Anda di halaman 1dari 73

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efektivitas pelayanan kepada masyarakat menjadi perhatian

bagi setiap lembaga Pemerintah Daerah.Peran serta aparatur pemerintah

daerah menjadisorotan bagi masyarakat dalam memberikan pelayanan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, dimana Pemerintah Daerah diberikan kewenangan yang demikian luas

oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri,

termasuk didalamnya adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat di

daerahnya. Pemerintah daerah yang dimaksud yaitu kelurahan. Kelurahan

merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten/kota

dalam wilayah kecamatan. Pelayanan yang ada di kelurahan salah

satunya berupa pelayanan administrasi kependudukan.

Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan

dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui

Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi

Administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk

pelayanan publik dan pembangunan sektor lain sebagaimana hal ini

termaktub dalam pasal 1 ayat (1) Undang–Undang No. 23 Tahun 2006.

Pelaksanaan administrasi tersebut harus sesuai prosedur dan dilaksanakan

dengan baik kepada masyarakat. Administrasi kependudukan sebagai

1
2

suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari

penyelenggaraan Administrasi Negara. Dari segi kepentingan penduduk

administrasi kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak

administratif, seperti pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan

dengan dokumen kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang

diskriminatif (Undang-Undang No. 23 Tahun 2006).

Untuk itu diperlukan pengelolaan data administrasi kependudukan

yang tepat guna mengatasi masalah kependudukan baik di tingkat daerah,

provinsi atau nasional. Data kependudukan digunakan untuk membuat sebuah

program dalam rangka pengendalian jumlah, pertumbuhan, dan pemerataan

terkait jumlah penduduk. Pengelolaan pendaftaran penduduk adalah tanggung

jawab dari kabupaten/kota, sedangkan pelaksanaan diawali dari tingkat

desa/kelurahan, sehingga setiap warga secara administrasi telah terdaftar

sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang sesuai dengan amanat Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan. Untuk mengatasi berbagai pekerjaan terkait administrasi

kependudukan, maka pemerintah mengadakan program Sistem Informasi

Manajemen Kependudukan (SIMDUK). Sistem Informasi Manajemen

Kependudukan (SIMDUK) merupakan kebijakan yang diterapkan di

kabupaten/kota, dan diperuntukkan untuk menangani status kependudukan

dengan berbagai perubahannya. Seiring perkembangan zaman dan dukungan

teknologi informasi, pemerintah penggantinya dengan kebijakan baru untuk

2
3

menjawab segala kebutuhan yang diperlukan dalam data kependudukan yang

semakin kompleks. Untuk itu, dibentuklah Sistem Pengelolaan data

Administrasi Kependudukan. SIAK adalah suatu sistem informasi berbasis web

yang disusun berdasarkan prosedur dan standarisasi khusus yang bertujuan

menata data administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi

dan juga membantu petugas di jajaran Pemerintah Kelurahan Penanae dalam

menyelenggarakan pengelolaan data administrasi kependudukan kepada

masyarakat secara cepat. Data Administrasi kependudukan bisa menjadi solusi

dari masalah kependudukan yang ada. Dengan data yang dikelola secara

online, maka kelemahan data secara konvensional dapat ditekan. Beberapa

manfaat pengelolaan data administrasi kependudukan secara baik dan benar

antara lain dapat digunakan sebagai bahan formulasi dan evaluasi kebijakan,

strategi penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan di bidang kualitas,

kuantitas dan mobilitas penduduk, serta kepentingan pembangunan lainnya

yang bermanfaat bagi kelurahan.

Untuk itu diperlukan data adminstrasi kependudukan guna

meningkatkan pemberian pelayanan publik tanpa adanya diskriminasi,

pelayanan yang cepat, transparan dan akuntabel. Permasalahan yang

berhubungan dengan administrasi kependudukan, sebagai contoh adalah

terdapat pemalsuan identitas dan data ganda dikarenakan kurang akuratnya

detail dokumen data-data mengenai kependudukan, proses pengurusan Kartu

Tanda Penduduk dan penerbitan akte pencatatan sipil masih memerlukan

waktu yang lama dikarenakan proses menginput data masih dilakukan secara

3
4

manual tidak secara online oleh karena itu Pemerintah Kota Pontianak

membuat terobosan yaitu penerapan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) yang dimana sistem informasi ini hadir dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pihak

penyelenggara dan instasi Pelaksana sebagai satu kesatuan Sistem Administrasi

Kependudukan. Penerapan aplikasi SIAK di Indonesia khusunya di Kota

Pontianak ini bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik dalam urusan

administrasi kependudukan kepada penduduk, masyarakat dunia usaha,

pemerintah dan negara. Untuk itu, dalam menjalankan tugas dan fungsi

pemerintahan dalam administrasi kependudukan, maka hak dan kewajiban

tersebut diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan

kota.

Hal yang terjadi dilapangan masih ditemukan hak pelayanan

yang diterima oleh masyarakat terasa belum memenuhi harapan dari

kalangan masyarakat umum maupun dari kalangan pemerintah sendiri.

Pelayanan masyarakat yang diberikan oleh pihak kelurahan masih cenderung

rumit baik dari tata cara pelayanan, rendahnya pendidikan pegawai,

kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya jumlah pegawai dan disiplin

kerja. Pelayanan masyarakat dapat dikatakan efektif jika semua aspek

tersebut terpenuhi. Namun di daerah desa yang merupakan entitas

pemerintahan yang langsung berhubungan dengan rakyat, namun secara

geografis berjarak cukup jauh dari pusat kekuasaan di tingkat atasnya.

Masih sulit untuk memenuhi sumber daya manusia yang memiliki

4
5

keahlian, keterampilan/ kemampuan dan pemahaman sesuai bidang dan

pekerjaan yang dijalankan serta sulitnya memenuhi sarana dan prasarana yang

kurang. Melihat pemasalahan yang ada di Kelurahan Penanae yaitu

minimnya peralatan kantor seperti komputer dan printer, tata kelola

pengarsipan yang belum benar, masih kurangnya pegawai kelurahan serta

masih rendahnya tingkat pendidikan pegawai kelurahan.

Hal ini mendorong penulis dalam melakukan penelitian yang

berhubungan dengan efektivitas pengelolaan data administrasi kependudukan

di Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti menyampaikan

rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Efektivitas Pengelolaan Data

Administrasi Kependudukan di Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota

Bima?.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam tulisan ini adalah

untuk mengetahui Efektivitas Pengelolaan Data Administrasi

Kependudukan di Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dalam tulisan ini, adalah :

a. Sebagai sumbangsih kepada Pemerintah Kelurahan, khususnya

keakuratan dalam pengelolaan data administrasi kependudukan.

5
6

b. Sebagai sumbangsih kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan kajian

tentang efektivitas pengelolaan data administrasi kependudukan di

Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima.

c. Sebagai bahan kajian dan informasi bagi peneliti lain khususnya yang

berminat mendalami tentang efektivitas pengelolaan data administrasi

kependudukan.

D. Fokus Penelitian

Dalam pengertian efektivitas menurut Handoko (1997), efektivitas

merupakan suatu kemampuan yang memilih tujuan dan arah yang tepat atau

peralatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dapat disimpulakan

bahwa pencapaian tujuan ini merupakan tolak ukur yang banyak digunakan

sebagai menentukan efektifitas dalam organisasi.

Kemudian pendapat lain oleh Siagian, (2002) menjelaskan dalam

artinya efektifitas kerja ialah efektivitas dalam menyelesaikan pekerjaan tepat

pada waktu yang ditentukan karena untuk menilai apakah suatu pelaksanaan

tugas itu dapat dinilai baik atau tidak, maka sangat tergantung bilamana tugas

itu diselesaikannya. Dan jika tidak maka dengan demikian pula terutama

menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan tugas serta berapa biaya

yang akan dikeluarkannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2019 Tentang Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan, Penjelasan mengenai Administrasi

Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam

penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk,

6
7

Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta

pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor

lain..

Pengelolaan pendaftaran data kependudukan merupakan tanggung

jawab pemerintah, dimana dalam pelaksanaannya diawali dari desa/kelurahan

selaku ujung tombak pendaftaran penduduk, hingga setiap warga terdaftar

secara administrasi sebagai warga negara Indonesia dan sesuai dengan

UndangUndang Nomor 24 Tahun 2013 tentang administrasi kependudukan.

Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan

mengenai pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar

yang diperlukan yaitu pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan

mengadakan program pendataan administrasi kependudukan. Pendataan

administrasi kependudukan merupakan kebijakan yang diterapkan di

kelurahan/desa, untuk menunjukkan status kependudukan seseorang dengan

segala perubahannya. Edfketivitas dalam mengelola data kependudukan

disetiap kelurahan/desa yang meliputi data Kartu Keluarga (KK), data Kartu

Tanda Penduduk (KTP), data Akte Kelahiran, Sensus Penduduk, dan

Demografi Penduduk. Untuk dapat digunakan untuk mengelola data

kependudukan pada kecamatan atau kelurahan yang lokasinya terpisah, akan

tetapi kadang didasarkan pada basis internet dalam pengolahannya.

Didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Bab 1 Pasal 1 ayat 5

bahwa penertiban data kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan

penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui 1)

7
8

Pendaftaran Penduduk, 2) Pencatatan Sipil, dan 3) pengelolaan informasi

Administrasi Kependudukan.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi fokus penelitian yang

terkait dengan Efektivitas Pengelolaan Data Administrasi Kependudukan di

Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima, adalah sebagai berikut :

a. Efektivitas dalam melakukan sosialisasi terkait dengan pencatatan data

dokumen kependudukan

b. Efektivitas dalam mengidentifikasi kelengkapan dokumen persyaratan

c. Efektivitas dalam melakukan analisis terhadap kelengkapan dokumen

kependudukan yang ada.

d. Melakukan pencatatan dokumen kependudukan

e. Eefektivitas dalam penerbitan data kependudukan

E. Sistimatika Pembahasan

Penulisan dan pembahasan karya ini Secara sistematik dapat

digambarkan sebagai berikut :

Bab Pertama : sebagai bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

fokus penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua : merupakan tinjauan pustaka dengan menguraikan tentang

beberapa pengertian, tujuan dan manfaat Program Jaminan

Sosial Kesehatan, kebijakan Program Jaminan Sosial

Kesehatan, faktor-faktor penanggulangan kemiskinan.

8
9

Bab Ketiga : yaitu bab yang membahas tentang metode peneltian, yang

terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, tehnik pengumpulan data, jenis dan sumber data,

tehnik keabsahan data dan tehnik analisis data.

Bab Keempat: yaitu menguraikan tentang Gambaran Umum Lokasi Penelitian

dan pembahasan hasil penelitian yang menyangkut :

gambaran umum lokasi penelitian yang menguraikan tentang

sejarah singkat Dinas Sosial Kota Bima, struktur organisasi

dan tata kerja dan keadaan pegawai dan pembahasan hasil

penelitian yang mencakup : .implementasi program jaminan

sosial kesehatan terhadap penanggulangan kemiskinan di

Dinas Sosial Kota Bima dan faktor pendudukung dan

pengahambat implementasi program jaminan sosial kesehatan

terhadap penanggulangan kemiskinan di Dinas Sosial Kota

Bima

Bab kelima : merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran

9
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beberapa Pengertian

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna

atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi,

kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun

sasaran seperti yang telah ditentukan.( Iga Rosalina;12;3).

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan

melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk

menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap

bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini, efektivitas

merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya

yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses,

maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya

meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model

yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan

benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan

tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

( Iga Rosalina;12;4).

10
11

Jadi suatu kegiatan organisasi di katakan efektif apabila suatu

kegiatan organisasi tersebut berjalan sesuai aturan atau berjalan sesuai target

yang di tentukan oleh organisasi tersebut.

Menurut Beni (2016: 69) Efektivitas adalah hubungan antara output

dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh

tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga

berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor public

sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai

pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat

yang merupakan sasaran yang telah ditentukan. Menurut Mardiasmo (2017:

134) Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu

organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan

maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Indikator efektivitas

menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran

(Output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar

kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran

yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.

Menurut Mahmudi (2010: 143) efektivitas merupakan hubungan

antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Dikatakan

efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan

sedangkan menurut Fajar efektivitas retribusi daerah merupakan

perbandingan antara realisasi dan target penerimaan retribusi daerah,

sehingga dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam melakukan.

11
12

2. Pengertian Pengelolaan Data

Data berasal dari kata “Datum” yang berarti fakta atau bagian dari

fakta yang mengandung arti yang dihubungkan dengan kenyataan yang

dapat digambarkan dengan simbol, angka, huruf dan sebagainya. Pengertian

data menurut Vercellis (2009:6) adalah data merupakan sebuah representasi

fakta yang tersusun secara terstruktur. Selain deskripsi dari sebuah fakta,

data dapat pula merepresentasikan suatu objek sebagaimana dikemukakan

oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa “Data adalah nilai yang

merepresentasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian ( Data menurut

Drs.Jhon J.Longkutoy (1996: 69) mengatakan bahwa “data adalah suatu

istilah majemuk dari fakta yang mengandung arti yang dihubungkan dengan

kenyataan, simbol, gambar, angka, huruf yang menunjukan suatu ide, objek,

kondisi atau situasi dan lainnya”. event).” Dari beberapa pengertian diatas

maka dapat diambil kesimpulan bahwa “data adalah merupakan fakta atau

bagian dari fakta yang belum tersusun yang mempunyai arti yang

dihubungkan dengan kenyataan yang benar-benar terjadi, fakta dapat

dinyatakan dengan gambar (grafik), kata-kata, angka, huruf dan lain

sebagainya”. Pengelolaan data adalah segala macam pengelolaan terhadap

data atau kombinasi- kombinasi dari berbagai macam pengelolaan terhadap

data untuk membuat data itu berguna sesuai dengan hasil yang diinginkan

dapat segera dipakai.

Menurut Jogiyanto H.M “Pengelolaan Data adalah manipulasi dari

data ke dalam bentuk yang lebih berguna berarti”.

12
13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Pengolahan Data

merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan masukan berupa

data dan menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk tujuan sesuai

dengan yang direncanakan”.

3. Pengertian Administrasi Kependudukan

Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan

dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui

pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi

kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan

pembangunan sektor lain. Sedangkan pengertian administrasi menurut

S.P.Siagian (1990 : 13) adalah keseluruhan proses kerjasama dua orang

manusia atau lebih dan dan didasarkan atas rasional tertentu untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil merupakan instansi yang mana bertujuan untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam membuat sebuah identitas

seseorang atau masyarakat. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Kampar merupakan cabang dari pusat atau bagian dari

pemerintahan yang mana setiap kabupaten mempunyai instansi ini,

tujuannya adalah agar mempermudah masyarakat dalam membuat identitas.

Identitas itu bisa berupa KTP, KK, Akta Kelahiran yang mana identitas itu

bertujuan agar pemerintah mengetahui data penduduk disuatu tempat

tersebut. Kemudian identitas itu memudahkan masyarakat dalam berurusan

di instansi – instansi lainnya karena dengan sebuah identitas atau jati diri,

13
14

seseorang lebih mudah mengenal dan mengetahui data dari seseorang

tersebut.

Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan

dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui

Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi

Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan

publik dan pembangunan sektor lain.

Pengertian tersebut di atas berarti bahwa setiap penduduk harus di

data dan ditata melalui penertiban dokumen yang dikeluarkan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil setempat agar pemerintah dapat dengan

mudah memenuhi segala urusan kependudukan bila dokumen setiap

penduduk dapat dikelola dengan baik dan tertib. Setiap penduduk

mempunyai hak dan kewajibannya, kewajiban setiap penduduk adalah

mematuhi semua peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Undang Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi

Kependudukan. Memenuhi administrasi kependudukan yang dokumennya

dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang ada di

seluruh daerah yang ada di Indonesia, sedangkan hak setiap penduduk

adalah untuk dilindungi dan diperlakukan secara adil dalam memenuhi

semua urusan kependudukan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

berdasarkan hukum yang berlaku. Hak dan kewajiban tersebut berlaku bagi

14
15

semua penduduk Indonesia yaitu Warga Negara Indonesia dan Warga

Negara Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

B. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal yang

sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang

dan tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila

dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi

memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas

(output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan

membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang

telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang

dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran

yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif. menurut Iga Rosalina;

(2012;5-6) adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif

atau tidak, yaitu:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya

karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan

tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah

“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai

sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam

pencapaian tujuan organisasi.

15
16

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan

tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah di tetapkan artinya

kebijakan harus mampu menjembatani tujuantujuan dengan usaha-usaha

pelaksanaan kegiatan operasional.

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang

apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila

tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan

prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program

apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi

tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan

organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat

sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut

terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

Menurut Richard M. Steers (1999;53) bahwa kriteria dalam

pengukuran efektivitas, yaitu:

1. Produktivitas

2. Kemampuan adaptasi kerja

16
17

3. Kepuasan kerja

4. Kemampuan berlaba

5. Pencarian sumber daya

Sedangkan Richard M. Steers (1999;53) mengatakan mengenai ukuran

efektivitas, sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus

dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan

akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan

pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya.

Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa aktor, yaitu: Kurun waktu dan

sasaran yang merupakan target kongktit.

2. Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi

untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi

dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses

sosialisasi.

3. Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan

pengisian tenaga kerja.

C. Pendekatan Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktifitas itu efektif. Menurut Dimianus Ding (2014;8-10), yaitu ada beberapa

pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

17
18

1. Pendekatan sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga

berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Menurut Dimianus

Ding (2014;8) bahwa Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas

dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan

keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang

penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini

adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal

berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan

permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap

aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai

tingkat output yang direncanakan.

Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh

mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak

dicapai. Efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan.

Oleh karena itu, dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu

pelaksanaan dan tujuan tercapainya dengan waktu yang tepat maka program

tersebut akan lebih efektif. (Dimianus Ding (2014;9).

Contoh dari pendekatan sasaran yaitu apabila suatu pekerjaan

mempunyai target menjual habis barangnya dalam waktu satu minggu, dan

barang tersebut terjual habis dalam waktu satu minggu, maka pekerjaan

tersebut dapat di katakan efektif.

18
19

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan

suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang

dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam

sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.

Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu

lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan

yang merata dalam lingkungannya, dimana dari lingkungan diperoleh

sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan

bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam kegiatan usaha organisasi dilihat

dari seberapa jauh hubungan antara anggota binaan program usaha dengan

lingkungan sekitarnya, yang berusaha menjadi sumber dalam mencapai

tujuan. (Sebagaimana dikutip dalam Dimianus Ding (2014;10)

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi

kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses

internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada

berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan

lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang

dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang

menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

19
20

D. Pengelolaan Data Administrasi Kependudukan

Pengolahan data kependudukan merupakan proses kegiatan yang

dilakukan orang/badan hokum yang dimulai dari : Input (data Kependudukan

dan Pencatatan Sipil), Output (Dokumen Kependudukan dan Pencatatan Sipil),

Outcome (pemanfaatan data kependudukan dan pencatatan sipil yang

digunakan baik Internal maupun Eksternal).

Administrasi Data Kependudukan (Marbun, Posuma, & Rompas,

2015) adalah rangkaian kegiatan penataan dan penerbitan dalam penerbitan

dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan

Sipil, Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan

hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Jadi berkaitan dengan konsep administrasi dan kependudukan tersebut

diatas, maka dapat di jelaskan mengenai administrasi kependudukan

merupakan suatu proses pencatatan dan penatausahaan dari rangkaian kegiatan

kependudukan mulai dari pendaftaran, pendokumentasian, proses serta hasil

yang dicapai dari kegiatan administrasi kependudukan.

Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan

subsistem dari sistem Administrasi Negara, yang mempunyai peranan penting dalam

pemerintahan dan pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 1, disebutkan bahwa penertiban data

Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan

dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan

sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta

20
21

pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Dengan demikian, penertiban data kependudukan merupakan hal yang sangat penting

untuk dilaksanakan mulai dari satuan pemerintah terkecil seperti desa dan

kelurahan hingga pada skala nasional. Pengelolaan administrasi kependudukan

memiliki fungsi strategis sebagai dukungan informasi tetang kependudukan

bagi pembuatan kebijakan dalam rangka pelayanan publik serta kepentingan

warga untuk mengakses informasi hasil administrasi kependudukan tersebut.

Penyelenggaraan administrasi kependudukan diarahkan pada : a.

pemenuhan hak asasi setiap orang di bidang pelayanan administrasi

kependudukan; b. pemenuhan data kependudukan yang diperoleh dari

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; dan c. dukungan terhadap

perencanaan pembangunan kependudukan secara nasional dan regional; dan d.

peningkatan pemberian pelayanan publik tanpa diskriminasi.

E. Penertiban Data Penduduk.

Penertiban data Penduduk adalah proses registrasi penduduk yang

meliputi pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa

kependudukan dan pendataan penduduk rentan administrasi kependu-dukan

serta penerbitan dokumen penduduk berupa identitas, kartu atau surat

keterangan kependudukan.

Didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan, bahwa pendaftaran penduduk dapat dilakukan melalui

beberapa tahap, yaitu :

1. Nomor Induk Kependudukan

21
22

Pasal 13, menjelaskan bahwa :

a. Setiap Penduduk wajib memiliki NIK.

b. NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan

selamanya, yang diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh

Instansi Pelaksana kepada setiap Penduduk setelah dilakukan

pencatatan biodata.

c. NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap

Dokumen Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat

izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat

hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata Cara dan ruang

lingkup penerbitan dokumen identitas lainnya, serta pencantuman NIK

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pendaftaran Peristiwa Kependudukan.

Dalam Pendaftaran Peristiwa Kependudukan hal-hal yang dilakukan

mencakup :

a. Perubahan Alamat penduduk.

Pasal 14, menjelaskan yaitu :

1) Dalam hal terjadi perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana

wajib rnenyelenggarakan penerbitan perubahan dokumen

Pendaftaran Penduduk.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara

penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk

22
23

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan

Menteri.

b. Pindah Datang Penduduk dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Pasal 15, menjelaskan, yaitu :

1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melapor kepada

Instansi Pelaksana di daerah asal untuk mendapatkan Surat

Keterangan Pindah.

2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berdomisilinya

Penduduk di alamat yang baru untuk waktu lebih dari 1 (satu)

tahun atau berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan untuk waktu

yang kurang dari 1 (satu) tahun.

3) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Penduduk yang bersangkutan wajib melapor kepada

Instansi Pelaksana di daerah tujuan untuk penerbitan Surat

Keterangan Pindah Datang.

a) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK dan

KTP bagi Penduduk yang bersangkutan.

b) Pasal 16, menjelaskan, yaitu : Instansi Pelaksana wajib

menyelenggarakan pendaftaran pindah datang Penduduk Warga

Negara Indonesia yang bertransmigrasi.

23
24

Pasal 17, menjelaskan, yaitu :

(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan Orang

Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang pindah dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib

melaporkan rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana

di daerah asal.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat

Keterangan Pindah Datang.

(3) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan

kedatangan kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan paling

lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan Surat Keterangan

Pindah Datang.

(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan

KK, KTP, atau Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi Orang

Asing yang bersangkutan.

c. Pindah Datang Antarnegara.

Pasal 18, menjelaskan yaitu :

(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah ke luar negeri

wajib melaporkan rencana kepindahannya kepada Instansi

Pelaksana.

24
25

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi

Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah ke

Luar Negeri.

(3) Penduduk Warga Negara Indonesia yang telah pindah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan berstatus mene tap di luar negeri wajib

melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia paling lambat

30 (tiga puluh) hari sejak kedatangannya.

Pasal 19, menjelaskan yaitu :

(1) Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri wajib

melaporkan kedatangannya kepada Instansi Pelaksana paling

lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal kedatangan.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi

Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Datang

dari Luar Negeri sebagai dasar penerbitan KK dan KTP.

Pasal 20, menjelaskan yaitu :

(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang datang dari

luar negeri dan Orang Asing yang memiliki izin lainnya yang telah

berubah status sebagai pemegang Izin Tinggal Terbatas yang

berencana bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat

14 (empat belas) hari sejak diterbitkan Izin Tinggal Terbatas.

25
26

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi

Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Tempat

Tinggal.

3) Masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan masa berlaku Izin

Tinggal Terbatas.

(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) wajib dibawa pada saat berpergian.

Pasal 21, menjelaskan yaitu :

(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang telah

berubah status menjadi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal

Tetap wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14

(empat belas) hari sejak diterbitkan Izin Tinggal Tetap.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi

Pelaksana mendaftar dan menerbitkan KK dan KTP.

Pasal 22, menjelaskan yaitu :

(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing

yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang akan pindah ke luar negeri

wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14

(empat belas) hari sebelum rencana kepindahannya.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi

Pelaksana rnelakukan pendaftaran.

26
27

d. Penduduk Pelintas Batas

Pasal 24, menjelaskan yaitu :

(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang tinggal di perbatasan

antarnegara yang bermaksud melintas batas negara diberi buku pas

lintas batas oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundangundangan.

(2) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah

memperoleh buku pas lintas batas wajib didaftar oleh Instansi

Pelaksana.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara

pendaftaran bagi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

3. Penertiban Data Administrasi Kependudukan.

Pasal 25, menjelaskan yaitu :

a. Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk rentan

Administrasi Kependudukan yang meliputi:

1) penduduk korban bencana alam;

2) penduduk korban bencana sosial;

3) orang terlantar; dan

4) komunitas terpencil.

b. Pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dapat

dilakukan di tempat sementara.

27
28

c. Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai

dasar penerbitan Surat Keterangan Kependudukan untuk Penduduk

rentan Administrasi Kependudukan.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendataan

Penduduk rentan diatur dalam Peraturan Presiden.

4. Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri

Pasal 26, menjelaskan yaitu :

a. Penduduk yang tidak mampu rnelaksanakan sendiri pelaporan terhadap

Peristiwa Kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu

oleh Instansi Pelaksana atau meminta bantuan kepada orang lain.

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.

5. Pencatatan Sipil.

Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh

seseorang pada register catatan sipil oleh Instansi Penyelenggara. Peristiwa

Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus

dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan

Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan

kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta

status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

Pencatatan sipil, terdiri dari :

a. Pencatatan Kelahiran

Pasal 27, terdiri dari :

28
29

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi

Pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60

(enam puluh) hari sejak kelahiran.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat

Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan

menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pasal 28, terdiri dari :

(1) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan

Kutipan Akta Kelahiran terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang

tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan orang tuanya,

didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita

Acara Pemeriksaan dari kepolisian.

(2) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diterbitkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan oleh Instansi

Pelaksana.

b. Pencatatan Lahir Mati

Pasal 33, terdiri dari :

(1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi

Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati.

(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rnenerbitkan

Surat Keterangan Lahir Mati.

c. Pencatatan Perkawinan

Pasal 34, terdiri dari :

29
30

(1) Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-

undangan wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi

Pelaksana di tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 (enam

puluh) hari sejak tanggal perkawinan.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat

Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perkawinan dan

menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.

(3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

masing-masing diberikan kepada suami dan istri.

(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

Penduduk yang beragama Islam kepada KUAKec.

(5) Data hasil pencatatan atas peristiwa sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) dan dalam Pasal 8 ayat (2) wajib disampaikan oleh

KUAKec kepada Instansi Pelaksana dalam waktu paling lambat 10

(sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.

(6) Hasil pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak

memerlukan penerbitan kutipan akta Pencatatan Sipil.

(7) Pada tingkat kecama tan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan pada UPTD Instansi Pelaksana.

Pasal 35 menjelaskan bahwa Pencatatan perkawinan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi: a.

perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan b. perkawinan

30
31

Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan

Warga Negara Asing yang bersangkutan.

Pasal 36 menjelaskan bahwa Dalam hal perkawinan tidak dapat

dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan dilakukan

setelah adanya penetapan pengadilan.

d. Pencatatan Perceraian

Pasal 40, menjelaskan bahwa :

(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada

Instansi Pelaksana paling Iambat 60 (enam puluh) hari sejak

putusan pengadilan tentang perceraian yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat

Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perceraian dan

menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.

e. Pencatatan Kematian

Pasal 44, terdiri dari :

(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang

mewakili kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh)

hari sejak tanggal kematian.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat

Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian dan

menerbitkan Kutipan Akta Kematian.

31
32

(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan berdasarkan keterangan kematian dan pihak yang

berwenang.

(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena

hilang atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencatatan

oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya

penetapan pengadilan.

(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya,

Instansi Pelaksana melakukan pencatatan kematian berdasarkan

keterangan dari kepolisian.

f. Pencatatan Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak, dan Pengesahan

Anak

Pasal 47, terdiri dari :

(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan

pengadilan di tempat tinggal pemohon.

(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana

yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran paling lambat 30 (tiga

puluh) hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh

Penduduk.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat

Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta

Kelahiran dan Kutipan Akta Kelahiran.

32
33

g. Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya

Pasal 56, terdiri dari :

(1) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya dilakukan oleh Pejabat

Pencatatan Sipil atas permintaan Penduduk yang bersangkutan

setelah adanya penetapan pengadilan negeri yang lelah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya

salinan penetapan pengadilan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara

pencatatan Peristiwa Penting lainnya diatur dalam Peraturan

Presiden

33
34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang

bersifat deskriptif, yaitu menggunakan fenomena secara mendalam melalui

pengumpulan data.

Menurut Bodgan dan Biklen dalam Sugiyono (2016:9), secara umum

penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut :

a Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti

adalah instrumen kunci

b Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk

kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

c Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

outcome

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi atau tempat sangat penting dalam suatu penelitian

ilmiah, terutama untuk mengetahui wilayah diberlakukannya hasil penelitian

tersebut. Di samping itu, alasan lain yang mengharuskan peneliti membatasi

lokasi penelitian dan hal ini bersifat klasik yaitu kendala waktu, kemampuan

dan dana atau biaya, oleh karena itu, dalam penelitian ini penentuan atau

pengambilan lokasi secara sengaja yaitu di Kantor Kelurahan Penanae

Kecamatan Raba Kota Bima, dengan pertimbangan bahwa instansi kelurahan

ini telah melaksanakan pendataan data kependudukan dengan baik, disamping

34
35

pertimbangan biaya, tenaga dan kemapuan dalam melakuka penelitian.

Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan selama dua bulan dimulai dari bulan

Juni – Juli 2022.

C. Informan Penelitian

Informan Penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian dan

merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan di

teliti (Moleong 2015;163).

Menurut Sugiyono (2016:300), penentuan informasi yang sering

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah purposive sampling. Pada

penelitian ini penentuan informan yang dipilih secara purposive

samplingadalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu yang dimaksut adalah memilih

sumbar data atau orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang

diharapkan. Informan merupakan orang-orang yang berpotensi memberikan

informasi tentang bagaimana pengelolaan data administrasi kependudukan di

kelurahan penanae Adapun informan dalam penelitian ini yaitu :

a Nurhayati, S.Pt sebagai Lurah Penanae

b Mas’ud, S.Sos, selaku Sekertaris Lurah Penanae

c Muhammad said, S.Pd

d Dedi Suriadin

e Rahyuni SH

f Suhardi

35
36

D. Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Jenis Data

Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah

ketersediaan sumber data. Adapun jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data kualitatif. Data Kualitatif adalah data dari

penjelasan kata verbal tidak dapat dianalisis dalam bentuk bilangan atau

angka. Dalam penelitian ini, data kualitatif berupa gambaran mengenai

objek penelitian, Meliputi : Struktur organisasi kantor Lurah Penanae,

Keadaan Aparatur, dan sarana dan prasarana

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data yang

diperoleh. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data

yaitu :

1) Sumber data Primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

(atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber

data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Kelurahan, Sekretaris

Lurah, Kasi Pemerintahan, Staf, Ketua Karang Taruna, Ketua PKK dan

Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda dan Masyarakat.

2) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari arsip-arsip resmi pada

kantor Lurah Penanae kecamatan Raba Kota Bima yang dapat

36
37

mendukung kelengkapan data primer, seperti data kepegawaian dan data

sarana dan prasarana.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam kegiatan pengumpulan data untuk menunjang penulisan dan

pembahasan penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan

sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan, yaitu dilakukan untuk memperoleh data yang

menunjang penulisan melalui buku-buku, laporan dari Instansi, brosur dan

majalah serta dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan permasalahan

yang diteliti.

2. Penelitian lapangan, yaitu dilakukan dengan cara mengadakan penelitian

langsung ke lokasi atau obyek sebagai faktor-faktor yang diteliti dan data

yang diteliti dan data yang diperoleh ada kaitannya dengan permasalahan

yang diangkat . dan dalam penelitian lapangan ini, data dan informasi yang

diperoleh dengan cara sebagai berikut :

a) Observasi

Kaitan dengan alat pengumpul data yang berupa observasi,

Sanapiah Faisal (2011:75), mengemukakan bahwa observasi atau

pengamatan bisa dilakukan terhadap sesuatu benda, keadaan, kondisi,

kegiatan, proses, atau penampilan tingkah laku seseorang. Selanjutnya

menurut Endang dan Purwoastuti (2014:157), mengemukan bahwa

observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena

sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.

37
38

Menurut Suharsimi Arikunto (2011:46), bahwa penggunaan teknik

observasi vital, mengingat kuesioner dan wawancara tidak sepenuhnya

memuaskan. Ada jenis-jenis masalah tertentu yang tidak dapat dijangkau

oleh kedua alat pengumpul data tersebut. Ada kalanya penting untuk

melihat perilaku dalam keadaan (setting) alamiah, melihat dinamika,

melihat gambaran perilaku berdasarkan situasi yang ada.

b) Wawancara (Interview)

Menurut Endang dan Purwoastuti (2014:187), bahwa interview atau

wawancara itu adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua

orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada

suatu masalah tertentu (interview = berbincang-bincang, tanya jawab;

asal kata entrevue artinya perjumpaan sesuai dengan perjanjian

sebelumnya. Dari kata entre, inter; dan voir = videre = melihat. Inteview

atau tanya jawab lisan dengan maksud untuk dipublikasikan.

Hal demikian, maka wawancara (interview) dimaksudkan untuk

mendapatkan data yang relevan dengan jalan mewawancarai atau tanya

jawab dalam situasi berhadapan (face to face) dan mendapatkan jawaban

secara spontan yang didasarkan atas tujuan penelitian.

Dalam menggunakan teknik wawancara (interview) ini, penulis

lakukan terutama untuk mendukung data-data penelitian sejak awal

hingga akhir penelitian, terkhusus ditujukan kepada menjadi informan

key (informan kunci) adalah Kepala Kelurahan, Sekretaris Lurah, Kasi

Pemerintahan, Staf, Ketua Karang Taruna, Ketua PKK dan Tokoh

38
39

Masyarakat, Tokoh Pemuda dan Masyarakat dengan alat pengumpul data

yaitu pedoman wawancara, khususnya tentang data-data yang berkenaan

dengan kebutuhan penelitian. Di samping itu juga, dilakukan wawancara

(interview) bebas.

Kaitan dengan wawancara bebas ini, menurut Sutrisno Hadi

(2013:244), mengemukakan bahwa interview bebas terpimpin inilah yang

paling sering digunakan dalam penelitian-penelitian sosial. Wawancara

merupakan alat yang besar jasanya untuk studi intensif tentang sikap

sosial. Keluasan yang dikandung di dalamya akan memberikan

penyelidikan mengungkapkan segi-segi positif dan dibalik jawaban-

jawabannya yang diberikan oleh interviewer.

c) Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan alat pengumpulan data dengan

cara mengadakan pencatatan langsung melalui dokumen-dokumen, arsip,

laporan catatan harian, dan sebagainya. Menurut Imam Gunwan

(2013:76), bahwa teknik dokumentasi ini disebut metode rekonstruksi

historis.

Menurut Abdul Latief (2011:91), menjelaskan bahwa metode

rekonstruksi historis adalah metode untuk mengetahui peristiwa-

peristiwa yang telah lampau. Metode ini mengandalkan kepada bukti-

bukti dokumen sezaman, meskipun selalu tidak akan pernah lengkap,

maka dengan adanya dokumen-dokumen itu dapat dilakukan rekonstruksi

atas peristiwa yang telah berlangsung.

39
40

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan

data melalui pencatatan-pencatatan secara langsung, sistematis terhadap

dokumen-dokumen yang tersimpan pada Kantor Kelurahan Penanae

Kecamatan Raba Kota Bima.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Adapun penjelasan rinci mengenai langkah-langkah dalam pemeriksaan

keabsahan data penelitian ini sebagai berikut :

1. Kredibilitas

Untuk memeriksa kredibilitas dilakukan dalam sebuah kegiatan

sebagai berikut :

b) Memperpanjang masa observasi

Dari cara ini, peneliti berharap mempunyai cukup waktu untuk

betul-betul mengenal situasi lingkungan, untuk mengadakan hubungan

baik dengan bara informan. Dengan keadaan demikian, peneliti bisa

mengecek data yang diperoleh dari informan adalah data yang sudah

benar.

c) Melakukan peer debriefing

Hasil kajian didiskusikan dengan orang lain yang mempunyai

kajian pengetahuan tentang pokok penelitian dan metode penelitian yang

diterapkan. Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh

kritik, saran dan pertanyaan-pertanyaan yang tajam, serta menantang

tingkat kepercayaan akan kebenaran hasil penelitian.

40
41

d) Trianggulasi

Trianggulasi dilakukan dengan maksud untuk mengecek kebenaran

tertentu dan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber

lain pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan

dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan. Ada tiga cara

trianggulasi yaitu: dengan data, sumber data dan teknik pengumpulan

data. Contoh trianggulasi dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda yaitu: observasi, wawancara dan dokumen. Misalnya

observasi dapat dicek dengan menggunakan wawancara atau membaca

laporan. Prosedur trianggulasi ini sangat banyak memakan waktu, tetapi

disamping mempertinggi validitas juga memberi kedalaman hasil

penelitian.

e) Mengadakan member check

Pada akhir wawancara peneliti akan mengadakan member check

atau mengecek ulang secara garis besar berbagai hal yang telah

disampaikan oleh informan berdasarkan catatan lapangan, dengan

maksud agar informan yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan

laporan penelitian sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.

2. Keteralihan

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan

antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan keteralihan

tersebut maka peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan data kejadian

empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian, peneliti bertanggung

41
42

jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Keteralihan hasil

penelitian biasanya berkenaan dengan pertanyaan, hingga manakah hasil

penelitian ini dapat dipublikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi lain.

Dalam penelitian konvensional diusahakan tercapainya generalisasi yang

menunjukkan hingga manakah hasil penelitian ini berlaku bagi populasi

tertentu. Generalisasi menunjukkan validitas eksternal. Bagi penelitian

naturalistik keteralihan bergantung kepada si pemakai yakni hingga

manakah hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan

situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin “validitas eksternal”

ini, dimana keteralihan hanya dipandang sebagai suatu kemungkinan.

Dalam hal ini peneliti berusaha memberikan deskripsi yang terinci tentang

bagaimana hasil penelitian yang dapat dicapai. Apakah hasil penelitian

tersebut dapat diterapkan, akan diserahkan kepada pembaca atau pemakai.

Bila pemakai melihat ada dalam penelitian ini yang cocok bagi situasi yang

dihadapinya, makan dapat dimungkinkan adanya keteralihan, meskipun

dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang persis sama sehingga masih

perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing.

3. Ketergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability)

Kebergantungan menurut istilah konvensional disebut dengan

reliabilitas (reliability). Reliabilitas merupakan syarat bagi validitas. Hanya

dengan alat yang reliabel akan dapat diperoleh data yang valid. Alat utama

dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Dengan kata lain

bergantung pada keandalan peneliti. Keandalan ini dapat dioptimalkan bila

42
43

peneliti memerlukan kriteria kebergantungan dan kepastian. Dalam hal ini

cara yang dipakai adalah dengan audi trial/memeriksa dan melacak suatu

kebenaran, yaitu usaha yang lazim dilakukan oleh akuntan keuangan. Dalam

rangka penulisan tesis ini, auditrial dilakukan oleh pembimbing. Dalam hal

ini cara yang diperiksa antara lain, proses penelitian serta taraf kebenaran

data dan tafsirannya.

Untuk itu peneliti menyediakan bahan-bahan dalam penelitian ini,

sebagai berikut :

a) Data mentah seperti catatan lapangan sewaktu mengadakan observasi dan


wawancara, hasil rekaman (bila ada), dokumen dan lainnya
b) Hasil analisis data
c) Hasil sintesa data, seperti: tafsiran, kesimpulan, definisi, interelasi data,
tema, pola hubungan dengan literatur dan laporan akhir.
d) Catatan mengenai posisi yang digunakan, yakni: tentang metodologi,
desain, strategi, prosedur, rasional dan usaha-usaha agar penelitian dapat
dipercaya, (Nasution, 2011).

Sedangkan kriteria kepastian dari konsep obyektivitas menurut

penelitian non kualiatif, lebih menekankan pada orang, maka penelitian

kualitatif menghendaki agar penekanannya bukan pada orang, tetapi pada

data. Menurut Moleong (2014:186), bahwa pemeriksaan yang dilakukan

oleh auditor terdiri atas beberapa langkah berikut :

1) Auditor (pembimbing) perlu memastikan apakah penemuan penelitian itu


benar-benar berasal dari data penelitian
2) Auditor berusaha membuat keputusan, apakah logis kesimpulan itu dan
apakah benar-benar berasal dari data
3) Auditor melakukan penilaian terhadap derajat ketelitian penelitian,
apakah ada kemencengan
4) Auditor berupaya menelaah kegiatan peneliti dalam melaksanakan
pemeriksaan keabsahan data, apakah dilakukan secara memadai atau
tidak.

43
44

Bila hasil penelitian tersebut mampu memenuhi kriteria di atas, maka

dapat dikatakan bahwa hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan

kontribusi yang baik dan menjadi kebanggaan bagi keandalan peneliti.

G. Teknik Analisis Data

Tahap analisis data merupakan usaha untuk memecahkan suatu masalah

dan hipotesis dalam suatu penelitian. Agar tujuan dalam penelitian ini dapat

tercapai maka dilakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini adalah

analisis data dengan pendekatan kualitatif dengan mengacu pada Miles dan

Hubermen (2012:15), bahwa dengan menggunakan model interaktif melalui

tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi, sebagai berikut :

1. Reduksi data. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Sebenarnya

sebelum data benar-benar terkumpul antisipasi akan adanya reduksi data

sudah tampak pada waktu peneliti memutuskan kerangka konseptual

wilayah penelitian, permasalahan penelitian dan pendekatan pengumpulan

data dipilih. Selama pengumpulan data berlangsung terjadi terhadap reduksi

selanjutnya membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, menulis memo

dan sebagainya. Reduksi data/proses transformasi ini berlanjut terus sesudah

penelitian lapangan sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data

merupakan bagian dari analisis dimana pilihan-pilihan peneliti tentang

44
45

bagian data yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang

meringkas sejumlah bagian data yang dikode, cerita-cerita apa yang sedang

berkembang, semuanya itu merupakan pilihan-pilihan analisis. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan

cara sedemikian rupa sampai kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi.

2. Penyajian data merupakan alur penting yang kedua dari kegiatan analisis

data dari penyajian data, penyajian data dimaksudkan sebagai sekumpulan

informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan, maka dengan melihat penyajian

data kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

dilakukan, lebih lanjut menganalisa ataukah mengambil tindakan

berdasarkan atas pemahaman yang dipakai dari penyajian tersebut.

Penyajian data dalam penelitian dilakukan dengan cara menggunakan

berbagai jenis matrik grafik, jaringan (net work) dan bagan (chart) atau

bentuk teks naratif atau sekumpulan kalimat. Semuanya dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu

dan mudah diraih, dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang sedang

terjadi dan menarik kesimpulan yang tepat.

3. Menarik kesimpulan merupakan suatu bagian dari konfigurasi yang utuh

selama penelitian berlangsung. Sedang verifikasi merupakan kegiatan

pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran pada waktu menganalisis.

45
46

Selama peneliti mencatat suatu tinjauan ulang pada catatat-catatan lapangan

serta tukar pikiran diantara teman sejawat untuk mengembangkan

kesepakatan inter-subyektif atau juga upaya-upaya untuk menempatkan

salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Sejak awal

memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha

untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan yaitu

dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering

timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang

masih bersifat tentatif, akan tetapi dengan bertambahnya data melalui

verifikasi secara terus menerus, maka akan diperoleh kesimpulan yang

bersifat grounded, maka dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus

dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung yang melibatkan

interpretasi peneliti.

46
47

BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima

Kelurahan Penanae merupakan salah satu Kelurahan dari Kecamatan

Raba. Kelurahan Penanae merupakan salah satu kelurahan tertua di Kota

Bima. Penanae berasal dari kata “pena“ artinya lapangan, “nae“ artinya

besar jadi “Penanae“ artinya lapangan besar. Mengapa di beri nama

Penanae? Karena sebagian masyarakat bermukim di kaki/lereng doro toi

sebagian kecil saja yang tinggal didataran rendah. Penduduk yang tinggal di

kampung doro toi ini di sebut Dou Kampo Doro dan Dou Kalate.

Kelurahan Penanae awalnya dibentuk sebelum Kabupaten Bima

dimekarkan menjadi 2 Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 77 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kota Administratif

Bima, Kelurahan Penanae merupakan bagian dari wilayah Kecamatan

Rasanae Timur. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Pemerintah Kota Bima

terbentuk dengan Undang-Undang 12 Tahun 2002. Pada Tahun 2006

Kelurahan Penanae yang awalnya merupakan bagian dari wilayah

Kecamatan Rasanae Timur, berpindah menjadi bagian dari wilayah

Kecamatan Raba sampai dengan saat ini berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Bima Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Raba.

Kelurahan merupakan Perangkat Kecamatan berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

47
48

Daerah Kota Bima yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Nomor

62 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi

Serta Tata Kerja Kecamatan dan Peraturan Walikota Bima Nomor 65 Tahun

2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata

Kerja Kelurahan. Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada Camat. Lurah mempunyai tugas

membantu Camat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan,

perekonomian dan pembangunan dalam wilayah kelurahan.

2. Kondisi Keadaan Pegawai Kantor Lurah Penanae

a. Struktur Organisasi

Organisasi pemerintahan kelurahan adalah salah satu wadah yang

di dalamnya terdapat berbagai anggota kepemerintahan dengan berbagai

kewajiban dan wewenang pemerintah kelurahan untuk mewujudkan

kelurahan yang baik, sehingga truktur organisasi sangat penting dalam

pemerintahan kelurahan untuk terciptanya pemberdayaan masyarakat dan

pembangunan sarana dan prasarana di lingkungan Kelurahan Penanae

Kecamatan Raba Kota Bima.

Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kelurahan Penanae diatur

dalam Peraturan Walikota Nomor 65 Tahun 2015 tentang  Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Kelurahan, maka

adapun gambar struktur organisinya sebagai berikut :

48
49

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pemerintah Kelurahan Penanae


Kecamatan Raba Kota Bima

Kepala Kelurahan

Sekretaris Lurah

Kasi Pemberdayaan Kasi Pemerintahan Kasi Perekonomian Kasi Pembangunan

Staf Lurah

Sumber Data : Profil Kantor Kelurahan Penanae, Juli 2022.

b. Jumlah Pegawai

Keadaan pegawai adalah orang-orang yang berada di Kantor

Lurah Penanae berdasarkan jabatan, golongan, jenis kelamin dan jumlah

pegawai, sehingga keadaan pegawai yang bekerja di Kantor Kelurahan

Penanae sesuai dengan data yang diperoleh penulis dalam meninjau

keadaan pegawai menurut jenis kelamin dan golongan.

Untuk lebih jelasnya keadaan status pegawai tersebut akan

ditinjau dalam tabel berikut :

49
50

Tabel 4.1. Jumlah Seluruh Pegawai Menurut Jenis Kelamin dan


Golongan di Kantor Kelurahan Penanae Kota Bima.

Jenis
No Nama Jabatan Total
Kelamin
1 Nurhayati, S.Pt Kepala Kelurahan P 1
2 Mas’ud, S.Sos Sekretaris Kelurahan L 1
3 Muhammad Said, S.Pd Kasi Pemerintahan L 1
4 Siti Aisyah, SE Kasi Pembangunan P 1
5 Mery Selastiawan, SE Kasi Perekonomian P 1
6 Dedy Suriadin Staf L 1
7 Marlina Staf P 1
8 Rahayuni, SH Staf P 1
9 Muhammad Said S.Pd Staf L 1
10 Rosdiana Staf P 1
11 Atika Staf P 1
12 Nurrahmanita, SE Staf P 1
13 Juhardin Staf L 1
14 Abdul Wahab Staf L 1
15. Harun Staf L 1
16. Sumardi Staf L 1
17. Miratunnisa, A.Md Staf P 1
18. Muhammad Nirwan Arif Staf L 1
19. Jurryatun Toybah Staf P 1
20. Endi Firmansyah Staf L 1
Jumlah 20
Sumber Data : Profil Kantor Kelurahan Penanae, Juli 2022.

Dari tabel 4.1 di atas, bahwa jumlah seluruh pegawai menurut

jenis kelamin di Kantor Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima,

yaitu berdasarkan pegawai laki-laki berjumlah 9 orang dan pegawai

perempuan berjumlah 11 orang sehingga total keseluruhan jumlah

pegawai sebanyak 20 orang..

3. Keadaan Geografis

Secara administratif Kelurahan Penanae merupakan salah satu

kelurahan yang ada di Kecamatan Raba yang memiliki batas-batas wilayah,

sehingga dapat tertuang pada tabel 4. 2 sebagai berikut :

50
51

Tabel 4.2 : Batas Wilayah di Kelurahan Penanae Kecamatan Raba


Kota Bima.

Letak Kelurahan Keterangan


1 2 3
Sebelah Utara Rite Kelurahan

Sebelah Selatan Penaraga dan Rabadompu Barat Kelurahan

Sebelah Barat Kelurahan Penato’i Kelurahan

Sebelah Timur Kendo Kelurahan

Sumber Data : Profil Kantor Kelurahan Penanae, Juli 2022.

4. Keadaan Topografi

Secara umum keadaan topografi wilayah Kelurahan Penanae

Kecamatan Raba termasuk dataran rendah 70 Kelurahan Penanae

Kecamatan Raba memiliki iklim tropis (kelas E) yang selama ini hanya

dipengaruhi oleh 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Luas wilayah Kelurahan Kelurahan Penanae Kecamatan Raba terdiri

dari untuk Pemukiman seluas 110,27 hektar, persawahan seluas 81 ha,

ladang seluas 250 hektar serta lain-lain seluas 101 hektar. Jadi luas

Kelurahan Penanae Kecamatan Raba secara keseluruhan sebanyak 550,27

Ha hektar. Mengenai hal itu untuk lebih jelasnya dapat disimak pada tabel

4.3 berikut ini :

51
52

Tabel 4.3. : Luas wilayah Kelurahan Penanae Kecamatan Raba.

No. Penggunaan Jumlah (Ha)


1. Pemukiman 110,27
2. Ladang 250,00
3. Persawahan 81,00
6. Lain-Lain 101,00
Total 550,27
Sumber Data : Profil Kantor Kelurahan Penanae, Juli 2022.

Dari data tabel 4.3 tersebut di atas, menunjukan bahwa penggunaan

tanah di Kelurahan Penanae Kecamatan Raba sebagian besar pada

penggunaan tanah ladang, pemukiman, persawahan, lain-lain.

5. Keadaan Demografi

Kelurahan Penanae Kecamatan Raba secara keseluruhan

berpenduduk 3.762 Jiwa jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak

1.132 KK. Jumlah penduduk Kelurahan Penanae Kecamatan Raba, dengan

klasifikasi jenis kelamin yaitu jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.885

Jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.877 jiwa.

Untuk lebih jelasnya kondisi demografis Kelurahan Penanae

Kecamatan Raba, terinci melalui tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan


Penanae Kecamatan Raba.

No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase %

1. Laki – Laki 1.885 50,11

2. Perempuan 1.877 49,89

Total 3.762 100,00

Sumber Data : Profil Kantor Kelurahan Penanae, Juli 2022.

52
53

Berdasarkan penjelasan tabel 4.4 di atas, bahwa di Kelurahan

Penanae Kecamatan Raba Kota Bima secara keseluruhan berpenduduk

3.762 jiwa atau 100,00% dengan klasifikasi jenis kelamin yaitu jumlah

penduduk laki-laki 1.885 jiwa atau 50,11% dan penduduk perempuan

sebanyak 1.877 jiwa atau 49,89%.

6. Penggolongan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk menentukan kualitas

masyarakat dan kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa

yang dimana di dalamnya memiliki sumber daya manusia yang handal dan

siap pakai. Prosesnya harus melalui pendidikan dasar, menengah, dan tinggi

serta melalui pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat

guna meningkatkan kecerdasan masyarakat khususnya yang berada di

wilayah Kelurahan Penanae Kecamatan RabaKota Bima, untuk lebih

jelasnya akan dapat terlihat pada tabel 4.5, sebagai berikut ini :

Tabel 4.5. : Penggolongan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di


Kelurahan Penanae Kecamatan Raba.

No. Jenis Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1. Tamat TK 97 10,05
2. Tamat SD 83 8,60
3. Tamat SLTP 61 6,32
4. Tamat SLTA 350 36,27
5. Akademi/D1-D3 18 1,86
6. Sarjana (S1) 351 36,37
7. Magister 5 0,52
Jumlah 965 100,00

Sumber Data : Profil Kantor Kelurahan Penanae, Juli 2022.

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut di atas, bahwa penggolongan

penduduk menurut jenis pendidikan ini yang paling banyak adalah

53
54

berdasarkan tingkat pendidikan Tamat Sarjana (S1) sebesar 351 orang atau

36,37%, Tamatan SLTA sebesar 350 orang atau 36,27%, Tamat TK

sebanyak 97 orang atau 10,05%, Tamat SD sebesar 83 orang atau 8,60%,

dan yang paling sedikit Tamat Magister (S2) sebanyak 5 orang atau 0,52%.

7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

Keadaan penduduk di Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota

Bima, kalau diukur atau ditentukan berdasarkan jenis mata pencaharian

bervariasi atau beraneka macam pekerjaan dan mengenai keadaan penduduk

ini dapat dijelaskan menurut tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. : Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di


Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima, Tahun
2022.

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Porsentase

1. Petani 357 13,53


2. Pegawai Negeri Sipil/Guru 97 3,68
3. Peternak 53 2,00
4. Karyawan Swasta 102 3,87
5. Buruh Tani 103 3,90
6. TNI / POLRI 6 0,23
7. Jasa 79 2,99
8. Pensiunan PNS/TNI/Polri 57 2,161
9. Pedagang 165 6,25
10. Pengrajin 105 3,98
11. Lainnya 2.201 83,43
12. Tidak bekerja/penganggur 437 16,57
Jumlah 2.638 100,00

Sumber Data : Profil Kantor Kelurahan Penanae, Juli 2022.

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut di atas, menunjukkan bahwa keadaan

penduduk Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima Tahun 2021,

bila dilihat dari jenis mata pencaharian bahwa jenis mata pencaharian

54
55

terbesar adalah lainnya sebanyak 2.201 orang (83,43%), Tidak

bekerja/penganggur sebanyak 437 orang (16,57%), Petani sebanyak 357

orang (13,53%), dan yang paling sedikit adalah TNI / POLRI sebanyak 6

orang (0,23%).

8. Sarana dan Prasarana

a. Keadaan Sarana dan Prasarana di Lingkungan Kelurahan Penanae

Untuk mengetahui keadaan sarana dan prasarana yang selalu

beroperasi di lingkungan Kelurahan Penanae berdasarkan aktifitas sehari-

hari, maka akan tergambar dengan jelas sebagaimana tertuang pada tabel

4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 : Keadaan Sarana dan Prasarana di Lingkungan


Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima.

No. Uraian Keterangan


1. Koperasi Kelurahan Tidak Ada
2. LPM Ada
3. Karang Taruna Ada
4. Gedung Sekolah PAUD Ada
5. TK Ada
6. SDN Ada
7. PUSTU Ada
8. PKK Ada
9. Masjid/Mushola Ada
10 Puskesmas Pembantu Ada
11 Posyandu dan Polindes Ada
12 Perpustakaan Desa Ada
13. Olahraga Ada
14. Kesenian/budaya Ada
15. Balai pertemuan Ada

Sumber Data : Profil Kantor Kelurahan Penanae, Juli 2022.

55
56

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, maka keadaan sarana dan prasarana

di lingkungan Kelurahan Penanae menunjukan adanya organisasi LPM,

Karang Taruna, PKK, kemudian adanya TK, SDN, Pustu, Mushola dan

dan lain-lain.

b. Sarana dan Parasarana Pada Kantor Kelurahan Penanae

Adapun keadaan sarana dan prasarana pada Kantor Kelurahan

Penanae Kecamatan Raba Bima terinci sebagai berikut : ruangan lurah,

rungan sekretaris, ruangan kepala seksi masing-masing 1 buah, ruangan

aula, ruangan toilet, dan ruangan dapur, sehingga dapat dijelaskan pada

tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8 : Keadaan Sarana dan Prasarana Kantor Kelurahan


Penanae Kecamatan Raba Kota Bima.

No Nama Barang Jumlah Barang Asal Barang


1 Komputer 1 Unit APBD
2 Printer 1 Unit APBD
3 Laptop 1 Unit APBD
4 Piala 5 Buah APBD
5 Warles 1 Unit APBD
6 Meja 20 Buah APBD
7 Kursi 350 Buah APBD
8 Motor Dinas 1 Unit APBD
9 Motor Pengangkut Sampah 1 Unit APBD
10 Televisi 1 Unit APBD
11 Lemari 2 Buah APBD
12 Dispenser/Galon 1 Buah APBD
13 Kipas Angin 1 Buah APBD
TOTAL 386
Sumber Data : Profil Kantor Kelurahan Penanae, Juli 2022.
Berdasarkan data tabel 4.8 di atas, menunjukan bahwa sarana dan

prasarana Kantor Lurah Penanae Kecamatan Raba Kota Bima sudah

cukup memadai yang bersumber dari APBD pada Pemerintahan Kota

56
57

Bima, ditandai dengan jumlah komputer sebanyak 1 unit, printer 1 unit,

laptop 1 unit, piala 5 buah, warles 1 unit, meja 20 buah, kursi 350 buah,

motor dinas 1 unit, motor pengangkut sampah 1 unit, televisi 1 unit,

lemari 2 buah, dispenser/galon 1 buah dan kipas angin 1 buah, sehingga

total keseluruhan sarana dan prasarana pada Kantor Kelurahan Penanae

sebanyak 386 perlengkapan dan peralatan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melihat gambaran secara obyektif dari responden penelitian,

maka selanjutnya akan dijelaskan analisis atas data yang diperoleh

berdasarkan tanggapan responden yang berkaitan dengan variabel penelitian.

Dalam kaitan ini akan dilakukan analisis univariat (analisis satu variabel) dari

masing-masing variabel penelitian. Analisis univariat ini ditujukan untuk

melihat kecenderungan tengah yang nampak secara objektif dari tanggapan

informan atas pertanyaan dari pedoman wawancara yang disebarkan kepada

mereka. Berikut ini akan dijelaskan Efektivitas Pengelolaan Data

Administrasi Kependudukan di Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota

Bima, sesuai dengan rumusan masalah dan fokus penelitian pada Bab I, yaitu

sebagai berikut :

1. Efektivitas dalam melakukan sosialisasi terkait dengan pencatatan

data dokumen kependudukan

Administrasi Kependudukan merupakan rangkaian kegiatan

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data

kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

57
58

pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan

hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan

atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan penduduk rentan

Administrasi Kependudukan serta penerbitan dokumen kependudukan

berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.

Terkait dengan ini, maka pihak Kelurahan khususnya Lurah,

Sekretaris lurah dan Kasi Pemerintah Kelurahan Penanae harus memulai

sosialisasi terkait dengan pencatatan data dokumen kependudukan, guna

mendapatkan informasi yang tepat dan valid mengenai informasi tentang

data kependudukan di Kelurahan Penanae . Hal ini sesuai dengan yang di

ungkapkan oleh Ibu Nurhayati, S.Pt selaku Lurah Penanae, beliau

mengatakan bahwa :

“Sosialisasi terkait dengan pencatatan data administrasi


kependudukan di kelurahan penanae ini sering kami lakukan
terutama seperti saya setiap menghadiri undangan pernikahan
warga saya menyampaikan langsung kepada pengantin agar setelah
menikah segera mmembuat kartu keluarga baru dan seperti yang
sekarang sedang kami lakukan, melakukan sensus profil kelurahan
kami membentuk panitia untuk turun ke setiap rumah-rumah warga
mereka menjelaskan pendataan ini guna untuk mendapatkan data
yang falid seperti contohnya jika ada masyarakat kurang mampu
akan mendapatkan bantuan seperti bantuan BLT ataupun yang
lainnya ,kegiatan ini juga bekerjasama dengan pemerintah kota dan
ini juga merupakan program dari pemerintah kota. (Hasil
wawancara, tanggal, 26 Juli 2022).
Berdasarkan hasil wawancara kedua informan di atas, maka 1.

Efektivitas dalam melakukan sosialisasi terkait dengan pencatatan data

dokumen kependudukan sudah dilaksanakan dengan baik dan berjalan

dengan lancar. Dan bagaimanapun juga Pencatatan Data administrasi

58
59

kependudukan yang dilakukan oleh petugas atau pegawai Kelurahan

Penanae Kecamatan Raba Kota Bima wajib hukumnya dalam rangka tertib

administrasi, dimana pencatatan tersebut dimaksudkan untuk menentukan

identitas penduduk secara benar dan tepat, sehingga penduduk tersebut

didaftar untuk mendapatkan Nomor Induk Kependudukan. Pendataan

Penduduk diharuskan untuk menentukan dan memantau perkembangan

keadaan penduduk di Kelurahan Penanae. Sosialisasi mengenai waktu

dimulainya pendataan Penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif

bagi Penduduk. Pelaksanaan Pendaftaran Penduduk didasarkan pada asas

domisili atau tempat tinggal alas terjadinya Peristiwa Kependudukan yang

dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya. Pencatatan Sipil pada

dasarnya juga menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan

Pencatatan Sipil didasarkan pada asas Peristiwa, yaitu tempat dan waktu

terjadinya Peristiwa Penting yang dialami oleh dirinya dan/atau

keluarganya.

2. Efektivitas dalam mengidentifikasi kelengkapan dokumen persyaratan

Efektivitas dalam mengidentifikasi kelengkapan dokumen

persyaratan oleh Petugas Kantor Kelurahan Penanae, sebagai bagian untuk

mengukur kelengkapan dokumen yang telah didapatkan pada proses

pendaftaran maupun pendataan penduduk.

Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat

diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara.

Dari sisi kepentingan Penduduk, Administrasi Kependudukan memberikan

59
60

pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik serta

perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen Kependudukan, tanpa

adanya perlakuan yang diskriminatif. Administrasi Kependudukan

diarahkan untuk: pertama, memenuhi hak asasi setiap orang di bidang

Administrasi Kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik

yang profesional; kedua, meningkatkan kesadaran Penduduk akan

kewajibannya untuk berperan serta dalam pelaksanaan Administrasi

Kependudukan; ketiga, memenuhi data statistik secara nasional mengenai

Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting; keempat, mendukung

perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional,

regional, serta lokal; dan kelima, mendukung pembangunan sistem

Administrasi Kependudukan.

Efektivitas dalam mengidentifikasi kelengkapan dokumen

persyaratan oleh Petugas Kantor Kelurahan Penanae telah dilaksanakan

dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Ibu

Idaman Kepala Seksi Pemerintahan Kantor Lurah Penanae, terkait dengan

mengidentifikasi kelengkapan dokumen persyaratan oleh Petugas Kantor

Kelurahan Penanae, dengan petikan wawancara sebagai berikut :

Kegiatan mengidentifikasi kelengkapan dokumen persyaratan oleh


Petugas Kantor Kelurahan Penanae ’’di sini kita akan membahas
dalam bentuk pelayanan dulu ya: bila masyarakan datang mengurus
keterangan tidak mampu, surat pindah, terus pengurusan akte
kelahiran, surat kematian, dan sebagainya di situ kita akan
klasifikasikan, kalau masalah ekonomi masuk di administrasi
ekonomi, kalau masalah pemerintahan masuk di pemerintahan,
masalah pembangunan masuk di pembangunan. Sehingga jenis
pelayanan apa yang di butuhkan oleh masyarakat atau data apa
yang dibutuhkan oleh dinas-dinas terkait. Dan memudahkan kami

60
61

untuk melakukan pelayanan yang terbaik. (Hasil wawancara,


tanggal, 26 Juli 2022).
Berdasarkan pendapat informan tersebut menunjukkan bahwa efektivitas

dalam mengidentifikasi kelengkapan dokumen persyaratan yang dilakukan

oleh petugas Kantor Lurah Penanae Kota Bima telah dilaksanakan dengan

baik, dimana kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menjalankan

penyelenggaraan administrai kependudukan, maka peristiwa penting

kependudukan yang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan,

perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak dan lain-lain yang harus di

catat ke dalam pencatatan sipil harus ditata dengan sebaik-baiknya dalam

bentuk pelayanan publik kepada masyarakat. Kelahiran dan kematian

merupakan peristiwa penting kependudukan yang harus di lakukan

pendataan dan menjadi bagian penting dalam administrasi demi

terselenggaranya administrasi kependudukan yang baik.

3. Efektivitas dalam melakukan analisis terhadap kelengkapan

dokumen kependudukan yang ada

Pencatatan Sipil merupakan hak dari setiap warga negara dalam arti

hak memperoleh akta autentik dari pejabat negara. Masih jarang penduduk

menyadari betapa pentingnya sebuah akta bagi dirinya dalam menopang

perjalanannya dalam "mencari kehidupan". Betapa tidak ! Anak lahir tanpa

akta kelahiran, ia akan memperoleh kesulitan pada saat ia memasuki

pendidikan. Demikian pula dalam masalah perkawinan, kematian, dan

status anak. Banyak manfaat yang membawa akibat hukum bagi diri

seseorang. Sebuah akta perkawinan yang diterbitkan oleh pejabat Kantor

61
62

Catatan Sipil, memiliki arti yang sangat besar di kemudian hari, manakala

terjadi sesuatu. Misalnya untuk kepentingan menentukan ahli waris,

menentukan dan memastikan bahwa mereka adalah muhrimnya, atau dapat

memberi arah ke pengadilan mana ia mengajukan cerai dan lain-lain yang

tanpa disadari akta-akta tersebut sangat penting artinya bagi kehidupan

seseorang.

Efektivitas dalam melakukan analisis terhadap

kelengkapan dokumen kependudukan yang ada sudah dilaksanakan

dengan seefektif mungkin dan berjalan dengan lancar. Hal berdasarkan

hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Said, S.Pd selaku kasi

pemerintahan Kelurahan Penanae, dengan petikan wawancara sebagai

berikut :

Efektivitas dalam melakukan analisis terhadap


kelengkapan dokumen kependudukan yang ada sudah tepat, karena
untuk menghindari kesalahan pencatatan. Pencatatan dokumen
penduduk yang tepat akan menghasilkan pencatatan yang tetap,
dan bukti identitas dan keberadaan seseorang. Oleh karena itu,
petugas harus benar-benar melakukan analisis terhadap
kelengkapan yang dimiliki oleh penduduk tersebut. Contohnya
seperti apabila ada pengurusan masalah pernikahan, disitu kita
arahkan dulu mereka ke KUA kec Raba di situ mereka akan
mendapatkan pengantar nikah yang harus ditandatangai di dalam
blangko itu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon
pengantin yang di keluarkan oleh KUA, di situ kita menganalisa
dan membantu apakah persyaratan itu sudah lengkap ataupun
belum. (Hasil wawancara, 25 Juli 2022).
Hal senada sebagaimana wawancara peneliti dengan ibu Rahyuni,

SH selaku staf kantor Kelurahan Penanae terkait efektivitas dalam

melakukan analisis terhadap kelengkapan dokumen kependudukan

yang ada, menyatakan :

62
63

Efektivitas dalam melakukan analisis terhadap kelengkapan


dokumen kependudukan yang ada yang dilakukan oleh petugas
Lurah Penanae sudah efektif dan tepat dilakukan dalam rangka
untuk memperoleh informasi dan kejelasan terhadap persyaratan
dokumen yang tersedia dan sudah ada. (Hasil wawancara, 25 Juli
2022).
Berdasarkan hasil wawancara kedua orang informan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa efektivitas dalam melakukan analisis

terhadap kelengkapan dokumen kependudukan yang ada dalam

mendukung proses pencatatan administrasi kependudukan sudah tepat

dan efektif dilakukan. dimana pencatatan tersebut merupakan hal yang

sangat penting bagi orang yang bersangkutan maupun bagi Negara,

karena adanya pencatatan yang teratur maka berbagai persoalan dapat

diselesaikan, misalnya dapat diketahui pertambahan penduduk, hal ini

akan membantu pemerintah dalam menetapkan kebijaksanaan yang

berhubungan dengan masalah kependudukan.

4. Melakukan pencatatan dokumen kependudukan

Pencatatan dokumen kependudukan merupakan salah satu urusan

wajib pemerintahan daerah yang harus dilaksanakan oleh pemerintah

kelurahan sebagai ujung tombak pemerinthan daerah yang lebih dekat

dengan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan administrasi

kependudukan yang terdiri dari pendaftaran penduduk dan pelayanan

pencatatan sipil merupakan sub bagian dari pelayanan publik yang harus

dilaksanakan dengan baik kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-

undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

dijelaskan bahwa pelaksana administrasi kependudukan pada level

63
64

pemerintah terbawah adalah tingkat desa/kelurahan yang memberikan

pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas

pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting. Dalam

menjalankan penyelenggaraan administrai kependudukan, maka

peristiwa penting kependudukan yang meliputi kelahiran, kematian, lahir

mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak dan

lain-lain yang harus di catat ke dalam pencatatan sipil harus ditata dengan

sebaik-baiknya dalam bentuk pelayanan publik kepada masyarakat.

Kelahiran dan kematian merupakan peristiwa penting kependudukan

yang harus di lakukan pendataan dan menjadi bagian penting dalam

administrasi demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang

baik.

Petugas Kelurahan Penanae melakukan pencatatan dokumen

kependudukan pada dasarnya sudah dilaksanakan dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Nurhayati, S.Pt

Selaku Lurah Penanae, terkait dengan Pencatatan dokumen

kependudukan, dengan petikan wawancara sebagai berikut :

Kebetulan pada saat sekarang kita sedang melakukan pendataan


profil kelurahan mencakup masalah penduduk, masalah jumlah
aset warga, kepemilikan akte kelahiran, di situ ada banyak item
yang di tanyakan dan melibatkan ada 7 anggota yang turun
melakukan pencatatan. Tujuannya untuk mendapatkan data atau
dokumen yang falid. (Hasil wawancara, 23 Juli 2022).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Dedy Suriadin

salah seorang staf Kantor Lurah Penanae, dengan petikan wawancara

sebagai berikut :

64
65

Petugas Lurah Penanae melakukan pencatatan dokumen


kependudukan terhadap setiap masyarakat yang datang meminta
pelayanan dibuatkan surat keteranga untuk pendaftaran terbitnya
dokumen kependudukan pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Bima, serta membawa surat pengantar dari
RT/RW dan mengisi serta menyerahkan berkas persyaratan
penduduk pelapor ke petugas registrasi di desa/kelurahan
meliputi : a.Surat Kematian (visum) dari dokter/petugas
kesehatan, b. KTP dan Kartu Keluarga (KK) yang bersangkutan
dan c. Akta Kelahiran yang meninggal (bagi yang
memiliki).    Lurah menerbitkan Surat Keterangan dokumen
kependudukan untuk dipergunakan seperlunya dan selanjutnya
petugas pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mencatat
dalam Register surat keterangan dan menerbitkan surat atau akte
pencatatan kependudukan. (Hasil wawancara, tanggal, 25 Juli
2022).

Berdasarkan pendapat kedua orang informan tersebut

menunjukkan bahwa Pencatatan kematian yang dilakukan oleh petugas

atau pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bima belum

dilaksanakan dengan baik atau efektif, dimana pencatatan tersebut

belum dipahami sepenuhnya oleh warga masyarakat yang akan

mengurus dokumen kematian, karena minimnya informasi yang

disampaikan oleh petugas atau aparat dari Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Bima.

5. Efektivitas dalam penerbitan data kependudukan

Efektivitas dalam penerbitan data kependudukan dalam rangka

untuk tercapainya tertib administrasi kependudukan, karena dengan

adanya NIK maka permasalahan seperti KTP ganda tidak akan terjadi,

tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam layanan publik (short time

response), sehingga masyarakat tidak perlu repot harus bolak-balik

65
66

untuk mengurus kepentingan mereka, tercapainya Good Coorporate

Governance dalam public services di Dinas Kependudukan, dimana

biasanya masyarakat selalu beranggapan membuat KTP/KK itu susah

karena harus bolak-balik dan ada biaya yang mahal, dan untuk

menyediakan data individu penduduk (mikro) dan data agregat (makro)

penduduk.

Efektivitas dalam penerbitan data kependudukan yang dihasilkan

oleh petugas Kantor Lurah Penanae pada prinsipnya sudah

dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan Bapak Mas’ud, S.Sos, Sekretaris Lurah Penanae, dengan

petikan wawancara sebagai berikut :

Efektivitas dalam penerbitan data kependudukan kita cuman


memberikan pengantar saja, artinya apabila ada warga yang ingin
pindah domisili kita buatkan pengantar pindah kalau ada warga
yang ingin membuat KTP kita langsung arahan ke DUCAPIL
dengan membawa foto copy KK, sementara dalam pembuatan
KK ada syarat-syarat yang dipenuhi oleh warga dan harus ita
bantu di sini, ini ada blango penerbitan KK baru, kemudian harus
regalisir buku nikah kemudian KK asli orangtuanya baik laki-laki
maupun perempuan kemudian KTP. Dala hal ini kita melaukan
atau membantu sebaik mungkin dalam membantu penerbitan data
kependudukan ini.

(Hasil wawancara, tanggal, 23 Juli 2022).

Berdasarkan pendapat informan tersebut menunjukkan bahwa

efektivitas penerbitan data penduduk yang dihasilkan oleh Petugas

Kantor Lurah Penanae sudah sepenunnya berjalan dengan baik.

66
67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab pembahasan hasil penelitian diatas,

yang berhubungan dengan efektivitas pengelolaan data administrasi

kependudukan di Kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut : pertama; efektivitas dalam melakukan

sosialisasi terkait dengan pencatatan data dokumen kependudukan sudah

dilaksanakan dengan baik, kedua; efektivitas dalam mengidentifikasi

kelengkapan dokumen persyaratan sudah dilaksanakan dengan baik dimana

pihak petugas Kantor Lurah Penanae selalu mengecek setiap persyaratan

untuk melengkapi dokumen kependudukan, ketiga; efektivitas dalam

melakukan analisis terhadap kelengkapan dokumen kependudukan yang ada

sudah dilaksanakan dengan lancar, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki

oleh Petugas Lurah dalam menganalisis setiap persyaratan pembuatan surat

kependudukan. Keempat; Melakukan pencatatan dokumen kependudukan

sudah dilaksanakan dengan baik, dan kelima; Efektivitas dalam penerbitan

data kependudukan dimana setiap petugas setelah menyelesaikan semua

tahapan dalam proses keluarnya surat permohonan dalam penerbitan data

kependudukan harus dilengkapi kemudian surat tersebut akan diajukan ke

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bima untuk diterbitkan

dokumen kependudukan bagi warga masyarakat.

67
68

B. Saran-Saran

1. Diharapkan kepada Lurah Penanae Kecamatan Raba Kota Bima untuk

secara intensif mengajak masyarakat untuk melakukan pendaftaran

penduduk untuk memperoleh nomor induk kependudukan, sehingga para

penduduk memiliki identitas diri.

2. Diharapkan kepada Lurah Penanae Kecamatan Raba Kota untuk secara

intensif mengeluarkan surat maupun pengumuman untuk memberitahukan

kepada RT/RW dan disampaikan kepada masyarakat mengenai

pelaksanaan pencatatan sipil kependudukan, sehingga masyarakat dapat

mengetahui tahapan dalam pengelolaan data kependudukan terutama yang

berkenaan dengan pencatatan perkawinan, perceraiann maupun

pengangkatan, pengakuan dan pengesahan anak yang masih kabur oleh

masyarakat.

68
69

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Bappenas, 2006, Kebijakan Kependudukan dan Keluarga Berencana, Jakarta


Bungin, 2001, Metode Penelitian Sosial, Rineka Cipta Jakarta
Depdagri, 2010, Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, PT.Bumi Aksara,
Jakarta
Dimianus Ding, “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan”. Jurnal Ilmu Pemerintah, Vol. 02 No. 02
(Februari 2014), h. 8-10.
Dwiyanto, Agus, Dkk., 2002, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Pusat
Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Yogyakarta.
Faisal, Sanapiah, 1995, Format-format Penelitian Sosial : Dasar-dasar dan
Aplikasi, Rajawali Pers, Jakarta.
Furqon, 1999, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung

Gunarya, Arlina, 1985, Wawasan Dasar Metodologi Penelitian, Pascasarjana


Unhas, Ujung Pandang.

Hadi, Soetrisno.,1990; Metode Penelitian Research, Yayasan Penerbit Fakultas


Psikologi UGM, Yogyakarta

Iga Rosalina, “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri


Perkotaan Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren Kec
Karangrejo Kabupaten Madetaan”. Jurnal Efektivitas Pemberdayaan
Masyarakat, Vol. 01 No 01 (Februari 2012), h. 3.

Nazir, Moh., 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Papayungan, M.M., Dkk., 1982, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Teori dan
Praktek), Pusat Studi Unhas, Ujung Pandang.

Richard M. Steers, 1999; Efektivitas Organisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


h.53.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survei, LP3ES,
Jakarta.

Sugiyono, 1997, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

69
70

Surachmad, Winarno, 1966, Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode


Teknik, Tarsito, Bandung.

Taliziduhu, Ndraha, 1997, Budaya Organisasi, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

-----------------------, 1999, Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya


Manusia, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Vredenbregt, J., 1983, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Gramedia,


Jakarta.

Zauhar, Soesilo, 1996, Reformasi Administrasi : Konsep, Dimensi dan Strategi,


Jakarta : Bumi Aksara.

DOKUMEN-DOKUMEN

Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Peraturan Presiden (Perpres) No. 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata
Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pedoman


Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga Dalam membantu meningkatkan dan
mewujudkan Tertib administrasi kependudukan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2012


Tentang Pedoman pendokumentasian Hasil Pendaftaran Penduduk Dan
Pencatatan Sipil di Daerah

Peraturan Daerah No: 04 Tahun 2006 tentang retribusi biaya cetak pembuatan
Kartu Tanda Penduduk dan akta catatan sipil.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan


(Adminduk).

70
71

LAMPIRAN

71
72

PEDOMAN WAWANCARA

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DATA ADMINISTRASI


KEPENDUDUKAN DI KELURAHAN PENANAE
KECAMATAN RABA KOTA BIMA

Pengantar Penelitian

Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada Bapak/Ibu/Saudara


(i) sudi kiranya berkenan meluangkan waktu untuk mengisi daftar pertanyaan
berikut ini sesuai dengan pemahaman, pengalaman, dan pengamatannya tentang
efektivitas pengelolaan data administrasi kependudukan di Kelurahan Penanae
Kecamatan Raba Kota Bima.
Dengan segala perkenannya mengisi daftar pertanyaan ini, peneliti
mengkhaturkan terima kasih. Segala budi baik Bapak/Ibu/Saudara (i), tiada daya
peneliti membalasnya, semoga Allah SWT menilai budi baik Bapak/Ibu/Saudara
(i) sebagai suatu ibadah. Dan segala kerahasiaan, maka identitas
Bapak/Ibu/Saudara (i) kami akan rahasiakan.
Petunjuk Pengisiaan
Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan mengisi bagian titik-titik yang tersedia.
Identitas Responden
1. Nama :………………………

2. Umur : ………… tahun.

3. Status :…………….……………………..

4. Jenis kelamin : .................................

5. Jenis pendidikan : ............................

72
73

Pertanyaan-pertanyaan

1. Menurut Bapak/Ibu/Sdr efektivitas dalam melakukan sosialisasi terkait dengan


pencatatan data dokumen kependudukan Pada Kantor kelurahan Penanae
Kecamatan Raba Kota Bima?

2. Menurut Bapak/Ibu/Sdr efektivitas dalam mengidentifikasi kelengkapan


dokumen persyaratan Pada Kantor kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota
Bima?

3. Menurut Bapak/Ibu/Sdr(i) mengenai efektivitas dalam melakukan analisis


terhadap kelengkapan dokumen kependudukan Pada kelurahan Penanae
Kecamatan Raba Kota Bima?

4. Menurut Bapak/Ibu/Sdr(i) mengenai pencatatan dokumen kependudukan Pada


Kantor kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima?

5. Menurut Bapak/Ibu/Sdr(i) mengenai Efektivitas dalam penerbitan data


kependudukan Pada kelurahan Penanae Kecamatan Raba Kota Bima?

73

Anda mungkin juga menyukai