Oleh:
PRETI
M1A121075
KELAS B
HALAMAN SAMPUL............................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat.......................................................................3
II PEMBAHASAN
2.1 Sumber daya hutan.........................................................................6
2.2 Degradasi hutan..............................................................................7
2.3 Pengelolaan sumber daya hutan .....................................................8
2.4 Pemanfaatan sumber daya hutan....................................................10
III PENUTUP
5.1 Kesimpulan.....................................................................................20
5.2 Saran...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................25
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan lengkap makalah Ekonomi sumber daya hutan
ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan
judul (Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Hutan dalam Menurunkan
Degradasi hutan).
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ekonomi
sumber daya hutan ini ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak dan dapat di
jadikan sebagai bahan bacaan.
PRETI
M1A121044
iii
I PENDAHULUAN
ciri khas tersendiri (local spesific) sesuai dengan karakteristik budaya masyarakat
yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Sumberdaya hutan dimaknai sebagai
sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, religius, politik, sosial dan
masyarakat dan hutan sangat tergantung dari ketersediaan sumberdaya hutan yang
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia
dalam jangka panjang. Ekonomi summberdaya hutan tidak berbeda dengan ilmu
sifat sifat khas sehingga dipandang dapat dipahami kalau dipelajari sebagai subjek
iv
menyejahterakan masyarakat. Hubungan antara sumber daya alam yang tersedia
yang terbatas dapat menjadi suatu masalah yang besar jika pengelolaanya tidak
Tahun 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa: “Bumi, air dan kekayaan alam
bagi kemakmuran rakyat secara adil dan merata”. Menurut UU No. 41 Tahun
aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi
yang seimbang dan berkelanjutan”. Hutan atau rimba dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat, baik untuk membuka ladang maupun mengambil hasil hutan berupa
masyarakat untuk mengambil hasil hutan non-kayu antara lain rawa, sungai, dan
pengelolaan hutan yang paling sering terjadi yaitu antara masyarakat sekitar hutan
dengan pengelola hutan, dalam hal ini adalah pemerintah atau swasta, ataupun
bisa dengan sesama masyarakat itu sendiri. Konflik tersebut dapat berdampak
v
pada kerusakan kelestarian lingkungan, baik fisik maupun non-fisik, maka pihak
Konflik sumber daya adalah hubungan antara sumber daya dengan kekerasan
yang tidak selalu sederhana dan bersifat linier, ketika ada sumber daya di situ pula
ada kekerasan, dan juga dari berbagai kasus yang ditemukan bahwa ketika ada
tempat dengan sumber daya melimpah maka kekerasan sering terlihat. Dengan
kata lain konflik atas sumber daya disebabkan oleh berbagai macam faktor,
diantaranya; pola dan akumulasi modal yang bernuansa distribusi tidak seimbang
secara spasial, bentuk-bentuk akses kontrol terhadap sumber daya yang juga tidak
merata termasuk hak kepemilikan dan hak penguasaan, para aktor yang muncul
dari hubungan sosial produksi yang tidak seimbang seperti perusahaan, pekerja,
mempunyai berbagai manfaat, baik langsung maupun tidak langsung, dan manfaat
ini akan dapat dinikmati secara kontinyu, apabila keberadaannya terjamin. Untuk
itu sumberdaya hutan yang bersifat renawable resources ini perlu dikelola secara
kawasan hutan.
hutan Gayo Lues terdiri dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) seluas
202.880,30 ha, hutan lindung seluas 226.560 ha, hutan produksi seluas 45.190 ha,
vi
dan areal penggunaan lain (APL) seluas 97.327,7 ha. Dengan kata lain 85% dari
luas wilayah merupakan kawasan hutan. Sementara itu keberadaan hutan Gayo
Lues mempunyai potensi dan peranan yang sangat besar, antara lain terdapat
biodiversity yang tinggi, baik flora maupun fauna, terdapat 9 hulu DAS, dan
hutan tersebut terus berlangsung, baik kegiatan perambahan, illegal logging dan
hutan tersebut tidak sebanding dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
maka hutan perlu dikelola dengan manajemen yang baik, dan dalam hal ini perlu
didukung oleh aturan, kebijakan dan strategi pengelolaan yang baik pula. Untuk
sumberdaya hutan terlebih dahulu perlu nilai ekonomi yang terdapat pada
sumberdaya hutan tersebut. Nilai manfaat ekonomi yang terukur secara moneter
Pemanfaatan kawasan sumber daya bukan hal yang mudah untuk tetap
terdapat di dalam kawasan taman nasional. Adanya status legal sebagai salah satu
menjadi suatu kawasan yang bebas gangguan dan ancaman. Hal ini terlihat dari
vii
banyaknya data yang menunjukkan tingginya tingkat keterancaman terhadap
sejumlah besar tumbuhan dan satwa. Salah satu taman nasional yang terdapat di
nasional ini tergolong cukup tinggi, terdiri dari 323 jenis tumbuhan, juga memiliki
jenis lain yang tidak dapat dijumpai di daerah lain (Unit Taman Nasional Rawa
rendah, dengan tingkat pendidikan yang rendah dan sangat bergantung pada
nasional secara tidak terkendali (over eksploitasi). Populasi hidupan liar dan
viii
K
F
I
S
O
L
G
P
N
T
H
Y
A
D
R
E
B
M
U
kawasan lindung di Sulawesi berada di bawah tekanan yang luar biasa dari
masyarakat pedesaan. Hal ini nampak dalam berbagai aktivitas masyarakat seperti
perburuan satwa secara liar, penyerobotan lahan untuk dijadikan lahan pertanian,
pencurian kayu dan hasil hutan lainnya yang berpengaruh pada habitat alami.
ix
1.4 Tujuan dan Kegunaan
x
II PEMBAHASAN
yang dapat dirasakan pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Manfaat
tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan
kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu, damar dan lain-lain, serta
keragaman genetik dan lain-lain. Saat ini berbagai manfaat yang dihasilkan
sumber daya hutan yang berlebih. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak
pihak yang belum memahami nilai dari berbagai manfaat sumber daya hutan
produksi, penentuan harga termasuk dalam kajian ekonomi mikro dan masalah
ekonomi mikro dalam ekonomi SDH untuk menjawab barang dan jasa hasil hutan
apa yang diproduksi sehingga dapat menguntungkan unit usaha (bisnis) sebagai
xi
pengertian bahwa sumberdaaya hutan telah memberikan kontribusi bagi
Degradasi atau penurunan kualitas lahan merupakan isu global utama pada
abad ke-20 dan masih menjadi isu penting dalam agenda internasional pada abad
ke-21. Erosi tanah, kelangkaan air, energi, dan keanekaragaman hayati menjadi
tanah serta produktivitas alami lahan pertanian dan ekosistem hutan. Di Indonesia,
laju erosi tanah pada lahan pertanian dengan 625 t/ha/tahun,30% tergolong
tinggi, berkisar antara 60lereng 3 padahal banyak lahan pertanian yang berlereng
lebih dari 15%, bahkan lebih dari 100% sehingga erosi tanah tergolong sangat
tinggi. Konservasi tanah dan air mengarah kepada terciptanya sistem pertanian
manfaat yang dihasilkan SDH ini. Penilaian sendiri merupakan upaya untuk
menentukan nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan
manusia. Manfaat dari sumber daya hutan ini maka hal tersebut dapat dijadikan
xii
rekomendasi bagi para pengambil kebijakan untuk mengalokasikan sumberdaya
alam (SDA) yang semakin langka dan melakukan distribusi manfaat SDA yang
SDH dalam satuan moneter. Sebagai contoh manfaat hutan dalam menyerap
karbon, dan manfaat ekologis serta lingkungan lainnya. Karena sifatnya yang non
yang semakin terdegradasi. Untuk itu dikembangkan berbagai metode dan teknik
penilaian manfaat SDH, baik untuk manfaat SDH yang memiliki harga pasar
ataupun tidak, dalam satuan moneter. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk
menjelaskan konsep nilai ekonomi total dan berbagai metode yang digunakan
dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa)
xiii
menjadikan kompleksitas hubungan antara berbagai pihak yang memiliki
dapat tergantikan dan penting bagi kehidupan manusia. Melalui UU No.5 Tahun
1990, pemerintah juga menetapkan kawasan konservasi pada suatu wilayah yang
memiliki keanekaragaman hayati yang khas dan perlu dikelola dan dimanfaatkan
secara lestari.
suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Taman nasional merupakan salah
ap sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan titipan dari para leluhur mereka.
Oleh karena itu, mereka wajib untuk menjaga keutuhan dan mempergunakan
sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka saat ini hingga generasi
mendatang. Sebagai lahan titipan para leluhur, seluruh sumberdaya alam ini
diklaim sebagai milik adat dan bersifat komunal. Hanya boleh dipergunakan dan
dimanfaatkan untuk hidup, namun tidak boleh untuk dijual dan dimiliki secara
xiv
Kasepuhan, diatur oleh seorang Abah sebagai pemimpin adat. Terkait dengan
aturan keterwakilan. Hak kepemilikan taman nasional, sesuai dengan UUD 1945
pengelolaan taman nasional dilaksanakan oleh pemerintah, dalam hal ini oleh
Kementerian Kehutanan.
berasal dari hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani, dihitung nilai riilnya
dalam bentuk rupiah, kemudian dilakukan rekapitulasi nilai manfaat dari seluruh
jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa sekitar hutan
bergantung pada berbagai sumberdaya yang ada di hutan seperti kayu bakar,
bahan makanan, bahan bangunan dan hasil-hasil hutan lainnya yang dapat
memberikan nilai tambah bagi kehidupan mereka. Interaksi sosial masyarakat 176
desa dengan hutan dapat terlihat dari ketergantungan masyarakat desa sekitar
hutan akan sumbersumber kehidupan dasar seperti air, sumber energi (kayu bakar
dan bahan-bahan makanan yang dihasilkan dari hutan), bahan bangunan, dan
xv
sebagai sumber energi, rumput untuk makanan ternak, umbi-umbian dan buah-
sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Sumberwaru dan Desa
rencek/kayu bakar sebagai salah satu sumber energi rumah tangga masih banyak
Perhutani, baik untuk digunakan sendiri maupun untuk dijual sebagai penghasilan
sebagai alat transportasi dan alat angkutnya. Selain itu, ada juga masyarakat yang
memanfaatkan rencek/kayu bakar dengan cara dipikul dan berjalan kaki serta
dalam satu kali pengambilan bisa mencapai 4-5 ikat kayu bakar (1 m3 kayu bakar
siap jual setara dengan 10 ikat kayu bakar), sedangkan dengan cara dipikul hanya
dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 5−6 orang dengan volume
terkadang dijual ke pengepul rencek. Harga per ikat kayu bakar berkisar antara Rp
xvi
2.000,00-Rp 4.000,00/ikat, tergantung ukuran, volume, dan kualitasnya. Untuk
kayu bakar yang diangkut dengan menggunakan sepeda atau sepeda motor
siap jual setara dengan 2 sepeda atau sepeda motor kayu bakar).
dijual ke pabrik batubata merah, genting, tepung, gula dengan harga yang berkisar
sebagian besar memiliki hewan ternak baik sapi, kerbau, kambing, maupun
ekor per kepala keluarga, dimana yang memiliki hewan ternak terbanyak adalah
berkisar antara 3-4 ekor per kepala keluarga. Banyaknya jumlah kepemilikan
yaitu dalam bentuk penggembalaan secara liar dalam kawasan hutan, dan
selama di kandang.
pemanfaatan yang terjadi setiap hari. Volume pemanfaatan rumput untuk satu
pikulan biasanya berkisar antara 1-2 ikat, sedangkan untuk sepeda kapasitas
angkut tercatat mencapai 2-3 ikat. Rumput yang dimanfaatkan oleh masyarakat,
xvii
diperjualbelikan, namun berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
salah satu tumbuhan exotic yang ada di dalam kawasan hutan Taman Nasional
Baluran dan kawasan hutan Perum Perhutani KPH Banyuwangi Utara, tepatnya di
nilotica ini pada awalnya berfungsi sebagai tanaman pagar. Hal ini dilakukan oleh
penggembalaan liar.
kayunya yang dapat digunakan sebagai kayu bakar, bijinya pun dapat
nilotica oleh masyarakat desa sekitar hutan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
dengan memungut biji-biji yang telah jatuh di lantai hutan maupun dengan
pada musim kemarau antara bulan Juni−September yang mana tahun itu banyak
xviii
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya hutan melalui
kebijakan dan program PHBM telah berlangsung lebih dari 12 tahun sejak
2001 dalam pengelolaan hutan negara merupakan hasil negosiasi antara Perum
reformasi tahun 1998 yang disertai angka penjarahan hutan yang sangat besar.
3 (tiga) kali sejak tahun 2001. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan adanya
kebijakan baru untuk merevisi kebijakan PHBM yang dibuat tahun 2001 dengan
Kebijakan PHBM Plus pada tahun 2007 (Keputusan Direksi Perum Perhutani
plus yang diganti dengan kebijakan PHBM tahun 2009 (Keputusan Direksi Perum
PHBM ini sudah tidak lagi menjadi fokus utama dalam pengelolaan hutan Jawa.
terakhir sejak tahun 2007, tidak lagi berinteraksi secara intensif dengan LMDH
sebagai mitra utama dalam PHBM. Aktivitas interaksi hanya terjadi untuk halhal
xix
yang berkaitan dengan pemenuhan target bisnis Perhutani seperti pembuatan
tentang Pedoman Berbagi Hasil Hutan Kayu. Hal ini terjadi karena Perhutani telah
Perhutani sebagai Pengelola Hutan Lestari (PHL). Oleh karena itu, munculah
Perhutani memang tidak menghendaki adanya peran besar yang setara dari
(HKm) Beringin Jaya dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Hajran. Keduanya
HTR yang telah diberikan hak kelola legal kawasan hutan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Perhutanan Sosial menjadi salah satu
kebijakan prioritas nasional yang dijalankan oleh KLHK (KLHK, 2015), yang
xx
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 9 Tahun 2021. Dengan mendalami tiga
dalam mengelola sumber daya hutan di kawasan hutan. Hasil penelitian berguna
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup perlu diikuti dengan
Apabila ditinjau dari aspek subtantif maka hak ata lingkungan yang terkait dengan
keadilan antargenerasi dan intra-generasi merupakan ciri khusus dari hak atas
antara generasi saat ini. Hal ini berlawanan dengan fakta saat ini bahwa orang-
orang di negara maju yang jumlahnya kurang dari 20% dari total populasi dunia
mengkonsumsi lebih dari 80% kekayaan alam yang dimiliki bumi, sementara 80%
xxi
III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Sumber daya kehutanan adalah sumber daya alam hayati yang didominasi
termasuk jasa lingkungan, memanfaatkan dan mengambil hasil hutan kayu dan
proposional.
3.2 Saran
Saran penyusun yang dapat di ajukan yakni semoga makalah ini dapat
ketidaksempurnaan dalam penyusan makalah ini maka dari itu kritik dan saran
xxii
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S dan M. A. K. Supratman. 2009. Ekonomi sumber daya hutan. Buku Ajar.
Laboratorium Kebijakan Dan Kewirausahaan Kehutanan. Universitas
Hasanuddin.
Amalia, B. I dan A. Sugiri. 2014. Ketersediaan air bersih dan perubahan iklim:
Studi krisis air di Kedungkarang Kabupaten Demak. Teknik PWK
(Perencanaan Wilayah Kota). 3 (2): 295-302.
Arifandy, M. I dan M. Sihaloho. 2015. Efektivitas pengelolaan hutan bersama
masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan. Sodality: Jurnal
Sosiologi Pedesaan, Agustus.
Birgantoro, B. A dan D. R. Nurrocmat. 2007. Pemanfaatan sumberdaya hutan
oleh masyarakat di KPH Banyuwangi Utara. Jurnal Pengelolaan Hutan
Tropis. 13 (3): 172-181.
Damayatanti, P. T. 2011. Upaya pelestarian hutan melalui pengelolaan
sumberdaya hutan bersama masyarakat. KOMUNITAS: International
Journal of Indonesian Society and Culture. 3(1).
Dariah, A., Rachman, A dan U. Kurnia. 2004. Erosi dan degradasi lahan kering di
Indonesia. Dalam Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. 11-34.
Fauzi, M., D. Darusman. N. Wijayanto dan C. Kusmana. 2011. Analisis Nilai
Ekonomi Sumberdaya Hutan Gayo Lues. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 6
(1): 13-20.
Mardiana, R. 2022. Studi Komparasi Kapasitas Masyarakat HKm Beringin Jaya
dan HTR Hajran dalam Mengelola Sumber Daya Hutan untuk
Keberlanjutan. Jurnal Penyuluhan. 18 (2): 246-264.
Marina, I dan A. H. Dharmawan. 2011. Analisis konflik sumber daya hutan di
kawasan konservasi. Sodalitas: Jurnal Sosiologi Pedesaan. 5 (1):1-7.
Muliantara, A. dan I. M. Widiartha. 2015. Perancangan alat ukur ketinggian
curah hujan otomatis berbasis mikrokontroler. Jurnal Ilmu Komputer.
8(2):31-37.
Najicha, F. U. 2021. Dampak Kebijakan Alih Fungsi Kawasan Hutan Lindung
Menjadi Areal Pertambangan Berakibat Pada Degradasi Hutan. In
Proceeding of Conference on Law and Social Studies.
Nurfatriani, F. 2006. Konsep nilai ekonomi total dan metode penilaian sumber
daya hutan. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan. 3 (1): 1-16.
xxiii
Rosyadi, S dan K. R. Sobandi. 2014. Relasi kuasa antara perhutani dan
masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan di Banyumas:
kepentingan bisnis Vs community empowerment. Komunitas:
International Journal of Indonesian Society and Culture. 6 (1): 47-56.
Siswoko, B. D. 2009. Good Forest Governance: Sebuah keniscayaan dalam
pengelolaan sumberdaya hutan lestari. Jurnal Ilmu Kehutanan. 3 (1): 1-12.
Sutrisno, N dan N. Heryani. 2013. Teknologi konservasi tanah dan air untuk
mencegah degradasi lahan pertanian berlereng.
xxiv