah dengan berbagai sifat penting
2. Tujuan praktikum
Tujuan dari praktikum Pemuliaan Tanaman mengenai acara 2 yaitu
tentang penyandraan tanaman dilaksanakan dengan tujuan, diantaranya
yaitu dapat menggambarkan bentuk morfologi suatu ras tanaman.
B. Metode praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pemuliaan tanaman acara Pencandraan Tanaman ini
dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2018 pukul 13.00 dan bertempat
di Laboratorium EMPT (Ekologi Manajemen Produksi Tanaman)
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Bahan
1) Tanaman kacang tanah
b. Alat
1) Penggaris
2) Kalkulator
3) Alat tulis
3. Cara Kerja
a. Mengamati bentuk umum tanaman (pohon, perdu, semak, rumput-
rumputan.
b. Mengamati akar tanaman (tunggang/serabut)
c. Mengamati dan mengukur bagian-bagian batang seperti:
1) Panjang batang
2) Internodia
d. Mengamati dan mengukur bagian-bagian daun seperti:
1) Panjang daun
2) Lebar daun
e. Mengamati dan menghitung bagian-bagian biji seperti:
1) Jumlah iji per polong
2) Jumlah polong per tanaman
f. Membuat tabel (batang, daun, biji)
g. Analisis data semua parameter, menghitung Sd dengan rumus:
√∑(𝑥−𝑥̅ )2
Sd= 𝑛(𝑛−1)
h. Menghitung kisara terpanjang (max) = x + Sd, dan kisaran
terpendek (min) = x – Sd
C. Tinjauan Pustaka
Klasifikasi tanaman kacang tanah secara taksonomi termasuk divisi
Spermatophyta, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales, famili Papilionaceae,
genus Arachis, spesies Arachis hypogaea. Pertumbuhan kacang tanah
secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam tipe, yaitu tipe
tegak (Bunch type, Erect type, Fastigiate) dan tipe menjalar (Runner type,
Prostrate type, Procumbent). Pada umumnya percabangan tanaman kacang
tanah tipe tegak sedikit banyak melurus atau hanya agak miring ke atas.
Batang utama tanaman kacang tanah tipe menjalar lebih panjang daripada
batang utama tipe tegak, biasanya panjang batang utama antara 33-50 cm.
Kacang tanah tipe tegak lebih disukai daripada tipe menjalar, karena
umurnya lebih genjah, yakni antara 100-120 hari, sedangkan umur
tanaman kacang tanah tipe menjalar kira-kira 150-180 hari. Disamping itu,
kacang tanah tipe tegak lebih mudah dipungut hasilnya daripada kacang
tanah tipe menjalar (Ratnaputri 2008)
Pencandraan merupakan proses awal klasifikasi. Yang dilakukan
dalam proses ini adalah identifikasi makhluk hidup satu dengan makhluk
hidup yang lainnya. Penyandraan dilakukan guna untuk mengamati
tingkah laku, bentuk morfologi, anatomi, dan fisiologi pada makhluk
hidup (Murtiningsih 2008). Pencandraan tanaman ialah suatu upaya untuk
mengenal dan mengetahui deskripsi morfologi dan sifat suatu tanaman.
Pengenalan yang utama ialah pada nama ilmiah tanaman daripada nama
lokalnya, karena nama ilmiah sering digunakan sebagai pedoman ketika
terjadi perselisihan untuk menentukan suatu jenis tanaman
(Nur Azizah 2008)
Keragaman suatu jenis tanaman diantaranya dapat diketahui dari
morfologinya. Sifat-sifat daun seperti bentuk dan susunan tulang daun
dapat dipakai sebagai petunjuk suatu jenis tumbuhan. Karakter morfologi
dianggap masih belum cukup untuk mencari kedudukan yang jelas
sehingga perlu metode lain sebagai komplemen untuk mengevaluasi
kekerabatan, namun karakterisasi secara morfologi merupakan informasi
awal yang diperlukan dalam upaya mencari karakter unggul dan baik
(Radiya 2013).
Sistem akar sebagaian besar Dicotyledoneae dan Gymnospermae
terdiri atas akar tunggang yang membentuk cabang pada sisinya. Bagian
dewasa akar, yang biasanya mengalami penebalan sekunder, hanya
berfungsi sebagai alat pemegang pada tanah dan untuk menyimpan bahan
cadangan (Mulyani 2006).
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Panjang Batang Utama dan Leteral Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)
No Variabel UI X (cm) x-x (x-x)2
1 1 40 3,86 14,89
2 31 -5,14 26,42
Panjang batang 3 37 0,86 0,74
utama 4 38,2 2,06 4,24
5 34,5 -1,64 2,69
𝑥̅ =36,14 ∑= 48,98
2 1 43 5,6 31,36
2 33,5 -3,9 15,21
Panjang batang 3 34 -3,4 11,5
lateral 4 39,7 2,3 5,2
5 36,8 -0,6 0,36
𝑥̅ = 37,4 ∑= 63,63
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.2 Panjang Internodia Batang Utama dan Leteral Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)
No Variabel UI X (cm) x-x (x-x)2
1 3,1 -0,22 0,048
2 3,1 -0,22 0,048
Panjang internoda 3 3,7 0,38 0,144
1
batang utama 4 2,7 -0,62 0,384
5 4 0,68 0,462
𝑥̅ = 3,32 ∑= 1,086
1 4,5 0,8 0,64
2 4,1 0,4 0,16
Panjang internoda 3 3,2 -0,5 0,25
2
batang lateral 4 2,8 -0,9 0,81
5 3,9 0,2 0,04
𝑥̅ = 3,7 ∑= 1,94
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.3 Panjang Daun Batang Utama Dan Leteral Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)
No Variabel UI X (cm) x-x (x-x)2
1 7,5 1,38 1,9
2 6,2 0,08 0,0064
Panjang daun 3 6,3 0.18 0,0324
1
batang utama 4 7 0,88 0,7744
5 3,6 -2,52 6,3504
𝑥̅ = 6,12 ∑= 9,0636
1 5,8 1 1
2 4 -0,8 0,64
Panjang daun 3 5 0,2 0,04
2
batang lateral 4 4,9 0,1 0,01
5 4,3 -0,5 0,25
𝑥̅ = 4,8 ∑= 1,94
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.4 Lebar Daun Utama Dan Leteral Kacang Tanah (Arachis
hypogaea)
No Variabel Ul X (x-x )̅ (x-x ̅)2
1 3,5 0,47 0,2209
2 3,1 0,04 0,0016
Lebar Daun 3 2,9 -0,16 0,0256
1
Batang Utama 4 3,3 0,24 0,0576
5 2,5 -0,56 0,3136
𝑥̅ = 3,06 ∑= 0,6193
1 2,8 0,35 0,1225
2 2,2 -0,25 0,0625
Lebar Daun 3 2,6 0,15 0,0225
2
Batang Lateral 4 2,5 0,05 0,0025
5 2,15 0,3 0,09
𝑥̅ = 2,45 ∑= 0,3
Sumber: Laporan Sementara
√48,98
=
5(4)
7
=
20
= 0,35
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 36,14 + 0,35
= 36,49 cm
KisaranTerpendek = 𝑥̅ - Sd
= 36,14 – 0,35
= 35,79 cm
2) Batang Lateral
2
√∑ x x
Sd = 𝑛(𝑛−1)
√63,63
= 5 (4)
= 0,4
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 37,4 + 0,4
= 37,8 cm
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ - Sd
= 37,4 – 0,4
= 37 cm
b. Panjang Internodia
1) Batang Utama
x x
2
√∑
Sd =
𝑛(𝑛−1)
√1,086
=
5(4)
= 0,05
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 3,32 + 0,05
= 3,37 cm
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ - Sd
= 3,32 – 0,05
= 3,27 cm
2) Batang Lateral
x x
2
√∑
Sd =
𝑛(𝑛−1)
√1,94
=
5(4)
= 0,07
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 3,7 + 0,07
= 3,77 cm
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ - Sd
= 3,7 – 0,07
= 3,63 cm
c. Panjang Daun
1) Daun Batang Utama
x x
2
√∑
Sd =
𝑛(𝑛−1)
√9,0636
=
5(4)
= 0,15
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 6,12 + 0,15
= 6,27 cm
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ - Sd
= 6,12 – 0,15
= 5,97 cm
2) Daun Batang Lateral
x x
2
√∑
Sd =
𝑛(𝑛−1)
√1,94
= = 0,07
20
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 4,8 + 0,07
= 4,87 cm
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ - Sd
= 4,8 – 0,07
= 4,73 cm
d. Lebar Daun
1) Daun Batang Utama
2
√∑ x x
Sd = 𝑛(𝑛−1)
√0,6193
= 20
= 0,04
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 3,06 + 0,04
= 3,1 cm
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ - Sd
= 3,06 – 0,04
= 3,02 cm
2) Daun Batang Lateral
2
√∑ x x
Sd = 𝑛(𝑛−1)
√0,3
= 20
= 0,03
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 2,45 + 0,03
= 2,48 cm
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ - Sd
= 2,45 – 0,03
= 2,42 cm
e. Jumlah Biji per Polong
1) Jumlah Biji 1
2
√∑ x x
Sd = 𝑛(𝑛−1)
√26,8
= 5(4)
5,2
= 20
= 0,26
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 14,2 + 0,26
= 14,46
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ - Sd
= 14,2 – 0,26
= 13,94
2) Jumlah Biji 2
x x
2
√∑
Sd =
𝑛(𝑛−1)
√15,2
=
5(4)
3,9
=
20
= 0,2
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 2,6 + 0,2
= 2,8
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ -Sd
= 2,6 – 0,2
= 2,4
3) Jumlah Biji 3
x x
2
√∑
Sd =
𝑛(𝑛−1)
√6,8
=
20
= 0,13
KisaranTerpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 10,8 + 0,13
= 10,93
KisaranTerpendek = 𝑥̅ -Sd
= 10,8 – 0,13
= 10,67
f. Jumlah Polong per Tanaman
x x
2
√∑
Sd =
𝑛(𝑛−1)
√6,8
=
5(4)
2,6
=
20
= 0,13
Kisaran Terpanjang = 𝑥̅ + Sd
= 0,8 + 0,13
= 0,93
Kisaran Terpendek = 𝑥̅ - Sd
= 0,8 – 0,13
= 0,67
2. Pembahasan
Pencandraan merupakan proses awal klasifikasi. Yang dilakukan
dalam proses ini adalah identifikasi makhluk hidup satu dengan
makhluk hidup yang lainnya. Penyandraan dilakukan guna untuk
mengamati tingkah laku, bentuk morfologi, anatomi, dan fisiologi pada
makhluk hidup (Murtiningsih, 2008). Pencandraan adalah teknik
penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat
dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan
manfaat dari golongan tanaman yang dimaksud. Pencandraan terhadap
keragaman tingkat spesies tanaman sangat penting fungsinya dalam
kegiatan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman yang terdiri atas tiga
gatra, yaitu variabilitas, seleksi, dan hibridisasi, membutuhkan
kemampuan khusus dalam pencandraan tanaman oleh para pelakunya.
Fungsinya antara lain adalah untuk menunjukkan adanya
variabilitas pada tanaman, untuk melakukan seleksi dalam kegiatan
pemuliaan tanaman, untuk membedakan keragaman yang ada pada
tingkat spesies, serta sebagai langkah dalam pengamatan dan
identifikasi plasma nutfah dengan berbagai sifat penting. Pencandraan
secara visual dengan melakukan evaluasi terhadap penampilan fenotipik
tanaman pada lingkungan tertentu, dengan faktor penilaian berupa sifat-
sifat agronomi, morfologi, serta kenampakan atau sifat lain yang
menjadi pembeda antara suatu varietas dengan varietas lainnya.
Tanaman yang diamati pada praktikum yaitu tanaman kacang
tanah. Tanaman kacang tanah memiliki sistem perakaran tunggang.
Rukmana (2008) memaparkan, pertumbuhan akar menyebar ke semua
arah sedalam lebih kurang 30 cm dari permukaan tanah. Akar tanaman
kacang tanah bersimbiosis dengan bakteri rhizobium radicicola. Bakteri
ini terdapat pada bintil-bintil akar tanaman kacang tanah dan hidup
bersimbiosis saling menguntungkan. Tanaman kacang tanah tidak dapat
menambat nitrogen bebas dari udara tanpa bakteri rhizobium.
Sebaliknya, bakteri rhizobium tidak dapat mengikat nitrogen tanpa
bantuan tanaman kacang tanah.
Batang dan cabang kacang tanah berbentuk bulat, sedikit berbulu
dan berwarna hijau. Menurut Kasno dan Harnowo (2014), Berdasarkan
bentuk dan letak cabang lateral, karakteristik kacang tanah dapat
dibedakan menjadi tipe menjalar dan tipe tegak. Kacang tanah tipe
menjalar mempunyai percabangan lebih panjang, tumbuh ke samping
dan hanya bagian ujung yang mengarah ke atas serta umurnya panjang
(sekitar 6 bulan). Kacang tanah tipe tegak mempunyai percabangan
yang tumbuh agak lurus ke atas dan umurnya relatif genjah, berkisar
antara 95-120 hari. Berdasarkan pola percabangan, ada tidaknya buku
subur pada batang utama dan susunan buku subur pada cabang lateral,
kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe: Spanish valencia dan
virginia.
Daun kacang tanah memiliki tipe pertulangan daun menyirip.
Menurut Marzuki (2006), kacang tanah berdaun majemuk meyirip
genap. Daunnya terdiri dari empat anak daun dengan tangkai daun agak
panjang. Helaian daun beragam, ada yang berbentuk bulat, elips, dan
agak lancip, tergantung varietasnya. Permukaan daun ada yang berbulu
dan ada yang tidak berbulu. Bunga kacang tanah keluar pada ketiak
daun. Bentuk bunganya aneh. Setiap bunga seolah-olah bertangkai
panjang berwarna putih. Tangkai ini sebenarnya bukan tangkai bunga,
tetapi tabung kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning. Bendera dari
mahkota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya. Umur bunga
hanya satu hari, mekar di pagi hari dan layu pada sore hari.
Pada Kacang Tanah, Bunga kacang diproduksi pada tangkai
ramping dekat pangkal tanaman. Pada setiap perbungaan terdapat 2 – 5
bunga, bunga duduk berwarna kuning muda hingga jingga kemerahan.
Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah
tanaman yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga
umur sekitar 80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu
(papilionaceus), berukuran kecil, dan terdiri atas lima daun tajuk.
Masing-masing bunga terdiri dari lima daun tajuk: bendera besar, dua
sayap lateral, dan lunas yang terbentuk oleh dua kelopak yang menyatu.
Pada lunas terdapat 9 benang sari (androecium) dan putik (ginesium).
Bunga kacang tanah pada umumnya melakukan penyerbukan sendiri.
Penyerbukan terjadi menjelang pagi, sewaktu bunga masih kuncup
(kleistogami). Penyerbukan silang dapat terjadi, namun persentasenya
sangat kecil, sekitar 0, 5 %. Umur bunga tidak lama: setelah terjadi
penyerbukan, daun mahkota mekar penuh, dan pada hari berikutnya
akan layu dan gugur. Bunga yang berhasil menjadi polong biasanya
hanya bunga yang terbentuk pada sepuluh hari pertama. Bunga yang
muncul selanjutnya sebagian besar akan gugur sebelum menjadi
ginofora (bakal buah).
Buah kacang tanah berada di dalam tanah. Setelah terjadi
pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi
tangkai polong. Mula-mula, ujung ginofora yang runcing mengarah ke
atas, kemudian tumbuh mengarah ke bawah dan selanjutnya masuk ke
dalam tanah sedalam 1-5 cm. pada waktu menembus tanah,
pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti. Panjang ginofora ada
yang mencapai 18 cm. tempat berhentinya ginofora masuk ke dalam
tanah tersebut menajdi tempat buah kacang tanah. Ginofora yang
terbentuk di cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan
gagal membentuk polong. Setiap polong kacang tanah berisi 1-4 biji,
namun kebanyakan 2-3 biji. Setiap pohon memiliki jumlah dan isi
polong beragam, tergantung pada varietas dan tanaman yang
dibudidayakan.
Biji kacang tanah terdapat di dalan polong. Kulit luar (testa)
bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada di
dalamnya. Biji terdiri atas lembaga dan keeping biji, diliputi oleh kulit
ari tipis(tegmen). Biji berbentuk bulat agak lonjong atau bulat dengan
ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir biji yang lain selagi
di dalam polong. Warna kulit biji bervariasi: merah jambu, merah,
cokelat, merah tua, dan ungu. Biji kecil berukuran sekitar 20 g/100 biji,
biji sedang sekitar 50 g/100 biji, dan biji besar lebih dari 50 g/100 biji.
Varietas local pada umumnya memiliki biji kecil yaitu 30-40 g/100 biji.
Rendemen biji dari polong berkisar antara 50 %-70 %.
Hasi dar Praktikum yang telah dilakukan yaitu diperoleh standard
deviasi panjang batang utama 0,35 cm dengan kisaran max 36,49 cm
dan kisaran min 35,79 cm. Standard deviasi panjang batang lateral 0,4
cm dengan kisaran max 37,8 cm dan kisaran min 37 cm. Standard
deviasi panjang internodia batang utama 0,05 cm dengan kisaran max
3,37 cm dan kisaran min 3,27 cm. Standard deviasi panjang internodia
batang lateral 0,07 cm dengan kisaran max 3,77 cm dan kisaran min
3,63 cm. Standard deviasi panjang daun batang utama 0,15 cm dengan
kisaran max 6,27 cm dan kisaran min 5,97 cm. Standard deviasi
panjang daun batang lateral 0,07 cm dengan kisaran max 4,87 cm dan
kisaran min 4,73 cm. Standard deviasi lebar daun batang utama 0,04 cm
dengan kisaran max 3,1 cm dan kisaran min 3,02 cm. Standard deviasi
lebar daun batang lateral 0,03 cm dengan kisaran max 2,48 cm dan
kisaran min 2,42 cm. Standard deviasi jumlah biji 1 yaitu 0,26 dengan
kisaran max 14,46 dan kisaran min 13,94. Standard deviasi jumlah biji
2 yaitu 0,2 dengan kisaran max 2,8 dan kisaran min 2,4. Standard
deviasi jumlah biji 3 yaitu 0,13 dengan kisaran max 10,93 dan kisaran
min 10,67. Standard deviasi polong 0,13 dengan kisaran max 0,93 dan
kisaran min 0,67.
Menurut Ratnaputri (2008) Varietas-varietas kacang tanah unggul
yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur
pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan
karakteristik sebagai berikut: daya hasil tinggi, umur pendek (genjah)
antara 85-90 hari, hasilnya stabil, tahan terhadap penyakit utama (karat
dan bercak daun), dan toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan :
1. Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam
tulisan verbal.
2. Manfaat pencandraan tanaman dalam pemuliaan tanaman antara lain,
menunjukkan adanya variabilitas pada tanaman, melakukan seleksi
dalam kegiatan pemuliaan tanaman, membedakan keragaman yang
ada pada tingkat spesies, serta sebagai langkah dalam pengamatan
dan identifikasi plasma nutfah dengan berbagai sifat penting
3. Panjang batang utama, panjang daun batang utama dan lebar daun
batang utama lebih pendek dari panjang batang lateral, panjang daun
batang lateral dan lebar daun batang lateral.
4. Varietas unggul kacang tanah ditandai, daya hasil tinggi, umur
pendek (genjah) antara 85-90 hari, hasilnya stabil, tahan terhadap
penyakit utama (karat dan bercak daun), toleran terhadap kekeringan
atau tanah becek.
2. Saran
Sarana dan pra sarana praktikum ebaiknya lebih diperhatikan lagi,
sehingga keberjalannan praktikum tidak terganggu dan lebih efisien,
utamanya terkait ketersediaan bahan praktium.
DAFTAR PUSTAKA
Aryuliona, Dyah. 2006. Biologi SMA dan MA untuk kelas XI. Jakarta (ID) :
Erlangga.
Azizah 2008. Modul panduan praktikum mata kuliah produksi tanaman obat dan
aromatik (PTO 2045). Malang (ID) : Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Kasno dan Harnowo 2014. Karakteristik varietas unggul kacang tanah dan
adopsinya oleh petani. J ptek Tanaman Pangan 9(1) : 13-23.
Marzuki. Bertanam kacang tanah. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Murtiningsih. 2008. Bioloigi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta (ID) : Grasindo.
Nur Azizah. 2008. Modul praktikum produksi tanaman obat dan aromatik
(PTOA). Malang (ID) : Universitas Brawijaya
Radiya, Mezi. 2013. Karakteristik morfologi tanaman pisang (Musa paradisiaca)
di kabupaten Agam. Padang (ID) Fakultas Pertanian Universitas
Tamansiswa.
Ratnaputri, Inne. 2008. Karakteristik pertumbuhan dan produksi lima varietas
kacang tanah (arachis hypogaea l.). Skripsi
Rukmana. 2008. Kacang Tanah. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
III. KORELASI DAN REGRESI ANTAR 2 SIFAT TANAMAN
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Korelasi biasa disebut dengan koefisien korelasi yang artinya nilai
yang menunjukan kekuatan dan arah hubungan linier antara dua perubah
acak. Korelasi istilah statistik yaitu menyatakan derajat hubungan linier
(searah bukan timbal balik) antara dua variabel. Macam-macam teknik
korelasi yaitu Product Moment Pearson yaitu kedua variabelnya berskala
interval, Rank Spearman kedua variabelnya berskala ordinal, Point Serial
yaitu satu berskala nominal sebenarnya dan satu brskala interval, Biserial
yaini satu berskala nominal buatan dan satu berskala interval serta
koefisien kontingensi yaitu kedua variabelnya berskala nominal.
Regresi adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur
ada atau tidaknya korelasi antar variabelnya. Analisis regresi digunakan
untuk melakukan prediksi dan ramalan. Dengan kata lain regresi dapat
diartikan sebagai suatu metode untuk menentukan seberapa besar
pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain yang ada.
Kegiatan pemuliaan tanaman bertujuan untuk menemukan varietas,
klon atau galur baru dimana melalui berbagai seleksi. Manfaat korelasi
dan regresi dalam pemuliaan tanaman yaitu untuk mengestimasi suatu
karakter dapat digunakan penduga yang juga merupakan karakter lain
yang relatif mudah diamati. Seleksi akan lebih mudah dilakukan apabila
adanya hubungan yang erat antar karakter penduga dengan karakter yang
dituju dalam program seleksi. Karakter pada tanaman sering kali
menunjukan hubungan satu sama yang lain satu dengan yang lain
sehingga memudahkan dalam melakukan pemuliaan tanaman. Interaksi
sifat dalam faktor internal tanaman dapat menjadi acuan seorang
pemuliaan tanaman untuk menentukan
32 bagaimana tanaman tersebut
dirakit berdasarkan sifat yang ada. Perkawinan sialng dapat dilakukan
untuk menambah atau mengurangi interaksi sifat tanaman. Seleksi
tanaman menggunakan morfologi lebih mudah dilakukan karena
pengamatan dilakukan pada penampakan luar dari tanaman seperti
jumlah nulir, panjang malai, bobot malai dan jumlah biji.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Pemulian Tanaman acara III Korelasi dan Regresi Antar
2 Sifat Tanaman ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui arti
korelasi dan regresi antar dua sifat tanaman.
B. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Acara III Korelasi dan Regresi Antar 2 Sifat Tanaman
dilaksanakan pada hari Senin, 8 Oktober 2018 pada pukul 13.00-15.00 di
Laboratorium EMPT, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan
1) Malai padi (Oryza sativa)
b. Alat
1) Penggaris
2) Kalkulator
3) Kertas millimeter
4) Alat tulis
3. Cara Kerja
a. Mengambil malai padi sebanyak 10 untuk dijadikan ulangan
b. Mengukur panjang malai padi (cm) yang kemudian digunakan untuk
variabel x
c. Menghitung jumlah cabang atau malai yang nantinya digunakan untuk
variabel y
d. Membuat tabel pengamatan sebagai berikut:
No x y x2 y2 xy
1
Dst..
∑
X
e. Menghitung perhitungan dengan rumus-rumus sebagai berikut:
𝑛∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
𝑟=
√{𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 }{𝑛∑𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 }
𝑛∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
𝑏=
𝑛∑𝑥 2 − ∑(𝑥)2
𝑎 = 𝑦̅ − 𝑏𝑥̅
No X Y 𝑋2 𝑌2 XY
1 17,5 13 306,25 169 227,5
2 21 14 441 196 294
3 19 14 361 196 256
4 20 16 400 256 320
5 23,5 18 552,25 324 423
6 22 12 484 144 264
7 21,5 10 462,5 100 215
8 24,5 15 600,25 225 367,5
9 16,7 10 278,89 100 167
10 11,4 7 129,96 49 79,8
∑ 197,1 129 4.016,1 1.759 2.613,8
𝑋̅ 19,71 12,9 401,61 175,9 261,38
Sumber : Hasil Pengamatan
Analisis data:
𝒏. ∑𝒙𝒚 − (∑𝒙). (∑𝒚)
𝒓=
√{𝒏. ∑𝒙𝟐 − (∑𝒙)𝟐 }{𝒏. ∑𝒚𝟐 − (∑𝒚)𝟐 }
10.2.613,8−(197,1).(129)
=
√ {10.4016,1−(197,1)(197,1)} {10.1759−(129)(129)
26138−25425,9
=
√ (40161−38848,41)(17590−16641)
712,1
=
√ (1312,59)(949)
712,1
=
√ 1245647,91
712,1
=
1116,1
= 0,61
R = r2 x 100 %
= (0,61)2 x 100%
= 0,3721 x 100%
= 37,21 %
𝒏Ʃ𝐱𝐲− (Ʃ𝐱)(Ʃ𝐲)
b=
𝒏Ʃ𝐱 𝟐 – {Ʃ𝐱}𝟐
10.2613,8−(197,1)(129)
= 10.4061,1−(197,1)(197,1)
26138−25425,9
= 40461−38848,41
712,1
= 1312,6
= 0,54
̅ − 𝒃𝒙
𝒂 =𝒚 ̅
= 12,9 – 10,64
= 2,26
𝒚 = 𝒂 + 𝒃𝒙
Misal x = 0 maka y = a + bx
= 2, 26 + 0,54 (0)
= 2,26
𝑦−𝑎
Misal y = 0 maka x = 𝑏
0−2,26
= 0,54
− 2,26
=
0,54
= - 4,18
Grafik 3.1 Hasil Korelasi dan Regresi Pada Panjan Malai dan Cabang Malai
Padi
2.5
2
Axis Title
1.5
0.5
0
-4.5 -4 -3.5 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
Axis Title
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan
rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara
memindahkan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan
sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination
crop) maupun pada tanaman yang menyerbuk silang (cross polination
crop). Tujuan dari pemuliaan tanaman sendiri salah satunya adalah untuk
mendapatkan varietas tanaman yang lebih baik. Varietas tanaman yang baik
berasal dari gen-gen yang menyusun sifat-sifat baik pula. Gen-gen tersebut
diambil dari koleksi gen di dalam plasma nutfah yang berasal dari hasil
mutasi, varietas lokal, kegiatan pemuliaan, dan introduksi tanaman.
Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan
tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang
lainnya. Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk
apakah sifat dari pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat
dilakukan pengontrolan akibatnya hasilnya seringkali mengecewakan. Oleh
karena itu agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan.
Untuk mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh melalui beberapa
metode. Metode pemulian tanaman ini sangat ditentukan oleh sistem
penyerbukan ataupun cara perkembangbiakan tanaman. Metode untuk
tanaman menyerbuk sendiri berbeda dengan untuk tanaman yang
menyerbuk silang. Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain
melalui polinasi. Polinasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-
sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-
sifat baik tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari polinasi adalah
timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari
45
keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang
mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Pemuliaan Tanaman acara IV mengenai
Populasi Tanaman Allogam (Menyerbuk Silang) ini adalah agar
mahasiswa dapat :
a. Mempelajari struktur genetik populasi tanaman allogam(menyerbuk
silang).
b. Mempelajari pengaruh seleksi terhadap perubahan struktur genetik
populasi tanaman allogam.
B. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara IV mengenai Populasi Tanaman Allogam
(Menyerbuk Silang) ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 dan 22 Oktober
2018 pukul 09.30– 11.30 WIB di Laboratorium Pemuliaan TAnaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat
a. Kantong jas lab
b. Kancing baju berwarna merah dan putih sebanyak yang diperluhkan
c. Kalkulator
3. Cara Kerja
a. Pembuktian Hukum Hardy-Weinberg
1) Frekuensi alel A=a=0,5
a) Mengambil 2 kantong, masing-masing kantong diisi 32 butir
Kedelai hitam dan 32 butir Kedelai putih. Kedelai hitam
menggambarkan alel A dan Kedelai putih menggambarkan alel
a.
b) Membuat persilangan tiruan dengan mengambil satu butir
jagung dari masing-masing kantong, kemudian dicatat genotipe
hasil perkawinan. Bila keduanya Kedelai hitam dicatat sebagai
AA, satu hitam satu putih sebagai Aa, dan keduanya putih
sebagai aa. Setelah dicatat, biji dikembalikan ke dalam kantong
semula. Persilangan dilakukan 64 kali.
c) Menyusun dan menghitung data hasil persilangan (genotipe)
dalam tabel sebagai berikut:
Yang
Yang diamati (O-
Genotipe diharapkan O-E (O-E)2/E
(O=Observed) E)2
(E=Expected)
AA 16
Aa 32
Aa 16
Total 64 X2 hitung=Ʃ(O-E)2/E
d) Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel (0,05; n-1)= 3,84.
Jika X2 hitung < X2 tabel, berarti sesuai dengan Hukum Hardy
Weinberg.
2) Frekuensi alel A= 0,75 dan alel a= 0,25
Dilakukan percobaan persilangan dan perhitungan seperti diatas
(no.1).
b. Pengaruh seleksi terhadap perubahan struktur genetik (frekuensi gen)
populasi tanaman allogam
1) Tidak ada seleksi
a) Membuat populasi dengan frekuensi alel a= p= 0,5 dan
frekuensi alel a= q= 0,5.
b) Membuat persilangan tiruan dengan mengambil dua butir
jagung secara berturut-turut dan mencatat hasilnya mengikuti
tabel sebagai berikut ini. Sekali persilangan menghasilkan
sebanyak 4 keturunan. Persilangan dibuat 16 kali sehingga
dihasilkan 64 keturunan.
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa aa
AAxAA
AAxAa
AAxaa
AaxAa
Aaxaa
Aaxaa
Jumlah
C. Tinjauan Pustaka
Penyerbukan silang adalah penyerbukan yang terjadi oleh penyatuan
sel sperma dengan sel telur dari tanaman yang berbeda. Tanaman allogamy
dapat diartikan sebagai tanaman yang melakukan penyerbukan silang (cross-
pollinated crops), dimana tanaman ini umumnya memiliki presentase
penyerbukan silang lebih dari 95%. Penyerbukan silang terjadi karena
terhalangnya tepung sari untuk dapat membuahi sel telur. Ciri bunga yang
melakukan penyerbukan silang, antara lain 1) secara morfologi, bunganya
memiliki struktur tertentu, contohnya bunga anggrek; 2) berbeda waktu
masak tepung sari dan sel telur, contohnya bunga alpukat; 3) ketakserasian
sendiri (self-incompatibility), contohnya bunga ubi jalar; 4) adanya bunga
monocious atau diocious, contohnya jagung merupakan tanaman monocious
yang mempunyai bunga jantan di ujung batang dan bunga betina pada batang.
Tanaman yang termasuk menyerbuk silang antara lain jagung, apel, alpukat,
pisang, ceri, anggur, mangga, pepaya, asparagus, bit, kubis, wortel, seledri,
sawi, bawang, bunga matahari, ketela pohon, ketela rambat, kakao,
mentimun, oyong, melon, dan semangka (Syukur et al. 2012).
Penyerbukan silang umumnya dapat terjadi secara alami (natural)
karena bantuan angin, serangga, air dan hewan. Factor-faktor yang
mendorong terjadinya penyerbukan silang antara lain 1) diklin atau
berkelamin satu yaitu tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah satu
sama lain; 2) dhicogami, yakni bila tepung sari dan kepala putik dalam satu
bunga masak tidak bersamaan waktunya; 3) heterostyle atau heteromorphi,
yaitu panjang pendeknya tangkai kepala putik dan tangkai benang sari tidak
sama; 4) herkogami, secara fisik kedudukan kepala putik dan benang sari
sedemikian rupa sehingga mencegah terjadinya penyerbukan; 5) self-sterility,
tedak terjadi penyerbukan karena bunga jantan tidak berfungsi, hal ini dapat
terjadi karena bunga jantan mandul atau karena factor genetic; dan 6)
incompatibility, pada bunga terjadi penyerbukan tetapi tidak berlanjut dengan
pembuahan karena factor fisiologis, misalnya inaktifnya zat tumbuh
(phytohormone) sehingga buluh tepung sari tidak terbentuk
(Mangoendidjojo 2012).
Hukum Hardy Weinberg menyebutkan apabila tidak ada faktor-faktor
yang dapat mengubah frekuensi gen pada suatu populasi, dan populasi
tersebut mengadakan perkawinan secara acak dari generasi ke generasi
berikutnya maka frekuensi gen tersebut tidak akan mengalami perubahan.
Frekuensi genotype merupakan proporsi suatu genotype relative terhadap
semua genotype yang ada dalam suatu populasi. Frekuensi genotype
menunjukkan peluang munculnya suatu genotype dalam populasi. Frekuensi
alel merupakan proporsi suatu alel relative terhadap semua alel yang ada
dalam suatu populasi. Suatu alel bersifat polimorfik apabila memiliki
frekuensi alel kuran dari 0.99. sifat polimorfik merupakan salah satu syarat
agar suatu gen dapat dijadikan gen kandidat untuk sifat tertentu (Rahmadani
et al. 2015).
Faktor-faktor yang dapat mengubah frekuensi gen dalam suatu
populasi adalah adanya seleksi, mutasi, migrasi, dan random driff.
Perkawinan acak dapat terjadi akibat hal tersebut dan sangat besar
pengaruhnya terhadap terciptanya keragaman genetik. Keragaman genetik
adalah penyimpangan sifat atau karakter dari individu yang terjadi karena
perkawinan alami yang tidak terkontrol. Keragaman genetik dapat dilihat dari
karakter alel dari lokus tertentu yang merupakan ekspresi dari gen tertentu.
Keragaman genetik dapat dilihat berdasarkan nilai Heterosigositas. Nilai
heterozigositas merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat keragaman genetik dalam suatu populasi (Mulliadi dan
Johar 2010).
Prinsip utama dalam genetic populasi adalah prinsip Hardy-Weinberg
yang menduga bahwa dalam kondisi tertentu, frekuensi alel dan genotype
akan tetap konstan dalam suatu populasi dan keduanya saling berhubungan
satu sama lain, kondisi-kondisi tertentu yang dimaksud dalam prinsip Hardy-
Weinberg ini meliputi: 1) kawin secara seksual dan acak, 2) tidak ada seleksi
alam, 3) kejadian mutasi diabaikan, 4) tidak ada individu yang mausk atau
keluar dari suatu populasi, dan 5) ukuran populasi yang cukup besar. Jika
kondisi-kondisi ini terpenuhi pleh suatu populasi, maka populasi tersebut
berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg (Hardy-Weinberg
Equilibrium). Penyimpangan dari keseimbangan Hardy-Weinberg ini
merupakan dasar untuk mendeteksi kejadian inbreeding, fragmentasi
populasi, migrasi, dan seleksi
(Rakhmawati et al. 2014).
Seleksi berulang diawali dengan membentuk populasi dasar melalui
persilangan antar klon-klon unggul terseleksi. Metode persilangan diallel
dapat digunakan untuk tujuan ini yang sekaligus mengetahui kriteria daya
gabung sifat-sifat unggul klon tetua persilangan sebagai dasar penentuan
komposisi tetua dalam pembuatan benih hibrida. Seleksi berbasis individual
untuk mendapatkan klon unggul baru maupun berbasis populasi untuk
mendapatkan hibrida unggul baru. Klon atau pun hibrida unggul terseleksi
selanjutnya dilakukan uji adaptabilitas sifat daya hasil dan mutu hasil di
berbagai lingkungan dengan variasi kondisi agroklimat sebagai dasar
rekomendasi penanaman. Selanjutnya klon atau pun hibrida unggul dapat
dilepas sebagai bahan tanam unggul baru dengan karakteristik
adaptabilitasnya. Pertanaman dengan bahan tanam hibrida unggul baru
tersebut selanjutnya merupakan materi genetik untuk proses seleksi tahap
berikutnya (Susilo 2007).
Frekuensi genotype suatu keturunan hasil perkawinan bisa diduga dan
diperhitungkan, hanya ketepatan peramalan sangat tergantung pada beberapa
faktor misalnya jumlah lokus serta allele yang dimiliki, genotipe orang tua
serta banyaknya gamet yang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Keturunan – keturunan tersebut jika semakin banyak akan menyebabkan
suatu populasi genetis semakin berkembang karena adanya persilangan antara
individu – individunya. Dalam perkembangannya, suatu populasi mungkin
akan menjadi lebih baik atau sebaliknya, sesuai dengan perubahan komposisi
gen yang dimilikinya (Tanto 2011).
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
a. Pembuktian Hukum Hardy-Weinberg
Tabel 4.1 Hukum Hardy-Weinberg A : a (0,5 : 0,5)
Yang
Yang diamati (O-
Genotipe diharapkan O-E (O-E)²
(O:Observed) E)²/E
(E:Expected)
AA 18 16 2 4 0,25
Aa 33 32 1 1 0,031
Aa 13 16 -3 9 0,56
Total 64 64 X2-Hitung = 0,841
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 4.2 Hukum Hardy-Weinberg 2 A : a (0,75 : 0,25)
Yang
Yang diamati (O - (O-
Genotipe diharapkan O-E
(O:Observed) E)² E)²/E
(E:Expected)
AA 28 16 12 144 9
Aa 33 32 1 1 0,031
Aa 3 16 -13 139 10,56
2
Total 64 64 X -Hitung = 19,591
Sumber: Laporan Sementara
b. Pengaruh seleksi terhadap perubahan struktur genetik (frekuensi gen)
populasi tanaman allogam
Rumus:
1. Frekuensi genotipe:
∑AA
AA = ∑(AA+Aa+aa)
∑Aa
Aa = ∑(AA+Aa+aa)
∑aa
aa = ∑(AA+Aa+aa)
2. Frekuensi Alel
A = ½H+D
a = ½H+R
3. Jumlah Alel generasi ke-n
A = Frekuensi alel A x 64
a = Frekuensi alel a x 64
1) Tanpa Seleksi
Tabel 4.3 Generasi pertama tanpa seleksi (32:32)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA - - 0 0 0
AA >< Aa 7 7 14 14 0
AA >< aa 3 3 0 12 0
Aa >< Aa 4 4 8 4 4
Aa >< aa 2 2 0 4 4
aa >< aa - - 0 0 0
Jumlah 16 16 22 34 8
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
22
AA = 64
= 0,34 (D)
34
Aa = 64
= 0,53 (H)
8
aa = 64
= 0,13 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,34 + 1⁄2 . 0,53
= 0,605
a = 1⁄2 . 0,53 + 0,13
= 0,395
c) Jumlah Alel generasi ke-2
A = 0,605 x 64
= 38,72
= 39
a = 0,395 x 64
= 25,28
=25
Tabel 4.4 Generasi kedua tanpa seleksi (39:25)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 3 3 12 0 0
AA >< Aa 7 7 14 14 0
AA >< aa 2 2 0 8 0
Aa >< Aa 2 2 4 2 2
Aa >< aa 1 1 0 2 2
aa >< aa 1 1 0 0 4
Jumlah 16 16 30 26 8
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
30
AA = 64
= 0,47 (D)
26
Aa = 64
= 0,40 (H)
8
aa = 64
= 0,13 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,47 +1⁄2 . 0,2
= 0,67
a = 1⁄2 . 0,2 + 0,13
= 0,67
c) Jumlah Alel generasi ke-3
A = 0,67 x 64
= 42,88
= 43
a = 0,33 x 64
= 21,12
= 21
Tabel 4.5 Generasi ketiga tanpa seleksi (43:21)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 4 4 16 0 0
AA >< Aa 5 5 10 10 0
AA >< aa 1 1 0 4 0
Aa >< Aa 3 3 6 3 3
Aa >< aa 3 3 0 6 6
aa >< aa - 0 0 0 0
Jumlah 16 16 32 23 9
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
32
AA = 64
= 0,5 (D)
23
Aa = 64
= 0,36 (H)
9
aa = 64
= 0,14 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,5 + ½.0,36
= 0,68
a = ½.0,36 + 0,14
= 0,32
c) Jumlah Alel generasi ke-4
A = 0,68 x 64
= 43,52
= 44
a = 0,32 x 64
= 20,48
= 20
Tabel 4.6 Generasi keempat tanpa seleksi (44:20)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 4 4 16 0 0
AA >< Aa 9 9 18 18 0
AA >< aa - 0 0 0 0
Aa >< Aa 2 2 4 2 2
Aa >< aa - 0 0 0 0
aa >< aa 1 1 0 0 4
Jumlah 16 16 38 20 6
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
38
AA = 64
= 0,6 (D)
20
Aa = 64
= 0,3 (H)
6
aa = 64
= 0,1 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,6 + ½.0,3
= 0,75
a = ½.0,3 + 0,14
= 0,25
c) Jumlah Alel generasi ke-5
A = 0,75 x 64
= 48
a = 0,25 x 64
= 16
Tabel 4.7 Generasi kelima tanpa seleksi (48:16)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 5 5 20 0 0
AA >< Aa 7 7 14 14 0
AA >< aa 2 2 0 8 0
Aa >< Aa 1 1 2 1 1
Aa >< aa 1 1 0 2 2
aa >< aa - 0 0 0 0
Jumlah 16 16 36 25 3
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
36
AA = 64
= 0,56 (D)
25
Aa = 64
= 0,39 (H)
3
aa = 64
= 0,05 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,56 +1/2.0,39
= 0,755
a = ½.0,39 + 0,05
= 0,245
c) Jumlah Alel generasi ke-5
A = 0,755 x 64
= 48,32
= 48
a = 0,245 x 64
= 15,68
= 16
2) Seleksi Lengkap
Tabel 4.8 Generasi pertama seleksi lengkap
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 2 2 8 0 0
AA >< Aa 4 4 8 8 0
Aa >< Aa 10 10 20 10 10
Total 16 16 36 18 10
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
36
AA = 64
= 0,562 (D)
18
Aa = 64
= 0,281 (H)
10
aa = 64
= 0,156 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,562 + 0,1405
= 0,7025
a = 0,1405 + 0,156
= 0,2965
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,7025 x 64
= 44
a = 0,2965 x 64
= 20
Tabel 4.9 Generasi kedua seleksi lengkap (44:20)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 1 1 4 0 0
AA >< Aa 12 12 24 24 0
Aa >< Aa 3 3 6 3 3
Total 16 16 34 27 3
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
34
AA = 64
= 0,531 (D)
27
Aa =64
= 0,421 (H)
3
aa =64
= 0,046 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,531 + 0,210
= 0,741
a = 0,21 + 0,046
= 0,256
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,741 x 64
= 48
a = 0,256 x 64
= 16
Tabel 4.10 Generasi ketiga seleksi lengkap (48 :16)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 4 4 16 0 0
AA >< Aa 8 8 16 16 0
Aa >< Aa 4 4 8 4 4
Total 16 16 40 20 4
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
40
AA = 64
\ = 0,625 (D)
20
Aa =64
= 0,312 (H)
4
Aa =64
= 0,0625 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,625 + 0,156
= 0,281
a = 0,156 + 0,0625
= 0,218
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,281 x 64
= 50
a = 0,218 x 64
= 14
Tabel 4.11 Generasi keempat seleksi lengkap (50 : 14)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 7 7 28 0 0
AA >< Aa 6 6 12 12 0
Aa >< Aa 3 3 6 3 3
Total 16 16 46 15 3
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
46
AA = 64
= 0,718 (D)
15
Aa = 64
= 0,234 (H)
3
aa = 64
= 0,046 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,718 + 0,117
= 0,835
a = 0,117 + 0,046
= 0,163
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,835 x 64
= 54
a = 0,163 x 64
= 10
Tabel 4.12 Generasi kelima seleksi lengkap (54 : 10)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 11 11 44 0 0
AA >< Aa 5 5 10 10 0
Aa >< Aa 0 0 0 0 0
Total 16 16 54 10 0
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
54
AA = 64
= 0,843 (D)
10
Aa = 64
= 0,156 (H)
0
aa = 64
=0 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,821
a = 0,078
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,821 x 64
= 60
a = 0,078 x 64
=4
3) Seleksi Tidak Lengkap
Tabel 4.13 Generasi pertama seleksi tidak lengkap (32 :32)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 1 1 4 0 0
AA >< Aa 6 6 12 12 0
AA >< aa 1,5 1,5 0 6 0
Aa >< Aa 4 4 8 4 4
Aa >< aa 2 2 0 4 4
aa >< aa 1,5 1,5 0 0 6
Total 16 16 24 26 14
Sumber : Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
24
AA = 64
= 0,375 (D)
26
Aa = 64
= 0,406 (H)
14
aa = 64
= 0,218 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,578
a = 0,421
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,578 x 64
= 38
a = 0,421x 64
= 26
Tabel 4.14 Generasi kedua seleksi tidak lengkap (38 : 26)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 1 1 4 0 0
AA >< Aa 6 6 12 12 0
AA >< aa 1,5 1,5 0 6 0
Aa >< Aa 3 3 6 3 3
Aa >< aa 4 4 0 8 8
aa >< aa 0,5 0,5 0 0 2
Total 16 16 22 29 13
Sumber : Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
22
AA = 64
= 0,343 (D)
29
Aa = 64
= 0,453 (H)
13
aa = 64
= 0,203 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,343 + 0,226
= 0,569
a = 0,226 + 0,203
= 0,429
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,559 x 64
= 36
a = 0,429 x 64
= 28
Tabel 4.15 Generasi ketiga seleksi tidak lengkap (36 : 28)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 1 1 4 0 0
AA >< Aa 7 7 14 14 0
AA >< aa 0 0 0 0 0
Aa >< Aa 6 6 12 6 6
Aa >< aa 2 2 0 4 4
aa >< aa
0 0 0 0 0
Total 16 16 30 24 10
Sumber : Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
30
AA =
64
= 0,468 (D)
24
Aa = 64
= 0,375 (H)
10
aa = 64
= 0,156 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,655
a = 0,3435
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,655 x 64
= 42
a = 0,3435 x 64
= 22
Tabel 4.16 Generasi keempat tidak lengkap (42 : 22)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 4 4 16 0 0
AA >< Aa 5 5 10 10 0
AA >< aa 0 0 0 0 0
Aa >< Aa 5 5 10 5 5
Aa >< aa 1,5 1,5 0 3 3
aa >< aa 0,5 0,5 0 0 2
Total 16 16 36 18 10
Sumber : Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
36
AA = 64
= 0,562 (D)
18
Aa = 64
= 0,281 (H)
10
aa = 64
= 0,156 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,702
a = 0,296
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,702 x 64
= 44
a = 0,296 x 64
= 20
Tabel 4.17 Generasi kelima tidak lengkap (44 : 20)
Frekuensi keturunan
Persilangan Frek Total
AA Aa aa
AA >< AA 4 4 16 0 0
AA >< Aa 7 7 14 14 0
AA >< aa 0 0 0 0 0
Aa >< Aa 4 4 8 4 4
Aa >< aa 1 1 0 2 2
aa >< aa 0 0 0 0 0
Total 16 16 38 20 6
Sumber : Laporan Sementara
Analisis Data
a) Frekuensi Genotipe
38
AA = 64
= 0,593 (D)
20
Aa =64
= 0,312 (H)
6
aa =64
= 0,093 (R)
b) Frekuensi Alel
A = 0,749
a = 0,249
c) Jumlah Alel generasi selanjutnya
A = 0,749 x 64
= 48
a = 0,249 x 64
= 16
2. Pembahasan
Cintamulya (2013) mengungkapkan hukum Hardy-Weinberg
menyatakan bahwa frekuensi alel (variasi pada sebuah gen) pada sebuah
populasi yang cukup besar akan tetap konstan jika gaya dorong yang
terdapat pada populasi tersebut hanyalah penataan ulang alel secara acak
selama pembentukan sperma atau sel telur dan kombinasi acak alel sel
kelamin ini selama pembuahan. Populasi seperti ini dikatakan sebagai dalam
kesetimbangan Hardy-Weinberg dan tidak berevolusi. Suatu populasi
dikatakan memenuhi Hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, apabila
terjadinya kawin acak diantara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap
individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain,
baik dengan genotip yang sama maupun berbeda dengannya. Melalui
system kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi
ke generasi. Persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan
seleksi.
Menurut Sudarka (2010), tanaman allogam adalah tanaman yang
melakakukan penyerbukan silang (cross pollination) yakni bersatunya
tepung sari denga putik, dimana tepung sari berasal dari tanaman lain yang
sifatnya berbeda. Ciri-ciri tanaman menyerbuk silang yang pertama adalah
secara morfologi / fisik kedudukan putik (pistilum) dan benang sari
(stament) sedemikian rupa sehingga mencegah penyerbukan sendiri
(herkogamie), seperi pada tanaman panili. Kedua, tepung sari dan sel telur
berbeda masaknya (dichogamie). Protandris yaitu bila bungan jantan masak
lebih dahulu dari bunga betina, dan protoginis bila bunga betina masak
(putik) lebih dahulu dari bunga jantan. Ciri yang ketiga adalah adanya sifat
inkompatibilitas yaitu terjadinya penyerbukan pada bunga tetapi tidak
dilanjutkan pembuahan, karena adanya hambatan fisiologis. Hambatan
fisiologi dapat berupa inaktifnya zat tumbuh (phytohormon) sehingga buluh
serbuk sari tidak terbentuk, seperti pada kakao. Keempat, self-sterility,
adalah tidak terjadinya penyerbukan bunga karena bunga jantan tidak
berfungsi (mandul) secara genetik. Kelima, tanaman menyerbuk sendiri
merupakan tanaman berumah satu (monoecious), adalah tanaman dimana
bunga jantan dan betina tumbuh pada satu tanaman, tetapi letaknya berbeda,
seperti pada tanaman jagung. Terakhir, tanaman allogam merupakan
tanaman berumah dua (dioecious) adalah tanaman dimana bunga jantan dan
betina masing masing tumbuh pada tanaman berbeda, seperti pada tanaman
pepaya. Populasi alami tanaman menyerbuk silang, terdiri atas individu-
indidu yang secara genetik heterosigot untuk kebanyakan lokus. Secara
genotipik pula berbeda dari satu individu ke individu lainnya, sehingga
keragaman genetik dalam populasi sangatlah besar.
Menurut Boer (2010) Struktur genotipe dari satu populasi tanaman
ditentukan oleh sistem perkawinan, dengan demikian analisi untuk menduga
parameter-parameter sistem perkawinan dari suatu analisis struktur genotipe
perlu dilakukan seperti pendugaan derajat penyerbukan sendiri dan
lawannya derajat penyerbukan silang serta besarnya silang dalam
inbreeding. Parameter-parameter tersebut sangat penting untuk diketahui
terutama dalam menyusun program pemuliaan serta konservasi yang akan
dilakukan.
Menurut Abdullah et al. (2011), menyerbuk silang merupakan suatu
metode penyilangan tanaman terpilih dari suatu populasi secara sistematik
untuk membentuk populasi baru yang lebih baik. Metode ini merupakan
prosedur pengumpulan sifat-sifat yang diharapkan dari suatu kombinasi
persilangan dengan menyilangkan antara segregan-segregan terpilih secara
terus-menerus sehingga diperoleh populasi tanaman yang lebih baik dari
sebelumnya. Jagung merupakan contoh tanaman yang melakukan
penyerbukan silang.
Firmansyah et al (2007), menyatakan bahwa evolusi secara genetika
dapat diartikan sebagai perubahan frekuensi alel gen dalam populasi.
Berdasarkan hal ini, kemungkinan evolusi melalui perubahan alel gen dapat
diprediksi. Menurut hukum Hardy-Weinberg, frekuensi relatif gen dalam
populasi akan tetap sama dari generasi ke generasi, jika populasi berukuran
besar, tidak terjadi mutasi, semua genotipe memiliki peluang yang sama,
tidak terjadi migrasi pada lungkang gen (gene pool) dan semua perkawinan
dalam populasi terjadi secara acak.
Diah (2012) menyatakan bahwa evolusi biologi atau perubahan gen
suatu populasi dapat terjadi karena syarat-syarat berlakunya hukum Hardy –
Weinberg tidak terpenuhi. Beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi
gen suatu populasi adalah perubahan gen karena kebetulan, terutama ini
berlaku bila populasi itu ukurannya kecil, terjadi arus gen secara tidak
seimbang, dmutasi tidak seimbang yang menyebabkan munculnya alel baru
atau menyebabkan perubahan keseimbangan frekuensi alel (gen) di dalam
populasi dan perkawinan yang tidak acak menyebabkan perubahan
frekuensi gen. Pembuktian hukum Hardy-Weinberg dilakukan dengan dua
kali ulangan. Ulangan pertama menggunakan perbandingan A : a = 0,5 : 0,5
sedangkan ulangan kedua menggunakan perbandingan A : a = 0,75 : 0,25
dengan setiap ulangan dilakukan 64 kali persilangan. Hasil yang diperoleh
x2 hitung pada ulangan pertama adalah 0,841 sedangkan pada ulangan kedua
19,591 yang berarti nilai x2 hitung pada ulangan ketiga lebih dari 3,84 (x2
tabel) sehingga tidak sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapat hasil pada pengaruh
seleksi terhadap perubahan struktur genetik populasi tanaman allogami
tanpa seleksi diperoleh generasi pertama bahwa frekuensi genotip AA 0,34
dan genotipe aa=0,13, generasi kedua genotipe AA=0,47 dan genotipe
aa=0,40, generasi ketiga genotipe AA=0,5 dan genotipe aa=0,13, generasi
keempat genotipe AA=0,6 dan genotipe aa=0,1, serta generasi kelima
didapat genenotipe AA=0,56 dan genenotipe aa=0,05. Seleksi lengkap
didapat generasi pertama dengan genotip AA = 0,562 dan genotipe
aa=0,156, generasi kedua genotipe AA=0,531 dan genotipe aa=0,046,
generasi ketiga genotipe AA=0,625 dan genotipe aa=0,0625, generasi
keempat genotipe AA=0,718 dan genotipe aa=0,046, serta generasi kelima
didapat genenotipe AA=0,843 dan genenotipe aa=0. Seleksi tidak lengkap
didapat generasi pertama dengan genotip AA = 0,375 dan genotipe
aa=0,218, generasi kedua genotipe AA=0,343 dan genotipe aa=0,203,
generasi ketiga genotipe AA=0,468 dan genotipe aa=0,156, generasi
keempat genotipe AA=0,562 dan genotipe aa=0,156, serta generasi kelima
didapat genenotipe AA=0,593 dan genenotipe aa=0,09.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan:
a. Tanaman allogam adalah tanaman yang melakukan penyerbukan
silang (cross- pollinated crops).
b. Penyerbukan silang secara alami (natural) dapat terjadi karena bantuan
angin, serangga, air, dan hewan. Di samping adanya bantuan tersebut,
beberapa faktor yang mendorong adanya penyerbukan silang adalah
Diklin, Dikhogami, Heterostyle, Herkogami, Self sterility, dan
Incompability.
c. Hukum Hardy – Weinberg menjelaskan bahwa populasi tidak
mengalami evolusi. Frekuensi alel dan genotip dalam gen pool tidak
mengalami perubahan selama beberapa generasi.
d. Hasil yang diperoleh x2 hitung pada ulangan pertama adalah 0,841
sedangkan pada ulangan kedua 19,59 yang berarti nilai x2 hitung pada
ulangan kedua lebih dari 3,84 (x2 tabel) sehingga tidak sesuai dengan
hukum Hardy-Weinberg.
2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum acara 4 tentang
populasi tanaman allogam adalah praktikan lebih teliti dalam melakukan
penghitungan. Karena penghitungan yang salah akan menyebabkan data
yang semakin menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah B et al. 2011. Perakitan padi tipe baru melalui seleksi silang berulang
dan kultur anter. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27 (1) : 11-19.
Boer D 2010. Analisis sitem perkawinan tanaman jati Sulawesi Tenggara
menggunakan marka mikrosatelit. J Ilmiah Kehutanan RIMBA 11(2) :
66-76.
Cintamulya I 2013. Analisis variasi genetik varian jati arboretum dengan penanda
mikrosatelit. J Pendidikan Sains 1(2) : 109-114
Diah A 2012. Biologi jilid 3. Yogyakarta (ID) : ESIS.
Firmansyah R, Agus MH dan M Umar et al 2007. Mudah dan aktif belajar
biologi. Bandung (ID): Setia Purna Inves.
Mangoendidjojo W. 2012. Dasar-dasar pemuliaan tanaman. Yogyakarta (ID) :
Kanisius.
Mulliadi D, Johar A. 2010. Pendugaan keseimbangan populasi dan heterozigositas
menggunakan pola protein albumin darah pada populasi domba ekor tipis
(Javanese Thin Tailed) di daerah Indramayu. J Ilmu Ternak 10(2): 65-72.
Rahmadani RP, Sumantri C, Darwati S, et al. 2015. Hubungan keragaman gen
Insulin-like Growth Factor 2 (IGF2) terhadap sifat pertumbuhan pada
ayam kampung. J Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 3(1): 1-
3.
Rakhmawati IA, Mohamad A, Abdul G. 2014. Pengembangan bahan ajar
matakuliah genetika populasi berbasis penelitian keragaman genetic
kerbau local Tana Toraja dan Lombok. J kependidikan 13(4): 337-347.
Sudarka W, Sarwadana SM, Wijana IG, Pradnyawati NM. 2010. Pemuliaan
tanaman. Denpasar (ID) : Universitas Udayana.
Susilo AW. 2007. Akselerasi program pemuliaan kakao (Theobroma cacao L.)
melalui pemanfaatan penanda molekuler dalam proses seleksi. J Warta
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 23(1): 11-24.
Syukur M, Sriani S, Rahmi Y. 2012. Pemuliaan tanaman. Jakarta (ID) : Penebar
Swadaya.
Tanto.2011 Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). Jurnal pertanian 2
(1) :1-9.
V. SELEKSI MASSA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Seleksi massa merupakan bagian penting dari program pemuliaan
tanaman karena dapat memperbesar peluang mendapatkan genotipe tanaman
yang lebih unggul. Seleksi massa merupakan metode pemuliaan yang paling
tua dan paling sederhana. Seleksi massa merupakan jalan bagi pemulia
untuk dapat memperbaiki suatu sifat dari populasi yang diseleksi dengan
tetap mempertahankan ciri dari suatu populasi tanaman. Seleksi massa
umumnya dilakukan pada populasi homozigot, heterogen, dan biasanya
berupa varietas yang tercampur.
Kelebihan metode seleksi massa antara lain adalah lebih sederhana,
relatif murah, mampu menekan inbreeding pada tingkat yang rendah, serta
dapat dilakukan terhdapa populasi tanman yang besar. Metode seleksi massa
juga relative cepat untuk memperbaiki karakter tanaman yang diingingkan,
serta dapat pula memperbaiki karakteristik dengan heritabilitas tinggi dan
heritabilitas rendah hanya dalam satu siklus. Metode seleksi massa selain
memiliki banyak kelebihan, juga memiliki kelemahan, yaitu tidak adanya
kontrol terhadap gen-gen jelek yang berasal dari gamet jantan (pollen)
Seleksi massa dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi keragaman
genetik dari suatu populasi dan meningkatkan frekuensi gen yang
diinginkan. Kegunaan seleksi massa antara lain adalah dapat memperbaiki
populasi landrace, memurnikan varietas galur murni untuk mempertahankan
identitas varietas, serta untuk mendapatkan varietas yang memiliki
horizontal serta mempunyai adaptasi luas pada lingkungan baru. Tujuan
utama dari seleksi massa adalah untuk meningkatkan frekuensi genotipe
unggul dari populasi genetis yang berubah-ubah dengan perbedaan karakter
yang jelas.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Pemuliaan Tanaman acara V tentang Seleksi Masa ini
bertujuan untuk :
a. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian seleksi massa.
b. Agar mahasiswa mampu menjelaskan kegunaan seleksi massa dalam
pemuliaan tanaman.
B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Pemuliaan Tanaman acara V tentang Seleksi Massa
dilaksanakan pada Minggu, 02 Desember 2018 pukul 07.00-selesai WIB di
Lahan Praktikum Fakultas Pertanian UNS Surakarta, Jumantono,
Karanganyar.
2. Alat dan Bahan
1) Lahan untuk pertanaman kacang tanah
2) Penggaris
3) Kamera
4) Alattulis
3. Cara Kerja
a. Memilih sampel tanaman yang mempunyai keragaan baik (menonjol)
intensitas 10% (10 dari 100 tanaman) yang terletak dalam beberapa baris
(5-10 tanaman).
b. Kemudian amati :
1) Tinggi tanaman
2) Jumlah cabang
3) Ada tidaknya serangan penyakit dengan menghitung intensitas
serangan penyakit tiap tanaman
∑ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡
𝐼𝑃 = 𝑥 100%
∑ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
4) Ada tidaknya hama pada tanaman
C. Tinjauan Pustaka
Metode seleksi massa merupakan jenis seleksi dalam perbaikan
populasi tanaman dengan didasarkan atas penampilan karakter (fenotipe),
yaitu dengan memilih tanaman dengan penampilan bak dan menghilangkan
tanaman yang kurang baik dari populasi tanaman hasil random mating.
Tanaman yang akan di seleksi massa sebaiknya memiliki populasi yang
besar, sehingga dari populasi tersebut dapat dipilih lebih tanaman yang
memiliki fenotipe yang baik dan seragam. Tanaman dengan fenotipe yang
kurang baik harus diesmaskulasi atau dihilangkan bunga jantannya, sehingga
tidak dapat menyerbuk tanaman lain yang berpenampilan baik. Hasil tanaman
yang terpilih melalui seleksi massa lalu dicampur dan ditanam kembali secara
massal, selanjutnya diseleksi lagi dan dibandingkan dengan induk atau
varietas standar. Seleksi terus diulang sampai populasi tanaman dalam
keadaan seragam dan stabil Seleksi massa dilakukan pada saat pertumbuhan
vegetatif dan generatif, dan setelah panen. Seleksi masa perlu diamati
keseragaman variabel: tinggi tanaman, bentuk batang, jumlah daun, bentuk
daun, sudut daun, mulai keluarnya bunga, umur panen, warna batang, warna
daun, warna bunga, warna biji, dan lain-lain (Mangoendidjojo 2003 dalam
Pradnyawathi 2012).
Seleksi massa merupakan metode pemuliaan yang paling tua dan
paling sederhana dibandingkan dengan metode pemuliaan tanaman lainnya.
Seleksi massa bagi pemulia tanaman dapat digunakan untuk memperbaiki
suatu sifat dari populasi yang diseleksi dengan tetap mempertahankan ciri
populasi tersebut. Seleksi massa bertujuan untuk mengurangi keragaman
genetik dari suatu populasi dan meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan.
Kegunaan seleksi massa adalah dapat memperbaiki populasi landrace,
memurnikan varietas galur murni untuk mempertahankan identitas varietas,
dan mendapatkan varietas yang memiliki ketahanan horisontal (horizontal
resistance) serta mempunyai adaptasi luas pada lingkungan baru
(Syukur et al. 2012).
Seleksi massa adalah pekerjaan untuk memurnikan suatu populasi.
Seleksi massa didasarkan atas penilaian fenotipe (phenotype) saja.
Keberhasilan seleksi massa akan tergantung dari tanggapan atas sifat-sifat
fenotipe yang dianggap sebagai akibat yang diatur oleh gen. Seleksi massa
dapat bersifat positif bila tanaman-tanaman mempunyai sifat bagus atau
dikehendaki yang dipilih dan diperbanyak untuk diseleksi selanjutnya.
Seleksi massa dapat pula bersifat negatif bila tanaman-tanaman yang
menyimpang dari bentuk tanaman pokok atau mempunyai sifat-sifat jelek dan
tidak memenuhi syarat-syarat penyeleksi disingkirkan (Warisno 2009).
Seleksi massa berdasarkan metodenya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu seleksi massa positif dan seleksi massa negatif. Seleksi massa positif
dilakukan dengan cara mengambil tanaman yang mempunyai penampilan
yang sesuai keinginan dalam suatu populasi, untuk selanjutnya dipisahkan
dari populasi, dan tanaman yang tidak terseleksi dibiarkan di lapang. Seleksi
negatif dilakukan dengan cara membiarkan tanaman yang terseleksi di lapang
sedangkan tanaman yang tidak terseleksi dibuang. Seleksi massa negatif
banyak dilakukan untuk memurnikan varietas unggul yang tercampur atau
dalam rangka memproduksi banih untuk menjamin kemurnian genetiknya
Seleksi massa dapat pula dibedakan berdasarkan pada karakter tanaman,
yaitu seleksi massa langsung dan seleksi massa tidak langsung. seleksi massa
langsung dilakukan secara langsung terhadap karakter tanaman yang
diinginkan, sedangkan seleksi massa tidak langsung dilakukan terhadap
karakter tanaman yang berhubungan secara genetis dengan karakter yang
diinginkan (Syukur et al. 2012).
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L) termasuk dalam ordo
Leguminales (tanaman polong-polongan) dari suku Papilionaceae. Kacang
tanah tergolong ke dalam tanaman menyerbuk sendiri dan persarian terjadi
sebelum bunga mekar (kleistogami), sehingga jarang sekali terjadi
penyerbukan silang. Karakteristik demikian menguntungkan karenauntuk
produksi benih dari banyak varietas, tidak diperlukan isolasi jarak yang lebar.
Karakteristik bunga kacang tanah tidak khas sehingga sulit digunakan sebagai
penanda/pengenal varietas. Batang kacang tanah dapat dibedakan menjadi
dua, yakni warna batang hijau merah atau ungu, dan warna batang hijau. Ada
batang yang memiliki sedikit bulu dan ada yang berbulu banyak. Warna
batang dan keberadaan rambut dapat digunakan untuk mengenali varietas.
Varietas kacang tanah tipe valencia di Indonesia umumnya memiliki warna
batang hijau, sedangkan tipe spanish hanya satu varietas yang memiliki
batang berwarna ungu (Suryani et al. 2016)
Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada
yang tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50
cm, namun ada yang mencapai 80 cm. Kacang tanah berakar tunggang yang
tumbuh lurus ke dalam tanah hingga kedalaman 40 cm. Akar tunggang
tersebut tumbuh akar cabang dan diikuti oleh akar serabut. Akar kacang
berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman serta alat penyerap air dan
zat-zat hara serta mineral dari dalam tanah. Biji kacang tanah terdapat di
dalam polong. Kulit luar (testa) bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi
biji yang berada di dalamnya. Biji berbentuk bulat agak lonjong atau bulat
dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir biji yang lain selagi
di dalam polong (Pitojo 2005).
Kacang tanah berdasarkan bentuk dan letak cabang lateral, dapat
dibedakan menjadi tipe menjalar dan tipe tegak. Kacang tanah tipe menjalar
mempunyai percabangan lebih panjang, tumbuh ke samping dan hanya
bagian ujung yang mengarah ke atas serta umurnya panjang (sekitar 6 bulan).
Kacang tanah tipe tegak mempunyai percabangan yang tumbuh agak lurus ke
atas dan umurnya relatif genjah, berkisar antara 95-120 hari. Berdasarkan
pola percabangan, ada tidaknya buku subur pada batang utama dan susunan
buku subur pada cabang lateral, kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe:
spanishvalencia dan virginia (Kasno dan Harnowo 2014).
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.5 Pengamatan seleksi massa pada tinggi, jumlah cabang, ada
tidaknya hama dan penyakit tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea)
No Tinggi tanaman Jumlah Keterangan
(cm) cabang Penyakit Hama
1 13,5 2 - Belalang
2 19 4 - Belalang
3 15,5 4 - Belalang
4 15,8 2 - Belalang
5 14 1 - Belalang
6 22 4 - Belalang
7 19,5 4 - Belalang
8 22,5 4 - Belalang
9 18,5 3 - Belalang
10 13,5 4 - Belalang
Sumber: Laporan Sementara
a. Gejala Penyakit : terdapat bintik kuning lalu mengering
b. Gejala serangan hama: terdapat bekas gigitan pada tepi daun
Analisis Data
∑ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡
IP = ∑ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
× 100%
2
IP = 10 × 100%
IP = 20%
2. Pembahasan
Seleksi massa merupakan metode seleksi yang paling sederhana
karena hanya berdasarkan penampilan fenotipenya saja dan tiap siklus
seleksi hanya membutuhkan satu kali musim tanaman. Seleksi massa
dalam pemuliaan tanaman menurut Idris et al. (2011) adalah salah satu
metode seleksi yang tertua untuk memilih bahan tanam yang lebih baik
pada generasi berikut. Seleksi masa dilakukan pada populasi yang di
dalamnya sudah ada beberapa tanaman homosigot biasanya berupa
kultivar lokal. Seleksi dilakukan pada sekelompok tanaman yang
mempunyai kesamaan dalam penampakkan. Prosedur dari seleksi
massa, tanaman dipilih dan dipanen secara massa yang seragam untuk
karakter kualitatif yang pewarisnya sederhana seperti warna atau
pemaksaan yang perbedaan fenotipnya dapat dengan mudah dibedakan
dan digunakan sebagai seleksi. Variasi genetik untuk sifat kuantitatif
seperti hasil ukuran atau kualitas.
Tujuan dari seleksi masssa adalah untuk memperbaiki populasi
secara umum yaitu melalui seleksi/pemilihan dan mencampurkan
genotip yang unggul. Seleksi massa sering digunakan untuk
memurnikan suatu varietas campuran. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pernyataan Syukur et al. (2012), bahwa tujuan seleksi massa
adalah untuk mengurangi keragaman genetik suatu populasi dan
meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan sedangkan manfaat
seleksi massa adalah untuk memperbaiki populasi landrace,
memurnikan varietas galur murni untuk mempertahankan identitas
varietas, dan mendapatkan varietas yang memiliki ketahanan
horisontal (horizontal resistance) serta mempunyai adaptasi luas pada
lingkungan baru.
Menurut Kristamtini dan Prajitno (2009), seleksi massa yang
lebih umum dilakukan hanya berupa seleksi massa positif terhadap
tanaman di lahan yang kemudian akan dijadikan sebagai benih yang
akan dikembangkan. Seleksi massa positif pada umumnya memerlukan
perlakuan lebih berat dibandingkan dengan seleksi negatif. Seleksi
massa positif dilakukan dengan memilih individu tanaman yang
menonjol sehingga jumlah tanaman yang terpilih lebih sedikit serta
populasi yang dihasilkan dapat berbeda dengan populasi awal.
Kegiatan seleksi massa negatif dapat dilakukan dengan cara memilih
individu tanaman yang sesuai dengan yang dikehendaki dan
menyingkirkan tanaman yang menyimpang dari sifat yang
dikehendaki. Tanaman yang tersisa akan dipanen bersama dan
dicampur untuk digunakan sebagai bahan tanam musim berikutnya.
Bahan tanaman yang dilakukan pada kegiatan praktikum seleksi
masa adalah tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea). Kacang tanah
termasuk tanaman polong-polongan yang berbunga sempurna,
menyerbuk sendiri setelah pembuahan, bunga langsung layu
membentuk ginofor dan membentuk polong di dalam tanah.
Pembentukan polong terjadi sekitar 40 hari setelah masa tanam.
Pemasaran buah kacang tanah hingga siap panen berlangsung setelah
tanaman berumur 90 hari. Menurut Pitojo (2009), batang dan cabang
kacang tanah berbentuk bulat, bagian atas batang ada yang berbentuk
agak persegi, sedikit berbulu, dan berwarna hijau. Kacang tanah
berakar tunggang yang tumbuh lurus ke dalam tanah hingga
kedalaman 40 cm. Akar tunggang tersebut tumbuh akar cabang dan
diikuti oleh akar serabut. Pangkal dan cabang akar tunggang kacang
tanah biasanya terdapat bitil-bintil bakteri Rhizobium yang berperan
dalam penyerapan nitrogen dari udara bebas.
Tahapan seleksi massa yang telah dilakukan pada praktikum kali
ini adalah dengan mengambil 10 tanaman kacang tanah pada lahan
pertanaman secara acak dan merata, tanaman kacang tanah yang
dijadikan sampel tersebut dicabut kemudian diamati tinggi, jumlah
cabang batang, serta ada tidaknya hama penyakit. Keberadaan penyakit
tanaman dapat digunakan untuk menghitung tingkat intensitas
serangan penyakit pada tanaman dengan cara membagi jumlah
tanaman yang sakit dengan jumlah seluruh tanaman yang diamati
kemudian dikalikan 100%.
Praktikum dilaksanakn dengan cara memilih sampel tanaman
yang memiliki keragaan baik (menonjol) intesitas 10% yaitu 10 dari
100 tanaman yang terletak beberapa baris kemudian dilakukan
pengamatan tanaman sesuai dengan variabel pengamatan. Variabel
yang diamati dalam praktikum Seleksi Massa antara lain tinggi
tanaman, jumlah cabang, ada tidaknya hama dan penyakit tanaman.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lahan, diperoleh
tinggi tanaman kacang tanah yaitu 13,5 cm; 19 cm; 15,5 cm; 15,8 cm;
14 cm; 22 cm; 19,5 cm; 22,5 cm; 18,5 cm; dan 13,5 cm. Cabang
tanaman kacang tanah juga berbeda-beda yaitu 2, 4, 4, 2, 1, 4, 4, 4, 3,
dan 4. Tidak ditemukan penyakit yang menyerang pada pertanaman
kacang tanah. Tanaman yang terserang penyakit dihitung
menggunakan intensitas serangan penyakit tiap tanaman hasilnya 0%
yang berarti tidak ada tanaman yang terserang penyakit. Intensitas
tanaman terkena hama ulat adalah 100%, hal ini ditandai dengan
adanya bekas-bekas gigitan yang terdapat pada daun kacang tanah.
Penyakit karat daun menurut Agro (2008) disebabkan oleh jamur
Puccinia polysora. Gejala awalnya muncul bercak-bercak merah dan
keluar serbuk seperti tepung berwarna cokelat kekuningan. Akibat
penyakit ini, tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis dengan
sempurna sehingga pertumbuhannya melambat, bahkan tanaman bisa
mati. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) yang diamati juga
diketahui terserang hama belalang dan ulat, dimana serangan hama
terjadi pada semua sampel tanaman. Gejala serangan belalang dapat
ditunjukkan dengan adanya bekas gigitan yang menyebabkan daun
robek di bagian tepi daun, sedangkan gejala serangan ulat ditunjukkan
dengan adanya bekas gigitan pada daun bagian tengah.
Intensitas serangan penyakit (IP) merupakan nilai yang dapat
dicari setelah ditemukannya penyakit pada tanaman. IP dapat dicari
dengan membagi jumlah tanaman yang sakit dengan jumlah seluruh
tanaman yang diamati, kemudian mengalikannya dengan 100%.
Semua sampel tanaman yang diamati terserang penyakit, sehingga
nilai IP yaitu sebesar 100%. Respon seleksi menurut Hermiati (2008),
akan tampak dengan pertambahan rata-rata karakter yang diseleksi
pada setiap generasi seleksi dan dengan seleksi akan terbentuk
populasi dengan susunan genotip yang baru. Penggunaan intensitas
yang tinggi misalnya lebih besar dari 1 %, cenderung menjadi
genotipe-genotipe responnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan
(interaksi antara genotipe x lingkungan adalah besar ).
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, kesimpulan
yang dapat diambil adalah :
a. Seleksi massa adalah salah satu upaya dalam pemuliaan tanaman yang
berfungsi untuk memilih sekelompok tanaman berdasarkan fenotipnya
(penampilan luar tanaman).
b. Tujuan dari seleksi masssa adalah untuk memperbaiki populasi secara
umum yaitu melalui seleksi/pemilihan dan mencampurkan genotip
yang unggul.
c. Seleksi massa dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung
baik dengan metode seleksi massa positif maupun seleksi massa
negatif.
d. Seleksi massa dilakukan menggunakan tanaman kacang tanah dari 10
sampel yang telah diambil kemudian dihitung cabang dan diamati
adanya penyakit atau hama.
e. Hama yang ditemui menyerang pertanaman kacang tanah yang diamati
adalah hama belalang dan ulat.
f. Intensitas serangan penyakit (IP) merupakan nilai yang dapat dicari
setelah ditemukannya penyakit pada tanaman.
g. Penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah yang diamati adalah
penyakit karat daun.
h. Intensitas serangan penyakit pada tanaman diperoleh dengan cara
membagi jumlah tanaman yang sakit dengan jumlah seluruh tanaman
yang diamati kemudian dikalikan 100%, dan pada praktikum ini
diperoleh nilai IP sebesar 100%.
2. Saran
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, saran yang
dapat diberikan adalah sebaiknya praktikan datang tepat waktu dan tetap
serius dalam mengikuti kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
20 Mei
2017
4,29 25,5
(sebelum
hibridisasi)
27 Mei
2017
5,03 28
(sesudah
hibrisasi)