PENDAHULUAN
Depresi tersebar luas, tetapi jumlah dan rata-rata dari gejala fisik dan
kognitif berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive
disorder (MDD) yang berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional.
Satu dari tujuh orang akan menderita gangguan psikososial dari MDD, beberapa
tidak terdiagnosis kecuali dengan kunjungan ke dokter yang berulang. Dan, tidak
hanya dokter keluarga, psikiatri, dan klinisi kesehatan mental juga harus dapat
mendiagnosis depresi. Tingginya prevalensi dari MDD dengan penyakit medis
lainnya menunjukkan bahwa professional kesehatan dan dokter, ataupun internis
atau onkologis atau ahli bedah atau kardiologis atau neurologis atau spesialis
lainnya, juga harus mengenali dan memberikan tatalaksana depresi klinis pada
pasien.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau
sedang
.30 Tanpa gejala somatik
.31 Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa
gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat
dengan gejala psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar ytt
F32 Episode Depresif
F32.0 Episode depresif ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F32.1 Episode depresif sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
F33 Gangguan Depresif Berulang
F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang
10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
3
F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala
psikotik
F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan
gejala psikotik
F33.4 Gangguan depresif berulang, kini dalam remisi
F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Menetap
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap
lainnya
F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap YTT
F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Lainnya
F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) tunggal lainnya
.00 Episode afektif campuran
F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) berulang
lainnya
.10 Gangguan depresif singkat berulang
F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) lainnya YDT
F39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) YTT
2.2 DEPRESI
4
Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima
atau lebih simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada
gangguan mood, atau ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode
depresi berat menurut kriteria DSM-IV-TR, adalah suasana perasaan ekstrem
yang berlangsung paling tidak dua minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif
(seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu
(seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang
signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau
gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa
besar.2,4,5
Genetik
Studi keluarga menunjukkan risiko relatif bahwa setidaknya dua atau tiga
kali lebih besar untuk MDD dalam keluarga garis pertama dengan MDD, dengan
onset umur dan depresi berulang memberikan resiko yang lebih besar.Studi
adopsi, kebanyakan dari mereka di Skandinavia, menemukan bahwa depresi jauh
lebih mungkin dengan adanya kekerabatan biologis dibandingkan dengan orang
tua asuh untuk menderita depresi.Studi anak kembar yang membandingkan
kembar monozigot dan dizygot, memperlihatkan pada pembedahan genetik dari
pengaruh lingkungan terhadap risiko penyakit.Perkiraan dari studi anak kembar
kapasitas depresi diturunkan secara genetik antara 33 dan 70%, tanpa memandang
5
jenis kelamin.hasil yang konsisten dari berbagai penelitian menunjukkan dasar
genetik untuk MDD.1
Neurobiologi
Monoamin
Tidur
6
Penurunan tidur gelombang lambat/slow wave sleep (SWS)
Perubahan SWS yang terjadi pada awal saat malam
Gangguan pada slow wave activity (SWA)
Neuropsikologi
Hipokampus adalah yang terpenting dalam proses daya ingat, sebagai jalur
neuron dalam memproses informasi dan membenntuk emosi dan menjabarkan
ingatan. Volume hipokampus menurun pada pasien depresi, terutama dengan
episode yang berulang atau kronis atau trauma masa lalu.1
Depresi selalu diikuti oleh stres psikososial yang berat, terutama pada
episode depresi pertama atau kedua.Pengalaman masa kanak yang berat seperti
kekerasan pada anak, kehilangan orang tua, dan dukungan sosial yang buruk
adalah stres yang paling umum yang terjadi pada pasien depresi. Peningkatan
bukti yang menyatakan bahwa stres dan trauma dapat mengakibatkan gangguan
sistem biologik pada depresi.1,2,5
7
2.4 GEJALA KLINIK
Mood yang rendah.
Minat.
Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada
merupakan salah satu tanda penting pada depresi.Anhedonia juga memperlihatkan
sebagai pembedanya, dan tetap ada walaupun penderita tidak memperlihatkan
mood yang turun. Kehilangan minat seksual, keinginan, atau fungsi juga umum
terjadi, dimana dapat menyebabkan masalah dalam hubungan terdekat atau
konflik rumah tangga.1,6
Tidur.
Tenaga.
8
terganggu. Pada bentuk yang ekstrem dari kelelahan adalah kelumpuhan yang
dibuat, dimana pasien menggambarkan bahwa tubuhnya yang membuat hal ini
atau mereka seperti berjalan di air.1
Rasa bersalah.
Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum
dipikirkan oleh pasien yang dalam episode depresi.Pasien depresi sering salah
menginterpretasikan kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung jawab kejadian
negative diluar kemampuan mereka, ini dapat menjadi suatu porsi delusi. Rasa
cemas yang berlebihan dapat menyertai dan rasa bersalah yang muncul kembali.1
Konsentrasi.
Aktivitas psikomotor.
9
juga dapat bersamaan dengan agitasi psikomotorik (berbicara cepat, sangat
berenergi, tidak dapat duduk diam).1,6
Bunuh diri.
Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri
diharapkan semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut,
terjadi pada 2/3 orang dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal
yang serius, pasien depresi sering kekurangan tenaga dan motivasi untuk
melaksanakan bunuh diri.Tetapi, bunuh diri merupakan hal yang menjadi pusat
perhatian karena 10-15% pasien yang dirawat inap adalah pasien yang matinya
karena bunuh diri. Waktu resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah saat
awalan pengobatan, ketika tenaga dan motivasinya mulai berkembang baik selain
gejala kognitif (keputusasaan), membuat pasien depresi mungkin bertindak seperti
apa yang mereka pikirkan dan rencanakan untuk bunuh diri.1,9
Gejala lain.
Gejala klinis depresi lanjut usia sedikit berbeda dengan usia yang lebih
muda, sering hanya gangguan emosi berupa apatis, penarikan diri dari aktivitas
sosial, dan gangguan kognitif seperti gangguan memori, gangguan konsentrasi
serta fungsi kognitif yang memburuk.
10
Perubahan Pikiran
Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit
mengungat informasi.
Perubahan Perasaan
Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami
istri.
Merasa sedih.
11
b. Jarang memiliki gangguan bahasa
2.5 DIAGNOSIS
DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan
depresi mayor/ major depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang
tidak terklasifikasikan.1
MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi
mayor (Kotak 2).kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada
12
pada waktu yang sering, sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun
durasinya terkadang lebih lama dari waktu yang terlihat. Gejala yang muncul juga
harus memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan. Akhirnya, bereavement
dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.1,5,7
Kriteria Umum
1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu
2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria
untukepisode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan
individu
3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik
Gejala Utama
1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir
untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak
responsif terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu
2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya
menyenangkan
3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat
Gejala Lainnya
1. Kehilangan percaya diri atau harga diri
2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak
tepat
3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri
4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi,
seperti keraguan atau kebimbangan
5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6. Gangguan tidur
7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat
badan yang sesuai
13
A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan
memperlihatkan perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood
depresi (2)kehilangan minat
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari,
diindikasikan dengan laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong)
atau yang dilihat oleh orang sekitar. Note : pada anak dan remaja, dapat
mudah marah
2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan
atau peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-
anak, berat badan yang tidak naik
4. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang
lain, bukan perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan
atau lamban)
6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa
terjadi delusi) hampir setiap hari
8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari
9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang
tanpa perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.
B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran
C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan
secara klinis
D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat,
obat-obatan) atau kondisi medis umum (hipotiroid)
E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement
MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita
atau saat kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi
mayor dengan jarak penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga
14
memiliki beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi
dan derajat keparahan.1,8
Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan
pola dari episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan
maksud agar pemilihan terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan
prognosisnya. Tabel 3 memperlihatkan kriteria-kriteria depresi dengan beberapa
kunci-kuncinya.1
15
kriteria MDD
16
2. Gangguan sosial atau pekerjaan Juga dapat dengan
yang berat atau ada gambaran atau tanpa gejala
psikotik psikotik
o afek depresif
• Gejala lainnya:
o tidur terganggu
17
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti
tersebut di atas
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode
berlangsungsekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya
secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresi berat masih dapat dibenarkan.
(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
18
Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotikmenurut PPDGJ III :
Asesmen Depresi
19
mayor
Gejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu kondisi medis
khusus yang terjadi sebelumnya.Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit medis
utama sulit untuk dapat didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD.The
Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) sangat berguna untuk alat deteksi
pasien dengan penyakit medis dimana digunakan pertanyaan yang memfokuskan
pada gejala kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya. MDD sama
banyaknya dengan penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum diabetes,
penyakit tiroid, dan gangguan neurologis (penyakit Parkinson, multiple
sklerosis).1
Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan
gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus
dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Kotak 6). Bukti dari
riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratories digunakan untuk dapat
menentukan adanya suatu pengalahgunaan, ketergantungan,
intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang secara fisoilogis akan
20
menyebabkan suatu episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh obat
dapat disembuhkan dengan menghentikan penggunaan obat tersebut, gejala putus
obat dapat berlangsung selama beberapa bulan.1
Alcohol
Amfetamin
Anxiolitik
Kokain
Zat-zat halusinogen
Hipnotik
Inhalant
Opioid
Phencycline
Sedative
2.7 TATALAKSANA
2.7.1 MEDIKAMENTOSA
Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode
depresif telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan
pribadi pasien. Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama
efektifnya dengan farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara
farmakoterapi dan psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada
pengobatan lainnya untuk depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan
kombinasi harus dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas
dengan kondisi lain, atau tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.1,11
Farmakoterapi
Anti depresi
21
- Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.
- Golongan MAOI_Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN
OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide
- Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,
Paroxentine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, citalopram.
- Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.4,7,9
- Behaviour therapy
- Interpersonal Therapy
- Problem solving
22
dan melaksanakan tugas-tugas yang sifatnya kompleks.12
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa
tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman
mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum
saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik.
Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang
dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult
Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale
for Children) untuk anak-anak.13
Pemberian skor pada WISC didasarkan atas kebenaran jawaban dan waktu
yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang benar tersebut.
23
Skor tesebut kemudian diterjemahkan dalam angka standard sehingga akhirnya
diperoleh angka IQ untuk skala verbal, dan satu angka IQ untuk skala
performans dan satu angka IQ untuk keseluruhan, skala Test Intelligensi
Wecshler adalah test individual, yang diberikan secara lisan dan dijawab secara
lisan pula. Serta dasar pengukurannya adalah deviation IQ dengan nilai rata-rata
100 dan besar penyimpangan = 15.
Namun beberapa peneliti juga mengklaim bahwa hubungan terbalik itu bisa
terjadi. Menurut mereka, depresi menurunkan kemampuan kognitif seseorang,
24
sebuah fenomena yang bermanifestasi sebagai nilai rendah dalam tes IQ. Dalam
sebuah percobaan yang dilakukan pada sejumlah orang dengan berbagai tingkat
gangguan depresi yang diketahui dan individu yang sehat secara mental,
ditemukan bahwa kelompok sebelumnya umumnya memiliki kinerja yang buruk
pada tes kecerdasan. Studi ini, dan beberapa studi lainnya, menjelaskan kejadian
ini dengan mengutip bukti neurologis. Pasien depresi menunjukkan penurunan
kemampuan fungsi di lobus frontal otak mereka. Lobus frontal dikaitkan dengan
fungsi mental dan kemampuan eksekutif yang lebih tinggi.15
Selain itu, orang dengan IQ yang rendah memiliki resiko untuk terjadinya
gangguan psikiatri yang lebih berat disertai dengan peningkatan resiko untuk
memiliki diagnosis pada gangguan psikiatri lebih dari satu diagnosis. Salah satu
penelitian menyebutkan IQ yang rendah pada anak-anak diprediksi akan
meningkatkan resiko terjadinya skizofrenia, depresi dan ansietas pada usia
dewasa. Tetapi IQ yang rendah tidak berhubungan dengan angka kejadian fobia,
gangguan panik, dan gangguan obsesif kompulsif. Hasil penelitiannya sebagai
berikut :
25
berkorelasi dengan volume hipokampus.
26
dunia agar sesuai dengan impian dan preferensi mereka. Mereka juga memiliki
reaksi yang lebih intensif dan bertahan terhadap rangsangan daripada rekan
mereka yang kurang berbakat. Artinya ketika realitas berbenturan dengan persepsi
mereka tentang apa yang “nyata”, mereka merasa rugi dan tidak mampu
mengatasinya.16
Orang yang sangat cerdas juga sangat sensitif dan cenderung menarik
diri secara sosial. Apa pun yang menjadi alasan mereka merasa terasing dari dunia
pada umumnya, orang-orang dengan IQ tinggi tidak memiliki sistem pendukung
atau saluran kreatif untuk membantu mereka mengatasi kesedihan mereka.
Beberapa jurnal juga mengaitkan skor A (tinggi) di sekolah dengan peningkatan
empat kali lipat dalam kemungkinan mengembangkan gangguan bipolar di masa
dewasa. Menurut penulis studi lain, siswa yang unggul dalam linguistik, musik,
dan penalaran aritmatika memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengembangkan gangguan bipolar.15,17
BAB III
KESIMPULAN
27
Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Sedangkan IQ atau singkatan dari
Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan.
Terdapat hubungan antara tingkat IQ dengan kejadian depresi. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa kognitif berperan dalam etiologi dan
prognosis pada seseorang dengan depresi. Namun, untuk menjelaskan secara lebih
rinci, dibutuhkan beberapa penelitian yang lebih mendalam mengenai keterkaitan
antara IQ dengan kejadian depresi.
DAFTAR PUSTAKA
28
2. Maslim R.Diagnosa Gangguan Jiwa, PPDGJ III, Direktorat Kesehatan RI:
Jakarta; 2013.
3. Lumbantobing. Neurogeriatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta; 2011
4. Baldwin, Birtwistle J. An atlas of depresion. The Parthenon Publishing
Group: London; 2012.
5. Sadock B.J dan Sadock V.A. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Jakarta : EGC ;
2010
6. Peveler R, Carson A, Rodin G. Depression in medical patients, in Mayou
R, Sharpe M, Alan C. ABC of Psychological Medicine. BMJ Publishing
group 2013. p. 10-3.
7. Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams
& Wilkins. 2007. p. 1-89.
8. Maj M, Sartorius N. Depressive Disorder Second Edition. Evidence and
experience in psychiatry. 2012. p. 8-12.
9. Landefeld. Current Geriatric Diagnosis and Treatmet. McGrow-Hill:USA;
2014.
10. Armitage R. Sleep and circadian rhythms in mood disorders. Acta
Psychiatr Scand; 2011.
11. Sukandar, Elin Yulinah dkk. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI
Penerbitan. 2008.
12. Adel tannous, matar jehan. The Relationship between depression and
emotional intelligence among a sample of Jordanian children. University
of Jordan. 2010.
13. Navradi LB, Ritchie, Chan S.W.Y, et al. Intelligence and neuroticism in
relation to depression and psychological distress: Evidence from two
large population cohorts. Division of Psychiatry, University of
Edinburgh, Royal Edinburgh Hospital, Edinburgh, EH10 5HF, UK. 2016.
14. Catherine Weishman, silvie. Relationships between Depression and High
Intellectual Potential. Paris Descartes University, Paris, France. 2012.
29
15. Karpinski Ruth, Audrey, et al. High intelligence: A risk factor for
psychological and physiological overexcitabilities. Department of
Psychology, Pitzer College, 1050 N. Mills Avenue, Claremont, CA
91711, USA. 2018.
16. James McCabe, Matc, et al. Excellent school performance at age 16 and
risk of adult bipolar disorder: national cohort study. The British Journal
of Psychiatry.2010.
17. Raww Cristina, Ian Dyari, et al. Intelligence in youth and mental health
at age 50. United Kingdom. 2016.
30