Anda di halaman 1dari 152

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI

IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS


(DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG
MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)

VIVIN DIAH AYU PURWORINI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA


DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS
SURABAYA
2013

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS
(DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG
MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)

VIVIN DIAH AYU PURWORINI


(050911007)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA


DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS
SURABAYA
2013
i
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui


skripsi/karya ilmiah saya dengan judul:
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu
Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan
akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini
saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 21 Agustus 2013

Vivin Diah Ayu Purworini


NIM: 050911007

ii
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Vivin Diah Ayu Puworini
NIM : 050911007
Fakultas : Farmasi
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis
dengan judul:
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian
hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiarisme, maka saya
bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan atau pencabutan
gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Surabaya, 21 Agustus 2013

Vivin Diah Ayu Purworini

NIM: 050911007

iii
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Lembar Pengesahan

IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA


PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)

SKRIPSI

Dibuat untuk Memenuhi Syarat


Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

2013

Oleh:

VIVIN DIAH AYU PURWORINI


NIM : 050911007

Skripsi ini telah disetujui


Tanggal 21 Agustus 2013 oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Serta

Yunita Nita, S.Si., M Pharm., Apt Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS.
NIP. 197406181998022001 NIP.197306212007012001

iv
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT atas rahmat dan karuniayang dilimpahkan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI
DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi
Airlangga Surabaya)” ini dengan baik.
Skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Umi Athiyah, Apt., M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga atas fasilitas, sarana dan prasarana yang
diberikan selama penyelesaian pendidikan sarjana.
2. Ibu Yunita Nita, S.Si., MPharm., Apt. selaku dosen pembimbing
utama yang telah membimbing, mengarahkan serta memberi
masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS dan Ibu Ana Yuda, S.Si.,
Apt. selaku dosen pembimbing serta I dan II selaku pembimbing
serta kedua yang telah memberikan bimbingan dengan penuh
kesabaran baik dalam penyelesaian skripsi ini
4. Ibu Ekarina Ratna Himawati, M.Kes., Apt dan Ibu Dra. Wahyu
Utami Apt., M.Si, MM. selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritikan dan saran sehingga membangun sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Dra.Tutiek Purwanti, M.,Si, Apt., selaku dosen wali yang telah
memberi masukan dan nasehat kepada penulis selama masa studi
penulis di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

v
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

6. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah


mendidik dan membimbing serta membantu penulis dalam
penyelesaian studi di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Departemen Farmasi Komunitas
yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Keluarga tercinta terutama Ayah dan Ibu yang telah memberikan
perhatian, kasih sayang, pengorbanan luar biasa, dorongan semangat
dan doa selama penyelesaian skripsi ini dan masa studi saya.
9. Teman-teman skripsi satu Project Grant: Carissa, Risadyla,
Christina Ayu, Yuchyil dan Dewi atas kekompakan dan kerja
samanya selama penulisan skripsi. Semoga sukses untuk semua.
10. Teman-teman kelas A angkatan 2009 Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga atas kerja sama, dukungan dan semangat, semoga sukses
untuk semua.
11. Teman-teman angkatan 2009 Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga atas kekompakannya.
12. Apoteker Pendamping (Mbak Devi, Mbak Vuri dan Mbak Ishma)
dan karyawan-karyawan yang ada di Apotek Farmasi Airlangga
Surabaya atas segala bantuan dan kerjasama dalam penelitian ini
sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
terimakasih atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan
ini, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Surabaya, Agustus 2013
Penulis

vi
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

RINGKASAN
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)

VIVIN DIAH AYU PURWORINI

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998


tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia adalah mereka yang berusia
60 tahun ke atas. Pada lanjut usia terjadi perubahan fisiologis, perubahan
farmakokinetika, dan perubahan farmakodinamika. Oleh karena itu
dibutuhkan perhatian lebih khususnya dalam hal perawatan kesehatan.
Banyaknya gangguan kesehatan pada lanjut usia mengakibatkan
penggunaan dan kebutuhan terkait obat meningkat. Apabila kebutuhan
terkait obat atau drug related need (DRN) tersebut tidak terpenuhi maka
dapat menimbulkan masalah terkait terapi obat atau drug therapy problems
(DTPs). Selain itu peningkatan penggunaan obat atau polifarmasi
mendorong kejadian DTPs semakin meningkat pula pada lanjut usia. Oleh
karena itu dibutuhkan peran Apoteker dalam mengidentifikasi DTPs
potensial dan/ atau aktual, menyelesaikan DTPs aktual, dan mencegah
DTPs potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
kejadian DTPs pada pasien lanjut usia yang mendapat pelayanan resep di
Apotek Farmasi Airlangga,
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling yaitu sampling jenuh atau sensus. Sampel yang
digunakan adalah seluruh pasien lanjut usia yang menebus obat dengan
resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 yang
memenuhi kriteria inklusi, yaitu berusia ≥ 60 tahun, pasien lanjut usia
dan/atau keluarga pasien yang menebus obat dengan resep, dapat
berkomunikasi baik dan bersedia menjadi responden. Dari 65 pasien lanjut
usia yang menebus obat dengan resep yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 59 lanjut usia, dimana ada 2 responden diantaranya datang dua
kali sehingga total resep responden sebanyak 61 resep.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview
dengan menggunakan instrumen berupa lembar persetujuan (informed
consent), daftar pedoman interview, Patient Medication Record (PMR),
DRP registration form V5.01 (PCNE Classification) yang dimodifikasi (van
Mil, 2005), dan peneliti sebagai interviewer. Variabel penelitian ini meliputi

vii
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

tujuh kategori DTP menurut Cipolle,Strand and Morley (2004) yaitu terapi
obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat tidak
efektif, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, Adverse Drug Reaction
(ADR), dan ketidakpatuhan.
Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 kategori DTPs menurut Cipolle,
Strand and Morley (2004) kejadian DTPs yang teridentifikasi adalah
ketidakpatuhan (59,68%), ADRs (32,26%), dan kebutuhan akan terapi obat
tambahan (8,06%). Kategori DTPs ketidakpatuhan disebabkan pasien
memilih untuk tidak minum obat (24), pasien tidak memahami petunjuk
pemakaian obat dengan benar (13), lupa minum obat (7) dan produk obat
tidak tersedia untuk pasien karena kosong pabrik atau sedang habis di
apotek (4). Pada kategori ADRs disebabkan oleh adanya interaksi obat (36)
dan obat dikontraindikasikan pada pasien karena faktor risiko (3). Dari 36
potensi interaksi obat lima diantaranya karena interaksi obat dengan
makanan (pisang). Sedangkan obat yang dikontraindikasikan dengan pasien
adalah fenilpropanolamin dan kofein pada pasien hipertensi dan kodein
pada pasien asma. Adanya kondisi baru yang membutuhkan terapi obat
tambahan (5) merupakan penyebab dari kategori kebutuhan akan terapi obat
tambahan. Kondisi baru tersebut terjadi pada pasien yang mengaku
kolesterol tinggi, batuk dan sesak.
Dari hasil penelitian mengenai identifikasi DTPs pada pasien lanjut
usia yang mendapat pelayanan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada
bulan Februari 2013 menunjukan tingginya kejadian DTPs kategori
ketidakpatuhan pada lanjut usia yang dapat mempengaruhi tidak tercapainya
outcome terapi yang diharapkan. Oleh karena itu peran apoteker dalam
pelayanan dan monitoring penggunaan obat pada lanjut usia perlu
ditingkatkan untuk mencegah dan mengatasi DTPs sehingga tingkat
pengetahuan dan kepatuhan lanjut usia meningkat serta outcome terapi
tercapai.

viii
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRACT
IDENTIFICATION OF DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) ON
GERIATRIC PATIENTS WITH PRESCRIPTION
(Study At Farmasi Airlangga Pharmacy Surabaya)

VIVIN DIAH AYU PURWORINI

Physiological changes that occur in the aging process make the


geriatric more susceptible to disease therefore the use of medication in
geriatric increased. Drug related needs that do not be resolved can lead to
Drug Therapy Problem (DTPs). The aim of this study was to investigate
DTPs in geriatric patients at Farmasi Airlangga Pharmacy in Surabaya,
Indonesia.
The study was a cross sectional study with non-probability sampling
technique. Data was obtained by interviewing patients (≥ 60 years old)
and/or their families. DTPs of geriatric patients who filled a prescription at
Farmasi Airlangga Pharmacy in February 2013 were identified by the
researcher. A DTP registration form and patient medication record (PMR)
were used to document the data.
Results showed that a total of 59 geriatric patients presented and 61
prescription at the Pharmacy during February 2013. There were 44
(72,13%) geriatric patients found to have DTPs both actually and
potentially. A number of 18 (29,51%) geriatric patients experienced more
than 1 DTPs categories. The DTPs categories found in geriatic patients were
5 (8,06%) needs additional drug therapy, 20 (32,26%) adverse drug reaction
(ADR), and 37 (59,68%) non-compliance. The cause of adverse drug
reaction was drug-drug/drug-food interaction (39) and drug contraindicated
due to risk factors (3). Furthermore, the cause of non-compliance was
mostly patient prefers not to take the medication.
In conclusion, DTPs in elderly patient that happened in February
2013 at Farmasi Airlangga pharmacy were quite high. Pharmacists need to
increase drug therapy monitoring. Pharmacists have a responsibility to
resolve actual DTPs and to prevent potential DTPs.

Keywords : drug therapy problems, geriatric, pharmacy

ix
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. ... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. ... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... ... v
RINGKASAN ……. ............................................................................. ... vii
ABSTRAK……….. .............................................................................. ... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian .............................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6
2.1 Tinjauan tentang Pharmaceutical care .............................. 6
2.2 Tinjauan tentang Drug Therapy Problems (DTPs) ............ 8
2.2.1 Definisi DTPs .......................................................... 8
2.2.2 Kategori DTPs ......................................................... 8
2.3 Tinjauan tentang Lanjut Usia .............................................. 14
2.3.1 Definisi Lanjut Usia ................................................ 14
2.3.2 Perubahan Kondisi pada Lanjut Usia ...................... 14
2.3.3 Perubahan Farmakokinetika .................................... 15

x
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

2.3.4 Perubahan Farmakodinamika .................................. 18


2.3.5 Masalah Terkait Obat pada Lanjut Usia .................. 18
2.3.6 Tinjauan Obat yang Biasa Digunakan untuk
Pasien Lanjut Usia ................................................... 20
2.4 Tinjauan tentang Resep ....................................................... 21
2.4.1 Definisi Resep ......................................................... 21
2.4.2 Isi Resep .................................................................. 22
2.5 Tinjauan tentang Patient Medication Record (PMR) ......... 22
2.5.1 Tinjauan Mengenai Dokumentasi............................ 22
2.5.2 Tinjauan Mengenai PMR ........................................ 23
2.6 Tinjauan tentang Penelitian Survei ..................................... 25
2.7 Tinjauan tentang Apotek ..................................................... 28
2.7.1 Definisi Apotek ....................................................... 28
2.7.2 Fungsi Apotek ......................................................... 28
2.7.3 Pelayanan Farmasi di Apotek .................................. 28
2.7.4 Tinjauan tentang Apotek Farmasi Airlangga ........... 29
2.8 Penelitian Terdahulu .......................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 32
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 34
4.1 Jenis Penelitian ................................................................... 34
4.1.1 Tujuan Penelitian..................................................... 34
4.1.2 Waktu Pengumpulan Data ....................................... 34
4.2 Sumber Data Penelitian ...................................................... 34
4.3 Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian ............................. 35
4.4 Populasi ........................................................................... 35
4.5 Sampel ........................................................................... 35
4.5.1 Teknik Pengambilan Sampel ................................... 35
4.5.2 Kriteria Inklusi ........................................................ 36

xi
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

4.5.3 Jumlah Sampel ........................................................ 36


4.6 Metode Pengumpulan Data ................................................. 36
4.7 Variabel Penelitian ........................................................... 37
4.8 Instrumen Penelitian ........................................................... 43
4.9 Definisi Operasional ........................................................... 43
4.10 Uji Validitas Instrumen ..................................................... 45
4.11 Analisis Data ................................................................... 47
BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………….……. 48
5.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................... 48
5.2 Uji Validitas………………. ............................................... 48
5.3 Gambaran Umum Responden………………. .................... 50
5.3.1 Jenis Kelamin………….. ........................................ 50
5.3.2 Usia……………...................................................... 50
5.3.3 Riwayat Gangguan Kesehatan ................................. 50
5.3.4 Sumber Dana Pembelian Obat ................................ 52
5.4 Obat dalam Resep…………….. ......................................... 52
5.5 Identifikasi Drug Therapy Problems .................................. 53
5.5.1 Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat
Tambahan……………… ................................................. 55
5.5.2 Penyebab ADRs ……………………………….… 55
5.5.3 Penyebab Ketidakpatuhan ....................................... 58
BAB VI PEMBAHASAN………………………………….…….......... 60
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 73
LAMPIRAN .......................................................................................... 79

xii
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel IV.1 Variabel penelitian …………………………………………. 37
Tabel V.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden…………………….......... 50
Tabel V.2 Distribusi Usia Responden …………………………............... . 50
Tabel V.3 Distribusi Riwayat Gangguan Kesehatan…….…………. ......... 51
Tabel V.4 Distribusi Jumlah Riwayat Gangguan Kesehatan………….... .. 51
Tabel V.5 Sumber Dana Pembelian Obat ………………………………. 52
Tabel V.6 Distribusi Jumlah Obat Dalam Resep…………………… 52
Tabel V.7 Obat yang Sering Diresepkan ................................................ 53
Tabel V.8 Jumlah Drug Therapy Problems ............................................. 54
Tabel V.9 Distribusi Kategori Drug Therapy Problems .......................... 54
Tabel V.10 Distribusi Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat
Tambahan….…………………………………………............. 55
Tabel V.11 Distribusi Penyebab ADRs…………………..……………..... 56
Tabel V.12 Obat-obat yang menimbulkan interaksi.…………………....... 56
Tabel V.13 Distribusi Penyebab Ketidakpatuhan……………….……..... 59

xiii
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1 Kerangka konseptual ..................................................................... 32

xiv
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Informasi Penelitian ................................................ 79


Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ......................... 81
Lampiran 3 Daftar Pedoman Interview.................................................... 82
Lampiran 4 Catatan Penggunaan Obat Pasien ......................................... 85
Lampiran 5 DTP Registration Form V5.01 (PCNE Classification)
yang dimodifikasi ................................................................................... 88
Lampiran 6 Hasil Identifikasi DTPs Pada Pasien Lanjut Usia................. 89

xv
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pharmaceutical care adalah pelayanan kefarmasian yang
berorientasi pada pasien dimana apoteker bertanggung jawab atas
kebutuhan pasien terkait obat, mengoptimalkan semua terapi obat pasien,
meningkatkan outcome pasien yang lebih baik dan meningkatkan kualitas
hidup tiap pasien (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Outcome yang
dimaksud adalah mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala
sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit, mencegah suatu
penyakit atau gejala (Hepler & Strand, 1990). Keberhasilan outcome yang
diuraikan tersebut tergantung dari setiap tenaga kesehatan
mengkontribusikan keahliannya untuk menyelesaikan masalah pasien yang
relevan dengan praktek keahliannya (Strand et al.,1990). Guna mencapai
outcome pasien yang diharapkan apoteker berperan penting menjamin
terapi obat teruatama melakukan identifikasi drug therapy problems (DTPs)
yang bersifat potensial dan aktual, penyelesaian DTPs yang bersifat aktual
serta pencegahan DTPs yang bersifat potensial (Cipolle, Strand & Morley,
2004; Hepler & Strand, 1990).
Definisi DTPs adalah kejadian yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh pasien karena terapi obat dan mengganggu dalam mencapai
tujuan terapi yang diinginkan. Masalah ini diidentifikasi selama proses
assessment, sehingga dapat diselesaikan melalui perubahan tindakan yang
diberikan pada tiap individu yang berbeda dalam regimen terapi obat. DTPs
terbagi dalam tujuh kategori yaitu terapi obat yang tidak diperlukan,
kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat yang tidak efektif, dosis terlalu

1
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 2

rendah, reaksi obat yang tidak diinginkan, dosis terlalu tinggi dan
ketidakpatuhan (Cipolle, Strand & Morley, 2004).
Pengertian yang hampir sama dengan DTPs juga dijelaskan oleh
Hepler, yang disebut dengan Drug Related Problems (DRPs), yaitu suatu
peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara aktual atau
potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome yang
optimal dari suatu pengobatan. Kategori DRPs menurut Hepler and Strand
(1990) ada delapan yang meliputi terapi obat yang indikasinya tidak ada,
obat tidak sesuai indikasi, terapi obat yang salah, dosis obat kurang, ADR,
interaksi obat, dosis obat berlebihan dan kegagalan menerima obat (Hepler
and Strand, 1990).
Pada bulan Januari 1996 sampai Desember 2002 ditemukan lebih
dari 26.238 kasus DTPs yang diidentifikasi dan diselesaikan pada 5136
pasien dengan rincian tidak perlu terapi obat 6%, perlunya penambahan
terapi obat 28%, obat tidak efektif 8%, dosis terlalu rendah 20%, Adverse
Drug Reactions (ADRs) 14%, dosis terlalu tinggi 5% dan ketidakpatuhan
(noncompliance) 19% (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Para ahli setuju
beberapa obat yang sama sering memberikan efek yang berbeda pada pasien
lanjut usia dan dewasa muda karena perubahan terkait usia pada tubuh
manusia menyebabkan perbedaan jalan respon tubuh dengan obat (Beers,
2001). Hasil penelitian di Brasil menyebutkan dari 97 sampel pasien lanjut
usia yang menderita diabetes dan atau hipertensi ditemukan 284 kasus
DRPs, sedikitnya 92,3% pasien tersebut mengalami satu kategori DRPs.
Kategori DRPs yang paling banyak terjadi adalah ketidakpatuhan (55,63%)
dan ADR (23,59%) (Neto et al., 2011)
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas (Pemerintah RI, 1998). Pada usia tersebut terjadi perubahan fisiologis
akibat proses penuaan yang bersifat universal berupa kemunduran dari

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 3

fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progesif, perubahan secara bertahap,


akumulatif dan intrinsik (Departemen kesehatan, 2006). Perubahan tersebut
menyebabkan pada pasien lanjut usia sering menderita penyakit yang
beragam dan diterapi dengan obat dalam macam yang banyak. Hasil
penelitian menyebutkan 78% lanjut usia menderita tidak kurang dari 4
macam penyakit, 38% menderita lebih dari 6 macam penyakit, dan 13%
menderita lebih dari 8 macam penyakit (Rahmawati et al., 2009). Hasil
penelitian di Australia dalam sehari 87% pasien lanjut usia wanita dan 83%
pasien lanjut usia pria menggunakan paling sedikit satu obat dengan resep,
dan 44% pasien lanjut usia wanita dan 35% pasien lanjut usia pria
menerima satu obat tanpa resep (Elliot, 2006). Selain itu hasil penelitian di
Belanda menyebutkan prevalensi sering lupa pada usia 40-50 tahun
sebanyak 40,7% dan usia 70-85 tahun sebanyak 51,6% (Commissaris,
Ponds, and Jolles, 1998)
Prevalensi penggunaan banyak obat yang tinggi dikombinasi
dengan perubahan terkait proses penuaan pada farmakokinetik dan
farmakodinamik membuat pasien lanjut usia mudah mengalami masalah
terkait terapi obat (Vinks et al., 2006). Kombinasi tersebut menyebabkan
pasien lanjut usia berisiko tinggi mengalami ADR. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa pada pasien lanjut usia mengalami ADR hampir enam
kali lebih besar daripada pasien pada umumnya (Perry & Webster, 2001).
Masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan obat pada pasien
lanjut usia karena minimnya informasi dan pelatihan yang diberikan oleh
kalangan praktisi kesehatan mengenai kebutuhan pasien lanjut usia terkait
obat tertentu (Perry & Webster, 2001). Hasil penelitian Rahmawati (2008)
menyebutkan terdapat 48 kasus pemilihan obat yang tidak tepat pada
pasien lanjut usia diantaranya 31% obat dikontraindikasikan pemakaiannya
untuk pasien dan 25% obat yang diterima pasien bukan merupakan obat

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 4

yang paling tepat (Rahmawati et al., 2008). Hasil penelitian di Taiwan pada
193 pasien lanjut usia didapatkan tiga kategori DRPs yang sering terjadi
pada pasien lanjut usia yakni 35% obat tidak dapat diminum atau ditelan
oleh responden terutama pada pasien DM rawat jalan, 12 % obat yang
diterima berpotensi timbul interaksi antar obat dan 11% pemberian
duplikasi obat yang tidak tepat (Chan et al., 2012).
Dari data-data tersebut DTPs yang paling sering terjadi pada lanjut
usia adalah kategori ADR dan ketidakpatuhan. Oleh karena itu peran
apoteker diperlukan dalam mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi
DTPs pada pasien lanjut usia agar tujuan terapi yang diinginkan tercapai.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui dan mengidentifikasi jenis dan jumlah persentase kejadian
DTPs yang terjadi pada pasien lanjut usia di Apotek Farmasi Airlangga.
Apotek Farmasi Airlangga dipilih karena masih sedikit penelitian mengenai
DTPs pada pasien lanjut usia di apotek. Selain itu salah satu visi Apotek
Farmasi Airlangga adalah mengembangkan pharmaceutical care dimana
fungsi apoteker adalah mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
DTPs.

1.2 Rumusan Masalah


DTPs apa yang terjadi pada pasien lanjut usia yang mendapat obat
atas resep dokter di Apotek Farmasi Airlangga?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengidentifikasi adanya DTPs pada pasien lanjut usia yang
mendapat obat atas resep dokter di Apotek Farmasi Airlangga.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 5

1.4 Manfaat
(1) Bagi peneliti untuk menambah wawasan peneliti tentang DTPs
pada pasien lanjut usia.
(2) Bagi Apoteker dapat digunakan sebagai sumber infomasi untuk
meningkatkan peran Apoteker dalam pelayanan kefarmasian.
(3) Bagi masyarakat penelitian ini bermanfaat untuk tercapainya
terapi yang aman, efektif dan efisien.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pharmaceutical care


Pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberian terapi obat
untuk mencapai outcome tertentu yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien (Hepler & Strand, 1990). Menurut KepMenkes pelayanan
kefarmasian merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut Cipolle pharmaceutical care adalah pelayanan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien dimana apoteker bertanggung
jawab atas kebutuhan pasien terkait obat dan bertanggung jawab
mengoptimalkan semua terapi obat pasien, tanpa melihat dari mana obat
berasal (resep, nonresep, alternatif, atau obat tradisional), meningkatkan
outcome pasien yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup tiap
pasien (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Outcome yang dimaksud adalah
mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan
atau memperlambat proses penyakit, dan mencegah suatu penyakit atau
gejala (Hepler & Strand, 1990). Keberhasilan tercapainya outcome tersebut
tergantung banyak faktor, termasuk pengetahuan (obat dan penyakit),
adanya informasi dari pasien, kemampuan komunikasi apoteker, dan yang
paling penting apoteker diterima oleh anggota lain dari health-care team
(Hughes, 2001).
Apoteker menggunakan proses pharmacotherapy workup untuk
mengambil suatu keputusan, untuk membuat taksiran drug related needs
pasien, identifikasi DTPs, mengembangkan sebuah rencana care, dan
mengadakan follow up evaluasi untuk menjamin semua terapi obat efektif
6
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 7

dan aman. Guna mengidentifikasi, mengatasi, dan mencegah masalah


terapi obat, apoteker harus memahami bagaimana pasien mengalami DTPs
(Cipolle, Strand & Morley, 2004).
Fungsi utama apoteker dalam model pharmaceutical care sebagai berikut
(Hughes,2001):
1.Mengumpulkan data pasien. Mengumpulkan data-data spesifik
pasien yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah terkait
obat sehingga apoteker tepat dalam mengambil keputusan terapi
dan managemen pasien.
2.Identifikasi masalah. Data yang dikumpulkan dapat digunakan
untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan obat, seperti
pemilihan obat untuk terapi, rute pemakaian, toksisitas hingga
kegagalan outcome terapi.
3.Mengembangkan rencana terapi dan outcome yang ingin dicapai.
Terapi obat tercapai bila memberikan respon klinis positif
meliputi sembuh dari penyakit, mengeliminasi atau gejala
penyakit berkurang, menghentikan atau memperlambat proses
penyakit dan mencegah muncul penyakit atau gejala.
4.Evaluasi pilihan terapi.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain: khasiat,
keamanan, ketersediaan, biaya dan kesesuaian dan kemudahan.
5.Regimen terapi individu.
6.Monitoring outcomes.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 8

2.2 Tinjauan Tentang Drug Therapy Problems (DTPs)


2.2.1 Definisi tentang DTPs
Definisi DTPs adalah kejadian yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh pasien karena terapi obat dan mengganggu dalam mencapai
tujuan terapi yang diinginkan. Masalah ini diidentifikasi selama proses
assessment, sehingga dapat diselesaikan melalui perubahan tindakan yang
diberikan pada tiap individu yang berbeda dalam regimen terapi obat
(Cipolle, Strand & Morley, 2004).
Pengertian yang hampir sama dengan DTPs juga dijelaskan oleh
Hepler & Strand, yang disebut dengan Drug Related Problems (DRPs),
yaitu suatu peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara
aktual atau potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome
yang optimal dari suatu pengobatan (Hepler and Strand, 1990). Kejadian
DRPs merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman
pasien dan diduga akibat terapi obat sehingga potensial mengganggu
keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (Strand et al, 1990).
2.2.2 Kategori DTPs
Menurut (Cipolle, Strand & Morley, 2004) DTPs dikategorikan menjadi 7
yaitu:
1. Terapi obat yang tidak diperlukan (Unnecessary drug therapy).
Penyebab :

1) Pasien menggunakan obat yang tidak sesuai dengan


indikasi yang dialami saat itu.
2) Penggunaan produk obat lebih dari satu pada kondisi
yang seharusnya dapat diterapi dengan satu obat.
3) Pengobatan lebih baik dilakukan dengan terapi tanpa
obat.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 9

4) Pasien menerima terapi obat untuk mengatasi efek


samping obat lain yang seharusnya efek samping tersebut
bisa dihindari.
5) Pasien menerima obat untuk terapi masalah yang timbul
karena drug abuse, merokok, dan alkohol.
Contoh : pasien menerima tiga produk laxative yang berbeda
pada usaha untuk mengatasi konstipasi
2. Kebutuhan akan terapi obat tambahan (Needs additional drug
therapy).
Penyebab :
1) Kondisi pasien yang memerlukan adanya terapi obat
yang baru.
2) Terapi obat pencegahan untuk mengurangi resiko
timbulnya kondisi baru yang tidak diinginkan pasien.
3) Kondisi media yang memerlukan adanya terapi obat
tambahan untuk mendapatkan efek yang sinergis.
Contoh : Pasien yang mengidap pneumonia resiko tinggi dan
karena itu membutuhkan vaksin pneumococcal.
3. Obat tidak efektif (ineffective drug).
Penyebab :
1) Obat yang diberikan bukan yang paling efektif untuk
kondisi pasien.
2) Kondisi medis sulit disembuhkan dengan obat yang
diberikan.
3) Dosage form tidak tepat.
4) Produk obat bukan merupakan produk yang efektif.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 10

Contoh : JT’s hipertrigliseridemia tidak efektif mengobati dengan


Colestid (kolestipol) 8 gram dua kali sehari karena obat
ini tidak efektif mengurangi tingginya trigliserida.
4. Dosis terlalu rendah (Dosage too low).
Penyebab :
1) Dosis terlalu rendah untuk memberikan respon yang
diinginkan
2) Interval pemberian dosis terlalu jarang untuk
memberikan respon yang diinginkan.
3) Adanya interaksi obat yang menurunkan jumlah obat
aktif.
4) Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk mencapai
respon yang diinginkan.
Contoh : dosis sehari 10 mg glipizide terlalu rendah untuk
mengontrol glukosa darah pasien.
5. Dosis terlalu tinggi (Dosage too high).
Penyebab :
1) Dosis terlalu tinggi
2) Interval pemberian obat terlalu pendek
3) Durasi terapi obat yang terlalu panjang
4) Interaksi obat yang menyebabkan reaksi toksik pada
produk obat.
5) Dosis obat yang diberikan terlalu cepat.
Contoh : pasien mengalami bradikardi dan derajat kedua bilik
jantung hasil dari 0.5 mg dosis sehari digoksin yang
digunakan untuk gangguan jantung kongestif. Dosis ini
terlalu tinggi untuk pasien lanjut usia dengan penurunan
fungsi renal.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 11

6. ADR (Adverse Drug Reaction).


Penyebab :
1) Obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan
yang tidak ada hubungan dengan dosis.
2) Dibutuhkan obat lain yang lebih aman dikarenakan
pasien memiliki faktor risiko.
3) Interaksi obat yang menyebabkan reaksi yang tidak
diinginkan dan tidak tergantung dengan dosis.
4) Regimen dosis diberikan atau diganti terlalu cepat.
5) Produk obat menyebabkan reaksi alergi
6) Produk obat yang dikontraindikasikan karena pasien
memiliki faktor risiko.
Contoh : pada pasien timbul ruam pada bagian torso dan lengan
disebabkan Cotrimoxazole yang diminum untuk
mengobati infeksinya.
7. Ketidakpatuhan (Noncompliance).
Penyebab :
1) Pasien tidak memahami petunjuk
2) Pasien memilih tidak meminum obat
3) Pasien lupa minum obat
4) Obat terlalu mahal bagi pasien
5) Pasien tidak dapat menelan/menggunakan obat
dengan sendiri dengan tepat.
6) Obat tidak tersedia.
Contoh : pasien tidak dapat mengingat pemakaian tetes mata
timolol sehari dua kali untuk glaukomanya.
Menurut pustaka lain DTPs juga sering disebut Drug Related
Problems (DRPs). Kejadian DRPs dibagi menjadi dua macam yaitu aktual

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 12

dan potensial. DRPs aktual adalah DRPs yang sedang terjadi pada pasien
yang harus diatasi secepatnya sedangkan DRPs potensial adalah DRPs yang
belum terjadi tetapi ada kemungkinan terjadi. Fungsi kategori DRPs
(Strand et al, 1990).
1. Menggambarkan bagaimana terjadinya ADR
2. Menunjukkan peran yang nyata dari farmasis di masa depan
3. Untuk mengembangkan suatu proses yang sistematik
sehingga dapat memberi efek yang positif terhadap pasien.
4. Pembagian peran antara farmasis dengan profesi kesehatan
lain dalam prakteknya menjadi jelas.
5. Pharmacy educator seharusnya memiliki keuntungan
dengan adanya kategorisasi ini karena pembagian DRPs
telah jelas.
Kategori DRPs menurut Hepler and Strand (1990) :
1.Indikasi yang kurang tepat (Untreated indications).
Pasien memiliki masalah pengobatan dimana membutuhkan
terapi obat (sebuah indikasi untuk penggunaan obat) tetapi tidak
menerima obat yang sesuai dengan indikasi
Contoh : Pasien dengan penyakit vaskular tidak menerima
pengobatan untuk anemia yang juga ternyata dideritanya.
Pengobatan terfokus pada kondisi primer, sedangkan masalah
baru tidak teridentifikasi/tidak terobati.
2.Terapi obat tetapi mendapat obat produk yang salah (Improper
drug selection).
Pasien mempunyai indikasi obat tetapi menerima obat yang
salah.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 13

Contoh : Jika seorang pasien menerima terapi kombinasi padahal


dengan terapi tunggal menghasilkan efektifitas yang sama.
3.Dosis obat kurang (Subtherapeutic dosage).
Pasien mempunyai masalah pengobatan yang diterapi dengan
dosis obat terlalu sedikit.
Contoh : Terapi antibiotik untuk infeksi dengan kadar yang
kurang optimal
4.Dosis obat berlebihan (overdose).
Pasien mempunyai masalah pengobatan yang diterapi dengan
dosis obat yang terlalu tinggi.
Contoh : Peningkatan dosis asam nikotinat berhubungan dengan
reaksi kulit yang parah. Obat dapat terakumulasi dalam waktu
lama dan menghasilkan komplikasi toksik.
5.Adverse Drug Reactions (ADR).
Pasien mempunyai masalah terapi obat yang menghasilkan reaksi
samping obat yang tidak diinginkan atau ADR.
Contoh : Eritromisin estolat sebagai antibakteri memiliki efek
samping gangguan hati (hepatitis)
6.Interaksi obat (Drug Interaction)
Terapi obat tetapi kemungkinana ada interaksi obat-obat, obat-
hasil laboratorium, obat-makanan, obat-obat tradisional.
Contoh :
- Pasien yang mengalami efek samping sebagai hasil dari
interaksi fisika/ kimia antara beberapa obat dengan
konsumsi makanan.
- Pasien yang melakukan tes laboratorium untuk diagnosis
penyakit tertentu juga dapat menyebabkan interaksi dengan
obat yang digunakan.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 14

7.Terapi obat obat yang indikasinya tidak ada (Drug use without
indication).
Pasien menggunakan obat tanpa adanya indikasi yang valid.
Contoh : Penggunaan bersama obat antiparkinson dan antipsikosa
padahal pasien tidak ada riwayat gejala extrapiramidal.
8.Kegagalan mendapatkan obat (Failure to receive medications).
Pasien yang mempunyai masalah pengobatan yang
mengakibatkan tidak menerima obat (misalnya karena alasan
pharmaceutical, fisiologi, sosiologi, atau ekonomi).
Contoh : Terjadi dispensing obat yang salah oleh praktisi
kesehatan.

2.3 Tinjauan tentang Lanjut Usia


2.3.1 Definisi Lanjut Usia
Warga lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang no.
13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (Pemerintah RI, 1998). Penggolongkan
manula menjadi 4 berdasarkan WHO (Nugroho, 2006) yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
c. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun,
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2.3.2 Perubahan Kondisi pada Lanjut Usia
Respon klinis pengobatan tergantung pada kondisi farmakokinetik
dan farmakodinamik. Pada lanjut usia perubahan farmakologis
menyebabkan lebih mudah mengalami masalah terkait obat (Midlov, P.,
Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). Faktor terpenting penentu terjadinya
masalah terkait obat pada lanjut usia adalah kondisi fisiologis yang semakin

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 15

menurun yang berakibat terjadi peningkatan reaksi obat yang tidak


diinginkan dan mengalami kesulitan untuk sembuh dari reaksi yang
ditimbulkan obat tersebut. (Koda-Kimble, M.A et al., 2009).
Farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien lanjut usia
berbeda dari pasien muda. Pada lanjut usia terjadi proses penuaan yang
bersifat universal berupa kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ,
bersifat progesif, perubahan secara bertahap, akumulatif dan intrinsik.
Proses penuaan mengakibatkan terjadinya perubahan pada berbagai organ
di dalam tubuh seperti sistem GIT, sistem genitorinaria, sistem endokrin,
sistem immunologis, sistem serebrovaskular, sistem saraf pusat dan
sebagainya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Proses kemunduran fungsi
fisiologis ini terjadi sedikit demi sedikit tanpa berhenti dan mengakibatkan
peningkatan kerentanan terhadap banyak penyakit (Koda-Kimble, M.A et
al., 2009).
2.3.3 Perubahan Farmakokinetika
Bioavabilitas obat yang diberikan secara oral tergantung pada
banyak faktor, termasuk absorpsi yang melalui mukosa GIT dan liver.
Sebagian besar informasi farmakokinetik obat lebih banyak ditujukan pada
pasien yang berusia kurang dari 65 tahun, padahal faktanya sebagian besar
obat digunakan lanjut usia. Informasi obat penting diketahui karena terdapat
perbedaan farmakokinetika pada dewasa muda dan lanjut usia. Guna
mencegah akumulasi obat, maka dokter mengurangi dosis atau
meningkatkan interval pendosisan (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T.
2009).
a. Absorpsi
Sebagian besar obat diberikan secara oral. Absorpsi obat yang
diberikan secara oral tergantung fungsi ventrikel, usus, dan aliran darah ke
usus (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). Salah satu perubahan

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 16

terkait usia terjadi pada absorpsi obat pada fisiologi GIT. Perubahan terkait
usia pada saluran GIT memberikan efek pada absorpsi obat termasuk
penurunan sekresi asam lambung, pengosongan lambung yang lama,
perpindahan obat ke usus yang pelan, dan berkurangnya aliran darah di GIT
(Hutchison and O’Brien., 2007). Untungnya, sebagian besar obat diabsorpsi
secara difusi pasif, dan perubahan fisiologis penuaan tampak memiliki
sedikit pengaruh pada bioavalibilitas obat (Dipiro et al., 2011).
Beberapa obat yang diabsorpsi secara transpor aktif, kemungkinan
terjadi penurunan bioavailabilitas obat (misalnya, kalsium dalam
pengaturan hypochlorhydria). Namun, kenyataannya first-pass effect yang
menurun pada hati dan atau metabolisme dinding usus menghasilkan
peningkatan bioavailabilitas dan kadar obat pada plasma yang lebih tinggi
seperti propranolol dan morfin (Dipiro et al., 2011). Obat yang diberikan
selain melalui oral dapat dianjurkan pada pasien lanjut usia. Rata-rata
absorpsi obat yang diberikan secara injeksi intramuskular atau subkutan
kemungkinan lebih efektif pada lanjut usia karena mengurangi perfusi
jaringan darah (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009).
b. Distribusi obat
Sesuai pertambahan usia maka akan terjadi perubahan komposisi
tubuh. Komposisi tubuh manusia sebagian besar dapat digolongkan kepada
komposisi cairan tubuh dan lemak tubuh. Pada lanjut usia terjadi
peningkatan komposisi lemak tubuh. Persentase lemak pada usia dewasa
muda sekitar 8-20% pada laki-laki dan 33% pada perempuan; Pada lanjut
usia meningkat menjadi 33% pada laki-laki dan 40-50% pada perempuan.
Keadaan tersebut akan sangat mempengaruhi distribusi obat dalam plasma.
Distribusi obat larut lemak (lipofilik) akan meningkat dan distribusi obat
larut air (hidrofilik) akan menurun. Konsentrasi obat hidrofilik di plasma
akan meningkat karena jumlah cairan tubuh menurun. Dosis obat hidrofilik

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 17

mungkin harus diturunkan sedangkan interval waktu pemberian obat


lipofilik mungkin harus dijarangkan (Departemen Kesehatan RI, 2006).
c. Metabolisme
Hepar adalah organ yang paling penting dalam metabolisme
sebagian besar obat. Metabolisme obat tergantung pada aliran darah hepatik
dan dengan semakin bertambah usia seseorang maka massa hepar semakin
berkurang dan aliran darah hepar menurun. Metabolisme obat juga
tergantung pada fungsi dan kapasitas enzim yang memetabolisme obat di
hati. Enzim yang paling berperan dalam metabolisme adalah sitokrom p450
(Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T., 2009). Enzim sitokrom p450 adalah
salah satu enzim yang berperan pada reaksi fase 1. Reaksi kimia yang
terjadi pada proses metabolisme dibagi dua yaitu reaksi fase 1 dan reaksi
fase 2. Reaksi fase 1 biasanya terganggu dengan bertambahnya usia
sedangkan reaksi fase 2 tidak terganggu dengan bertambahnya usia
(Hughes, 2001).
d. Ekskresi
Perubahan yang paling sering terjadi terkait penuaan dapat dilihat
pada ekskresi atau eliminasi. Obat diekskresi melalui ginjal atau
dimetabolisme pada hati (Beers, 2000-2001). Fungsi ginjal akan mengalami
penurunan seiring dengan pertambahan usia. Perubahan fungsi ginjal
dievaluasi dengan menggunakan Clearence creatinine (ClCr), perkiraan
laju filtrasi glomerulus (GFR) (Koda-Kimble, M.A et al., 2009). Penurunan
GFR pada lanjut usia maka diperlukan penyesuaian dosis obat. Pemberian
obat pada pasien lanjut usia tanpa memperhitungkan faal ginjal sebagai
organ yang mengekskresikan sisa obat akan berdampak pada kemungkinan
terjadinya akumulasi obat sehingga menimbulkan efek toksik/ADR
(Departemen Kesehatan RI, 2006).

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 18

Banyak obat yang dieliminasi melalui ginjal. Oleh karena itu satu hal
yang perlu diperhatikan adalah banyak penyakit yang dapat dialami oleh
lanjut usia yang dapat menurunkan fungsi ginjal. Diabetes dan hipertensi
adalah dua penyakit umum yang dapat menurunkan fungsi ginjal (Midlov,
P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009).
2.3.4 Perubahan Farmakodinamik
Efek farmakodinamik obat tergantung pada konsentrasi obat di
reseptor, respon pada reseptor dan mekanisme homeostatis. Perubahan
terkait usia pada farmakodinamik mungkin dapat terjadi pada reseptor atau
signal-transduction level. Perubahan farmakodinamik dengan penuaan sulit
dipelajari daripada perubahan farmakokinetika dan sedikit fakta yang
menjadi dasar mekanisme perubahan farmakodinamik (Midlov, P., Kragh,
A., & Eriksson, T. 2009).
Pada umumnya peningkatan sensitivitas farmakodinamik pada
banyak obat terjadi pada pasien lanjut usia. Beberapa obat yang
mengalami perubahan secara farmakodinamik yang perlu diwaspadai
seiring dengan bertambahnya usia adalah CNS depressants dan warfarin
yang dapat meningkatkan sensitivitas; antihipertensi, tricyclic
antidepressants, phenotiazine antipsychotics dan diuretik yang dapat
meningkatkan risiko hipotensi postural; golongan obat antipsikotik yang
dapat meningkatkan risiko dyskinesia tardive dan golongan β-
adrenoreceptor blocking agents yang dapat menurunkan sensitivitas
(Hughes, 2001)
2.3.5 Masalah Terkait Obat pada Lanjut Usia
 Penggunaan obat yang berlebihan (Overuse of Medications)
Polifarmasi didefinisikan sebagai penggunaan multiple drug secara
bersamaan atau pemberian obat lebih dari yang diindikasikan
dengan klinik. Polifarmasi berhubungan dan meningkat pada lanjut

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 19

usia. Hasil survei menyatakan bahwa lanjut usia rata-rata


menerima dua sampai sepuluh obat resep dan nonresep tiap hari
(DiPiro. 2011). Polifarmasi pada lanjut usia kemungkinan dapat
meningkatkan risiko ADR, geriatric syndrome termasuk perusakan
kognitif dan delirium, jatuh dan fraktur pinggul, dan pembesaran
pada saluran urin; mengurangi aktivitas fisik dan menganalisis
pekerjaan sehari-hari yang dikontrol dihubungkan dengan jumlah
obat yang diresepkan; dan polifarmasi dapat meningkatkan biaya
untuk berobat (Hanlon, Schmader, Ruby, & Weinberger, 2001).
 Resep yang tidak tepat (Inappropriate Prescribing)
Peresepan yang tidak tepat didefinisikan sebagai pengobatan diluar
batas peresepan yang berlaku pada standar pengobatan. Pada
umumnya fenomena ini terjadi pada lanjut usia (DiPiro et al.,
2011). Obat pada resep yang tidak tepat juga didefinisikan obat
yang seharusnya dihindari oleh pasien lanjut usia karena tidak
efektif dan tak ada gunanya berisiko tinggi (Elliot, 2006). Ada tiga
pendekatan utama untuk mengukur resep yang tidak tepat yaitu
(Hanlon, Schmader, Ruby, & Weinberger, 2001):
1. Obat yang harus dihindari
2. Peninjauan ulang penggunaan obat
3. Peninjauan klinik yang dipakai kriteria eksplisit
 Penggunaan obat yang rendah (Underuse)
Masalah yang penting dan meningkat pada lanjut usia adalah
underuse, yang didefinisikan sebagai kesalahan terapi obat yang
diindikasikan untuk pengobatan atau pencegahan suatu penyakit
atau keadaan. Penggunaan obat yang rendah mungkin memiliki
hubungan penting pada efek negatif pada hasil kesehatan lanjut

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 20

usia, termasuk penurunan fungsi, kematian, dan penggunaan


pelayanan kesehatan (DiPiro et al., 2011)
 Ketidakpatuhan pengobatan.
Ketidakpatuhan terkait faktor pasien, kondisi, terapi, dan sistem
kesehatan dan sosial. Sekitar 40,7% pasien usia 40-50 tahun dan
51,6% pasien usia 55-65 tahun mudah lupa. Kelupaan ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain penurunan fungsi pada
proses penuaan, terlalu sibuk, kurang perhatian, konsentrasi yang
kurang dan faktor-faktor lain. Hal ini salah satu penyebab pada
pasien lanjut usia cenderung tidak patuh. Di samping itu,
ketidakpatuhan dapat didefinisikan lebih dari satu hal termasuk
tidak menebus resep, menghentikan penggunaan obat sebelum
obatnya habis dikonsumsi, atau mendapat informasi obat berlebih
atau kurang dari pada yang dicantumkan pada etiket. Lanjut usia
mungkin tidak patuh pada regimen obat karena kemungkinan
terjadi efek yang tidak diinginkan, ketidakmampuan membaca
etiket produk, atau informasi mengenai penggunaan obat yang
tidak dipahami. Kadang-kadang, harga juga menjadi alasan yang
umum mengapa pasien lanjut usia tidak menebus resep (DiPiro et
al,. 2011; Commissaris, Ponds and Jolles, 1998).
2.3.6 Tinjauan Obat yang Biasa Digunakan Pasien Lanjut Usia
Pada umumnya pasien lanjut usia menggunakan obat baik dengan
resep atau over the counter (OTC), diantaranya cardiovascular agent
termasuk antihiperlipidemia dan antikoagulan seperti aspirin,
Hydroclorothiazid, atorvastatin, lisinopril, metoprolol, simvastatin, atenolol,
amlodipin, furosemide, ezetimibe, valsartan, warfarin, dan clopidogrel
(Qato, et al., 2008)

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 21

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa dari 62 pasien lanjut usia


yang menjadi Anggota Posyandu Lansia Amanah Kecamatan Gubeng
Surabaya sebanyak 93 obat yang digunakan berasal dari resep. Obat yang
banyak diresepkan untuk pasien lanjut usia antara lain metformin,
amlodipin, allupurinol, bisoprolol, captopril, glibenklamid dan nifedipin.
Selain itu suplemen makanan yang paling banyak diresepkan adalah vitamin
B kompleks (vitamin B1, B6, B12) dan glukosamin (Ningrum, K.P., 2012).
Hasil penelitian di Brasil menunjukkan bahwa obat yang paling
banyak digunakan pada pasien lanjut usia adalah antihipertensi, antiaritmia,
hipnotik, sedative dan ansiolitik, antiulcer dan antidepresif, nitrat dan
antidiabetes oral. Sebagian besar obatnya adalah ACE inhibitor (captopril-
54,6%), diuretik tiazid (HCT dan indapamide-39,6%), asam asetisalisilat
(29,3%), diazepam (24%), nifedipin (15%), antipsikotik fenotiazin
(chlorpromazine dan thioridazine-15%), ranitidin (13%), beta blocker
(atenolol dan propranolol-12,4%) dan amitriptyline (12,4%) (de Oliveira et
al, 2011; Vinks et al, 2006).

2.4 Tinjauan tentang Resep


2.4.1 Definisi Resep
Resep adalah sebuah permintaan obat yang dikeluarkan oleh dokter,
dokter gigi, atau praktisi kesehatan lain yang berlisensi. Resep menandakan
suatu obat tertentu dan dosis yang akan diberikan untuk pasien tertentu
pada waktu tertentu. Pada umumnya, resep obat juga disebut sebagai resep
dokter oleh pasien (Scott, S, 2005).
Pengadaan resep dokter merupakan bagian dari hubungan
profesional antara penulis resep, apoteker dan pasien. Ini adalah tanggung
jawab apoteker dalam suatu hubungan untuk memenuhi penyediaan kualitas
pelayanan kefarmasian mengenai kebutuhan obat pasien (Scott, S, 2005).

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 22

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundangan yang berlaku (Departemen Kesehatan RI,
2004).
2.4.2 Isi Resep
Bagian komponen dari resep sebagai berikut (Scott, S, 2005) :
1. Informasi mengenai nama dan alamat penulis resep
2. Informasi mengenai pasien seperti nama lengkap dan alamat
pasien.
3. Tanggal penulisan resep.
4. Simbol R/ yang berasal dari bahasa Latin recipe yang artinya
ambilah atau superscription.
5. Obat yang diresepkan atau inscription.
6. Petunjuk pemberian obat ke apoteker atau subscription.
7. Petunjuk bagi pasien atau signa ( untuk dituliskan dalam etiket).
8. Refill, label khusus dan atau petunjuk lain.
9. Tanda tangan penulis resep

2.5 Tinjauan tentang Patient Medication Record (PMR)


2.5.1 Tinjauan Mengenai Dokumentasi
Pendokumentasian adalah hal yang harus dilakukan dalam setiap
kegiatan pelayanan kefarmasian. Pendokumentasian berguna untuk evaluasi
kegiatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan tersedianya
data/profil pasien (Departemen Kesehatan RI, 2008). Dokumentasi
menyajikan catatan perawatan dan riwayat keputusan pengobatan yang
dibuat untuk pasien tertentu. Sebagai perubahan peran apoteker
dokumentasi akan menjadi barang berharga untuk mengidentifikasi dan
mecatat kegiatan apoteker (Hughes, 2001).

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 23

Masalah yang perlu didokumentasikan adalah aktivitas yang


berhubungan dengan pharmaceutical care yakni DRP. Apabila ditemukan
DRPs (Drug-Related Problems), maka langkah farmasis : melihat identitas
obat, penyakit alergi yang menyebabkan DRP, analisa jenis DRP, tindakan
yang akan dilakukan untuk mengatasi DRP, rekomendasi yang akan
diberikan oleh farmasis, outcomes yang diharapkan. Selain itu aktivitas lain
yang perlu pendokumentasian adalah konsultasi dengan tenaga kesehatan
lain, konseling pada pasien (sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, pasien
penyakit kronis), penilaian terhadap pemahaman pasien, konsultasi/saran
terhadap self-care yang diberikan pada pasien, rujukan dan lain-lain
(Hughes, 2001).
2.5.2 Tinjauan Mengenai PMR
Salah satu bentuk dokumentasi untuk aktivitas pelayanan
kefarmasian adalah catatan penggunaan obat pada pasien (Patient
Medication Record). Patient Medication Record (PMR) adalah catatan
penggunaan obat setiap pasien yang bersifat rahasia dan hanya boleh ditulis
serta disimpan oleh apoteker (Departemen Kesehatan RI, 2008). Latar
belakang perlunya PMR karena ada peningkatan jumlah obat yang
diresepkan maupun over the counter (OTC) yang dikonsumsi per individu
setiap tahunnya, meningkatnya jumlah pasien yang mendapatkan obat
meningkatkan peluang terjadinya kesalahan dalam pengobatan dan obat
yang diresepkan rawan terjadi interaksi antar obat atau bahan lain seperti
makanan sehingga menyebabkan ADR (Rees, JA, 1996).
Prioritas penggunaan PMR dilakukan pada semua pasien terutama
(Winfield, 1998)
1.Pasien yang memiliki kriteria umur tertentu yaitu:
 penderita tua berumur lebih dari 60 tahun
 anak yang berumur kurang dari 12 tahun;

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 24

2.Pasien yang memiliki penyakit tertentu seperti:


 asma,
 epilepsi dan
 diabetes;
3.Pasien yang menggunakan obat tertentu seperti:
 antikoagulan,
 oral kontrasepsi dan
 steroid;
4.Pasien yang memiliki kebutuhan tertentu seperti:
 sensitif terhadap penisilin,
 terapi obat yang banyak dan
 confusion
PMR dibangun untuk membantu apoteker mendeteksi dan mencegah
masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan DRPs. Di dalam
PMR secara normal akan memuat semua obat yang diminum oleh pasien
termasuk obat OTC yang dibeli di apotek atau tempat lain. Berikut data-data
yang perlu dicatat dalam PMR (Winfield, 1998):
1. Data pasien : Nama
Alamat dan kode pos
Nomer telepon
Jenis Kelamin
Usia dan tanggal lahir
Pekerjaan
Alergi obat
Riwayat penyakit
2. Identitas dokter : Nama
Alamat praktek

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 25

Nomer telepon
3. Data obat : Nama obat
Kekuatan
Bentuk sediaan
Jumlah obat
Dosis
Tanggal resep
Tanggal pelayanan
4. Keterangan tambahan tentang adanya alergi obat pada pasien,
resistensi terhadap obat, penyakit kronik yang pernah dialami
pasien. Nomor produksi atau nomor lisensi pada obat.
Manfaat lain adanya PMR adalah dapat membantu apoteker untuk
melakukan konseling secara tepat pada pasien (Departemen Kesehatan RI,
2008; Rees, JA,1996).

2.6 Tinjauan Tentang Penelitian Survei


Metode pengumpulan data pada penelitian survei menurut
Notoatmodjo (2010) ada dua macam yaitu :
1. Penelitian survei dengan wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan
atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh
langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau
percakapan.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 26

2. Penelitian survei dengan angket (kuesioner)


Yang dimaksud dengan angket, adalah suatu cara pengumpulan
data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang
umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang
banyak). Angket ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar
pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara
tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan,
informasi, jawaban, dan sebagainya.
Dilihat dari bentuknya wawancara dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain (Notoatmodjo, 2010) :
a. Wawancara Tidak Terpimpin (Non Directive or Unguided
Interview)
Sebenarnya semua wawancara itu terpimpin, yakni dipimpin
oleh keinginan untuk mengumpulkan informasi atau data, tetapi
wawancara tidak terpimpin disini diartikan tidak ada pokok
persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut.
Sehingga dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakan itu tidak sistematis, melompat-lompat dari satu
peristiwa atau topik ke peristiwa atau topik lain yang tanpa
berkaitan.
b. Wawancara Terpimpin (Structured Interview)
Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman
berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya.
Sehingga interviewer tinggal membacakan pertanyaan-
pertanyaan tersebut kepada interviewee. Pertanyaan-pertanyaan
dalam pedoman (kuesioner) tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga mencakup variabel-variabel yang berkaian dengan
hipotesisnya. Keuntungannya antara lain (1) pengumpulan data

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 27

dan pengolahannya dapat dengan cermat dan teliti, (2) hasilnya


dapat disajikan secara kualitatif dan kuantitatif, (3) interviewer
dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan-
pertanyaan yang seragam.
c. Wawancara Bebas Terpimpin
Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak
terpimpin dan wawancara terpimpin. Terdapat unsur kebebasan
tetapi ada pengarah pembicaraan secara tegas dan mengarah.
Wawancara ini mempunyai ciri fleksibilitas (keluwesan) tetapi
arahnya jelas. Oleh karena itu, sering dipergunakan untuk
menggali gejala-gejala kehidupan psikis antropologis. Unsur
keluwesan tersebut tergantung dari keterampilan pewawancara
dalam memanipulasikan kondisi psikologis yang tepat dan
menyusun ke dalam pokok-pokok hal (pedoman interview) yang
sifatnya masih mentah. Interviewer diberi kebebasan untuk
mengolah sendiri pertanyaan sehingga memperoleh jawaban-
jawaban yang diharapkan. Dengan berpedoman pada pola ini
pewawancara melakukan wawancara dalam suasana atau dengan
cara sesantai mungkin, interviewee secara bebas dapat
memberikan informasi selengkap mungkinMeskipun terdapat
unsur kebebasan, tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas
dan mengarah.
d. Free Talk dan Diskusi
Apabila di dalam suatu wawancara terjadi suatu hubungan yang
sangat terbuka antara interviewer dan interviewee, maka di sini
sebenarnya kedua belah pihak masing-masing menduduki
dwifungsi, yakni masing-masing sebagai “information hunter”
dan “information supplier”, dan dalam keadaan demikian ini

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 28

kedua belah pihak denagn hati terbuka bertukar pikiran dan


perasaan, dan seobjektif mungkin mereka saling memberikan
keterangan-keterangan. Maka dalam situasi demikian ini,
berlangsunglah suatu “free talk” atau bericara bebas. Di sini
interviewer sebenarnya bukan hanya bertindak sebagai pencari
data, tetapi juga sebagai suggester, motivator, dan educator
sekaligus.

2.7 Tinjauan Tentang Apotek


2.7.1 Definisi Apotek
Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004). Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Pemerintah RI,
2009).
2.7.2 Fungsi Apotek
Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk
melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan
obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan
obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. (Departemen
Kesehatan RI, 2008).
2.7.3 Pelayanan Farmasi di Apotek
Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud sesuai dengan Ketentuan
Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan,
meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 29

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran


obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
(Pemerintah RI, 2009).
2.7.4 Tinjauan Tentang Apotek Farmasi Airlangga (FFUA, 2010)
Apotek Farmasi Airlangga berlokasi di Jl. Dhramawangsa No. 33
Surabaya. Latar belakang pendirian apotek adalah untuk meningkatkan
kemampuan para Apoteker lulusan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
utamanya kemampuan profesionalisme Apoteker. Apotek Farmasi
Airlangga merupakan Apotek Pendidikan yang pertama berdiri di
Indonesia. Sebagai Apotek Pendidikan, Apotek Farmasi Airlangga
mempunyai moto “No Pharmacist No Service” sehingga pada saat apotek
buka akan selalu ada apoteker yang bertanggung jawab pada pelayanan
kefarmasian yang diberikan.
Visi Apotek Farmasi Airlangga adalah menjadi Apotek yang
mandiri, inovatif, terkemuka dan sebagai pelopor pengembangan
pharmaceutical care. Sedangkan Misi Apotek Farmasi Airlangga sebagai
berikut :
1. Mendukung penyelenggaraan pendidikan akademik dan profesi
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang menggunakan
metoda dan teknologi pembelajaran modern.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan kefarmasian melalui
penelitian di bidang pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan
kebutuhan dan untuk kepentingan masyarakat.
3. Melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat dalam
bentuk komunikasi, kerjasama, pemberian informasi dan
pendidikan serta bentuk pelayanan lainnya dalam rangka
peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 30

4. Berinteraksi dan bekerjasama ditingkat nasional dan


internasional secara efektif dengan lembaga pendidikan, lembaga
penelitian, industri, rumah sakit dan pusat pelayanan kesehatan
lainnya, lembaga pemerintahan, organisasi profesi serta
kelompok masyarakat lain untuk kepentingan kualitas
pendidikan, penelitian dan pelayanan.
5. Menghasilkan revenue bagi Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga dan bagi kemajuan perkembangan apotek.

2.8 Penelitian Terdahulu


Cara peneliti terdahulu untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan
kejadian masalah terkait terapi obat pada pasien lanjut usia antara lain:
1. Catatan resep (Prescription record).
Pada bulan Juni 2002 sampai Februari 2003 di 16 apotek di negara
Belanda bagian selatan. Responden dipilih secara random dari resep
pasien lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas, menerima enam atau
lebih obat yang diresepkan. Pasien yang dirawat dirumah dengan
perawat dan yang dirawat di rumah sakit termasuk kriteria eksklusi.
DRP diidentifikasi dan diputuskan sesuai dengan National Prescribing
Guidelines seperti the Standards for Dutch general practitioners and
therapeutic handbooks. Kategori DRP potensial yang diidentifikasi
dikelompokkan menjadi tiga yaitu terkait pasien yaitu ketidakpatuhan;
terkait prescriber seperti obat tidak sesuai indikasi, duplikasi obat, dosis
tidak tepat, tidak menggunakan sesuai petunjuk; dan terkait obat seperti
kontraindikasi, interaksi antar obat. ADR. Data dianalisis dengan
menggunakan Microsoft Access dan SPSS. Hasilnya dari 763 masalah
terkait obat yang diamati pada 196 pasien lanjut usia. Dua atau lebih
masalah terkait obat yang potensial terjadi pada 90% pasien dan hampir

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 31

sepertiga dari populasi yang diteliti lima atau lebih masalah terkait obat
yang terjadi teridentifikasi (Vinks et al., 2006).
2. Wawancara dan dari catatan kartu rekam medis, kartu catatan pemberian
obat yang ditulis oleh perawat, serta dokumen lain yang diperlukan.
Penelitian bersifat deskriptif, pengambilan data dilakukan secara
prospektif pada 100 pasien dengan kriteria pasien berumur lebih dari 60
tahun dan menjalani rawat inap di bangsal Bougenville IRNA I bagian
Penyakit Dalam RSUP dr.Sardjito. Data diambil pada 2 periode waktu
yaitu bulan Januari – Februari 2006 dan bulan Agustus-Oktober 2006.
Pengambilan data pengobatan pasien dilakukan melalui kartu rekam
medis, kartu catatan pemberian obat yang ditulis oleh perawat, serta
dokumen lain yang diperlukan. Identifikasi DRP terkait dengan
pemilihan obat yang tidak tepat dilakukan melalui diskusi dengan
klinisi. Analisis data selanjutnya dilakukan secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa problem pemilihan obat yang tidak tepat
terjadi ada 48 kasus (Rahmawati et al., 2008).
3. Kuesioner
Pada bulan januari dan Desember 2007 dilakukan pada 154 pasein lanjut
usia di lima institusi long term di Brasil. Sampel yang dipilih lanjut usia
yang berusia 60 tahun ke atas. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner yang diadaptasi dari metode the Dader, Pharmacotherapeutic
Follow-up. 381 DRP teridentifikasi yaitu kesulitan mendapatkan obat,
ketidakpatuhan, kurang pengetahuan mengenai obat yang diresepkan,
adanya interaksi obat dan swamedikasi adalah DRP yang paling sering
terjadi. Kemudian data dianalisis menggunakan SPSS (de Oliveira and
Novaes, 2011)

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III

KERANGKA KONSEP

Pasien Lanjut usia


- Terjadi perubahan fisiologis Penggunaan obat
-Terjadi perubahan farmakokinetik
dan farmakodinamik
- Rentan terhadap penyakit

Drug Related Need Drug Therapy Problems (DTPs):


(DRN) 1. Terapi obat tidak diperlukan.

- Indikasi 2. Kebutuhan terapi obat


tambahan.
- Efektivitas
3. Obat tidak efektif.

- Aman 4. Dosis terlalu rendah

- Kepatuhan 5. Dosis terlalu tinggi

6. Adverse Drug Reaction (ADR)

7. Ketidakpatuhan.

Peran Apoteker dalam


Pharmaceutical care

Identifikasi DTPs

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep

32
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 33

Pasien lanjut usia memiliki karakteristik terjadi perubahan


fisiologis, perubahan farmakokinetika, perubahan farmakodinamika, dan
rentan terhadap penyakit sehingga perlu diperhatikan pada saat penggunaan
obat. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut pada saat menggunakan
obat mengalami hambatan untuk mencapai outcome terapi yang diinginkan.
Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus pada pasien lanjut usia
mengenai ketepatan dalam memenuhi kebutuhan terkait terapi obat yang
biasa disebut Drug Related Need (DRN) yang meliputi indikasi, efektivitas,
aman dan kepatuhan. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi secara tepat
maka akan muncul masalah terkait obat yang disebut Drug Therapy
Problems (DTPs) yaitu ketidaktepatan indikasi menimbulkan masalah
terapi obat tidak diperlukan dan kebutuhan terapi obat tambahan,
ketidakefektivitasan menimbulkan obat tidak efektif dan dosis terlalu
rendah, ketidakamanan timbul bila dosis terlalu tinggi dan ADR, serta
ketidakpatuhan pasien. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan
identifikasi DTPs baik yang potensial dan dan/atau aktual yang terjadi pada
pasien lanjut usia. Di sini salah satu peran apoteker dalam Pharmaceutical
care adalah identifikasi DTPs yang dimulai dengan menjalin komunikasi
terapetik dengan pasien.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


4.1.1 Berdasarkan tujuan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang
terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010). Pada
penelitian ini gambaran yang ingin dilihat adalah kejadian DTPs yang
terjadi pada lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga.
4.1.2 Berdasarkan waktu pengumpulan data
Berdasarkan waktu pengumpulan data penelitian ini dengan
pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional merupakan suatu
penelitian dimana tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada
saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian kepada subjek dilakukan
observasi hanya sekali saja.

4.2 Sumber Data Penelitian


Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data
sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh
dari obyek, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data dimana
data telah tersedia (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini sumber data
primer diperoleh dari data hasil wawancara pada pasien lanjut usia yang
memenuhi kriteria inklusi dan resep pasien lanjut usia di Apotek Farmasi
Airlangga. Sedangkan sumber data sekunder adalah PMR pasien bila ada di
apotek.

34
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 35

4.3 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari 2013.

4.4 Populasi
Populasi adalah sebuah himpunan (set) dari individu-individu, unit-
unit, atau unsur-unsur yang mempunyai ciri-ciri yang sama (Zainuddin,
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien lanjut usia
dengan resep di Apotek Airlangga pada bulan Februari 2013.

4.5 Sampel
Sampel adalah himpunan bagian (subset) dari populasi (Zainuddin,
2011). Kegunaan sampling didalam penelitian ini antara lain : menghemat
biaya, mempercepat pelaksanaan penelitian, menghemat tenaga,
memperluas ruang lingkup penelitian, dan memperoleh hasil yang lebih
akurat (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah seluruh pasien lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga
yang memenuhi kriteria inklusi pada bulan Februari 2013.
4.5.1 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling pada dasarnya dapaat dikelompokkan menjadi dua
yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling. Pada penelitian
ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Non Probability yaitu
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik Non Random Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh atau
sensus (Sugiyono, 2010).
Pengambilan sampel secara sampling jenuh karena sampel yang
digunakan adalah semua anggota populasi. Hal ini sering dilakukan bila

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 36

jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel (Sugiyono, 2010). Besar sampel pada penelitian ini sebanyak pasien
lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari
2013 yang memenuhi kriteria inklusi.
4.5.2 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat digunakan sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini sebagai berikut:
1.Berusia 60 tahun ke atas
2.Pasien dan/atau keluarga pasien yang menebus obat dengan resep
di Apotek Farmasi Airlangga
3.Berkomunikasi dengan baik.
4.Bersedia menjadi responden.
4.5.3 Jumlah sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini seluruh pasien lanjut usia dengan
resep di Apotek Farmasi Airlangga yang memenuhi kriteria inklusi pada
bulan Februari 2013.

4.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian survei. Penelitian survei adalah suatu penelitian yang
dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian
(masyarakat) sehingga sering disebut penelitian noneksperimen. Penelitian
survei ada dua macam yaitu penelitian survei dengan wawancara (interview)
dan penelitian survei dengan angket (kuesioner). Pada penelitian ini dipilih
metode pengumpulan data dengan wawancara, membaca resep dan PMR.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 37

Jenis wawancara yang akan dilakukan termasuk dalam wawancara bebas


terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara
terpimpin dan tidak terpimpin dimana peneliti diberi kebebasan untuk
mengolah sendiri pertanyaan (pedoman interview) sehingga memperoleh
jawaban yang diharapkan (Notoatmodjo, 2010).

4.7 Variabel Penelitian


Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang
mempunyai bermacam-macam nilai (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam
penelitian ini meliputi :
Tabel IV.1 Variabel Penelitian
Variabel Parameter Indikator Keterangan
1.Terapi 1.Pasien menggunakan -Diagnosa Pertanyaan 1
obat yang obat yang tidak sesuai dokter
tidak dengan kondisi medis -Nama obat Resep
diperlukan dan/pertanyaan
7a
-Keluhan Pertanyaan 2
2.Penggunaan produk -Diagnosa Pertanyaan 1
obat lebih dari satu pada dokter
kondisi yang seharusnya -Nama obat Resep dan/
dapat diterapi dengan pertanyaan 7a
satu obat
-Keluhan Pertanyaan 2
3.Pengobatan lebih baik -Diagnosa Pertanyaan 1
dilakukan dengan terapi dokter
non-obat -Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2
4.Pasien menerima -Diagnosa Pertanyaan 1
terapi obat untuk dokter

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 38

Variabel Parameter Indikator Keterangan


mengatasi -Nama obat Resep dan/
efek samping obat lain pertanyaan 7a
yang seharusnya efek -Keluhan Pertanyaan 2
tersebut bisa dihindari
-Obat lain Pertanyaan 5
-Efek samping Pertanyaan 7d &
Pustaka
5.Pasien menerima obat -Diagnosa Pertanyaan 1
untuk terapi masalah dokter
yang ditimbulkan karena -Nama obat Resep dan/
drug abuse,penggunaan pertanyaan 7a
alkohol dan merokok -Gaya hidup Pertanyaan 10
2.Kebutuhan 1.Ada kondisi baru yang -Diagnosa Pertanyaan 1
akan terapi membutuhkan terapi dokter
obat obat tambahan (baru) -Nama obat Resep dan/
tambahan pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2
2.Terapi obat -Diagnosa Pertanyaan 1
pencegahan untuk dokter
mengurangi risiko -Nama obat Resep dan/
karena ada kondisi baru pertanyaan 7a
yang tidak diinginkan -Keluhan Pertanyaan 2
pasien
-Efek samping Pustaka
3.Kondisi medis yang -Diagnosa Pertanyaan 1
memerlukan terapi obat dokter
tambahan untuk -Nama obat Resep dan/
mendapatkan efek yang pertanyaan 7a
sinergis -Keluhan Pertanyaan 2
3. Obat tidak 1.Obat yang diperlukan -Diagnosa Pertanyaan 1
efektif bukan yang paling dokter
efektif untuk kondisi -Nama obat Resep dan/
medis pasien pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2
2.Kondisi medis yang -Diagnosa Pertanyaan 1
sulit disembuhkan dokter
dengan obat yang -Nama obat Resep dan/
diberikan pertanyaan 7a

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 39

Variabel Parameter Indikator Keterangan


-Keluhan Pertanyaan 2
3.Dossage form tidak -Diagnosa Pertanyaan 1
tepat dokter
-Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
-Dossage form Resep

4.Produk obat tidak -Diagnosa Pertanyaan 1


efektif untuk indikasi dokter
-Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2
4. Dosis 1.Dosis terlalu rendah -Diagnosa Pertanyaan 11
terlalu rendah untuk memberikan dokter
respon yang diinginkan -Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
- Dosis terapi Pustaka

2.Interval pemberian -Nama obat Resep dan/


terlalu jarang pertanyaan 7a
-Diagnosa Pertanyaan 1
dokter
-Aturan pakai Resep dan/
pertanyaan 7c
-dosis terapi Pustaka
3.Interaksi obat yang -Nama obat Resep dan/
menurunkan jumlah obat pertanyaan 7a
aktif -Interaksi obat Pustaka
-alergi Pertanyaan 7d
-Obat lain Pertanyaan 5
4.Durasi pemberian -Diagnosa Pertanyaan 1
terapi obat terlalu dokter
pendek -Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
-Dosis terapi Pustaka
-Aturan pakai Resep dan/

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 40

Variabel Parameter Indikator Keterangan


pertanyaan 7c
-Jumlah obat Resep dan/
pertanyaan 6
5. Dosis 1.Dosis terlalu tinggi -Diagnosa Pertanyaan 1
terlalu tinggi
• dokter
-Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a

• - Dosis terapi Pustaka


2.Frekuensi pemberian -Diagnosa Pertanyaan 1
terlalu pendek dokter
-Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
- Dosis terapi Pustaka
3.Durasi terapi obat -Diagnosa Pertanyaan 1
terlalu panjang dokter
-Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
-Dosis terapi Pustaka
-Aturan pakai Resep dan/
pertanyaan 7c
-Jumlah obat Resep dan/
pertanyaan 6
4.Interaksi obat yang -Obat lain Pertanyaan 5
menghasilkan reaksi -Interaksi obat Pustaka
toksik pada produk obat -alergi PMR
• -Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
5.Dosis obat yang -Diagnosa Pertanyaan 1
diberikan terlalu cepat dokter
-Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
-Aturan pakai Resep dan/
pertanyaan 7c
-dosis terapi Pustaka
6. ADR 1.Obat yang -Nama obat Resep dan/
menyebabkan reaksi pertanyaan 7a

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 41

Variabel Parameter Indikator Keterangan


yang tidak diinginkan -Efek samping Pustaka dan/
yang tidak berhubungan pertanyaan 7d
dengan dosis
2.Obat lain yang lebih -Nama obat Resep dan/
aman dibutuhkan karena pertanyaan 7a
pasien memiliki faktor -Efek samping Pustaka dan/
risiko pertanyaan 7d
3.Interaksi obat yang -Nama obat Resep dan/
menyebabkan efek yang pertanyaan 7a
tidak diinginkan yang -Efek samping Pustaka dan/
tidak berhubungan pertanyaan 7d
dengan dosis -Obat lain Pertanyaan 5
-alergi PMR

4.Regimentasi dosis -Nama obat Resep dan/


diberikan atau diubah pertanyaan 7a
terlalu cepat -Efek samping Pustaka dan/
pertanyaan 7d
-Obat lain Pertanyaan 5
-riwayat alergi PMR
5.Produk obat -Nama obat Resep dan/
menyebabkan alergi pertanyaan 7a
-Efek samping Pustaka dan/
pertanyaan 7d
-Obat lain Pertanyaan 5
-alergi PMR
6.Produk obat -Nama obat Resep dan/
kontraindikasi karena pertanyaan 7a
faktor risiko -Efek samping Pustaka dan/
pertanyaan 7d
-Obat lain Pertanyaan 5
-riwayat alergi PMR
7. Ketidak- 1.Pasien tidak -Aturan pakai Resep dan/
patuhan memahami petunjuk pertanyaan 7c
-Pemahaman Pertanyaan 7c
aturan pakai

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 42

Variabel Parameter Indikator Keterangan


2.Pasien lebih memilih -Nama obat Resep dan/
untuk tidak meminum pertanyaan 7a
obat
3.Pasien lupa untuk -Aturan pakai Resep
meminum obat dan/pertanyaan
7c
-Aturan pakai Resep
-Nama obat dan/pertanyaan
7c
Resep dan/
pertanyaan 7a
4.Produk obat terlalu -Aturan pakai Resep dan/
mahal untuk pasien pertanyaan 7c
- Obat lain Pertanyaan 5
-Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
5.Produk obat tidak -Harga obat Pengamatan
tersedia untuk pasien -Jumlah obat Resep dan/
dari resep pertanyaan 6
-jumlah obat Pengamatan dan/
yang diambil pertanyaan 6
-Bentuk Resep
sediaan
-Ketersediaan Pengamatan dan
obat di apotek pertanyaan 6
6. Pasien tidak dapat -nama obat Resep dan/
menelan atau pertanyaan 7a
menggunakan obat
secara tepat -jumlah obat Resep dan/
pertanyaan 6
-Bentuk Resep
sediaan

(Cipolle, Strand, & Morley, 2004)

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 43

4.8 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan oleh peneliti
untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini
menggunakan instrumen:
1.Patient Medication Record (PMR)
2.DTP registration form V5.01 (PCNE Classification) yang
dimodifikasi ( van Mil, 2005).
3.Daftar pedoman interview
4.Lembar persetujuan (informed consent),
5.Peneliti sebagai interviewer.

4.9 Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan batasan-batasan dari ruang lingkup
atau variabel yang diamati (Notoatmodjo, 2010). Berikut ini adalah jabaran
dan batasan variabel yang digunakan oleh peneliti:
1. Responden
Responden adalah pasien lanjut usia (pasien yang berusia ≥ 60
tahun) dan atau keluarga pasien lanjut usia yang menebus obat
dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari
2013. Apabila informasi yang didapat dari keluarga pasien tidak
dapat menjawab seluruh poin yang ada pada pedoman interview
maka harus menemui pasien langsung ke rumah atau menghubungi
pasien melalui telepon.
2. Identifikasi DTPs
Identifikasi DTPs adalah identifikasi DTPs baik aktual dan atau
potensial yang ditemukan setiap tatap muka dengan pasien yang
berasal dari obat resep dan/ obat lain yang digunakan pasien dan
dihitung satu tiap kategori meskipun kategori tersebut satu atau lebih

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 44

penyebab. Identifikasi DTPs yang ditemukan oleh peneliti akan


dipresentasikan dan didiskusikan kembali pada expert panel.
3. Nama Obat
nama obat generik dan/atau dagang, yang digunakan oleh responden.
4. Resep
Resep adalah permintaan dokter kepada apoteker untuk meracik,
menyiapkan dan menyerahkan obat untuk pasien tertentu dan pada
waktu tertentu dimana resep yang memiliki data pasien, data dokter,
dan tanggal yang sama dihitung satu menjadi satu resep.
5. Jumlah obat
Jumlah obat adalah banyaknya item obat yang tertulis pada resep.
6. Terapi obat yang tidak diperlukan
Terapi obat yang tidak diperlukan adalah terapi obat yang diterima
pasien yang tidak sesuai dengan indikasi atau berdasarkan keluhan
pasien.
7. Kebutuhan akan terapi obat tambahan
Kebutuhan akan terapi obat tambahan adalah kebutuhan akan terapi
obat lain yang diperlukan pasien dalam mengobati keluhan dan/
gejala dan/atau tanda dan/atau data klinik yang dialami pasien.
8. Obat tidak efektif
Obat tidak efektif adalah terapi obat yang diterima pasien dari
penebusan resep dimana pasien telah pernah menggunakan obat
tersebut dan tidak memberikan efek yang diinginkan.
9. Dosis terlalu rendah
Dosis dikatakan terlalu rendah apabila dosis pemakaian obat yang
digunakan pasien lebih kecil dari dosis yang tertulis dalam pustaka.
10. Dosis terlalu tinggi

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 45

Dosis dikatakan terlalu tinggi apabila dosis pemakaian obat yang


digunakan pasien dan lebih kecil dari dosis yang tertulis dalam
pustaka.
11. ADR
ADR adalah reaksi obat yang tidak diinginkan yang terjadi pada
pasien setelah minum obat dapat berupa efek samping, obat
dikontraindikasikan atau interaksi obat-obat dan/atau interaksi obat-
makanan meskipun dalam jumlah sedikit yang tidak sesuai dengan
efek terapi sebenarnya.
12. Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan adalah macam-macam ketidakpatuhan yang dapat
disebabkan oleh tindakan pasien maupun ketersediaan produk obat.
13. Gangguan Kesehatan
Gangguan kesehatan adalah keluhan dan/atau riwayat penyakit yang
dialami pasien tiap kali menebus obat.
14. Diagnosis dokter
Diagnosis dokter adalah penentuan jenis penyakit berdasarkan
keluhan pasien atau informasi dari pasien mengenai kondisi atau
sakit pasien yang berasal dari dokter.

4.10 Uji Validitas Instrumen Penelitian


Validitas adalah indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang akan diukur
(Portney and Watkins, 2000). Uji validitas yang digunakan dalam pengujian
instrumen dalam penelitian ini adalah validitas rupa (face validity) dan
validitas isi (content validity).

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 46

Validitas rupa (face validity) menunjukkan sejauh mana item dalam


instrumen mengukur “penampilan” untuk mengukur apa yang seharusnya
akan diukur. Saat mengembangkan atau mengadopsi kuesioner, yang perlu
diperhatikan dan dipastikan bahwa item-item pertanyaan harus cukup
spesifik untuk menilai variabel yang diinginkan (Okolo, 2000). Pengujian
validitas rupa dilakukan dengan uji coba instrumen yaitu poin daftar
pertanyaan, peneliti sebagai interviewer dan PMR yang digunakan sebagai
instrumen dalam penelitian. Pengujian validitas rupa pada poin daftar
pertanyaan sebagai alat bantu dalam melakukan wawancara dapat terlihat
dari pemilihan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Sedangkan
pada instrumen PMR berupa tersedianya tempat pengisian data yang
mencukupi serta pengaturan tampilan dari instrumen tersebut. Pada peneliti
uji validitas rupa dan isi dilakukan dengan cara training dimana terdapat
para ahli sebagai penilai tentang pemilihan bahasa yang digunakan peneliti
untuk melakukan wawancara dapat diterima dengan baik serta sesuai
dengan tujuan dari masing-masing pertanyaan tanpa menimbulkan bias.
Interviewer diperbolehkan melakukan pengambilan data setelah dinyatakan
lulus oleh para ahli.
Validitas isi (content validity) menunjukkan sejauh mana isi
instrumen secara proporsional sesuai dengan kriteria obyektif dari konsep
yang telah ditetapkan sebelumnya (Okolo, 2000). Pengujian validitas isi
dilakukan dengan membandingkan apakah seluruh indikator pada variabel
dapat mewakili tujuan penelitian yang ingin dicapai. Pengujian validitas
instrumen ini dibantu oleh orang yang ahli dan yang telah berpengalaman
(dosen).

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 47

4.11 Analisis Data


Dalam penelitian ini dilakukan analisis secara deskriptif untuk
mengetahui kejadian DTPs pada pelayanan resep untuk pasien lanjut usia.
Data penelitian yang diperoleh dari resep dan hasil wawancara diisikan ke
dalam lembar PMR. Lembar PMR yang telah diisi secara lengkap
digunakan untuk identifikasi DTPs yang dialami responden oleh peneliti.
Hasil identifikasi dituliskan ke dalam lembar DTPs registration form.
Identifikasi yang telah dilakukan akan dipresentasikan dan didiskusikan
kepada expert panel untuk memastikan kebenaran dalam penggolongan
DTPs yang terjadi pada responden. Hasil diperoleh dalam bentuk frekuensi,
mean, modus, dan dipersentasekan (%) kemudian diolah dengan
menggunakan program SPSS. Data disajikan dalam bentuk grafik, diagram,
atau tabel.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Apotek Farmasi Airlangga yang
beralamat di Jl. Dharmawangsa 33 Surabaya. Responden adalah pasien
lanjut usia (pasien yang berusia ≥ 60 tahun) dan atau keluarga pasien lanjut
usia yang menebus obat dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada
bulan Februari 2013. Apabila informasi yang didapat dari keluarga pasien
tidak dapat menjawab semua pertanyaan pedoman interview maka pasien
akan ditemui langsung di rumah atau dihubungi melalui telepon. Dari 65
pasien dan atau keluarga pasien yang datang ke Apotek Farmasi untuk
menebus obat, enam diantaranya tidak bersedia menjadi responden. Lima
pasien tidak punya waktu untuk diwawancarai dan satu pasien terlewat dan
tidak diketahui identitas pasien sehingga tidak dapat ditemui untuk
wawancara. Dari 59 pasien lanjut usia yang memenuhi kriteria inklusi,
terdapat dua pasien yang datang ke Apotek Farmasi Airlangga dua kali
pada bulan yang sama untuk menebus obat. Sehingga total resep obat yang
dibawa oleh 59 responden adalah 61 resep.

5.2 Uji Validitas


Pada penelitian ini digunakan lima instrumen yaitu Patient
Medication Record (PMR), DTP registration form V5.01 (PCNE
Classification) yang dimodifikasi (van Mil, 2005), daftar pedoman
interview, lembar persetujuan (informed consent), dan peneliti sebagai
interviewer. Sebelum penelitian dilakukan uji terlebih dahulu untuk
memastikan validitas instrumen. Uji validitas yang dilakukan pada

48
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 49

penelitian ini adalah validitas rupa (face validity) dan validitas isi (content
validity).
Pengujian validitas rupa dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh
pertanyaan pedoman interview dapat digunakan oleh peneliti. Sedangkan uji
validitas isi dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh indikator pada
variabel dapat mewakili tujuan penelitian yang ingin dicapai. Uji validitas
dilakukan dengan uji coba instrumen yaitu pedoman interview, peneliti
sebagai interviewer dan PMR yang digunakan sebagai instrumen dalam
penelitian.
Validitas rupa pada pedoman interview sebagai alat bantu dalam
melakukan wawancara dapat terlihat dari pemilihan bahasa yang mudah
dimengerti oleh responden. Sedangkan pada instrumen PMR berupa
tersedianya tempat pengisian data yang mencukupi serta pengaturan
tampilan dari instrumen tersebut. Sedangkan pada peneliti, uji validitas rupa
dan isi dilakukan dengan cara training.
Training yang pertama dilakukan dengan cara mewawancara sesama
peneliti sebanyak empat kali dengan skenario yang berbeda. Selain itu
peneliti juga mengamati peneliti lain sewaktu wawancara pada responden.
Kemudian peneliti mewawancara dosen yang berperan sebagai responden
dengan skenario yang sudah disiapkan. Peneliti melakukan role playing
dengan dosen sebanyak empat kali dengan skenario yang berbeda.
Pengulangan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang valid tanpa
menimbulkan bias dan konsisten. Pada proses pengulangan terjadi
perubahan instrumen dari daftar pertanyaan menjadi pedoman interview.
Training dilakukan dalam satu hari pada bulan Januari 2013 dengan
bantuan dosen sebagai penilai. Interviewer diperbolehkan melakukan
pengambilan data setelah dinyatakan lulus training oleh dosen.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 50

5.3 Gambaran Umum Responden


5.3.1 Jenis Kelamin
Dari 59 responden dapat diketahui distribusi jenis kelamin responden
pada tabel berikut ini:
Tabel V.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden.
Jenis kelamin n %*
Laki-laki 21 36
Perempuan 38 64
Jumlah 59 100
*Prosentase dihitung dari total responden.
5.3.2 Usia
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak
berada pada rentang usia 60-64 tahun sebesar 29%. Distribusi usia dari 59
responden dapat diketahui pada tabel berikut ini:
Tabel V.2 Distribusi Usia Responden
Usia (tahun) n %*
60-64 17 29
65-69 14 24
70-74 16 27
75-79 5 8
80-84 4 7
≥85 3 5
Jumlah 59 100
*Prosentase dihitung dari total responden
5.3.3 Riwayat Gangguan Kesehatan
Dari 59 responden, dua diantaranya berkunjung ke Apotek Farmasi
Airlangga dua kali selama bulan Februari 20113 sehingga total kunjungan
responden yang menebus obat dengan resep dan dilakukan identifikasi
DTPs sebanyak 61 kunjungan. Dari total 61 kunjungan pasien mengalami
gangguan kesehatan dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 51

Tabel V.3 Distribusi Riwayat Gangguan Kesehatan


Riwayat Gangguan kesehatan** n*
Hipertensi 50
Asam urat 14
Diabetes melitus 13
Jantung 11
Kolesterol 8
Asma, sesak napas 6
Capek-capek, linu-linu 6
Stroke 3
Maag 3
Vertigo 3
Paru 2
Osteoarthritis 1
Mual muntah 1
Kencing batu 1
Sakit mata 1
Flu 1
Batuk 1
Jumlah 125
* Satu responden dapat memiliki lebih dari satu gangguan kesehatan.
** Diperoleh dari hasil wawancara terhadap pasien.

Tabel V.4 Distribusi Jumlah Riwayat Gangguan Kesehatan


Jumlah Gangguan Kesehatan n %*
1 24 39,34
2 19 31,15
3 14 22,95
4 1 1,64
5 3 4,92
Jumlah 61 100
Rata-rata 2,03
SD 1,064
*Prosentase dihitung dari total resep yang dibawa oleh responden.
Hasil penelitian menunjukkan total gangguan kesehatan yang
dialami responden adalah 125 dan yang paling banyak dialami oleh
responden adalah hipertensi. Pada penelitian ini didapatkan hasil sebanyak
60,66% responden mengalami lebih dari satu gangguan kesehatan.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 52

5.3.4 Sumber Dana Pembelian Obat


Dari 61 resep yang dibawa oleh responden didapat informasi sumber
dana yang digunakan oleh responden untuk membeli obat paling banyak
berasal dari asuransi kesehatan yaitu sebesar 90,16%. Distribusi sumber
dana yang digunakan responden untuk membeli obat dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel V.5 Sumber Dana Pembelian Obat
Sumber dana n %*
Dana pribadi 6 9,84
Asuransi Kesehatan 55 90,16
Jumlah 61 100
*Prosentase dihitung dari total responden.

5.4 Jumlah Item Obat dalam Resep


Distribusi jumlah obat yang tertulis dalam resep setiap kunjungan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel V.6 Distribusi Jumlah Item Obat dalam Resep
Jumlah item obat n %*
1 14 22,95
2 16 26,23
3 14 22,95
4 8 13,11
5 5 8,20
6 2 3,28
7 2 3,28
Jumlah 61 100
Rata-rata 2,8
SD 1,558
*Prosentase dihitung dari total resep
Hasil penelitan menunjukkan bahwa sebanyak 26,23% (16)
responden mendapatkan dua item obat dalam resepnya dan sebanyak 3,28%
(2) responden mendapatkan enam atau tujuh item obat. Sedangkan obat

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 53

yang paling banyak digunakan oleh responden adalah amlodipin (24),


vitamin B1, B6, B12 (13) dan nifedipin (10).
Distribusi 10 besar obat yang sering diresepkan pada responden
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel V.7 Obat yang Sering Diresepkan
Nama Obat* n
Amlodipin 24
Vit B1,B6,B12 13
Nifedipin 10
Bisoprolol 9
Valsartan 8
Telmisartan 6
Metampiron 6
Asetosal 5
Metformin 5
HCT 4
Glibenklamid 4
*Nama dagang dengan kandungan bahan aktif yang sama ditulis sebagai nama bahan aktif /
nama generik.

5.5 Identifikasi Drug Therapy Problem


Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27,87% responden yang
melakukan kunjungan di Apotek Farmasi Airlangga tidak mengalami DTPs
dan sebanyak 72,13% responden yang melakukan kunjungan di Apotek
Farmasi Airlangga mengalami DTPs. Dari 72,13% responden sebesar
42,62% responden mengalami satu macam DTPs. Distribusi Drug Therapy
Problem yang terjadi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 54

Tabel V.8 Jumlah Drug Therapy Problem


Jumlah DTPs* n %**
0 17 27,87
1 26 42,62
2 18 29,51
Total 61 100
Rata-rata 1,02
SD 0,764
* Satu responden dapat mengalami lebih dari satu DTPs
** Prosentase dihitung dari total frekuensi jumlah resep.
Distribusi kategori DTPs yang dialami responden dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel V.9 Distribusi Kategori Drug Therapy Problem
Kategori DTP* n (%)
Terapi obat yang tidak diperlukan 0
Kebutuhan akan terapi obat tambahan 5 (8,06%)
Obat tidak efektif 0
Dosis terlalu rendah 0
Dosis terlalu tinggi 0
ADR 20 (32,26%)
Ketidakpatuhan 37 (59,68%)
Total 62 (100%)
* Responden yang menebus resep dapat mengalami >1 DTPs.

Hasil penelitian menunjukkan dari 62 kejadian DTPs yang


teridentifikasi pada 59 responden dengan total 61 resep maka diperoleh tiga
kategori DTPs yaitu ketidakpatuhan (59,68%), ADR (32,26%), dan
kebutuhan akan terapi obat tambahan (8,06%).

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 55

5.5.1 Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat Tambahan


Distribusi penyebab kejadian DTPs kategori ADRs dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel V.10 Distribusi Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat
Tambahan
Penyebab n %*
Ada kondisi baru yang membutuhkan 5 100
terapi obat tambahan
Terapi obat pencegahan untuk 0 0
mengurangi risiko pada kondisi baru
yang tidak diinginkan pasien
Kondisi medis yang memerlukan 0 0
terapi obat tambahan untuk
mendapatkan efek yang sinergis
Jumlah 5 100
*Prosentase dihitung dari total frekuensi penyebab kategori kebutuhan akan terapi obat
tambahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya kategori


DTPs kebutuhan akan terapi obat tambahan adalah pasien mempunyai
kondisi baru tetapi tidak mendapatkan obat. Kondisi baru tersebut adalah
kolesterol tinggi, batuk, dan sesak tetapi tidak mendapatkan obat untuk
mengatasi keluhan tersebut.
5.5.2 Penyebab ADRs
Distribusi penyebab kejadian DTPs kategori ADRs pada responden
dapat dilihat pada Tabel V.11. Total DTPs kategori ADR yang dialami oleh
responden (Tabel V.9) sebesar 20 (32,26%) namun pada Tabel V.11 sebesar
39 kejadian. Hal ini karena pada satu responden dapat mengalami lebih dari
satu penyebab kategori DTPs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyebab terjadinya DTPs kategori ADRs pada responden paling banyak
adalah adanya interaksi obat yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan
dengan dosis (36). Obat-obat yang berinteraksi dapat dilihat pada Tabel
V.12. Penyebab ADR lainnya adalah obat dikontraindikasikan dengan

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 56

pasien karena pasien memiliki faktor risiko. Obat tersebut adalah


fenilpropanolamin untuk pasien hipertensi, kodein untuk pasien asma, dan
kofein untuk pasien hipertensi.
Tabel V.11 Distribusi Penyebab ADRs
n (%)
Penyebab* Aktual Potensial

Obat yang menyebabkan reaksi 0 0


yang tidak diinginkan yang tidak
berhubungan dengan dosis
Obat lain yang lebih aman 0 0
dibutuhkan karena pasien memiliki
faktor risiko
Interaksi obat yang menyebabkan 0 36 (92,31%)**
efek yang tidak diinginkan yang
tidak berhubungan dengan dosis
Regimentasi dosis diberikan atau 0 0
diubah terlalu cepat
Produk obat menyebabkan alergi 0 0
Produk obat kontraindikasi karena 3 (7,69%) 0
faktor risiko
Total 3 (7,69%) 36 (92,31%)
Total*** 39 (100%)
* Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab ADR.
** Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab interaksi obat
***Total DTPs aktual dan potensial dari seluruh kategori DTPs.

Tabel V.12 Obat-obat yang menimbulkan interaksi


Nama Obat Interaksi n
Valsartan vs Meningkatkan serum potasium, saling meningkatkan 3
Asetosal toksisitas bila digunakan bersamaan, asetosal juga
dapat meurunkan efek valsartan 1
Meloxicam vs Meningkatkan serum potassium dan saling 1
Valsartan meningkatkan toksisitas 3
Meloxicam vs Meloxicam dapat menurunkan efek bisoprolol 1 1
Bisoprolol
Amlodipin vs Amlodipin berpotensi berinteraksi dengan pisang 2
pisang yang digunakan untuk menelan obat karena pisang
banyak mengandung K sehingga berpotensi
menyebabkan hiperkalemi
Meloxicam vs Meningkatkan serum potassium 1 1

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 57

Nama Obat Interaksi n


Asetosal
Asetosal vs Asetosal dapat menurunkan efek dari bisoprolol 2
Bisoprolol apabila diminum bersamaan 1
Simvastatin vs Amlodipin dapat meningkatkan kadar simvastatin. 1
Amlodipin Potensial meningkatkan risiko miopati/rabdomiolisis 1
Simvastatin vs Simvastatin dapat meningkatkan kadar atau efek 1
Valsartan valsartan 1
Amlodipin vs Meningkatkan blocking channel antihipertensi 2
Bisoprolol sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction
defects, dan heart failure 2.
Furosemid vs Asetosal dapat meningkatkan efek furosemid 1 1
Asetosal
Furosemid vs Furosemid dapat meningkatkan serum digoxsin 2
Digoxin sehingga meningkatkan toksisitas digoxin 1
Nifedipin vs pisang Pisang yang digunakan untuk menelan obat 1
mengandung kalium yang bepotensi berinteraksi
dengan nifedipin sehingga menyebabkan hiperkalemi.
Bisoprolol vs Meningkatkan anti-hypertensive channel blocking 2
Nifedipin sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction
defects, dan heart failure 2.
Bisoprolol vs Pisang mengandung kalium yang bepotensi 1
pisang berinteraksi dengan bisoprolol sehingga menyebabkan
hiperkalemi.
Aminophylin vs Dexametason dapat menurunkan efek aminophylin 1 1
Dexametason
Diklofenak K vs Meningkatkan toksisitas bila digunakan bersama 1 1
Deksametason
Captopril vs Absorpsi captopril terganggu karena adanya makanan. 1
pisang Selain itu captopril berpotensi berinteraksi dengan
pisang karena pisang mengandung banyak kalium
sehingga berpotensi menyebabkan hiperkalemi.
Glimepirid vs Kedua obat dapat mengalami significant interaction 1
Imidapril sehingga menyebabkan hipoglikemi 3
Ciprofloksasin vs Ciprofloxacin dapat meningkatkan kadar atau efek 1
Aminophylin dari aminofilin. Penggunaan secara bersamaan dapat
menurunkan kadar aminofilin dan meningkatkan
kadar pada plasma dan gejala toksisitas 1
Nifedipin vs Nifedipin dapat meningkatkan efek simvastatin 1
Simvastatin dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4
di hepar 1
Eritromisin vs Eritromisin dapat meningkatkan kadar atau efek 1
aminophylin aminofilin dengan mempengaruhi hepatic/intestinal
enzyme CYP3A4 1

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 58

Nama Obat Interaksi n


Nifedipin vs Nifedipin dapat meningkatkan kadar atau efek 1
eritromisin eritomisin dengan mempengaruhi hepatic/intestinal
enzyme CYP3A4 1
Spironolakton vs Spironolakton dapat meningkatkan kadar digoxin 1
digoxin dalam darah sehingga meningkatkan toksisitas
digoxin 1.
Valsartan vs Interaksi kedua obat dapat meningkatkan serum 1
spironolakton potassium 1.
Ranitidin vs Ranitidin dapat meningkatkan kadar digoksin dengan 1
digoxin meningkatkan pH lambung sehingga meningkatkan
toksisitas 1
Ramipril vs Kedua obat saling meningkatkan toksisitas satu sama 1
diklofenak lain 1
Ramipril vs Kedua obat saling meningkatkan toksisitas satu sama 1
ibuprofen lain 1
Amlodipin vs Deksametason akan menurunkan efek amlodipin yang 1
deksametason mempengaruhi metabolism enzim CYP3A4 di hati atau
usus 1
Amlodipin vs Meningkatkan antihypertensive channel blocking 1
nifedipin sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction
defects, dan heart failure 2
Total 36

Keterangan Pustaka Interaksi :


1. Drug Interaction Checker, 2013
2. Sweetman, 2009
3. Baxter, 2008

5.5.3 Penyebab Ketidakpatuhan


Dalam penelitian terdapat 37 DTPs kategori ketidakpatuhan (Tabel
V.9) yang teridentifikasi dengan berbagai penyebab. Pada Tabel V.13 total
penyebab ketidakpatuhan sebanyak 48 kejadian karena satu responden
dapat mempunyai lebih dari satu penyebab ketidakpatuhan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyebab ketidakpatuhan yang paling banyak karena
pasien memilih tidak minum obat (24). Distribusi penyebab kejadian
ketidakpatuhan pada tabel berikut ini:

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 59

Tabel V.13 Distribusi Penyebab Ketidakpatuhan


n (%)
Penyebab* Aktual Potensial

Pasien tidak memahami petunjuk 2 (4,17%) 11 (22,92%)


pemakaian obat dengan benar
Pasien lebih memilih untuk tidak 23 (47,92%) 1 (2,08%)
meminum obat**
Pasien lupa untuk meminum obat 5 (10,42%) 2 (4,17%)
Produk obat terlalu mahal untuk 0 0
pasien
Produk obat tidak tersedia untuk 4 (8,32%) 0
pasien
Total 34 (70,83%) 14 (29,17%)
Total*** 48 (100%)
* Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab ketidakpatuhan
**Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab tidak memilih minum obat
***Total DTPs aktual dan potensial dari seluruh kategori DTPs.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB VI
PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi drug therapy


problems (DTPs) yang terjadi pada pasien lanjut usia yang menebus obat
dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga. Variabel yang digunakan
adalah tujuh kategori menurut Cipolle, Strand, Morley (2004) dan
parameternya adalah penyebab dari masing-masing tujuh kategori tersebut.
Tujuh kategori tersebut adalah terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan
akan terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis terlalu rendah, ADR,
dosis terlalu tinggi dan ketidakpatuhan.
Pada penelitian dilakukan wawancara sebanyak dua tahap kepada
masing-masing responden. Pertama pada saat responden menunggu obat
disiapkan, wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data awal yang
dicatat pada PMR. Kemudian peneliti melakukan wawancara kedua setelah
apoteker menyerahkan obat dan memberi konseling pada responden.
Wawancara kedua bertujuan untuk memastikan bahwa responden sudah
atau belum memahami penjelasan tentang informasi yang telah diberikan
oleh apoteker. Pada proses pengambilan data dilakukan diskusi seminggu
dua kali antara peneliti dan dosen pembimbing untuk memastikan proses
pengambilan data berjalan dengan baik. Identifikasi DTPs dilakukan oleh
peneliti kemudian dipresentasikan dan didiskusikan dengan expert panel
(dosen) setiap satu minggu sekali. Pada penelitian ini membutuhkan waktu
empat kali untuk mempresentasikan dan mendiskusikan hasil identifikasi
DTPs yang telah dilakukan oleh peneliti dengan expert panel.
Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah
penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Pemerintah RI, 1998).
60
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 61

Hal itu menjadi dasar pada penelitian ini usia yang dikatakan lanjut usia
adalah ≥ 60 tahun. Dari 59 responden menunjukkan bahwa responden
terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 64% (Tabel V.1). Hasil
ini sesuai dengan gambaran penduduk Indonesia di wilayah Jawa Timur
usia 60 tahun ke atas penduduk berjenis kelamin perempuan memiliki
proporsi lebih besar dibanding penduduk berjenis kelamin laki-laki (BPS,
2012).
Pada Tabel V.2 dapat dilihat distribusi usia pada responden dimana
jumlah responden paling banyak berada pada rentang usia 60-64 tahun
sebesar 29% dan paling sedikit ≥85 tahun sebesar 5%. Distribusi ini sesuai
dengan susunan penduduk Indonesia di wilayah Jawa Timur hasil sensus
penduduk tahun 2010 yang menyatakan bahwa jumlah penduduk terus
menurun seiring dengan pertambahan usia (BPS, 2012).
Pada Tabel V.4 dapat dilihat sumber dana pembelian obat responden
hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 55 responden menggunakan
sumber dana yang berasal dari asuransi kesehatan. Sisanya 6 responden
sumber dana pembelian obat berasal dari dana pribadi. Sementara pada
tahun 2010 proporsi pasien lanjut usia yang menerima asuransi kesehatan
hanya 15,5% (Howel, F., & Priebe, J., 2013). Berarti 84,5% lanjut usia
tidak menerima asuransi padahal pada penelitian ini hanya 6 responden
yang menggunakan dana pribadi.
Menurut Komisi Nasional Lanjut Usia (2010), jenis gangguan
kesehatan yang paling banyak dialami lanjut usia adalah asam urat, darah
tinggi, rematik, darah rendah, dan diabetes, yang merupakan penyakit
kronis. Kemudian jenis gangguan kesehatan lain yang juga banyak dialami
lanjut usia adalah batuk, pilek, dan panas. Hasil penelitian pada Tabel V.3
menunjukkan kesamaan dengan jenis gangguan kesehatan menurut komisi
nasional lanjut usia yaitu dari 125 gangguan kesehatan yang dialami

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 62

responden lima frekuensi terbesar yaitu hipertensi, asam urat, diabetes,


jantung, dan kolesterol. Lima frekuensi terbesar tersebut termasuk penyakit
kronis yang mengakibatkan kecacatan dan kematian pada lanjut usia.
Penyakit kronis seperti diabetes melitus membutuhkan terapi obat jangka
panjang sehingga potensi interaksi obat mudah terjadi (Jones-Grizzle, A., &
Draugalis, J., 1993; Departemen Kesehatan RI, 2008)
Pada Tabel V.4 menunjukkan bahwa dari 61 kunjungan responden
sebanyak 39,34% dari total kunjungan responden mengalami gangguan
kesehatan kurang dari dua macam. Sisanya 60,66% mengalami gangguan
kesehatan lebih dari atau sama dengan dua macam. Bahkan 4,92%
mengalami lima gangguan kesehatan. Hal ini karena pada lanjut usia terjadi
proses penuaan yang mengakibatkan terjadinya proses penurunan fungsi
organ. Penurunan fungsi fisiologis ini mengakibatkan peningkatan
kerentanan terhadap banyak penyakit (Koda-Kimble, M.A et al., 2006).
Pertambahan usia menyebabkan terjadi peningkatan penyakit yang beragam
dan kecacatan tak bisa dipisahkan dengan penggunaan banyak obat (Nobilli,
A., Garattini, S., & Mannucci, P. M., 2011). Oleh karena itu penting bagi
profesional kesehatan untuk memberikan perhatian lebih pada perawatan
kesehatan pasien lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pada Tabel V.5 menunjukkan bahwa sebanyak 77,05% resep yang
ditebus responden berjumlah lebih dari satu macam obat. Sedangkan
14,76% resep yang ditebus responden berjumlah lima atau lebih macam
obat. Penggunaan obat yang berjumlah lima atau lebih berarti pada lanjut
usia terjadi polifarmasi. Polifarmasi adalah penggunaan lima atau lebih obat
dalam satu hari dan umumnya terjadi pada pasien lanjut usia (Koh, Kutty, &
Li., 2005). Peningkatan penggunaan obat pada lanjut usia berisiko tinggi
menyebabkan permasalahan terkait obat misalnya ketidaktepatan
penggunaan obat, penggunaan obat yang efektif, medication errors,

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 63

ketidakpatuhan, interaksi obat-obat dan obat-penyakit dan yang paling


penting adverse drug reactions (Nobilli, A., Garattini, S., & Mannucci, P.
M., 2011; Midlov et al. 2009). Adverse drug reactions yang terjadi pada
lanjut usia berkaitan dengan terjadinya perubahan farmakokinetika dan
farmakodinamika. Hal ini terlihat pada perubahan absorpsi, distribusi,
metabolisme dan eliminasi. Salah satu contoh terjadi perubahan volume
distribusi pada lanjut usia dimana komposisi lemak tubuh lebih besar
dibanding cairan tubuh. Hal itu menyebabkan obat-obat yang bersifat
hidrofilik akan sulit didistribusikan sehingga mengakibatkan konsentrasi
obat dalam plasma meningkat (Bressler, R., & Bahl, J. 2003).
Sepuluh obat yang sering diresepkan pada responden dapat dilihat
pada Tabel V.6 yaitu amlodipin, vitamin B1, B6, B12, nifedipin, bisoprolol,
valsartan, telmisartan, metampiron, asetosal, metformin, HCT, dan
glibenklamid. Dari tabel dapat dilihat bahwa obat yang sering ditebus
adalah obat antihipertensi golongan Ca Channel blocker yaitu amlodipin.
Amlodipin merupakan obat antihipertensi yang bekerja menghambat
pergerakan ion kalsium melewati membran sel pada sistemik dan coronary
vascular smooth muscle (Tatro, D.S, 2003). Pemberian amlodipin pada
responden ini sesuai dengan guideline National Institute for Health and
Clinical Excellence (NICE), dimana pada pasien hipertensi dengan usia di
atas 55 tahun diberi terapi Ca Channel Blocker (Research Unit, 2011).
Selain itu banyaknya amlodipin yang diresepkan sesuai dengan jumlah
gangguan kesehatan yang paling banyak dialami responden adalah
hipertensi. Obat yang banyak diresepkan kedua adalah vitamin neurotropik
terdiri dari vit B1, B6, B12. Vitamin neuroptropik berfungsi menjaga dan
menormalkan fungsi saraf dengan memperbaiki gangguan metabolisme sel
saraf dan member asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja
dengan baik. Fungsi tersebut sesuai bila diberikan pada pasien lanjut usia

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 64

karena lanjut usia berisiko tinggi kedua mengalami neuropati setelah


penderita Diabetes Melitus (PERDOSSI, 2013)
Pada penelitian dari tujuh kategori DTPs yang digunakan
berdasarkan Cipolle, Strand & Morley (2004) hanya tiga kategori yang
dapat teridentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 resep
yang diidentifikasi terdapat 62 kejadian DTPs yang dialami oleh 72,13%
responden (Tabel V.8). Perhitungan jumlah DTPs yang terjadi pada
responden penelitian ini dihitung satu tiap kategori meskipun kategori
tersebut karena satu atau lebih penyebab. Pada Tabel V.9 dapat dilihat
kejadian DTPs yang teridentifikasi sebanyak 62 kejadian. Berdasarkan
kategori DTPs menurut Cipolle (2004) yang teridentifikasi baik aktual dan
potensial sebesar 59,68% responden mengalami kategori DTPs
ketidakpatuhan, 32,26% mengalami ADR dan 8,06% butuh akan terapi obat
tambahan. Tingginya angka ketidakpatuhan pada pasien lanjut usia dapat
berakibat peningkatan jumlah pasien yang harus di rawat di rumah sakit
sehingga biaya yang dikeluarkan juga meningkat. Banyak faktor yang
menyebabkan ketidakpatuhan antara lain karena pasien hidup sendiri, status
sosioekonomi yang rendah, banyak obat yang harus diminum, harga obat
yang mahal, depresi, penurunan daya ingat, adanya efek samping dari obat,
pengobatan penyakit asymptomatis, rendahnya hubungan antara dokter-
pasien, regimen pengobatan yang kompleks dan persoalan finansial
(Touchette, D and Shapiro, N., 2008).
Pada penelitian ini penyebab kategori ketidakpatuhan (Tabel V.13)
dikarenakan pasien tidak minum obat sesuai petunjuk pemakaian dengan
benar, pasien lebih memilih tidak minum obat atau obat tidak ditanggung
oleh asuransi kesehatan, pasien lupa minum obat, dan karena produk obat
tidak tersedia untuk pasien karena kosong pabrik atau obat habis. Pada
Tabel V.13 dapat dilihat penyebab-penyebab ketidakpatuhan yang terjadi

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 65

pada pasien lanjut usia. Pasien tidak minum obat sesuai dengan petunjuk
pada 13 responden misalnya terjadi pada responden dengan penyakit
hipertensi. Pasien medapatkan amlodipin 10 mg dengan aturan pakai
diminum pagi hari namun pasien meminumnya pada malam hari. Menurut
hasil penelitian amlodipin yang diminum pagi hari memberikan efek
menurunkan tekanan darah lebih baik dibanding diminum malam hari pada
pasien hipertensi esensial ringan sampai sedang (Qiu, Y.-G., C, J.-Z., Zhu,
J.-H., & Yao, X.-Y. 2003)
Pasien lebih memilih tidak minum obat terjadi pada 24 responden
misalnya pada pasien hipertensi yang harus minum obat antihipertensi
seumur hidup supaya tekanan darah stabil. Namun pasien lebih memilih
menggunakan pengobatan alternatif daripada minum obat dengan alasan
semakin sering minum obat maka ginjal akan cepat rusak. Selain itu
responden yang terlalu sibuk mengakibatkan tidak mempunyai waktu untuk
menebus obat padahal obat sudah habis dan selama obat habis responden
tidak minum obat karena merasa kondisinya baik-baik saja. Sebanyak tujuh
responden mengaku sering lupa minum obat. Banyaknya responden yang
tidak minum obat ini dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain karena
responden lupa letak obat sehingga tidak minum obat.
Pada penelitian ini banyak ditemukan pasien memilih tidak minum
obat dikarenakan obat tersebut tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 pasien tidak mendapat obat
karena produk tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan misalnya
glukosamin. Glukosamin tidak terdaftar sebagai obat yang ditanggung
asuransi kesehatan pada buku DPHO edisi XXXII karena bukti ilmiah
menunjukkan bahwa glukosamin tidak terbukti mengurangi nyeri dan
kualitas hidup pada pasien osteoarthritis (PT ASKES, 2013).

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 66

Kategori DTPs ADR yang terjadi pada 20 kejadian disebabkan


interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan yang tidak
berhubungan dengan dosis dan obat dikontraindikasikkan dengan pasien.
Interaksi obat yang terjadi pada responden dalam penelitian ini bersifat
potensial karena hanya diidentifikasi satu kali dan tidak dilakukan
monitoring lebih lanjut. Banyaknya kejadian interaksi obat ini sesuai
dengan hasil penelitian pada pasien lanjut usia berisiko tinggi mengalami
interaksi obat karena lanjut usia sering diterapi dengan banyak obat,
memiliki penyakit penyerta, dan mungkin tidak menjaga gizi yang cukup
(Mallet et al., 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 36 kejadian interaksi obat
yang teridentifikasi bersifat potensial. Obat-obat dan/atau makanan yang
mengalami interaksi dapat dilihat pada Tabel V.12. Kejadian interaksi obat
yang ditemukan pada resep yang diidentifikasi didominasi oleh obat
hipertensi. Informasi mengenai interaksi obat-obat dalam penelitian ini
diperoleh dari pustaka. Apabila satu pustaka menyebutkan ada interaksi
obat maka peneliti mencari pustaka lain untuk memperkuat adanya interaksi
obat tersebut. Salah satu contoh interaksi obat pada penelitian ini adalah
penggunaan bersama antara amlodipin dan bisoprolol yang dapat
meningkatkan antihypertensive channel blocking sehingga dapat
menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure. Peningkatan
konsentrasi obat tersebut dalam plasma dapat menimbulkan efek toksisitas.
Kedua obat juga dimetabolisme di hepar sehingga kemungkinan dapat
terjadi interaksi akibat persaingan dalam proses metabolisme (Drug
Interaction Checker, 2013; Sweetman, 2009). Sehingga pasien perlu diberi
informasi tentang tanda atau gejala terjadinya interaksi obat tersebut.
Misalnya gejala pusing, denyut nadi melemah, detak jantung melemah.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 67

Apabila terjadi tanda atau gejala tersebut maka perlu diwaspadai dan segera
menghubungi dokter.
Pada penelitian ini interaksi juga timbul antara obat dengan makanan
yaitu pisang yang digunakan untuk menelan obat. Interaksi obat dengan
pisang bersifat potensial dan terjadi pada 5 pasien. Salah satu contoh
interaksi obat dengan makanan dalam penelitian ini adalah nifedipin dengan
pisang. Nifedipin merupakan golongan obat hipertensi Calcium-channel
blocker dihydropiridines yang bekerja menghambat influx transmembran
sehingga kalsium tidak masuk dalam cairan ekstraseluler (Drug Interaction
Checker, 2013) Kerja kalsium berlawanan dengan potasium dalam sel
sehingga apabila kadar kalsium menurun maka potasium meningkat.
Menurut USDA (2012) dalam 100 g pisang mengandung 358 mg potassium
(USDA, 2012) sehingga dimungkinkan pada responden yang minum obat
dengan pisang dapat mengalami peningkatan serum potassium. Namun
pada penelitian ini tidak diketahui seberapa banyak pisang yang digunakan
oleh responden untuk menelan obat sehingga tidak dapat memperkirakan
seberapa besar pengaruh interaksi tersebut.
Kondisi peningkatan serum potasium dapat memberikan efek positif
menurunkan tekanan darah dan mengurangi kejadian stroke pada pasien
hipertensi primer (Androgue, H.J & Madias, N.E, 2007). Pada pasien
hipertensi sekunder peningkatan serum potasium dapat menimbulkan syok
hipotensi sehingga menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart
failure (Sweetman, 2009). Selain itu kondisi peningkatan serum potasium
juga dapat meningkatkan risiko gagal ginjal karena peningkatan potasium
menyebabkan penurunan jumlah aldosteron dan Glomerular Filtration Rate
(GFR) (Bakris et al., 2000).
Penyebab lain kejadian ADR adalah obat dikontraindikasikan
dengan pasien karena pasien memiliki faktor risiko. Kejadian ini terjadi

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 68

pada tiga pasien yaitu pada pasien hipertensi yang menggunakan obat flu
yang diperoleh secara swamedikasi yang mengandung fenilpropanolamin
dan kofein; serta pasien asma yang mendapat resep kodein. Pada pasien
hipertensi yang minum kofein terjadi peningkatan tekanan darah systole dan
diastole (Hartley, T.R et al., 2000). Sedangkan senyawa fenilpropanolamin
harus dihindarkan pada pasien hipertensi yang disertai diabetes karena dapat
meningkatkan tekanan darah dan kadar gula dalam darah (Mutmainah, N.,
Ernawati, S., & Sutrisna, E. 2008). Selain itu menurut laporan FDA
penggunaan fenilpropanolamin dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke
hemoragik (Tatro, D.S, 2003). Sementara kodein dapat menurunkan fungsi
pernapasan sehingga dapat memperburuk kondisi pasien asma (Tatro, D.S,
2003).
Jenis DTPs lain yang teridentifikasi adalah kebutuhan obat tambahan
yang disebabkan pasien mempunyai kondisi baru yang membutuhkan terapi
obat tambahan. Hasil penelitian menunjukkan ada lima responden yang
membutuhkan terapi obat tambahan namun tidak mendapatkan obat. Pasien
pertama dan kedua adalah pasien asuransi kesehatan yang memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan DM mengaku bila hasil tes laboratorium
kolesterolnya naik (>100 mg/dl). Namun pasien tersebut saat ke dokter
tidak menunjukkan hasil tes laboratorium, sehingga dokter tidak
memberikan obat antihiperlipidemia. Pasien ketiga adalah pasien asuransi
kesehatan yang memiliki riwayat penyakit hipertensi. Hasil laboratorium
tanggal 25 Januari 2013 kadar LDL 152 mg/dl tetapi pada saat kontrol ke
dokter tidak membawa hasil laboratorium sehingga dokter tidak dapat
memberikan obat antihiperlipidemia. Informasi mengenai hasil
laboratorium tersebut didapatkan saat wawancara di rumah pasien. Pada
pasien asuransi kesehatan dapat diberikan obat antihiperlipidemia dengan
syarat tertentu misalnya obat simvastatin diberikan bila kadar LDL> 130

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 69

mg/dl untuk pasien tanpa komplikasi DM/PJK atau kadar LDL >70 mg/dl
untuk pasien PJK atau kadar LDL > 100 mg/dl untuk pasien DM yang
dibuktikan dengan data laboratorium terbaru (PT ASKES, 2013).
Pasien keempat yang membutuhkan terapi obat tambahan adalah
pasien yang mengeluh batuk dan saat diwawancara kondisi pasien batuk
namun pasien tidak mendapatkan obat batuk. Pasien kelima yang
membutuhkan terapi obat tambahan memiliki riwayat penyakit hipertensi,
jantung dan paru serta mengeluh sesak. Pasien sebelumnya pernah
mengalami sakit paru hingga cairan parunya di ambil sebanyak 200cc dan
menggunakan obat valsartan sudah lama. Pasien ini sudah memberitahu ke
dokter mengenai kondisi sesak tersebut namun dokter tidak memberi obat
kemungkinan dokter memiliki pertimbangan lain mengenai kondisi
tersebut.
Pada penelitian ini ditemukan hal-hal yang dapat dijadikan perhatian
khusus bagi profesional kesehatan khususnya apoteker. Salah satu peran
apoteker dalam pharmaceutical care adalah identifikasi DTPs. Penelitian
identifikasi DTPs pada pasien lanjut usia banyak ditemukan kejadian-
kejadian terkait kepatuhan dan potensi interaksi obat yang dapat
mengganggu tercapainya outcome terapi pasien yang diharapkan. Terkait
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
professional kesehatan khususnya yang berada pada wilayah tempat
responden penelitian ini diambil sehingga hasil penelitian ini dapat
dijadikan problem solving yang lebih tepat bagi responden. Salah satu cara
untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien lanjut usia adalah melakukan
monitoring pada pasien dengan kondisi berkelanjutan. Monitoring dapat
dilakukan dengan cara home care sehingga diharapkan terjadi peningkatan
pengetahuan dan kepatuhan pasien. Hal itu dapat terlaksana bila apoteker
menjalin hubungan terapetik dengan pasien serta komunikasi yang baik

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 70

dengan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu peran apoteker penting
dalam mengidentifikasi DTPs guna mencegah DTPs potensial dan
mengatasi DTPs aktual.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama tidak ada
sumber data lain mengenai kondisi pasien seperti rekam medis sehingga
tidak dapat mengetahui secara pasti kondisi tertentu pasien sehingga
kategori DTPs seperti terapi obat tambahan dan kebutuhan akan terapi obat
tambahan sulit diidentifikasi. Kedua, penentuan kategori ketidakpatuhan
hanya berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan satu kali sehingga tidak
ada monitoring lebih lanjut mengenai kondisi pasien tersebut. Pada kategori
ADRs penentuan hanya berdasarkan pustaka sehingga interaksi obat hasil
identifikasi hanya potensial. Sedangkan kategori kebutuhan akan terapi obat
tambahan hanya berdasarkan keluhan dari hasil wawancara dengan pasien.
Pada penelitian ini menggunakan metode non probability sampling
sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi, hanya mewakili responden itu
sendiri.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien lanjut usia
di Apotek Farmasi Airlangga selama bulan Februari 2013, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari tujuh kategori DTPs hanya tiga kategori DTPs yang
teridentifikasi pada pasien lanjut usia yang menebus obat di apotek
Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 yaitu ketidakpatuhan
(59,68%), ADRs (32,26%) dan kebutuhan akan terapi obat tambahan
(8,06%)
2. Penyebab kategori DTPs ketidakpatuhan paling banyak adalah
pasien lebih memilih tidak minum obat.
3. Penyebab kategori DTPs ADRs paling banyak adalah interaksi obat-
obat. Obat yang paling sering terlibat dalam timbulnya interaksi obat
adalah amlodipin, furosemid, valsartan, nifedipin dan bisoprolol.
4. Penyebab kebutuhan terapi obat tambahan adalah adanya kondisi
baru yang membutuhkan terapi obat tambahan

7.2 Saran
Beberapa hal yang disarankan oleh peneliti antara lain:
1. Tenaga kesehatan termasuk apoteker sebaiknya memberikan
perhatian khusus terhadap pasien lanjut usia yang menggunakan obat
terutama terkait kepatuhan pasien misalnya dalam bentuk monitoring
penggunaan obat.
2. Hendaknya ada penelitian lebih lanjut mengenai DTPs pada pasien
lanjut usia terutama pada kondisi penyakit tertentu
71
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 72

3. Apoteker perlu bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk


mencegah dan mengatasi DTPs yang terjadi pada pasien lanjut usia.
4. Perlu adanya data rekam medis untuk memastikan kondisi pasien
sehingga lebih tepat pada saat mengidentifikasi DTPs.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 73

DAFTAR PUSTAKA

Androgue, H. J., & Madias, N. E. 2007. Mechanisms of Disease Sodium


and Potassium in the Pathogenesis of Hypertension. The New
England Journal of Medicine , 356:1966-1978.

Bakris, G. L., Siomons, M., Richardson, D., Janssen, I., Bolton, W. K.,
Hebert, L., Agarwal, R., & Catanzaro, D. 2000. ACE inhibition or
angiotensin receptor blockade. Kidney international Vol.58 , 2084-
2092.
Baxter, K (ed.), 2008. Stockley’s Drug Interactions. London:
Pharmaceutical Press.

Beers, M. H. 2001. Age-Related Changes as a Risk Factor for Medication-


Related Problems. Generation; Winter 24,4: ProQuest Sociology ,
22.

BPS, 2012. Sensus Penduduk 2010, Badan Pusat Statistik,


http://sp2010.bps.go.id/, diakses tanggal 13 Juli 2013.

Bressler, R., & Bahl, J. 2003. Principles of Drug Therapy for the Elderly
Patient. Mayo Clin Pro , 78:1564-1577

Chan, D.-C., Chen, J., Kuo, H., We, C.., Lu, I., Chiu, L., Wu, S. 2012.
Drug-related problems (DRPs) identified from geriatric medication
safety. Archives of Gerontology and Geriatrics 54 , 168-174.

Cipolle, R., Strand L., Morley, P. 2004. Pharmaceutical Care Practice The
Clinician’s Guide. Second edition. New York: McGraw-Hill.

Commissaris, C., Ponds, R., & Jolles, J. 1998. Subjective forgetfulness in a


normal Dutch population: possibilities for health education and other
interventions. Patient Education and Counseling , 34:25-32.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1027/ MENKES/ SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
RI.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 74

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata


Laksana Terapi Obat untuk Pasien Geriatri). Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004). Jakarta: Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus


dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departeman Kesehatan RI

de Oliveira, M. P. F and Novaes M.R.C. G. 2011. Drug-related problems in


institutionalized elderly in Brasilia, Brasil . Biomedicine & Aging
Pathology 1 , 179-184.

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. A., Wells, B. G., &
Posey, L. M. 2011. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach
8th edition. Pharmacy from McGraw-Hill.

Drug Interaction Checker. 2013, April. Retrieved July 15, 2013, from
Medscape Reference Drug, Diseases and Procedures :
http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker

Elliott, R. A. 2006. Problems with Medication Use in the Elderly: An


Australian Perspective. Pharm Pract Res , 36:58-66.

FFUA. 2010. Company Profile Apotek Pendidikan Fakultas Farmasi


Universitas Airlangga. Surabaya : FFUA

Hanlon, J. T., Schmader, K. E., Ruby, C. M., & Weinberger, M. 2001.


Suboptimal Prescribing in Older Inpatients and Outpatients. Journal
American Geriatrics Society , 49:200-209.

Hartley, T. R., Sung, B. H., Pincomb, G. A., Whitsett, T. L., Wilson, M. F.,
& Lovallo, W. R. 2000. Hypertension Risk Status and Effect of
Caffeine on Blood Pressure. Journal of the American Heart
Association , 36:137-141.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 75

Hepler, C. D. and Strand, L. M. 1990. Opportunities and Responsibilities in


Pharmaceutical Care. American Journal of Hospital Pharmacy, Vol.
47:533--543.

Howel, F., & Priebe, J. 2013. Asistensi Sosial Untuk Lanjut Usia di
Indonesia Kajian Empiris Program ASLUT. Jakarta: Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Hughes, J. 2001. Clinical Pharmacy and Pharmaceutical Care. In J. Hughes,


R. Donelly, & G. James-Chatgilao, Clinical Pharmacy: a Practical
Approach, 2nd edition. The Society of Hospital Pharmacists of
Australia, 1-7

Hutchison, L. C., & O'Brien, C. E. 2007. Changes in Pharmacokinetics and


Pharmacodynamics in the Elderly Patient. Journal of Pharmacy
Practice , 20-24.

Jones-Grizzle, A., & Draugalis, J. 1993. Demographics. In R. Bressler, &


M. D. Katz, Geriatric Pharmacology. 1-8. New York: Mc.Graw
Hill.

Koda-Kimble, M.A, Young, L.Y, Alldredge, B.K, Corelli, R.L, Guglielmo,


B.J, Kradjan, W.A, Williams, B.R. 2009. Applied Theraupeutics the
Clinical Use of Drugs 9th ed. Lippincott Williams & Wilkins

Koh, Y., Kutty, F., & Li, S. C. 2005. Drug-related problems in hospitalized
patients on polypharmacy:the influence of age and gender.
Therapeutics and Clinical Risk Management , 39-48.

Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009.
Jakarta : Komisi Nasional Lanjut Usia, hal. 39;61;78.

Mallet, L., Spinewine, A., and Huang, A., 2007. ” The Challenge of
Managing Drug Interactions in Elderly People”. Lancet, vol.370,
185-191.

Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009. Drug-Related Problem in the
Elderly. Spinger Dordecht Heidelberg London New York .

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 76

Mutmainah, N., Ernawati, S., & Sutrisna, E. 2008. Identifikasi Drug


Related Problems (Drps) Potensial Kategori Ketidaktepatan
Pemilihan Obat Pada Pasien Hipertensi Dengan Diabetes Mellitus Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Jepara Tahun 2007.
PHARMACON , vol 9, No.1: 14-20.

Neto, P. R., Marusic, S., Junior, D. P., Pilger, D., Cruciol-Souza, J. M.,
Gaeti, W. P., et al. 2011. Effect of a 36 Month Pharmaceutical Care
Program on Coronary Heart Disease Risk in Elderly Diabetic and
Hypertensive Patients. J Pharm Pharmaceut Sci , 14. 2:249-263.

Ningrum, K.P. 2012. Profil Obat yang Digunakan dan Potensi Interaksi
Obat pada Lanjut Usia. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga Departemen Farmasi Komunitas.

Nobilli, A., Garattini, S., & Mannucci, P. M. 2011. Multiple diseases and
polypharmacy in the elderly: challenges for the internist of the third
millennium. Journal of Comorbidity , 1:28–44.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nugroho, H.W. 2006. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta:


EGC.

Okolo, E.N. 2000. Health Research Design and Methodology. Boston: CRC
Press, p. 44

Pemerintah RI. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13


Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta.

Pemerintah RI. 2009. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009


tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

PERDOSSI. 2013. Konsumsi Vitamin Neurotropik Sejak Dini Cegah


Neuropati Perluas Edukasi dengan Neuropathy Service Point (NSP)
Portable. Merck. Jakarta: Merck Serono.

Perry, D. P., & Webster, R. T. 2001. Medication-Related Problems in


Aging: Implications for Profesionals and Policy Makers.
Generations , 24,4; ProQuest Sociology.28-36

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 77

Portney, L.G.. and Watkins, M.P. 2000. Foundations of Clinical Research


Applications to Practice, 2nd Ed. New Jersey : Practice Hall Health,
p. 79.

PT ASKES. 2013. Daftar dan Plafon Harga Obat. Jakarta : PT.ASKES

Qato, D. M., Alexander, G. C., Conti, R. M., Johnson, M., Schumm, P., &
Lindan, S. T. 2008. Use of Prescription and over-the-counter
Medications and Dietary Supplements Among Older Adults in the
United States. American Medical Association , 2867-2878.

Qiu, Y.-G., C, J.-Z., Zhu, J.-H., & Yao, X.-Y. 2003. Differential Effects of
Morning or Evening Dosing of Amlodipine on Circadian Blood
Pressure and Heart Rate. Cardiovascular Drugs and Therapy 17 ,
335-341.

Rahmawati, F., Putu, I. D., Rohmah,W., Sulaiman, S.A.S. 2009.


Polypharmacy and Unnecessary drug Therapy on geriatric
Hospitalized Patients In Yogyakarta Hospitals, Indonesia.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
Vol. 1, Suppl 1, 6-11

Rahmawati, F., Ellykusuma, N. Y., Pramantara, I. D. P., dan Sulaiman, S.


A. S. 2008. Problem Pemilihan Obat Pada Pasien Rawat Inap
Geriatri di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Farmasi
Indonesia, 23-29.

Rees JA. 1996. Patient medication records, In: Collett DM. Aulton ME
(editors), Pharmaceutical Practice. New York: Churchill
Livingstone. p.351-6

Research Unit, N. G. 2011. NICE clinical guideline 127 Hypertension:


Clinical Management of Primary Hypertension in adults. London,
British: National Clinical Guideline Centre and British Hypertension
Society.

Scott, S. 2005. The Presciption. In Remington The Science and Practice of


Phamacy 21 ed (pp. 1846-1847). Lippincott Williams and Wilkins.

Strand, L. M., Morley, P. C., Cipolle, R. J., Ruthanne R., Lamsam, G. D.


1990. Drug Related Problems:Their Structure and Function. DICP
The Annal of Pharmacotherapy, (24): 1093-97.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 78

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R & D.


Bandung : Alfabeta.

Sweetman, S. C. 2009. Matindale The Complete Drug Reference (Thirty-


sixth edition ed.). London: Pharmaceutical Press.

Tatro, D.S, 2003, A to Z Drug Facts. Chm. Facts and Comparison

Touchette, D. R., & Shapiro, N. L.2008. Medication Compliance,


Adherence, and Persistence: Current Status behavioral and
Education Interventions to Improve Outcomes. Journal of Manageed
Care Pharmacy , Vol.14, No.6, 2-9.

USDA. 2012. National Nutrient Database for Standard Reference Release


25.http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/2178?fg=Fruit+and+Fruit
+Juices7format=&offset diakses pada tanggal 23 April 2013

van Mil, F. 2005. Drug-related problems: a cornerstone for pharmaceutical


care. Journal of the Malta College of Pharmacy Practice

Vinks, T. H., de Koning, F.H., de Lange, T. M., Egberth, T.C. 2006.


Identification of Potensial Drug-related Problems in the Elderly: the
Role of the Community Pharmacist. Pharm World Sci, (28): 33-38.

Winfield AJ. 1998. Patient medication records. In: Winfield AJ, Richards
RME (editors), Pharmaceutical Practice, 2nd edition. Toronto:
Churchill Livingstone. p.433-437

Zainuddin, M. 2011. Metodologi Penelitian Kefarmasian dan Kesehatan.


Surabaya: Airlangga University Press.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 80

Lampiran 1 Lembar Informasi Penelitian


LEMBAR INFORMASI UNTUK SUBYEK/PESERTA PENELITIAN
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YAN MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
Peneliti :

Vivin Diah A.P

Anda diundang untuk turut serta dalam suatu penelitian dengan


judul: Identifikasi Drug Therapy Problems (DTPs) Pada Pasien Lanjut
Usia Yang Mendapat Pelayanan Resep di Apotek Farmasi Airlangga
Surabaya. Setelah membaca dengan teliti, anda dapat mengajukan
pertanyaan dan dapat membicarakannya dengan peneliti atau petugas
peneliti yang telah ditunjuk.

Tujuan dari Penelitian :


Melakukan identifikasi masalah terkait penggunaan obat pada pasien
lanjut usia yang mendapat obat atas resep dokter di Apotek Farmasi
Airlangga.
Prosedur Penelitian :
1. Anda akan diminta untuk menandatangani suatu persetujuan kesediaan
mengikuti penelitian.
2. Bersedia diwawancara mengenai identitas pribadi, penggunaan obat, dan
masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan obat.
3. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat SUKARELA. Anda dapat
sewaktu-waktu mengundurkan diri dalam penelitian ini bila merasa
dirugikan.

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 81

Manfaat
Partisipasi Anda akan memberikan informasi berharga mengenai
masalah terkait penggunaan obat yang terjadi pada pasien lanjut usia di
Apotek Farmasi Airlangga sehingga tercapai terapi yang aman, efektif dan
efisien.
Jaminan Kerahasiaan
Kerahasiaan identitas dan resep anda akan sangat dijaga oleh
peneliti. Seluruh informasi yang anda berikan akan dijaga kerahasiaannya
dan tidak akan dipublikasikan.
Demikian penjelasan tentang penelitian ini dan mohon kesediaan
anda untuk turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Bila anda menyetujui
untuk ikut serta dalam penelitian ini silahkan anda memberikan tanda
tangan pada lembar persetujuan. Bila ada pertanyaan mengenai penelitian
ini silahkan menghubungi Vivin Diah Ayu P.(085235064981)

Hormat saya,

Vivin Diah Ayu P

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 82

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN
Identifikasi Drug Therapy Problems pada Pasien Lanjut Usia yang
Mendapat Pelayanan Resep (Studi di Apotek Farmasi Airlangga
Surabaya)
Peneliti :
Vivin Diah Ayu Purworini
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Setelah membaca dan memahami penjelasan mengenai tujuan dan


manfaat dari penelitian ini, maka dengan ini saya :

Nama : ................................................

Alamat : ................................................

No. Tlp. : ................................................

Menyatakan bahwa saya :

1. Bersedia untuk mengikuti penelitian ini.


2. Bersedia untuk diwawancara mengenai identitas pribadi, riwayat
kesehatan, riwayat penggunaan obat, dan gaya hidup.

Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, saya setuju dan
bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela dan
memberikan informasi sesuai dengan kenyataannya.
Surabaya,

Peneliti Peserta Penelitian,

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 83

Lampiran 3
DAFTAR PEDOMAN INTERVIEW
Identifikasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada Pasien Lanjut Usia
yang Mendapat Pelayanan Resep di Apotek Farmasi Airlangga
Surabaya
1. Kepastian lanjut usia/ keluarga pasien yang mengetahui segala
macam pengobatan pasien.
2. Diagnosa dokter/ keluhan dokter
3. Kontrol rutin atau ada keluhan sakit
4. Jika hanya keluhan sakit
a. Terapi selama sakit
b. Obat (obat lain yang dibeli sendiri/obat yang harus
diminum rutin) masih diminum/tidak
5. Jika tanggal resep berbeda dengan tanggal pelayanan
a. Kontrol terakhir ke dokter
b. Obat yang diminum selama obat belum diambil
c. Jika obat sudah habis minum apa
6. Obat lain atau vitamin (beli sendiri atau resep)
7. Jika obat tidak diambil semua (alasan)
8. Jika pasien sudah pernah minum obat
a. Nama obat
b. Kesulitan minum obat
c. Cara penggunaan dan waktu penggunaan
(sebelum/sesudah makan)
d. Efek samping obat (menyebut tanda efek samping obat
yang diminum)
9. Jika lama terapi untuk tiap obat dalam satu resep berbeda
a. Informasi cara penggunaan obat

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 84

b. Sisa obat sebelumnya


10. Jika belum pernah minum obat
1. Informasi apoteker terkait obat
11. Perokok atau tidak

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 85

Lampiran 4 Catatan Penggunaan Obat Pasien

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 86

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 87

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 88

Lampiran 5 DTP Registration Form

Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI


IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

HASIL IDENTIFIKASI DTPs PADA PASIEN LANJUT USIA

Lampiran 6
POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

1. Tn. A 26/01/13 Amlodipin 30 1-0-0 -  Obat di rumah Ketidakpatuhan √


(70th) 01/02/13 10mg habis namun
pasien tidak
menebus obat
karena pasien
mendapat
informasi bahwa
obat baru dapat
diambil 5 hari
lagi. Oleh karena
itu pasien
memilih tidak
minum obat.
27/02/13 Amlodipin 30 1-0-0 Ultraflu  Pasien mengaku Ketidakpatuhan √
27/02/13 10mg (Parasetamol sebelum kontrol
600mg, minum amlodipin
fenilpropanol sehari 2 kali
amin HCl supaya ketika
15mg, kontrol tekanan
klorfeniramin darahnya normal
maleat 2 mg) ADR √
 Minum obat
dengan pisang.
Berpotensi
meningkatkan

89
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

serum potasium
dengan
amlodipinc
 Pasien pada saat ADR √
ini mengalami flu
dan minum
ultraflu. Salah
satu kandungan
ultraflu adalah
fenilpropanolami
n yang
dikontraindikasi
kan dengan
pasien karena
pasien memiliki
riwayat
hipertensi.
2. Ny. B 01/02/13 Meloxicam 10 2 dd ½ -  Meloxicam dapat ADR √
(68th) 01/02/13 15mg berinteraksi
dengan valsartan.
Fitbon 10 1 dd 1 Kedua obat
(glukosamin) berpotensi saling
meningkatkan
toksisitas masing-
masing a

90
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

OBH 1 3 dd C1  Meloxicam dapat ADR √


potensi
Aspilet 30 1 dd 1 berinteraksi
(asetosal) dengan
Bisoprolol 5mg 15 1/2-0-0 bisoprolol.
Meloxicam dapat
menurunkan efek
bisoprolol
sehingga perlu di
monitor a
 Valsartan dan ADR √
asetosal potensial
Farsobid 5 mg 60 2 dd 1
dapat
(ISDN)
meningkatkan
Valsartan 30 1 dd 1 serum potassium,
160mg meningkatkan
toksisitas salah
satu obat bila
digunakan
bersamaan,
asetosal juga
dapat
menurunkan efek
valsartan a

91
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

 Asetosal dan ADR √


meloxicam
potensial
berinteraksi.

Asetosal dapat
meningkatkan
kadar atau efek
meloxicam
dengan
kompetisis obat
asam pada klirens
tubular renal a
 Asetosal dan ADR √
bisoprolol apabila
diminum
bersamaan
potensial
menurunkan
kadar atau efek
dari bisoprolol a
3. Ny.C 01/02/13 Adalat oros 30 1-0-0 -  Pasien menderita Ketidakpatuhan √
(65th) 01/02/13 30mg DM sejak tahun
(nifedipin) 2007. Namun

92
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

pasien sejak Juni


2012 memilih
tidak minum obat
DM. Pasien juga
memiliki
penyakit
hipertensi.
04/02/13 Glibenklamid 30 1-0-0 Adalat oros  Menurut hasil tes Kebutuhan terapi √
05/02/13 5mg 30mg laboratorium obat tambahan
(nifedipin) kolesterol naik
(pasienl upa
angkanya) tapi
tidak mendapat
obat penurun
kolesterol
Amoxicilin 15 3 dd 1  Pasien terlambat Ketidakpatuhan √
500mg menebu obat 1
hari dan pasien
memilih untuk
tidak minum obat
selama obat
belum ditebus.
CTM 15 3 dd 1  Di rumah ada sisa Ketidakpatuhan √

93
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Dextromethor 15 3 dd 1 2 amoxicillin.
phan Padahal terakhir
kontrol tanggal
10-1-2013 dan
pasien mengaku
hanya minum
obat saat badan
tidak enak.
Seharusnya
amoxicillin harus
habis karena
termasuk
antibiotik.
4. Ny.D 02/02/13 Simvastatin 30 s.u.c Sangobion  Simvastatin ADR √
(80th) 02/02/13 10mg Enervon-C potensi
Habbatus berinteraksi
Valsartan dengan
Amlodipin amlodipin.
Lampriazid Amlodipin dapat
meningkatkan
kadar
simvastatina
 Pasien lupa letak Ketidakpatuhan √
menyimpan
simvastatin

94
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

sehingga
menebus lagi.
 Simvastatin ADR √
potensial
berinteraksi
dengan valsartan.
Simvastatin dapat
meningkatkan
kadar atau efek
valsartan a
5. Ny.E 04/02/13 Amoxicilin 15 3 dd 1 Vitamin E  Tidak mengetahui Ketidakpatuhan √
(65th) 04/02/13 500mg aturan pakai obat
dengan benar
ketika ditanya
Parasetamol 15 3 dd 1 cara
500mg menggunakan
obat yang
diterima padahal
sudah mendapat
informasi dari
apoteker.

 Pasien mengaku Ketidakpatuhan √

95
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

CTM 15 3 dd 1 minum obat bila


merasa sakit saja
padahal salah satu
obat yang
diterima pasien
adalah antibiotik.
6. Tn.F 04/02/13 Valsartan 80 mg 30 1 dd 1 - - Pasien memiliki Kebutuhan obat √
(85th) 05/02/13 riwayat sakit tambahan
paru, jantung dan
hipertensi. Pasien
merasa sesak
sejak keluar
rumah sakit dan
sudah
memberitahu ke
dokter tapi dokter
tidak memberi
obat.Sebelumnya
pasien pernah
mengalami sakit
paru sampai
diambil cairan
parunya sebanyak
20cc. pasien dari
dulu

96
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

menggunakan
valsartan
- Pasien lupa tidak Ketidakpatuhan √
menebus obat.
Pada resep
tertulis tanggal 4
namun obat baru
diambil tanggal 5
7. Ny.G 05/02/13 Amlodipin 30 1 dd 1 -  - - -
(61th) 05/02/13 10mg

Antalgin 15 3 dd 1
(Metampiron)
CTM 15 3 dd 1

8. Ny.H 04/02/13 Amlodipin 30 1 dd 1 Vitamin B - Pasien mengaku Ketidakpatuhan √


(70 th) 05/02/13 10mg complex telat kontrol dan
selama itu
memilih tidak
minum obat.
Seharusnya
tanggal 26
Januari kontrol
tapi baru kontrol

97
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

tanggal 4
Februari
Bisoprolol 5 mg 30 1 dd 1 - Pasien tidak tahu Ketidakpatuhan √
HCT 25 mg 15 1 dd ½ aturan pakai obat
ketika ditanya
mengenai aturan
pakai obat
(utamanya HCT)
Valsartan 80 mg 30 1-0-0 - Amlodipin dan ADR √
bisoprolol
potensial
berinteraksi.
Kedua obat dapat
meningkatkan
blocking channel
antihipertensi
sehingga dapat
menimbulkan
bradikardi,
conduction
defects, dan heart
failure a

98
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

9. Ny.I 06/02/13 Amlodipin 30 1-0-0 - - Pasien memilih Ketidakpatuhan √


(82 th) 06/02/13 10mg tidak minum obat
karena pasien
HCT 25 mg 15 ½-0-0 pergi ke luar
kota. Padahal
obat habis sejak
tanggal 30
Januari
10. Tn.J 06/02/13 Micardis 80 mg 30 1 dd 1 - - Pasien tidak Ketidakpatuhan √
(69 th) 06/02/13 (Telmisartan) mendapat
Sohobion (vit 30 1 dd 1 glukosamin
B1, B6, B12) karena tidak
ditanggung oleh
askes sehingga
Glukosamin 30 1 dd 1 tidak mendapat
obat dan memilih
tidak minum
obat.
11. Tn.K 20/01/13 Adalat oros 30 1 dd 1 - - Pada resep tertulis Ketidakpatuhan √
(73 th) 06/02/13 30mg tanggal 20/01/13
(Nifedipin SR) tapi obat baru
diambil 06/02/13
karena obat baru
habis

99
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

12. Tn.L 07/02/13 Vaclo 30 1-0-0 Sarang semut - Furosemid dan ADR √
(66 th) 07/02/13 (Clopidogrel) asetosal potensi
berinteraksi.
Asetosal dapat

Digoxin 30 1-0-0 meningkatkan


efek furosemid a

- Furosemid ADR √
potensi
berinteraksi
dengan digoxin.
Furosemid dapat
meningkatkan
serum digoxin
sehingga
meningkatkan
toksisitas a

Gralixa 30 1-0-0 - Valsartan dan ADR √


(Furosemid) asetosal potensi
berinteraksi.
Kedua obat dapat

100
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

meningkatkan
serum potassium,
meningkatkan
toksisitas salah
satu obat bila
digunakan
bersamaan,
asetosal juga
dapat
menurunkan efek
valsartan a

- Pasien tidak Ketidakpatuhan √


Aspilet 30 1-0-0 mendapatkan
(asetosal) Vaclo
(clopidogrel)
Farsorbid 90 1-1-1 karena tidak
(ISDN) ditanggung askes
sehingga tidak
mendapat obat
Valsartan 80mg 30 1-0-0
dan memilih tidak

101
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

minum obat

- Pasien memilih Ketidakpatuhan √


tidak minum obat
karena pasien
takut ginjalnya
rusak dan atas
saran senam cina

13. Ny.M 07/02/13 Nifedipin 10 mg 90 3 dd 1 - - Bisoprolol dan ADR √


(60 th) 07/02/13 nifedipin potensi
berinteraksi.
Kedua obat
meningkatkan
anti-hypertensive
channel blocking
sehingga dapat
menimbulkan
bradikardi,
conduction
defects, dan heart
failure b

102
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Bisoprolol 5 mg 30 1-0-0 - Minum obat ADR √


dengan pisang.
Pisang
Antalgin 15 3 dd 1
mengandung
(Metampiron) kalium yang
bepotensi
berinteraksi
dengan nifedipin
dan bisoprolol
sehingga
meningkatkan
serum potassium c

14. Tn.N 06/02/13 Valsartan 80mg 30 1 dd 1 - - - - -


(68 th) 07/02/13
Maintate 30 1 dd 1
(bisoprolol)

15. Ny.O 06/02/13 Micardis 80 mg 30 1 dd 1 - - - - -


(62 th) 07/02/13 (telmisartan)

103
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

16. Ny.P 04/02/13 Norvask 5 mg 30 1 dd 1 - - - - -


(61 th) 08/02/13 (amlodipin)

17. Tn.Q 07/02/13 Valsartan 80 mg 30 0-1-0 - - - - -


(61 th) 08/02/13

18. Ny.R 08/02/13 Amlodipin 30 1-0-0 - - Pasien mengaku Ketidakpatuhan √


(69 th) 09/02/13 10mg sering lupa
minum obat
Glibenklamid 30 1-0-0 terutama
5mg metformin.
Namun pada hari
Metformin 60 0-1-1 itu sudah minum
500mg metformin.

104
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

19. Ny.S 09/02/13 Aminophylin tab Dibuat - - Aminophyllin ADR √


(63 th) 09/02/13 ½ kapsul potensi
60 berinteraksi
1-0-1
dengan
dexametason.
Bricasma 1/3 Dibuat Interaksi tersebut
(terbutalin tab kapsul
dapat
sulfat) 60
1-0-1 menurunkan efek
aminophyllin a
Cortidex ½ Dibuat
(Dexametason) tab kapsul
60
- Diklofenak K dan ADR √
1-0-1
deksametason
potensi
Cataflam ½ Dibuat berinteraksi.
(Diklofenak K) tab kapsul
60 Kedua obat dapat
1-0-1 saling
meningkatkan

105
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Codein HCl ½ Dibuat toksisitas bila


tab kapsul digunakan
60 bersamaan
1-0-1

- Codein dapat ADR √


menurunkan
fungsi pernapasan
sehingga pasien
akan merasa
semakin sesak
padahal pasien
memiliki riwayat
asma

- Pasien mengaku Ketidakpatuhan √


hanya minum
obat pada saat
asma kambuh dan
memilih tidak
minum obat lain

106
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

seperti
simvastatin dan
antibiotik yang
pernah diberikan
sebelumnya

20. Ny.T 11/02/13 Glurenorm 30 1-0-0 - - Pasien tidak Ketidakpatuhan √


(86 th) 11/02/13 30mg minum obat
(glikuidon) hipertensi dan
Glucobay 40 3 dd 1 DM karena
(acarbose) mengaku
terlambat kontrol
Bisoprolol 30 1 dd 1
- Amlodipin dan ADR √
bisoprolol potensi
Valsartan 30 0-0-1 berinteraksi.
Kedua obat dapat

107
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Amlodipin 15 ½-0-0 meningkatkan


blocking channel
antihipertensi
sehingga dapat
menimbulkan
bradikardi,
conduction
defects, dan heart
failure b
21. Ny.U 11/02/13 Captopril 25mg 90 3 dd 1 Glimepirid - Captopril ADR √
(85 th) 11/02/13 Allopurinol berpotensi
Neurobion berinteraksi
Maintate
dengan pisang
(Bisoprolol)
karena pisang
mengandung
banyak kalium
selain itu
makanan dapat
mengganggu
absorpsi
captopril.

108
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

22. Ny.V 12/02/13 Glimepirid 4mg 30 1 dd 1 Obat herbal - Glimepirid dan ADR √
(73 th) 12/02/13 untuk kanker imidapril HCl
payudara dimungkinkan
Grahabion (vit 30 1 dd 1 dapat terjadi
B1, B6, B12) significant
interaction yaitu
Comdipin 30 1 dd 1 hipoglikemi a
(Amlodipin)

Micardis 30 1 dd 1
(Telmisartan)

Tanapres 30 1 dd 1
(Imidapril HCl)

23. Tn.W 12/02/13 Chlorampenicol 20 3 dd 1 Glucobay - Pasien tidak Ketidakpatuhan


(67 th) 12/02/13 500 mg (acarbose) mendapat obat
Glurenorm kloramfenikol
(glikuidon)
karena tidak
Adalat oros

109
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Diazepam 2 mg 5 0-0-1 (nifedipin) tersedia di apotek


Allopurinol (dibuatkan copy
Sohobion (vit resep)
B1, B6, B12)
Simvastatin

- Pasien mengaku Kebutuhan obat √


kolesterol tinggi tambahan
(>100mg) tapi
tidak diberi obat
karena pasien
askes
memperoleh obat
kolesterol apabila
kadarnya >130mg

24. Ny.X 13/02/13 Adalat oros 30 1-0-0 Simvastatin - Pasien tidak Ketidakpatuhan √
(60 th) 13/02/13 30mg memahami aturan
(Nifedipin SR) pakai obat karena
mengaku tidak
minum sohobion.
Micardis 80 mg 30 0-0-1 Sohobian
dianggap hanya

110
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

(telmisartan) vitamin

Sohobion (vit 30 1 dd 1
B1,B6,B12)

25. Ny.Y 13/02/13 Amlodipin 30 1-0-0 - - - - -


(82 th) 13/02/13 10mg
HCT 25 mg 30 ½ -0-0

26. Ny.Z 13/02/13 Amlodipin 30 1 dd 1 - - Ciprofloxacin ADR √


(67 th) 14/02/13 10mg potensi
berinteraksi
dengan
Ciprofloxacin 10 2 dd 1 aminofilin.
500mg Ciprofloksasin
akan
meningkatkan
kadar atau efek
dari aminofilin
Aminophiyllin 15 3 dd 1 dengan
200mg mempengaruhi

111
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Nichodryl fl 1 2 dd 1 hepatic enzyme


(-difenhidramin CYPIA2
HCl 12,5mg, metabolism.Peng
-ammonium gunaan
klorida 125mg, aminofilin dan
-natrium ciprofloxacin
sitrat50mg, - secara bersamaan
mentol 1mg, - dapat
alkohol 0,25 menurunkan
mg/5 ml sirup) kadar aminofilin
dan
meningkatkan
kadar pada
plasma dan gejala
toksisitas a

27. Ny.AA 14/02/13 Aspilet 30 0-1-0 - - Pasien meminum Ketidakpatuhan √


(73 th) 14/02/13 (asetosal) aspilet dengan
maintate secara
bersamaan

112
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Maintate 30 1-0-0
(bisoprolol) - Aspilet dan ADR √
maintate potensi
berinteraksi.
Neurodex (vit 30 1 dd 1 Kedua obat bila
B1,B6,B12) diminum
bersamaan dapat
Aminofilin 10 2 dd menyebabkan
1prn menurunkan efek
dari maintate.
Aspilet
menurunkan
kadar atau efek
maintate a

28. Ny.AB 14/02/13 Antalgin 15 3 dd 1 Renadinac - Pasien memilih Ketidakpatuhan √


(61 th) 14/02/13 (metampiron) (Na tidak minum
diklofenak) obat. Pasien
Fitbon
terakhir kontrol 3
(Glukosamin)
bulam lalu dan
kontrol kembali
tanggal 14 Feb.

113
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Pasien kontrol
karena merasa
pusing dan bagian
tubuh sebelah
kanan wajah agak
tebal (seperti
stroke) dan
mengaku minum
obat bila merasa
sakit saja.

Amlodipin 30 1 dd 1 - Amlodipin ADR √


10mg berpotensi
berinteraksi
dengan pisang.
Pisang banyak
mengandung K
sehingga pasien
dapat mengalami
hiperkalemi c

114
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

- Amlodipin Ketidakpatuhan √
diminum setiap
malam hari
seharusnya pagi
hari.
29. Ny.AC 14/02/13 Amlodipin 30 1 dd 1 Oskadon - Pasien terakhir Ketidakpatuhan √
(60 th) 15/02/13 10mg (Parasetamol kontrol 3 bulam
350mg, lalu. dan kontrol
kofein kembali tanggal
anhidrat 14 Feb kontrol
35mg) karena merasa
CTM pusing dan
bagian tubuh
sebelah kanan
wajah agak tebal
(seperti stroke)
dan mengaku
minum obat bila
merasa sakit saja.
Antalgin 15 3 dd 1 - Kandungan ADR √
(Metampiron) kofein pada
oskadon
Sohobion (vit 15 1 dd 1 dikontraindikasi
kan pada pasien.

115
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

B1, B6, B12) Pasien memiliki


riwayat penyakit
hipertensi

30. Ny.AD 14/02/13 Aspilet 30 0-1-0 - - Pasien memilih Ketidakpatuhan √


(70 th) 15/02/13 (asetosal) tidak minum
obat. Simvastatin
dan piracetam
Adalat oros 30 1-0-0 tidak dapat
(nifedipin) diterima pasien
karena tidak
ditanggung askes.

Micardis 80mg 30 0-0-1 - Pasien memilih Ketidakpatuhan √


(Telmisartan) tidak minum obat
karena hanya
Glucodex 80mg 90 0-1-0 mendapatkan 60
(Glicazide) glucodex.
Seharusnya pasien
mendapatkan 90
Piracetam 30 1 dd 1
tablet karena yang

116
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Sohobion (vit 30 1 dd 1 ditanggung askes


B1,B6,B12) hanya 60 tablet.

- Pasien memilih Ketidakpatuhan √


tidak minum obat
Simvastatin 30 0-0-1
karena kehabisan
20mg
obat dan sibuk
sehingga obat
baru ditebus
keesokan harinya

- Pasien tidak Ketidakpatuhan √


memahami aturan
pakai. Pasien
minum
simvastatin pagi
hari seharusnya
malam hari

- Adalat oros dan ADR √


simvastatin
potensi interaksi.

117
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Adalat oros akan


meningkatkan
efek simvastatin
dengan
mempengaruhi
metabolisme
hepar a

31. Tn.AE 14/02/13 Aminofilin ½ Dibuat Nifedipin - Pasien memilih Ketidakpatuhan √


(76 th) 14/02/13 tab kapsul tidak minum obat
10 padahal pernah
3 dd 1 mendapatkan
obat
antihipertensi.
Namun tidak
Salbutamol 2mg 1 Dibuat diminum karena
kapsul pasien merasa
10 tidak memberikan
3 dd 1 efek obatnya

118
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Metil 1 Dibuat
prednisolon kapsul
8mg 10 - Eritromisin dan ADR √
3 dd 1 aminofilin
potensi
berinteraksi.
Eritromisin akan
meningkatkan
kadar atau efek
aminofilin
dengan
mempengaruhi
hepatic/intestinal
enzyme CYP3A4 a

- Nifedipin dan ADR √


eritromisin

119
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Eritromisin 12 3 dd 1 potensi
500mg berinteraksi.
Nifedipin akan
meningkatkan
kadar atau efek
eritomisin dengan
mempengruhi
hepatic/intestinal
enzyme CYP3A4a

- Eritromisin dan ADR √


prednisolon
potensi
berinteraksi.
Eritromisin akan
meningkatkan
kadar atau efek
dari prednisolon
dengan
mempengaruhi
metabolisme
hepatic/intestinal
enzyme CYP3A4.
Kemungkinan

120
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

interaksi serius
dan perlu
monitoring.
Penggunaan
alternatif bila
tersedia a
32. Tn.AF 12/02/13 Metformin 90 3 dd 1 Sangobion - - - -
(75 th) 15/02/13
Glimepirid 4mg 30 1-0-0

Amlodipin 30 0-0-1
10mg

33. Ny. AG 18/02/13 Noperten 10 mg 30 0-0-1 Promaag - Pasien lupa tidak Ketidakpatuhan √
(75 th) 18/02/13 (lisinopril) Theragran menebus obat
Merislon padahal Obat

121
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Bisoprolol 30 1-0-0 (betahistin) habis sejak


tanggal 15 Feb
sehingga pasien
tidak minum obat
selama tiga hari
34. Tn.AH 14/02/13 Amlodipin 30 1-0-0 - - Pasien mengaku Ketidakpatuhan √
(74 th) 18/02/13 10mg sering lupa
minum obat
- Pasien memilih Ketidakpatuhan √
tidak minum
obat. pasien sibuk
sehingga tidak
minum obat
karena obat baru
diambil tanggal
18/2 seharusnya
tanggal 14/2
35. Ny. AI 14/02/13 Amlodipin 10 30 1-0-0 - - Pasien memilih Ketidakpatuhan √
(65 th) 18/02/13 mg tidak minum
obat. pasien sibuk
sehingga tidak
minum obat
karena obat baru
diambil tanggal
18/2 seharusnya

122
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

tanggal 14/2
36. Ny. AJ 18/02/13 Amlodipin 30 1-0-0 - - Pasien lupa Ketidakpatuhan √
(64 th) 18/02/13 10mg minum obat
Glibenklamid 30 1-0-0 selama 2 hari.
5mg
- pasien mengalami Kebutuhan akan √
batuk namun terapi obat
tidak mendapat tambahan
Asam 15 3 dd 1 obat.
mefenamat
- Pasien tidak Ketidakpatuhan √
500mg mendapat obat
amlodipin karena
Dimenhidrinat 15 3 dd 1 di Apotek habis.

Metformin 60 0-1-1
500mg

37. Tn.AK 18/02/13 Nifedipin 10 mg 90 3 dd 1 Neurobion - Nifedipin dan ADR √


(77 th) Regilon bisoprolol potensi

123
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

19/02/13 Bisoprolol 5 mg 30 1 dd 1 Waisan berinteraksi.


Kedua obat dapat
meningkatkan
antihypertensive
channel blocking
antihipertensi
sehingga dapat
menimbulkan
bradikardi,
conduction
defects, dan heart
failure b
38. Ny.AL 19/02/13 Stugeron 15 3 dd 1 - - Pasien tidak Ketidakpatuhan √
(72 th) 19/02/13 (Cinnarizine) mendapat obat
eprinoc karena
tidak tersedia di
Eprinoc 15 3 dd 1 apotek
(Eperisone HCl)

39. Ny.AM 19/02/13 Noperten 10 mg 30 1-0-0 Vitamin - - - -


(68 th) 19/02/13 (Lisinopril) minyak ikan

124
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

40. Tn.AN 20/02/13 Adalat oros 30 1-0-0 - - Pasien potensi Ketidakpatuhan √


(61 th) 20/02/13 30mg lupa karena
(nifedipin) mengaku pernah
terlambat
menebus obat
Micardis 80 mg 30 0-0-1
(Telmisartan)

Sohobion (vit 30 1 dd 1
B1, B6, B12)

41. Tn. AO 20/02/13 Codein 10 mg 30 3 dd 1 - - Pasien tidak Ketidakpatuhan √


(67 th) 20/02/13 memahami aturan
pakai. Obat hanya
diminum ketika
merasa sakit saja
sehingga batuk
tidak sembuh-
sembuh
42. Ny.AP 20/02/13 Glurenorm 30 1-0-0 15 - - Pasien tidak Ketidakpatuhan √
(71 th) 20/02/13 30mg menit memahami aturan
(glikuidon) sebelum pakai. Pasien
makan meminum

125
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Eclid 50 mg 90 3 dd 1 glurenorm
(Acarbose) sesudah satujam sebelum
suapan makan.
pertama
- Pasien tidak Ketidakpatuhan √
memahami aturan
pakai. Pasien
Sohobion (vit 30 1 dd 1 meminum eclid
B1, B6, B12) sesudah makan

43. Ny. AQ 20/02/13 Meloxicam 10 2 dd 1 - - - - -


(70 th) 21/02/13 15mg
Antasida 10 2 dd 1

Vitamin B 20 2 dd 1
complex

44. Ny.AR 20/02/13 Antasida 15 3 dd 1ac Fitbon - - - -


(65 th) 21/02/13 (Glukosamin)
Obat untuk
pengapuran

126
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Dimenhidrinate 15 3 dd
1pc

45. Tn.AS 13/02/13 Adalat oros 30 1 dd 1 Obat herbal - Pasien tidak Kebutuhan akan √
(64 th) 21/02/13 30mg (mengkudu) mendapat obat terapi obat
(Nifedipin SR) Vitamin B kolesterol. tambahan
kompleks Padahal menurut
hasil lab tanggal
Allopurinol 30 1 dd 1 25 Januari kadar
100mg kolesterolnya
152mg/dl. Pasien
merupakan pasien
askes
- Pasien telat Ketidakpatuhan √
menebus obat
karena sibuk.
Seharusnya
pasien menebus
tanggal 13 Feb
tetapi baru
ditebus tanggal
21 Feb dan
selama itu pasien
memilih tidak
minum obat.

127
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

46. Ny.AT 21/02/13 Antalgin 15 3 dd 1 - - - - -


(71 th) 21/02/13 (Metampiron)

CTM 15 3 dd 1

Codein 20 mg 15 3 dd 1

Interpril 10 mg 30 1 dd 1

47. Ny. AU 21/02/13 Amlodipin 30 1-0-0 - - Pasien mengaku Ketidakpatuhan √


(81 th) 22/02/13 10mg baru menebus
obat bila telah
habis dan hari ini
HCT 25 mg 15 ½-0-0
baru minum obat
siang hari
seharusnya obat
diminum pagi
hari.

128
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

48. Ny.AV 22/02/13 Vastigo 1 Dibuat - - - - -


(73 th) 23/02/13 (Betahistin) tab 10
kapsul 3
dd 1
Dimenhidrinate ½ Dibuat
tab 10
kapsul 3
dd 1

Pyridoxine HCl 50 Dibuat


mg 10
kapsul 3
dd 1
Maintate 2,5 mg 30 1 dd 1
(bisoprolol) pagi

49. Tn. AW 23/02/13 Deculin 30 1 dd 1 - - Pasien memilih Ketidakpatuhan √


(60 th) 23/02/13 (pioglitazon tidak minum obat
HCl) selama 3 minggu
Eclit 100 mg 60 2 dd 1
(Acarbose)

129
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

Metformin 60 2 dd 1

Sohobion (vit 30 1 dd 1
B1, B6, B12)

50. Ny.AX 25/02/13 Valsartan 80 mg 30 1 dd 1 - - Pasien memilih Ketidakpatuhan √


(73 th) 25/02/13 tidak minum obat
sejak tanggal 21
Furosemid 30 1 dd 1 feb karena tidak
-
40mg ada yang
Spironolskton 30 1 dd 1 mengantar ke
25 mg dokter

Aspilet 30 1 dd 1 - Furosemid dan ADR √


chewable digoksin potensi
(asetosal) berinteraksi.
Furosemid dapat
Digoksin 30 1 dd 1 meningkatkan
0,25mg serum digoksin
sehingga
Ranitidin 30 1 dd 1
meningkatkan

130
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

150mg toksisitas a

- Spironolakton ADR √
dan digoksin
potensi
berinteraksi.
Spironolakton
dapat
meningkatkan
kadar digoksin
dalam darah dan
meningkatkan
toksisitas
digoksin a

131
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

- Valsartan dan ADR √


asetosal potensi
berinteraksi.
Kedua obat dapat
meningktkan
serum potassium,
meningkatkan
toksisitas salah
satu obat bila
digunakan
bersamaan,
asetosal juga
menurunkan efek
valsartan a

- Ranitidin dan ADR √


digoksin potensi
berinteraksi.
Ranitidin dapat
meningkatkan
kadar digoksin
sehingga
toksisitas

132
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

meningkat a
51. Ny.AY 25/02/13 Kary Uni tetes 1 3 dd gtt - - - - -
(77 th) 25/02/13 mata btl 1 ods
(Pirenoxime
sodium)

Lyteers tetes 1 6 dd gtt


mata btl 1 ods

52. Tn.AZ 25/02/13 Cardace 5mg 30 1 dd 1 Obat dari cina - Ramipril dan ADR √
(70 th) 26/02/13 (ramipril) Neurheuma diklofenak
cyl berpotensi
(-ibuprofen berinteraksi.
Amdixal 5mg 30 1 dd 1 200 mg, Kedua obat saling
(amlodipin - vit B1 meningkatkan
maleat) 50mg, toksisitas satu
-vit B6 sama lain a
100mg, -vit
B12 100 mcg)
- Ramipril dan ADR √
Renadinac
ibuprofen
(Na
berpotensi
diklofenak)
berinteraksi.
Carbide
Kedua obat saling

133
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

(deksameta meningkatkan
son) toksisitas satu
Curmino sama lain a

- Amlodipin dan ADR √


deksametason
Sohobion (vit 30 1 dd 1 berpotensi
B1,B6,B12) berinteraksi.
Deksametason
akan menurunkan
efek amlodipin
yang
mempengaruhi
metabolism
enzim CYP3A4
di hati atau usus a

53. Tn. AAA 25/02/13 Allopurinol 30 1 dd 1 Farsorbid - - - -


(70 th) 26/02/13 300mg (ISDN)
Ranitidin

Grahabion (vit 30 1 dd 1

134
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

B1,B6, B12)

Amdixal 5 mg 30 0-0-1
(Amlodipin
maleat)

54. Tn.AAB 07/02/13 Amlodipin 30 1-0-0 - - - - -


(63 th) 08/02/13 10mg
Sohobion (vit 30 1 dd 1
B1,B6,B12)

55. Tn.AAC 11/02/13 Adalat oros 30 1 dd 1 Cardioaspirin - Amlodipin ADR √


(61 th) 12/02/13 30mg Omega 3 potensi
(nifedipin) Lipitor berinteraksi
(atorvastatin) dengan nifedipin.
Amlodipin 5 mg 30 1-0-0 Kedua obat
meningkatkan
Sohobion (vit 30 1 dd 1 antihypertensive
B1,B6,B12) channel blockin a

- Pasien mengaku Ketidakpatuhan √


minum obat bila

135
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

tidak lupa

56. Ny.AAD 11/02/13 Amlodipin 5 mg 30 1-0-0 Lipitor - Pasien memilih Ketidakpatuhan √


(72 th) 12/02/13 (atorvastatin) tidak minum
obat. pasien tidak
minum sohobion
karena
menganggap
Sohobion (vit 30 1 dd 1 hanya vitamin.
B1,B6,B12)

57. Ny.AAE 25/02/13 Glibenklamid 30 1 dd 1ac - - Pasien memilih Ketidakpatuhan √


(60 th) 26/02/13 tidak minum
Metformin 60 0-1-1pc obat. Pasien tidak
500mg mendapat
glukosamin
karena tidak
Antasida 10 3 dd 1ac ditanggung askes.

Glukosamin 30 3 dd 1
250mg

136
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

POTENSIAL
No ID TGL RESEP OBAT

AKTUAL
PASIEN & DIRESEPKAN ∑ SIGNA OBAT LAIN PENJELASAN DTP
TGL (NAMA (Kandungan)
PELAYANAN GENERIK)

58. Tn.AAF 26/02/13 Amlodipin 30 1-0-0 - - - - -


(63 th) 27/02/13 10mg

Antalgin 15 3 dd 1
(Metampiron)

59. Tn.AAG 27/02/13 Adalat oros 30 0-0-1 Obat herbal - - - -


(65 th) 27/02/13 30mg
(nifedipin)

Labesartan 30 1-0-0
30mg
(irbesartan)

Keterangan :
a. Drug Interaction Checker, 2013
b. Sweetman, 2009
c. Baxter, 2008

137
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)

Anda mungkin juga menyukai