Anda di halaman 1dari 32

KONDISI KESEHATAN DALAM ERA

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Dosen Pengampu : Helen Parkhurst, M,Si

Disusun Oleh:

Ghianty Regina Yusrin

C1A021140

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Ekonomi Kesehatan ini
dengan baik serta tepat waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang hubungan Ilmu Ekonomi
dan Kesehatan. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menambah
pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu.DOSEN mata kuliah Ekonomi Kesehatan. Kepada pihak yang sudah menolong
turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami
sampaikan banyak terima kasih.

Jambi, November 2023

Ghianty Regina Yusrin

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1 Landasan Teori...............................................................................................3
2.1.1 Konsep Kesehatan Masyarakat.............................................................3
2.1.1.1.Tujuan Kesehatan Masyarakat....................................................4
2.1.1.2......................................................................................................Pe
rkembangan Kesehatan Masyarakat............................................5
2.1.1.3......................................................................................................Ru
ang Lingkup Kesehatan Masyarakat...........................................7
2.1.1.4......................................................................................................Fa
ktor Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan.................7
2.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan............................................................11
2.1.2.1.......................................................................................................Sit
uasi Pembangunan di Indonesia...................................................12
2.1.2.1.......................................................................................................U
paya Pemerintah Dalam Mengoptimalkan Pembangunan
Kesehatan di Masa Pandemi........................................................13
BAB III PENUTUP....................................................................................................16
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan dan pembangunan ekonomi.
Indeks Pembangunan Manusia meletakkan kesehatan adalah salah satu komponen
utama pengukuran selain pendidikan dan pendapatan.

Kondisi umum kesehatan Indonesia dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku,


dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa
komponen antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat
dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat
dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling, telah didirikan di hampir
seluruh wilayah Indonesia, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan masih menjadi kendala.

Dalam kondisi keterjangkauan pelayanan yang masih belum merata dan


kebutuhan perubahan perilaku masyarakat, negara telah mengakui peran penting
organisasi masyarakat sipil, terutama bagi respon atas penyakit menular yang
tingkat penyebarannya masih relatif tinggi di lingkungan masyarakat, seperti
TBC, Malaria dan HIV/AIDS.

Perbaikan sistem penganggaran layanan kesehatan, perbaikan tata kelola layanan


kesehatan, disamping penguatan organisasi masyarakat sipil dalam menjangkau
komunitas populasi kunci dan mendorong efektifitas perubahan perilaku
masyarakat menjadi kunci penting upaya perbaikan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia jangka panjang.

Program terutama bekerja untuk meningkatkan kualitas, kapasitas dan kapabilitas


organisasi masyarakat sipil yang bekerja di isu kesehatan masyarakat, baik pada
aspek manajemen kelembagaan maupun pada kemampuan organisasi dalam
memberdayakan dan memobilisasi komunitas populasi kunci; mendorong
terbangunnya sistem perencanaan dan penganggaran terpadu pada tingkat
kabupaten, dan penyempurnaan mekanisme pelaksanaan program dukungan
kesehatan out sendiri.

Kesehatan masyarakat yang kuat merupakan salah satu elemen utama


pembangunan berkelanjutan (Kementerian PPN/ Bappenas, 2021). Negara dengan
warganya yang sehat mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas,
merangsang inovasi, dan menghadapi tantangan dengan lebih baik. Investasi
kesehatan masyarakat adalah investasi masa depan bagi sebuah negara. Ketika

1
2.1.1

negara mengambil langkah untuk mendorong pencegahan penyakit melalui


vaksinasi, edukasi gaya hidup sehat, dan pemeriksaan rutin, hal ini pada akhirnya
mengurangi beban biaya perawatan medis di masa depan.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana kondisi tingkat kesehatan pada era ekonomi berkelanjutan?

1.3. Tujuan Penelitian


untuk mengetahui kondisi dari tingkat kesehatan pada era ekonomi berkelanjutan.

2
2.1.1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Kesehatan Masyarakat
Arti lain kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas
dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut UU 23 tahun 1992
tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.

Sehat secara mental (kesehatan jiwa) adalah satu kondisi yang


memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang-orang lain. Sehat secara sosial adalah perikehidupan
seseorang dalam masyarakat, yang diartikan bahwa seseorang
mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan
kehidupannya sendiri dan kehidupan keluarga sehingga
memungkinkan untuk bekerja, beristirahat dan menikmati liburan.

Berdasarkan dua pengertian kesehatan tersebut, dapat disarikan bahwa


kesehatan ada empat dimensi, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial
dan ekonomi yang saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat
kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Oleh karena
itu, kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh, tidak hanya
memandang kesehatan dari segi fisik saja. Misalnya: seseorang
kelihatan sehat dari segi fisiknya, akan tetapi ia tidak mampu
mengendalikan emosinya ketika sedih maupun senang dengan
mengekspresikan ke dalam bentuk perilaku berteriak atau menangis
keras-keras, atau tertawa terbahak-bahak yang membuatnya sulit untuk
bisa kembali ke kondisi normal, maka orang tersebut tidak sehat.
Begitu pula orang yang kelihatan sehat dari segi fisiknya, akan tetapi
tidak mampu memajukan kehidupannya sendiri dengan belajar,
bekerja, ataupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, maka
orang tersebut tidak bisa dikatakan sehat.

Berikut ini beberapa definisi kesehatan masyarakat menurut profesor


Winslow dan Ikatan Dokter Amerika, AMA (1948) :
Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow
(Leavel & Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit
memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan
efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk

3
2.1.1

meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat,


pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian
pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnose dini, pencegahan
penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar
setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat
untuk menjaga kesehatannya.

Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi


dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat (Ikatan Dokter Amerika, AMA, 1948).

Kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu


antara sanitasi dan pengobatan dalam mencegah penyakit yang
melanda penduduk atau masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah
kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek (seni) yang bertujuan untuk
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan
penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat adalah sebagai aplikasi
keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam
mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.

2.1.1.1 . Tujuan Kesehatan Masyarakat


Tujuan Kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah tiap warga masyarakat
dapat mencapai derajat kesehatan yang setingitinggi baik fisik,
mental, sosial serta diharapkan berumur panjang. Adapun
tujuan umum dan tujuan khusus kesehatan masyarakat adalah
sebagai berikut:

1. Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat
secara menyeluruh
dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan
secara mandiri

2. Khusus
a. Meningkatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dalam pemahaman
tentang pengertian sehat sakit.
b. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga kelompok dan
masyarakat dalam

4
2.1.1

mengatasi masalah kesehatan.


c. Tertangani/terlayani kelompok keluarga rawan, kelompok
khusus dan kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut
dan pelayanan kesehatan

2.1.1.2 . Perkembangan Kesehatan Masyarakat


Perkembangan kesehatan masyarakat di bagi dalam tiga
periode:

1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan


Upaya untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan dan
penyakit telah dilakukan oleh negara-negara dengan
kebudayaan yang paling luas yakni pada zaman Babylonia,
Mesir, Yunani dan Roma, pada zaman tersebut juga ditemukan
dokumen-dokumen tertulis bahkan peraturan- peraturan tertulis
tentang pembuangan air limbah, drainase, pengaturan air
minum, pembuangan kotoran. Pada Zaman Romawi kuno telah
dikeluarkan peraturan yang mengharuskan masyarakat
mencatat tentang pembangunan rumah, binatang-binatang yang
berbahaya bahkan ada keharusan pemerintah kerajaan untuk
melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat minum
masyarakat, warung makan dan tempat-tempat prostitusi.

2. Pada abad ke tujuh kesehatan masyarakat makin dirasakan


kepentingannya karena berbagai penyakit menular makin
menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi
epidemi bahkan dibeberapa menjadi endemi misal penyakit
kolera. Pada abad ke 14 mulai terjadi wabah pes di India dan
China, namun upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat secara menyuruh belum dilakukan oleh manusia
yang hidup dalam zamannya.

Periode Ilmu Pengetahuan Bangkitnya ilmu pengetahuan akhir


abad ke 18 dan awal abad ke 19 mempunyai dampak yang luas
terhadap aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Kalau
pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya
penyakit hanya dilihat sebagai penomenal biologis dan
pendekatan yang lakukan secara biologis dan sempit, maka
mulai abad ke 19 masalah kesehatan adalah masalah yang
kompleks. Pada abad ini mulai ditemukan berbagai penyebab
penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur
menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar, Josep

5
2.1.1

Lister menemukan asam karbor untuk sterilisasi, William


Marton menemukan ether untuk anastesi.
Pada tahun 1832 dilakukan penyelidikan dan upaya-upaya
kesehatan masyarakat oleh Edwin Chadwiech dkk, pada saat
itu masyarakat Inggris terserang penyakit epidemi wabah
kolera, laporan hasil penyelidikannya adalah masyarakat hidup
dikondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan
dengan air kotor dan pembuangan kotoran manusia, air limbah
mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar
banyak dikerubung lalat di samping itu ditemukan sebagian
besar masyarakat miskin tidak mampu membeli makanan yang
bergizi.

Pada tahun 1955 pemerintah Amerika telah membentuk


Departemen Kesehatan yang pertama kali yang berfungsi untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk. Pada
tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang
mempunyai perhatian terhadap kesehatan masyarakat di New
York dan menghasilkan Asosiasi Masyarakat Amerika
(American Public Health Association)

3. Perkembangan di Indonesia
Sejarah perkembangan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda pada abad ke 16. Kesehatan masyarakat
di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya
pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat pada waktu itu.

Pada tahun 1851 didirikan sekolah dokter di Jawa untuk


pendidikan dokter pribumi selanjutnya pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter di Surabaya. Kedua sekolah tersebut
mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan
tenaga-tenaga dokter yang mengembangkan kesehatan
masyarakat Indonesia. Kemudian pada tahun 1888 didirikan
laboratorium pusat di Bandung yang mempunyai peranan
sangat penting dalam dalam langkah menunjang memberantas
penyakit malaria, lepra, cacar dan malaria bahkan untuk bidang
kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi. Pada
zaman kemerdekaan Indonesia salah satu tonggak penting
perkembangan masyarakat di Indonesia adalah dengan
diperkenalkannya konsep Bandung pada tahun 1951 oleh dr. Y.
Leimena dan dr Patah, dalam konsep ini mulai dikenal konsep
kuratif dan preventif.

6
2.1.1

2.1.1.3 . Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat


Ruang lingkup kesehatan masyarakat mencakup 2 disiplin
pokok keilmuan, yakni ilmu bio medis (medical biologi) dan
ilmu-ilmu sosial (social sciences), sejalan dan perkembangan
ilmu kesehatan masyarakat mencakup: Ilmu Biologi,
kedokteran, kimia, fisika, lingkungan, sosial, antropologi,
pendidikan dan sebagainya. Secara garis besar disiplin ilmu
yang menopang ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut:
1. Epidemiologi
2. Biostatistik/statistik kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
4. Pendidikan kesehatan/ilmu Prilaku
5. Administrasi Kesehatan masyarakat
6. Gizi masyarakat
7. Kesehatan kerja

Dan masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal


pemecahannya secara multi disiplin, sedangkan kesehatan
masyarakat sebagai seni mempunyai bentangan semua kegiatan
yang langsung atau tidak untuk mencegah penyakit (preventif),
meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental,
sosial) adalah upaya masyarakat, misal pembersihan
lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan dan
lain-lain. Penerapannya dalam ruang lingkup kesehatan
masyarakat adalah:
1. Pemberantasan penyakit, menular dan tidak menular
2. Perbaikan sanitasi lingkungan tempat-tempat umum
3. Perbaikan lingkungan pemukiman
4. Pemberantasan vektor
5. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan masyarakat
6. Pelayanan ibu dan anak
7. Pembinaan gizi masyarakat
8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
9. Pengawasan obat dan minuman
10. Pembinaan peran serta masyarakat

2.1.1.4 . Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan


Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan Pada gambar
berikut menunjukan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh

7
2.1.1

dan peranan terbesar diikuti perilaku, pelayanan kesehatan dan


keturunan. Prinsip-Prinsip dan Faktor-Faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

1. Lingkungan (Environment) Lingkungan ini meliputi


lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia)
misalnya sampah, air, udara dan perumahan, dan
sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain).
Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh
kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia itu berada.
Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumber dari
buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ;
ketersediaan air bersih pada suatu daerah akan
mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan
kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi
dengan air dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi


perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin
individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan
derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit.
misalnya manusia membutuhkan makanan dengan gizi
seimbang untuk mejaga kelangsungan hidup, jika
individu/masyarakat berada pada garis kemiskinan maka
akan sulit untuk memenuhi kebutuhan makanan dengan
gizi seimbang. Demikian juga dengan tingkat pendidikan
individu/masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan

8
2.1.1

individu/masyarakat maka pengetahuan untuk hidup sehat


akan semakin baik. Beberapa contoh faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi kesehatan antara lain:
a. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. Ada norma agama pada umat islam tentang konsep
haram terhadap alkohol akan menurunkan tingkat
konsumsi alkohol.
c. Dan semakin tinggi tingkat pendidikan individu maupun
masyarakat maka pengetahuan akan cara hidup sehat
semakin baik.

2. Perilaku (Life Styles) Gaya hidup individu atau


masyarakat merupakan faktor kedua mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat dan tidak sehatnya
lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, di
samping itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku-
perilaku lain yang melekat pada dirinya. Contohnya: dalam
masyarakat yang mengalami transisi dari masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern, akan terjadi
perubahan gaya hidup pada masyarakat tersebut yang akan
mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya: pada
masyarakat tradisional di mana sarana transportasi masih
sangat minim maka masyarakat terbiasa berjalan kaki
dalam beraktivitas, sehingga individu/masyarakat
senantiasa menggerakkan anggota tubuhnya (berolah
raga).

Pada masyarakat modern di mana sarana transportasi


sudah semakin maju, maka individu/masyarakat terbiasa
beraktivitas dengan menggunakan transportasi seperti
kendaraan bermotor sehingga individu/masyarakat kurang
menggerakkan anggota tubuhnya (berolah raga). Kondisi
ini dapat beresiko mengakibatkan obesitas pada
masyarakat modern karena kurang berolah raga ditambah
lagi kebiasaan masyarakat modern mengkonsumsi
makanan cepat saji yang kurang mengandung serat. Fakta
tersebut akan mengakibatkan transisi epidemiologis dari
penyakit menular ke penyakit degeneratif. Berikut ini
contoh dari life style yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang:

9
2.1.1

a. Perilaku perokok sejak dini akan meningkatkan risiko


kanker pada paru-paru.
b. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk
food) akan meningkatkan risiko obisitas yang berisiko
pada penyakit jantung.
c. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras,
mengubur dan menutup) pada pencegahan DBD akan
menurunkan prevalensi penyakit DBD.

3. Pelayanan Kesehatan (Health Care Services) Pelayanan


kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, karena keberadaan fasilitas
kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan
kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas
sangat berpengaruh oleh lokasi, apakah dapat dijangkau
oleh masyarakat atau tidak, tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan, informasi dan motivasi
masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh
pelayanan, serta program pelayanan kesehatan itu sendiri
apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Semakin mudah akses individu atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan masyarakat
semakin baik. Adapun faktor pelayanan kesehatan dapat
mempengaruhi kesehatan, dapat terlihat sebagai berikut:
a. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS
akan menurunkan prevalensi HIV/AIDS.
b. Tersedianya sarana dan prasaran kesehatan yang baik
akan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas.
c. Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan
individu/masyarakat untuk mengakses pelayanan
kesehatan.

4. Keturunan (Heredity) Faktor keturunan/genetik ini juga


sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal ini karena
ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetik atau
faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawa sejak
lahir, misalnya: dari golongan penyakit keturunan,
diantaranya: diabetes melitus, asma bronkia, epilepsy,
retardasi mental hipertensi dan buta warna. Faktor
keturunan ini sulit untuk di intervensi dikarenakan hal ini

10
2.1.1

merupakan bawaan dari lahir dan jika di intervensi maka


harga yang dibayar cukup mahal. Berikut ini contoh faktor
keturunan dapat mempengaruhi kesehatan:
a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan
mengakibatkan leukemia.
b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetic.

2.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan

2.3 Konsep pembangunan


2.4 berkelanjutan mulai
menjadi fokus
2.5 internasional sejak
diadakannya KTT
2.6 (Konferensi Tingkat
Tinggi) pada tahun
2.7 1992 di Rio de Janeiro,
Brazil. Pada
2.8 konferensi ini lebih dari
178 negara

11
2.1.1

2.9 mengadopsi Agenda 21,


yaitu sebuah
2.10 rencana aksi yang
komprehensif untuk
2.11 membangun kemitraan
global untuk
2.12 pembangunan
berkelanjutan guna
2.13 meningkatkan kehidupan
manusia dan
2.14 melindungi lingkungan
(United
2.15 Nations, 2018). Namun,
konsep

12
2.1.1

2.16 pembangunan
berkelanjutan sudah
2.17 digaungkan jauh sebelum
itu. Pada
2.18 tahun 1987, World
Commission on
2.19 Environment and
Development
2.20 (WCED) menerbitkan
buku berjudul
2.21 Our Common Future
yang melahirkan
2.22 konsep pembangunan
ekonomi dan

13
2.1.1

2.23 keterkaitannya dengan


lingkungan
2.24 dalam konteks
pembangunan
2.25 berkelanjutan.
Berdasarkan buku
2.26 tersebut, pembangunan
berkelanjutan
2.27 didefinisikan sebagai
pembangunan
2.28 yang memenuhi
kebutuhan masa kini
2.29 tanpa mengurangi
kemampuan generasi

14
2.1.1

2.30 mendatang dalam


memenuhi
2.31 kebutuhannya (United
Nations, 1987)
2.32 Konsep pembangunan
2.33 berkelanjutan mulai
menjadi fokus
2.34 internasional sejak
diadakannya KTT
2.35 (Konferensi Tingkat
Tinggi) pada tahun
2.36 1992 di Rio de Janeiro,
Brazil. Pada
2.37 konferensi ini lebih dari
178 negara
15
2.1.1

2.38 mengadopsi Agenda 21,


yaitu sebuah
2.39 rencana aksi yang
komprehensif untuk
2.40 membangun kemitraan
global untuk
2.41 pembangunan
berkelanjutan guna
2.42 meningkatkan kehidupan
manusia dan
2.43 melindungi lingkungan
(United
2.44 Nations, 2018). Namun,
konsep

16
2.1.1

2.45 pembangunan
berkelanjutan sudah
2.46 digaungkan jauh sebelum
itu. Pada
2.47 tahun 1987, World
Commission on
2.48 Environment and
Development
2.49 (WCED) menerbitkan
buku berjudul
2.50 Our Common Future
yang melahirkan
2.51 konsep pembangunan
ekonomi dan

17
2.1.1

2.52 keterkaitannya dengan


lingkungan
2.53 dalam konteks
pembangunan
2.54 berkelanjutan.
Berdasarkan buku
2.55 tersebut, pembangunan
berkelanjutan
2.56 didefinisikan sebagai
pembangunan
2.57 yang memenuhi
kebutuhan masa kini
2.58 tanpa mengurangi
kemampuan generasi

18
2.1.1

2.59 mendatang dalam


memenuhi
2.60 kebutuhannya (United
Nations, 1987)
Konsep pembangunan berkelanjutan mulai menjadi fokusinternasional sejak
diadakannya KTT(Konferensi Tingkat Tinggi) pada tahun1992 di Rio de
Janeiro, Brazil. Padakonferensi ini lebih dari 178 negaramengadopsi Agenda
21, yaitu sebuahrencana aksi yang komprehensif untukmembangun kemitraan
global untukpembangunan berkelanjutan gunameningkatkan kehidupan
manusia danmelindungi lingkungan (UnitedNations, 2018). Namun,
konseppembangunan berkelanjutan sudahdigaungkan jauh sebelum itu.
Padatahun 1987, World Commission onEnvironment and
Development(WCED) menerbitkan buku berjudulOur Common Future yang
melahirkankonsep pembangunan ekonomi danketerkaitannya dengan
lingkungandalam konteks pembangunanberkelanjutan. Berdasarkan
bukutersebut, pembangunan berkelanjutandidefinisikan sebagai
pembangunanyang memenuhi kebutuhan masa kinitanpa mengurangi
kemampuan generasimendatang dalam memenuhikebutuhannya (United
Nations, 1987).

Adapun pembangunan
2.1.1

berkelanjutan bertujuan untuk


2.1.2

menjaga
peningkatan kesejahteraan
2.1.3

ekonomi
19
2.1.1

2.1.4 masyarakat secara


berkesinambungan,
2.1.5 menjaga keberlanjutan
kehidupan sosial
2.1.6 masyarakat, menjaga kualitas
2.1.7 lingkungan hidup serta
menjamin
2.1.8 keadilan dan terlaksananya
tata kelola
2.1.9 yang mampu menjaga
peningkatan
2.1.10kualitas hidup dari satu
generasi ke
2.1.11generasi berikutnya. Tujuan

20
2.1.1

2.1.12pembangunan berkelanjutan
ini dikenal
2.1.13dengan nama Sustainable
Development
2.1.14Goals (SDGs). SDGs
merupakan
Adapun pembangunanberkelanjutan bertujuan untuk menjagapeningkatan
kesejahteraan ekonomimasyarakat secara berkesinambungan,menjaga
keberlanjutan kehidupan sosialmasyarakat, menjaga kualitaslingkungan hidup
serta menjaminkeadilan dan terlaksananya tata kelolayang mampu menjaga
peningkatankualitas hidup dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Tujuanpembangunan berkelanjutan ini dikenaldengan nama Sustainable
DevelopmentGoals (SDGs). SDGs merupakan komitmen global dan nasional
dalamupaya menyejahterakan masyarakatyang mencakup 17 tujuan
(Bappenas,2022a).

Untuk mencapai tujuanpembangunan berkelanjutan tersebut,terdapat tiga pilar


yang menjadiindikator dalam konsep pengembanganSDGs, yaitu pertama
indikator yangmelekat pada pembangunan manusia, diantaranya pendidikan,
kesehatan.Indikator kedua yang melekat padalingkungan kecilnya,
sepertiketersediaan sarana dan prasaranalingkungan, serta
pertumbuhanekonomi. Sementara itu, indikatorketiga melekat pada
lingkungan yanglebih besar, berupa ketersediaan sumberdaya alam dan
kualitas lingkungan yangbaik. Pembangunan berkelanjutan dibidang
kesehatan melekat padapembangunan manusia (humandevelopment)
denganmempertimbangkan keseimbangan dariketiga dimensi, yaitu sosial,
ekonomi,dan lingkungan.

Pembangunan kesehatan padahakikatnya adalah upaya yangdilaksanakan oleh


semua komponenbangsa yang bertujuan untukmeningkatkan kesadaran,
kemauan, dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajatkesehatan yang setinggi-tingginya dapatterwujud, sebagai investasi

21
2.1.1

bagipembangunan sumber daya manusiayang produktif secara sosial


danekonomi. Dengan demikian,pembangunan kesehatan masyarakatsangat
berperan dalam prosespembangunan berkelanjutan. Hal inikarena
pembangunan di bidangkesehatan pada hakikatnya diarahkanuntuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sehingga merupakanmodal
penting bagi keberhasilanpembangunan bangsa (Mulyadi et al.,2015).

2.1.2.1 Situasi Pembangunan Kesehatan di Indonesia


Pembangunan kesehatan adalahbagian dari pembangunan nasional
yangbertujuan meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup
sehatbagi setiap orang agar terwujud derajatkesehatan masyarakat
yangsetinggi-tingginya. Pembangunankesehatan tersebut merupakan
upayaseluruh potensi bangsa Indonesia, baikmasyarakat, swasta maupun
pemerintah(Depkes RI, 2009). Pembangunan kesehatan dilaksanakan
melalui peningkatan: 1) Upaya kesehatan, 2)Pembiayaan kesehatan, 3)
Sumber daya manusia kesehatan, 4) Sediaan farmasi,alat kesehatan, dan
makanan, 5)Manajemen dan informasi kesehatan,dan 6) Pemberdayaan
masyarakat.Penekanan diberikan pada peningkatanperilaku dan
kemandirian masyarakatserta upaya promotif dan preventif.Pembangunan
Nasional harusberwawasan kesehatan, yaitu setiapkebijakan publik selalu
memperhatikandampaknya terhadap kesehatan(Kemenkes RI, 2010).

Sistem kesehatan Indonesia sempat kewalahan mengatasi pandemic


COVID-19. Terdapat beberapa masalahdi antaranya manajemen data
kasuskurang sistematis, kapasitas pemeriksaan COVID-19
terbatas,kurangnya tenaga kesehatan, hingga eksekusi pengadaan fasilitas
dan alatkesehatan yang cenderung lambat(Rudiyanto,2020; Kemenkes RI
2022).Ini menunjukkan kurang optimalnya manajemen krisis UKM dan
UKP diIndonesia.

Datangnya pandemi COVID-19membuat setiap negara


mengambilkebijakan darurat dalam menjalankanroda pemerintahan
mereka. Strategipenanganan new emerging diseases,yang juga tercantum
pada Renstrabelum memiliki target dan arah yangjelas. Munculnya virus
bernamaSARS-CoV-2 yang menyebabkanCovid-19 dan kemudian
merajalelamenjadi pandemi dahsyat terasa begitumengagetkan.
Penanganan pandemimembutuhkan sumber daya yang masifdengan
melibatkan seluruh komponenbangsa di berbagai sektor strategis.
Haltersebut menjadikan peran lembagasebagai wadah pemikir sangat
vitalberkenaan dengan koreksi proyeksikemungkinan perlambatan, resesi
dandepresi ekonomi, menyebabkanrealokasi anggaran tidak
dapatterelakkan (Layyinah, A., et al., 2021)

22
2.1.1

Di sisi lain, pandemi ini


2.1.15

merupakan katalis
2.1.16

pembangunan
kesehatan Indonesia dalam
2.1.17

aspek
integrasi data kesehatan.
2.1.18

Berbagai
sumber data penemuan kasus
2.1.19

COVID-19 diintegrasi
2.1.20

melalui sistem
informasi NAR TC-19
2.1.21

dikembangkan
Di sisi lain, pandemi inimerupakan katalis pembangunankesehatan
Indonesia dalam aspekintegrasi data kesehatan. Berbagaisumber data
penemuan kasusCOVID-19 diintegrasi melalui sisteminformasi NAR TC-
19 dikembangkan leh Kemenkes Pusat Data danInformasi (Pusdatin—
Pusat Informasidan Data) sebagai perangkat pelaporannasional terpusat
bertujuanmengumpulkan data laboratorium, sertakasus-kasus
terkonfirmasi. Pusdatinmengintegrasikan seluruh dataCOVID-19 secara
nasional yangdidukung oleh data center Kemenkesdan infrastruktur data
warehouse. Kini,Pusdatin juga mengembangkanperangkat pelaporan

23
2.1.1

nasional terpusatuntuk Tuberculosis dan data kesehatanprovinsi-provinsi


besar di Indonesia(Aisyah, D.N., et al., 2022).

Perkembangan juga terlihat padapembentukan aplikasi


PeduliLindungioleh Kementerian Telekomunikasi danInformatika yang
bertujuan untukcontact tracing dan surveilanslapangan. Partisipasi
masyarakatdimanfaatkan untuk saling membagikandata lokasinya saat
bepergian agarriwayat kontak dengan penderitaCOVID-19 dapat dapat
ditelusuri. Tidakhanya itu, Pedulilindungi jugamembantu masyarakat
untukmengakses informasi dan sertifikatvaksin COVID-19
(Pedulilindungi,2022)

2.1.2.2 Upaya Pemerintah dalam Mengoptimalkan Pembangunan


Kesehatan di Masa Pandemi
Agar pembangunan kesehatan dimasa pandemi COVID-19 tetap
dapatberjalan dengan optimal, pemerintahmelakukan berbagai upaya
gunamenunjang keberlangsunganpembangunan di tengah situasi
yangterbatas. Salah satunya adalahpemerintah melakukan
realokasianggaran untuk optimalisasi pelayanankesehatan dengan lebih
cepat danefektif. Selain itu, pandemi COVID-19 ni juga menjadi
kesempatan bagipemerintah untuk melakukan reformasiSistem Kesehatan
Nasional 2021-2024.Hal ini untuk mempersiapkankemungkinan keadaan
daruratmunculnya pandemi penyakit lain padamasa mendatang (Layyinah
et al.,2021). Fokus yang akan direformasi,yaitu penguatan sistem
kesehatansebagai bagian dari pembelajaran pascaCOVID-19 dengan
melibatkan banyakkementerian/lembaga seluruh Sub SKN(Upaya
Kesehatan, Pemberdayaanmasyarakat, Tenaga Kesehatan,Farmalkes,
Manajemen Kesehatan,Litbangkes dan Pembiayaan Kesehatan)dan
Dukungan (regulasi, pendanaantahun, dan kelembagaan) (P2PKemenkes
RI, 2021).

Pemerintah juga terus berupayamemperkuat dan memperluas


programCakupan Kesehatan Semesta atauUniversal Health Coverage
(UHC). Halini dikarenakan program yangmenjamin seluruh masyarakat
Indonesiamempunyai akses untuk kebutuhanpelayanan kesehatan
promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif yangberkualitas dan efektif ini
terbuktiberperan sangat signifikan dalam upayapengendalian pandemi
COVID-19(Kemenkes RI, 2021). Prioritas utama yang ditempuh
Pemerintah untukmengatasi pandemi COVID-19 iniadalah menjamin
kesehatan dankeselamatan setiap masyarakat sebagaidampak pandemi
dengan mengacu padamandat Cakupan Kesehatan Semestasebagai salah
satu kesepakatan global(Adiyanta, 2020). Cakupan KesehatanSemesta
terus diperkuat dan diperluasyang difokuskan pada tiga indikatorutama,

24
2.1.1

yaitu akses, cakupan, danperlindungan finansial untuk peserta(Kemenkes


RI, 2021). Dengandemikian program UHC selainmendukung
pembangunan kesehatanyang berkelanjutan, juga turut berperandalam
pengendalian pandemiCOVID-19.

Salah satu jalan untuk mencapaitarget Cakupan Kesehatan Semestaadalah


dengan memperkuat danmemperluas layanan kesehatan primer,termasuk
di dalamnya puskesmas danposyandu (Kemenkes RI, 2021). Olehkarena
itu, meskipun masih dalamkeadaan pandemi, kegiatan puskesmasdan
posyandu tetap harus dioptimalkan.Hal ini berkaitan pula dengan
pelayanangizi masyarakat sebagai fokus targettujuan pembangunan
berkelanjutansektor kesehatan. Untuk menunjang haltersebut, pemerintah
telah mengeluarkan Surat Edaran DirjenKesehatan Masyarakat
no.HK.02.02/V/393/2020 tentangPelayanan Gizi dalam PandemiCOVID-
19.

Dengan keberadaan suratedaran tersebut, diharapkan dinaskesehatan di


daerah dapatmeningkatkan koordinasi kepadaseluruh pemangku
kepentingan terkaitpenguatan intervensi di masa pandemi,meliputi
penyediaan dan distribusisuplementasi bagi kelompok rawandengan
mempertimbangkan physicaldistancing, pemberian tablet tambahdarah
(TTD) kepada ibu hamil, sertapemberian makanan tambahan
denganprioritas balita yang mengalami gizikurang, memiliki faktor risiko
ekonomi,dan keterbatasan akses pelayanankesehatan.

Sejumlah modifikasi intervensigizi spesifik juga dilakukan,


sepertipeningkatan kapasitas tenaga kesehatansecara daring, pemantauan
tumbuhkembang balita secara mandiri denganbuku KIA, menyediakan
telekonsultasidan janji temu untuk pelayanankesehatan ibu hamil dan
balita,penguatan surveilans untuk deteksi dini,serta penyediaan aplikasi
Sigizi Terpaduyang meliputi elektronik pencatatanpelaporan gizi berbasis
masyarakat (e-PPGBM) (Arini dan Peranto, 2022).

25
2.1.1

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terjadi
hambatan dan gangguan padabeberapa aspek
pembangunankesehatan. Pandemi menghambatpertumbuhan
ekonomi masyarakat,sehingga status gizi dan aksespelayanan
kesehatan terhambat. Disamping itu, infrastruktur
pelayanankesehatan Indonesia juga mengalamikrisis sumber daya,
berupa tenagakesehatan, fasilitas kesehatan, dan alatkesehatan.
Terjadi efek subsekuen yangsaling memengaruhi antara

26
2.1.1

sektorekonomi, sosial, dan lingkungan. Di sisilain, pandemi juga


menjadi katalisdalam pembangunan kapasitas integrasidata dan
surveilans kesehatan. Selamadua tahun berjalannya
pandemiCOVID-19, pemerintah juga telahmelakukan optimalisasi
berupaperluasan Cakupan Kesehatan Semesta,intervensi gizi, dan
penguatanpenerapan protokol kesehatan dalammasyarakat. Oleh
sebab itu, pemerintahperlu mempelajari apa yang terjadiselama
masa pandemi sebagai bekalrespons Kedaruratan
KesehatanMasyarakat yang Meresahkan Dunia dimasa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Hanifditya Naufal, Hertina Raisa Putri, Karina Kinstania Yumna. 2022.
SITUASI KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DI INDONESIA PADA MASAPANDEMI COVID-
19: KAJIAN LITERATUR. Diakses pada 17 November 2023. (PDF)
Situasi Kesehatan Dalam Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia Pada
Masa Pandemi COVID-19: Kajian Literatur (researchgate.net)

27
2.1.1

Eliana, S.K.M., M.P.H., Sri Sumiati, S.Pd., M.Kes. 2016. KESEHATAN


MASYARAKAT. Diakses pada 16 November 2023. 73. Kesehatan
Masyarakat.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai