Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN SOSIALISASI GERMAS DENGAN PERILAKU

SEHAT MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS BATU HAMPAR

Oleh:
INDAH MARTI LOVA
Nip. 19870419 200901 2 2001

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Pelatihan Jabfung Nutrisionis


Tahun 2022

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
TAHUN 2022
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam 30 tahun terakhir ini, Indonesia mengalami perubahan pola penyakit

atau yang sering disebut transisi epidemiologi. Pada era 1990an, penyebab kematian

dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti infeksi saluran pernapasan

atas, TBC, diare, dll. Namun sejak tahun 2010, penyebab kesakitan dan kematian

terbesar adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, jantung, dan kencing

manis. Penderitanya pun mengalami pergeseran. Kini PTM tak hanya menyerang

usia tua, tetapi usia muda juga, dari semua kalangan -baik kaya maupun miskin,

tinggal di kota maupun desa.

Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular

(PTM) seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, stroke, dan jantung. Berdasarkan data

Riskesdas tahun 2018 prevalensi penyakit hipertensi meningkat menjadi 34,1 %

dibanding Riskesdas tahun 2013 (31,7 %), begitu juga dengan penyakit stroke

mengalami peningkatan dari 7 % tahun 2013 menjadi 10,9% pada Riskesdas 2018,

hal serupa juga terjadi pada penyakit DM, Jantung dan Obesitas

Angka kesakitan dan kematian serta permintaan pelayanan kesehatan

(pengobatan) diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini didorong oleh perubahan

pola hidup masyarakat yang cenderung tidak aktif secara fisik (contohnya banyak

menghabiskan waktu dengan menonton TV), konsumsi buah dan sayur yang rendah

(banyak makan makanan olahan, siap saji, tinggi gula, garam, dll), serta konsumsi

rokok dan alkohol.

Bersarkan hasil Riskesdas 2018 prevalensi merokok naik dari 7,2 % (2013)

menjadi 9,1% , aktifitas fisik kurang 26,1% (2013) meningkat menjadi 33,5% ,

komsumsi sayur dan buah kurang 93,5% (2013) naik menjadi 95.5%. hal ini
menunjukan terjadi penurunan pola perilaku sehat masyarakat, yang akan beresiko

terhadap peningkatan kejadian PTM yang berujung kematian.

Peningkatan kejadian PTM seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan

ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan fisik kesehatan secara rutin,

namun kenyataannya malah berbanding terbalik. Berdasarkan hasil penelitian Baros,

dari 274.839 responden terdapat 39.569 responden yang pernah mengalami

pelayanan kesehatan berobat jalan selam 1 bulan terakhir atau hanya 14,39% yang

melakukan pemeriksaan kesehatan.

Risiko PTM menjadi semakin tinggi karena transisi demografi, yaitu semakin

meningkatnya proprosi dan jumlah penduduk dewasa dan lanjut usia yang rentan

terhadap PTM dan penyakit degeneratif. Ketika ada anggota keluarga terserang

PTM, maka perlu pengobatan dan perawatan jangka panjang. Hal ini tentunya dapat

meningkatkan beban pembiayaan kesehatan pemerintah, sekaligus meningkatkan

beban ekonomi keluarga karena produktivitas keluarga yang menurun. Tak jarang

hingga menyebabkan keluarga jatuh miskin karena merawat anggota keluarga yang

sakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya bersama untuk mencegah faktor-faktor

risiko PTM ini. Upaya tersebut berupa kegiatan pencegahan yang melibatkan seluruh

masyarakat Indonesia, tanpa membedakan usia, jenis pekerjaan, status sosial, status

ekonomi, dan lokasi tinggal.(Kemenkes RI: 2017)

Pada dasarnya penyakit tidak menular dapat dicegah dan disembuhkan dari

pola hidup yang sehat dan perilaku yang sehat (Kemenkes RI, 2017). Pemerintah

telah melakukan berbagai upaya pencegahan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakt Indonesia. Namun, upaya tersebut masih belum menunjukkan hasil yang

signifikan.
Berdasarkan visi pembangunan nasional “Terwujudnya Indonesia yang

berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong” maka di

bentuklah sembilan agenda prioritas (Nawa Cita) Presiden Republik Indonesia. Salah

satu nawa cita yang berperan dalam peningkatan kesehatan adalah nawa cita nomor

lima yang menyatakan bahwa “Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia”.

Kemudian hal tersebut selanjutnya disusun dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

(Germas), hal ini juga diperkuat dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang mengedepankan

upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan

rehabilitatif.

Germas adalah suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan

secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan

dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Fokus

program germas tahun 2016-2017 adalah melakukan aktivitas fisik setiap hari,

mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dan memeriksa kesehatan secara

berkala.(Kemenkes RI, 2016)

Tujuan dilaksanakan program Germas adalah Meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat dalam upaya

meningkatkan kualitas hidup. Dengan tujuan tersebut diharapkan dapat

meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat,

meningkatkan produktivitas masyarakat dan pada akhirnya akan dapat mengurangi

beban biaya kesehatan. Program Germas telah dilaksanakan lebih dari satu tahun

dengan anggaran dana yang terbilang luar biasa telah menjadi panduan aktif

masyarakat untuk menerapkan hidup sehat.


Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melihat “Hubungan

Sosialisasi Germas dengan Perilaku Sehat Masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas

Batu Hampar Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota”

1.2 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah

terdapat hubungan sosialisasi Germas dengan Perilaku Sehat Masyarakat di wilayah

Kerja Puskesmas ”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan program

germas dengan perilaku sehat masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Batu Hampar

Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masyarakat yang telah mendapatkan

sosialisasi program germas

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masyakat yang belum mendapatkan

sosialisasi program germas

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masyarakat yang memiliki kebiasaan

hidup baik

4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masyarakat yang memiliki kebiasaan

hidup kurang.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi

Diharapkan dapat dijadikan sarana pertukaran informasi dan dapat digunakan

sebagai bahan bantuan, pertimbangan serta pengembangan di bidang

kesehatan
b. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman

bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang didapatkan selama dibangku kuliah

sehingga dapat bermanfaat dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Batu Hampar

dengan tujuan untuk mengetahui hubungan program germas terhadap kebiasaan

hidup masyarakat yang telah dan belum mendapatkan sosialisasi di wilayah kerja

Puskesmas Batu Hampar tahun 2019


BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Germas


Germas adalah suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan

secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan

dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Fokus

program germas tahun 2016-2017 adalah melakukan aktivitas fisik setiap hari,

mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dan memeriksa kesehatan secara

berkala.(Kemenkes RI, 2016)

Tujuan dilaksanakan program Germas adalah Meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat dalam upaya

meningkatkan kualitas hidup. Dengan tujuan tersebut diharapkan dapat

meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat,

meningkatkan produktivitas masyarakat dan pada akhirnya akan dapat mengurangi

beban biaya kesehatan. Program Germas telah dilaksanakan lebih dari satu tahun

dengan anggaran dana yang terbilang luar biasa telah menjadi panduan aktif

masyarakat untuk menerapkan hidup sehat.

2.2 Ruang Lingkup Germas


Kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka GERMAS pada tahun 2016

adalah peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat,

penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan

dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan edukasi

hidup sehat

2.2.1 Aktifitas Fisik


Tubuh manusia diciptakan Tuhan untuk bergerak, agar manusia dapat

melakukan aktivitas. Aktivitas fisik yang teratur dan menjadi satu kebiasaan akan
meningkatkan ketahanan fisik. Aktivitas fisik dapat ditingkatkan menjadi latihan

fisik bila dilakukan secara baik, benar, teratur dan terukur. Latihan fisik dapat

meningkatkan ketahanan fisik, kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik yang

dilakukan dengan mengikuti aturan tertentu dan ditujukan untuk prestasi menjadi

kegiatan olahraga.

Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan ketahanan fisik,kesehatan dan

kebugaran masyarakat. Selain itu sasaran kegiatan adalah seluruh masyarakat

terutama anak sekolah, ibu hamil, pekerja dan lansia

a. Aktivitas Fisik pada anak sekolah

Kegiatan aktivitas fisik pada anak sekolah bertujuan untuk mewujudkan

peserta didik yang sehat, bugar, berprestasi melalui pendidikan dan

pembudayaan aktivitas fisik, latihan fisik serta olahraga yang baik, benar,

terukur dan teratur di sekolah.

b. Aktifitas fisik pada orang dewasa dan usia produktif di tempat kerja

Aktivitas fisik merupakan bagian dari kehidupan setiap otrang dewasa

maupun pekerja. Untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran perlu

dilakukan latihan fisik dan olahraga teratur, yang dapat dilakukan secara

perorangan atau berkelompok. Dalam melakukan latihan fisik sebaiknya

memperhatikan :

1) Latihan fisik sebaiknya dilakukan 150 menit per minggu dengan interval

3- 5 kali per minggu

2) Latihan diawali dengan pemanasan, latihan inti, dan pendinginan.

3) Menggunakan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman termasuk

pakaian olahraga dan alas kaki.

4) Memperhatikan keseimbangan asupan nutrisi untuk mendapatkan hasil


maksimal

2.2.2 Konsumsi Sayur dan Buah


Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan

serat pangan. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-

buahan berperan sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh

serta mencegah kerusakan sel. Serat berfungsi untuk memperlancar pencernaan dan

dapat menghambat perkembangan sel kanker usus besar. Berbagai kajian

menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan

dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah.

Konsumsi sayur dan buah yang cukup akan menurunkan risiko sulit buang air besar

(BAB/ sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan

buah-buahan yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit tidak menular

kronik.

Germas mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi sayur dan buah terutama

sayur dan buah lokal. Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup merupakan

salah satu indikator sederhana gizi seimbang. Tujuannya untuk Meningkatkan

kesadaran berperilaku hidup sehat melalui mengkonsumsi buah dan sayur bagi

seluruh lapisan masyarakat dengan sasaran seluruh masyarakat Indonesia. Adapun

kegiatannya yaitu :

1. Kampanye makan buah dan sayur

2. Makan buah bersama (misal : di Sekolah atau institusi lainnya).

3. Membudayakan makan buah pada kudapan rapat

4. Lomba menyusun menu sayuran

5. Bazar buah dan sayuran

6. Pemanfaatan pekarangan (untuk sayuran dan buah)


2.2.3 Pemeriksaan Kesehatan Rutin Secara Teratur
Pemeriksaan/ skrining kesehatan secara rutin merupakan upaya promotif

preventif yang diamanatkan untuk dilaksanakan oleh bupati/walikota sesuai

Permendagri no 18/ tahun 2016 dengan tujuan untuk: mendorong masyarakat

mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku dan melakukan upaya pengendalian

segera ditingkat individu, keluarga dan masyarakat; mendorong penemuan faktor

risiko fisiologis berpotensi PTM yaitu kelebihan berat badan dan obesitas, tensi

darah tinggi, gula darah tinggi, gangguan indera dan gangguan mental; mendorong

percepatan rujukan kasus berpotensi ke FKTP dan sistem rujukan lanjut.

Tujuan Kegiatan ini adalah :

1. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mendeteksi faktor risiko

bersama yang menjadi penyebab terjadinya Penyakit Tidak Menular terutama

Jantung, Kanker, Diabetes dan Penyakit Paru kronis yaitu Diet tidak sehat

(kurang mengkonsumsi sayur dan buah, mengkonsumsi makanan tinggi

garam, gula, lemak dan diet gizi tidak seimbang), kurang beraktifitas fisik 30

menit setiap hari, menggunakan tembakau/rokok serta mengkonsumsi

alcohol.

2. Mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan modifikasi

perilaku berisiko tersebut diatas menjadi perilaku hidup sehat mulai dari

individu, keluarga dan masyarakat sebagai upaya pencegahan PTM

3. Mendeteksi masyarakat yang mempunyai risiko hipertensi dan diabetes

mellitus serta mendorong rujukan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

untuk ditatalaksana lebih lanjut sesuai standar.

4. Mengurangi terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian prematur akibat

penyakit tidak menular karena ketidaktahuan/keterlambatan untuk

mendeteksi PTM utamanya Hipertensi dan Diabetes Mellitus pada tahap dini.
5. Mendorong dan menggerakkan masyarakat khususnya para ibu untuk

memeriksakan diri agar terhindar dari kanker leher rahim dan kanker

payudara dengan deteksi dini tes IVA/SADANIS.

Kegiatan Pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin sebagai upaya

pencegahan yang harus dilakukan oleh setiap penduduk usia >15 tahun keatas untuk

mendeteksi secara dini adanya faktor risiko perilaku yang dapat menyebabkan

terjadinya penyakit Jantung, Kanker, Diabetes dan penyakit paru kronis, ganguan

indera serta gangguan mental.

2.3 Promosi Kesehatan


Menurut Green dalam (Notoatmodjo, 2012), promosi kesehatan adalah segala

bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,

politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan perilaku dan

lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai hal,

yaitu :

a. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat,

b. Peningkatan perilaku masyarakat

c. Peningkatan status kesehatan masyarakat.

2.4 Kebiasaan/Perilaku
2.4.1 Pengertian perilaku
Menurut Notoatmodjo (2012), perilaku adalah semua tindakan atau aktivitas

dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik

yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati. Dari segi

biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk

hidup yang bersangkutan). Sedangkan dari segi kepentingan kerangka


analisis, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik

dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2012).

2.4.2 Bentuk Perilaku


Bentuk Perilaku Menurut Teori Bloom (1908) yang dikutip dalam

Notoatmodjo (2010) membedakan perilaku dalam 3 domain perilaku yaitu:

kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Untuk

kepentingan pendidikan praktis, teori ini kemudian dikembangkan menjadi 3

ranah perilaku yaitu :

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Ada 6 tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2012),

yaitu:

1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh: dapat

menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak kita.

2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar. Contoh: dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi.

3) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Contoh: dapat menggunakan rumus-rumus statistik dalam perhitungan

perhitungan hasil penelitian

4) Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

atau suatu objek ke dalam komponen- 10 komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Contoh: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan dan

sebagainya.

5) Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Contoh: dapat menyusun, dapat merencanakan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Contoh: dapat membandingkan antara anak yang cukup

gizi dengan yang kekurangan gizi.

b. Sikap (Attitude)

Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat

disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend tobehave).


Newcomb (1998), salah seorang psikolog sosial menyatakan bahwa

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap

merupakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Seperti halnya pengetahuan, sikap

terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :

a) Menerima (receiving), yaitu sikap dimana seseorang atau subjek mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b) Menanggapi (responding), yaitu sikap memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c) Menghargai (valuing), yaitu sikap dimana subjek atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam

arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi orang lain merespon. 12

d) Bertanggungjawab (responsible), sikap yang paling tinggi

tindakannya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang diyakininya.

c. Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2012), tindakan adalah seseorang yang

mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan

penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya

melaksanankan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya

(dinilai baik) (Notoatmodjo, 2012). Ada 3 tingkatan tindakan sebagai

berikut:

1) Respon Terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh merupakan indikator tindakan tingkat pertama. Contoh:

seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu

diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

2) Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai tindakan tingkat kedua. Contoh: seorang anak secara otomatis

menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh ibunya.

3) Adopsi

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Contoh: menggosok gigi, bukan

sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setalah faktor lingkungan yang

memengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974). Oleh

sebab itu, untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau

upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku sangat penting dan strategis,

mengingat pengaruh yang ditimbulkannya. Berdasarkan berbagai hasil literatur

dan penelitian, ditemukan bahwa perilaku masyarakat sangat erat kaitannya

dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat yang terbentuk melalui

kegiatan pendidikan kesehatan.

Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting

dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku, 3 diantaranya yakni:

a. Faktor predisposisi. Faktor predisposisi terdiri dari; pengetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai.

b. Faktor pendukung (enabling factors). Faktor pendukung adalah tersedianya

sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Faktor ini

terwujud dalam lingkungan fisik.

c. Faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas

kesehatan meliputi: keluarga, teman sebaya, guru, tokoh masyarakat,

petugas kesehatan dll.

Menurut Notoatmodjo (2012), dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari pengetahuan. Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness: orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

terlebih dahulu.

b. Interest: orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation: orang mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

d. Trial: orang mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption: orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus


2.5 Kerangka Teori
Menurut Notoadmodjo (2007), didapatkan bahwa perilaku individu,

kelompok atau masyarakat erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan

masyarakat yang terbentuk melalui kegiatan pendidikan kesehatan. Menurut Green

(1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan

menguatkan perilaku (predisposisi, pendukung, dan pendorong) sehingga

menimbulkan perilaku positif dari masyarakat.

Hal ini menunjukkan bahwa perilaku, pendidikan kesehatan, dan status

pengetahuan masyarakat berada dalam suatu pola hubungan yang mempengaruhi.

Kerangka teori dijelaskan pada gambar 1

Gambar 1. Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan


kesehatan (Green, 1980 ; Notoadmojo, 2003)
2.6 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Sosialisasi Germas Kebiasaan/Perilaku

Masyarakat

Gambar 2. Kerangka konsep


19

BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan pendekatan

Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu

pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

dilakukan pada variabel terikat dan variabel bebas. Pendekatan ini digunakan

untuk menlihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya

3.2 Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini di lakukan diwilayah kerja Puskesmas Batu Hampar Kecamatan

Akabiluru pada bulan Januari s/d Maret 2020.

3.3 Subjek Penelitian


Adapun sujek penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah adalah pasien yang berusia 15-64 tahun

yang menderita PTM datang berkunjung ke Puskesmas Batu Hampar selama

1 minggu terakhir.

3.3.1 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

Rumus minimal sampel dapat dihitung dengan:

3.4 Kriteria Retriksi


Adapun kriteria restriksi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

1. Subyek adalah pasien yang menderita penyakit PTM datang

berobat/berkunjung ke Puskesmas Batu Hampar dalam satu minggu terakhir.

2. Subyek bersedia mengikuti semua prosedur penelitian yang telah ditentukan.


20

b. Kriteria eksklusi

1. Subyek tidak berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Batu Hampar.

2. Subyek tidak bisa ditemui setelah 3 kali kunjungan.

3.5 Variabel Penelitian


Adapun variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Sosialisasi program Germas di wilayah kerja Puskesmas Batu Hampar tahun 2021

2. Variabel terikat

Kebiasaan / perilaku masyarakat sebagai dampak sosialisasi program Germas

3.6 Alat Ukur


Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner,

untuk mengukur variabel pengetahuan dan kebiasaan. Kuesioner yang

dipakai dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan pengujian

validitas kuesioner terhadap populasi lain. Kuesioner juga ada yang

berupa pertanyaan penyaring untuk menyaring sampel agar sesuai dengan

kriteria restriksi.

b. Observasi,

untuk mengukur variabel kebiasaan .

3.7 Defenisi Operasional


Variabel Defenisi Cara ukur Alau Hasil ukur Skala ukur

Operasional Ukur

Variabel
Terikat

Perilaku Wawancara Kuisinon Baik = Ordinal


Kebiasaan
responden dan er dan melakukan
sehari-hari observasi lembar 4 indikator
21

yang berkaitan observasi Germas


dengan Germas Kurang =
tidak
melakukan
indikator
Germas
Variabel
Bebas Melakukan
aktivitas fisik Wawancara Kuisione Sudah
Program setiap hari, r tersosialisas
mengkonsumsi
germas i dan belum
sayur dan buah
tersosialisas
setiap hari dan
i
memeriksa
kesehatan secara
berkala

3.8 Pengumpulan Data

1. Mendata masyarakat yang akan dijadikan sampel yang diperoleh dari

laporan kunjungan Puskesmas kemudian mendatangi masyarakat yang

terdata sesuai kriteria

2. Meminta kesediaan masyarakat untuk menjadi responden penelitan

dengan memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian

3. Memberikan penjelasan mengenai isi kuisioner

4. Memeriksa kelengkapan kuisioner


22

DAFTAR PUSTAKA

Dedi Kuswenda.2017. aksi besama mewlakukan germas.

promkes.kemkes.go.id › panduan_germas (akses tannggal 6/11/2019 jam

07.55)

Bros, WA. Pemafaatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jakarta Pusat.

2015. 74-78. Dari: https://jurnal.ugm.ac.id/ (12 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai