Anda di halaman 1dari 12

Kolelitiasis (Batu Empedu)

Defenisi: Kolelitiasis atau biasa disebut batu empedu


merupakan endapan satu atau lebih komponen
empedu yaitu kolesterol, bilirubin, garam empedu,
kalsium, protein, asam lemak, dan fosfolipid.

Prevalensi: 5-25 %, paling sering terjadi pada


Negara barat, perempuan, dan usia lanjut.

Patogenesis: Batu pigmen terdiri dari garam kalsium


dan salah satu dari keempat anion ini yaitu
bilirubinat, karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai
panjang. Batu-batu ini cenderung berukuran kecil,
multiple, dan berwarna hitam kecoklatan. Batu
pigmen yang berwarna hitam berkaitan dengan
hemolisis kronis. Batu pigmen berwarna coklat
berkaitan dengan infeksi empedu kronis, batu
semacam ini lebih jarang dijumpai.
Patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran
empedu, stasis empedu, malnutrisi, dan faktor diet.
Ada tiga faktor penting yang berperan dalam
patogenesis batu kolesterol yaitu :
1. Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu
2. Percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol
3. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus.

Perubahan komposisi empedu kemungkinan


merupakan faktor terpenting dalam pembentukan
batu empedu. Pada penderita batu empedu kolesterol,
hati menyekresikan empedu yang sangat jenuh
dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini
mengendap dalam kandung empedu. Statis empedu
dalam kandung empedu mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan komposisi kimia, dan
pengendapan unsur.
Stasis empedu dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Gangguan kontraksi kandung empedu, atau spasme
sfingter Oddi,faktor hormonal terutama selama
kehamilan, infeksi bakteri dalam saluran empedu
adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan tinggi
kejadian statis empedu. Namun, infeksi mungkin
lebih sering timbul sebagai akibat dari terbentuknya
batu empedu dibandingkan sebagai penyebab
terbentuknya batu empedu.

Manifestasi Klinis: Gejala yang timbul pada pasien


penderita batu empedu terjadi seringkali diakibatkan
karena batu yang kecil melewati duktus koledokus
yang menyebabkan kejadian yang disebut kolesistitis
atau radang kandung empedu, yang dapat terjadi
secara akut maupun kronis.
Bentuk akut ditandai dengan nyeri hebat mendadak
pada epigastrium, nyeri dapat menyebar ke punggung
dan bahu kanan. Nyeri dapat berlangsung berjam-jam
atau dapat kambuh kembali setelah pulih beberapa
saat. Penderita dapat berkeringat banyak, nausea
(mual) dan vomitus (muntah). Kolesistitis yang akut
tersebut biasanya sering disertai sumbatan batu dalam
duktus sistikus dan sering disebut kolik bilier.

Gejala kolesistitis kronis mirip dengan gejala


akutnya, namun tanda dan beratnya nyeri kurang
nyata. Penderita kolesistitis kronik memiliki riwayat
dyspepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau
flatulen yang berlangsung lama.
Urolitiasis ( Batu Ginjal )
Defenisi : Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di
tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi
pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu
slauran kemih yang paling sering terjadi.
Prevelensi: Di negara-negara berkembang,
banyak dijumpai pasien batu buli-buli
sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian
atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi
dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika
Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit
ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat
1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih.
Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga
penyakit terbanyak di bidang urologi disamping
infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat
benigna.

Patogenesis: Sebagian besar batu saluran kencing


adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik
ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara
lain:
a. Teori inti matriks.
Terbentuknya batu saluran kencing
memerlukan adanya substansi organic sebagai
inti. Substansia organic ini terutama terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang
akan mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentuk batu.


b. Teori supersaturasi.
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk
batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.

c. Teori presipitasi-kristalisasi.
Perubahan PH urin akan mempengaruhi
solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin,
asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang
bersifat alkali akan mengendap garam-garam
fosfat.


d. Teori berkurangnya factor penghambat.


Berkurangnya factor penghambat seperti peptid
fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium,
asam mukopolisakarid akan mempermudah
terbentuknya batu saluran kencing.

Factor lain terutama factor eksogen dan lingkungan
yang diduga ikut mempengaruhi kalkuligenesis
antara lain:

1. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat
menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan
membentuk ammonium akan mengubah PH
urin menjadi alkali dan akan mengendapkan
garam-garam fosfat sehingga akan
mempercepat pembentukan batu yang telah
ada.

2. Obstruksi dan stasis urin
Adanya obstruksi
dan stasis urin akan mempermudah terjadinya
infeksi.

3. Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa
batu saluran kencing lebih banyak ditemukan
pada pria.


4. Ras
Batu saluran kencing lebih banyak
ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada
penduduk Amerika dan Eropa jarang.

5. Keturunan
Riwayat anggota keluarga yang
mempunyai batu saluran kencing mempunyai
factor resiko lebih besar menderita batu saluran
kencing dibandingkan dengan tidak mempunyai
riwayat tersebut.

6. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan
cara banyak minum akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan
bila kurang minum menyebabkan kadar
substansi dalam urin akan meningkat dan akan
mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan
air yang diminum sesuai dengan kadar
mineralnya terutama kalsium diperkirakan
mempengaruhi terbentuknya batu saluran
kencing.

7. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras seperti
buruh dan petani akan mengurangi
kemungkinan terjadinya batu saluran kencing
daripada pekerja-pekerja yang lebih banyak
duduk.

8. Makanan
Pada golongan masyarakat yang
lebih banyak makan protein hewani angka
morbiditas batu saluran kencing berkurang,
sedangkan pada golongan masyarakat dengan
kondisi social ekonominya rendah lebih sering
terjadi. Penduduk vegetarian yang kurang
makan putih telur lebih sering menderita batu
saluran kencing (buli-buli dan uretra) dan
hanya sedikit yang ditemukan menderita batu
ginjal atau piala.

9. Suhu
Tempat bersuhu panas misalnya di
daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan
banyak mengeluarkan keringat, akan
mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan batu saluran kencing.
Manifestasi Klinis: Tanda dan gejala penyakit batu
saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini
mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik
hematuria terbuka atau mikroskopik; nyeri pinggang,
sisi, atau sudut kostovertebral; pielonefritis dan atau
sistitis; pernah mengeluarkan batu kecil ketika
kencing; nyeri tekan kostovertebral; gangguan faal
ginjal. Selain itu bila disertai infeksi saluran kemih
dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan
mungkin demam atau tanda sistemik lain.

Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi
obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang
disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi
dari iritasi batu yang terus menerus.
Batu di piala
ginjal berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus
menerus di area kostovertebral. Hematuria dan piuria
dapat dijumpai.
Batu yang terjebak di ureter
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut
dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia.
Pasien sering merasa ingin berkemih namun hanya
sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasif batu.
Batu yang terjebak
dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala
iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan
obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi
retensi urin. Jika infeksi berhubungan dengan adanya
batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai
sepsis yang mengancam kehidupan pasien.

Anda mungkin juga menyukai