Anda di halaman 1dari 39

BAGIAN 6

Teknologi Pengolahan
Limbah Cair Perhotelan

Oleh :
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si.,
Dan Ir. Ruliasih Marsidi
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Abstraksi

H
otel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan dan juga
menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti
makanan, pencucian/laundry dll bagi para pengunjungnya, sehingga dalam
aktivitasnya hotel menghasilkan berbagai limbah cair dan sampah layaknya suatu
komplek pemukiman penduduk.

Supaya hotel tetap dapat menjaga dan meningkatkan jumlah pengunjungnya,


maka diperlukan pengelolaan lingkungannya dengan baik termasuk dalam
pengelolaan dan pengolahan limbah. Limbah cair dari perhotelan mempunyai
karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan limbah domestik dari pemukiman.

Untuk mengolah limbah cair dari perhotelan dapat dilakukan dengan


menggunakan proses biologi anaerobik dan diteruskan dengan proses aerobik.
Teknologi ini dapat diterapkan dengan mudah dan kebutuhan biaya investasinya
tidak terlalu besar. Disamping itu biaya operasionalnyapun juga murah.

1.2. Latar Belakang

Menyadari akan pentingnya sektor pariwisata, seni dan budaya dalam


pembangunan nasional diharapkan pariwisata, seni dan budaya dapat menjadi
andalan dan unggulan pembangunan nasional, jangka pendek. Dalam jangka
panjang diharapkan parsenibud dapat menjadi tulang punggung pengembangan
ekonomi.

349
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Melihat kecenderungan global pariwisata dunia serta keadan alam dan


budaya Indonesia, tidak mustahil di masa yang akan datang parsenibud sebagai
salah satu sektor yang dapat menjadi " Tambang Emas Masa Depan " bagi republik
Indonesia. Disamping itu dengan disatukannya bidang seni dan budaya dengan
pariwisata diharapkan salah satu fungsi pariwisata yaitu meningkatkan mutu seni dan
budaya dapat diwujudkan secara nyata.

Dalam era globalisasi yang didukung dengan kemajuan transportasi,


telekominikasi dan teknologi, pariwisata dunia cenderung terus meningkat dimana
pada tahun 1997 wisatawan dunia mencapai 613,1 juta dengan menghasilkan devisa
US$ 447,7 miliar. Keadaan tersebut telah memberikan sumbangan kepada
perekonomian dunia baik dari sisi peningkatan pendapatan masyarakat penerimaan
pajak, inventasi baru dan sumbangsih terhadap kesempatan kerja.
Kecendenderungan tersebut telah memacu masing-masing negara mengembangkan
pariwisata, sehingga tidak dapat dihindari telah terjadi persaingan yang ketat
khususnya dari negara-negara tetangga.

Untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu tambang emas, maka


diperlukan berbagai fasilitas pendukung pariwisata. Salah satu fasilitas penting
adalah adanya sarana penginapan seperti hotel yang dapat memberikan
kenyamanan bagi para pengunjung. Kondisi hotel yang bersih, sehat, rapi, dan indah
akan meningkatkan kenyamanan bagi para tamu dan dapat meningkatkan jumlah
tamunya.

Tumbuhnya berbagai usaha perhotelan terutama di pusat-pusat perkotaan


dan kawasan pariwisata akan menghasilkan berbagai limbah, baik padat (sampah)
maupun cair. Untuk tetap menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih dan sehat,
maka berbagai sampah dan limbah cair tersebut harus dikelola sesuai dengan
karakteristiknya.

350
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

Pengelolaan sampah dan limbah yang tidak benar akan menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan dan akan menimbulkan kesan kotor, kumuh dan bau
busuk yang menyengat. Jika hal ini sudah terjadi, maka adanya berbagai potensi
wisata yang telah dibangun tidak akan berguna, sebab tidak akan ada pengunjung
yang mau datang ke lokasi seperti ini.

Untuk itulah maka sudah selayaknya dan menjadi kewajibannya, semua pihak
yang menghasilkan limbah harus mengolah limbahnya sampai baku mutu yang telah
ditetapkan.

351
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

BAB 2
KLASIFIKASI HOTEL

2.1. Pengertian Hotel

D
alam dunia pariwisata, yang dimaksud wisata adalah bepergian selama
paling sedikit dua puluh empat jam, sebagaimana ditetapkan oleh komisi
teknik IUOTO (International Union of Official Travel Organization) melalui
PATA (Pacific Area Travel Assosiation). Bila pariwisata tersebut dilihat sebagai
suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai
suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah terhadap barang atau jasa
sebagai satu kesatuan produk, baik yang nampak/nyata (tangible product) dan yang
tidak tampak/nyata (intangible product). Wisatawan sering disebut juga ‘turis’, ialah
orang yang bepergian untuk tujuan tertentu.

Orang yang berpergian memerlukan berbagai kemudahan, seperti sarana


pengangkutan, tempat makan dan minum serta tempat menginap. Maka
bermunculanlah berbagai jenis angukutan, rumah makan, biro perjalanan,
penginapan dan sarana lainnya. Di antara berbagai jenis penginapan ada yang
disebut hotel.

Pengertian hotel sesuai dengan Surat Keputusan Menparpostel No. KM


37/PW. 340/MPPT-86, tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel, “hotel
adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa
penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial”. Pengertian hotel
menurut Surat Kep. Ini hendaknya dibedakan dengan penginapan atau losmen,
dimana menurut Surat Kep. ini penginapan atau losmen tidak termasuk dalam
pengertian hotel.

352
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

Penginapan atau losmen adalah suatu usaha komersial yang menggunakan


seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap
orang untuk memperoleh pelayanan sewa kamar untuk menginap. Dengan demikian
bedanya dengan hotel adalah, bahwa penginapan tidak menyediakan pelayanan
makanan dan minuman, serta jasa penunjang lainnya.

2.2. Klasifikasi Hotel

Ada berbagai jenis jasa pelayanan penginapan yang dikembangkan oleh


masyarakat dengan tujuan untuk memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan
kebutuhan konsumen pengguna. Menurut SK No. KM 37/PW. 304/MPPT-86,
penggolongan hotel ditandai dengan bintang, yang disusun mulai dari hotel
berbintang satu (1) sampai dengan yang tertinggi dengan bintang lima (5). Dalam SK
tersebut juga mengatur jenis penginapan dengan fasilitas di bawah hotel berbintang,
yang disebut hotel melati. Disamping itu juga terdapat jenis penginapan lainnya
dengan nama wisma, home stay, losmen dan sebagainya.

Klasifikasi hotel berbintang tersebut secara garis besar didasarkan pada :

(1). Besar/kecil atau banyaknya jumlah kamar


(2). Lokasi hotel
(3). Fasilitas-fasilitas yang dimiliki hotel
(4). Kelengkapan peralatan
(5). Spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan
(6). Kualitas bangunan
(7). Tata letak ruangan

Di dalam United State Lodging Industry dijelaskan, bahwa hotel dibagi dalam tiga
kelompok, yaitu :

353
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

- Transient Hotel, yaitu hotel yang letak/lokasinya di tengah kota dengan


jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan
turis.
- Residential Hotel, yaitu hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-
rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan
secara bulanan atau tahunan. Residential hotel juga menyediakan
kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel, seperti retoran, pelayanan
makanan yang diantar ke kamar dan pelayanan kebersihan kamar.
- Resort hotel, yaitu hotel yang pada umumnya berlokasi di tempat-tempat
wisata dan menyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta
fasilitas konferensi untuk tamu-tamunya.

Bidang usaha perhotelan di Indonesia terbagi dalam tiga kelompok jaringan


pengusaha hotel, yaitu :

- jaringan hotel internasional (International Hotel Chains)


- Jaringan hotel nasional (National Hotel Chains)
- Hotel yang dikelola secara independen.

2.3. Stuktur Organisasi Usaha Hotel

Struktur organisasi menunjukkan suatu tingkatan hirarkis, dimana dalam


struktur tersebut dapat diketahui bagian-bagian yang terdapat dihotel, hubungan
antara bagian yang satu dengan yang lain dan hubungan antara atasan dan
bawahan. Struktur organisasi dirancang dan disesuaikan terhadap kebutuhan hotel.
Makin besar dan lengkap fasilitasnya, maka struktur organisasinya juga semakin
komplek. Sebagai gambaran tentang tentang bentuk struktur organisasi hotel dapat
dilihat pada contoh berikut :

354
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Hotel Menengah

2.4. Sejarah Perkembangan Hotel di Indonesia

Untuk mengetahui secara pasti kapan usaha hotel di Indonesia mulai dikelola
secara komersial adalah sulit, tetapi yang jelas bahwa sejak jaman penjajahan
Belanda sudah terdapat usaha akomodasi yang dikelola secara komersial, walaupun
belum dikelola secara modern. Sebagai contoh hotel yang dikelola sejak jaman
Belanda adalah Hotel Savoy Homan, Bandung. Hotel ini dibangun tahun 1888,
kemudian direnovasi pada tahun 1937 dan selesai tahun 1939. Hotel lainnya adalah
Hotel Prenganger dibangun tahun 1897, Hotel Mij De Boer di Medan dibangun 1898,
kemudian Grand Hotel de Djokya di jalan Malioboro Jogjakarta didirikan tahun 1908,
saat ini hotel ini berganti nama dengan Hotel Garuda.

Sesudah kemerdekaan, pengelolaan hotel secara modern dimulai pada tahun


1962 dengan berdirinya Hotel Indonesia di Jakarta. Pada waktu itu para pengusaha
nasional (termasuk pengusaha akomodasi/penginapan) membentuk asosiasi yang
disebut Organisasi Perusahaan Sejenis.

355
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

BAB 3
USAHA PERHOTELAN

S
ebuah hotel yang baik adalah yang mampu memberikan pelayanan dan
kepuasan kepada para tamunya dan mampu mendapatkan keuntungan bagi
usahanya. Untuk mencapai hal tersebut, perlu kiranya untuk mencoba dan
melihat segala hal dari sudut pandang para tamu. Apa yang disukai tamu ? Apa yang
akan menyenangkan hati tamu? Apa yang membuat bahagia tamu ? dan lain-lain.

Untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan dan kebutuhan pelayanan


tersebut, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan mulai dari
perencanaan desain ruangan, penyediaan dan pemasangan perlengkapan
operasional, sikap para karyawan, keindahan dan kebersihan lingkungan serta
upaya-upaya lain yang dapat meningkatkan nilai tambah dari hotel.

3.1. Karakteristik Usaha Hotel

Tujuan dari setiap usaha perhotelan adalah mencari keuntungan dengan


menyewakan fasilitas dan menjual pelayanan kepada para tamunya. Dalam
menjalankan usahanya hotel melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

- penyewaan kamar
- penjualan makanan dan minuman
- penyediaan pelayanan-pelayanan penunjang lainnya
yang bersifat komersial

356
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

3.2. Penyewaan Kamar

Kegiatan utama dari suatu hotel adalah menyewakan kamar kapada para
tamunya. Untuk bisa memberikan kepuasan kepada tamu, keadaan kamar harus
berada dalam keadaan bersih, nyaman, menarik dan aman. Ada beberapa jenis
kamar yang biasa disediakan di hotel, antara lain:

- Single Room, yaitu kamar untuk satu orang yang dilengkapi dengan satu buah
tempat tidur berukuran single untuk satu orang.
- Twin Room, yaitu kamar untuk dua orang yang dilengkapi dengan dua buah
tempat tidur masing-masing berukuran Single.
- Double Room, yaitu kamar yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur
berukuran Double (untuk kapasitas dua orang).
- Double-Double, yaitu kamar untuk empat orang yang dilengkapi dengan dua
kamar tamu dan dengan tempat tidur berukuran Doublr (untuk dua orang).

Gambar 3.1. Kamar-Kamar Hotel Berbintang Yang Kelihatan Nyaman

357
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Gambar 3.2. Kamar-Kamar Hotel Berbintang Yang Kelihatan Nyaman

Untuk meningkatkan kenyamanan bagi para tamunya, setiap hotel selalu


menawarkan berbagai fasilitas tambahan yang dapat diberikan disamping fasilitas-
fasilitas standar yang ada pada hotel. Untuk setiap kamar hotel berbintang juga
mempunyai standar fasilitas standar, antara lain:

- Tempat tidur
- Radio
- Ruang tidur
- Televisi
- Almari pakaian
- Meja rias dan meja tulis
- Kamar mandi dan alat mandi
- Rak untuk menyimpan koper
- Telepon
- Asbak, korek api, alat tulis

358
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

Gambar 3.3. Kamar Mandi Yang Asri Dan Mewah Menambah Kepuasan Tamu

3.3. Fasilitas Umum

Untuk memberikan pelayanan terbaik dan kenyamanan bagi para tamu, setiap
hotel selalu memberikan berbagai tambahan fasilitas tambahan. Berbagai fasilitas
tambahan yang biasa disediakan di hotel antara lain :

- Biro perjalanan
- Konsierse
- Kolam Renang
- Konfirmasi Tiket
- Layanan Hidangan di Kamar 24 jam
- Layanan Pusat Kebugaran
- Taman
- Layanan Limosin
- Mandi Uap dan Pijat
- Paket dan Kiriman Parsel
- Penatu
- Penukaran Valuta Asing
- Penjagaan Bayi dengan permintaan

359
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

- Pos dan Perangko


- Pusat Layanan Bisnis
- Pusat Layanan Medis - Dokter 24 jam
- Restoran dan Bar
- Ruang Banket
- Taksi
- Toko Bunga
- Toko Cindera Mata
- Toko Kue
- Toko Serbaneka
- Tenis dan Golf atas permintaan
- Kendaraan dari dan ke Bandara
- Fasilitas pembuat kopi di setiap kamar
- Fasilitas Rapat, Konferensi dan Pernikahan
- Pelayanan Bisnis
- Spice Market Restaurant, Lotus Court Chinese Restaurant, Brown Bar
- Kolam renang
- Biro perjalanan Wisata
- Cake Shop
- Laundry & Dry Cleaning
- Drug Store
- Keamanan 24 jam dan lain - lain

Kolam Renang

360
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

Fitnes Centre

Shopping Arcade

Restauran dan Taman Hotel

361
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Loby Hotel

Dapur Hotel

362
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

BAB 4
LIMBAH PERHOTELAN

4.1. Sumber Limbah

Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh


bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara
komersial yang meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Hotel juga menyediakan
pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan,
pencucian/laundry dll bagi para pengunjungnya, sehingga dalam aktivitasnya hotel
juga menghasilkan berbagai limbah cair dan sampah layaknya suatu komplek
pemukiman penduduk.

Limbah cair hotel adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh
kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Karena aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti layaknya
pemukiman, maka sumber limbah yang ada juga relatif sama seperti pada
pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di hotel. Sumber limbah cair
perhotelan tersebut antara lain:

- limbah dari kamar mandi dan toilet,


- limbah dari kegiatan di dapur/restaurant
- limbah dari kegiatan pencucian/loundry,
- limbah dari fasilitas kolam renang,

363
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

4.2. Karakteristik Limbah Perhotelan

Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti limbah cair
domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas yang ada di hotel relatif sama
seperti aktivitas yang ada di lingkungan pemukiman. Sementara jumlah limbah yang
dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada dan tingkat
huniannya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan yang ada di hotel
tersebut.

Limbah perhotelan pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Senyawa fisik :
- berwarna
- mengandung padatan
2. Senyawa kimia organiak :
- mengandung karbohidrat
- mengandung minyak dan lemak
- mengandung protein
- mengandung unsur surfactan antara lain detergen dan sabun
3. Senyawa kimia inorganik :
- mengandung alkalinity
- mengandung Khloride
- mengandung Nitrogen
- mengandung Phospor
- mengandung Sulfur
4. Unsur Biologi :
- mengandung protista dan virus

Rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah sebagai berikut:


- Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200 – 300 mg/lt.
- Konsentrasi SS di dalam air limbah 200 –250 mg/l.

364
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

Menurut Morimura dan Soufyan standar pemakaian air untuk hotel adalah
250-300 liter per orang tamu per hari, dan untuk karyawan adalah 120 – 150 liter per
karyawan per hari. Biasanya karyawan yang masuk dibagi dalam tiga (3) shif kerja,
sehingga misalkan jika jumlah seluruh karyawan 120 orang, maka rata-rata setiap
shif kerja ada 40 orang. Dengan demikian jumlah pemakaian air untuk karyawan
dihitung untuk 40 orang x jumlah pemakaian air setiap hari (120 – 150 liter/hari).

Contoh :

Untuk hotel dengan jumlah kamar = 110 kamar,


Kapasitas maksimal tamu (60 kamar single bad, 50 kamar double bad)
= 160 orang
Jumlah Karyawan 120 orang dibagi menjadi 3 shif, jadi tiap shif 40 orang.
Diasumsikan bahwa seluruh pemakaian air akan menjadi air limbah, maka jumlah
limbah maksimum adalah sebagai berikut :

Jumlah pemakaian air oleh tamu = 160 org x 300 liter/orang.hari.


= 48.000 liter per hari
= 48 m3/hari.

Jumlah pemakaian air oleh karyawan = 40 x 150 liter/orang.


= 6.000 liter/ hari
= 6 m3 / hari.

Total pemakaian air maksimum = ( 48 + 6 ) m3/hari = 54 m3 /hari.


dibulatkan menjadi = 60 m3 per hari.

Jadi jumlah limbah cair maksimum yang dihasilkan oleh hotel tersebut (pada tingkat
hunian kamar penuh) adalah 60 m3 per hari.

365
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

BAB 5
TEKNOLOGI PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR PERHOTELAN

5.1. Baku Mutu Limbah Cair Perhotelan

U
ntuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan pemilihan teknologi
yang tepat, agar biaya investasi IPAL tersebut murah. Disamping itu, biaya
operasional IPAL nantinya juga harus murah, namun harus dapat
memberikan hasil olahan yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan
baku mutu limbah buangan yang berlaku.

Baku mutu limbah cair hotel adalah batas maksimum limbah cair yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku mutu limbah cair perhotelan telah
ditetapkan dengan Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995 tentang “Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel” tanggal 23 Oktober 1995, seperti pada Tabel
5.1. berikut:

Tabel 5.1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel

PARAMETER KADAR MAKSIMUM (mg/L)

BOD5 30

COD 50

TSS 500

pH 6,0 - 9,0

Sumber : Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995

366
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

5.2. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Untuk memilih teknologi pengolahan limbah yang tepat banyak dipengaruhi


oleh berbagai faktor, antara lain:

- laju aliran limbah,


- kualitas air buangan dan sifatnya (karakteristik limbah),
- ketersediaan lahan,
- standar air olahan yang diinginkan,
- kemampuan pembiayaan,

Tabel 5.2. Tabel Contoh Beberapa Pilihan Pengolahan Air Buangan

Pre-treatment Primary treatment Secondary treatment Tertiary


treatment
Kimia Fisik Penghilanga Penghilang
n organik an padatan
terlarut dan tersus-
unsur koloid pensi
Screening dan Netralis- Flotasi Lumpur aktif Pengen- Koagulasi,
Grit Removal asi dapan Sedimen-
tasi
Equalization Koagu- Sedime Stabilisasi Filtrasi
dan Storage lasi ntasi kontak
Oil Separation Hidrolisis Trickling Adsorpsi
Filter karbon
Kolam aerasi Penukar
Ozonation ion
Destilasi
RO
Elektrodiali
sis

Berikut ini diberikan contoh proses pengolahan limbah cair perhotelan yang
dapat diterapkan untuk hotel kecil dan menengah dengan kapasitas 110 kamar
seperti yang ada pada contoh BAB 4.

367
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Karakteristik limbah adalah sebagai berikut :

− Jumlah kamar = 110 kamar,


− Kapasitas maksimal tamu = 160 orang,
− Jumlah karyawan = 120 orang/hari (40 orang/ shif),
− Jumlah limbah max. = 60 m3 /hari.
− BOD di dalam air limbah = 200 – 300 mg/lt.
− SS di dalam air limbah = 200 –250 mg/l.

Hasil olahan yang diinginkan harus dapat memenuhi kualitas limbah cair
buangan kegiatan perhotelan sesuai dengan Kep. Men. LH No. : KEP-
52/MENLH/10/1995 :

Tingkat effisiensi pengolahan :

− Efisiensi penghilangan BOD IPAL diperkirakan 90-95 %.


− Perikiraan konsentasi BOD olahan adalah lebih kecil 20 –30 mg/lt.

5.2.1. Proses Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk


mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai
bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai
senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan
penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor
anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob
tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak
kontaktor anaerob terdiri dari tiga buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah

368
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum
sempat terurai pada bak pengendap secara ananerob atau tanpa udara.

Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Bak
kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari tangki aerasi dan biofilter aerob. Di dalam
ruang biofilter aerob ini juga ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe sarang
tawon. Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan udara dialirkan ke tangki
atau bak biofilter aerob sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan
media.

Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang


tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana
hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta
mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi
lebih besar.

Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur
aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali
ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan
(over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.

Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan
aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia,
deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.

Skema proses pengolahan air limbah perhotelan dengan sistem biofilter


anaerob-aerob dapat dilihat pada Gambar 5.1.

369
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

370
Gambar 5.1. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Perhotelan Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

Proses dengan biofilter “anaerob-aerob” ini mempunyai beberapa keuntungan


antara lain :

• Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang terdapat pada biofilter
mengakibatkan timbulnya lapisan mikroorganisme yang menyelimuti permukaan
media atau yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung
zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan
lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter
tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikro-organisme yang
menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya
maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar. Selain
menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini dapat juga
mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) ,
deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.

• Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media
ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan
bakteri e-coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi
penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni
penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi
kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak
terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter
anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai
bahan kimia serta kebutuhan energinya sangat kecils. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar

• Dengan kombinasi proses “anaerob-aerob”, efisiensi penghilangan senyawa


phospor menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau
proses aerob saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor
anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat
hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk
menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air limbah. Selama berada
pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan diserap oleh

371
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

bakteria/mikroorganisme dan akan disintesa menjadi polyphospat dengan


menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik
(BOD). Dengan kombinasi proses anaerob-aerob ini dapat menghilangkan BOD
maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan beban organik yang cukup besar.

5.2.2. Keunggulan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”

Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerb-aerob


antara lain yakni :

− Perawatannya sangat mudah.


− Biaya operasinya rendah.
− Jumlah lumpur yang dihasilkan relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan
proses lumpur aktif.
− Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan
euthropikasi.
− Kebutuhan energi lebih kecil.
− Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
− Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

5.2.3. Contoh Disain Teknis IPAL

Kapasitas Rencana = 60 m3 per hari.


− BOD Masuk = 200 – 300 mg/lt.
− SS Masuk = 200 – 250 mg/lt
− Efisiensi Pengolahan = 90 – 95 %
− BOD keluar = 20 – 30 mg/lt
− SS keluar = 20 – 30 mg/lt

372
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

A. Bak Pengendapan Awal

Kriteria perencanaan :

− Lebar maksimum 1,5 m dan tinggi maksimum 2 m. dimensi ini dapat


disesuaikan dengan kondisi ruangan yang tersedia.
− Waktu tinggal (residence time ) 1,5 – 3 jam (standar JWWA)

Hasil perhitungan :

• Dimensi :

− Lebar = 1,5 m
− Panjang = 2,8 m
− Tnggi = 1,9 m
− Kedalaman air efektif = 1,7 m
− Tinggi ruang bebas = 0,2 m
− Diameter Inlet =4“
− Diameter Outlet =4“

• Waktu tinggal (retention time) rata-rata = 2,86 jam


• Waktu tinggal pada saat beban puncak = 1,43 jam ( asumsi jumlah limbah 2
x jumlah rata-rata).

• Jumlah ruang = 2 buah


• Beban permukaan (surface loading) ruang I = 14.2 m3/m2.hari
• Beban permukaan (surface loading) ruang I = 50 m3/m2.hari
(standar JWWA = 20 – 50 m3/m2.hari)

Disain bak bak pengendapan awal dapat dilihat seperti pada gambar 5.2.

373
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Gambar 5.2. Rancangan Bak Pengendapan Awal.

374
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

B. Biofilter Anaerob

Kriteria perencanaan :

− Waktu tinggal di dalam reaktor = 8 jam


− Beban BOD per satuan permukaan media = 5 – 30 g BOD /m2 hari. (EBIE
Kunio., “ Eisei Kougaku Enshu “, Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992).

Hasil perhitungan :

− Volume efektif reaktor total = 8/24 x 60 m3 = 20 m3


− Lebar = 1,5 m
− Tinggi air efektif = 1,7 m
− Panjang bak yang diperlukan = 20 m3/(1,5 m x 1,7 m) = 7,4 m .
ditetapkan panjang Bak = 7,5 m.
− Tinggi ruang bebas = 0,2 m
− Jumlah bak = 3 buah .
− Dimensi bak :
Lebar = 1,5 m
Panjang = 2,5 m
Tinggi = 1,9 m
Kedalan air efektif = 1,7 m
Tinggi ruang bebas = 0,2 m
− Waktu tinggal total rata-rata =7,65 jam
− Tinggi ruang lumpur = 0,2 m
− Tinggi bed media pembiakan mikroba = 1,2 m
− Tinggi air di atas bed media = 30 cm
− Volume total media pada biofilter anaerob = 14 m3
− Luas permukaan spesifik media = 225 m2/m3

[Konsentrasi BOD g/m3 x Q m3/hari ]


− Beban BOD/ satuan luas =
Luas permukaan media m2
= 5,8 g BOD /m2. hari.

375
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Disain tangki biofilter anaerob seperti terlihat pada gambar 5.3.


Sedangkan rangkaian aliran pada reaktor biofilter dapat dilihat pada gambar 5.4.

C. Biofilter Aerob

Kriteria perencanaan : Waktu tinggal di dalam reaktor = 4 jam


Hubungan inlet BOD dan beban BOD per satuan luas permukaan media untuk
mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90 % dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Hubungan Inlet BOD Dan Beban BOD


Per Satuan Luas Permukaan Media

Inlet BOD mg/l LA g BOD/m2.hari

300 30

200 20

150 15

100 10

50 5

Sumber : EBIE Kunio., “ Eisei Kougaku Enshu “,


Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992.

376
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

Gambar 5.3. Rancangan Tangki Biofilter Anareob.

377
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Bak Pengendap Awal Biofilter Aaerob

Gambar 5.4. Diagram Rangkaian Aliran Biofilter Anaerob.

Hasil perhitungan :

Jumlah ruang = 2 bak, yakni bak 1 untuk aerasi dan bak 2 untuk biofilter aerob.

− Dimensi Bak Aerasi (Bak 1) :


Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif = 1,7 m
Panjang = 1,7 m
Tinggi ruang bebas = 0,2 m
Tinggi ruang lumpur = 0,2 m
Tinggi air di atas bed media = 20 cm

− Dimensi Bak Biofilter Aerob (Bak 2) :


Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif = 1,6 m
Panjang =2 m
Tinggi ruang bebas = 0,3 cm
Tinggi air di atas bed media = 20 cm
Tinggi Bed Media = 1,2 m
− Waktu tinggal total rata-rata = + 3,8 jam
− Beban BOD per satuan permukaan media = 4,44 g BOD/m2.hari.

378
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

Rancangan bak aerasi seperti terlihat pada gambar 5.5.


Sedangkan rancangan tangki biofilter aerob serta rangkaian aliran bak aerasi dan
tangki biofilter aerob dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.5. Disain Bak Aerasi

379
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

380
Gambar 5.6. Disain Tangki Biofilter Aerob Dan Rangkain Alirannya.
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

D. Bak Pengendap Akhir

− Dimensi :

Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif =1,62 m
Panjang = 2,3 m
Tinggi ruang bebas = 0,3 m (disesuaikan dengan kondisi
lapangan).

− Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 2,2 Jam


− Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 30 m3/m2.hari

Catatan :

− Kriteria Standar : waktu tinggal = 2 jam


− Beban permukaan : 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)

Disain bak pengendapan dapat dilihat seperti pada Gambar 5.7.

E. Media Pembiakan Mikroba

Material : PVC sheet


Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm
Luas Kontak Spsesifik : 200 – 226 m2/m3
Diameter lubang : 2 cm x 2 cm
Warna : bening transparan.
Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3
Porositas Rongga : 0,98

Contoh media pembiakan mikroba dapat dilihat pada gambar 5.8.

381
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Gambar 5.7. Rancangan Bak Pengendapan Akhir.

Gambar 5.8. Media Pembiakan Mikroba Tipe Sarang Tawon

382
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

F. Pompa Air Sirkulasi

Kapasitas : 15 -30 M3/hari (10 - 20 liter per menit)


Tipe : Pompa Celup
Total Head : 9 meter
Jumlah : 1 buah
Outlet :1“
Listrik : 100 -150 watt, 220-240 volt

Gambar 5.9. Pompa Sirkulasi

G. Blower Udara

Kapsitas : 400 liter per menit


Total Head : 200 cm air
Listrik : 200 watt, 220 volt.
Jumlah : 2 unit

Gambar 5.10. Blower Udara

383
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

384
Gambar 5.11. Rancangan Sistem Pengolahan Limbah Perhotelan Secara Lengkap.
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Ir. Setiyono, M.Si., dan Ir. Ruliasih Marsidi

BAB 6
PENUTUP

B
uku panduan ini disusun untuk memberikan gambaran kepada para pemilik
hotel agar dapat melakukan pengelolaan lingkungannya sehingga dapat
mewujudkan suatu kawasan hotel yang bersih dan nyaman sehingga
disamping dapat membantu upaya pelestarian lingkungan juga dapat meningkatkan
tingkat hunian tamu hotel.

Contoh teknologi pengolahan limbah cair perhotelan yang dimuat dalam buku
ini dibuat dengan detail disain-nya sehingga diharapkan para pengelola hotel dapat
membangun dan mengoperasikannya dengan baik tanpa merasa terbebani oleh
biaya investasi maupun operasionalnya. Sebaliknya diharapkan dengan tambahan
modal yang sedikit tersebut dapat menciptakan lingkungan yang asri sehingga dapat
lebih menarik para pengunjung.

Demikian sepatah kata dari penulis, kami mengucapkan terimakasih kepada


Pemda Samarinda, Direktur P3TL - BPP Teknologi dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
buku ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu segala kritik dan saran dari
para pembaca saya terima agar penyusunan berikutnya dapat menjadi lebih baik.

385
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

DAFTAR PUSTAKA

1. -----, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon Gesuidou Kyoukai,


1984.
2. -----, “Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah Yang Boleh Masuk Ke
Dalam Sistem Sewerage PD PAL JAYA”, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA,
1995.
3. Gouda T., “ Suisitsu Kougaku – Ouyouben”, Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo,
1979.
4. Said, N.I., “Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Individual
Tangki Septik Filter Up Flow”, Majalah Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995.
5. Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “ Eisei Kougaku “ (Sanitary
Engineering), Kajima Shuppan Kai, Tokyo, 1987.
6. Sulastiyono A. Drs, MSi, “Manajemen Penyelenggaraan Hotel”, Alfabeta,
Bandung, 1999.
7. Viessman W, Jr., Hamer M.J., “ Water Supply And Polution Control “, Harper &
Row, New York, 1985.
8. Wignjohusodo, S., “Pengelolaan Limbah Secara Terpadu dan Terpusat”,
Presentasi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit, Jakarta 11 Juli 1996.

386

Anda mungkin juga menyukai