PELESTARIAN LINGKUNGAN
PENANAMAN SERIBU BAKAU OLEH WARGA DONGGALA
Oleh
I MADE RAI BERLIAN DHARMASAPUTRA / B12200112
HECHA FIONELLA AVINDRA / B12200125
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Sejak awal tahun, Donggala, Sulawesi Tengah kerap mengalami banjir rob yang
sangat merugikan masyarakat setempat. Tercatat yang terparah terjadi pada bulan Januari
dan Mei. Banjir ini paling tidak memberi dampak langsung terhadap 5 desa di Donggala,
Desa Lompio, Desa Tanjung Padang, Desa Tompe, Desa Dampal, dan Desa Bambakanini.
Banjir bandang ini dapat terjadi akibat ombak laut pasang ombak laut yang menerpa
pemukiman penduduk. Namun, salah satu warga Dongga mengatakan bahwa gempa bumi
juga memiliki andil dalam terjadinya banjir bandang ini. Salah satu warga Donggala
mengatakan bahwa gempa bumi kuat pada 2018 silam menyebabkan penurunan permukaan
tanah sehingga pada saat pasang, air laut masuk ke perkampungan dan merendam
rumah-rumah warga hingga ketinggian satu meter.
Setiap air laut pasang yang periodenya dua kali sebulan dengan lama periode lima
sampai enam hari, menyebabkan warga tidak bisa tinggal di rumah karena tergenang air
laut. Bahkan ada beberapa rumah yang tidak rusak diguncang gempa, tapi rusak karena
selalu digenangi air laut.
2
1.2 Permasalahan
1.2.1 Dampak apa yang akan terjadi bila dilakukannya penanaman hutan bakau di Desa
Lompio, Donggala?
1.2.2 Bagaimana perubahan kualitas lingkungan dan kualitas hidup manusia di Desa
Lompio dengan ditanamnya hutan bakau?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui solusi agar lingkungan Donggala dan masyarakatnya dapat terjaga dari
banjir rob.
1.3.2 Mengetahui bagaimana mengembangkan potensi hutan bakau yang ditanam di
Donggala.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lingkungan Alam
1.1. Definisi Lingkungan Alam
Permukaan bumi memiliki sejumlah lingkungan alam yang beragam.
Lingkungan alami dapat didefinisikan sebagai flora, fauna, batuan, mineral, dan
lapisan atmosfer yang membentuk sistem ekologi tunggal, seringkali mencakup area
yang luas.
1.2. Hubungan Lingkungan Alam, Manusia, dan Lingkungan Buatan
Hubungan alam dengan manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan. Sebagai sebuah kesatuan, semua hal tersebut saling berkaitan dan
bersifat fungsional. Alam sebagai satu kesatuan sistem yang utuh merupakan
kolektivitas dari serangkaian subsistem yang saling berhubungan, bergantung, dan
fungsional satu sama lain.( (Faturohman et al., n.d., ) Selain itu, lingkungan alam
sering tumpang tindih dan bersaing satu sama lain dan dengan lingkungan yang
dibangun manusia, seperti kota, pabrik manufaktur, dan taman. Hal tersebut
membuktikan bahwa adanya hubungan erat antara lingkungan alam, manusia, dan
buatan.
2. Kerusakan Lingkungan
Kerusakan lingkungan hidup merupakan deteriorasi lingkungan yang
ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya fauna liar, dan
kerusakan ekosistem. Kerusakan lingkungan merupakan salah satu ancaman yang paling
berbahaya untuk kelangsungan hidup manusia(). Kerusakan Lingkungan ini selanjutnya
akan dibagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu kerusakan lingkungan akibat
perbuatan manusia dan proses alam.
4
2.1. Kerusakan Lingkungan Akibat Perbuatan Manusia
Manusia sebagai salah satu komponen utama lingkungan hidup di bumi
berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Namun sayang,
seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan
masa depan kehidupan generasi berikutnya sehingga menyebabkan kerusakan
lingkungan seperti perburuan hewan yang membabi buta sehingga merusak rantai
makanan ekosistem, pembakaran hutan untuk pemukiman, dan juga limbah industri
yang berbahaya untuk lingkungan dan kesehatan manusianya sendiri.
2.2. Kerusakan Lingkungan Akibat Proses Alam
Kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh faktor alam terjadi
karena adanya gejala atau peristiwa alam yang terjadi sehingga memengaruhi
keseimbangan lingkungan hidup. Contohnya seperti gempa bumi, letusan gunung api,
dan kemarau panjang.
3. Keberlanjutan Lingkungan
Pembangunan di Indonesia yang terasa terlalu berorientasi terhadap ekonomi
tanpa memperhatikan lingkungan memiliki potensi untuk membawa Indonesia ke
gerbang kehancuran. Hal ini dapat diatasi dengan adanya pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) yang merupakan sebuah proses perkembangan yang dapat
meningkatkan ekonomi tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan keadaan sosial
demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan
bertujuan untuk menyetarakan pembangunan ekonomi, pelestarian, dan kesejahteraan
sosial dalam sebuah sistem yang saling berkaitan antara satu dan lainnya.
Pembangunan keberlanjutan ini memiliki tiga prinsip utama, yaitu diperlukan
perubahan pola pikir yang cenderung berjangka pendek terutamanya oleh pemangku
kekuasaan sehingga dapat diputuskannya kebijakan-kebijakan yang akan lebih
menguntungkan untuk jangka panjangnya. Kedua, perlu dibangunnya kesadaran
pemerintah akan pentingnya UU tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan,
tidak hanya dianggap sebagai formalitas. Ketiga, pembangunan keberlanjutan ini perlu
5
diimplementasikan sesuai dengan kondisi ekonomi, lingkungan, dan sosial yang ada di
Indonesia. Tiga prinsip tersebut apabila disinergikan dapat membawa dampak positif
terhadap upaya pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
3.1. Pengembangan Keberlanjutan di Hutan Mangrove
Indonesia memiliki jutaan hektar hutan mangrove yang tersebar di hampir 30 provinsi.
Dengan letaknya yang berada di antara lautan dan daratan, otomatis fauna dan flora yang
berada di dalamnya sangatlah beragam. Selain itu, mangrove juga memberikan fungsi yang
bersifat intangible seperti memberikan proteksi pada garis pantai atau angin kencang dan
memperbaiki kualitas air. Lalu, mangrove juga memberikan manfaat fisik dari kayunya,
daging, buah-buahan hingga dedaunan yang dapat dimanfaatkan menjadi obat, bahan
pangan bagi manusia dan pakan ternak.
Namun, pengelolaan mangrove di Indonesia belum dilakukan secara berkelanjutan dan
terpadu melihat dari kerusakan parah yang pernah terjadi pada tahun 1982-1983 yang
berdampak pada hilangnya 50% lahan hutan mangrove yang ada di Indonesia.
Di Indonesia sebenarnya sudah ada undang-undang yang mengatur pengelolaan dan
pelestarian hutan mangrove.
Jika dilihat dari kurangnya efektivitas undang-undang tersebut, tentunya masih diperlukan
pengembangan upaya pembangunan berkelanjutan untuk hutan mangrove di Indonesia.
6
Jika tidak ada undang-undang yang dapat memproteksi hutan mangrove dari kehancuran,
berbagai kerusakan lingkungan akan dihadapi Indonesia tidak lama lagi.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Banjir rob kerap terjadi di Donggala, hal ini terjadi akibat laut pasang yang masuk ke
perkampungan dan merendam rumah-rumah warga hingga ketinggian satu meter. Laut
pasang yang tinggi ini terjadi akibat gempa bumi kuat pada 2018 silam yang menyebabkan
penurunan permukaan tanah. Hal ini telah dikonfirmasi oleh Insinyur Abdullah MT,
pengamat kebencanaan dari Universitas Tadulako.
Agustus 2020, para warga Desa Lompio bergotong royong menanam seribu bibit bakau
(Rhizophora sp) di pesisir pantai mereka. Penanaman bakau ini berasal dari keinginan warga
sendiri yang ingin mendapatkan solusi daripada menunggu pemerintah untuk
membangunkan tanggul. Warga juga belajar bahwa di tempat yang terdapat tanaman nipah
di ekosistem hutan mangrove akan cenderung terlindungi dari hantaman ombak daripada
tempat yang terbuka.
Seribu bibit pohon bakau yang ditanam di pesisir pantai desa Lompio disediakan secara
cuma-cuma dari lokasi penyemaian yang dikelola oleh Yayasan Penabulu Palu. Organisasi
itu sudah terlibat dalam berbagai kegiatan rehabilitasi ekosistem hutan mangrove di Palu.
Meskipun penanaman bakau ini tidak dapat mengangkat permukaan tanah, tetapi mangrove
bisa melindungi pantai dari abrasi karena dapat meredam pukulan ombak, sehingga ombak
pasang pun tidak bisa masuk ke daerah pemukiman dan warga dapat terlindungi dari
kemungkinan terjadinya banjir rob.
8
Saat ini sudah banyak lembaga dan elemen masyarakat yang turut serta dalam kegiatan
menanam mangrove, tujuannya tak lain untuk memperbaiki lahan dan wilayah kawasan
pesisir yang rusak agar hijau kembali. Pemanasan global memang menjadi ancaman yang
sangat serius untuk alam dan manusia. Salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi
dampak pemanasan global adalah dengan mengembangkan kawasan ekosistem mangrove.
Selain itu, Lahan mangrove memegang peranan dalam upaya mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim dengan kemampuan menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dari pohon
tropis. Kawasan ekosistem mangrove bisa membantu manusia dalam mendapatkan air
bersih dan udara yang segar. Kawasan mangrove memiliki fungsi untuk menyerap semua
kotoran yang berasal dari sampah manusia maupun kapal yang berlayar di laut.
Sebuah studi menunjukkan bahwa jumlah spesies ikan di sekitar hutan bakau yang masih
rimbun 25 kali lebih banyak ketimbang jumlah ikan di bekas area hutan bakau yang sudah
ditebang. Ini membuktikan bahwa hutan bakau sangat penting bagi sektor perikanan,
termasuk terumbu karang. Banyak masyarakat adat dan warga pesisir memanfaatkan kayu
bakau untuk bahan konstruksi atau bahan bakar, tentunya bukan lantas dengan melakukan
penebangan secara liar atau sembarangan.
Mereka juga mengumpulkan tanaman obat dari ekosistem bakau dan menggunakan daun
bakau sebagai pakan ternak. Baru-baru ini, hutan bakau juga telah dipanen untuk produksi
pulp, serpihan kayu, dan arang.
9
BAB IV
KESIMPULAN
Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak dapat diprediksi dan dihindari oleh manusia.
Tuhan lah yang mengatur semua kejadian alam. Namun, sebagai manusia yang bertanggung
jawab, manusia harus dapat menciptakan sebuah sistem dimana perkembangan ekonomi dan
kelestarian lingkungannya dapat terjaga dengan stabil sehingga tidak menciptakan
kehancuran bagi generasi sekarang atau generasi yang akan datang. Sistem ini adalah
pembangunan berkelanjutan yang merupakan pembangunan ekonomi yang juga
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.
Kesadaran manusia akan pentingnya keberadaan hutan, utamanya hutan bakau juga dapat
sebagai awal dari upaya pengembangan berkelanjutan di Indonesia kedepannya karena
semuanya akan diawali dari kesadaran dan niat manusia sendiri. Lalu apabila pemerintah
telah memiliki kesadaran dan pola pikir berkelanjutan, maka proteksi-proteksi terhadap
lingkungan, utamanya hutan dapat mulai diperketat. Dengan begitu, awal dari pembangunan
berkelanjutan akan bisa berlanjut hingga masa yang akan datang.
10
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/119866-T%2025339-Makna%20Sungai-Litera
tur.pdf
https://geotimes.co.id/opini/indonesia-2024-keberlanjutan-lingkungan-menuju-i
ndonesia-emas/
Faturohman, M. N. R., Al Badru, E. F., Saputro, A. H., Andika, D., Andika, F., &
https://www.academia.edu/35286820/Kerusakan_Lingkungan
Litha, Y. (2020, August 26). Sering Alami Banjir Rob, Warga Donggala Tanam Seribu
https://www.voaindonesia.com/a/sering-alami-banjir-rob-warga-donggala-tana
m-seribu-bibit-pohon-bakau/5559008.html
from
https://mangrovemagz.com/2018/01/31/pengelolaan-hutan-mangrove-berkelanj
utan-dan-terpadu-berbasis-masyarakat/
11