Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang dicari bagi setiap manusia. Menurut World

Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh

secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit .

salah satu cara menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah dengan gaya

hidup yang bersih dan sehat.

Kesehatan menjadi sebuah point penting dalam komitmen pembangunan

global yang terkandung dalam Millenium Development Goal’s (MDG’s) (2000-

2015) yang kini dilanjutkan dengan Suistanble Development Goal’s (SDG’s)

(2015-2030).

Kementerian Kesehatan RI memberikan komitmen besar yang tertuang

pada Rencana Stategi (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Hal ini ditegaskan pada

pilar pertama nya yaitu strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan,

penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat. Penguatan promotif

preventif dan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk merubah perilaku

masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan maupun

perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan

masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi. Hal ini mendorong

pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib seperti program

1
promosi kesehatan yang salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS).

Berdasarkan data kesehatan Indonesia tahun 2014 yang dibuat oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia diketahui bahwa rumah tangga yang

telah mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di seluruh

Indonesia baru mencapai 32,3% dan di provinsi Lampung (2015) sebesar 59,98%.

Hal ini memperlihatkan bahwa pencapaian rumah tangga yang telah

mempraktekan PHBS masih belum mencapai target. Persentase Rumah Tangga

Ber-PHBS memang merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) dari

Kementerian Kesehatan.

Evaluasi dari program, dilakukan dengan mengidentifikasi konsep dasar

faktor determinan terjadinya sebuah masalah kesehatan. Menurut teori H.L. Blum,

faktor determinan terjadinya masalah kesehatan adalah faktor lingkungan, faktor

pelayanan kesehatan, faktor genetik, dan faktor perilaku. Perilaku, pengetahuan,

lingkungan, serta peran serta masyarakat masih rendah dalam pelayanan

kesehatan. Hal ini nyata bahwa terdapat hubungan antara perilaku yang baik dan

sehat dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Kondisi perilaku

masyarakat dan lingkungan sekitar dapat menjadi penentu dalam peningkatan

taraf kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang baik serta informasi yang benar

dapat membantu penyelesaian masalah perilaku hidup bersih dan sehat tersebut.

Cakupan rumah tangga sehat di Wilayah Puskesmas Sukabumi pada

periode Januari-Maret 2019 adalah sebesar 88,9 % melalui beberapa indikator

cakupan yakni persalinan ditolong tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif,

2
penimbangan balita, penggunaan air bersih, perilaku mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun, penggunaan jamban sehat, perilaku memberantas sarang

nyamuk di rumah, perilaku makan sayur dan buah setiap hari, perilaku melakukan

aktivitas fisik setiap hari, dan perilaku tidak merokok di dalam rumah.

Dari 10 indikator PHBS didapatkan bahwa perilaku tidak merokok

didalam rumah belum mencapai target pada triwulan I tahun 2019, maka dari itu

dilakukan evaluasi guna memberikan peningkatan target capaian indikator

perilaku tidak merokok.

1.2 Rumusan Masalah

“Apakah faktor yang mempengaruhi rendahnya indikator PHBS tentang perilaku

merokok di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi triwulan I tahun 2019”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengurangi jumlah perokok di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap

Sukabumi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi masalah dari program PHBS Tatanan Rumah Tangga

dengan indikator tidak merokok di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi triwulan

I tahun 2019.

2) Mengetahui penyebab rendahnya cakupan indikator tidak merokok di

Puskesmas Rawat Inap Sukabumi triwulan I tahun 2019.

3
3) Mengetahui prioritas masalah yang paling utama yang menjadi penyebab

rendahnya cakupan indikator tidak merokok di Puskesmas Rawat Inap

Sukabumi triwulan I tahun 2019.

4) Merumuskan alternatif pemecahan masalah rendahnya cakupan indikator

tidak merokok di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi triwulan I tahun 2019.

1.4 Manfaat

Bagi Evaluator :

1. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya

program promosi kesehatan PHBS indikator tidak merokok.

2. Mengetahui banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara

lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

Bagi Perguruan Tinggi :

1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.

2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di

bidang kesehatan.

3. Mewujudkan Universitas Malahayati Bandar Lampung sebagai universitas

yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

Bagi Puskesmas yang dievaluasi :

4
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga indikator tidak merokok di

ruang lingkup kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.

2. Memberi masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina peran

serta masyarakat dalam melaksanakan program promosi kesehatan secara

optimal.

3. Membantu kemandirian Puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan

program promosi kesehatan sehingga dapat memenuhi target cakupan

program.

4. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan

balik agar keberhasilan program dimasa mendatang dapat tercapai secara

optimal.

1.5 Sasaran

Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi pada periode triwulan 1

tahun 2019.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Kesehatan

2.1.1 Pengertian

Istilah dan pengertian promosi kesehatan merupakan pengembangan dari

istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti: Pendidikan kesehatan,

penyuluhan kesehatan, KIE (Kominikasi, Informasi, Edukasi). Promosi kesehatan

atau pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak

bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sematan, akan tetapi

didalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku

masyarakat (Fitriani, 2011).

Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk

memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya.

Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya atau mengembangkan

kemandirian yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemampuan, serta

dengan mengembangkan iklim yang mendukung kemandirian. Dengan demikian,

promosi kesehatan merupakan upaya mempengaruhi masyarakat agar

menghentingkan perilaku beresiko tinggi dan nenghentikan dengan perilaku yang

aman atau paling tidak beresiko rendah. Program promosi kesehatan tidak

dirancang “dibelakang meja”. Supaya efektif, program harus dirancang

berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat setempat (Kholid, 2012).

6
Promosi Kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

pemberdayaan masyarakat, yaitu melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama

masyarakat sesuai dengan lingkungan social budaya setempat, agar masyarakat

dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan (Fitriani, 2011). Promosi

kesehatan adalah “memasarkan” atau “menjual” atau “memperkenalkan” pesan-

pesan kesehatan atau “upaya-upaya” kesehatan, sehingga masyarakat “menerima”,

atau “membeli” (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau “mengenal” pesan-

pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat

(Notoatmodjo, 2011). Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat melaluipembelajaran dari, oleh untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan

kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan

didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2010).

WHO mendefinisikan promosi kesehatan yaitu suatu proses pemberdayaan

individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan

determinan-determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

mereka. Promosi kesehatan yaitu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat

dalam dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari,

oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,

serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai social

budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan

(Depkes, 2014).

7
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut

pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan

lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,

1998 dalam Taufik, 2010). Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan

masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses

pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,

artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok

potensial di masyarakat . Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dengan

menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut

juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik

termasuk kebijakan dan peraturanperundangan (Taufik, 2010). Ahli lain

menyebutkan mengenai model promosi kesehatan yaitu suatu cara untuk

menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya

dalam berbagai dimensi.

2.1.2 Tujuan

Green (1991) dalam Maulana (2009) menyebutkan bahwa tujuan promosi

kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu tujuan program, tujuan pendidikan, dan

tujuan perilaku.

Tujuan program (program objective). Tujuan program merupakan refleksi dari

fase sosial dan epidemiologi, berupa pernyataan tentang apa yang akandicapai

dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan ini

harus mencakup who will in how much of what by when. Tujuan program juga

8
sering disebut sebagai tujuan jangka penjang.

Tujuan pendidikan (educational objective). Merupakan pendidikan dan

pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan

pendidikan disebut juga tujuan jangka menengah.

Tujuan perilaku (behavioral objective). Merupakan tujuan jangka pendek yang

merupakan gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah

kesehatan. Tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan

tindakan.

2.1.3 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Ruang lingkup Promosi Kesehatan menurut Taufik (2010) meliputi:

a. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang

penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan

kesadaran, kemauan dan kemampuan.

b. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang

penekanannya pada pengenalan produk/ jasa melalui kampanye.

c. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan

informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.

d. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang

penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

e. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu

upaya mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan

kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau

9
pembuatan peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai

bidang/sektor, sesuai keadaan).

f. Promosi kesehatan juga mencakup pengorganisasian masyarakat (Community

organization), pengembangan masyarakat (Community development),

penggerak masyarakat (Community mobilization), pemberdayaan masyarakat

(Community empowerment).

Aktivitas utama promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) dalam

Depkes (2006) terdiri dari Advokasi (Advocating), Pemberdayaan (Enabling) dan

Mediasi (Mediating). Komponen utama promosi kesehatan meliputi:

1. Membangun kebijakan umum berwawasan kesehatan (Build Healthy

PublicPolicy) yaitu mengupayakan agar para penentu kebijakan diberbagai

sectordan tingkatan administrasi mempertimbangkan dampak kesehatan dari

setiap kebijakan yang dibuatnya.

2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive Environment)

yaitu menciptakan suasana lingkungan baik fisik maupunsosial politik untuk

mendukung terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya dalam upaya

mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.

3. Memperkuat gerakan masyarakat (Strengthen Community Action) yaitu

memberikan dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya

dalam upaya mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.

4. Mengembangkan keterampilan individu (Develop Personal Skill) yaitu

mengupayakan agar masyarakat mempu membuat keputusan yang efektif

dalam upaya kesehatan, melalui pemberain informasi, pendidikan, dan

10
pelatihan yang memadai. Upaya ini akan lebih efektif dan efisien bila

dilakukan melalui pendekatan tantanan (setting).

5. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health Service) yaitu mengubah

orientasi pelayanan kesehatan agar lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Piagam Ottawa (1986) tersebut merumuskan strategi dasar promosi

kesehatan yaitu pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Pemberdayaan

masyarakat ditujukan kepada masyarakat khususnya individu, keluarga atau

kelompok agar berdaya dalam mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan. Bina suasana ditujukan kepada pembentuk opini atau pihak-pihak yang

mempengaruhi opini di masyarakat, seperti tokoh masyarakat, organisasi

kemasyarakatan dan organisasi non pemerintah. Advokasi ditujukan kepada

pembuat keputusan dan penentu kebijakan public serta pihak-pihak yang

berkepentingan (stakeholders) lainnya (Depkes, 2006).

2.2 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.2.1 Pengertian

Definisi Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan

perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang

menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang

kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat

menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh

11
karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota

rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga sehat berarti

mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah

tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif

untuk hidup sehat (Depkes, 2014).

PHBS Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,

dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan

edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui

pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan

pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat

mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-

masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

2.2.2 PHBS Tatanan Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya

penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu tatanan rumah tangga sehat dapat

diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat.

PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.

12
2.2.3 Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga

Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu

penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga, adalah:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama

pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga

kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya).

2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI

saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.

3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota

rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes,

kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya.

4. Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap

air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal

dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan

air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak

minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau

menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang

penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir.

6. Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai

sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang

menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman.

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan

13
Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan

tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak

mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air,

dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras,

Mengubur, Menutup).

8. Tidak merokok di dalam rumah, adalah penduduk / anggota keluarga umur

10 tahun keatas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada

bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir.

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/ anggota keluarga

umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik

(sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari.

10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10

tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran

atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir (Depkes RI , 2013).

2.2.4 Strategi Pencapaian PHBS

Kebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar

promosi kesehatan dan PHBS yaitu (Notoatmodjo, 2007):

a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Merupakan proses pemberian

informasi secara terus menerus dan berkesinambungan agar sasaran berubah

dari aspek knowledge, attitude, dan practice. Sasaran utama dari

pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat.

14
b. Bina Suasana (Social Support) Upaya menciptakan lingkungan sosial yang

mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain:

1) Pendekatan individu

2) Pendekatan kelompok

3) Pendekatan masyarakat umum

c. Advokasi (Advocacy) Upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan

dari pihakpihak terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa

tokoh masyarakat formal yang berperan sebagai penentu kebijakan

pemerintahan Dan penyandang dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat

informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat

berperan sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai

penyandang dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapan-tahapan

yaitu:

1) Mengetahui adanya masalah

2) Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah

3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif

pemecahan masalah

4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif

pemecahan masalah

5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan

15
BAB III
METODE EVALUASI

3.1 Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan sesuai dengan Kepmenkes RI

No.585/Menkes/SK/V/2007 dengan pengumpulan data, analisis data, dan

pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan

pelaksanaan program yang terjadi, baik pada awal, ditengah, maupun akhir

program dengan cara membandingkan cakupan program Promosi Kesehatan yaitu

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga di Puskesmas

Sukabumi periode triwulan I tahun 2019 terhadap tolak ukur PHBS yang telah

ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan

sistem.

Pengumpulan data diambil secara menyeluruh tiap kelurahan sesuai

dengan indikator dan hasil penyuluhan, sebagai berikut :

- Pendataan persalinan melalui tenaga kesehatan kepada setiap rumah tangga

oleh kader.

- Pendataan pemberian ASI eksklusif kepada setiap rumah tangga oleh kader.

- Pendataan penimbangan balita kepada setiap posyandu oleh petugas gizi.

- Pendataan penggunaan air bersih rumah tangga kepada setiap rumah oleh

kader.

- Pendataan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kepada setiap rumah

tangga oleh kader.

- Pendataan penggunaan jamban sehat kepada setiap rumah tangga oleh kader.

16
- Pendataan pemberantasan jentik nyamuk kepada setiap rumah oleh kader

jumantik dan petugas P2.

- Pendataan perilaku makan buah dan sayur kepada setiap rumah tangga oleh

kader.

- Pendataan perilaku aktivitas fisik harian kepada setiap rumah tangga oleh

kader.

- Pendataan perilaku merokok kepada setiap rumah tangga oleh kader dan

- Pengumpulan seluruh data perolehan rumah tangga oleh kader kepada

petugas promkes.

3.2 Kerangka Teori

Gambar 1. Bagan Teori Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen -

elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi

sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah

17
ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur,

yaitu :

1) Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam

sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari

tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method), mesin atau

alat yang digunakan (machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi

masyarakat (market), dan informasi (information).

2) Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam

sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang

direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling).

3) Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem.

4) Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola

oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari

lingkungan fisik dan non fisik.

5) Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang

merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem

tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring, dan

rapat bulanan.

6) Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu

sistem.

18
3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan berupa :

1. Sumber data primer

Pengamatan dan wawancara dengan koordinator pelaksana program

promosi kesehatan di Puskesmas Sukabumi.

2. Sumber data sekunder

Laporan bulanan semua indikator program PHBS tatanan rumah tangga

Puskesmas Sukabumi pada periode triwulan I tahun 2019.

3.4 Cara Analisis

Evaluasi Program PHBS tatanan rumah tangga wilayah kerja Puskesmas

Rawat Inap Sukabumi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Menetapkan tolak ukur dari unsur keluaran.

Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari pencapaian

hasil output adalah dengan menetapkan tolak ukur atau standar yang ingin dicapai.

Nilai standar atau tolak ukur ini dapat diperoleh dari Departemen Kesehatan RI

dan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Keluarga Puskesmas Rawat Inap

Sukabumi 2018.

2. Membandingkan pencapaian keluaran program dengan tolak ukur keluaran.

Bila terdapat kesenjangan, ditetapkan sebagai masalah. Setelah diketahui

tolak ukur, selanjutnya adalah membandingkan hasil pencapaian keluaran

19
Puskesmas (output) dengan tolak ukur tersebut. Bila pencapaian keluaran

Puskesmas tidak sesuai dengan tolak ukur, maka ditetapkan sebagai masalah.

3. Menetapkan prioritas masalah

Pada komponen output tidak semuanya dapat diatasi secara bersamaan

mengingat keterbatasan kemampuan Puskesmas. Oleh sebab itu, ditetapkan

prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk memecahkannya. Salah satu

metode yang digunakan yaitu USG (Urgency, Seriousness, Growth) merupakan

alat menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan.

4. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan

Untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan tersebut,

maka dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan

faktor-faktor penyebab masalah yang telah diprioritaskan tadi yang berasal dari

komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen input, proses, lingkungan dan

umpan balik. Dengan menggunakan kerangka konsep diharapkan semua faktor

penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi sehingga tidak ada yang

tertinggal.

5. Identifikasi penyebab masalah

Berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep

selanjutnya akan diidentifikasi. Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan

membandingkan antara tolak ukur atau standar komponen-komponen input,

proses, lingkungan, dan umpan balik dengan pencapaian di lapangan. Bila

terdapat kesenjangan maka ditetapkan sebagai penyebab masalah yang

diprioritaskan tadi. Analisis penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan

20
diagram fishbone. Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk

mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail

semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Konsep dasar

dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian

kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya.

Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab

permasalahan yang sering digunakan meliputi minute (waktu), material (bahan

baku), machines and equipment, manpower (sumber daya manusia), methods

(metode), Mother Nature/environment (lingkungan), dan measurement

(pengukuran). Ketujuh penyebab munculnya masalah ini sering disingkat dengan

7M. Dalam analisis penyebab masalah pada tulisan ini digunakan kategori 5 M

(Man, Money, Material, Method, Machine). Setelah didapatkan faktor-faktor

penyebab masalah selanjutnya ditentukan prioritas faktor penyebab masalah

dengan menggunakan teknik kriteria matriks. Untuk menyusun prioritas masalah

ada beberapa indikator yang sering dipergunakan yaitu:

 Severity (S) yaitu berat tingginya masalah yang dihadapi, serta seberapa jauh

akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut.

 Prevalence (P) jumlah suatu masyarakat yang terkena masalah, semakin besar

maka semakin harus diprioritaskan.

 Rate of increase (RI) yaitu jumlah kenaikan angka penyakit dalam periode

waktu tertentu.

 Degree of unmeet need (DU) yaitu adanya keinginan/dorongan besar dari

masyarakat agar masalah tersebut dapat segera diselesaikan.

21
 Social Benefit (SB) sejauh mana keuntungan sosial yang diperoleh dari

penyelesaian masalah tersebut.

 Public concern (PB) menyangkut besarnya keprihatinan masyarakat terhadap

suatu masalah.

 Political climate (PC) besarnya dukungan politik dari pemerintah sangat

menentukan besarnya keberhasilan penyelesaian masalah.

 Technical feasibility (T), ketersediaan teknologi dalam mengatasi suatu

masalah.

 Resource availability (R), menyangkut ketersediaan sumber daya yang dapat

dipergunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.

6. Identifikasi alternatif cara pemecahan masalah.

Setelah diketahui semua penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa

alternatif pemecahan masalah. Alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut

dibuat untuk mengatasi penyebab-penyebab masalah yang telah ditentukan.

Alternatif pemecahan masalah ini dibuat dengan memperhatikan kemampuan

serta situasi dan kondisi Puskesmas.

7. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah

Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, maka

akan dipilih satu cara pemecahan masalah (untuk masing-masing penyebab

masalah) yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pertama ditetapkan nilai

efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan angka 1

(paling tidak efektif) sampai angka 3 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah

22
yang nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menilai efektifitas jalan keluar,

diperlukan criteria tambahan sebagai berikut:

 Besarnya masalah yang dapat di selesaikan (magnitude). Makin besarmasalah

yang dapatdiatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut.

 Pentingnya jalan keluar (importancy). Pentingnya jalan keluar dikaitkan

dengan kelangsungan masalah. Makin baik dan sejalan selesainya masalah,

makin penting jalan keluar tersebut.

 Sensitifitas jalan keluar (vulnerrability). Sensitifitas dikaitkan dengan

kecepatan jalan keluar dalam mengatasi masalah, makin cepat masalah

teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.

Selanjutnya ditetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif

jalan keluar. Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang

diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan

makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Beri angka 1 (biaya paling sedikit)

sampai angka 5 (biaya paling besar). Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiap

alternatif jalan keluar. Dengan membatasi hasil perkalian nilai MxIxV dengan C.

jalan keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih.

23
BAB IV

GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS

4.1 Puskesmas

4.1.1 Definisi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 pasal 32 (2014),

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat

dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991).

4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 / MENKES / SK //

2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa

fungsi Puskesmas adalah :

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

24
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 pasal 5,6 dan 7

(2014), Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas,

Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

A. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam

penyelenggaraan UKM tingkat pertama, puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,

dan cakupan Pelayanan Kesehatan.

25
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

B. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam

penyelenggaraan UKP tingkat pertama, puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan

dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerja sama inter dan antar profesi.

f. Melaksanakan rekam medis.

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses Pelayanan Kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya;.

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem

Rujukan.

26
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat

pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan

dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan

masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan

upaya kesehatan masyarakat pengembangan.

Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap

Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal

kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat esensial

sebagaimana meliputi:

a. Pelayanan promosi kesehatan.

b. Pelayanan kesehatan lingkungan.

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.

d. Pelayanan gizi; dan

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan

masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau

bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas

masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang

tersedia di masing-masing Puskesmas.

4.1.3 Program Kerja Puskesmas

1. Pelayanan promosi kesehatan

2. Pelayanan kesehatan lingkungan

27
3. Pelayanan kesehatan ibu dan anak / KB

4. Pelayanan gizi

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

6. Pelayanan kepewawatan kesehatan masyarakat

4.2 Puskesmas Sukabumi

4.2.1 Sejarah Puskesmas

Puskesmas Sukabumi didirikan pada tahun 1982 yang merupakan salah

satu puskesmas yang terletak di daerah perkotaan sebagai puskesmas rawat jalan.

Peningkatan status Puskesmas Sukabumi dari Rawat Jalan menjadi Puskesmas

Rawat Inap diresmikan pada tanggal 10 Maret 2009, yang meliput Tiga

Kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Sukabumi

2. Kelurahan Sukabumi Indah

3. Kelurahan Nusantara

Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi terdiri dari dataran

berbukit, pada umumnya pada pinggiran batas kecamatan masih dipergunakan

sebagai tanah pertanian. Sarana pembangunan pada dasarnya sudah lancar hanya

terbatas kelancarannya masih pada siang hari, sedangkan pada malam hari

sebagian wilayah sudah tidak ada angkutan yang beroperasi.

Sejak berdirinya hingga sekarang, Puskesmas Rawat Inap Sukabumi

mengalami beberapa pergantian pemimpin, antara lain sebagai berikut :

1. Tahun 1982 sampai 1985 dipimpin oleh dr. Irwan

28
2. Tahun 1985 sampai 1986 dipimpin oleh dr. Gatot

3. Tahun 1986 sampai 1988 dipimpin oleh dr. Ratna Dewi

4. Tahun 1988 sampai 1989 dipimpin oleh dr. Anarima

5. Tahun 1989 sampai 1990 dipimpin oleh dr. Merry Sibora

6. Tahun 1990 sampai 1992 dipimpin oleh dr. Upang Wijayanto

7. Tahun 1992 sampai 1996 dipimpin oleh drg. Priyanto

8. Tahun 1996 sampai 2000 dipimpin oleh dr. Meilawati

9. Tahun 2000 sampai 2005 dipimpin oleh dr Meisnon

10. Bulan September 2005 sampai Juli 2006 dipimpin oleh dr. Novita Fitriati

11. Bulan Agustus 2006 sampai November 2013 dipimpin drg. Arthur Sagala

12. November 2013 sampai juni 2014 dipimpin oleh Plh puskesmas Mersiana

SKM

13. Juni 2014 sampai dengan sekarang dipimpin oleh dr. Nurfatonah

4.2.2 Visi dan Misi Puskesmas

Visi

Puskesmas Sukabumi melaksanakan pelayanan prima dan paripurna

menuju Kecamatan Sukabumi sehat dan Indonesia Sehat.

Misi

1. Pelayanan kesehatan yang bermutu, dalam aspek keamanan, kenyamanan

pasien, efektif dan efisien.

2. Pelayanan yang ramah, cepat tanggap, dan kemudahan prosedur pelayanan

sesuai SOP

29
3. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat diwilayah

kerja Puskesmas sukabumi

4. Menuju Kecamatan sukabumi sehat melalui lingkungan sehat, prilaku sehat,

cakupan pelayanan sesuai SPM, dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

4.2.3 Data Demografi dan Geografi Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi

Berdasarkan peraturan Walikota Bandar Lampung No. 4 Tahun 2012

Tentang Penataan dan Pemekaran Wilayah Kecamatan dan Kelurahan di Kota

Bandar Lampung. Wilayah Kecamatan Sukabumi merupakan bagian wilayah dari

Kota Bandar Lampung yang terletak diujung timur berasal dari sebagian wilayah

geografis dan administratif Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Tanjung Karang

Timur, dan Kecamatan Panjang dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukarame

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Panjang

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kedamaian

4. SebelahTimur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan

Luas wilayah Kecamatan sukabumi setelah pemekaran 7,92 km2 yang

terdiri dari 3 Kelurahan masing-masing sebagai berikut :

Tabel 1. Luas Kelurahan di Wilayah Puskesmas Sukabumi


Luas Wilayah
No Kelurahan Batas Wilayah Kerja
Kerja(km)
1. Sukabumi 2,71 Sebelah Timur berbatasan
dengan kecamatan Lampung
Selatan
2. Sukabumi Indah 2,71 Sebelah Utara berbatasan
dengan kecamatan Sukarame
3. Nusantara Permai 2,50 Sebelah barat berbatasan

30
dengan Kecamatan
Kedamaian
Jumlah 7,92

Gambar 2. Peta Wilayah Puskesmas Sukabumi

Penduduk kecamatan sukabumi terdiri dari dua kelompok besar, yaitu

penduduk asli dan penduduk pendatang yang berasal dari jawa, lampung,

sumatera selatan, sumatera barat dan lain-lain yang menurut perkiraan 40%

penduduk asli dan 60% penduduk pendatang.

Dari laporan kelurahan se – Kecamatan Sukabumi jumlah penduduk

sampai dengan desember 2018 ( 31.870 jiwa), menurut perrhitungan hasil

Laporan Tahunan kelurahan.

Tabel 2. Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Sukabumi Berdasarkan Kelurahan


Jumlah Jumlah
No Kelurahan Total Jumlah KK
Laki-Laki Perempuan
1 Sukabumi 9.097 8.772 17.869
2 Sukabumi Indah 4.870 4.910 9.780
3 Nusantara Permai 1.801 1.857 3.658

31
TOTAL 16.043 15.827 31.870

4.2.4 Sumber Daya Kesehatan

NO JENIS TENAGA KERJA INDUK POSKESKEL


1 Dokter Umum 4
2 Dokter Gigi 2
3 Perawat 20 5
4 Bidan 16 2
5 Apoteker 2
6 Petugas Tata Usaha 1
7 Petugas Kesehatan Masyarakat 2
8 Analis Laboratorium 2
9 Petugas Sanitasi Lingkungan 2
10 Analis Gizi 2
11 Asisten Apoteker 2
12 Tenaga Administrasi 3
13 Juru Masak 2
14 Cleaning Service 2
15 Perawat Gigi 2
16 Asisten Apoteker 2
17 Supir Ambulance 2
Jumlah 67 7

Sumber daya kesehatan yang terdapat di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi

adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Jumlah Petugas Kesehatan di Wilayah Puskesmas Sukabumi

32
Tabel 4. Keadaan UKBM di Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi
Jumlah
No Jenis Fasilitas
2017 2018 2019
1. Poskeskel 3 3 3
2. Posyandu 20 21 21
3. BKB 3 3 3
4. Posyandu Usila 2 2 2
5. POD 0 0 0
6. Pos UKK - - -
7 Toga - - -

Tabel 5. Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi


NO Kelurahan Jumlah Posyandu Posyandu Aktif Strata Posyandu
Sukabumi 11 11 0 Posyandu Pratama
6 Posyandu Purnama
1
4 Posyandu Madya
1 Posyandu Mandiri
Sukabumi 7 Posyandu balita 7 1 Posyandu Pratama
Indah 1 Posyandu lansia 1 3 Posyandu Purnama
2
2 Posyandu Madya
1 Posyandu Mandiri
2 Posyandu balita 2 0 Posyandu Pratama
1 Posyandu lansia 1 1 Posyandu Purnama
3 Nusantara
0 Posyandu Madya
1 Posyandu Mandiri
Jumlah 22 22

33
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Program PHBS Rumah Tangga Puskesmas Sukabumi tahun 2019

Program pelayanan promosi kesehatan, dalam hal ini PHBS tatanan rumah

tangga di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi pada triwulan I dilaksanakan dari

Januari-Maret 2019. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan Puskesmas Sukabumi

yang telah dilakukan, terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian yang

menjadi sebuah masalah pelayanan promosi kesehatan. Hal ini tertuang dalam

form laporan triwulan I yang meliputi data jumlah rumah tangga yang melakukan

persalinan di tenaga kesehatan, ASI eksklusif, bayi atau balita di timbang per

34
bulan, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, jamban sehat, sarana air

bersih, memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur, melakukan aktifitas

fisik dan tidak merokok dalam rumah. Data pencapaian semua indikator tertuang

dalam tabel dibawah ini :

Tabel 6. Data Program PHBS Tatanan Rumah Tangga Sehat Di Puskesmas Sukabumi
Bulan Januari-Maret 2019
Target Cakupan Kesenjangan
No Indikator PHBS Rumah Tangga (%) (%) (%)
1 Persalinan Nakes 70 100 -
2 ASI Ekslusif 70 67 3
3 Bayi/Balita Di Timbang 70 93 -
4 Mencuci Tangan Pakai Sabun Dan Air Mengalir 70 100 -
5 Jamban Sehat 70 90 -
6 Sarana Air Bersih 70 100 -
7 Memberantas Jentik Nyamuk 70 94 -
8 Makan Buah Dan Sayur 70 93 -
9 Melakukan Aktivitas Fisik 70 100 -
10 Tidak Merokok Dalam Rumah 70 52 18

Berdasarkan tabel di atas, di dalam program tatanan rumah tangga,

perubahan prilaku masih belum tercapai. Hal ini terlihat pada masih adanya

kesenjangan pada indikator PHBS rumah tangga yaitu pemberian ASI eksklusif

sebanyak 3% dan tidak merokok di dalam rumah sebanyak 18%.

5.2 Identifikasi Masalah

1. Terdapat kesenjangan presentase cakupan pemberian ASI eksklusif dengan

pencapaian sebesar 3% di wilayah kerja puskesmas Sukabumi pada bulan

januari sampai maret 2019.

2. Terdapat kesenjangan presentase cakupan tidak merokok di dalam rumah

dengan pencapaian sebesar 18% di wilayah kerja puskesmas Sukabumi pada

bulan januari sampai maret 2019.

35
5.3 Menentukan Prioritas Masalah

Prioritas masalah ditentukan menggunakan metode USG (urgency,

seriousness dan growth). Metode USG adalah salah satu alat untuk menyusun

urutan prioritas dengan menetukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan

dengan skala/ skoring 1 sampai dengan 5. Semakin besar tingkat urgensi atau

perkembangan dan tingkat keseriusan maka nilainya semakin tinggi.

Metode pemecahan masalah yang digunakan adalah USG yaitu:

1. Urgency

Menilai seberapa mendesaknya isu dan ketersediaan waktu untuk

pemecahan masalah yang ada.

2. Seriousness

Melihat pengaruh bahwa masalah tersebut akan menyebabkan hal yang

serius/fatal.

3. Growth

Aspek kemungkinan meluasnya/berkembangnya masalah/atau

kemungkinan timbulnya masalah.

Setelah dilakukan pertimbangan dengan konprehensif melalui skoring

USG, hasil USG disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 7. Data Prioritas Masalah


Nilai Kriteria

No Masalah Urgency Seriousness Growth Hasil

(U) (S) (G)

Terdapat kesenjangan presentase


1 cakupan pemberian ASI 2 3 3 8
eksklusif dengan pencapaian

36
sebesar 3% di wilayah kerja
puskesmas Sukabumi pada bulan
januari sampai maret 2019.
Terdapat kesenjangan presentase
cakupan tidak merokok di dalam
rumah dengan pencapaian
2 3 5 5 13
sebesar 18% di wilayah kerja
puskesmas Sukabumi pada bulan
januari sampai maret 2019.

Dari data diatas, prioritas masalah dengan hasil skoring terbanyak adalah

tidak merokok dalam rumah dengan jumlah hasil perkalian Urgency, Seriousness,

Growth bernilai 13. Prioritas masalah berikutnya adalah pemberian ASI eksklusif

dengan skoring USG 8. Maka dapat disimpulkan prioritas masalah sesuai dengan

skoring USG adalah masalah tidak merokok didalam rumah.

5.4 Analisis Akar Penyebab Masalah

Mencari akar penyebab masalah kesehatan yang terjadi dengan metode

diagram sebab akibat dari ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan/ fish bone).

37
38

Anda mungkin juga menyukai