Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk pendidikan dengan
cara memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dan
tugas secara langsung di lapangan dengan sebuah perusahaan baik pemerintah
maupun swasta setempat untuk memperoleh keahlian dibidang pelayanan,
menejemen dan administrasi.
Praktik kerja lapangan merupakan kegiatan untuk memberikan
pengalaman belajar bagi mahasiswa farmasi dalam situasi dunia kerja yang
nyata, khususnya mengetahui dan memahami seluruh aspek-aspek kefarmasian di
Rumah Sakit.
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama,
untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit
atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri
(Siregar,2004).
Selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan di RS Multazam, mahasiswa
dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari 2 orang. Dua kelompok tersebut
ditempatkan di bagian pelayanan dan di gudang farmasi yang akan bertukar
posisi setelah 5 hari. Pembagian seperti ini bertujuan agar mahasiswa dapat
mengetahui apa yang terjadi di gudang dan dipelayanan serta dapat bertukar
informasi jika ada mahasiswa yang belum tahu.
Pelayanan farmasi di apotek RS Multazam melakukan pelayanan 1 x 24
jam. Alur pelayanan resep di apotek RS Multazam dimulai dari resep yang
masuk ke Apotek kemudian akan diterima oleh petugas farmasi yang ada dan
akan dilakukan konfirmasi identitas pasien dan skrining resep. Skirining resep
tersebut meliputi : kejelasan penulisan, benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar rute, benar waktu pemberian, duplikasi, alergi, interaksi obat, kontra
indikasi, dan berat badan dari pasien anak atau bayi.

Setelah obat siap, akan dilakukan pengecekan kembali oleh petugas farmasi
apakah obat telah sesuai seperti yang ada di resep. Sebelum memberikan obat
dilakukan pencocokan kembali nama dan tanggal lahir pasien dengan data yang
ada di resep, alamat pasien serta dilakukan double check untuk obat-obat High
alert. Obat kemudian diberikan kepada pasien disertai dengan Pemberian
Informasi Obat (PIO). Waktu tunggu resep di RSUD Multazam yaitu untuk
obat jadi adalah 15 menit dan untuk obat racikan adalah 30 menit.
Untuk penyimpanan obat-obat di Apotek disimpan dalam beberapa
lemari dan diatur berdasarkan abjad dan juga berdasarkan jenis sediaan.
Untuk yang sediaan tablet, kaplet dan kapsul disimpan pada lemari sendiri dan
untuk sediaan ampul dan vial disimpan pada lemari yang berbeda.
RS Multazam memiliki gudang farmasi dengan ruang yang cukup luas
dan memiliki AC didalamnya. Penyimpanan di gudang farmasi RS Multazam
kurang lebih sama dengan penyimpanan di apotek. Obat disimpan berdasarkan
abjad dan juga bentuk sediaan. Di gudang juga menyimpan Bahan Habis Pakai
(BHP). Untuk obat-obat high alert disimpan pada lemari tersendiri agar obat
tersebut dapat selalu diperhatikan. Obat High alert didefinisikan oleh The
Institute For Healthcare Improvement (IHI) sebagai obat yang kemungkinan besar
menyebabkan bahaya ketika digunakan. The Joint Commission menggambarkan
high alert sebagai obat yang memiliki resiko tinggi menyebabkan bahaya ketika
misuse.
High alert medication (HAM) atau obat-obatan yang perlu diwaspadai
adalah obat yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius
(Sentinel Event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (Adverse Outcome) seperti obat/-obat yang terlihat mirip atau 29
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, Look Alike
Sound Alike/LASA) (Permenkes, 2011).
Selain obat – obat high alert, di gudang farmasi juga menyimpan obat –
obat narkotika, psikotropika, dan prekursor yang di letakkan dilemari yang
dilengkapi dengan 2 pintu yang berbeda. Menurut MenKes RI (2015), mengenai
penyimpanan obat narkotika, psikotropika dan prekursor yakni dinding dibuat dari
kayu yang menempel di dinding dengan dua pintu yang berlapis
Gudang farmasi dan apotek juga memiliki obat LASA. LASA (Look
Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang tampak kelihatan mirip (nama obat, rupa
atau bentuk obat dan dalam pengucapan nama obatpun mirip). Untuk obat-obat
LASA (Look Alike Sound Alike) diberikan stiker khusus yang ditempel pada
kemasan atau keranjang sehingga menghindari terjadinya kesalahan pengambilan
obat. Sistem penyimpanan yang digunakan di gudang farmasi merupakan
gabungan antara system First In First Out (FIFO) dan sistem First Expired
First Out (FEFO). Penggunaan kedua sistem ini berdampak baik untuk mengatur
pengelolaan obat sehingga mencegah pemberian obat yang telah kedaluarsa
kepada pasien.
Kegiatan farmasi yang diselenggarakan di RS Multazam meliputi
Pelayanan Resep, Pengkajian Resep, Pelayanan Informasi Obat, Konseling, Visite
Pasien Rawat Inap, Seleksi Sediaan Obat, Pemantauan Terapi Obat, Pemantauan
Dan Pelaporan Reaksi Obat Yang Berlebihan, Partisipasi Dalam Formularium
Rumah Sakit.
Pelayanan resep yang diadakan di RS Multazam dibagi menjadi dua, yaitu
untuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan rawat jalan dilakukan
dengan mengonfirmasi nama pasien, status pasien (BPJS atau umum) dan poli
perawatan. Pelayanan rawat inap digunakan dengan sistem ODD (One day Dose
Dispensing) yaitu dengan memberikan obat kepada pasien untuk dosis sehari
minum, dibuat menjadi 3 warna etiket, kuning untuk pagi, hijau untuk siang, dam
pink untuk malam. Pelayanan Informasi Obat dijelaskan mengenai jenis obat,
dosis, aturan pemakaian dan efek samping kepada pasien.
Di RS Multazam juga melakukan konseling bagi pasien yang ingin
berkonsultasi. Konseling juga diberikan untuk pasien yang membutuhkan
pengarahan khusus seperti pasien penderita penyakit kronis yang harus
meminum obatnya terus-menerus sehingga kepatuhan pasien perlu dipatau, agar
terapi yang diberikan berhasil

Anda mungkin juga menyukai