Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK

Dosen : Prof.Dr.Teti Indrawati,MS.,Apt.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 11

APOTEKER 37 KELAS B

MAYA MONISE NGOYEM (18340170)

SERPILINDA N. BAMEKS (18340188)

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2019

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah “Farmasi Industri” tentang PROPOSAL PENGAJUAN INDUSTRI SEDIAAN
KOSMETIK. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami juga meminta maaf, apabila dalam penulisan makalah terdapat kesalahan dalam
pengetikan kata-kata yang kurang berkenan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran, serta usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat untuk di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

                                                                                       Jakarta, April 2019

                                                                                            Penyusun

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
I.1 Latar Belakang................................................................................. 1
I.2 Tujuan.............................................................................................. 2
I.3 Rumusan Masalah............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3
II.1 Cara Mendirikan PT....................................................................... 3
II.2 Tahapan Pendirian.......................................................................... 3
II.3 Izin.................................................................................................. 5
II.4 Mengadakan Sarana Dan Prasarana.............................................. 10
II.5 Sumber Daya Manusia.................................................................. 17
II.6 Pelaksanaan Produksi.................................................................... 19
II.7 Distribusi Dan Pemasaran............................................................. 22
II.8 Analisis SWOT............................................................................. 24
BAB III PEMBAHASAN......................................................................... 26
III.1 Profil Perusahaan......................................................................... 26
III.1.1 Lokasi Perusahaan........................................................... 26
III.1.2 Visi Misi dan Tujuan....................................................... 26
III.1.3 Struktur Organisasi PT ADEV........................................ 26
III.2 Tahapan pendirian industri Kosmetik........................................... 28
III.3 Sarana dan Prasarana.................................................................... 30
III.4 Sumber Daya Manusia.................................................................. 31
III.5 Rancangan Anggaran Pembangunan........................................... 32
III. 6 Produksi....................................................................................... 34
III. 6.1. Bahan.............................................................................. 34
III.6.2. Proses Pembuatan............................................................ 35
III. 7 Distribusi dan Pemasaran............................................................. 35
III. 8 Analisi SWOT.............................................................................. 36
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 38
IV.1 Kesimpulan.......................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 39

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk meningkatkan kemandirian industri
kosmetik dan jamu nasional dalam upaya mengurangi ketergantungan bahan baku impor.
Apalagi, Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan sektor ini karena tingginya
jumlah penduduk dan tersedianya sumber daya alam yang melimpah. Di samping itu,
Pemerintah berupaya membuka peluang untuk perluasan pasar dan kerja sama ekonomi bagi
industri kosmetik dan jamu nasional. Hal ini d Berdasarkan, Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, industri kosmetik dan jamu merupakan sektor
prioritas karena berperan besar sebagai salah satu penggerak utama perekonomian nasional,
semuanya dapat diwujudkan melalui pelaksanaan skema perjanjian perdagangan bebas yang
komprehensif.
Tidak setiap orang mampu membuat produk kosmetika yang baik (memenuhi standart
mutu atau kualitas) dan aman. Oleh karena itu Pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI
telah menyusun berbagai peraturan dan undang-undang yang berkaitan dengan pendirian
industri kosmetik, izin produksi kosmetik, notifikasi kosmetik maupun pembuatan kosmetika
yang harus memenuhi atau sesuai dengan CPKB.
Perkembangan dunia dewasa ini semakin maju dan semakin cepat karena
pembaharuan yang ada sekarang ini, sebagai masyarakat kita juga patut untuk mengikuti
perkembangan dan pada kesempatan ini saya ingin menerangkan bagaimana cara mendirikan
industri farmasi sediaan kosmetik yang meliputi siapa saja yang dapat mendirikan industri
farmasi sediaan kosmetik, tahapan-tahapann pendirian industri farmasi sediaan kosmetik,
Cara memperoleh izin pendirian industri farmasi sediaan kosmetik, pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam pendirian industri farmasi sediaan kosmetik, sumber daya
manusia yang dapat dipekerjakan dalam industri farmasi sediaan kosmetik, tahapan
pelaksanaan produksi dari industri farmasi sediaan kosmetik, cara distribusi dan pemasaran
sediaan kosmetik sertaanalisis SWOT.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 4


I.2 Tujuan
Mendapatkan dana dari PT. NATURAL CARE untuk mendirikan industri farmasi sediaan
kosmetik.
I.3 Rumusan Masalah
1. Bagaiman mendirikan industri farmasi kosmetik?
2. Bagaimana tahapan pendirian industri?
3. Bagaiman cara memperoleh izin pendirian industri?
4. Bagaimana pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pendirian
industri?
5. Bagaimana menyiapkan kebutuhan SDM (Sumber Daya Manusia) ?
6. Bagaimana tahapan pelaksanaan produksi dari industri?
7. Bagaimana cara distribusi dan pemasaran?
8. Bagaiman analisis SWOT dari PT. Adev Natural ?

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Cara Mendirikan PT


Izin Usaha Industri Farmasi dan Izin Usaha Industri Farmasi Bahan
Obat(PMK RI Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan) Pasal 5
1) Industri Farmasi dan Industri Farmasi Bahan Obat diselenggarakan oleh
Pelaku Usaha nonperseorangan berupa perseroan terbatas (PT).
2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
pemohon Izin Usaha Industri Farmasi dan Izin Usaha Industri Farmasi Bahan
Obat milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
3) Persyaratan untuk memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi dan Izin Usaha
Industri Farmasi Bahan Obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf a dan huruf b yaitu Sertifikat Produksi Industri Farmasi atau Sertifikat
Produksi Industri Farmasi Bahan Obat.

II.2 Tahapan Pendirian


Pasal 48 (PMK RI Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan)
1) Pelaksanaan kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 termasuk penerbitan dokumen lain yang berkaitan
dengan Perizinan Berusaha wajib dilakukan melalui Lembaga OSS.
2) Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota
menerbitkan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3) Penerbitan Perizinan Berusaha oleh Lembaga OSS sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan dalam bentuk Dokumen Elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang informasi dan transaksi
elektronik.
4) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai dengan
Tanda Tangan Elektronik.
5) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berlaku sah dan
mengikat berdasarkan hukum serta merupakan alat bukti yang sah sesuai

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 6


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang informasi dan
transaksi elektronik.
6) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dicetak (print
out).
Pasal 63 (PMK RINomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan)
1) Pelaku Usaha yang telah memiliki NIB dan memenuhi Komitmen sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan
perizinan terintegrasi secara elektronik, wajib memenuhi KomitmenSertifikat
Produksi Kosmetika.
2) Pemenuhan Komitmen oleh Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lama 6 (enam) bulan.
3) Untuk pemenuhan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelaku
Usaha melalui www.elic.binfar.kemkes.go.id yang terintegrasi dengan sistem
OSS menyampaikan:
a. Rencana Produksi Kosmetika; dan
b. data apoteker/tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab, yang
meliputi Kartu Tanda Penduduk, ijazah, surat tanda registrasi, surat
pernyataan sanggup bekerja penuh waktu, dan surat perjanjian kerja
sama apoteker/tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab dengan
Pelaku Usaha.
4) Kementerian Kesehatan melakukan evaluasi dan verifikasi paling lama 3 (tiga)
Hari sejak Pelaku Usaha menyampaikan pemenuhan Komitmen sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
5) Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi tidak terdapat perbaikan,
Kementerian Kesehatan menyampaikan notifikasi pemenuhan Komitmen
Sertifikat Produksi Kosmetika paling lama 1 (satu) Hari melalui sistem OSS.
6) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdapat
perbaikan, Kementerian Kesehatan menyampaikan hasil evaluasi kepada
Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
7) Pelaku Usaha wajib melakukan perbaikan dan menyampaikan kepada
Kementerian Kesehatan melalui www.elic.binfar.kemkes.go.id yang
terintegrasi dengan sistem OSS paling lama 10 (sepuluh) Hari sejak
diterimanya hasil evaluasi.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 7


8) Berdasarkan perbaikan yang disampaikan oleh Pelaku Usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dan dinyatakan tidak terdapat perbaikan, Kementerian
Kesehatan menyampaikan notifikasi pemenuhan Komitmen Sertifikat
Produksi Kosmetika paling lama 1 (satu) Hari melalui sistem OSS.
9) Penyampaian notifikasi pemenuhan Komitmen Sertifikat Produksi Kosmetika
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) atau ayat (8) merupakan pemenuhan
Komitmen Sertifikat Produksi Kosmetika.
10) Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi menyatakan Pelaku Usaha tidak
memenuhi Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kementerian
Kesehatan menyampaikan notifikasi penolakan melalui sistem OSS.

II.3 Izin
Pasal 6 (PMK RI Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan)
1) Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat Produksi Industri Farmasi dan
Sertifikat Produksi Industri Farmasi Bahan Obat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (3) terdiri atas:
a. Rencana Produksi Industri Farmasi atau Rencana Produksi Industri
Farmasi Bahan Obat; dan
b. memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker
berkewarganegaraan Indonesia masing-masing sebagai penanggung
jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu.
Sertifikat Produksi Kosmetika(PMK RI Nomor 26 Tahun 2018 Tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan)Pasal
13
1) Sertifikat Produksi Kosmetika diajukan oleh Industri Kosmetika.
2) Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat Produksi Kosmetika golongan A
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf h terdiri atas:
a. Rencana Produksi Kosmetika; dan
b. memiliki paling rendah 1 (satu) orang apoteker berkewarganegaraan
Indonesia sebagai penanggung jawab teknis;
3) Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat Produksi Kosmetika golongan B
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf h terdiri atas:
a. Rencana Produksi Kosmetika; dan

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 8


b. memiliki paling rendah 1 (satu) orang tenaga teknis kefarmasian
berkewarganegaraan Indonesia sebagai penanggung jawab teknis.
Penerbit Perizinan Berusaha (PMK RI Nomor 26 Tahun 2018 Tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan) Pasal
47
1) Perizinan Berusaha sektor kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya.
2) Perizinan Berusaha sektor kesehatan yang diterbitkan oleh Menteri terdiri atas:
a. Izin Usaha Industri Farmasi;
b. Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Obat;
c. Sertifikat Distribusi Farmasi;
d. Izin Usaha IOT/IEBA;
e. Sertifikat Produksi Kosmetika;
f. Importir Terdaftar Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
g. Importir Produsen Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
h. Eksportir Produsen Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
i. Persetujuan Impor Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
j. Persetujuan Ekspor Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
k. Izin Edar Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga;
l. Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT;
m. Sertifikat Distribusi Alat Kesehatan;
n. Sertifikasi CPAKB;
o. Sertifikasi CPPKRTB;
p. Sertifikasi CDAKB;
q. Pendaftaran PSEF;
r. Izin Mendirikan Rumah Sakit Kelas A dan PMA;
s. Izin Operasional Rumah Sakit Kelas A dan PMA;
t. Izin Institusi Pengujian Fasilitas Kesehatan;
u. Izin Operasional Laboratorium Klinik Umum Utama dan Khusus;
v. Izin Operasional Laboratorium Pengolahan Sel Punca; dan
w. Izin Operasional Bank Jaringan dan/atau Sel Punca.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 9


PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 10
PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 11
II.4 Mengadakan Sarana Dan Prasarana
Harus dipilih lokasi yang bebas banjir, jauh dari tempat pembuangan sampah,
tidak di tempat pemukiman padat penduduk, terhindar dari pencemaran dan tidak
mencemari lingkungan. Jika tidak mungkin dihindarkan maka harus dilakukan tindakan
pencegahan terhadap pencemaran, misalnya :

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 12


Bangunan hendaklah memenuhi persyaratan konstruksi sesuai peraturan yang
berlaku seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB), sarana dan prasarana yang diperlukan
termasuk sarana keamanan. Perlu dilakukan upaya untuk mencegah cemaran pabrik ke
lingkungan sekitarnya. Bila terjadi kebocoran ataupun tumpahnya bahan baku/produk
ruahan harus segera dilokalisir agar tidak meluas.
Bangunan untuk produksi kosmetik harus terpisah dari bangunan untuk produksi
produk lain seperti obat atau obat tradisional. Produk perbekalan kesehatan rumah tangga
yang tidak mengandung bahan berbahaya (non hazardous), misal sabun cuci tangan cair,
dapat diproduksi dalam satu bangunan tetapi dengan suatu perlakuan khusus untuk
mencegah pencemaran silang dan risiko campur baur, yaitu dengan melakukan
pembersihan, perawatan serta pengecekan sarana/peralatan pada setiap pergantian
produksi termasuk menjadwalkan produksi secara bergiliran.
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, produksi serbuk hendaklah
dilakukan di ruangan terpisah yang dilengkapi dengan pengendali debu (dust collector).
Pembuatan produk yang mudah terbakar, seperti produk aerosol hendaklah dilakukan di
ruang pengolahan yang ditempatkan pada bangunan terpisah dan mempunyai sistem
perlindungan terhadap bahaya kebakaran ataupun ledakan. Untuk produksi produk
beralkohol kadar tinggi dan cat kuku, bila pemisahan bangunan tidak memungkinkan
maka diambil tindakan pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran ataupun
ledakan. Kamar ganti pakaian hendaklah dipisah dari ruang pengolahan dengan suatu
ruang antara. Harus disediakan juga sarana untuk menyimpan pakaian/sepatu/alas kaki/tas
dan barang–barang milik pribadi. Pintu kamar kecil (toilet) tidak boleh berhubungan
langsung dengan area produksi, dilengkapi dengan water sprayer atau shower, tempat cuci
tangan dan alat pengering dengan udara panas, kertas tissue atau handuk bersih dan
kering. Kamar kecil untuk laki-laki dan perempuan harus terpisah.
Dicantumkan tanda peringatan, bahwa setiap personil harus mencuci tangan
dengan sabun/deterjen sesudah menggunakan kamar kecil. Tempat cuci tangan,
hendaklah :
 Ditempatkan pada tempat yang diperlukan, misalnya di ruang ganti pakaian.
 Dilengkapi dengan kran, sabun atau deterjen dan alat pengering dengan udara
panas atau handuk bersih dan kering serta tempat sampah bertutup.
Jumlah minimum kamar kecil yang dianjurkan berdasarkan jumlah personil adalah
:

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 13


Tata-ruang hendaklah dirancang sesuai dengan alur penerimaan barang dan alur
proses produksi untuk mencegah terjadinya risiko kekeliruan, campur-baur dan
pencemaran silang produk. Hendaklah disediakan area yang memadai untuk :
 Penerimaan bahan baku dan bahan pengemas
 Karantina bahan baku dan bahan pengemas
 Pengambilan contoh bahan baku dan bahan pengemas
 Penyimpanan bahan baku dan bahan pengemas
 Penimbangan
 Pencampuran atau pengolahan
 Pencucian alat
 Penyimpanan alat bersih
 Penyimpanan produk antara dan produk ruahan
 Pengemasan primer
 Pengemasan sekunder
 Karantina produk jadi
 Penyimpanan dan penyerahan produk jadi
 Laboratorium
Daerah produksi tidak boleh dipakai sebagai lalu lintas umum bagi personil yang
tidak bekerja di ruangan tersebut. Hendaklah dibuat koridor untuk lalu lintas personil
dimana setiap ruang produksi dapat dicapai tanpa harus melalui ruang produksi lainnya.
Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu hendaklah :
 Kedap air
 Tidak terdapat sambungan untuk mengurangi pelepasan atau pengumpulan
partikel. Apabila tidak dapat dihindarkan harus dibuat prosedur khusus untuk
pembersihannya.
 Mudah dibersihkan dan tahan terhadap bahan pembersih dan atau desinfektan.
Untuk daerah produksi hendaklah dihindari pemakaian bahan dari kayu. Jika
menggunakan bahan dari kayu agar diberi lapisan akhir, misal cat minyak. Pertemuan

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 14


antara lantai, dinding dan langit-langit hendaklah berbentuk lengkung untuk memudahkan
pembersihan.
Instalasi saluran udara dan instalasi pipa lainnya hendaklah dipasang sedemikian
rupa sehingga mudah dilakukan perawatan dan pembersihan, misal di atas plafon koridor
atau di dalam ruangan dan diberi jarak yang cukup dengan dinding untuk menghindari
penumpukan debu dan untuk memudahkan pembersihan.
Setiap kegiatan memerlukan pencahayaan dengan intensitas tertentu. Ventilasi dan
Pengatur Suhu. Ventilasi ruangan hendaklah diatur sedemikian rupa sehingga pertukaran
udara dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu serta panas yang berdampak
buruk terhadap kegiatan produksi. Lubang ventilasi hendaklah dilengkapi dengan alat
penyaring yang dapat mencegah masuknya serangga atau debu udara ke dalam ruangan
dan mudah dibersihkan. Jika diperlukan pengatur suhu, maka hendaklah berfungsi dengan
baik untuk dapat mencegah pencemaran hasil produksi melalui udara yang mengalir.
Untuk ruang pengolahan terkendali (sediaan bayi dan sediaan sekitar mata), hendaklah
dipasang suatu sistem pengendali udara yang dilengkapi alat penyaring, termasuk
pengatur suhu dan kelembaban, yang berfungsi dengan baik untuk mencegah pencemaran
partikel dan mikroba terhadap produk melalui udara yang mengalir ke dalam ruangan.
Untuk produk serbuk harus dilengkapi dengan dust collector.
Pemasangan lampu di daerah pengolahan dan pengemasan hendaklah rata dengan
langit-langit dan bertutup. Stop kontak listrik hendaklah dibuat rata dengan permukaan
dinding agar mudah dibersihkan. Kabel listrik untuk mesin pengolahan hendaklah berasal
dari sumber listrik di atas langit-langit atau dari koridor yang berada sepanjang ruang
pengolahan (Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor:
HK. 03.42.06.10.4556 Tentang Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan
Kosmetik Yang Baik).
Menurut Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor :
HK.00.05.4.3870 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik. Bangunan dan fasilitas
harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang, dibangun, dan dipelihara sesuai kaidah.
Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari lingkungan sekitar
dan hama. Produk kosmetik dan produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan peralatan yang
sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha pembersihan dan perawatan untuk menjamin
agar tidak terjadi kontaminasi silang dan risiko campur baur. Garis pembatas, tirai plastik,
penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 15


campur baur. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus
terpisah dari area produksi guna mencegah terjadinya kontaminasi. Apabila
memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara lain :
 Penerimaan material
 Pengambilan contoh material
 Penyimpanan barang datang dan karantina
 Gudang bahan awal
 Penimbangan dan penyerahan;
 Pengolahan
 Penyimpanan produk ruahan
 Pengemasan
 Karantina sebelum produk dinyatakan lulus
 Gudang produk jadi
 Tempat bongkar muat
 Laboraorium
 Tempat pencucian peralatan.
Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta mudah dirawat
dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus mempunyai permukaan yang mudah
dibersihkan dan  disanitasi. Saluran pembuangan air (drainase) harus mempunyai ukuran
memadai dan dilengkapi dengan bak kontrol serta dapat mengalir dengan baik. Saluran
terbuka harus dihindari, tetapi apabila diperlukan harus mudah dibersihkan dan disanitasi.
Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipa salurannya hendaknya
dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya pencemaran terhadap
produk. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan. Pipa, fitting lampu, lubang ventilasi
dan perlengkapan lain di area produksi harus dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
terjadinya ceruk yang sukar dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar area pengolahan.
Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi. Area gudang hendaknya
mempunyai luas yang memadai dengan penerangan yang sesuai, diatur dan diberi
perlengkapan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penyimpanan bahan dan produk
dalam keadaan kering, bersih dan rapi. Area gudang hendaknya harus memungkinkan
pemisahan antara kelompok material dan produk yang dikarantina. Area khusus dan
terpisah hendaklah tersedia untuk penyimpanan bahan yang mudah terbakar dan bahan

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 16


yang mudah meledak, zat yang sangat beracun, bahan yang ditolak atau ditarik serta
produk kembalian. Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus di mana
suhu dan kelembabannya dapat dikendalikan serta terjamin keamanannya. Penyimpanan
bahan pengemas/barang cetakan hendaklah ditata sedemikian rupa sehingga masing-
masing label yang berbeda, demikian pula bahan cetakan lain tersimpan terpisah untuk
mencegah terjadinya campur baur. Peralatan harus didisain dan ditempatkan sesuai
dengan produk yang dibuat.
Rancang Bangun Menurut Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK.00.05.4.3870 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik.  Permukaan
peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah tidak boleh bereaksi atau menyerap
bahan. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk
misalnya melalui tetesan oli, kebocoran katub atau melalui modifikasi atau adaptasi yang
tidak salah/tidak tepat. Peralatan harus mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan
untuk mengolah bahan yang mudah terbakar harus kedap terhadap ledakan.
Pemasangan dan Penempatan   Menurut Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.4.3870 Tentang Pedoman Cara Pembuatan
Kosmetik. Peralatan/mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan harus diberi penandaan yang jelas
untuk menjamin tidak terjadi campur baur antar produk. Saluran air, uap, udara
bertekanan atau hampa udara, harus dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dicapai
selama kegiatan berlangsung. Saluran air ini hendaknya diberi label atau tanda yang jelas
sehingga mudah dikenali. Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanasan, ventilasi,
pengatur suhu udara, air (air minum, air murni, air suling), uap, udara bertekanan dan gas
harus berfungsi  dengan baik sesuai dengan tujuannya dan dapat diidentifikasi.
Pemeliharaan Menurut Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK.00.05.4.3870 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik.  Peralatan untuk
menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat harus dipelihara dan dikalibrasi secara
berkala. Semua catatan pemeliharaan dan kalibrasi harus disimpan. Petunjuk cara
pembersihan peralatan hendaknya ditulis secara rinci dan jelas diletakkan pada tempat
yang mudah dilihat dengan jelas.

II.5 Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset penting untuk mendorong
pembangunan ekonomi nasional, termasuk di sektor industri. Dengan SDM yang

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 17


terampil, manufaktur dalam negeri akan dapat lebih berdaya saing baik di tingkat
domestik maupun global seiring perkembangan teknologi terkini.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009, industri farmasi
harus memiliki 3 (tiga) orang apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing
pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi Sediaan
Farmasi. Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab
itu industri farmasi farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Menurut Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor :
HK.00.05.4.3870 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik,
Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang
cukup. Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang
dibebankan kepadanya.
 Organisasi, kualifikasi dan Tanggung jawab
 Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan
mutu hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada
keterkaitan tanggung jawab satu sama lain.
 Kepala bagian produksi harus memperoleh pelatihan yang memadai dan
berpengalaman dalam pembuatan kosmetik. Ia harus mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab dalam manajemen produksi yang
meliputi semua pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi,
area produksi dan pencatatan.
 Kepala bagian pengawasan mutu harus memperoleh pelatihan yang
memadai dan berpengalaman dalam bidang pengawasan mutu. Ia harus
diberi kewenangan penuh dan tanggung jawab dalam semua tugas
pengawasan mutu meliputi penyusunan, verifikasi dan penerapan semua
prosedur pengawasan mutu. Ia mempunyai kewenangan menetapkan
persetujuan atas bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk
jadi yang  telah memenuhi spesifikasi, atau menolaknya apabila tidak
memenuhi spesifikasi, atau yang dibuat tidak sesuai perosedur dan
kondisi yang telah ditetapkan.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 18


 Hendaknya dijabarkan kewenangan dan tanggung jawab personil-
personil lain yang ditunjuk untuk menjalankan Pedoman CPKB dengan
baik.
 Hendaknya tersedia personil yang terlatih dalam jumlah yang memadai,
untuk melaksanakan supervisi langsung di setiap bagian produksi dan
unit permeriksaan mutu.
 Pelatihan
 Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus
dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara
Pembuatan yang Baik. Perhatian khusus harus diberikan untuk melatih
personil yang bekerja dengan material berbahaya.
 Pelatihan CPKB harus dilakukan secara berkelanjutan.
 Catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus
dievaluasi secara periodik.

II.6 Pelaksanaan Produksi


Pasal 3 (PMK RI Nomor 1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin
Produksi Kosmetika)
Pembuatan kosmetika hanya dapat dilakukan oleh industri kosmetika.
Pasal 4
1) Industri kosmetika yang akan membuat kosmetika harus memiliki izin produksi.
2) Izin produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Direktur
Jenderal.
Pasal 5
Izin produksi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
ketentuan yang berlaku.
Pasal 6
1) Izin produksi kosmetika diberikan sesuai bentuk dan jenis sediaan kosmetika
yang akan dibuat.
2) Izin produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan atas 2 (dua)
golongan sebagai berikut:
a. golongan A yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat
membuat semua bentuk dan jenis sediaan kosmetika

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 19


b. golongan B yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat
membuat bentuk dan jenis sediaan kosmetika tertentu dengan
menggunakan teknologi sederhana.
3) Bentuk dan jenis sediaan kosmetika tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b ditetapkan oleh Kepala Badan.

Pasal 7 (PMK RI Nomor 1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin


Produksi Kosmetika)
1) Industri kosmetika dalam membuat kosmetika wajib menerapkan CPKB.
2) CPKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penerapan CPKB ditetapkan
olehKepala Badan.

Persyaratan (PMK RI Nomor 1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin


Produksi Kosmetika)
1) Izin produksi industri kosmetika Golongan A diberikan dengan persyaratan:
a. memiliki apoteker sebagai penanggung jawab;
b. memiliki fasilitas produksi sesuai dengan produk yang akan dibuat;
c. memiliki fasilitas laboratorium; dan
d. wajib menerapkan CPKB.
2) Izin produksi industri kosmetika Golongan B diberikan dengan persyaratan:
a. memiliki sekurang-kurangnya tenaga teknis kefarmasian sebagai
penanggungjawab;
b. memiliki fasilitas produksi dengan teknologi sederhana sesuai produk
yangakan dibuat; dan
c. mampu menerapkan higiene sanitasi dan dokumentasi sesuai CPKB.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan izin produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Penyelenggaraan Pembuatan Kosmetika (PMK RI Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Produksi Kosmetika)
Pasal 16
1) Industri kosmetika tidak diperbolehkan membuat kosmetika dengan
menggunakan bahan kosmetika yang dilarang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 20


Pasal 17
1) Direktur Jenderal dapat mewajibkan industri kosmetika memberikan laporan
produksi sesuai kebutuhan.
2) Ketentuan lebih lanjut tentang laporan produksi sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pembinaan dan Pengawasan Pasal 18 (PMK RI Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Produksi Kosmetika)
1) Pembinaan terhadap pabrik kosmetika dilakukan secara berjenjang oleh
Kepala Dinas dan Direktur Jenderal.
2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
pedoman teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 19
1) Pengawasan terhadap produk dan penerapan CPKB dilakukan oleh Kepala
Badan.
2) Dalam melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tenaga pengawas dapat:
a. memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan kosmetika
untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh dan segala sesuatu
yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan,
pengangkutan, dan perdagangan kosmetika;
b. membuka dan meneliti kemasan kosmetika; dan/atau
c. memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan
mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan
perdagangan kosmetika, termasuk menggandakan atau mengutip
keterangan tersebut.-
Pasal 20
Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya pemeriksaan
oleh tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak pemeriksaan apabila tenaga
pengawas yang bersangkutan tidak dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat
perintah pemeriksaan.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 21


II.7 Distribusi Dan Pemasaran
Pasal 2 (PERMENKES RI No 1176/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Notifikasi
Kosmetika)
Setiap kosmetika yang beredar wajib memenuhi standar dan/atau persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Notifikasi
Pasal 3
1) Setiap kosmetika hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar dari
Menteri.
2) Izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa notifikasi.
3) Dikecualikan dari ketentuan notifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bagi kosmetika yang digunakan untuk penelitian dan sampel kosmetika untuk
pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjualbelikan.
Pasal 4
1) Notifikasi dilakukan sebelum kosmetika beredar oleh pemohon kepada Kepala
Badan.
2) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. industri kosmetika yang berada di wilayah Indonesia yang telah
memiliki izin produksi
b. importir kosmetika yang mempunyai Angka Pengenal Impor (API) dan
surat penunjukkan keagenan dari produsen negara asal; dan/atau
c. usaha perorangan/badan usaha yang melakukan kontrak produksi
dengan industri kosmetika yang telah memiliki izin produksi.

Pasal 5
1) Kosmetika yang dinotifikasi harus dibuat dengan menerapkan CPKB dan
memenuhi persyaratan teknis.
2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan
keamanan, bahan, penandaan, dan klaim.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman CPKB dan persyaratan teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Kepala
Badan.
Dokumen informasi produk

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 22


Pasal 15
1) Industri kosmetika, importir kosmetika, atau usaha perorangan/badan usaha yang
melakukan kontrak produksi harus memiliki DIP sebelum kosmetika dinotifikasi.
2) Industri kosmetika, importir kosmetika, atau usaha perorangan/badan usaha yang
melakukan kontrak produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyimpan
DIP dan menunjukkan DIP bila sewaktu-waktu diperiksa/diaudit oleh Badan POM.
3) Ketentuan mengenai Pedoman DIP ditetapkan oleh Kepala Badan.
Pertanggungjawaban Produk
Pasal 16
1) Industri kosmetika, importir kosmetika, atau usaha perorangan/badan usaha yang
melakukan kontrak produksi bertanggung jawab terhadap kosmetika yang diedarkan.
2) Apabila terjadi kerugian atau kejadian yang tidak diinginkan akibat penggunaan
kosmetika, maka Industri kosmetika, importir kosmetika, atau usaha perorangan/
badan usaha yang melakukan kontrak produksi mempunyai tanggungjawab untuk
menangani keluhan dan/atau menarik kosmetika yang bersangkutan dari peredaran.
3) Industri kosmetika, importir kosmetika, atau usaha perorangan/badan usaha yang
melakukan kontrak produksi harus melaporkan kepada Kepala Badan apabila
kosmetika yang sudah dinotifikasi tidak lagi diproduksi atau diimpor.
4) Industri kosmetika, importir kosmetika, atau usaha perorangan/badan usaha yang
melakukan kontrak produksi bertanggungjawab terhadap kosmetika yang tidak lagi
diproduksi atau diimpor yang masih ada di peredaran.

II.8 Analisis SWOT


Wijdajakusuma dan Yusanto (2003) berpendapat bahwa analisis swot adalah suatu
instrumen eksternal dan internal perusahaan yang sudah banyak dipakai. Analisis ini fokus
pada basis data perkembangan organisasi atau perusahaan menggunakan pola 3-1-5. Arti dari
pola tersebut adalah analisa dilakukan berdasarkan data perkembangan perusahaan atau
organisasi tiga tahun sebelum analisis, kemudian tahun analisis dilakukan dan pasca analisis
untuk perkembangan lima tahun ke depan. Kegiatan analisis ini dilakukan agar strategi yang
diambil organisasi bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan fakta dan dasar yang kuat.
Sementara itu, ahli yang lain yaitu Armstrong dan Kotler (2008) berpendapat bahwa SWOT
adalah penilaian menyeluruh yang dilakukan terhadap kekuatan, peluang, kelemahan, dan
juga ancaman suatu perusahaan. Kegiatan analisis ini sangat diperlukan agar perusahaan

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 23


bisa menentukan strategi yang akan dilakukan perusahaan. Baik strategi promosi, strategi
penjualan dan lain sebagainya.
Komponen Utama SWOT
 Strength (Kekuatan) ditujukan untuk melihat sebuah kondisi yang dinilai bisa
dijadikan kekuatan sebuah perusahaan untuk meningkatkan segmentasi pasarnya.
Tahap pertama ini, kekuatan diartikan sebagai keunggulan yang bisa menjadi
pembeda dengan pesaing bisnisnya. Keunggulan atau kekuatan ini juga bisa
dimanfaatkan untuk memenuhi segmentasi pasar yang membutuhkan.
 Weakness (Kelemahan) adalah analisis pada kondisi atau situasi yang dinilai menjadi
kelemahan perusahaan.
 Opportunities (Peluang) perusahaan juga perlu menganalisis kondisi yang
memberikan peluang untuk kemajuan dan perkembangan. Seperti halnya mencari
berbagai kemungkinan inovasi yang nantinya memberikan dampak positif bagi
perusahaan di masa yang akan datang.
 Threat (Ancaman) tujuannya menganalisis sebuah ancaman adalah mengetahui hal-
hal yang mungkin saja terjadi dan mengancam keberadaan perusahaan. Threats juga
diartikan sebagai tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan ketika menjalankan
bisnisnya. Sehingga, dengan mengantongi sejumlah ancaman ini maka perusahaan
bisa melakukan upaya antisipasi atau pencegahan dan mencari solusi untuk mengatasi
ancaman tersebut.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 24


BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Profil Perusahaan


PT. Adev Natural Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang Jasa
Maklon Kosmetik dan Personal Care. Produk-produk yang kami kembangkan fokus
pada produk kosmetik  Natural Ingredient selain bermanfaat juga aman untuk
digunakan dengan luas tanah 5.000 m2 dengan luas bangunan 4.000 m2
III.1.1 Lokasi Perusahaan
Nama perusahaan yang akan saya buat adalah PT ADEV.Usaha yang akan
saya dirikan ini berlokasi di Jl. Taman Wisata Kabupaten Ngada.
III.1.2 Visi , Misi dan Tujuan
Visi:
 Menjadi produsen produk kosmetik dan personal care terkemuka di Indonesia
dan seluruh dunia.
Misi:
 Menghasilkan produk aman dan bermutu sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Menangkap target pasar khusus di dalam dan luar negeri.
 Memberikan pemahaman mengenai manfaat dari berbagai bahan aktif alami
pada personal care.
Tujuan:
 Menyediakan informasi, pengetahuan dan berita tentang segala aspek produk
personal care.
 Menggunakan merek sendiri untuk menjual ke pasar lokal dan pasar
internasional.
 Menyediakan forum Nasional dan Internasional untuk saling bertukar
informasi dan gagasan mengenai personal care.
 Membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan.
 Memberikan tambahan keahlian khsusus kepada tenaga teknis yang pada
awalnya tidak memiliki keahlian dalam memproduksi sediaan kosmetik.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 25


III.1.3 Struktur Organisasi PT ADEV

III.2 Tahapan pendirian industri Kosmetik

Untuk pembuatan nama Perusahaan Terbatas (PT) perlu dilakukan beberapa


proses agar status badan hukumnya diakui. Proses yang dilakukan antara lain

1. Tahap 1
Pengecekan & Pendaftaran Nama Perseroan
Pengecekan dilakukan untuk mengetahui Apakah nama perseroan yang anda pilih
sudah dimiliki perusahaan lain atau belum, jika belum nama tersebut langsung bisa
didaftarkan oleh NOTARIS melalui SISMINBAKUM . Jika perusahaan sudah dimiliki,
maka anda harus mengganti dengan nama yang lain. Lama Proses 1 Hari Kerja

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 26


2. Tahap 2
Pembuatan Akta Pendirian PT
AKTA PENDIRIAN PT akan dibuat dan ditandatangani oleh NOTARIS yang
dan dibuat dalam bahasa Indonesia sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun
1995 Tentang Pendirian “Perseroan Terbatas”. Lama Proses 1 Hari Kerja.
Persyaratan : melampirkan Copy KTP Pendiri Perseroan dan Copy KTP
Pengurus jika berbeda dengan Pendiri Perseroan
3. Tahap 3
Surat Keterangan Domisili Perusahaan
Permohonan Surat Keterangan Domisili diajukan kepada Kepala Kantor
Kelurahan setempat sesuai dengan Alamat Kantor perusahaan berada, sebagai bukti
keterangan/keberadaan alamat perusahaan, Lama Proses 2 Hari Kerja.
Persyaratan lain yang dibutuhkan :
 Copy Kontrak/Sewa tempat usaha dan surat keterangan dari pemilik
gedung atau bukti kepemilikan tempat usaha.
 Asli pengantar RT/RW untuk domisili di perumahan.
 Copy PBB tahun terkahir.
4. Tahap 4
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Permohonan pendaftaran nomor pokok wajib pajak diajukan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan keberadaan domisili perusahaan. Lama Proses
2 Hari kerja. Persyaratan lain yang dibutuhkan : Copy Bukti PBB tahun terkahir atau
Bukti PPN atas sewa
5. Tahap 5
Pengesahan Menteri Kehakiman & Ham RI
Permohonan ini diajukan kepada Menteri Kehakiman & HAM RI untuk
mendapatkan pengesahan ANGGARAN DASAR PERSEROAN (AKTA
PENDIRIAN) sebagai Badan Hukum PT sesuai Undang-undang Nomor 1 tahun 1995
tentang “PERSEROAN TERBATAS” . Lama Proses 25 Hari Kerja setelah
Permohonan diajukan.
Persyaratan lain yang dibutuhkan :
a) Bukti setor bank senilai modal disetor dalam Akta Pendirian.
b) Bukti PNBP sebagai pembayaran Berita Acara Negara.
c) Asli Akta Pendirian.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 27


6. Tahap 6
UUG/SITU-Surat Izin Tempat Usaha
Ini diperlukan untuk proses Izin Usaha Industri/Tanda Daftar Industri, SIUP-
Surat Izin Usaha Perdagangan atau untuk Izin kegiatan usaha yang dipersyaratkan
adanya UUG/SITU berdasarkan Undang-undang Gangguan.
7. Tahap 7
SIUP-Surat Izin Usaha Perdagangan
Permohonan SIUP diajukan kepada Dinas Perdagangan
Kota/Kabupaten/Propinsi sesuai dengan keberadaan domisili Perusahaan. Lama
Proses : 10 Hari Kerja. Penggolongan SIUP terdiri dari SIUP Besar, Menengah dan
Kecil dengan ketentuan sebagai berikut :
1. SIUP Besar untuk Modal disetor diatas 500 Juta,
2. SIUP Menengah untuk Modal disetor diatas 200 juta s.d 500 juta.
3. SIUP Kecil untuk Modal disetor s.d 200 juta.
8. Tahap 8
TDP-Tanda Daftar Perusahaan
Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kantor Dinas Perindustrian &
Perdagangan Kota/Kabupaten. Kantor Pendaftaran perusahaan sesuai dengan domisili
perusahaan.
Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat TANDA
DAFTAR PERUSAHAAN sebagai bukti bahwa Perusahaan/Badan Usaha telah
melakukan Wajib Daftar Perusahaan berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun
1982 Tentang “WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN”. Lama Proses 12 Hari Kerja
9. Tahap 9
Pengumuman Dalam Berita Acara Negara RI
Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan telah mendapatkan
pengesahan dari Menteri Kehakiman & HAM RI, maka harus diumumkan dalam
berita negara dan Perusahaan yang telah diumumkan dalam berita negara, maka
perusahaan tersebut telah sempurna statusnya sebagai Badan Hukum. Lama kerj 90
hari.

III. 3. Sarana dan Prasarana


Fasilitas produksi perusahaan, diantaranya bangunan pabrik beserta kantor
seluas + 1.000 m , kendaraan untuk mendistribusikan material/ produk jadi dan

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 28


peralatan produksi. Bangunan pabrik terdiri dari ruang pengemasan, gudang produk
jadi, gudang bahan baku, dan ruang produksi berupa area penimbangan,
pencampuran, pemasakan dan pencetakan. Peralatan produksi utama adalah tangki
pencampur berpengaduk otomatis atau manual dan beberapa peralatan pendukung
yang masih sederhana, seperti kompor, timbangan, wadah bahan, cetakan sabun dan
alat pemotong sabun. Tangki pemanas berpengaduk manual digunakan jika aliran
listrik PLN mati.

III.4 Sumber Daya Manusia


Karyawan PT ADEV harus mempunyai pengetahuan, pengalaman,
keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia
dalam jumlah yang cukup.
Proses produksi semua varian produk dijalankan menggunakan teknologi
sederhana dan tidak memerlukan level kompetensi tinggi. Oleh karena itu, perusahaan
hanya mengutamakan faktor mental dalam proses rekrutmen karyawan bagian
produksi. Karyawan PT ADEVterdiri dari 30 karyawan tetap (lihat Tabel ) dan
karyawan kontrak yang jumlahnya selalu berubah tergantung beban pekerjaan di
bagian produksi dan pengemasan.

Aktivitas manajemen SDM ditujukan untuk pencapaian target produksi dan


efisiensi biaya, mencakup perekrutan dan merumahkan karyawan, sistem pengupahan,
pemberian reward and punishment, serta penjadwalan kerja. Untuk sistem
pengupahan yang berlaku untuk karyawan tetap dan tidak tetap adalah:

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 29


 Perusahaan mengatur dan menerapkan sistem pemberian upah yang layak bagi
pekerja yang disesuaikan dengan golongan, status, jabatan, keahlian dan
prestasi.
 Besarnya upah terendah yang diberikan kepada pekerja tidak boleh kurang dari
ketentuan minimum yang berlaku sesuai dengan peraturan yaitu Upah Minimum
Propinsi (UMP).
 Pembayaran gaji kepada karyawan dilakukan sekali dalam sebulan, yaitu pada
setiap akhir bulan. Bonus yang diberikan kepada karyawan berupa Tunjangan
Hari Raya (THR) dan bonus akhir tahun. Untuk karyawan tetap diberikan uang
tunjangan transportasi.
Untuk penjadwalan kerja (Tabel 2 ), perusahaan menerapkan dua kategori jam
kerja yang berbeda antara karyawan shift dan non-shift.

III.5 Rancangan Anggaran Pembangunan


Nilai investasi yang kami perlukan untuk membangun sebuah pabrik sebesar
1.000.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
Komponen Nilai (Rp)

Pengadaan lahan Rp 200.000.000


Pekerjaan land cleaning Rp 30.000.000
Perizinan dan pra operasional lain Rp 40.000.000
Bangunan dan Mekanikal/Elektrikal Rp 150.000.000
Mesin produksi dan pendukungnya Rp 150.000.000
Uji coba produksi dan lain-lain Rp 45.000.000
Gaji karyawan Rp 120.000.000
Pengadaan bahan baku Rp 100.000.000
Sarana transportasi dan angkut barang Rp 75.000.000
Biaya tak terduga Rp. 90.000.000
Total anggran yang dibutuhkan Rp. 1.000.000.000,00

Pendapatan

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 30


 Harga per unit kosmetik Rp 30.000,-
 Biaya variabel per unit Rp. 20.000,-
 Target penjualan 1500 pcs per hari
 Pendapatan per bulan Rp 30.000 x 1500 pcs x 30 hari = Rp. 1.350.000.000,-
 Laba 15% x Rp. 1.350.000.000,- = Rp.202.500.000,-
 Laba bersih per tahun = Rp. 202.500.000,- x 12 = Rp.2.430.000.000,-
 Biaya tetap = (gaji karyawan + pengadaan bahan baku + sarana transportasi
dan angkut barang)
=Rp. 120.000.000,- + Rp 100.000.000,- + Rp 75.000.000,-
=Rp. 295.000.000,-

Perhitungan Batas Laba/Rugi/BEP


biaya tetap
BEP unit =
biaya harga perunit −biaya variabel unit
Rp295.000 .000
=
Rp 30.000−Rp.20 .000
= Rp29.500 = 30 unit
ROI (Return Of Invesment)

laba Bersih
ROI = x 100 %
total investasi

202.500.000
= x 100 %
1.000.000 .000
= 0,20%
PBP (Pay Back Period) = Total investasi / laba per bulan
Total investasi
PBP =
laba bersih
1.000.000 .000
=
202.500.000
= 4,9 bulan (jangka waktu pengembalian modal)

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 31


III.6 Produksi

III.6.1. Bahan
Bahan dasar/baku pembuatan sabun yaitu larutan NaOH ( NaOH dan air
suling), Minyak kelapa, minyak jarak, serta minyak sawit. Kita dapat memodifikasi
jenis minyak, apakah menggunakan satu jenis minyak ataupun kombinasi beberapa
jenis minyak. Hal tersebut bergantung pada spesifikasi sabun yang diinginkan
Bahan tambahan pembuatan sabun yaitu Alcohol Larutan Gula, pewarna,
pengharum/fragrance, pengatur pH, Indikator pH (universal indicator atau indikator
phenolphtalein) sama dengan bahan utama, kami pun juga dapat memodifikasi jenis
dan jumlah bahan herbal dalam resep sabun. Kami menambahkan lidah buaya
organik, minyak zaitun, gliserin, rumbut laut, vitamin C dan sereh wangi.

III.6.2. Proses Pembuatan


 Tuangkan atau masukkan larutan NaOH ke dalam air yang sudah di suling.
 Campurkan minyak kelapa, minyak kelapa sawit serta minyak jarak selanjutnya
panaskan pada suhu di atas 50 drajat celcius.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 32


 Setelah larutan alkali turun hingga 50 drajat celcius selanjutnya campurkan minyak
yang sudah didihkan tadi.
 Panaskan sabun sampai proses akhir sponisasi. Setelah itu cek PH – nya. Jika sudah
sesuai selanjutnya campurkan gliserin serta alcohol kedalam panci.
 Diamkan campuran ini hingga 30 menit, sampai suhu pada sabun turun hingga 30
drajat celcius. Jangan lupa pada proses ini tutup wadah jangan sampai terbuka, hal ini
bertujuan agar alcohol pada larutan ini tidak menguap.
 Siapkan larutan gula. disarankan menyiapkan larutan gula sebanyak 2, karena
nantinya pasti akan dibutuhkan untuk penyesuaian transparansi.
 Setelah itu campurkan larutan gula kedalam sabun dan aduk hingga merata.
 Test transparasi sabun dengan menggunakan gelas.
 Apabila sabun masih terlihat buram atau kurang transparan maka tambahkan lagi
larutan gulanya.
 Setelah proses transparasi dirasa cukup, hal selanjutnya adalah tambahkan aroma
pewangi serta pewarna makanan kedalam adonan sabun
 Kemudian tuangkan adonan sabun ke dalam cetakan yang sudah disiapkan, jangan
sampai ada gelembung yang muncul. Setelah itu masukkan cetakan kedalam lemari es
hingga 2 jam.
 Setelah 2 jam keluarkan cetakkan dari lemari es, selanjutnya diamkan sabun selama 1
minggu dan dikemas.

III.7 Distribusi dan Pemasaran


Aktivitas pemasaran dan penjualan kosmetik PT ADEV merupakan
tanggungjawab Direktur Utama (Dirut) yang dibantu beberapa tenaga pemasaran
freelance. Media promosi utama yang digunakan adalah website perusahaan
adevnatural.com dan media internet lainnya seperti online shop. Promosi juga
dilakukan oleh tenaga pemasaran freelance, khususnya untuk memperluas pasar
dokter Spk, salon dan spa.

III.8 Analisi SWOT


Analisis SWOT Istilah SWOT singkatan dari Strength, Weakness, Opportunities,
Threats atau dalam bahasa Indonesia berarti kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
 Strength (kekuatan)

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 33


 banyak produk-produk berkualitas baik yang merawat dan mengembalikan
keseimbangan alami kulit.
 Produk bebas dari racun dan merkuri.
 Harga prodak yang cukup murah
 Weakness (kelemahan)
 Pemasaran prodak tidak cukup baik, karena belum mencapai toko-toko kecil
di daerah terpencil di Indonesia.
 Opportunities (peluang)
 Masih memiliki peluang besar untuk memasarkan produknya ke kota-kota lain
dan daerah di seluruh Indonesia.
 Tren gaya hidup masyarakat Indonesia
 Perkembangan teknologi dan sistem informasi
 Perkembangan teknologi proses produksi
 Kesepakatan pasar tunggal ASEAN membuka peluang ekspor produk
kosmetik nasional ke beberapa negara anggota ASEAN.
 Threats (ancaman)
 Harga Terjangkau kosmetik dikenal secara internasional.
 Sebagian orang lebih percaya dan berkonsultasi langsung ke dokter perawatan
kulit dan kecantikan, misalnya: Erha Clinic.
 Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mempengaruhi harga
bahan baku impor
 Ada orang yang menyalahgunakan tempat kemasan untuk ditukar dengan
produk lain dengan kualitas kurang.

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 34


BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Industri yang akan didirikan adalah industri farmasi Kosmetik yang boleh
mendirikannya adalah Perseroan Terbatas (PT) yang berizin atau yang telah
mempunyai izin. Industri bernama PT. ADEV. Industri berlokasi di Jl. Taman Wisata
Kabupaten Ngada.dengan luas tanah 5.000 m2 dengan luas bangunan 4.000 m2.
1. Perizinan industri farmasi Kosmetik terdiri dari 11 macam izin. PT.ADEV
membutuhkan waktu selama kurang lebih 10 bulan dengan total anggaran sejumlah
Rp. 40.000.000
2. Proses pembangunan PT. ADEV ini akan dilaksanakan sekitar 14 bulan dengan
membutuhkan biaya sejumlah Rp.1.000.000.000 dengan luas bangunan 4.000 m2..
3. Sumber Daya Manusia (SDM) di dapatkan dengan cara melakukan Open Recruitment
oleh Industri Farmasi Obat Hewan. SDM sebanyak 30 orang terdiri dari President
Director, HRD Manager, Plant Manager, Marketing Manager, Technical Manager,
R&D Manager, Production Manager, QC/Lab Manager, PPIC Manager, QA Manager,
Production Supervisor, Packaging Supervisor, Lab Supervisior, Microbiology, IPC
Supevisor masing- masing 1 orang, Staf HRD 2 orang, dan Tenaga Teknis
Kefarmasian 3 orang dengan gaji sebesar 560.000.000 / bulan dan akan di mulai open
Recruitment di bulan 1 agustus 2019.
4. Proses produksi produk PT. ADEV membutuhkan anggaran biaya sebesar
100.000.000, Distribusi obat keseluruh indonesia membutuhkan biaya sebesar Rp
37.500.000, Pemasaran Obat hewan membutuhkan biaya sebesar 37.500.000 dan
proses Produksi akan dimulai bulan Januari 2020 setelah recruitment karyawan.
5. Untuk mendirikan Industri ini membutuhkan biaya keseluruhan sejumlah Rp
1.000.000.000 dapat di peroleh kembali atau akan balik modal selama 1 tahun. Pada
penjualan Kosmetik ke 45.000 unit mulai memperoleh keuntungan.
6. Break Even Point (BEP) Industri Farmasi Kosmetik harus menjual 30 unit obat hewan
baru mulai memperoleh keuntungan.

¿
BEP unit = Rp .295000.000 ,− Rp .29.500−Rp .20.000 =30 unit ¿

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 35


7. Analisis SWOT merupakan studi kelayakan yang harus dilakukan sebelum
mendirikan Industri.

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2018 Tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Pembangunan Sarana Dan Prasarana Industri.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Produksi Kosmetika.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1176/MENKES/PERNIII/2010 Tentang Notifikasi Kosmetik
Novia Widya Utami. 29 Oktober 2017. Manfaat, Faktor yang Memengaruhi, dan Contoh
Analisis SWOT. Jurnal.id – https://goo.gl/b5jRUW
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.4.3870
Tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 36


HASIL DISKUSI PEDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK
KELOMPOK 11

APOTEKER 37 KELAS B

1. Nama : Moh Syarif


NPM : 18340161
Pertanyaan : Bagaimana rencana untuk sistem pengupahan yang berlaku untuk
karyawan tetap dan tidak tetap?

 sistem pengupahan yang berlaku untuk karyawan tetap dan tidak tetap adalah:
 Perusahaan mengatur dan menerapkan sistem pemberian upah yang
layak bagi pekerja yang disesuaikan dengan golongan, status, jabatan,
keahlian dan prestasi.
 Besarnya upah terendah yang diberikan kepada pekerja tidak boleh
kurang dari ketentuan minimum yang berlaku sesuai dengan peraturan
yaitu Upah Minimum Propinsi (UMP).
 Pembayaran gaji kepada karyawan dilakukan sekali dalam sebulan,
yaitu pada setiap akhir bulan. Bonus yang diberikan kepada karyawan
berupa Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus akhir tahun. Untuk
karyawan tetap diberikan uang tunjangan transportasi.

2. Nama : Vadia Nurwahyuny Usman


NPM : 18340192)
Pertanyaan : Berapa lama kalian akan melunasi pinjaman kalian, dan berapa
angsuran pokok per bulannya?
 Kami akan mengembalikan dalam jangka waktu 4,9 bulan dengan angsuran
pokok per bulannya Rp 200.000.000,-

3. Nama : Selvia Rahmi


NPM : 18340189
Pertanyaan :Dalam sediaan kosmetik yang di produksi dan siap diedarkan harus
memenuhi persyaratan apa saja?

 Kosmetik yang di produksi atau diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut :

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 37


 Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu
serta persyaratan lain yang di tetapkan
 Di produksi dengan menggunakan cara pembuatan Kosmetik yang
baik
 Terdaftar dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia ( BPOM RI)

PENDIRIAN INDUSTRI SEDIAAN KOSMETIK Page 38

Anda mungkin juga menyukai