Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

POTENSI DAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA PASANG SURUT

Dosen Pengampu:

Prof. Deasy Arisanty

Disusun Oleh:

1. MUHAMMAD NANANG (2210113110003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN 2022
1. Pendahuluan
Lahan pasang surut memiliki potensi yang besar untuk dijadikan pilihan
strategis guna pengernbangan areal produksi pertanian kedepan yang
rnenghadapi tantangan makin komplek terutama untuk mengimbangi
penciutan lahan subur maupun peningkatan perrnintaan produksi terrnasuk
ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis. Hasil penelitian dan
pengalaman mernperlihatkan bahwa dengan pengolahan yang tepat sesuai
dengan karakteristiknya melalui penerapan IPTEK yang benar, maka lahan
pasang surut yang tergolong marjinal dengan tingkat kesuburan alami rendah
dapat dijadikan areal pertanian produktif (Ismail et al., 1993) dari sekitar 20,1
juta ha lahan pasang surut yang ada di Indonesia, diperkirakan Iebih dari
sembilan juta hektar berpotensi untuk dijadikan areal produksi pertanian dan
sampai saat ini lebih dari satu juta hektar telah direk lnmasi untuk berbagai
penggunaan terutarna sebagai daerah transmigrasi dan perkebunan.
a. Latar Belakang
Lahan rawa pasang surut sangat berperan penting dalam
peningkatan sektor pertanian dan perkebunan. Lahan rawa pasang surut
digolongkan sebagai wilayah rawa yang dipengaruhi oleh adanya
luapan pasang (spring tide) dan surut (neap tide) dari sungai atau laut
baik langsung maupun tidak langsung.Dalam satuan kawasan rawa
pasang surut terdapat sekitar 10-20% wilayah tipe luapan A, 20-30%
tipe luapan B dan C , dan 60-70% wilayah tipe luapan C (Haryono et
al.,2013).
b. Tujuan
Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui potensi dan
pemanfaatan lahan rawa pasang surut dari berbagai macam referensi
yang ditemukan.
2. Tinjauan Pustaka
Haryono et al (2013), lahan rawa pasang surut sangat berperan penting
dalam peningkatan sektor pertanian dan perkebunan. Lahan rawa pasang
surut digolongkan sebagai wilayah rawa yang dipengaruhi oleh adanya luapan
pasang (spring tide) dan surut (neap tide) dari sungai atau laut baik langsung
maupun tidak langsung.Dalam satuan kawasan rawa pasang surut terdapat
sekitar 10-20% wilayah tipe luapan A, 20-30% tipe luapan B dan C , dan 60-
70% wilayah tipe luapan C.
Alihamsyah (2004) luas lahan pasang surut berdasarkan tipologi adalah
sebagai lahan gambut kurang lebih 10.890.000 ha (54,26 %) lahan sulfat
masam 6.670.000 ha (33,24 %), lahan potensial 2.070.000 ha (10,31%) dan
salin 440.000 ha (2,19%).
Noor( 200 I) (2007) berdasarkan jenis tanah dan potensinya lahan rawa
pasang surut antara tanah mineral dan tanah gambut. Tanah mineral tanah
terbentuk oleh proses pedogenik berupa endapan liat, debu, dan sebagian
pasir yang berupa alluvial sungai atau marin (laut). Sedangkan tanah gambut
terbentuk oleh adanya proses geogenik berupa akumulasi (pasisa-sisa
tanaman baik yang sudah mati baik terdekomposisi (matang) maupun belurn
terdekornposisi (mentah). Dua jenis tanah ini mernpunyai sifat dan watak
baik fisik, kimia, rnaupun biologi yang berbeda sehingga mempunyai potensi
yang berbeda. Sifat-sifat tanah yang berbeda tersebut diantaranya adalah
kadar bahan organik, kadar air, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, dan
ketersediaan hara bagi tanaman.
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (2006) penerapan teknologi yang
sesuai dan efisien, merupakan kunci penting dalam pengembangan pertanian
berkelanjutan. Teknologi tersebut harus bersifat spesisik lokasi dan ramah
lingkungan, sehingga kualitas lahan tidak merosot, tetapi justru membaik
secara gradual agar keberlanjutan produksi dapat terpelihara. Komponen
teknologi telah tersedia, diantaranya varietas toleran, pengelolaan lahan dan
hara, ameliorasi, pemanfaatan bahan organik in situ, pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT), alat dan mesin pertanian.

3. Metode
Motode penelitian yang saya lakukan adalah dengan mencari berbagai
macam referensi dan jurnal baik dari internet maupun buku- buku jurnal
yang saya kumpulkan menjadi makalah ini dan data yang saya cari dari
berbagi referensi, jurnal dan buku-buku yang berjudul potensi dan
pemanfaatan lahan rawa pasang surut.
4. Hasil Dan Pembahasan
Potensi lahan rawa pasang surut
Menurut Alihamsyah (2004) luas lahan pasang surut berdasarkan tipologi
adalah sebagai lahan gambut kurang lebih 10.890.000 ha (54,26 %) lahan
sulfat masam 6.670.000 ha (33,24 %), lahan potensial 2.070.000 ha
(10,31%) dan salin 440.000 ha (2,19%).
Lahan pasang surut yang potensial diusahakan untuk usaha pertanian
adalah kurang lebih 9,5 juta hektar. Luasan tersebut tersebar di tiga pulau,
yaitu terluas di Sumatera sekitar 3,9 juta hektar, di Papua 2,8 hektar dan
Kalimantan 2,7 juta hektar.
Lahan rawa pasang surut mempunyai sifat yang spesifik, diantaranya
macam tipologi, jenis tanah, dan tipe genangan yang berbeda, spesifikasi
tersebut mengandung makna bahwa potensinya sebagai lahan pertanian
tentu akan berbeda. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis tingkat
kesesuaiannya berdasarkan besarnya faktor pembatas yang ada bagi sistem
usaha pertanian yang akan dikembangkan.
Berdasarkan jenis tanah dan potensinya lahan rawa pasang surut antara
tanah mineral dan tanah gambut. Tanah mineral tanah terbentuk oleh proses
pedogenik berupa endapan liat, debu, dan sebagian pasir yang berupa
alluvial sungai atau marin (laut). Sedangkan tanah gambut terbentuk oleh
adanya proses geogenik berupa akumulasi (pasisa-sisa tanaman baik yang
sudah mati baik terdekomposisi (matang) maupun belurn terdekornposisi
(mentah). Dua jenis tanah ini mernpunyai sifat dan watak baik fisik, kimia,
rnaupun biologi yang berbeda sehingga mempunyai potensi yang berbeda.
Sifat-sifat tanah yang berbeda tersebut diantaranya adalah kadar bahan
organik, kadar air, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, dan ketersediaan
hara bagi tanaman (Noor, 200 I;Noar 2007).
Potensi lahan rawa pasang surut sampai saat ini masih sebagai usaha
pertanian yang masih sangat baik.Berbagai macam komoditas yang
berkembang pun sangat beragam baik dari aneka tanaman atau komoditas
yang dapat diusahakan.
Pemanfaatan Lahan Rawa Pasang Surut
Pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian perlu diarahkan kepada usaha
pertanian berkelanjutan, yang dapat menjamin keberlanjutan produksi dan
kelestarian lingkungan melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan
dan kesesuaian lahannya. Berdasarkan kondisi wilayah dan mengacu
berbagai pengalaman, baik keberhasilan maupun kegagalan masa lalu, maka
strategi pengembangan perlu mencakup :
(1) pewilayahan kesesuaian lahan yang disinkronkan dengan rencana tata
ruang daerah lain yang mempunyai kepentingan bersama terhadap satu
sistem rawa;
(2) pemetaan rinci, dan kesepakatan pengembangan komoditas unggulan
masing-masing, sesuai preferensi wilayah dan sinkron dengan tata ruang
masingmasing daerah yang berkompeten,
(3) pembenahan dan peningkatan fungsi jaringan tata air secara bersama,
yang dapat memberikan manfaat bersama, (4) pengembangan teknologi
spesifik lokasi yang sesuai kondisi lingkungan, dan komoditas yang
dikembangkan,
(5) peningkatan kemampuan dan keberdayaan masyarakat,
(6) pengembangan sarana dan kelembagaan agribisnis,
(7) dilaksanakan secara bertahap, dengan tetap mengindahkan aspek
kelestarian lingkungan bersama.
Pemanfaatan yang tepat dengan ideal untuk lahan rawa pasang surut
adalah usaha tani terpadu (farming system).Integrasi yang dapat memberi
manfaat ganda adalah integrasi tanaman dan ternak karena ternak
disampingnya sebagai pendapatan dan juga dapat menghasilkan pupuk
kandang yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Permukaan lahan pasang surut umumnya bergelombang terutama pada
lahan yang baru dibuka, akibatnya distribusi air tidak merata. Untuk
memperlancar distribusi dan pembuangan air, diperlukan saluran-saluran
kemalir pada petak lahan pertanaman.
Hasil penelitan menunjukkan bahwa untuk tanaman padi di lahan sulfat
masam jarak antar saluran 6-9 m memberikan hasil yang baik, sedangkan
untuk tanaman palawija seperti Kedelai diperlukan saluran dangkal intensiv
(intensive shallow drained canals), yaitu saluran dangkal berdimensi lebar 40
cm, dalam 20 cm untuk musim kemarau, lebar 40 cm dan dalam 40 cm untuk
musim hujan. Sedangkan kerapatan/jarak antar saluran yang memberikan
hasil baik adalah 3 m pada musim kemarau, dan 4,5 m pada musim hujan.
Penerapan teknologi yang sesuai dan efisien, merupakan kunci penting
dalam pengembangan pertanian berkelanjutan. Teknologi tersebut harus
bersifat spesisik lokasi dan ramah lingkungan, sehingga kualitas lahan tidak
merosot, tetapi justru membaik secara gradual agar keberlanjutan produksi
dapat terpelihara. Komponen teknologi telah tersedia, diantaranya varietas
toleran, pengelolaan lahan dan hara, ameliorasi, pemanfaatan bahan organik
in situ, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), alat dan mesin
pertanian (Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, 2006).

5. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa potensi dan pemanfaatan lahan rawa
pasang surut adalah lahan rawa pasang surut sangat berperan penting
dalam peningkatan sektor pertanian dan perkebunan. Lahan rawa pasang
surut digolongkan sebagai wilayah rawa yang dipengaruhi oleh adanya
luapan pasang (spring tide) dan surut (neap tide) dari sungai atau laut baik
langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan lahan rawa untuk
pertanian perlu diarahkan kepada usaha pertanian berkelanjutan, yang
dapat menjamin keberlanjutan produksi dan kelestarian lingkungan
melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan kesesuaian
lahannya.
Daftar Pustaka
Abdurachman, A., A. Bambang, K. Sudarman, dan D.A. Suriadikarta.
1999. Perspektif pengembangan pertanian di lahan rawa. Hlm. 42-51.
Dalam Prosiding Temu Pakar dan Lokakarya Nasional Diseminasi dan
Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Rawa. Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat. Bogor.
Abdurachman, A., K. Subagyono, dan M. Al- Jabri. 2006. Konservasi dan
rehabilitasi lahan rawa. Hlm. 250.
Dalam D.A. Suriadikarta, U. Kurnia, Mamat H.S., W. Hartatik, dan D.
Setyorini (Eds.). Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Alihamsyah, T., M. Sarwani, dan I. Ar-Riza. 2002. Komponen utama
teknologi optimalisasi lahan rawa sebagai sumber pertumbuhan produksi
padi masa depan Makalah Utama. Seminar IPTEK Padi. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Sukamandi, 5 Maret 2002.
Anwar, K., M. Alwi, S. Saragih, A. Supriyo, D. Nazemi, dan K. Sari.
2001. Karakterisasi Dinamika Tanah dan Air untuk Perbaikan Pengelolaan
Lahan Pasang Surut. Laporan Akhir Hasil Penelitian. Balai Penelitian
Tanaman Pangan Lahan Rawa. Banjarbaru. Hlm. 27 -28.
Dedi Nursyamsi, Muhammad Noor, dan Haryo ; Buku Sistem Surjan
Model Pertanian Lahan Rawa Adaptif Perubahan Iklim.
Adimihardja, A.,K, Sudarman dan D. A. Suriadikarta. 1998.
Pengembangan Lahan Pasang Surut.
Alihamsyah, T., M. Sarwani, dan I. Ar-Riza. 2002. Komponen utama
teknologi optimalisasi lahan rawa sebagai sumber pertumbuhan produksi
padi masa depan. Makalah Utama. Seminar IPTEK Padi. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Sukamandi, 5 Maret 2002.
Rasahan, C.A. 1999. Kebijaksanaan dan strategi perluasan areal tanaman
di lahan rawa mendukung ketahanan pangan. Makalah. Temu Pakar dan
Lokakarya Nasional Optimasi Pemanfaatan Suberdaya Lahan
Rawa. Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat
Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan. Jakarta, 6 November 1999.

Anda mungkin juga menyukai