Anda di halaman 1dari 15

DIABETES

MELITUS
NAMA KELOMPOK :
AUDRIQA NABILAH
DITA ERWINDA
NUR PUTRI NOVIYANTI
PENI OKTAVIA PUTRI
YASMI OKTOFIANI
YULIA INDAH PERMATA SARI
DEFINISI

● Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah. Hal ini disebabkan tidak diproduksinya hormon insulin.
Diabetes melitus juga bisa terjadi akibat menurunnya respon insulin di dalam
tubuh. (Ramayulis,2012).
● Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana dalam NANDA, 2015)
● Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme yang mana tidak
diproduksinya hormon insulin atau terjadi penurunan produksi insulin sehingga
terjadi abnormalitas dalam metabolisme sehingga kadar gukosa darah
meningkat.
ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2011), penyebab dari diabetes melitus adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau
kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal
dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun
sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I yang baru terdiagnosis atau pada klien pradiabetes
(klien dengan antibodi yang terdeteksi tetapi tidak memperlihatkan gejala klinis diabetes).  

c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pankreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor risiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
● Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
● Obesitas
● Pola makan yang tidak sehat yang banyak mengandung gula dan lemak akan
menumpuk didalam tubuh sehingga menyebabkan kelenjar pankreas bekerja lebih
keras untuk menghasilkan insulin untuk mengelola gula yang masuk kedalam tubuh
● Riwayat keluarga
● Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II
dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika)
PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), patofisiologi dari diabetes melitus adalah:
1.  DM tipe I
● Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Pasien
dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
2.  DM tipe II
● Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan.
● Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh
darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan
terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati.
● Keterbatasan sel beta terhadap hiperglekimia menjdadi faktor utama berkembangnya
penyakit diabetes millitus tipe II. Hal ini akan menyebabkan menurunya sensivitas kadar
glukosa yang berakibat pada pembentukan 4 glukosa hepatik secara kontinyu meski
kadar glukosa plasma yang tinggi. Keadaan ini disertai dengan ketidakmampuan otot
dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa. Mekanisme ini menyebabkan
resistensi insulin.
KLASIFIKASI
Klasifikasi diabetes menurut American Diabetes Association 2018 dibagi dalam 4 jenis yaitu :
a. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun.

b. Diabetes Melitus Tipe 2


Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke
dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.

c. Diabetes Melitus Tipe Lain


DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah
akibat faktor genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan penyakit DM.

d. Diabetes Melitus Gestasional


DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa
kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya
komplikasi perinatal.
MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala diabetes melitus menurut Smeltzer et al, (2013) dan Kowalak (2011), yaitu:

○ Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang berlebih) yang
disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang
meningkat.

○ Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena glukosuria yang
menyebabkan keseimbangan kalori negatif.

○ Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan glukosa oleh sel
menurun.

○ Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada kulit.

○ Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar glukosa
intrasel yang rendah.

○ Gangguan penglihatan seperti pemandangan kabur yang disebabkan karena pembengkakan


akibat glukosa.

○ Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan kerusakan jaringan saraf.
PENATALAKSANAAN
a. Terapi farmakologi atau medis
1) Obat antihiperglikemia oral
2) Kombinasi obat oral dan
suntikan insulin PEMERIKSAAN
b. Terapi non farmakologi PENUNJANG
1) Edukasi
2) Terapi nutrisi medis (TNM)
3) Latihan jasmani atau olahraga
1) Kadar glukosa darah
2) Tes Laboratorium DM
3) Tes saring
4) Tes diagnostik
5) Tes monitoring terapi
6) Tes untuk mendeteksi komplikasi
Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
A. Pengkajian
Fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data,
menvalidasi data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara
lain meliputi :
1. Fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data,
menvalidasi data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara
lain meliputi :
 Data umum  Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
 Umur  Riwayat Kesehatan Keluarga
 Pendidikan  Riwayat Keluarga Inti
 Genogram  Riwayat Keluarga Sebelumnya
 Tipe keluarga  Riwayat Kesehatan masing-masing Keluarga
 Suku bangsa  Sumber Pelayanan Kesehatan Keluarga yang
 Agama Dimanfaatkan.
 Status sosial ekonomi keluarga  Pengkajian Lingkungan
 Aktivitas Rekreasi  Struktur Keluarga
 Riwayat dan Tahap Perkembangan  Nilai atau Norma Keluarga
Keluarga  Fungsi Keluarga
 Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini  Stress dan Koping Keluarga
DIAGNOSA
○ Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
dibuktikan dengan kadar glukosa dalam darah tinggi, klien mengeluh lelah dan
sering haus

○ Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan


dengan klien tampak gelisah, mengeluh sulit tidur, mengeluh kedinginan

○ Ketidakpatuhan berhubungan dengan hambatan mengakses pelayanan


(ketiadaan orang merawat di rumah, masalah transportasi) dan program terapi
yang kompleks dan lama dibuktikan dengan klien menolak menjalani
pengobatan dan mengikuti anjuran, tampak tanda gejala penyakit masih ada
INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Hasil & Luaran Intervensi Keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar glukosa Setelah dilakukan Intervensi 3x24 jam Manajemen Hiperglikemia
darah berhubungan dengan diharap menunjukkan kestabilan kadar Observasi
resistensi insulin dibuktikan dengan glukosa darah meningkat ditunjukkan - Identifikasi penyebab hiperglikemi
kadar glukosa dalam darah tinggi, dengan - Monitor kadar glukosa darah
klien mengeluh lelah dan sering 1. Lelah menurun - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
haus 2. Kadar glukosa dalam darah membaik Terapeutik
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
Edukasi
- edukasi anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
- anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
- ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Intervensi 3x24 Perawatan kenyamanan
berhubungan dengan gejala jam diharapkan menunujukkan Observasi
penyakit dibuktikan dengan tingkat status kenyamanan - Identifikasi gejala yang tidak
klien tampak gelisah, meningkat ditandai dengan ; menyenangkan
mengeluh sulit tidur, 1. Gelisah menurun - Identifikasi masalah emosional dan
mengeluh kedinginan 2. Keluhan sulit tidur menurun spiritual
3. Keluhan kedinginan menurun Terapeutik
4. Pola tidur membaik - Berikan posisi yang nyaman
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Berikan terapi hipnosis
Edukasi
- Ajarkan terapi relaksasi
Kolaborasi
- Pemberian analgesik, antihistamin , jika
perlu
3. Ketidakpatuhan berhubungan Setelah dilakukan Intervensi 3x24 jam Promosi sistem pendukung
  dengan hambatan mengakses diharapkan menunjukkan tingkat Observasi
  pelayanan (ketiadaan orang kepatuhan meningkat ditandai dengan - Identifikasi respon psikologis terhadap situasi
  merawat di rumah, masalah 1. Verbalisasi kemauan mematuhi dan ketersediaan sistem pendukung
  transportasi) dan program terapi program perawatan atau - Monitor situasi keluarga saat ini dan sistem
  yang kompleks dan lama pengobatan meningkat pendukung
  dibuktikan dengan klien menolak 2. Perilaku mengikuti program Terapeutik
  menjalani pengobatan dan perawatan atau pengobatan - berikan dukungan dan caring dalam pelayanan
  mengikuti anjuran, tampak tanda membaik - motivasi membina hubungan dengan pihak yang
  gejala penyakit masih ada 3. Tanda dan gejala penyakit membaik memiliki kebutuhan yang sama
      - libatkan keluarga, orang penting, dan teman
      dalam perawatan
    Edukasi
  - Jelaskan hambatan pada sistem pendukung
  - Informasikan tingkat sistem pendukung
  (keluarga, teman, masyarakat)
  - anjurkan keluarga terlibat dalam perawatan
  Kolaborasi
  - Rujuk ke kelompok swadaya, jika perlu
  - Kolaborasi dengan program pencegahan atau
  pengobatan berbasis masyarakat, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
● Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik atau tujuan
yang diharapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistemis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kempuan
evaluasi.
● Evaluasi
Evaluasi keperawatan yaitu kegiatan aktif dari proses keperawatan, dimana perawat dapat menilai hasil
yang diharapkan terhadap masalah dan menilai sejauh mana masalah dapat diatasi. Meskipun tahap
evaluasi diletakkan pada proses akhir proses keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada
setiap tahap proses keperawatan (Nursalam, 2008).
Menurut Direja (2011), evaluasi dapat dilakukan dengan menggunkan pendekatan SOAP diantaranya
sebagai berikut :
● S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
● O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
● A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap
atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
● P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri dari tindak
lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat

Anda mungkin juga menyukai