Disusun Oleh :
Kelompok 9
Kelas A
JAKARTA
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PENDIRIAN
INDUSTRI FARMASI KOSMETIK BAHAN ALAM PADAT” adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan persyaratan dari mata kuliah Farmasi Industri
di Institut Sains Dan Teknologi Nasional, Jakarta. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pendirian Industri Farmasi Bahan Alam bagi para pembaca dan
penulis.
Terlebih dahulu kami mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Teti Indrawati,
MSi., Apt selaku dosen Farmasi Industri yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni, untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapakan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman judul............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
iv
3.3.3 Visi dan Misi Industri Beauty MinaCosmetic........................................................................33
3.3.4 Produk Industri Beauty Mina Cosmetic..................................................................................34
3.3.5 Sarana dan Prasarana (Fasilitas dan Bangunan).....................................................................34
3.3.6 Personalia.................................................................................................................................34
3.3.7 Struktur Organisasi Industri Amina Cosmetic.........................................................................36
3.3.8 Aspek Finansial Industri Amina Cosmetic.............................................................................42
3.3.9 Produksi..................................................................................................................................43
4.2 Kesimpulan dan Saran.....................................................................................................................49
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik telah menjadi kebutuhan utama bagi wanita dalam kehidupan
sehari- hari. Secara umum, kosmetik terdiri dari kosmetik sintetis dan kosmetik
bahan alam padat. Kosmetik dari bahan alam padat baik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, hewan, maupun bahan lainnya telah ada sejak 3500 tahun yang lalu.
Dewasa ini kosmetik yang bahan alam lebih diminati seiring berubahnya pola hidup
masyarakat yang cenderung menggunakan bahan alam (back to nature).
Pengembangan produk kosmetik bahan alam terus dilakukan, beberapa contoh
tumbuhan yang digunakan sebagai kosmetik bahan alam padat yaitu Pepaya, minyak
kelapa, kunyit dan daun pegagan (Istiqomah, 2020).
Industri kosmetik bahan alam padat merupakan industri yang
memproduksi kosmetik dengan komponen yang berasal dari bahan alam. Potensi
pengembangan industri kosmetik dari bahan alam padat di Indonesia sangat besar,
hal ini didukung oleh potensi tanaman obat dan aromatik di Indonesia dengan
jumlah sekitar 30 ribu jenis. Beauty Market Survey (BMS) menunjukkan
pendapatan industri kosmetik Indonesia meningkat. Peningkatan pendapatan
industri kosmetik ini didasarkan pada peningkatan permintaan produk kecantikan
dan perawatan. Oleh karena itu, peluang dan kreativitas industri kosmetik bahan
alam menjadi terbuka dan menjanjikan keuntungan yang baik.
Pendirian sebuah industri kosmetik bahan alam, tentunya ada persyaratan
yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar mendapatkan izin usaha dan izin
produksi untuk melakukan kegiatan pembuatan kosmetik yang legal sesuai
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan, sehingga pendirian industri
kosmetik bahan alam “Zarine Cosmetic” akan dilakukan sesuai Permenkes
No.1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. Industri
kosmetik Beauty Mina Cosmetic akan memproduksi Masker wajah dari Lidah
Buaya (Aloe Vera .) dengan mengikuti pedoman cara pembuatan kosmetik yang
baik.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami Proses Mendirikan Perseroan Terbatas (PT) Pendirian
Industri Kosmetika Bahan Alam Padat
2. Mengetahui dan Memahami Bagaimana Cara Mendapatkan Izin Pendirian
Industri Bahan Alam Padat
3. Mengetahui dan Memahami Rancangan Industri Mencakup Pengadaan Sarana, dan
Prasarana, SDM, dan Produksi ? (Pengadaan bahan distribusi pemasaran,dan lain-
lain)
4. Mengetahui dan Memahami Analisis SWOT Untuk Pendirian Industri Farmasi
Kosmetik Bahan Alam padat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
● Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya mosturizer cream,
night cream, anti wrinkel cream.
● Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream/lotion.
● Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub
ceram yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas
(abrasiver).
b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik
riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi
menjadi 2 golongan yaitu:
● Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eyes shadow, dan
lain- lain.
● Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam baru lama baru
luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan
preparat penghilang rambut.
4
2.1.3 Cara Pembuatan Kosmetik Bahan Alam Padat yang Baik
Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi menyebabkan perubahan-
perubahan yang sangat cepat dalam konsep serta persyaratan CPKB. Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik merupakan salah satu penting untuk dapat menghasilkan produk
kosmetik yang memenuhi standar mutu dan keamanan. Penerapan CPKB merupakan
persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan system jaminan mutu dan keamanan yang
diakui dunia international terlebih lagi untuk mengantisipasi pasar bebas di era globalisasi
maka penerapan CPKB merupakan nilai tambah bagi kosmetik Indonesia untuk bersaing
dengan produk sejenis dengan negara lain baik di pasar dalam negeri maupun di pasar luar
negeri dalam pembuatan kosmetik pengawasan yang menyeluruh disertai pemantauan
sangat penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh produk yang memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses
produksi, dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan, dan personalia yang menangani.
Konsep CPKB bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan teknologi di bidang
farmasi. Ruang lingkup CPKB meliputi 12 aspek yaitu:
3. Personalia
Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan kemampuan
yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup.
Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang dibebankan
kepadanya.
4. Organisasi, Kualifikasi, dan Tanggung Jawab
Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan mutu
hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada keterkaitan
anggungjawabsatu sama lain. Kepala bagian produksi harus memperoleh pelatihan yang
memadai dan berpengalaman dalam pembuatan kosmetik. Ia harus mempunyai
kewenangan dan tanggungjawab dalam manajemen produksi yang meliputi semua
pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi, area produksi dan pencatatan.
Kepala bagian pengawasan mutu harus memperoleh pelatihan yang memadai dan
berpengalaman dalam bidang pengawasan mutu. Ia harus diberi kewenangan penuh dan
tanggung jawab dalam semua tugas pengawasan mutu meliputi penyusunan, verifikasi
dan penerapan semua prosedur pengawasan mutu. Ia mempunyai kewenangan
menetapkan persetujuan atas bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
yang telah memenuhi spesifikasi, atau menolaknya apabila tidak memenuhi spesifikasi,
atau yang dibuat tidak sesuai prosedur dan kondisi yang telah ditetapkan.
5
5. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang, dibangun, dan
dipelihara sesuai kaidah yaitu
a. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari lingkungan
sekitar dan hama.
b. Produk kosmetik dan Produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan peralatan
yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha pembersihan dan perawatan
untuk menjamin agar tidak terjadi kontaminasi silang dan risiko campur baur
c. Garis pembatas, tirai plastik penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.
d. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus terpisah
dari area produksi guna mencegah terjadinya kontaminasi
e. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara lain
Penerimaan material, Pengambilan contoh material, Penyimpanan barang datang
dan karantina, Gudang bahan awal, Penimbangan dan penyerahan, Pengolahan,
Penyimpanan produk ruahan, Pengemasan, Karantina sebelum produk dinyatakan
lulus, Gudang produk jadi, Tempat bongkar muat, Laboratorium, Tempat pencucian
peralatan
f. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta mudah dirawat
dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus mempunyai permukaan yang
mudah dibersihkan dan disanitasi
g. Saluran pembuangan air (drainase) harus mempunyai ukuran memadai dan
dilengkapi dengan bak kontrol serta dapat mengalir dengan baik. Saluran terbuka
harus dihindari, tetapi apabila diperlukan harus mudah dibersihkan dan disanitasi.
h. Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipapipa salurannya
hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya
pencemaran terhadap produk.
i. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai ventilasi
yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.
j. Pipa, fitting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di area produksi
harus dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya ceruk yang sukar
dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar area pengolahan.
k. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.
10
6
l. Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan penerangan yang
sesuai, diatur dan diberi perlengkapan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih dan rapi. Area gudang
hendaknya harus memungkinkan pemisahan antara kelompok material dan produk
yang dikarantina. Area khusus dan terpisah hendaklah tersedia untuk penyimpanan
bahan yang mudah terbakar dan bahan yang mudah meledak, zat yang sangat
beracun, bahanyang ditolak atau ditarik serta produk kembalian. Apabila diperlukan
hendaknya disediakan gudang khusus dimana suhu dan kelembabannya dapat
dikendalikan serta terjamin keamanannya
m. Penyimpanan bahan pengemas / barang cetakan hendaklah ditata sedemikian rupa
sehingga masing-masing tabet yang berbeda, demikian pula bahan cetakan lain
tersimpan terpisah untuk mencegah terjadinya campur baur.
Peralatan harus didesain dan ditempatkan sesuai dengan produk yang dibuat.
a. Rencana bangunan
1) Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah tidak boleh
bereaksi atau menyerap bahan
2) Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk misalnya
melalui tetesan oli, kebocoran katub atau melalui modifikasi atau adaptasi yang tidak
salah/tidak tepat.
3) Peralatan harus mudah dibersihkan.
4) Peralatan yang digunakan untuk mengolah bahan yang mudah terbakar harus kedap
terhadap ledakan.
b. Pemasangan dan penempatan
7
c. Pemeliharaan
8
b. Bangunan
a. Hendaklah tersedia wastafel dan toilet dengan ventilasi yang baik yang terpisahdari
area produksi
b. Hendaklah tersedia locker di lokasi yang tepat untuk tempat ganti pakaian dan
menyimpan pakaian serta barang-barang lain milik karyawan.
c. Sampah di ruang produksi secara teratur ditampung di tempat sampah untuk
selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan sampah di luar area produksi.
d. Bahan sanitasi, rodentisida, insektisida dan fumigasi tidak boleh mengkontaminasi
peralatan, bahan baku / pengemas, bahan yang masih dalam proses dan produk jadi.
7. Produksi
a. Bahan awal
● Air
a) Air harus mendapat perhatian khusus karena merupakan bahan penting. Peralatan
untuk memproduksi air dan sistem pemasokannya harus dapat memasok air yang
berkualitas. Sistem pemasokan air hendaknya disanitasi sesuai Prosedur Tetap.
b) Air yang digunakan untuk produksi sekurangkurangnya berkualitas air minum. Mutu
air yang meliputi parameter kimiawi dan mikrobiologi harus dipantau secara berkala,
sesuai prosedur tertulis dan setiap ada kelainan harus segera ditindak lanjuti dengan
tindakan koreksi.
c) Pemilihan metoda pengolahan air seperti deionisasi, destilasi ataufiltrasi tergantung
dari persyaratan produk. Sistem penyimpanan maupun pendistribusian harus dipelihara
dengan baik.
d) Perpipaan hendaklah dibangun sedemikian rupa sehingga terhindar dari stagnasi dan
resiko terjadinya pencemaran.
9
● Verifikasi Material (Bahan)
a) Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas) hendaklah
diperiksadan diverifikasi mengenai pemenuhannya terhadap spesifikasi yang telah
ditetapkan dan dapat ditelusuri sampai dengan produk jadinya.
b) Contoh bahan awal hendaklah diperiksa secara fisik mengenai pemenuhannya
terhadap spesifikasi yang ditetapkan, dan harus dinyatakan lulus sebelum
digunakan
c) Bahan awal harus diberi label yang jelas.
d) Semua bahan harus bersih dan diperiksa kemasannya terhadap kemungkinan
terjadinya kebocoran, lubang atau terpapar.
e) Pencatatan Bahan.
f) Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai nama bahan
yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan, tanggal penerimaan, nama
pemasok, nomor batch dan jumlah.
g) Setiap penerimaan dan penyerahan bahan awal hendaklah dicatat dan diperiksa
secara teliti kebenaran identitasnya.
● Material Ditolak (Reject)
Pasokan bahan yang tidak memenuhi spesifikasi hendaknya ditandai, dipisah dan
untuk segera diproses lebih lanjut sesuai Prosedur Tetap
● Sistem Pemberian Nomor Bets
a) Setiap produk antara, produk ruahan dan produk akhir hendaklah diberi nomor
identitas produksi (nomor bets) yang dapat memungkinkan penelusuran kembali
riwayat produk
b) Sistem pemberian nomor bets hendaknya spesifik dan tidak berulang untuk produk
yang sama untuk menghindari kebingungan / kekacauan
c) Bila memungkinkan, nomor bets hendaknya dicetak pada etiket wadah dan
bungkus luar.
d) Catatan pemberian nomor bets hendaknya dipelihara.
10
● Prosedur Dan Pengolahan
a) Semua bahan awal harus lulus uji sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
c) Semua pengawasan selama proses yang diwajibkan harus dilaksanakan dan dicatat.
d) Produk ruahan harus diberi penandaan sampai dinyatakan lulus oleh Bagian
● Pengawasan Mutu
a) Perhatian khusus hendaknya diberikan kepada kemungkinan terjadinya
kontaminasi silang pada semua tahap proses produksi.
b) Hendaknya dilakukan pengawasan yang seksama terhadap kegiatan pengolahan
yang memerlukan kondisi tertentu, misalnya pengaturan suhu, tekanan, waktu dan
kelembaban.
c) Hasil akhir proses produksi harus dicatat.
● Produk Kering
a) Penanganan bahan dan produk kering memerlukan perhatian khusus dan bila perlu
dilengkapi dengan sistem pengendali debu, atau sistem hampa udara sentral atau
cara lain yang sesuai.
b) Produk Basah
c) Cairan, krim, dan lotion harus diproduksi demikian rupa untuk mencegah dari
kontaminasi mikroba dan kontaminasi lainnya.
d) Penggunaan sistem produksi dan transfer secara tertutup sangat
dianjurkan.
e) Bila digunakan sistem perpipaan untuk transfer bahan dan produk ruahan
harus dapat dijamin bahwa sistem yang digunakan mudah di bersihkan.
● Produk Aerosol
Pembuatan aerosol memerlukan pertimbangan khusus karena sifat alami dari bentuk
sediaan ini, dan Pembuatan harus dilakukan dalam ruang khusus yang dapat menjamin
terhindarnya ledakan atau kebakaran.
11
● Pelabelan Dan Pengemasan
a) Lini pengemasan hendaklah diperiksa sebelum dioperasikan. Peralatan harus
bersih dan berfungsi baik. Semua bahan dan produk jadi dari kegiatan pengemasan
sebelumnya harus dipindahkan.
b) Selama proses pelabelan dan pengemasan berlangsung, harus diambil contoh
secara acak dan diperiksa.
c) Setiap lini pelabelan dan pengemasan harus ditandai secara jelas untuk mencegah
campur baur.
d) Sisa label dan bahan pengemas harus dikembalikan ke gudang dan dicatat. Bahan
pengemas yang ditolak harus dicatat dan diproses lebih lanjut sesuai dengan
Prosedur Tetap.
e) Produk Jadi, Karantina dan Pengiriman ke Gudang Produk Jadi
f) Semua produk jadi harus dikarantina terlebih dahulu. Setelah dinyatakan lulus uji
oleh bagian Pengawasan Mutu dimasukkan ke gudang produk jadi. Selanjutnya
produk dapat didistribusikan
8. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian penting dari CPKB, karena memberi
jaminan konsistensi mutu produk kosmetik yang dihasilkan. Sistem Pengawasan Mutu
menjamin bahwa produk dibuat dari bahan yang benar, mutu dan jumlah yang sesuai,
serta kondisi pembuatan yang tepat sesuai Prosedur.Pengawasan mutu meliputi:
a. Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan awal
produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan produk jadi sesuai
spesifikasi yang ditetapkan.
b. Program pemantauan lingkungan, tinjauan terhadap dokumentasi bets, program
pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu produk di peredaran, penelitian
stabilitas dan menetapkan spesifikasi bahan awal dan produk jadi agar senantiasa
memenuhi standar yang ditetapkan.
c. Pengambilan contoh hendaklah dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan
diberikewenangan untuk tugas tersebut, guna menjamin contoh yang diambil
senantiasa sesuai dengan indentitas dan kualitas bets yang diterima
● Pengolahan Ulang
12
b. Pengujian tambahan hendaklah dilakukan terhadap produk jadi hasil pengolahan
ulang.
● Produk Kembalian
9. Dokumentasi
Dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari bahan awal
sampai produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas yang dilakukan, meliputi
pemeliharaan peralatan, penyimpanan, pengawasan mutu, distribusi dan hal-hal
spesifik lain yang terkait dengan CPKB, Hendaknya ada sistem untuk mencegah
digunakannya dokumen yang sudah tidak berlaku. Bila terjadi atau ditemukan suatu
kekeliruan dalam dokumen hendaknya dilakukan pembetulan sedemikian rupa
sehingga naskah aslinya harus tetap terdokumentasi. Bila dokumen merupakan
instruksi, hendaknya ditulis langkah demi langkah dalam bentuk kalimat perintah.
Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan, Salinan dokumen hendaklah
diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dan pendistribusiannya dicatat dan Semua
dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara berkala, dokumen yang sudah
tidak berlaku segera ditarik kembali dari pihak- pihak terkait untuk diamankan.
Dokumentasi yang diperlukan meliputi :
● Spesifikasi
Semua spesifikasi harus disetujui dan disahkan oleh personil yang
berwenang. Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas meliputi Nama bahan,
Uraian (deskripsi) dari bahan, Parameter uji dan batas penerimaan (acceptance
limits), Gambar teknis bila diperlukan. Perhatian khusus misalnya kondisi
penyimpanan dan keamanan bila perlu.
Spesifikasi Produk Ruahan dan Produk Jadi meliputi Nama produk, Uraian,
Sifat-sifat fisik, Pengujian kimia dan atau mikrobiologi serta batas penerimaannya
bila perlu, Kondisipenyimpanan dan peringatan keamanan bila perlu.
13
● Dokumen Produksi
● Dokumen Induk
Dokumen Induk harus tersedia setiap diperlukan. Dokumen ini berisi informasi :
a. Nama produk dan kode/nomor produk
b. Bahan pengemas yang diperlukan dan kondisi penyimpanannya.
c. Daftar bahan baku yang digunakan
d. Daftar peralatan yang digunakan.
e. Pengawasan selama pengolahan dengan batasanbatasan dalam pengolahan dan
pengemasan, bila perlu.
● Catatan Pembuatan Bets
14
10. Audit Internal
Audit Internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujian seluruh atau sebagian dari
aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan untuk meningkatkan sistem mutu.
Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak luar, atau auditor profesional atau tim internal
yang dirancang oleh manajemen untuk keperluan ini. Pelaksanaan Audit Internal dapat
diperluas sampai ke tingkat pemasok dan kontraktor, bila perlu. Laporan harus dibuat
pada saat selesainya tiap kegiatan Audit Internal dan didokumentasikan dengan baik.
11. Penyimpanan
a. Area Penyimpanan
15
d. Pengawasan
1) Catatan-catatan harus dipelihara meliputi semua catatan penerimaan dan catatan
pengeluaran produk
2) Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan prinsip rotasi barang (FIFO).
3) Semua label dan wadah produk tidak boleh diubah, dirusak atau diganti.
17
hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar “ dengan penjelasannya bahwa “
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dapat diberi izin edar dalam bentuk
persetujuan pendaftaran harus memenuhi persyaratan mutu, keamanaan dan
kemanfaatan”.
2.2 Perseroan Terbatas (PT)
Kementrian Perindustrian mencatat pertumbuhan kosmetik yang pesat pada tahun
2019 yaitu sebesar tujuh persen dan ditargetkan pada 2020 pertumbuhan industri kosmetik
akan tumbuh diatas sembilan persen. Pada tahun 2019 ekspor produk kosmetik nasional
mencapai US$ 600 juta lebih tinggi dibandikan pada tahun 2018 sebesar US 556,36 juta.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong industri kosmetik di dalam
negeri untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal sebagai bahan baku. Selain karena
Indonesia kaya dengan keanekaragaman hayati, langkah ini juga memacu substitusi impor
dan mewujudkan kemandirian Nasional. Adapun produk kosmetik saat ini menjadi sebuah
gaya hidup yang tidak hanya digunakan oleh kaum perempuan saja. Salah satunya yaitu
kosmetika dari bahan alam (back to nature) yang sedang diminati oleh masyarakat
Indonesia. Banyak pengembangan formula kosmetika berbahan dasar bahan alam untuk
memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Indonesia.
2.2.1 Syarat Pendirian Perseroan Terbatas
Untuk mendirikan Perseroan terbatas, harus dipenuhi syarat - syarat yang
ditentukan oleh UU No. 40 Tahun 2007. Syarat - syarat tersebut adalah sebagai berikut:
(Asyhadie, 2006)
a. Perjanjian dua orang atau lebih.
Menurut Pasal 7 ayat (1) UUPT, Perseroan harus didirik oleh dua orang atau lebih
ketentuan minimal dua orang ini menegaskan prinsip yang dianut oleh Undang-
Undang Perseroan Terbatas, yaitu perseroan sebagai badan hukum dibentuk
berdasarkan perjanjian. Oleh karena itu, Perseroan Terbatas mempunyai lebih dari
satu pemegang saham.
b. Dibuat dengan Akta Autentik dimuka Notaris.
Perjanjian untuk membuat suatu atau mendirikan suatu perseroan harus dengan akta
autentik notaris dan harus berbahasa Indonesia (Pasal 7 ayat (1)). Perjanjian
merupakan suatu akta pendirian yang sekaligus memuat anggaran di dasar yang telah
disepakati.
c. Modal Dasar
Modal dasar perseroan paling sedikit adalah 50 (lima puluh) juta rupiah, tetapi untuk
bidang usaha tertentu diatur tersendiri dalam suatu Undang-Undang Perseroan
Terbatas Pasal 32 ayat (1) yang bisa atau boleh melebihi ketentuan ini.
19
d. Pengambilan Saham saat Perseroan Didirikan
Setiap pendiri perseroan wajib mengabil bagian saham pada saat perseroan didirikan
(Pasal 7 ayat (2)). Ketentuan pasal inimerupakan wujud pernyataan kehendak pendiri
ketika membuat perjanjian pendirian perseroan
2.2.2 Proses Pendirian Perseroan Terbatas
Proses Mendirikan Perseroan Terbatas (PT) ialah sebagai berikut :
1. Pengecekan Dan Pendaftaran Nama Perseroan
Pengajuan nama perusahaan, pembayaran untuk pesan nama, penerbitan izin
penggunaan nama perusahaan dilakukakn dalam sistem pelayanan di ahu.go.id
dengan lama waktu 2 hari kejra denga biaya Rp. 200.000,-
2. Pembuatan Akta Pendirian PT
Akta perusahaan akan memuat identitas perusahaan secara jelas, termasuk modal
awal perusahaan. Proses ini memakan waktu 1 hari kerja dengan biaya maksimal Rp.
1.000.000,- disesuaikan dengan notaris
3. Pengajuan Izin Pendirian Badan Hukum
Akta pendirian PT yang didapatkan dari notaris, kemudian akta tersebut akan
disahkan oleh kementrian hukum dan hak asasi manusia (Kemenkumham) sebelum
akhirnya diumumkan dalam berita acara republik indonesia. Proses ini memakan
waktu 1 hari dengan biaya sekitar Rp. 1.000.000,-
4. Pengajuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan
(TDP) SIUP dan TDP dikeluarkan oleh sistem online single submission (OSS). TDP
digantikan oleh nomor induk berusaha (NIB) yang juga memiliki fungsi sebagai
angka pengenal impor (API). Proses ini memakan waktu satu hari dan pelaku usaha
tidak akan dipungut biaya
5. Pendaftaran Perusahaan Dikementrian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
(KEMENAKERTRANS) Proses ini memakan waktu 1 hari dan tidak dipungut biaya.
6. Pengajuan Pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan
Proses ini dilakukan secara online atau dalam jaringan situs resmi BPJS
ketenagakerjaan yaitu http://bpjstenagakerjaan.go.id. proses ini memakan waktu
sekitar dua hari kerja dan tidak dipungut biaya.
7. Mendapatkan NPWP dan VAT Collector Number NPPK.
8. Terakhir, mendapatkan nomor wajib pajak (NPWP) dan VAT collector Number
NPPKP (nomor pengukuhan pengusaha kena pajak) secara online
di http://ereg.pajak.go.id
20
2.3 Industri Farmasi
Menurut definisi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, industri farmasi
adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat. Adapun obat didefinisikan sebagai bahan atau paduan
bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia.
Sedangkan bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat dengan standar mutu sebagai bahan baku farmasi.
Industri farmasi memiliki fungsi pembuatan obat dan atau bahan obat, pendidikan
dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan. Industri farmasi yang memproduksi obat
dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang
besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik,
dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perusahaan industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan no. 1799/ MenKes/Per/XII/2010 tentang Ketentuaan dan
Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi, untuk memperoleh izin
usaha farmasi diperlukan tahap persetujuan prinsip.
21
Industri Kosmetik Tradisional adalah Badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan RI No.1799/MENKES/PER/XII/2010 untuk melakukan kegiatan pembuatan
Kosmetika yang terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam dan diolah secara
tradisional. Di samping itu, terdapat kosmetika semi-tradisional, yaitu kosmetika tradisional
yang pengolahannya dilakukan secara modern dengan mencampurkan zat-zat kimia sintetik
ke dalamnya. Seperti bahan pengawet, pengemulsi dan lain-lain. Cara Pembuatan Kosmetik
yang Baik (CPKB) adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan kosmetik yang bertujuan
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya (Menkes RI, 2010).
2.3.2 Persyaratan Industri Kosmetik Tradisional
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1799 /MENKES /PER/
XII/ 2010 proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh industri
farmasi. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah Direktur Jenderal pada
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan
kefarmasian dan alat kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi adalah
sebagai berikut:
15. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
16. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan kosmetik;
17. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
18. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara Indonesia
masing-masing sebagai penanggungjawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan
mutu;
19. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak langsung dalam
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
20. Dikecualikan dari persyaratan poin 1 dan 2 di atas, bagi pemohon izin industri farmasi mil
21. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
22
2.3.3 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Kosmetik Tradisional Dari Dapartemen
Kesehatan
Untuk memperoleh izin Industri Kosmetik tradisional diperlukan persetujuan
prinsip. Permohonan Persetujuan Prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
BPOM. Persetujuan Prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal BPOM setelah Industri
Kosmetik tradisional memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari
Kepala Badan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, Industri
Kosmetik tradisional dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan,
pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendirian Industri Kosmetik tradisional wajib memenuhi ketentuan di bidang tata
ruang dan lingkungan hidup dan wajib memenuhi persyaratan CPKB dan dibuktikan
dengan sertifikat yang berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan.
Selain daripada itu, Industri Kosmetik tradisional wajib melakukan farmakovigilans. Di
mana apabila dalam melakukan farmakovigilans Industri Kosmetik tradisional.
Menemukan obat dan/atau bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi
standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu maka wajib
melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan
2.3.4 Permohonan Izin Usaha Industri Farmasi
23
5) Fotokopi sertifikat upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan dan analisis mengenai dampak lingkungan;
6) Rekomendasi kelengkapan adminsitratif izin Industri Kosmetik
tradisional dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;
7) Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPKB dari Kepala Badan;
8) Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir;
9) Asli surat pernyataan bekerja full time dari masing masing apoteker
produksi, pengawasan mutu dan pemasitan mutu;
10) Fotokopi surat pengangkatan masing-masing apoteker;
11) Fotokopi Ijazah dan STRA masing-masing apoteker;
24
2.3.5 Masa Berlaku Perizinan Industri Kosmetik tradisional
Izin Industri Kosmetik tradisional berlaku seterusnya selama industri yang
bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan. Industri Kosmetik tradisional yang akan melakukan perubahan bermakna
terhadap pemenuhan persyaratan CPKB, baik untuk perubahan kapasitas dan atau
fasilitas produk wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Setiap perubahan alamat lokasi yang sama atau perubahan alamat
dan pindah lokasi, perubahan penanggung jawab atau nama industri harus dilakukan
perubahan izin dengan mengajukan permohonan perubahan izin kepada Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan tembusan
kepada Kelapa BPOM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Perubahan akte pendirian
perseroan terbatas harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan tembusan kepada kelapa Badan POM dan
kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya pemeriksaan oleh
tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak pemeriksaan apabila tenaga pengawas
yang bersangkutan tidak dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat perintah
pemeriksaan. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dugaan atau patut diduga
adanya pelanggaran pidana di bidang obat dan atau bahan obat, segera dilakukan
penyidikan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berwenang sesuai dengan
ketentuan perundang- undangan.
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan telah ditetapkan dapat dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. Peringatan secara tertulis: sanksi ini diberikan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu atau perintah untuk penarikan kembali
obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan
atau mutu;
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu;
d. Penghentian sementara kegiatan dapat dikenakan untuk seluruh kegiatan atau sebagian
kegiatan;
25
e. Pembekuan izin industri farmasi: sanksi ini diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
f. Pencabutan izin industri farmasi.
26
6) Fotokopi surat izin tempat usaha berdasarkan undang-undang gangguan (HO);
7) Fotokopi surat tanda daftar perusahaan;
8) Fotokopi surat izin usaha perdagangan;
9) Fotokopi nomor induk wajib pajak (NPWP);
10) Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi;
11) Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP);Rencana investasi dan
kegiatan pembuatan obat;
12) Asli surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan
mutu, apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
13) Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-maing apoteker penangnggung jawab
produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, apoteker penanggung
jawab pemastian mutu.
14) Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu 14
(empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau ditolak.
15) Jika persetujuan prinsip diterima, maka Industri Kosmetik tradisional akan
melaksanakan pembangunan fisik, Industri Kosmetik tradisional wajib
menyampaikanlaporan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap 6 (enam)
bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan
dan Kepala Dinas KesehatanProvinsi.
16) Dalam pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas permohonan pemohon
Industri Kosmetik Tradisional diberikan jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang oleh Direktur Jenderal untuk paling lama 1 (satu) tahun.
17) Persetujuan prinsip akan batal demi hukum apabila setelah jangka waktu 3 (tiga)
tahun dan/atau setelah jangka waktu 1 (satu) tahun perpanjangan Industri
Kosmetik tradisional belum menyelesaikan pembangunan fisik.
Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah
berdasarkan permohonan dari pemohon izin Industri Kosmetik tradisional yang
bersangkutan.
27
metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak dalam mencapai tujuantersebut. Metoda analisa SWOT bisa dianggap sebagai
metoda analisa yang paling dasar, yang berguna untuk melihat suatu topik atau
permasalahan dari 4 sisi yang berbeda. Hasil analisa biasanya adalah
arahan/rekomendasi utk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari
peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika
digunakan dengan benar, analisa SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yg
terlupakan atau tidak terlihat selama ini.
Jenis – jenis analisis SWOT meliputi :
a. Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S
dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa
dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap
kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti
setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness
(W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan satu
Threath (T).
Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan dipasangkan,
langkah selanjutnya adalah melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan
cara memberikan skor pada masing -masing subkomponen, dimana satu
subkomponen dibandingkan dengan subkomponen yang lain dalam komponen yang
sama atau mengikutilajur vertikal. Subkomponen yang lebih menentukan dalam
jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian dibuat
berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian.
b. Model Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh
dengan urut- urutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah
pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada
model kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan
satu subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T, maka dalam model
kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, SubKomponen pada masing-masing
komponen (S-W- O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu
28
sama lain. Ini berarti
29
model kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja
misalnya, SubKomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya
6 buah.
Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan
peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta
tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak
jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan
berguna jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana menetapkan tujuan adalah bahasan
selanjutnya yaitu membangun visi-misi organisasi atau program.
Berikut ini dijelaskan tambahan hal-hal yang biasanya menjadi:
Kekuatan:
1) Pajak Penjualan
2) Produk baru atau pelayanan yg unik
3) Lokasi tempat perusahaan berada
4) Kualitas produk atau proses
Kelemahan:
1) Kurangnya pengetahuan marketing
2) Produk yg tidak dapat dibedakan dgn produk competitor
3) Lokasi perusahaan yg terpencil
4) Kualitas produk yg jelek
5) Reputasi yg buruk
Peluang:
1) Pasar yg berkembang
2) Penggabungan 2-3 perusahaan atau aliansi
3) Segmen pasar yg baru
4) Pasar internasional
5) Pasar yg luang karena kompetitor yg tidak sanggup memenuhi permintaan
customer
Ancaman:
1) Kompetitor baru di area yg sama
2) Persaingan harga dgn competitor
3) Kompetitor mengeluarkan produk baru yg inovatif
4) Kompetitor memegang pangsa pasar terbesar Diperkenalkan
30
BAB III
PEMBAHASAN
Akta pendirian yang sudah didapatkan dari notaris kemudian akta tesebut akan di
sahkan oleh kemeterian hukum dan hak asasi manusia (kemenkumham) kemudian
diumumkan dalam berita acara Republik Indonesia dengan lama proses 1 hari kerja
dengan biaya Rp. 1.000.000,-
d. Tahap 4 (Pengajuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar
Perusahaan (TDP)
Pengajuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan
(TDP) di daftarkan di Online Single Submission (OSS) melalui web
https://oss.go.id/, TDP saat ini telah digantikan oleh nomor induk berusaha (NIB)
yang juga memiliki fungsi sebagai Angka Pengenal Impor (API) dengan lama waktu
1 hari dan tidak dikenai biaya.
31
3.2 Perizinan Industri Zarine Cosmetic
PT. Zarine Cosmetic akan mendirikan industri farmasi kosmetik bahan alam yang
bernama Industri Beauty Amina Cosmetic, izin usaha Industri Amina Cosmetic
diberikan oleh Menteri Kesehatan dan wewenang pemberi izin dilimpahkan kepada
Badan POM. Alur permohonan izin pendirian industri Amina Cosmetic dimulai dari
pemohon mengajukan surat permohonan ke Menteri Kesehatan dengan tembusan
kepada Badan POM, dan Dinas Kesehatan Provinsi, selanjutnya badan POM melakukan
pemeriksaan terhadap teknis pemenuhan syarat pelaksanaan CPKB (Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik), dan Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pemeriksaan
kelengkapan administrasi dari pemohon, setelah itu Badan POM dan Dinas Kesehatan
Provinsi menyampaikan surat rekomendasi terkait hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, selanjutnya mentri kesehatanberhak untuk menerima, menolak, atau
menunda izin pendirian industri Amina Cosmetic yang diajukan oleh pemohon secara
objektif.
32
3.3 Gambaran Umum Industri Zarine Cosmetic
3.3.1 Profil Industri Amina Cosmetic
Industri Beauty Mina Cosmetic adalah suatu industri farmasi yang didirikan pada
tahun 2022. Industri Beauty Mina Cosmetic merupakan suatu industri yang memproduksi
kosmetik dengan bahan dasar bahan alam yang berada di Kabupaten Tambun, Provinsi
Jawa Barat, Indonesia. Industri ini menghasilkan produk kosmetik yang dihasilkan dari
hasil pemekaran bahan alam yang dihasilkan sendiri. Industri ini telah memiliki sertifikat
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB).
33
c. Logo
b. Fasilitas
34
Tabel Personalia Industri Amina Cosmetic Cosmetic
35
3.3.7 Struktur Organisasi Industri Amina Cosmetic
Rencana rancangan struktur organisasi pada Industri Amina Cosmetic antara lain:
a. President Director
36
secara tepat; mengarahkan diskusi kearah consensus; menjelaskan
dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan.
b. HRD Manager
2) Orientasi
c. Plant Manager
37
1) Mengontrol kinerja manajer
2) Bertanggung jawab atas keseluruhan pabrik atau perusahaan
Mengontrol bisnis plant yang telah dibuat terhadap kondisi riel yang ada di
lapangan
d. Merketing Manager
e. Finance Manager
38
f. Technical Manager
g. R&D Manager
1) Membuat produk baru, novel product (new moleculle entities dan senyawa
modifikasi)
2) Mengembangkan produk yang telah ada (me too product), yang meeliputi:
b. Perbaikan kemasan
c. Perbaikan dosis
d. Perbaikan formula
39
h. Production Manager
i. QC / Lab Manager
Quality Control (QC) / Lab Manager membawahi 3 bagian penting yaitu Lab
Suprevisor, Microbiologi, IPC Spv. Tugas pekerjaan QC / Lab Manager
meliputi:
40
6) Pengawasan proses produksi
j. PPIC Manager
Production Planning and Inventory Control (PPIC) bertugas merencanakan
jadwal produksi berdasarkan confirmed wekkly order yang diterima dan
mengendalikan tingkat ketersediaan raw material dan finished goods sehingga
standar buffer stock terjaga.
k. QA Manager
Quality Assurance (QA) Manager membawahin 3 bagian penting yaitu
Internal Auditor, Validation Off, Product Stability. Tugas pekerjaan QA
Managermeliputi:
41
3.3.8 Aspek Finansial Industri Amina Cosmetic
Kebutuhan Biaya
42
3.3.8.2 Proyeksi Pendapatan Tahun Ke-1
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
1) ROI = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖x 100%
8.100.000.000
= 9.000.000.000 x 100%
= 90%
2) Pay Back Periode (PBP)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
PBP = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ X 1 Tahun
9.000.000.000
= 8.100.000.000
= 1,11
3.3.9 Produksi
3.3.9.1 Pengadaan Bahan
Industri Amina Cosmetic melakukan rencana pengadaan tahunan bahan untuk
Industri Kosmetik Bahan Alam oleh bagian PPIC. Setelah PPIC mempunyai format
perencanaan bahan, kemudian dilakukan permintaan bahan ke bagian pengadaan,
kemudian bagian pengadaan memproses hingga bahan datang. Bahan yang sudah
datang dan sesuai kebutuhan dilakukan proses produksi pada bagian produksi.
43
3.3.9.2 Produksi Industri Zarine Cosmetic
Produksi pertama pada industri “Sabun Padat Lidah Buaya” dilakukan
pengadaan barang pada tanggal 04 Januari 2023 dan produk akan mulai didistribusikan
pada tanggal 06 April 2022
a. Penerimaan Bahan Baku dan Pengemasan
Bahan baku dan pengemasan yang datang dilakukan penerimaan industri Sabun
Padat Lidah Buaya Amina Cosmetic. Pertama, saat menerima bahan baku dan
pengemasan dilakukan pengecekan dokumen sesuai dengan surat pesanan. Setelah
dilakukan pengecekan dokumen, bahan baku lalu dilakukan sampling untuk validasi.
Selama proses validasi, bahan baku dan pengemas disimpan di Gudang ruang karantina
setelah validasi selesai dan sesuai maka bahan baku dan pengemas diterima dan
disimpan di Gudang stock bahan.
baku sesuai dengan perintah, hasil penimbangan dicek dan dilakukan pengawasan
selama proses. Surat perintah dikirim ke QC dan ditanda tangani oleh manager QC
lalu dilakukan serah terima dari Gudang menuju kepada petugas produksi untuk
dilakukan proses produksi.
2) Pengolahan
Setelah serah terima, bahan baku dan pengemas dimasukan ke dalam ruang antara.
Lalu bahan baku ditimbang di ruang timbang sesuai dengan kebutuhan prosuksi.
Sebelum melakukan proses produksi dilakukan persiapan alat dan bahan pengemas.
Pembuatan Sabun Padat Lidah buaya dilakukan melalui empat tahapan yaitu
pembuatan fase air, fase minyak, pencampuran fase minyak dan fase air, dan fase
penyimbang (penambahan bahan lokal berupa karagenan serta parfum). Pembuatan
fase air dengan cara mencampurkan bahan-bahan pembuat fase air pada wadah yang
terbuat dari stainless steel dilengkapi dengan pengaduk dan pengaturan suhu. Suhu
pencampuran diatur secara perlahan-lahan dan dibuat konstan pada suhu 70C
44
dengan fase air. Proses pencampuran ini tetap berlangsung pada suhu 70C sambil
dilakukan pengadukan, sebelum Sabun Padat tersebut betul-betul tercampur , dilakukan
penambahan parfum tujuanya untuk membei aroma dengan harapan menambah daya
tarik konsumen. Selanjutnya produk ditempatkan di ruang antara produk jadi.
3) Evaluasi Produk
Selama proses evaluasi, produk jadi disimpan di Gudang produk ruang jadi
karantina, berikut merupakan uji evaluasi yang akan dilakukan pada produk.
a. Organoleptis
b. Penetapan pH
4) Pengemasan dan Penandaan
Setelah lulus evaluasi produk diberikan pemberian etiket serta labeling yang
selanjutnya dimasukan ke dalam kardus dengan satu kardus berisi 12 produk yang
selanjutnya disimpan.
5) Penyimpanan
Produk yang sudah dikemas selanjutnya disimpan di Gudang produk ruang jadi
diterima. Disimpan pada suhu ruang 20 Cͦ
– 28 dengan kelembapan ruang 45-55
% terhindar dari cahaya dan tertutup rapat.
6) Dokumentasi
45
Semua tahap alur dari bahan datang hingga tahap penyimpanan produk jadi dicatat
dan didokumentasikan dengan baik untuk memastikan bahwa setiap proses nya
sesuai dengan proses SOP yang tertera.
7) Pendistribusian
Pendistribusian produk “M” yang diproduksi oleh industri kosmetik “Amina
Cosmetic”, dilakukan melalui distributor PT Zarine Cosmetic yang merupakan
distributor khusus dalam mendistribusikan kosmetik bahan alam. PT Zarine
Cosmetic akan mendistribusikan kosmetik ke supermarket dan toko yang
sebelumnya sudah bekerja sama dengan industri kosmetik “Amina Cosmetic”.
8) Pemasaran
Pemasaran produk “Sabun Padat Lidah Buaya” dari industri kosmetik “Amina
Cosmetic”, dilakukan dalam berbagai metode, meliputi: Periklanan melalui media
cetak, media social untuk memperkenalkan produk kepada masyarakat.
Metode analisis SWOT merupakan metode analisis strategi dari faktor internal
perusahaan yang meliputi strengths dan weakness serta faktor ekternal perusahaan yang
meliputi opportunities dan threats. Dimana di dalam aplikasinya adalah bagaimana
kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan dari sebuah peluang
(opportunities) yang ada, kemudian bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness)
yang mencegah keuntungan, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weakness)
yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah
ancaman baru.
1. Strenght (Kekuatan)
a. Industri Amina Cosmetic di dirikan di lokasi yang strategis.
b. Industri Amina Cosmetic Soap memproduksi produk kosmetik yang mengandung
bahan-bahan alami yang bersertifikat Halal dan memiliki BPOM serta aman
untuk di pakai, bahan yang digunakan merupakan bahan yang berkualitas.
c. Industri Amina Cosmetic menggunakan peralatan yang modern dan
pengembangan produk yang mengikuti tren.
d. Produk yang diproduksi oleh Industri Amina Cosmetic berupa Sabun Padat Lidah
buaya dapat digunakan baik laki-laki maupun perempuan serta harga yang
terjangkau dengan kualitas yang ditawarkan.
2. Weakness (Kelemahan)
Industri Amina Cosmetic merupakan industri kosmetik bahan alam yang
46
masih baru di Indonesia, sehingga produk Sabun Padat lidah buaya masih kurang
di kenal masyarakat dan harus dilakukan promosi untuk memperkenalkan produk
secara luas.
3. Opportunity (Kesempatan)
a. Industri Amina Cosmetic memiliki bahan baku/ kompoenen produk yang aman di
gunakan.
b. Produk Sabun Padat Lidah buaya yang diproduksi oleh Industri Amina Cosmetic
dipakai secara berulang setiap hari, sehingga diperlukan persyaratan aman untuk
dipakai.
4. Threat (Ancaman)
a. Industri kosmetika bahan alam merupakan industri yang telah banyak digeluti
oleh industri lain sebelum AminaCosmetic.
b. Munculnya pesaing baru yang memproduksi bahan yang sejenis dengan Sabun
Padat Lidah buaya.
47
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Pendirian suatu industri “Amina Cosmetic”, terlebih dahulu dilakukan pendirian
badan usaha dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT). Untuk mendirikan PT.
Zarine Cosmetic, dibutuhkan waktu pengurusan perizinan pendirian PT. Zarine
Cosmetic selama 14 hari dari 01 April 2023 sampai 15 April 2023,
dengan total biaya sebesar Rp.10.000.000.-, untuk mendirikan industri
kosmetik bahan alam padat “Amina Cosmetic” dibutuhkan biaya sebesar Rp.
9.000.000.000 dengan waktu pendirian industri kosmetik bahan alam padat
selama 3 Tahun.
2. Izin yang diperlukan dalam mendirikan industri Nusantara Jaya antara lain surat
izin Usaha Industri, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat
Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Industri (SIUI), Surat Izin Mendirikan
Bangunan (SIMB), dan Surat Izin Produksi. Proses pengurusan perizinan
dikenakan biaya Rp. 33.300.000 dan membutuhkan waktu 14 hari kerja dari
tanggal 01 April 2023 sampai dengan 15 april 2023.
3. Industri Amina Cosmetic rencananya akan didirikan diatas tanah dengan luas
tanah 1 hektare, dan dirancang selama 1 tahun.
a) Industri Amina Cosmetic dirancang memiliki bangunan dengan area
perkantoran, area fasilitas umum, area penerimaan bahan baku, area
laboratorium, area produksi, area karantina, area gudang, area utilitas, dan
area perluasan.
b) Industri AminaCosmetic akan melaksanakan perekrutan karyawan pada
Bulan Agustus 2023.
d) Jadi, ROI didapat 90% dan dana pendirian industri Amina Cosmetic
Cosmetic sebesar Rp. 9.000.000.000 dapat diperoleh kembali seluruhnya
pada tahun 1.11 tahun produksi.
e) Industri Amina Cosmetic memproduksi Sabun Padat dari bahan alam yaitu
lidah buaya (Aloe Vera .).
4.2 Saran
Perlu dilakukan bimbingan oleh pemerintah untuk mendirikan industri
kosmetikbahan alam sehingga dapat menjadi industri yang berkembang di dalam negeri
maupun internasional sesuai persyaratan CPKB.
49
DAFTAR PUSTAKA
50