Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Klasifikasi Kantor Kesehatan

Pelabuhan

2.1.1 Kedudukan Kantor Kesehatan Pelabuhan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2348/Menkes/Per/XI/2011 tentang organisasi dan tata kerja Kantor Kesehatan

pelabuhan, Kantor Kesehatan Pelabuhan atau KKP adalah unit pelaksana teknis di

lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(Menkes RI, 2011).

Kantor Kesehatan Pelabuhan dipimpin oleh seorang kepala dan dalam

melaksanakan tugas secara administratif dibina oleh Sekretariat Direktorat Jendral

dan secara teknis fungsional dibina oleh Direktorat di lingkungan Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Menkes RI, 2011).

2.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

1. Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan

Menurut pasal 2 Permenkes No.356/Menkes/Per/IV/2008 KKP mempunyai

tugas melaksanakan pencegahan masuk keluarnya penyakit, penyakit potensial

wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA, serta pengamanan

terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur

5
biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan

lintas batas darat negara (Menkes RI. 2008).

2. Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Menurut pasal 3 Permenkes No.356/Menkes/Per/IV/2008 KKP

menyelenggarakan fungsi :

1. Pelaksanaan kekarantinaan.

2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan.

3. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan

lintas batas negara.

4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit

baru, dan penyakit yang muncul kembali.

5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan

kimia.

6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai

penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan

internasional.

7. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesiapsiagaan dan penaggulangan

kejadian luar biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan

matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan

penduduk.

8. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika

dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan

mengawasi persyaratan dokumen kesehatan (OMKABA) impor.

6
10. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya.

11. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan dan lintas batas darat negara.

12. Pelaksanaan jejaring infomasi dan teknologi bidang kesehatan bandara,

pelabuhan dan lintas batas darat negara.

13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,

pelabuhan dan lintas batas darat negara.

14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan

surveilans kesehatan pelabuhan.

15. Pelaksanaan pelatihan tehnis dibidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat negara.

2.1.3. Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Klasifikasi didasarkan pada beban kerja di bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Permenkes

No.2348/Menkes/Per/XI/2011 Kantor Kesehatan Pelabuhan, yaitu:

1. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

2. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

3. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III

4. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas IV

Berdasarkan pasal 47 bab VII Permenkes

No.2348/Menkes/Per/XI/2011 di lingkungan Kementerian Kesehatan

terdapat Kantor Kesehatan Pelabuhan yang terdiri dari:

1. 7 (tujuh) KKP Kelas I

2. 21 (dua puluh satu) KKP Kelas II

3. 20 (dua puluh) KKP Kelas III

7
4. 1 (satu) KKP Kelas IV

2.2. Struktur Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang

Berdasarkan pasal 23 Permenkes No.356/Menkes/Per/IV/2008 KKP kelas

II terdiri atas:

a. Tata Usaha

b. Petugas Pengendalian Karantina dan Survailans Epidemiologi

c. Petugas Pengendalian Risiko Lingkungan dan Kesehatan Lintas Wilayah

d. Instalasi

e. Wilayah Kerja

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Berdasarkan Pasal 38 Permenkes No.2348/Menkes/Per/XI/2011, dalam

melaksanakan tugas Kepala KKP, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Subbagian,

Kepala Seksi, Kepala Urusan, dan para petugas menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,

dan sinkronisasi, baik dalam lingkungan masing-masing maupun dengan instalasi lain

diluar KKP sesuai dengan tugas masing-masing.

8
KEPALA
R. Marjunet, SKM, M.Kes

Kasubag. Tata Usaha


H. Asrul Hudaira, S,Pd,
MKM.

Kasie. Pengendalian Plh. Kasie. Kasie. Upaya Kesehatan


Karantina dan Pengendalian dan Lintas Wilayah
Surveilans Resiko
Epidemiologi Lingkungan dr. Johansyah

H. Hazairin, SKM Bambang S

KELOMPOK JABATAN WILAYAH KERJA


FUNGSIONAL
1. Bandara Radin
1. Dokter Inten II Branti
2. Perawat 2. Pelabuhan Laut
3. Analis Lab Bakauheni
4. Epidemiolog
3. Pelabuhan Laut
5. Entomolog
Teluk semangka
6. Sanitarian
4. Pelabuhan Laut
7. Bendahara
8. Analis kepegawaian Rawajitu
INSTALASI 9. BMN ( Barang
Instalasi Laboratorium milik Negara )
Klinis dan Lingkungan 10. Penata Laporan
Keuangan
11. Perencana
12. Administrasi Umum
13. Arsiparis
14. Agendaris
9
Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Panjang

Sumber daya manusia di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang

terdiri dari 70 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 28 orang pegawai honorer.

Sejumlah pegawai tersebut ditempatkan di berbagai wilayah kerja KKP Kelas II

Panjang.

2.3. Tata Kerja

Berdasarkan Permenkes No.2348/Menkes/PER/IV/2011 Tentang Tata Kerja

1. Pasal 38

Dalam melaksanakan tugas Kepala KKP, Kepala Bagian, Kepala

Bidang, Kepala Sub bagian, dan Kepala Seksi wajib menerapkan

prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, baik dalam

lingkungan masing-masing maupun dengan instansi lain di luar

KKP sesuai dengan tugas masing-masing.

2. Pasal 39

Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan KKP wajib

mengawasi bawahan masing - masing dan bila terjadi

penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pasal 40

Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan KKP bertanggung

jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing

10
dan memberikan bimbingan serta petunjuk pelaksanaan tugas

bawahan.

4. Pasal 41

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing

serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

5. Pasal 42

Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari

bawahan wajib dianalisis dan dipergunakan sebagai bahan

penyusunan evaluasi, laporan, serta penyiapan bahan kebijakan

lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.

6. Pasal 43

Para Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub bagian, dan

Kepala Seksi wajib menyampaikan laporan berkala kepada atasan

masing-masing.

7. Pasal 44

Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan,

tembusan laporan disampaikan kepada satuan organisasi lain yang

secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

8. Pasal 45

Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi

dibantu oleh Kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam

11
rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing

wajib mengadakan rapat berkala.

2.4 Tugas-Tugas Kantor Kesehatan Pelabuhan

Berdasarkan Permenkes No.2348/Menkes/Per/XI/2011 tentang Perubahan

Atas Permenkes No.356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Kesehatan Pelabuhan, tugas dari masing-masing seksi dan subbagian tata

usaha di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang, dapat diuraikan sebagai

berikut.

2.4.1 Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kesehatan Pelabuhan

Berdasarkan pasal 25 Permenkes No.356/Menkes/PER/IV/2008 Sub

bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi dan penyusunan

program, pengelolaan informasi, evaluasi, laporan, urusan tata usaha, keuangan,

penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian, serta perlengkapan dan rumah tangga

(Menkes RI, 2011).

2.4.2 Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)

Berdasarkan pasal 26 Permenkes No.356/Menkes/PER/IV/2008 Seksi

Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan

laporan, dan koordinasi pelaksanaan kekarantinaan, survailance epidemiologi

penyakit dan penyakit potensial wabah serta penyakit baru dan penyakit yang

munculkembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA,

jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi, pendidikan dan

12
pelatihan teknis bidang kekarantinaan dan surveilans epidemiologi di wilayah

kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara (Menkes RI, 2008).

1. Tata Cara Tindakan Karantina Kapal

Menurut Pasal 20 dan 21 Bab VI Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6

Tahun 2018 Tentang Tata-Cara dan Tindakan Karantina:2

1. Setiap kapal yang :

a. Datang dari luar negri

b. Datang dari pelabuhan wilayah terjangkit di dalam negri, atau

c. Mengambil orang dan/atau barang dari kapal sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan b, berada dalam status karantina

2. Nahkoda pada kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

memberikan deklarasi kesehatan maritime (Maritime Declaration

of Health) kepada pejabat karantina kesehatan pada saat

kedatangan kapal

3. Nahkoda pada kapal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) hanya

dapat menurunkan atau menaikkan orang dan/atau barang setelah

dilakukan pengawasan karantinaan kesehatan oleh pejabat

karantina kesehatan.

Nakhoda kapal yang dalam karantina dilarang menurunkan atau menaikkan

orang barang, tanaman dan hewan, sebelum memperoleh surat izin karantina.

Nakhoda kapal menyampaikan permohonan untuk memperoleh suatu izin atau

memberitahukan suatu keadaan dikapal dengan memakai isyarat sebagai berikut

(MenKes RI, 2007) :

13
1. Siang hari.

- Bendera Q : kapal saya sehat/saya minta izin karantina.

- Bendera Q diatas panji pengganti kesatu : kapal saya tersangka.

- Bendera Q diatas bendera L : kapal saya terjangkit.

2. Malam hari

- Lampu merah diatas lampu putih dengan jarak maximum 1,80

meter: saya belum mendapat izin karantina.

Izin lepas karantina diberikan oleh dokter pelabuhan setelah dilakukan

pemeriksaan-pemeriksaan dan terdapat bahwa kapal itu sehat atau kalau segala

tindakan yang dianggap perlu oleh dokter pelabuhan telah selesai dilakukan.

Pada waktu tiba dipelabuhan, nakhoda kapal menyediakan dokumen-dokumen

sebagai berikut:

a) Keterangan kesehatan maritim;

b) Keterangan hapus-tikus, atau bebas hapus-tikus yang berlaku;

c) Sertifikat-sertifikat vaksinasi;

d) Buku kesehatan sekedar mengenai kapal-kapal yang berbendera

Indonesia dan kapal yang melakukan pelayaran pantai di dalam

wilayah Indonesia.

2.4.3 Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL)

Berdasarkan pasal 27 Permenkes No.356/Menkes/Per/IV/2008 Seksi

Pengendalian Risiko Lingkungan dan Kesehatan Lintas Wilayah mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,

penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor dan

binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja,

14
kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang

pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat Negara (Menkes, 2011).

2.4.4 Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah (UKLW)

Berdasarkan Pasal 28 Permenkes No.356Menkes/Per/IV/2008 Seksi

Upaya Kesehatan Lintas Wilayah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi

pelayanan kesehatan terbatas, kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji,

perpindahan penduduk, penanggulangan bencana, vaksinasi internasional,

pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pelatihan

teknis bidang upaya kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara.

1. Vaksinasi Meningitis

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan No.

13/Menkes/Per/XI/2016 Tentang Pemberian Sertifikat Vaksinasi

Internasional bahwa setiap orang yang akan melakukan perjalanan

internasional dari dan ke negara terjangkit dan/atau endemis penyakit

menular tertentu dan/atau atas permintaan negara tujuan wajib diberikan

vaksinasi tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dan berhak memperoleh Sertifikat Vaksinasi Internasional yang

dikeluarkan oleh KKP atau rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri

(MenKes RI, 2016).

15
Tak terkecuali Arab Saudi, berdasarkan Nota Diplomatik Kedutaan

Besar Kerajaan Saudi Arabia di Jakarta dengan Surat Dirjen Protokol dan

Konsubr No.5881PWIIO6161 tanggal 7 Juni 2006 yang memuat tentang

persyaratan pemberian Vaksinasi Meningitis (ACYW 135) sebagai

prasyarat mendapatkan visa haji dan umroh perlu dilengkapi dengan bukti

vaksinasi yaitu International Certificate of Vaccination (ICV) (Pusat

Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI, 2016)

2.5 Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.2348/Menkes/Per/X/2011 tentang Perubahan Atas Permenkes

No.356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Kesehatan Pelabuhan. Wilayah Kerja (Wilker) Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas II Panjang adalah sebagai berikut:4,5

1. Wilayah Kerja Bandara Radin Inten II Branti Kabupaten Lampung

Selatan dengan jarak ± 28,6 KM

2. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan

dengan jarak ± 85,8 KM

3. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Teluk Semangka Kota Agung Kabupaten

Tanggamus dengan jarak ± 99,5 KM

4. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Rawajitu Mesuji dengan jarak ± 197 KM.

16
2.6. Realisasi Kinerja Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Panjang Periode Januari - Juni 2019

2.6.1. Realisasi Kinerja Seksi Pengendalian Karantina Surveilans dan

Epidemiologi (PKSE)

Kegiatan, target dan pencapaian kegiatan seksi PKSE disajikan dalam tabel

dibawah ini:

Tabel 2.1 Realisasi Kegiatan Seksi PKSE Periode Januari – Juni 2019

No. Kegiatan Target Pencapaian Persentase (%)


1. Pemeriksaan kesehatan kapal 759 280 36,9%
dinyatakan sehat dan diterbitkan
Certificate of Pratique (CoP)
2. Penerbitan PHQC di KKP kelas 33945 20547 60,5%
2 Panjang
3. Penerbitan SSCC/SSCEC 590 253 42,9%
4. Jumlah dokumen buku 711 291 40,9%
kesehatan yang di terbitkan di
KKP kelas 2 Panjang
5. Penerbitan dokumen health 300 408 136%
certificate untuk komuniti
OMKABA
Keterangan :
 Realisasi kegiatan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan kapal dinyatakan
sehat dan diterbitkan Certificate of Pratique (CoP) selama bulan januari
sampai juni tahun 2019 di KKP kelas II Panjang berjumlah 280 dari target
759 dengan persentase pencapaian sebesar 36,9 %.

 Realisasi kegiatan pelaksanaan Penerbitan PHQC di KKP kelas 2 Panjang


pada bulan januari sampai juni tahun 2019 di KKP kelas II panjang
sebanyak 20547 dari target 33945 dengan persentase pencapaian sebesar
60,5 %.
 Realisasi kegiatan Penerbitan SSCC/SSCEC dari bulan januari sampai juni
tahun 2019 KKP kelas II panjang berjumlah 253 dari target 590 dengan
persentase pencapaian sebesar 42,9%.

17
 Realisasi kegiatan jumlah dokumen buku kesehatan yang di terbitkan dari
bulan januari sampai bulan mei tahun 2019 di KKP kelas II panjang
berjumlah 291 dari target 711 dengan persentase pencapaian sebesar 40,9
%.
 Realisasi kegiatan penerbitan dokumen health certificate untuk komuniti
OMKABA dari bulan januari sampai juni tahun 2019 KKP kelas II
panjang berjumlah 408 dari target 300 dengan persentase pencapaian
sebesar 136%.

2.6.2 Realisasi Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah (UKLW)

Kegiatan, target dan pencapaian kegiatan seksi PKSE disajikan dalam

tabel dibawah ini:

Tabel 2.2 Realisasi Kegiatan Seksi UKLW Periode Januari - Juni 2019

No Kegiatan Target Pencapaian Presentase (%) Keterangan

Jumlah Pemeriksaan
laboratorium wanita usia
1 subur pada pelaku perjalan 405 orang 415 orang 102,47% Tercapai
ke Negara Endemis (PP-
Test)

13.580 s/d akhir Juni


2 Kunjungan poliklinik 13.480 orang 99,26%
orang 2019

Jumlah penerbitan
220 s/d akhir Juni
3 sertifikat obat dan alat 185 sertifikat 84,09%
sertifikat 2019
P3K Kapal

Jumlah orang yag


dilakukan vaksinasi
12.651 s/d akhir Juni
4 meningitis Meningococcus 7.174 orang 56,71%
orang 2019
yang akan pergi ke negara
endemis
Jumlah orang yang
dilakukan vaksinasi yellow Tidak
5 46 orang 0 orang 00,00%
fever yang akan pergi ke Tercapai
negara endemis

6 Jumlah Penerbitan 62,92%


12.400 7.802 s/d akhir Juni
International Certificate

18
of Vaccination (ICV) sertifikat sertifikat 2019

Jumlah penerbitan 340


7 341 sertifikat 100,29% Tercapai
sertifikat/kier kesehatan sertifikat

Jumlah penerbitan
s/d akhir Juni
8 sertifikat pengawasan izin 25 sertifikat 22 sertifikat 88,00%
2019
angkut jenazah

Jumlah penerbitan
275 s/d akhir Juni
9 sertifikat pengawasan izin 194 sertifikat 70,55%
sertifikat 2019
angkut orang sakit

Penerbitan Sertifikat Laik 300 s/d akhir Juni


10 173 sertifikat 57,67%
Terbang sertifikat 2019

s/d akhir Juni


11 Pelayanan Situasi Khusus 6 layanan 3 layanan 50,00%
2019

s/d akhir Juni


12 VCT 500 orang 334 orang 66,80%
2019

Keterangan:
 Realisasi kegiatan pemeriksaan laboratorium wanita usia subur pada
pelaku perjalan ke Negara Endemis (PP-Test) dari bulan januari sampai
juni tahun 2019 KKP kelas II panjang berjumlah 415 orang dari target 405
orang dengan persentase pencapaian sebesar 102,47%.

 Realisasi kegiatan Kunjungan poliklinik dari bulan januari sampai juni


tahun 2019 KKP kelas II panjang berjumlah 13.480 orang dari target
13.580 orang dengan persentase pencapaian sebesar 99,26%.

 Realisasi kegiatan penerbitan sertifikat obat dan alat P3K Kapal dari bulan
januari sampai juni tahun 2019 KKP kelas II panjang berjumlah 185
sertifikat dari target 220 sertifikat dengan persentase pencapaian sebesar
84,09%.

 Realisasi kegiatan pelaksanaan vaksinasi meningitis Meningococcus yang


akan pergi ke negara endemis dari bulan januari sampai juni tahun 2019
KKP kelas II panjang berjumlah 7.174 orang dari target 12.651 orang
dengan persentase pencapaian sebesar 56,71%.

19
 Realisasi kegiatan pelaksanaan vaksinasi yellow fever yang akan pergi ke
negara endemis dari bulan januari sampai juni tahun 2019 KKP kelas II
panjang berjumlah 0 orang dari target 46 orang dengan persentase
pencapaian sebesar 0,00%.

 Realisasi kegiataan pelaksanaan dari bulan Januari sampai juni tahun 2019
KKP Kelas II Panjang berjumlah 7.802 sertifikat dari target 12.400
sertifikat dengan presentase pencapaian sebesar 62,92%.

 Realisasi kegiatan pelaksanaan Penerbitan Sertifikat Pengawasan Izin


Orang Sakit dari bulan Januari sampai 25 Agustus tahun 2018 KKP kelas
II panjang berjumlah 236 sertifikat dari target 52 sertifikat dengan
persentase pencapaian sebesar 453,85%.

 Realisasi kegiatan pelaksanaan penerbitan sertifikat/kier kesehatan dari


bulan Januari sampai juni tahun 2019 KKP kelas II panjang berjumlah 341
sertifikat dari target 340 sertifikat dengan persentase pencapaian sebesar
100,29%.

 Realisasi kegiatan pelaksanaan penerbitan sertifikat pengawasan izin


angkut jenazah dari bulan Januari sampai juni tahun 2019 KKP kelas II
panjang berjumlah 22 sertifikat dari target 25 sertifikat dengan persentase
pencapaian sebesar 88,00%.

 Realisasi kegiatan pelaksanaan penerbitan sertifikat pengawasan izin


angkut oraang sakit dari bulan Januari sampai juni tahun 2019 KKP kelas
II panjang berjumlah 194 sertifikat dari target 275 sertifikat dengan
persentase pencapaian sebesar 70,55%.

 Realisasi kegiatan pelaksanaan penerbitan sertifikat laik terbang dari bulan


Januari sampai juni tahun 2019 KKP kelas II panjang berjumlah 173
sertifikat dari target 300 sertifikat dengan persentase pencapaian sebesar
57,67%.

20
 Realisasi kegiatan pelaksanaan pelayanan situasi dari bulan Januari sampai
juni tahun 2019 khusus dasi KKP kelas II panjang berjumlah 3 layanan
dari target 6 layanan dengan persentase pencapaian sebesar 50,00%.

 Realisasi kegiatan pelaksanaan VCT dari bulan Januari sampai juni tahun
2019 KKP kelas II panjang berjumlah 34 orang sertifikat dari target 500
orang dengan persentase pencapaian sebesar 66,80%.

2.6.3 Realisasi Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL)

Tabel 2.3 Realisasi Kegiatan Seksi PRL Periode Januari - Juni 2019

No. Persentase
Kegiatan Jumlah Target Keterangan
(%)
1. Pemberantasan
s/d akhir
vektor (=luas 180 ekor 540 ekor 33%
Juni 2019
fogging)
2. Pemberantasan s/d akhir
7.200 ekor 13.500 ekor 53%
tikus dan pinjal Juni 2019
3. Pemberantasan
180 ekor 144 ekor 125% Tercapai
lalat dan kecoa
4. Penyehatan
(Fumigasi, s/d akhir
27 buah 34 buah 79%
disinseksi, Juni 2019
disinfeksi)
5. Pengawasan
s/d akhir
sanitasi alat 723 buah 1.270 buah 57%
Juni 2019
angkut
6 Pengawasan izin
s/d akhir
sanitasi gedung 171 282 61%
Juni 2019
dan bangunan
7 Pengamanan
s/d akhir
makan dan 165 buah 300 buah 55%
Juni 2019
minuman

21
8 Pengawasan
s/d akhir
pencemaran air 18 36 50%
Juni 2019
dan tanah
Keterangan :

 Realisasi kegiatan pelaksanaan Pemberantasan vektor dari bulan

Januari sampai Juni tahun 2019 di tiga wilayah kerja (Pelabuhan

Bakauheni, Pelabuhan Panjang, dan Bandara Branti) KKP kelas II

Panjang berjumlah 180 dari target 540 dengan persentase pencapaian

sebesar 33%,

 Realisasi kegiatan pelaksanaan Pemberantasan tikus dan pinjal (tikus

tertangkap, jumlah pinjal dan index pinjal) dari bulan Januari sampai

Juni tahun 2019 di tiga wilayah kerja KKP Kelas II Panjang sebanyak

7.200 ekor dari target 13.500 dengan pesentase pencapaian sebesar

53%.

 Realisasi kegiatan Pemberantasan lalat dan kecoa dari bulan Januari

sampai Juni tahun 2019 di tiga wilayah kerja KKP Kelas II Panjang

berjumlah 180 dari target 144 dengan persentase pencapaian sebesar

125%.

 Realisasi kegiatan Penyehatan (Fumigasi, disinseksi, disinfeksi) dari

bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2019 di tiga wilayah kerja KKP

Kelas II Panjang berjumlah 27 dari target 34 dengan persentase

pencapaian sebesar 79%.

 Realisasi pelaksanaan Kegiatan Pengawasan sanitasi alat angkut dari

bulan Januari sampai Juni tahun 2019 di tiga wilayah kerja KKP Kelas

22
II Panjang berjumlah 723 dari target 1.270 dengan persentase

pencapaian 57%.

 Realisasi pelaksanaan Kegiatan Pengawasan izin sanitasi gedung dan

bangunan dari bulan Januari sampai Juni tahun 2019 di tiga wilayah

kerja KKP Kelas II Panjang berjumlah 171 dari target 282 dengan

persentase pencapaian 61%.

 Realisasi pelaksanaan Kegiatan Pengamanan makan dan minuman

dari bulan Januari sampai Juni tahun 2019 di tiga wilayah kerja KKP

Kelas II Panjang berjumlah 165 dari target 300 dengan persentase

pencapaian 55%.

2.7 Pemeriksaan Dan Pembinaan Kesehatan Haji

2.7.1 Definisi Ibadah Haji

Ibadah haji adalah Rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali

seumur hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya. Dalam

Alquran Surat Ali Imran ayat 97 dijelaskan bahwa mengerjakan haji adalah

kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu (istithaah)

mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dengan demikian, istithaah menjadi hal

penting dalam pelaksanaan ibadah haji, yang dalam Fiqih Islam, Istithaah

(termasuk Istithaah Kesehatan) dinyatakan sebagai salah satu syarat wajib untuk

melaksanakan ibadah haji (PMK, 2015).

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji menyatakan bahwa penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk

23
memberikanpembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada

jemaah hajiagar jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan

ketentuan ajaranagama Islam. Pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang

diberikan kepadajemaah haji, bukan hanya untuk yang bersifat umum, tetapi juga

yang bersifat kesehatan. Sehingga penyelenggaraan kesehatan haji merupakan

kesatuanpembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan kepada jemaah haji

sejak diTanah Air, dan selama di Arab Saudi. Dalam rangka memberikan

pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dalambidang kesehatan kepada jemaah

haji, perlu pula memperhatikan danmempertimbangkan amanah Undang-Undang

Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat Indonesia setinggi-tingginya melalui peningkatan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang termasuk

masyarakat Indonesia yang melaksanakan ibadah haji.

Ibadah haji adalah ibadah fisik, sehingga jemaah haji dituntut mampu

secara fisik dan rohani agar dapat melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan

baik dan lancar. Salah satu kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji yang sangat

penting dan strategis adalah serangkaian upaya kegiatan melalui program

pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji agar terpenuhinya kondisi istithaah

kesehatan (kemampuan kesehatan jemaah haji untuk melakukan serangkaian

aktivitas rukun dan wajib haji). Penyelenggaraan kesehatan haji menuju istithaah

kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

(Permenkes RI) Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.

24
Secara umum, Istithaah Kesehatan Jemaah Haji didefinisikan sebagai

kemampuan jemaah haji dari aspek kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang

terukur dengan pemeriksaan dan pembinaan yang dapat dipertanggungjawabkan

sehingga jemaah haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan agama Islam.

Untuk memenuhi kriteria istithaah kesehatan, persiapan sejak dini di Tanah Air

harus dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam mengantar jemaah haji sehat

sejak di Indonesia, selama perjalanan, dan di Arab Saudi selama menjalankan

ibadah haji (PMK 15, 2016).

Pelaksanaan istithaah kesehatan jemaah haji yang diatur melalui Peraturan

Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 15 tahun 2016 menjelaskan tahapan atau

upaya melalui pemeriksaan dan pembinaan kesehatan kepada jemaah haji untuk

mencapai istithaah kesehatan.

2.7.3 Tahapan Pemeriksaan Dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji

Tahapan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji menuju istithaah

kesehatan jemaah haji sampai keberangkatan dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

25
Gambar 2.3. Alur Program Pemeriksaan Dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji

Menuju Istithaah Kesehatan Jemaah Haji

Setiap proses pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji menuju

istithaah dilakukan oleh tim penyelenggara kesehatan haji di kabupaten/kota. Tim

penyelenggara kesehatan haji harus dibentuk tiap tahun dan dimuat dalam sebuah

8 surat keputusan bupati/walikota atau dapat didelegasikan kepada kepala dinas

kesehatan sebagai penanggung jawab urusan kesehatan masyarakat di wilayahnya.

2.7.4 Tim penyelenggara kesehatan haji

Tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota terdiri dari:

a. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

b. Kepala bidang yang mengelola kesehatan haji di kabupaten/kota.

c. Pengelola kesehatan haji kabupaten/kota dan Puskesmas.

d. Pemeriksa kesehatan haji (dokter dan perawat Puskesmas/klinik dan

dokter spesialis di rumah sakit rujukan).

e. Tenaga analis kesehatan.

f. Tenaga pengelola data/Siskohatkes

g. Unit kerja pelaksana penyelenggara haji dan umrah Kantor

KementerianAgama kabupaten/kota.

Tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota terdiri dari unsur

Puskesmas, rumah sakit, program surveilans, promosi kesehatan, kesehatan

26
keluarga,kesehatan lingkungan, gizi, pembinaan kebugaran jasmani, pelayanan

kesehatan primer dan sekunder, pengendalian penyakit tidak menular,

pengendalian penyakit menular, dan kesehatan jiwa.

Tim penyelenggara tersebut terdiri dari unsur dokter spesialis, dokter,

perawat,penyuluh kesehatan, tenaga farmasi, analis kesehatan, sistem informasi

kesehatan,dan tenaga kesehatan lainnya. Tim penyelenggara kesehatan haji di

kabupaten/kota merupakan tim kesehatan yang bertanggungjawab dalam

melakukan program pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji di wilayahnya.

Hasil pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji kemudian dicatat dalam

Siskohatkes yang dapat diakses melalu i Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH).12

2.7.5 Indikator Pemeriksaan Dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji

Sebagai acuan pelaksanaan, maka perlu ditetapkan indikator sesuai

tahapan pelaksanaan program kesehatan haji dalam upaya pencapaian istithaah

kesehatan. Indikator yang dimaksud meliputi:

1) Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama.

Setidaknya 90% jemaah haji yang akan melakukan setoran awal

atau telah mempunyai nomor porsi dilakukan pemeriksaan kesehatan

tahap pertama (penentuan tingkat risiko kesehatan). Denominatornya

adalah jumlah jemaah haji yang akan berangkat dua tahun mendatang

setelah tahun berjalan. Batasan waktunya adalah paling lambat satu

bulan sebelum keberangkatan pada tahun berjalan. Contoh: Kota

Manado memiliki kuota haji setiap tahunnya sebesar 150 jemaah haji,

27
maka di tahun 2017 satu bulan sebelum jemaah haji 2017 berangkat,

jemaah haji yang harus sudah diperiksa tahap pertama adalah jemaah

haji dengan kuota keberangkatan tahun 2018 dan 2019, yaitu 2 x 150

jemaah haji. Dengan demikian, minimal 90% dari 300 jemaah haji

yang akan berangkat tahun 2018 dan 2019 sudah dilakukan

pemeriksaan tahap pertama. Angka minimal 90% harus sudah tercapai

pada satu bulan sebelum keberangkatan haji di tahun 2017. Angka

diatas 90% dimaksudkan untuk menjaring jemaah haji

sebesarbesarnya agar dapat dilakukan pembinaan kesehatan untuk

mencapai istithaah kesehatan jemaah haji. Untuk memulai tahapan

pemeriksaan kesehatan tahap pertama, dinas kesehatan kabupaten/kota

memperoleh data calon jemaah haji dari Kantor Kementerian Agama

setempat. Permintaan data dapat dilakukan melalui permintaan resmi

melalui surat kepada pihak Kantor Kementerian Agama setempat atau

diperoleh dari data Siskohatkes.

2) Pembinaan Kesehatan Masa tunggu.

Setidaknya 90% jemaah haji pada masa tunggu yang telah

melakukan pemeriksaan kesehatan tahap pertama, telah mengikuti

program pembinaan kesehatan haji. Angka diatas 90% merupakan

upaya maksimal agar seluruh jemaah haji memperoleh pembinaan

kesehatan di masa tunggu untuk dapat memahami risiko penyakit,

serta akibatnya jika tidak dilakukan pembinaan kesehatan secara

sungguh-sungguh.

28
3) Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua.

Seratus persen (100%) jemaah haji yang akan berangkat pada

tahun berjalan telah dilaksanakan pemeriksaan tahap kedua (penetapan

istithaah) di kabupaten/kota selambatnya pada 3 (tiga) bulan sebelum

keberangkatan.

4) Pembinaan Kesehatan Masa Keberangkatan.

Seratus persen (100%) jemaah haji yang akan berangkat pada

tahun berjalan dilakukan pembinaan/manasik kesehatan.

5) Pemeriksaan Kesehatan Tahap Ketiga.

Seratus persen (100%) jemaah haji telah dilakukan penilaian

kelaikan terbang.

Simulasi indikator operasional penyelenggaraan kesehatan haji disajikan

dalam gambar dibawah ini.

29
Gambar 2.4 Bagan Simulasi Indikator Oprasional Penyelenggraan Kesehatan

Haji

30
31

Anda mungkin juga menyukai