Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zahra Yasmin N

Absen : 24

Kelas : IX - J

Semua Bisa Berubah

Saat ini Nara sedang merenung di dalam kamarnya. Wajahnya murung, hatinya
gundah, ia menarik napas panjang. Ini adalah kesekian kalinya Nara mendapatkan nilai
yang kurang maksimal. Ia nampak kecewa dengan dirinya sendiri, setiap malam Nara
selalu mengulang materi yang kurang difahami. Tetap saja Nara belum faham.
Terkadang Nara harus bertanya kepada Mita agar dapat memahami materi atau tugas
yang diberikan guru.

Mita, dia adalah teman sebangku Nara. Berbeda dengan Nara, Mita termasuk
anak yang pintar. Ia tak pernah mendapatkan nilai dibawah rata-rata. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, perlahan Mita menjadi seseorang yang malas. Ia merasa bahwa
dirinya bisa, dan untuk apa belajar jika tidak belajar saja nilainya sudah bagus.

Sampai suatu hari, Nara sudah bosan mendapat nilai yang kurang memuaskan.
Nara memutuskan untuk belajar lebih giat lagi. Setiap hari dia membuat catatan materi
yang sudah dijelaskan oleh gurunya, mengerjakan tugas dengan rajin dan tepat waktu,
dan berani bertanya jika ada yang belum difahami.

Berbanding terbalik dengan Nara, justru Mita semakin meremehkan


kepintarannya. Setiap akan ada ujian, Mita tidak pernah belajar, ia juga tidak pernah
mencatat penjelasan dari guru karena Mita merasa bahwa dia sudah bisa.
Satu semester telah di selesaikan oleh Nara dan Mita. Hasil nilai pun sudah
diumumkan. Dan ternyata nilai Nara ada peningkatan walaupun hanya sedikit tetapi ia
sangat bersyukur karena usahanya membuahkan hasil. Dan untuk nilai Mita, tetap bagus
dan ia masuk lima besar kelas. Mita senang dan berfikir bahwa pemikirannya waktu itu
benar. Meskipun tidak perlu repot repot belajar, nilainya tetap bagus, bahkan dia masuk
lima besar kelas.

Semester kali ini berbeda, Nara yang semakin rajin dan Mita yang semakin
malas. Belakangan ini, Mita sering telat mengumpulkan tugas. Mita sering kali
mengerjakan tugasnya satu hari sebelum tenggang waktu, bahkan beberapa jam
sebelum tenggang waktu. Ia bukannya berfikir bahwa menunda nunda itu tidak baik
malah berfikir bahwa masih ada banyak waktu, jadi santai santai saja dulu. Begitu
fikirnya.

Dan untuk Nara, dia terlihat sangat senang. Akhirnya berkat kerja keras dan rasa
ingin berubah, Nara menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Yang awalnya sering
remedial kini namanya tak pernah lagi masuk ke dalam list siswa yang nilainya kurang
maksimal. Yang dulunya selalu pesimis, berfikir bahwa dia akan gagal, dia tidak akan
bisa membanggakan orang tuanya. Sekarang sudah hilang, Nara menjadi lebih percaya
diri, dia yakin bahwa dirinya pasti bisa.

Sebulan berlalu, Mita merasa ada yang janggal. Belakangan ini dia merasa
bahwa pelajaran yang sudah dijelaskan menjadi lebih sulit. Dia juga kurang memahami
penjelasan dari guru. Bahkan Mita sudah dua kali masuk ke dalam list siswa yang
nilainya kurang maksimal. Mita juga tertinggal oleh teman temannya termasuk Nara.
Mita heran mengapa Nara sekarang sudah tidak seperti dulu, yang sering bertanya
kepada Mita tentang hal yang kurang difahami. Namun sekarang malah Mita yang
sering bertanya kepada Nara. Mita kesal kenapa dia menjadi sulit mencerna materi yang
sudah diberikan oleh gurunya.
Mita kini sering memperhatikan Nara yang selalu rajin membuat catatan, aktif
bertanya, membaca, dan mengerjakan latihan soal. Ia pun tersadar, apakah ini yang
membuat nilai Nara meningkat. Dan apakah karena dia tidak pernah belajar, membaca,
bahkan tak pernah membuat catatan yang membuatnya menjadi sulit mencerna
pelajaran.

Mita kini mengerti, karena kemalasannya, kesombongannya, ia menjadi seperti


ini. Ia menyesal, mengapa dulu beranggapan bahwa ia tak perlu belajar untuk
mendapatkan yang terbaik. Kepintaran bisa perlahan menghilang karena kemalasan.
Dan jika kita mau berusaha, rajin, dan giat. Maka akan medapatkan yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai