Anda di halaman 1dari 1

Eropa telah melarang penggunaan antibiotik sebagai pakan imbuhan sejak tahun 2006, karena

berpotensi terdapat residu antibiotik pada produk pangan yang akan terserap oleh konsumen yang
berakibat meningkatkan resistensi bakteri serta residu kimia pada manusia (Kompiang, 2009).
Sedangkan AGP di Indonesia sudah diatur dalam Undang-Undang No 41 tahun 2014 tentang peternakan
dan kesehatan hewan. Namun, Indonesia secara resmi baru mulai melarang AGP dalam pakan per
Januari 2018 sesuai Permentan No. 22/2017 tentang pendaftaran dan peredaran pakan. Pelarangan
penggunaan AGP ini dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan performa broiler, diantaranya
meningkatnya mortalitas dan menurunnya efesiensi penggunaan pakan. Penggunaan antibiotic
growth promoters dalam waktu yang lama dan tidak sesuai dosis pemakaian dapat menyebabkan
kemungkinan munculnya residu antibiotik yang dapat menyebabkan beberapa mikroorganisme
dalam tubuh ternak menjadi kebal terhadap antibiotik (Daud et al., 2007). Setelah pemberian
bacitracine pada hewan secara parental, bacitracine akan ditemukan di dalam urine, ginjal,
darah, empedu, paru-paru, sumsum tulang, kulit, otot, otot jantung, hati, limpa, cairan
cerebrospinal dan otak (Clark et al., 1961). Hal ini dapat berpengaruh pada keamanan pangan
asal ternak seperti cemaran mikroba pathogen yang kebal terhadap antibiotik dalam produk
peternakan yang membahayakan konsumen (Wuryaningsih, 2005)

Kompiang, I. P. 2009. Pemanfaatan mikroorganisme sebagai probiotik untuk meningkatkan produksi


ternak unggas di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(3): 177-191.

Daud, M., Piliang, W. G. dan Kompiang, P. 2007. Persentase dan Kualitas Karkas Ayam Pedaging
yang Diberi Probiotik dan Prebiotik dalam Ransum. JITV. 12 (3): 167-174.

Wuryaningsih, E. 2005. Kebijakan pemerintah dalam pengamanan pangan asal hewan. Prosiding
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan, Bogor, 14 September 2005. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan, Bogor. 9−13.

Anda mungkin juga menyukai