OLEH :
NI PUTU YUNDARI MELATI
1207105010
Judul
Nama
NIM
: 1207105010
Program Studi
: Ilmu Peternakan
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Pembantu Dekan I Fakultas Peternakan
Universitas Udayana
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Mahasiswa (PKM) ini sesuai
dengan harapan dapat selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian laporan PKM ini, penulis banyak mengalami
kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya referensi buku ilmu pengetahuan
yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya laporan PKM ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu,
sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing I dan II Praktek Kerja Mahasiswa (PKM) yaitu I
Wayan Suberata, S.Si., M.Si dan Ir. Sri Anggreni Lindawati, M. Si. yang
sudah membimbing penulis sehingga bisa menyelesaikan laporan ini.
2. P4S Mupu Amerta dan PT. Primarasa Pangan yang sudah memberikan ijin
sebagai lokasi PKM kepada penulis untuk mengembangkan dan praktek
secara langsung berdasar teori yang diperoleh di kampus.
3. Teman teman lain yang sudah memberikan masukan kepada penulis.
Serta semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang ikut
berpartisipasi dalam penulisan laporan PKM ini, penulis ucapkan terimakasih.
Laporan PKM ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan laporan
PKM ini. Akhir kata, penulis mengharapkan laporan PKM ini dapat berguna bagi
banyak pihak dan dapat membantu banyak pihak dalam menambah wawasan
mengenai kegiatan pembelajaran dilapangan dan mampu meningkatkan motivasi
dalam membuka usaha seperti layaknya usaha peternakan di lokasi PKM.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam usaha menumbuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi lebih
baik dan siap bersaing di dunia globalisasi merupakan peranan perguruan tinggi
sebagai suatu institusi pendidikan. Metode pengajaran di dalam kelas dengan
memberikan fasilitas-fasilitas kampus yang mendukung terciptanya dunia
akademis yang efektif dan efisien. Persentase pemberian teori yang lebih banyak
tanpa adanya praktek langsung dapat mengurangi kualitas SDM yang ada di
perguruan tinggi. Untuk itu, diperlukan suatu upaya sehingga proses belajar
mengajar menjadi lebih efektif. Salah satunya diadakannya mata kuliah wajib
PKM (Praktek Kerja Mahasiswa).
Kegiatan Praktek Kerja Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu kegiatan
yang wajib diambil oleh mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Udayana
karena termasuk dalam salah satu mata kuliah wajib. Kegiatan PKM ini penting
dilaksanakan sebagai suatu upaya untuk melengkapi kompetensi mahasiswa
khususnya dalam aspek kemandirian, kemamampuan menganalisa permasalahan
bidang peternakan dan pensolusiannya, kemampuan komunikasi dan memiliki
jejaring (networking) yang luas, peka terhadap perubahan dan perkembangan
yang terjadi di dunia luar, serta mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan di
bidang peternakan.
Pelaksanaan PKM menjadi sangat penting dalam rangka menunjang
kemampuan profesi serta memperkuat penguasaan disiplin ilmu yang sudah
diperoleh di kelas dan menerapkannya di lapangan.
globalisasi dan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini diperlukan lulusan
perguruan tinggi yang tidak hanya mempunyai kemampuan intelektual, tetapi juga
mempunyai keterampilan dengan dasar memiliki jiwa kepemimpinan serta
kewirausahaan. Pembelajaran ini dilaksanakan melalui hubungan yang intensif
antara peserta program PKM dengan dosen pembimbingnya serta tenaga
pembinanya di instansi/perusahaan tempat magangnya.
Dalam suatu usaha peternakan sapi maupun babi yang sudah eksis
bertahun-tahun yang berhasil sangat tergantung dari manajemen yang diterapkan
salah satunya yaitu manajemen pakan yang baik dan memenuhi syarat.
Pemberian pakan yang cukup dan memenuhi syarat ini tidak akan dapat
mengubah sifat genetik sapi. Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi lokal
Indonesia yang merupakan salah satu plasma nutfah dari Bali yang sekarang telah
menyebar hampir ke seluruh penjuru Indonesia bahkan sampai luar negeri seperti
Malaysia, Filipina, dan Australia (Oka, 2010).
berkualitas, ekonomis dan memenuhi syarat pasti akan dapat menunculkan sifat
bawaannya yang baik, misalnya pertumbuhannya menjadi lebih maksimal dan
lebih cepat, persentase karkasnya menjadi lebih tinggi, serta lebih tahan terhadap
penyakit.
Pada pemeliharaan ternak sapi Bali dalam hal pembibitan sangat perlu
dicermati kecukupan kebutuhan nutrisi serta efisiensi kecernaan pakan yang
diberikan pada masing-masing ternak. Dengan tujuan menghasilkan produktivitas
yang optimal dengan biaya pakan yang ekonomis, karena usaha peternakan ini
merupakan P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) yang
menuntut kualitas bibit yang dihasilkan harus baik dan memenuhi syarat, hal ini
ditentukan oleh asupan pakan yang diberikan kepada ternak Sapi. Konsumsi
pakan dari ternak untuk pemenuhan kebutuhan hidup ternak akan menghasilkan
limbah berupa kotoran (feses) ternak.
Limbah sisa buangan dari suatu usaha peternakan, khususnya ternak babi
saat ini mulai sering dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan.
Hal ini disebabkan penanganan limbah yang rata-rata kurang baik pada tiap usaha
peternakan skala kecil hingga menengah. Sehingga penanganan limbah perlu
dilakukan agar kerusakan lingkungan akibat buangan limbah padat, cair maupun
gas seperti feses dan urin maupun sisa pakan yang berdampak ke lingkungan
dapat ditekan.
Oleh karena itu, pengawasan agar suatu usaha peternakan menjadi
berwawasan lingkungan dan efisien, maka tatalaksana penanganan dan
pengelolaan limbahnya harus selalu diperhatikan berdasarkan aturan pemerintah.
Selain itu, usaha peternakan akan mampu memberi kontribusi pendapatan yang
2
besar dan berkelanjutan, dari limbah peternakan yang dihasilkan tidak lagi
menjadi beban biaya usaha akan tetapi menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi (Sudiarto, 2008).
Salah satu produk yang dihasilkan dari usaha peternakan yang menjadi
sumber pemenuhan gizi yaitu susu. Susu merupakan salah satu bahan pangan
yang mengandung gizi lengkap seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral dan
vitamin. Bahan pangan ini bersifat mudah rusak, terutama pada suhu di daerah
tropis dengan kadar kelembaban yang tinggi. Hal ini disebabkan mikroba akan
berkembangbiak dengan cepat. Kondisi nutrisi yang tinggi ini tidak ada artinya
bila tidak aman dikonsumsi bagi konsumen.
Keberadaan bakteri patogen yang tidak diharapkan, yang dapat tumbuh
pada suhu tertentu ini menunjukkan pentingnya memperhatikan waktu dan suhu
inkubasi pada produk olahan susu fermentasi. Manajemen suhu dan tempat
penyimpanan bertujuan agar susu layak dan aman untuk dikonsumsi oleh
konsumen sehingga produsen tidak mengalami kerugian. Selain itu, manajemen
penyimpanan produk olahan susu yang baik akan meningkatkan kandungan
nutrisi yang terdapat pada produk olahan susu khususnya yoghurt.
Pemilihan lokasi pelaksanaan PKM akan menentukan pengalaman dan
tambahan wawasan bagi para pelaksana PKM. Pelaksanaan PKM pada aspek
ruminansia dan non ruminansia dipilih pada usaha peternakan P4S Mupu Amerta
yang sudah memiliki akreditasi cukup baik serta ramah lingkungan. Manajemen
pakan yang diterapkan pada ternak sapi pembibitan sapi Bali harus memenuhi
standar kebutuhan ternak.
pembibitan ternak sapi yakni induk dalam kondisi yang sehat dan produktif.
Pada sektor hilir, lokasi yang dipilih yaitu perusahaan yoghurt PT.
Primarasa Pangan yang menjadi salah satu suplier untuk restaurant pariwisata di
daerah Ubud khususnya wisatawan Italia.
1.2.
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup pada pelaksanaan PKM ini terkait dengan batasan-
batasan yang boleh dilaksanakan di perusahaan Peternakan P4S Mupu Amerta dan
PT. Primarasa Pangan serta jenis kegiatan yang dilaksanakan pada saat melakukan
kegiatan PKM berlangsung. Berikut ruang lingkup PKM yang dimaksud adalah :
1.2.1. Batasan kegiatan
Adapun batasan kegiatan yang dikaji pada masing-masing aspek kegiatan
PKM di P4S Mupu Amerta dan PT. Primarasa Pangan yaitu :
a. Manajemen Pakan Pada Ternak Ruminansia
b. Manajemen Limbah Pada Ternak Non Ruminansia
c. Manajemen Penyimpanan Pada Produk Pasca Panen
1.2.2. Jenis kegiatan
Adapun jenis kegiatan yang dilakukan secara umum yang dilakukan di
masing-masing aspek kegiatan PKM di P4S Mupu Amerta dan PT. Primarasa
Pangan yaitu :
a.
Ruminansia
- Membersihkan tempat pakan dan minum sapi
- Memberikan pakan konsentrat pada ternak sapi
- Memberikan minum pada ternak sapi
- Mencampur ransum untuk ternak sapi
- Membersihkan kotoran sapi
- Mengangkut jerami padi
- Memberikan jerami padi pada ternak sapi
b.
Non Ruminansia
- Membersihkan kandang dan tempat pakan babi
- Memberikan ransum pada ternak babi
- Mengamati bila ada ternak yang sakit
- Mencampur ransum untuk ternak babi
c.
Pasca Panen
- Membersihkan ruangan dan peralatan yang digunakan untuk
pengolahan yoghurt
4
Tujuan PKM
Adapun tujuan dari dilangsungkannya Praktek Kerja Magang (PKM) ini,
yaitu:
1. Melatih kemampuan mahasiswa untuk menjadi pribadipribadi yang
mandiri, mampu bersikap, mampu memecahkan masalah dan mengambil
keputusan dalam bekerja.
2. Menumbuhkan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang lain di dalam
dunia kerja.
3. Menambah
pengetahuan,
pengalaman
dan
keterampilan
guna
Manfaat PKM
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Mahasiswa Fakultas Peternakan
mahasiswa
dalam
bidang
peternakan
sehingga
dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
berlambung jamak atau polygastric animal, karena lambungnya terdiri atas rumen,
retikulum, omasum dan abomasum.
gerahan yang besar yang berfungsi untuk menggiling dan menggilas serta
mengunyah rerumputan yang mengandung selulosa yang sulit dicerna. Selain
rongga mulut hewan ruminansia memiliki persamaan dalam alat pencernaan yaitu
esophagus, lambung dan usus.
2.1.2. Pakan sapi Bali
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi
dan zat-zat gizi untuk ternak. Untuk pemenuhan sumber energy dan zat gizi
ternak diperlukan bahan-bahan pakan sebagai penyusunnya. Bahan pakan adalah
(bahan makanan ternak) adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak
baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau semuanya
dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak (Anonim, 2009).
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik
yang terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak
tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium,
kalium, natrium.
2.1.3. Jenis-jenis makanan ternak
a. Hijauan segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak
dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun
yang tidak (dimakan langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas
daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian/ jenis
kacang-kacangan.
Hijauan banyak
penguat diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pakan serat
7
konsentrat mempunyai nilai yang lebih mahal per satuan berat dibandingkan
dengan pakan serat.
limbah pengolahan produk pertanian yang mungkin nilainya tidak mahal atau
tersedia melimpah (untuk tempat-tempat tertentu), misalnya ampas tahu.
Pakan penguat diberikan ternak untuk melengkapi kebutuhan gizi apabila
diperhitungkan kurang dari kebutuhan ternak.
misalnya: dedak padai, dedak jagung, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah,
bungkil kedelai, bungkil biji kapok, tetes tebu, ampas tahu, dan masih banyak
bahan lainnya.
c. Jerami padi
Jerami padi merupakan limbah pertanian yang dihasilkan dari tanaman padi.
Penggunaan jerami sebagai pakan sapi tergolong paling potensial karena hampir
terdapat di seluruh wilayah Indonesia.
serat dalam jumlah banyak, tetapi kandungan protein kasar , kalsium dan fosfornya
rendah (Sutardi, 2012).
Hal ini antara lain disebabkan oleh kebiasaan para peternak yang hanya
memberikan makanan sapinya berupa rumput-rumputan serta jenis tanaman segar
lainnya, disamping pengetahuan mereka yang masih terbatas. Dari hasil
penelitian-penelitian yang sudah ada, nilai gizi (nutritive value) jerami padi dapat
ditingkatkan dengan berbagai perlakuan.
Jerami padi merupakan sumber makanan bagi hewan ternak ruminansia.
Menurut Hartadi (1993) jerami padi menghasilkan bahan kering sebanyak 86 %,
abu 18,2%, ekstrak eter 1,5%, serat kasar 30,9%, BETN 32,2%, protein kasar
3,2%.
dibagi dalam tiga kelas yaitu dedak kasar, dedak lunteh (halus) dan bekatul.
Kandungan nutrisi dedak adalah PK 12%, lemak 13%, serat kasar 12%,
abu 10,1%, 41,9% BETN (Hartadi, 1993). Dedak kasar ini sebenarnya terdiri atas
pecahan-pecahan kulit gabah yang masih tercampur dengan sedikit bahan yang
berasal dari berasnya sendiridan berwarna kuning cerah.
yang mempunyai kandungan lisin dan protein yang lebih tinggi daripada gandum.
Jagung kuning disamping mengandung karoten, juga menjadi sumber energi
dalam ransum. Jagung mengandung kadar triptofan yang rendah sedangkan yang
paling rendah adalah kadar metioninnya dan lisin. Kandungan nutrisi jagung
kuning adalah 1,7% abu, 2,2% SK, 68,6% BETN dan 8,9% PK (Hartadi, 1993).
g. Sumber Mineral
Sumber mineral adalah segala bahan yang mengandung cukup banyak
mineral dan fosfor. Bahan-bahan tersebut antara lain adalah premik, tepung batu,
tepung tulang dan ultra mineral. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (2012)
yang menyatakan bahwa yang termasuk bahan pakan sumber mineral antar lain
adalah tepung tulang dan bahan-bahan hasil pertambangan.
mengandung kalsiun dan fosfor, dimana sangat dibutuhkan oleh ternak untuk
pertumbuhan dan pembentukan tulang.
Bilamana ternak kekurangan akan kalsium dan fosfor ini, maka ternak
pertumbuhan ternak akan terganggu. Hal ini sesuai pendapat Sutardi (2012) yang
menyatakan bahwa Kalsium dan fosfor merupakan unsure mikro yang penting
karena beberapa alasan yaitu kalsium dibutuhkan ternak untuk perumbuhan dan
pembentukan tulang, tubuh ternak tersusun atas 70% - 80% Ca dan P, kalsium dan
fosfor diperlukan sebagai sumber mineral.
Ultra mineral merupakan sumber mineral untuk pertumbuhan tulang, gigi,
dan jaringan otot serta reproduksi pada sapi. Mineral blok juga bemanfaat sebagai
bahan enzim, hormon dan substansi lainnya yang diperlukan dalam proses
metabolisme. Apabila kekurangan Ca dan P maka efek yang terjadi pada ternak
adalah pertumbuhan terhambat dan daging menurun serta tulang mudah patah.
Bahan pakan yang termasuk dalam sumber mineral antara lain ultra mineral,
tepung kapur, pasir, garam dan tepung cangkang kerang.
h. Additive
Additive adalah bahan yang ditambahkan kedalam ransum dengan jumlah
sedikit dengan tujuan tertentu.
yang masuk dalam kelas ini meliputi antibiotik, hormon dan obat-obatan. Adapun
hubungan antara bahan pakan dengan bahan additive ini digunakan untuk
10
meningkatkan kualitas produk. Salah satu contoh bahan additive yaitu urea. Urea
merupakan suatu senyawa organik yang didalamnya terkandung unsur carbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen. Pupuk urea berbentuk butiran yang mencakup
kadar nitrogen minimal 46%, air maksimal 0,5%, biuret maksimal 1%, untuk
bentuk gelintiran kadar nitrogen minimal 46%, air maksimal 0,5%, biuret
maksimal 2%, berwarna putih, dan bentuk butiran tidak berdebu.
2.1.4. Komposisi bahan pakan
Pemberian pakan pada sapi Bali oleh peternak tradisional biasanya hanya
memperhatikan jumlah atau volume pakan tanpa banyak memperhatikan
kandungan zat makanan pakan yang diperlukan sapi.
padang penggembalaan secara selektif dapat memilih jenis pakan yang secara
alamiah dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi. Akan tetapi, sapi Bali yang
dikandangkan komposissi pakan perlu diatur agar memenuhi nilai gizi yang
diperlukan.
Penyusunan ranrum sapi Bali baik untuk penggemukan, pertumbuhan,
menyusui dan bunting harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak itu akan
bahan kering (BK), total Digestible nutrient (TDN), protein kasar (PK), metabolic
energy (ME), calsium (Ca) dan phosphor (P). Sementara itu, kebutuhan ternak
akan bahan kering, dan pakan kasar, ME, Ca dan P tergantung dari jenis kelamin
ternak, umur ternak, dan tujuan pemeliharaan.
Tabel 2.1 Kebutuhan nutrisi sapi Bali
Bobot
Sapi
150
Jantan
200
Jantan
150
Betina
200
Betina
300-400
Bunting
300-400 Menyusui
PBB
BK
SK
PK
(%)
TDN
(%)
ME
Mcak/kg
Ca
(%)
P
(%)
0,0
0,7
0,0
0,7
0,0
0,5
0,0
0,5
2,8
3,9
2,8
5,7
2,8
4,1
3,5
6,0
100
55
100
75
100
75
100
75
8,7
12,6
8,7
10,5
8,7
11,0
8,5
10,2
55
70
55
64
55
61
55
64
2,0
2,5
2,0
2,3
2,0
2,2
2,0
2,3
0,18
0,46
0,18
0,23
0,18
0,34
0,18
0,32
0,18
0,36
0,18
0,28
0,18
0,29
0,18
0,27
10,5
85
5,9
56
1,9
0,21
0,20
10,8
85
10,9
55
2,0
0,24
0,38
11
Nama Bahan
1
2
3
4
Jerami Padi
Dedak Padi
Pollard
Dedak Jagung
BK
(%)
40,0
87,5
88,4
84,8
PK
(%)
4,3
6,0
17,0
8,5
TDN
(%)
39,5
55
70
82
ME
Ca
(Mcal/kg) (%)
1,53
1,6
0,04
1,5
0,14
3,4
0,02
P
(%)
0,21
0,52
1
2.2.
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Sub ordo
: Sus
Spesies
Ternak babi tergolong ternak non ruminansia yang merupakan ternak atau
hewan yang memiliki satu lambung atau di sebut juga dengan ternak monogastrik.
Contohnya : ayam, burung, kuda serta babi. Ternak babi adalah ternak penghasil
daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat.
karena ternak babi memiliki keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang
cepat, konversi pakan yang sangat baik dan mampu beradaptasi pada kondisi
lingkungan yang beranekaragam serta persentase karkasnya dapat mencapai 65% 80% (Sihombing, 2006).
Ternak babi merupakan salah satu komoditi Peternakan yang cukup
potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut disebabkan ternak babi dapat
mengkonsumsi makanan dengan efisien, sangat prolifik yakni beranak dua kali
setahun dan sekali beranak antara 10 14 ekor.
Ternak babi juga adalah ternak yang paling subur untuk dipelihara dan
kemudian dijual.
Jumlah anak yang dilahirkan lebih dari satu, serta jarak dari
satu kelahiran dan kelahiran berikutnya pendek hal ini memungkinkan untuk
menjualnya dalam jumlah besar. Babi yang besar dapat dengan mudah
memproduksi litter size yang masing-masing terdiri dari rata-rata 10 ekor babi
perkelahiran, selanjutnya dinyatakan bahwa karakter reproduksi bersifat unik bila
12
dibandingkan dengan sapi, domba dan kuda. Perbedaan yang paling penting
adalah bahwa babi merupakan hewan polytocous atau melahirkan anak lebih dari
satu (Sihombing, 2006).
2.2.2. Pengertian limbah
Limbah merupakan suatu hasil buangan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah)
atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia
Penanganan
Limbah tersebut
meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio,
kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain
(Sihombing, 2014).
Menurut Sihombing
(2014), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu
kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa
pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau
dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan
13
ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase
cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat).
Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab
terhadap pemanasan globaldan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan
terus meningkat. Di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi
metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin
tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan
(Surtadi, 2012).
Menurut Kementan (2011) menyatakan bahwa tempat penampungan feses
ternak harus memenuhi syarat sebagai berikut yaitu :
a. Cukup volume penampungan agar jangan ada yang tercecer atau berserak.
b. Tempat penampungan harus cukup menampung untuk jangka waktu tertentu
dan jangan sampai limbah nilai haranya kurang.
c. Struktur penampungan harus menjamin limbah agar jangan mencemari air.
d. Limbah yang ditampung harus mudah diangkut untuk dipindah ketempat lain.
2.2.4. Penanganan limbah ternak babi
Beberapa cara penanganan limbah ternak dapat dilakukan melalui :
(1) Penanganan Limbah Ternak Menjadi Pupuk Padat/Cair
Dalam rangka pemberdayaan peternak salah satu yang dapat dilakukan
adalah memanfaatkan limbah ternak sebagai input usaha. Ada beberapa alternatif
dalam penanganan limbah kotoran menjadi pupuk padat/cair dari beternak babi,
antara lain :
a. Mengumpulkan kotoran dari setiap babi, mengeringkannya di bawah sinar
matahari kemudian dibuat jadi kompos.
b. Menampung kotoran yang diperoleh setiap hari kedalam bak penampungan,
setelah penuh di bongkar lalu dikeringkan dan dibuat pupuk buatan dengan
cepat (sistem bokasi).
14
Teknologi ini
15
2.3.
Komposisi
Air
Lemak
Protein
Laktosa
Mineral
Jumlah (%)
90 - 91,5
0,02 - 0,07
3,4 - 3,8
4,9 - 5,0
0,8
2.3.2. Yoghurt
Yoghurt merupakan salah satu produk hasil fermentasi susu yang paling
tua dan cukup populer di seluruh dunia. Bentuknya mirip bubur atau es krim
16
tetapi dengan rasa agak asam. Kata "yoghurt" berasal dari bahasa Turki, yaitu
"jugurt" yang berarti susu asam. Itulah sebabnya sampai saat ini yoghurt sering
juga disebut sebagai "susu asam". Sejak zaman dahulu, yoghurt telah dikenal luas
di seluruh dunia, terbukti dari adanya berbagai nama yang digunakan untuk
menyebut produk ini.
Yoghurt sudah dikenal lama dan paling luas dikonsumsi oleh masyarakat.
Selain masih dibuat di rumah-rumah secara tradisional, setiap hari ribuan pabrik
besar kecil memasukkan biakan bakteri yogurt ke dalam bergentong-gentong
susu, menghasilkan produk yogurt dengan berbagai merek dan bentuk yang
bertengger di rak-rak pasar swalayan, di menu restoran, juga di kotak-kotak es
krim. Yogurt sudah menjadi ikon di industri pengolahan susu.
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan cara
penambahan bakteri bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptoccus
thermophillus. Dengan fermentasi ini maka rasa yoghurt akan menjadi asam,
karena adanya perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri-bakteri tersebut
(Kanvas, 2003).
Yoghurt lebih mudah dicerna didalam perut dibandingkan susu biasa.
Yogurt memiliki nilai pengobatan terhadap lambung dan usus yang terluka,
kadar kolestrol di dalam darah dapat diturunkan dengan mengkonsumsi yoghurt,
sehingga
dapat
mencegah
terjadinya
penyumbatan
pembuluh
darah
17
Syarat mutu yoghurt sesuai Badan Standarisasi Nasional tahun 2009 untuk
jumlah bakteri starter yoghurt adalah minimal 107 CFU/ml, sedangkan keasaman
tertitrasi (sebagai asam laktat) berkisar 0,5 - 2,0%.
Tabel 2.4 Syarat Mutu Yoghurt
No Kriteria Uji
1. Keadaan :
1.1 Penampakan
1.2 Bau
1.3 Rasa
1.4 Konsistensi
2. Lemak
3. Bahan Kering Tanpa Lemak
4. Protein (N x 6,37)
5. Abu
6. Jumlah Asam (dihitung sebagai
laktat), %, b/b
7. Cemaran logam :
7.1. Timbal (Pb)
7.2. Tembaga (Cu)
7.3 Seng (Zn)
7.4. Timah (Sn)
7.5. Raksa (Hg)
8. Arsen (As), mg/kg
9. Cemaran Mikroba :
9.1. Bakteri Coliform
9.2. E. Coli
9.3. Salmonella
Satuan
Persyaratan
kental sampai semi
padat
Normal/khas
Asam/khas
Homogen
Maks. 3,8
Min. 8,2
Min. 3,5
Maks. 1,0
0,5 2,0
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks. 0,3
Maks, 20,0
Maks. 40,0
Maks. 40,0
Maks. 0,03
Maks. 0,1
APM/g
APM/g
Maks. 10
<>
Negatif/100g
untuk
meminimalisir
kontaminasi
oleh
mikroorganisme
dan
menghambat pertumbuhan bakteri pada susu agar dapat disimpan lebih lama maka
18
Suhu
Selama
pengolahan, suhu di atas 45- 50C akan merugikan kelangsungan hidup probiotik.
Suhu penyimpanan yang ekstrim akan menyebabkan enzim-enzim dan
fungsi struktur sel, seperti membran sel menjadi inaktif. Menurut Resnawati
(2012) suhu penyimpanan produk yoghurt yakni pada suhu kulkas 5 100C, untuk
memperpanjang umur simpan. Lebih lanjut Sugiarto (1997) menyatakan bahwa
suhu penyimpanan rendah dapat menyebabkan terhambatnya kerja enzim laktase
atau telah terbentuk asam laktat secara maksimal sehingga tidak terdapat
peningkatan total asam tertitrasi dan penurunan pH yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan bakteri.
19
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1.
konsentrasi usaha dengan 2 lokasi yang berbeda. Adapun waktu dan tempat
kegiatan PKM ini dilaksanakan yaitu :
a.
Ruminansia
Praktek Kerja Mahasiswa (PKM) untuk usaha ternak ruminansia
dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
Mupu Amerta yang berlokasi di Banjar Sala, Desa Abuan, Kecamatan
Susut, Kabupaten Bangli selama 3 minggu dimulai pada tanggal 5 Oktober
2015 hingga 26 Oktober 2015.
b.
Non ruminansia
Praktek Kerja Mahasiswa (PKM) untuk usaha ternak non ruminansia
dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
Mupu Amerta yang berlokasi di Banjar Sala, Desa Abuan, Kecamatan
Susut, Kabupaten Bangli selama 3 minggu dimulai pada tanggal 27 Oktober
2015 hingga 15 November 2015.
c.
Pasca Panen
Praktek Kerja Mahasiswa (PKM) untuk usaha pasca panen dilaksanakan di
PT. Primarasa Pangan yang berlokasi di Jl. Pendidikan II No.9 Sidakarya,
Denpasar selama 18 hari dimulai pada tanggal 21 November 2015 hingga 8
Desember 2015.
3.2.
Prosedur Pelaksanaan
Ternak Ruminansia
Kegiatan PKM pada ternak ruminansia membahas ternak sapi Bali,
terdapat beberapa prosedur kerja yang harus dilaksanakan yang sesuai
20
(palung)
harus
dibersihkan
terlebih
dahulu
untuk
membersihkan sisa-sisa pakan yang tidak dimakan sapi. Hal ini juga
bertujuan untuk mengurangi kontaminasi feses atau urine sapi yang
akan berpengaruh terhadap palatabilitas (tingkat kesukaan) terhadap
bahan pakan.
b. Memberi Makan dan Minum Ternak Sapi
Pemberian makan dan air minum pada ternak sapi dilakukan setiap
hari dimulai dari jam 9 pagi, setelah membersihkan tempat makan dan
minum sapi. Adapun komposisi bahan pakan yang diberikan yaitu
Dedak padi, pollard, dedak jagung (ampok) dan mineral serta
tambahan jerami padi. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
nutrien sapi dalam proses metabolisme dalam tubuhnya.
c. Membersihkan Kandang
Setelah pemberian pakan sapi pada pagi hari, selanjutnya pukul
10.00 dilakukan pengumpulan feses dari dalam kandang dilakukan
pada siang hari dengan menggunakan sekop yang telah disediakan.
Pengumpulan feses yang tercecer dilakukan pada semua sisi kandang
dan menyatukan pada satu tempat di bagian belakang kandang dan
mengumpulkan kotoran pada 1 tempat penampungan yang nantinya
akan dijual.
Selain pembersihan kotoran sapi juga dilakukan pembersihan
dengan menyapu lorong-lorong kandang sisa jatuhan pakan ternak.
Hal ini bertujuan untuk menjaga kandang agar tetap dalam keadaan
bersih dan kering sehingga sumber penyakit yang bersifat patogen
yang dapat membahayakan kesehatan ternak sapi dapat dicegah.
21
d. Pencampuran Konsentrat
Konsentrat dicampur sekitar pukul 11.00 sesuai dengan kebutuhan
nutrisi untuk sapi pembibitan, bahan pakan yang terdiri dari 17%
dedak jagung (ampok), 65% dedak padi, 17% pollard dan 0,5%
mineral. Pencampuran konsentrat yang dilakukan masih menggunakan
teknik manual, belum menerapkan mesin pencampur pakan.
e. Melihat dan Mengamati Reproduksi Sapi
Adapun kegiatan dalam mengamati reproduksi sapi seperti melihat
tanda-tanda induk birahi, proses perkawinan alami dan Inseminasi
Buatan (IB), serta proses melahirkan.
ii.
Pembersihan kandang
Menjaga
dengan
timbangan
jongkok.
Proses
transaksi
iii.
Pasca Panen
Kegiatan PKM pada pengolahan pasca panen mengambil usaha
pengolahan
yogurt,
terdapat
beberapa
prosedur
kerja
yang
harus
24
perusahaan
dengan
perbandingan buah
teknik
dalam
pengumpulan
data
untuk
menganalisis
permasalahan yaitu :
a. Dilakukannya penaksiran bobot badan ternak sapi ini yang bertujuan
untuk menentukan persentase pakan ideal yang harus diberikan.
25
teknik
dalam
pengumpulan
data
untuk
menganalisis
permasalahan yaitu :
a. Membersihkan kandang babi dan mengarahkan kotoran serta air sisa
buangan ke selokan yang terdapat di sekitar kandang.
b. Mengamati jalur yang dilalui feses dan limbah sisa pakan pada selokan
yang berada disekitar kandang.
c. Melihat kondisi kolam penampungan limbah ternak yang berada di
hilir kandang yang terdiri dari campuran limbah feses, urine dan sisa
pakan babi.
d. Melakukan observasi dan wawancara kepada petugas kandang terkait
penanganan dan pengolahan limbah yang dilakukan oleh perusahaan
untuk menangani hal tersebut.
iii. Pasca Panen
Pada kegiatan PKM aspek pasca panen membahas produk olahan
susu yaitu yoghurt, adapun aspek permasalahan yang dikaji yaitu terkait
manajemen penyimpanan yang dilakukan di perusahaan PT. Primarasa
26
prosedur
perusahaan,
untuk
mengetahui
manajemen
Mengamati
manajemen
tempat
penyimpanan
yogurt
yakni
d.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Profil Usaha
semusim).
4.1.2. Profil usaha PT. Primarasa Pangan
Aspek hilir peternakan pada kegiatan PKM 2015 memilih di perusahaan
PT. Primarasa Pangan dalam hal olahan produk susu yaitu produk yoghurt. PT.
Primarasa Pangan berdiri dari sebuah kerjasama antara bapak Ida Bagus
Ramajaya sebagai pemilik perusahaan
berkebangsaan Italia pada tahun 2002.
yang
29
hari.
Untuk mengurangi pakan yang tercemar akibat ulah sapi yang kerap
memilih pakan, sebaiknya diberikan dua kali, pada pagi dan sore hari. Kebiasaan
memberikan pakan dua kali ini akan membuat peternak lebih sering bertemu
dengan sapinya, karena bila terjadi perubahan prilaku ternak akibat sakit, birahi
atau beranak peternak akan segera mengetahuinya.
ternak sapi, selain zat yang terkandung di dalammnya, perlu juga dipertimbangkan
sifat bahan pakan yang akan diberikan seperti : tekstur, palatibilitas (enak
tidaknya) dan daya cernanya. Bahan pakan yang rusak, tengik ataupun kurang
enak tentu akan disisihkan oleh sapi atau terbuang percuma karena sapi tidak mau
makan bahan pakan yang telah rusak.
4.2.1. Bahan pakan sapi Bali
a.
biologis untuk dapat menggunakan hijauan dengan baik sebagai bahan pakan
utamanya. Hijauan terutama rumput relatif lebih mudah ditanam sebagai sumber
energi. Sapi memerlukan jumlah pakan yang cukup dan berkualitas baik dari segi
kondisi pakan maupun imbangan nutrisi yang dikandungnya. Sapi yang masih
dalam masa pertumbuhan dan ternak yang sedang bunting membutuhkan pakan
yang terus meningkat hingga mencapai pertumbuhan yang maksimal.
Bahan pakan hijauan yang dapat diberikan pada sapi Bali dalam bentuk
segar dan kering atau dikeringkan. Bahan pakan hijauan juga dapat
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu rerumputan dan jenis daun-daunan.
Pakan jenis rerumputan dapat berupa rumput lapangan (lokal) dan rumput unggul
seperti rumput gajah, rumput setaria, rumput benggala dan lain sebagainya.
Rerumputan
umumnya
mengandung
banyak
karbohidrat
tinggi,
tetapi
umumnya lebih disukai olah sapi dan juga memiliki kandungan protein yang lebih
tinggi dibandingkan pakan yang berasal dari non leguminosa maupun dari
rerumputan.
sedang mengalami musim kemarau, sehingga sapi Bali yang ada di perusahaan
peternakan P4S Mupu Amerta diberikan pakan hijauan berupa jerami padi.
Pakan hijauan yang kering atau dikeringkan tergolong pakan kasar. Pakan
kasar merupakan pakan yang kadar nutrisinya rendah contoh jerami padi. Jerami
padi adalah bagian batang tumbuhan yang setelah dipanen bulir-bulir buahnya
baik bersama tangkainya atau tidak dikurangi dengan akar dan sisa batang yang
31
disabit dan masih tegak dipermukaan tanah. Jerami memiliki potensi sebagai
salah satu sumber makanan ternak namun memiliki nilai nutrisi yang relatif
rendah. Dengan rendahnya kandungan protein, mineral dan energi.
Sebagai
akibatnya, mempunyai nilai gizi yang rendah untuk pakan ternak ruminansia.
Kandungan protein jerami padi bervariasi antara 3 - 5% (Sutardi et al., 1982).
Pada usaha peternakan P4S Mupu Amerta ternak sapi pembibitan yang
terdapat di kandang bawah berjumlah 102 ekor induk dan 1 ekor pejantan, dengan
bobot rata-rata induk 300 Kg sedangkan bobot pejantan 500 Kg. Pemberian
pakan jerami padi 5 6 kg per ekor/hari atau 2% dari boot badan ternak, dengan
frekuensi pemberian 2 kali dalam satu hari pada siang dan sore hari.
Manajemen pemberian jerami padi pada usaha ini sesuai pendapat Utomo
et al., (1998) yakni ternak ruminansia hanya mampu mengkonsumsi jerami padi
sebanyak 2% dari bobot badan (dikonversi dalam bahan kering).
Bila
diasumsikan ternak besar (sapi) bobot badannya 300 kg, sehari membutuhkan
bahan kering jerami sebanyak 300 x 0,02 = 6 kg/ekor/hari. Jerami padi juga
mempunyai nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik yang rendah, yakni
berturut-turut antara 3452% dan 4259% (Winugroho et al., 1983).
Nilai kecernaan yang rendah ini menyebabkan rendahnya kemampuan
konsumsi bahan kering yaitu hanya 2% dari bobot badan (Jackson, 1977; Utomo
et al., 1998). Sehingga menyebabkan konsumsi energi juga rendah. Maka perlu
dilakukan peningkatan mutu jerami dengan penghancuran dinding sel, lignin dan
selulosa yang ada pada jerami tersebut dengan cara teknik fermentasi. Pada usaha
peternakan P4S Mupu Amerta sudah pernah menerapkan teknik fermentasi,
namun untuk saat ini tidak dapat dilakukan karena terkendala jerami padi yang
jumlahnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak harian saja.
Bila dibandingkan dengan jerami gandum, jerami padi mempunyai kandungan
lignin yang relatif rendah yaitu 6 7%.
1982). Lignin ini merupakan bagian dari dinding sel tanaman yang terbentuk
pada waktu penebalan dinding sekunder.
Sejalan dengan meningkatnya umur tanaman, kandungan silika pada
dinding sel juga meningkat dan akibatnya dapat menurunkan nilai kecernaan.
Dinding sel pada prinsipnya terdiri dari pektin, hemiselulosa, selulosa dan lignin.
Terikatnya lignin dengan sellulosa dan hemisellulosa akan menghambat
ketersediaan. Hal ini disebabkan karena penebalan dinding sel oleh lignin akan
melindungi dinding sel secara keseluruhan dari serangan mikroba rumen (Sutardi
et al., 1982)
b.
Namun, untuk
mencapai pertumbuhan yang lebih baik, sapi Bali perlu diberi pakan penguat
terutama pada musim kemarau ketika persediaan hijauan berkurang. Dengan
pemberian pakan konsentrat, nilai gizi pakan untuk ternak sapi dapat ditingkatkan
agar memenuhi kebutuhan ternak.
Pakan konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang dicampur
menjadi satu sehingga menjadi suatu bahan makanan yang berfungsi untuk
melengkapi kekurangan gizi dari bahan makanan lainnya (hijauan).
Pakan
Pada sapi Bali, pakan kosentrat biasanya berupa dedak padi, bungkil kelapa,
bungkil kacang tanah, gaplek (ketela pohon) dan sebagainya.
Adapun komposisi bahan pakan konsentrat yang dicampur dan diberikan
untuk 1 kali pemberian untuk sapi pembibitan sebanyak 103 ekor yaitu :
Tabel 4.1 Jumlah Campuran Pakan Konsentrat Ternak Sapi
Bahan Pakan
Dedak Padi
Pollard
Dedak Jagung
Jumlah
Porsi (%)
65
17,5
17,5
100
Volume (Kg)
140
37,5
37,5
215
mengandung nutrient zat makanan yang memenuhi kebutuhannya, sapi Bali masih
sering menderita kekurangan vitamin, mineral dan bahkan protein. Keadaan ini
dapat mengganggu pertumbuhan atau kesehatan sapi Bali, sehingga untuk
mengatasinya sapi perlu diberikan pakan tambahan.
Pemberian vitamin biasanya diberikan dalam bentuk pakan tambahan/feed
supplement berupa minyak ikan yaitu untuk memenuhi kekurangan vitamin A dan
Vitamin D. Kekurangan mineral, khususnya Ca, P dan NaCl pada pakan ternak
dapat dipenuhi dengan pemberian tepung tulang, tepung kapur (CaCO3) dan
garam dapur (NaCl).
ruminansia, sapi Bali mampu mengubah sumber non protein nitrogen menjadi
protein. Akan tetapi, pemberian urea pada sapi Bali perlu kehati-hatian sebab
pemberian urea yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan.
Sebagai
pedoman kadar urea dalam pakan tidak boleh melebihi 1% dari jumlah pakan atau
20 gram per 100 kg bobot badan sapi Bali.
4.2.2. Kebutuhan nutrisi sapi Bali pembibitan
Setiap bahan pakan yang akan digunakan sebagai bahan penyusun pakan
konsentrat harus memiliki kandungan nutrient yang baik. Hal ini penting dalam
pencampuran pakan untuk mengetahui apakah bahan yang digunakan untuk
mencampur pakan konsentrat sudah memenuhi kebutuhan ternak sapi. Bahanbahan yang digunakan sebaiknya sudah memenuhi syarat-syarat bahan pakan
yaitu sudah digunakan secara umum, mudah didapat, ekonomis, tersedia secara
kontinyu, tidak mengandung zat antinutrisi, dan syarat lainnya yang dapat
mengurangi biaya produksi dan dapat mempermudah dalam pengolahannya.
Tabel 4.2 Kandungan Nutrien Bahan Penyusun Pakan Konsentrat Sapi Pembibitan
Nama Bahan
Dedak
Pollard
Dedak Jagung
Jumlah
Standar
Komposisi
(%)
65
17,5
17,5
100
BK
(%)
56,98
15,42
14,79
87,19
10,5
PK
(%)
3,91
2,97
1,48
8,35
5,9
Kandungan Bahan
TDN
ME
(%) (Mcal/Kg)
35,81
1,04
12,21
0,26
14,30
0,59
62,33
1,90
56,0
1,90
Ca
(%)
0,03
0,02
0,00
0,05
0,21
P
(%)
0,14
0,09
0,17
0,40
0,20
seperti : jenis sapi, umur, suhu lingkungan, jenis bahan makanan, dan volume
makan yang masuk dalam tubuh, serta aktifitas dari ternak sapi. Dalam hal untuk
pertumbuhan perkembangan ternak sapi khususnya harus diberikan air secara ad
libitum. Di dalam kandang selalu terdapat palung untuk tempat penampungan air
minum sapi dengan konsisi air dalam keadaan yang bersih. Air minum sebaiknya
diganti paling sedikit dua kali dalam sehari (Siregar, 2008).
Pada peternakan P4S Mupu Amerta dalam hal penyediaan air minum
selalu diberikan secara kontinyu dan adlibitum. Saat pemberian pakan pagi hari
dan siang hari akan diberikan air yang ditampung didalam palung tempat minum
yang sudah tersedia pada masing-masing kandang. Namun sangat disayangkan di
beberapa palung ternak ada beberapa tempat minum yang sudah mengalami
kebocoran namun dapat ditanggulangi dengan menyumbat lubang yang bocor
untuk sementara.
36
4.3.
melakukan pengolahan limbah ternak. Jika tidak dikelola dengan baik, kotoran
ternak dapat menurunkan mutu lingkungan (kesehatan) dan mengganggu
kenikmatan hidup masyarakat.
Pengolahan limbah secara sederhana yakni pemanfaatannya sebagai pupuk
organik (Deptan, 2006). Hal tersebut sudah dilaksanakan pada peternakan P4S Mupu
Amerta yakni pembuatan pupuk dengan mengumpulkan kotoran feses ternak babi dan
menjemurnya dibawah sinar matahari.
terjadinya endapan dari kotoran (feses), air kandang dan sisa pakan pada kolam
penampungan. Limbah ternak babi juga dapat diolah untuk menghasilkan biogas.
Dimana, potensi kotoran segar ternak babi menghasilkan 1,5 - 2 kg/ekor/hari
dengan potensi gas yang dihasilkan 0,040 - 0,059 kg/m3 (Toelihere, 1981).
Hal tersebut, sesuai yang diungkapkan (Sihombing, 2006) bahwa feses
babi kaya akan bahan organik terutama unsur nitrogen sehingga dapat digunakan
sebagai substrat gas bio. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber
energi alternative untuk menunjang kegiatan produksi contohnya dimanfaatkan
sebagai sumber penerangan (listrik) serta dapat digunakan sebagai bahan bakar
untuk menyalakan kompor gas. Selain itu, padatan hasil sampingan pengolahan
biogas tersebut dapat diolah pula menjadi pupuk buatan dengan cepat (sistem
bokasi).
38
Hal tersebut pula tertulis pada pedoman Kementan (2011) bahwa limbah
yang dihasilkan dari peternakan babi P4S Mupu Amerta sebaiknya dilakukan
pengolahan dengan pembuatan pupuk buatan (sistem bokasi). Bokasi yang dibuat
adalah bokasi pupuk kandang. Dengan demikian perusahaan akan mendapatkan
nilai ekonomis yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan penanganan limbah
feses yang hanya dikeringkan saja. Adapun cara pembuatannya yaitu :
a.
Pertama-tama
dibuat
larutan
dari
EM4,
molasses/
gula
dan
Bahan pupuk kandang, sekam dan dedak dicampur merata di atas lantai
yang kering.
c.
d.
e.
Pembuatan bokashi
dikatakan berhasil jika bahan bokashi terfermentasi dengan baik. Ciricirinya adalah bokashi akan ditumbuhi oleh jamur yang berwarna putih
dan aromanya sedap. Sedangkan jika dihasilkan bokashi yang berbau
busuk, maka pembuatan bokashi gagal.
f.
Bokashi yang sudah jadi langsung digunakan pada tanaman. Jika bokashi
ingin disimpan terlebih dahulu, maka bokashi harus dikeringkan terlebih
dahulu dengan cara mengangin-anginkan di atas lantai hingga kering.
Setelah kering bokashi dapat dikemas di dalam kantung plastik.
39
yaitu kondisi di sekitar kandang area lahan hijau (kebun) mendapat air sisa
buangan aktivitas peternakan berdampak menyuburkan tanaman hijauan makanan
ternak.
40
4.4.
41
42
Untuk
Analisis Finansial
Suatu perusahaan perlu melakukan analisis finansial dari usahanya untuk
biaya produksi yang dikeluarkan dan total penerimaan dari suatu usaha peternakan
babi yang dijalankan di Peternakan P4S Mupu Amerta selama 1 periode
pemeliharaan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Koefisien Teknis
Rincian
Jumlah Ternak
Jumlah Ternak Starter
Jumlah Ternak Grower
Jumlah ternak Finisher
Berat Finisher
Umur Fase Stater
Umur Fase Grower
Umur fase Finisher
Luas Tanah
Jumlah Pegawai
Kebutuhan Pakan Fase Starter
Kebutuhan Pakan Fase Grower
Kebutuhan Pakan Fase Finisher
Umur Panen
Pakan Starter
Pakan Grower
Pakan Finisher
Satuan
Ekor
Ekor
Ekor
Ekor
Kg
Hari
Hari
Hari
Are
Orang
kg/ekor/hari
kg/ekor/hari
kg/ekor/hari
Hari
Bulan
kg/hari
kg/hari
kg/hari
Keterangan
750
261
215
274
120
119
49
42
60
14
1,55
2,07
2,45
210
7
405
445
670
Rincian
Dedak Padi
Ampok
550
551
552
152
Pigmix
Pollard
Tenaga Kerja
Harga Bibit
Daging
Listrik
Kontrak Tanah
Pakan Starter
Pakan Grower
Pakan Finisher
Satuan
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Orang
Ekor
Kg
Bulan
Tahun
ekor/hari
ekor/hari
ekor/hari
Harga
Satuan
Rincian
Kandang
dan
kelengkapa
nnya
Jumlah
Investasi
Umur
Ekonomis Penyusutan
(tahun)
Total
Harga
375.000.000 375.000.000
15
25.000.000
Nilai Sisa
360.000.000
375.000.000
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk
dapat menghasilkan produk (meningkatkan nilai guna suatu barang) serta untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang/produk yang akan dihasilkan perusahaan.
Yang termasuk biaya produksi total yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Tabel 4.6 Biaya pakan fase starter
Bahan
551
Ampok
152
Dedak
Pollar
Satuan
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Jumlah
Volume
200
100
50
30
25
405
Harga/kg
7.870
3.900
9.000
3.100
5.000
Total Harga
1.574.000
390.000
450.000
93.000
125.000
2.632.000
46
Total Harga
750.000
675.000
585.000
217.000
250.000
2.477.000
Total Harga
562.500
765.000
975.000
651.000
250.000
3.203.500
Rincian
Pakan Fase Stater
Pakan Fase Grower
Pakan Fase Finisher
Bibit
Listrik
Satuan Volume
Ekor
261
Ekor
215
Ekor
274
Ekor
750
Bulan
7
Jumlah
Harga Satuan
1.200.031
564.526
491.047
960.000
500.000
Total Harga
313.208.000
121.373.000
134.547.000
720.000.000
3.500.000
1.292.628.000
47
Biaya variable (Variable cost / VC) adalah biaya yang besar kecilnya di
pengaruhi oleh aktifitas perusahaan. Adapun biaya variabel yang dikeluarkan
oleh peternakan P4S Mupu Amerta dalam 1 periode pemeliharaan ternak babi
adalah sebesar Rp. 1.292.628.000. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari
pakan babi untuk masing-masing fase, pembelian bibit babi, serta pembayaran
listrik yang digunakan selama 1 periode pemeliharaan ternak babi.
Tabel 4.10 Biaya tetap
No
1
2
3
Rincian
Gaji Karyawan
Penyusutan
Kontrak Tanah
Satuan Volume
Orang
14
Tahun
1
Tahun
1
Jumlah
Harga Satuan
21.000.000
25.000.000
500.000
Total Harga
294.000.000
25.000.000
500.000
319.500.000
Biaya tetap (Fixed cost / FC) adalah biaya yang besar kecilnya tidak di
pengaruhi oleh aktivitas perusahaan. Adapun biaya tetap yang dikeluarkan oleh
peternakan P4S Mupu Amerta dalam 1 periode pemeliharaan ternak babi adalah
sebesar Rp. 319.500.000. Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari pembayaran
gaji karyawan, biaya penyusutan kandang dan peralatan kandang dalam 1 tahun,
serta biaya kontrakan tanah.
Tabel 4.11 Rekapitulasi biaya
No
Rincian
jumlah biaya
Investasi
375.000.000
Biaya Variabel
1.292.628.000
Biaya Tetap
319.500.000
Jumlah
1.987.128.000
48
Rincian
Satuan
1
2
Babi Finisher
Nilai Sisa
Kg
Volume
90000
1
Jumlah Pendapatan
Harga
Satuan
26.000
360.000.000
Total Harga
2.340.000.000
360.000.000
2.700.000.000
R/C Ratio didapat dari total penerimaan yang diperoleh per periode
pemeliharaan sebesar Rp. 2.700.000.000,- yang dibandingkan dengan total biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.987.128.000,- diperoleh nilai sebesar 1,36. Jadi,
R/C ratio yang diperoleh oleh peternakan P4S Mupu Amerta yaitu sebesar 1,36.
Artinya, setiap pengeluaran Rp.1,- yang dikeluarkan, perusahaan tersebut
memperoleh pendapatan sebesar Rp. 1,36,- atau mendapatkan pendapatan sebesar
136% dari total biaya.
Hasil perbandingan total penerimaan yang diperoleh terhadap total biaya
produksi yang dikeluarkan oleh peternakan P4S Mupu Amerta lebih dari 1 atau
49
nilai R/C ratio > 1 yakni 1,36. Ini artinya usaha peternakan P4S Mupu Amerta ini
sudah mengalami keuntungan dan layak untuk dijalankan.
b.
penerimaan = total biaya yang dikeluarkan. Break even point pula merupakan
suatu keadaan dimana kondisi suatu perusahaan dalam menjalankan usaha, usaha
tersebut tidak mengalami keuntungan (laba) maupun tidak mengalami kerugian
atau berada dalam titik impas. Break Event Point dapat diartikan suatu analisis
untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada
konsumen pada harga tertentu maupun pada jumlah tertentu untuk menutupi
biaya-biaya produksi dan biaya pemeliharaan serta biaya modal lainnya yang
dikeluarkan dalam proses produksi.
1.
BEP (unit)
= 170 ekor
Jadi, untuk memperoleh keadaan yang Break Even Point, usaha peternakan
babi P4S Mupu Amerta harus memelihara ternak babi minimal 170 ekor dalam 1
periode pemeliharaan untuk menutupi seluruh biaya produksi dan pemeliharaan
yang dikeluarkan.
2. BEP (rupiah)
Laba (Rugi)
Suatu perhitungan dalam menganalisis suatu usaha, layak atau tidaknya
menentukan layak atau tidaknya suatu usaha peternakan yang dijalankan, dalam
hal ini usaha peternakan babi P4S Mupu Amerta untuk dijalankan. Adapun factor
penentu layak atau tidaknya usaha peternakan ini untuk dijalankan dapat dilihat
dari beberapa aspek yaitu laba (rugi) yang diperoleh, R/C Ratio dan BEP (unit dan
rupiah).
Adapun hasil perhitungan laba (rugi) dari perusahan peternakan P4S Mupu
Amerta yaitu Rp. 1.087.872.000, yang bernilai positif ini menunjukkan usaha
peternakan babi layak (feasible) untuk dijalankan. Hasil perhitungan R/C ratio
yaitu 1,36, memiliki nilai lebih dari 1 perusahaan tersebut memperoleh
pendapatan sebesar Rp. 1,36,- atau mendapatkan pendapatan sebesar 136% dari
total biaya yang dikeluarkan. Usaha peternakan ini memiliki nilai BEP unit
51
sebesar 170 ekor dan BEP (Rupiah) sebesar Rp. 612.950.947. Ini artinya, usaha
ini akan mengalami titik pulang pokok pada penjualan ternak sebanyak 170 ekor
dengan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 612.950.947 .
Tabel 4.13 Studi Kelayakan Usaha
Keterangan
Hasil
Pendapatan
Penjualan Babi Finisher
Rp. 2.340.000.000
Nilai Sisa
Rp. 360.000.000
Total Penerimaan
Rp. 2.700.000.000
Biaya
Biaya Variabel
Rp. 1.292.628.000
Biaya Tetap
Rp. 319.500.000
Biaya Investasi
Rp. 375.000.000
Total Biaya
Rp. 1.987.128.000
Laba (Rugi)
Rp. 1.087.872.000
R/C Ratio
Rp. 1,36
BEP (Unit)
170 ekor
BEP (Rupiah)
Rp. 612.950.947
52
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan kegiatan PKM (Program Kerja
Mahasiswa) 2015 yang sudah dilakukan di P4S Mupu Amerta dan PT. Primarasa
Pangan dengan melaksanakan 3 aspek kegiatan PKM yaitu ruminansia, non
ruminansia dan hilir peternakan selama 60 hari, maka dapat disimpulkan beberapa
hal yaitu :
1. Pada kegiatan PKM ternak ruminansia, adapun permasalahan yang
diangkat yaitu manajemen pakan pada ternak sapi Bali pembibitan
yang terkait dengan bahan pakan yang diberikan untuk ternak sesuai
dengan standar kebutuhan nutrisi sapi bali bobot badan 300 Kg serta
penyediaan air minum yang adlibitum bagi ternak.
2. Manajemen pakan sapi yang diterapkan di P4S Mupu Amerta sebagian
besar sudah sesuai dengan teori-teori para ahli, hanya saja perlu
dilakukan fermentasi pada pakan jerami padi untuk meningkatkan
kualitas gizi dari pakan tersebut. Untuk standar kebutuhan nutrisi dari
pakan konsentrat yang diberikan untuk ternak sapi pembibitan
memiliki nilai ME yaitu 1,90 sudah sesuai standar kebutuhan sapi Bali
bobot 300 Kg.
3. Pada kegiatan PKM ternak non ruminansia, adapun permasalahan yang
diangkat yaitu manajemen limbah ternak babi terkait penanganan dan
pengolahan limbah serta dampak lingkungan dari usaha peternakan ini.
4. Penerapan manajemen limbah untuk usaha ternak babi sudah cukup
baik, yakni limbah ternak babi ditampung di kolam limbah tidak
mencemari lingkungan, namun masih terdapat kekurangan yang perlu
diperbaiki terkait dengan pemanfaatan limbah padat dan cair dari
ternak, agar bisa dimanfaatkan menjadi biogas.
5. Berdasarkan analisis finansial yang sudah dilakukan pada usaha
peternakan babi di P4S Mupu Amerta, diperoleh R/C ratio yang cukup
53
tinggi yaitu 1,36, BEP (unit) yaitu 170 ekor, dan BEP (rupiah) sebesar
Rp. 612.950.947
6. Pada kegiatan PKM sektor hilir atau pasca panen, adapun produk
olahan susu yang diamati yaitu yoghurt dan permasalahan yang
diangkat yaitu terkait dengan manajemen penyimpanan yoghurt di
perusahaan PT. Primarasa Pangan.
7. Manajemen penyimpanan produk olahan susu yoghurt yang dilakukan
di PT. Primarasa Pangan sudah sesuai SNI dan diperkuat oleh jurnal
penelitian terkait waktu dan suhu fermentasi yang baik dan tempat
penyimpanan yang sesuai agar yoghurt tetap sehat dan aman untuk
dikonsumsi oleh konsumen.
5.2.
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dalam pelaksanaan Program Kerja
Mahasiswa (PKM) 2015 ini baik kepada perusahaan lokasi pelaksanaan PKM
2015 yaitu perusahaan yang melakukan kegiatan on farm diharapkan menerapkan
manajemen yang baik salah satunya pada penerapan manajemen limbah ternak
babi dan manajemen pakan pada ternak sapi agar nantinya diharapkan tidak
merusak lingkungan akibat adanya usaha peternakan ini serta pakan yang
diberikan untuk ternak baik dan sesuai standar kebutuhan ternak, agar mampu
menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan bermanfaat bagi
konsumen.
Pada perusahaan yang melaksanakan kegiatan hilir peternakan khususnya
bagian pengolahan hasil ternak terutama susu, diharapkan mampu menerapkan
SOP perusahaan yang sudah disesuaikan dengan SNI (Standar nasional Indonesia)
agar mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan aman
dikonsumsi oleh konsumen.
54
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2014.
Keamanan Susu Dengan Masa Simpan.
Sumber :
http://gubukurip. blogspot. co. id/ (Diakses tgl 3 Desember 2015)
Anonim. 2009. Bahan Pakan Ternak. Sumber : http://www. peternakankita. com/
(Diakses tgl 3 Desember 2015)
Astuti. 2013. Membuat Formula Ransum. Sumber : http://www. peternakankita.
com/ (Diakses tgl 3 Desember 2015)
Departemen Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Pokok-pokok Pikiran dan
Permasalahan Pemanfaatan Biofuel. 2006. Seminar Nasional Biofuel
Implementasi Biofuel sebagai Energi Alternatif.
Djanah, D. 1984. Menentukan Umur Ternak. Penerbit CV. Yasaguna, Jakarta.
Djubaidin. 2013. Menyusun Ransum Sapi Potong. Sumber : http://djubaidin.
blogspot. co. id (Diakses tgl 3 Desember 2015)
Ernawati et al., 1986. Pengaruh Penanganan Lama Penyimpanan terhadap
Kualitas Air Susu
Sapi. Media Peternakan Vol: 50-59. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, S. Lebdosoekojo dan A.D. Tillman. 1993.
Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Kanvas, G., H. Uysal, S. Kilic, N. Akbulut'and H. Kosenkas. 2003. Some
Properties Of Yogurt Produced From Goat Milk And Cow Goat Milk
Mixtures By Different Fortification Methods. Pakistan J. Biological Sci.
69 (23): 1936 1939.
Kementan. 2011. Pedoman Penataan Budidaya Ternak Babi Ramah Lingkungan.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat Budidaya
Ternak.
Kusmajadi, S. 2009. Pengemasan Bahan Pangan Hasil Ternak Dan Penentuan
Waktu Kadaluarsa. Pustaka Universitas Padjajaran
Maitimu, Centhya Victorin., Anang, M., dan AllBarri, Ahmad. 2012. Parameter
Keasaman Susu Pasteurisasi Dengan Penambahan Ekstrak Daun Aileru
(Wrightia Caligria) . Vol.1 No.1, 2012 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.
Hal: 7-11.
Oka I.G.L. 2010. Conservation and genetic improvement of Bali Cattle.Proc.
Conservation And Improvement of Wordl Indigenous Cattle. 110-117.
Otes, S dan O. Cagindi. 2003. A Probiotik Dairy-Composition Nutritional and
Therapeutic Aspects. Pakistan J. Of Nutrition. 1 (1) : 1 - 6
55
Prasetya, H. (2012). Semakin Hoki Dengan Beternak Babi. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.
Resnawati, Heti. 2012. Kualitas Susu Pada Berbagai Pengolahan Dan
Penyimpanan. Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju
Perdagangan Bebas 2020. Hal: 497-502.
Saleh, Erniza. 2004. Teknologi Pengolahan Susu Dan Hasil Ikutan Ternak.
Universitas Sumatra Utara. Hal: 1-31.
Semadi.
2013.
Mutu dan Proses Fermentasi Susu.
Sumber
http://staff.unud.ac.id/~semadiantara.pdf (Diakses tgl 3 Desember 2015)
Fakultas Peternakan
:
Lily
LAMPIRAN
57
58
Nomor
Lampiran
Perihal
:
/PKM Fapet Unud/IX/2015
:: Surat Pengantar Mahasiswa PKM
Kepada
Yth. Bapak Dekan
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
di
Bukit Jimbaran.
Dengan hormat,
Sehubungan dengan Praktek Kerja Mahasiswa (PKM) akan segera dimulai,
bersama ini kami kirimkan nama mahasiswa yang akan melakukan PKM. Untuk
itu, kami mohon kehadapan Bapak Dekan untuk membuatkan surat pengantar
yang ditujukan kepada:
Yth. P4S Mupu Amerta
di
Jln. Brigjen Ngurah Rai No. 41, Desa Taman Bali, Bangli
Adapun Nama Mahasiswa tersebut adalah:
KLP.No.
Nama
NIM
5. 1
Kadek Slamet
1207105005
2
I Gusti Putu Agus Adi Saputra
1207105050
3
I Wayan Duaja Jaya
1207105054
4
Ni Putu Yundari Melati
1207105010
5
Ni Kade Ari Wulan Pebri Yanti
1207105061
6
I Kadek Gunung Suyasa
1207105014
Lama pelaksanaan Praktek Kerja Mahasiswa tersebut adalah selama 6 minggu
yaitu pada: 5 oktober 2015 sampai dengan 15 November 2015. Demikian
permohonan kami dan atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Denpasar, 5 Oktober 2015
an, Ketua Panitia PKM Fapet Unud,
Sekretaris,
Nomor
Lampiran
Perihal
:
/PKM Fapet Unud/IX/2015
:: Surat Pengantar Mahasiswa PKM
Kepada
Yth. Bapak Dekan
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
di
Bukit Jimbaran.
Dengan hormat,
Sehubungan dengan Praktek Kerja Mahasiswa (PKM) akan segera dimulai,
bersama ini kami kirimkan nama mahasiswa yang akan melakukan PKM. Untuk
itu, kami mohon kehadapan Bapak Dekan untuk membuatkan surat pengantar
yang ditujukan kepada:
Yth. Pt. Primarasa Pangan
di
Jln. Pendidikan II No.9 Denpasar
Adapun Nama Mahasiswa tersebut adalah:
KLP.No.
Nama
NIM
5. 1
Kadek Slamet
1207105005
2
I Gusti Putu Agus Adi Saputra
1207105050
3
I Wayan Duaja Jaya
1207105054
4
Ni Putu Yundari Melati
1207105010
5
Ni Kade Ari Wulan Pebri Yanti
1207105061
6
I Kadek Gunung Suyasa
1207105014
Lama pelaksanaan Praktek Kerja Mahasiswa tersebut adalah selama 18 hari yaitu
pada : 21 November 2015 sampai dengan 8 Desember 2015. Demikian
permohonan kami dan atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Denpasar, 16 November 2015
an, Ketua Panitia PKM Fapet Unud,
Sekretaris,
60