Oleh:
KELOMPOK 6
Didi Muhammad Hirsan (C1L019026)
Faldiansah (C1L020036)
Gde Margin Antareja (C1L020040)
Umdatul Rosidah (C1L020094)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Menyutujui,
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
ACARA I :..............................................................................................................1
I. PENDAHULUAN...............................................................................................2
1.2 Tujuan............................................................................................................3
1.3 Manfaat..........................................................................................................3
2.1 Perencanaan...................................................................................................4
5.1 Kesimpulan..................................................................................................11
5.2 Saran.............................................................................................................11
v
ACARA II :...........................................................................................................12
I. PENDAHULUAN.............................................................................................13
1.2 Tujuan..........................................................................................................14
1.3 Manfaat........................................................................................................14
2.1 Persemaian...................................................................................................15
V. PENUTUP........................................................................................................20
5.1 Kesimpulan..................................................................................................20
5.2 Saran.............................................................................................................20
I. PENDAHULUAN.............................................................................................22
1.2 Tujuan..........................................................................................................23
1.3 Manfaat........................................................................................................23
V. PENUTUP........................................................................................................28
5.1 Kesimpulan..................................................................................................28
5.2 Saran.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................50
LAMPIRAN..........................................................................................................53
vii
DAFTAR TABEL
ACARA 1
PERBANYAKAN GAHARU DENGAN CARA VEGETATIF (STEK BATANG)
viii
I. PENDAHULUAN
Teknik pembuatan bibit dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu cara
generatif (menggunakan biji) dan vegetatif (dengan cara stek, cangkok, okulasi, dan
kultur jaringan) serta menggunakan cabutan anakan alam jika benih/biji tidak tersedia
(Rusmana, 2014). Salah satu perbanyakan gaharu (Gyrinops versteegii) dengan cara
vegetatif, yaitu melalui stek batang.
Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan stek adalah dengan pemberian
zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berasal dari bahan kimia sintetik maupun bahan alami.
Zat pengatur tumbuh mengatur setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Bahan alami yang dapat digunakan sebagai substitusi ZPT diantaranya adalah air kelapa
(Kabelwa, 2017).
Selain itu, dalam memperbanyak gaharu secara vegetatif sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan polybag karena memiliki beberapa keuntungan, seperti
menghemat lahan, perawatan tanaman lebih mudah, menghemat pemakaian air, nutrisi
yang diberikan dapat langsung diserap akar tanaman, dan tanaman mudah dipindahkan
ke berbagai tempat (Yuliana et al., 2020).
Jadi dengan dilakukannya praktikum penanaman, kita bisa mengetahui
bagaimana caranya untuk melakukan penanaman dari perbanyakan secara vegetatif
yang dibantu oleh pemberian hormon tumbuh.
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
2.1 Stek
gaharu (Gyrinops versteegii). Penggunaan atonik ini tidak akan memberikan pengaruh
negatif bila pemakaiannya sesuai dengan anjuran (Srilaba, 2018).
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Pertumbuhan stek dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi jenis bahan yang digunakan, jumlah tunas dan
daun pada bahan stek, umur bahan stek, kandungan bahan makanan dan zat pengatur
tumbuh. Sedangkan faktor eksternal meliputi media pertumbuhan, kelembaban, suhu,
cahaya, dan prosedur pelaksanannya (waktu pengambilan bahan stek serta perlakuan
dengan zat pengatur tumbuh) (Waniatri et al., 2019).
Selain itu, faktor lingkugan sekitar pun turut mempengaruhi keberhasilan
pertumbuhan stek, antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan
teknik penyetekan. Adapun hormon tumbuh dan media perakaran merupakan bagian
faktor penting yang mempengaruhi efektivitas pengakaran stek (Waniatri et al., 2019).
2.4 Media Tumbuh
Media tanam yang baik akan sangat mendorong keberhasilan
pertumbuhan tanaman selanjutnya juga sangat berpengaruh terhadap produksi
buah. Media tanam seperti rockwall, pasir, arang sekam, cocopeat dan lain -lain
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditanam (Siregar et al.,
2018).
2.5 Klasifikasi Perbanyakan Vegetatif
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Mei 2022 jam 16:00 WITA
Selesai bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
4.1. Hasil
Dari praktikum yang sudah dilaksanakan, maka hasil yang didapatkan dari seluruh
perlakuan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Persentase Tumbuh
Perlakuan Stek Panjang Awal Panjang Akhir % Tumbuh
P1 20 20 0
P2 20 20 0
H1
P3 20 20 0
P4 20 20 0
P1 13 13 0
P2 20 20 0
H2
P3 16 16 0
P4 17 17 0
P1 20 20 0
P2 18 18 0
H3
P3 18,5 18,5 0
P4 19 19 0
H4 P1 13 14 2
P2 14 15 1
P3 20 20,5 0,5
xvii
P4 19 19,5 0,5
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
ACARA 2
PENANAMAN
xxi
I. PENDAHULUAN
daya survive atau persen jadi bibit nya rendah dan musim buahnya hanya setahun sekali
(bulan Agustus hingga Desember).
Perbanyakan gaharu dilakukan secara generatif, namun sangat jarang mengingat biji
tanaman gaharu ini bersifat rekalsitran dan relatif membutuhkan waktu yang lebih lama.
Oleh karena itu, diperlukan teknologi perbanyakan bibit secara in vitro atau disebut
dengan kultur jaringan. Menurut Azwin et al. (2006), teknik kultur jaringan
memberikan alternatif terhadap usaha perbanyakan tanaman secara vegetatif dalam
skala yang lebih besar dalam upaya konservasi dan pengembangan tanaman gaharu di
masa yang akan datang
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan gaharu yang
ditanam di lahan terbuka atau tanpa naungan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini bagaimana tanama Gaharu tumbuh pada tempat yang
tanpa naungan
xxiii
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gaharu
Gaharu adalah nama komoditi perdagangan hasil hutan bukan kayu (HHBK)
berupa resin yang dihasilkan dari beberapa jenis pohon, terutama dari marga Aquilaria
akibat terinfeksi jamur (Soerianegara & Lemmens, 1994 dalam Partomiharjo, 2009).)
Gaharu merupakan sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas serta
memiliki kandungan kadar damar wangi. Dilihat dari wujudnya, gaharu merupakan
gumpalan/1berbentuk padat, berwarna coklat kehitaman sampai hitam dan berbau
harum (jika dibakar) yang terdapat pada bagian kayu atau akar dari jenis tumbuhan
penghasil gaharu yang telah mengalami proses perubahan kimia dan fisika akibat
terinfeksi oleh sejenis jamur.Gaharu, yang disebut juga agarwood, aloewood,
eaglewood atau karas sebagai salah satu hasil hutan yang bernilai ekonomi tinggi,
terjadi melalui fenomena patologis yang unik. Gaharu banyak digunakan sebagai bahan
dasar minyak wangi, dupa bakaran, dan obat tradisional di Asia Timur
Gaharu berupa resin, berbentuk gumpalan padat berwarna coklat kehitaman
sampai hitam, dan berbau harum, terdapat pada bagian kayu atau akar tanaman pohon
inang. Gubal gaharu memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak digunakan sebagai
bahan dasar minyak wangi, dupa, dan obat tradisional di Asia Timur (Amansya, 2011).
2.2 Macam-macam Perbanyakan Gaharu
Perbanyakan gaharu dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu vegetatif dan generatif.
Perbanyakan gaharu secara generatif diantaranya, perbanyakan dengan biji, cabutan,
anakan (umur 1-3 bulan), sapihan (umur 4- 12 bulan), stump (1-2 tahun), putaran umur
(3-5 tahun), sedangkan perbanyak secara vegetatif antara lain, stek pucuk atau batang,
cangkok dan kultur jaringan (Febriani, 2021).
Sebagai salah satu komoditi HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu), gaharu awalnya
memiliki manfaat yang terbatas hanya untuk wewangian tubuh, ruangan dan
kelengkapan upacara ritual keagamaan masyarakat Hindu dan Islam. Sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi dibidang industri kimia serta farmasi didukung
dengan berkembangnya paradigma dunia kedokteran dan pengobatan untuk kembali
memanfaatkan bahan tumbuhan alami (back to nature), produk gaharu selain
dibutuhkan sebagai bahan industri parfum dan komestika, juga banyak dibutuhkan
sebagai bahan obat herbal, untuk pengobatan stress, asma, rheumatik, radang ginjal dan
lambung, bahan anti biotik TBC, serta tumor dan kanker (Febriyan,2015)
2.4 Kondisi Tanpa Naungan
Pada kondisi tanpa naungan, cahaya matahari yang diterima lebih banyak
sehingga hal ini memicu perkembangan tanaman dan memicu munculnya tunastunas
baru. Mekanisme penyaluran hasil fotosintesis dari sel sumber penghasil fotosintat ke
sel penerima yang membutuhkan (dikenal dengan sebutan Transport Fotosintat atau
Translokasi), menyebabkan penyaluran fotosintat yang seharusnya diperuntukkan untuk
pertumbuhan batang ataupun umbi (untuk tanaman pertanian), tetapi didistribusikan ke
tunas-tunas yang tumbuh tersebut. (Buntoro et al., 2014).
2.5 Fotosintesis Gaharu
Gaharu termasuk jenis tanaman yang semitoleran, sehingga kondisi yang terjadi
dengan intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan memberikan dampak pada
lebih tinggi dibandingkan energi yang dihasilkan dari fotosintesis (Nugroho et al.,
2011).
xxv
Praktikum penanaman bibit gaharu ini di laksankan pada hari Selasa, 2 Mei
2023 pukul 16.00 wita, yang berlokasi di Tanjung Karang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu, Bibit gaharu dengan tinggi
masing masing 50 cm, 45 cm, dan 40 cm.
3.3 Prosedur Kerja
4.1 Hasil
Gaharu 50 cm 52 cm
= 52−50=2 cm
2
= 30 ×100 %=6 ,6 %
4.2 Pembahasan
Pada Gaharu ini dimiliki tinggi awalnya yaitu 50 cm dan tinggi akhirnya 52 cm.
Pertumbuhan Gaharu ini terbilang lambat karen Gaharu merupakan tanaman yang
toleran. Pada kasus ini di dapatkan tanaman Gaharu ini menguning dan daun daunnya
pun menjadi layu. Kekurangan unsur haara juga menjadi pertimbangan mengapa
tanaman gaharu ini lambat untuk tumbuh dan berkembang. bibit berukuran kurang dari
100 cm yang ditanam di tempat terbuka dan di bawah dan tanpa naungan lebih lambat .
Perbedaan kondisi fisik bibit dengan perlakuan tanpa naungan dan tinggi bibit 100 cm
keatas dengan perlakuan tanpa naungan.
salah satu faktor yang menyebabkan terbatasnya hasil gaharu dari hutan
tanaman, karena penanamannya hanya bisa dilakukan di bawah naungan (di sela-sela
kebun karet). Selanjutnya dikemukakan bahwa sifatnya yang semitoleran, menyebabkan
xxviii
masyarakat belum bisa menanam gaharu di lahan terbuka termasuk bekas perladangan,
bekas kebakaran dan areal non produktif lainnya yang terbuka. Padahal teknologi
percepatan pembentukan gubal gaharu sudah ditemukan melalui berbagai penelitian
yang perlu didukung dengan kegiatan penanaman.
Secara teknis, pembudidayaan terhadap jenis-jenis pohon penghasil gaharu
berkualitas dan bernilai komersial tinggi, selain ideal dikembangkan di berbagai
wilayah endemik sesuai daerah sebaran tumbuh jenis, juga dimungkinkan dapat
dibudidayakan pada lahan-lahan atau kawasan yang memiliki kesesuaian tumbuh.
Berkembangnya pembudidayaan diharapkan selain dapat berperan dalam melestarikan
plasma nutfah sumberdaya pohon penghasil gaharu, juga sekaligus membina kelestarian
produksi gaharu yang konstruktif dalam revitalisasi sektor kehutanan dan membina
perolehan pendapatan masyarakat serta devisa negara
Intensitas cahaya rendah mengakibatkan pengaruh yang berlawanan yaitu suhu
rendah sehingga proses fotosintesis tidak dapat berlangsung dengan baik bila kurang
mendapat cahaya matahari, maka pembentukan karbohidrat menjadi sangat terbatas.
cahaya matahari berpengaruh terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel sehingga
akan meningkatkan pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan batang. Pertumbuhan tinggi
semai berkaitan langsung dengan intensitas dan kualitas cahaya matahari yang diterima
oleh tanaman untuk melaksanakan fotosintesisnya. Tanaman Gaharu membutuhkan
cahaya matahari dengan intensitas yang berbeda pada setiap fase pertumbuhannya.
Pertumbuhan tinggi berhubungan erat dengan laju fotosintesis dan respirasi,
yang mana laju fotosintesis sebanding dengan intensitas cahaya yang diterima.
Intensitas cahaya dan suhu yang terlalu tinggi jika berlangsung dalam waktu yang lama
menyebabkan keseimbangan air tanaman terganggu. Pada titik jenuh cahaya matahari,
tidak dapat dimanfaatkan tanaman untuk menambah hasil fotosintesisnya walaupun
cahaya bertambah, sehingga tiap jenis dan tingkat pertumbuhannya akan memerlukan
cahaya yang berbeda. Pada kondisi tanpa naungan, cahaya matahari yang diterima lebih
banyak sehingga hal ini memicu perkembangan tanaman dan memicu munculnya
tunastunas baru. Mekanisme penyaluran hasil fotosintesis dari sel sumber penghasil
fotosintat ke sel penerima yang membutuhkan (dikenal dengan sebutan Transport
xxix
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa tanaman Gaharu yang di tanam
tanpa naungan akan mendapatkan hasil yang kurang maksimal dan akan memperlambat
perkembangannya. Gaharu hanya butuh cahaya yang lebih sedikit karena gaharu
merupakan tanaman yang toleran yang membutuhkan intesitas cahaya yang rendah
5.2 Saran
Saran pada praktikum ini yaitu pemilihan lokasi tanaman lebih baik lagi karena
jenis tanah lokasi penanaman yaitu jenis tanah berlumpur
xxxi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xxxiv