Anda di halaman 1dari 21

PROMOSI GIZI DI SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Elvira Dona Lukmana (P1337431217001)
Hanif Nurcintia (P1337431217005)
Khoiroh Ilmiyah (P1337431217011)
Ilmanisa Pabriyani (P1337431217016)
Anis Farihatin (P1337431217017)
Maiji Mardiatul Fitri (P1337431217019)
Amira Khairina Purwirasyda (P1337431217020)
Intan Permata Sari (P1337431217021)
Wiwi Nuryani (P1337431217024)
Yanuar Wildan Mumtaza (P1337431217025)
Alya Safhira (P1337431217026)
Dian Marisa Zulfa (P1337431217029)
Rael Ricky Indriyanto (P1337431217030)
Diana Alfarasti (P1337431217031)
Intan Listiani (P1337431217032)
Ricci Rose Shinta (P1337431217033)
Uzlifatul Jannah (P1337431217039)
Tiara Sandi Zahra Sani (P1337431217041)
Anggi Ariana Wijayanti (P1337431217043)

PROGRAM STUDI D IV GIZI


KELAS REGULER A SEMESTER VI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

A. EXECUTIVE SUMMARY......................................................................................................1
B. LATAR BELAKANG..............................................................................................................1
C. DAMPAK MASALAH GIZI...................................................................................................2
D. TUJUAN..................................................................................................................................4
E. MANFAAT...............................................................................................................................5
F. FAKTOR DETERMINAN.......................................................................................................5
G. KEBERHASILAN PENANGANAN DI DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI...........12
H. KEGIATAN PROJECT “OPTIMALISASI STATUS GIZI UNTUK MENDUKUNG
PRESTASI”...................................................................................................................................13
I. POA........................................................................................................................................14
J. ADVOKASI...........................................................................................................................16
K. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................20

2
A. EXECUTIVE SUMMARY

Anak merupakan aset SDM dan generasi penerus yang perlu diperhatikan
kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan mereka adalah salah satu faktor terpenting untuk
mengembangkan kualitasnya, karena kecukupan gizi akan mempengaruhi kesehatan dan
produktivitas kerjanya. Rendahnya status gizi anak akan membawa dampak negatif pada
peningkatan sumber daya manusia. Anak yang kurang gizi akan mudah mengantuk, kurang
bergairah dalam belajar, daya tangkapnya kurang, konsentrasi belajarnya rendah, dan daya
tahan tubuhnya lemah sehingga dapat menurunkan prestasinya. Daya pikir anak berkurang
karena pertumbuhan otak tidak optimal. Status gizi yang rendah akan berdampak pada
kualitas seseorang. Oleh karena itu, status gizi merupakan faktor yang berpengaruh cukup
besar terhadap prestasi seseorang.
Factor-faktor yang mempengaruhi status gizi meliputi asupan yang deficit, penyakit
infeksi, social ekonomi, pengetahuan ibu, pola asuh anak, pendapatan keluarga, sanitasi air
bersih, akses pelayanan kesehatan, pola hidup bersih dan sehat (PHBS), ketahanan pangan di
keluarga, peranan ibu dalam menyediakan makanan, genetic, psikologis, fisiologis, umur,
jenis kelamin, kelompok etnis, imunologis, keadaan lingkungan, dan BAB sembarangan.
Faktor yang berdampak langsung terhadap status gizi adalah asupan dan infeksi penyakit.

B. LATAR BELAKANG

Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peran penting di dalamnya. Gizi yang baik
akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang
tangguh serta produktif. Perbaikan gizi sangat diperlukan pada seluruh siklus kehidupan,
mulai masa kehamilan, bayi, anak balita, pra sekolah, anak sekolah, remaja, dewasa sampai
usia lanjut (Terati, et el., 2011).
Anak merupakan aset SDM dan generasi penerus yang perlu diperhatikan
kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan mereka adalah salah satu faktor terpenting untuk
mengembangkan kualitasnya, karena kecukupan gizi akan mempengaruhi kesehatan dan

1
produktivitas kerjanya. Rendahnya status gizi anak akan membawa dampak negatif pada
peningkatan sumber daya manusia.
Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi
lebih. Salah satu penyebab anak yang kekurangan gizi yaitu konsumsi gizi sehari-harinya
tidak seimbang atau kurang dari kecukupan. Sedangkan anak dengan gizi lebih disebabkan
oleh asupan gizi di dalam tubuhnya melebihi kebutuhannya.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2010, prevalensi anak usia
6-12 tahun yang tergolong gizi kurang dan gizi lebih secara nasional sebesar 12,2% dan
19,2%. Sedangkan berdasarkan Riskesdas 2013 prevalensi anak kurus dan gemuk usia 5-12
tahun yaitu 11,2% dan 18,8%, berdasarkan data PSG 2017 sebesar 17,8% dan 4,6%. Di Jawa
Tengah, prevalensi anak gizi kurang dan kegemukan usia 6-12 tahun yaitu 13,3% dan
10,9%. Sedangkan berdasarkan data PSG 2017, prevalensi anak gizi kurang dan kegemukan
berdasarkan BB/U yaitu 14,0% dan 1,4%.
Fase usia sekolah merupakan fase dibutuhkannya asupan makanan yang bergizi untuk
menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Selain untuk kebutuhan energi,
asupan makanannya juga mempengaruhi perkembangan otaknya. Apabila makanan yang
dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan gizinya, dan keadaan ini berlangsung lama akan
menyebabkan perubahan metabolisme otak. Pertumbuhan badan akan terganggu apabila
keadaan ini berat dan kronis. Badan yang kecil diikuti dengan ukuran otak yang kecil.
Jumlah sel dalam batang otak pun berkurang dan akan terjadi ketidakmatangan dan
ketidaksempurnaan organisme biokimia dalam otak. Keadaan ini akan mempengaruhi
kecerdasan anak.
Anak yang kurang gizi akan mudah mengantuk, kurang bergairah dalam belajar, daya
tangkapnya kurang, konsentrasi belajarnya rendah, dan daya tahan tubuhnya lemah sehingga
dapat menurunkan prestasinya. Daya pikir anak berkurang karena pertumbuhan otak tidak
optimal. Status gizi yang rendah akan berdampak pada kualitas seseorang. Oleh karena itu,
status gizi merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap prestasi seseorang.

C. DAMPAK MASALAH GIZI

I. Dampak Jangka Pendek Gizi Kurang dan Gizi Lebih


 Lemas dan tidak Aktif Bergerak
Sumber energi seseorang dapat diperoleh dari makanan dan asupan yang ia
konsumsi. Apabila makanan yang ia konsumsi tidak mencukupi kebutuhannya, tentu
2
ia akan mengalami kekurangan energi. Hal ini dapat menyebabkan tubuhnya lemas,
lesu dan tidak bertenaga.
Tubuh yang lemas akan menjadi permulaan anak menjadi malas. Anak akan malas
bergerak dan cenderung memilih diam. Kondisi ini membuat otot-otot tubuhnya
tidak terlatih dan terbentuk dengan baik. Tubuh anak akan lebih ringkih dan tidak
kuat untuk menjalankan aktifitas yang mengandalkan fisiknya.

 Mudah Mengantuk

Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh
karena status gizi merupakan faktor yang memberikan pengaruh cukup besar
terhadap prestasi seseorang.

Anak yang memiliki status gizi rendah akan mudah mengantuk dan kurang
bergairah yang dapat mengganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi
belajarnya, daya pikir anak juga berkurang karena pertumbuhan otak tidak optimal.

II. Dampak Jangka Panjang Gizi Kurang dan Gizi Lebih


 Pertumbuhan Fisik Terhambat
Anak kurang gizi dalam jangka waktu yang lama akan mengalami hambatan
dalam pertumbuhan, seperti pertumbuhan tulang terhambat karena defisiensi kalsium
dan vitamin D. Hal ini dikarenakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak dapat
tercukupi.
Hal ini berbalik arah dengan anak yang memiliki asupan nutrisi baik, tubuh akan
tumbuh dengan normal dan optimal. Baik dari segi tinggi badan, berat badan maupun
tampilan fisik lainnya. Anak dengan asupan nutrisi yang baik akan lebih sehat dan
tidak mudah sakit.

 Konsentrasi Rendah
Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah
laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap
sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
bidang studi.
Secara teoritis jika konsentrasi siswa rendah, maka akan menimbulkan aktivitas
yang berkualitas rendah pula serta dapat menimbulkan ketidakseriusan dalam belajar.
Ketidakseriusan itulah yang mempengaruhi daya pemahaman materi. Sedangkan

3
konsentrasi merupakan modal utama bagi siswa dalam menerima materi ajar serta
menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

 Sistem Kekebalan Tubuh Menurun


Nutrisi dan vitamin berasal dari makanan yang dikonsumsi seseorang akan
diproduksi dan diubah menjadi energi yang baik untuk tubuh. Selain itu juga dapat
menjaga dan meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini tentunya bersumber dari
makanan-makanan yang bernutrisi baik. Imun yang tidak kuat bisa menyebabkan
anak mudah terserang penyakit seperti flu, batuk, demam, pilek, dan lain-lain.

D. TUJUAN

I. Tujuan Umum
Memberdayakan siswa dalam pencegahan masalah gizi kurang dan gizi lebih melalui
program preventif dan kuratif.

II. Tujuan Khusus


 Meningkatkan pengetahuan siswa tentang masalah gizi kurang dan gizi lebih pada
anak sekolah
 Meningkatkan kesadaran siswa untuk mencegah dan menanggulangi masalah gizi
kurang dan gizi lebih pada anak sekolah
 Meningkatkan partisipasi siswa untuk mencegah masalah gizi kurang dan gizi
lebih sedini mungkin
 Meningkatkan kebersamaan siswa untuk peduli kesehatan

E. MANFAAT

 Meningkatnya pengetahuan siswa tentang masalah gizi kurang dan gizi lebih pada
anak sekolah
 Meningkatnya kesadaran siswa akan pentingnya status gizi yang baik untuk
mereka
 Meningkatnya partisipasi dan kebersamaan siswa dalam rangka peduli kesehatan

4
F. FAKTOR DETERMINAN

1. Asupan
Status gizi adalah ekspresi terhadap zat gizi yang diasup dan dimanfaatkan oleh
tubuh individu baik dari bahan makanan ataupun suplemen gizi. Supariasa (2014)
menyatakan bahwa asupan zat gizi dapat mempengaruhi status gizi secara langsung.
Ketidakcukupan asupan zat gizi terutama energi dan protein dapat menyebabkan gizi
kurang.

2. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi yang sering dialami oleh anak usia sekolah dasar adalah ISPA
dan diare. Penyakit infeksi dapat mengakibatkan pada penurunan nafsu makan,
terutama diare. Hal tersebut berdampak pada asupan zat gizi yang berkurang.
Begitupula sebaliknya, apabila tubuh Kekurangan gizi menyebabkan respon imunitas
menurun dan meningkatkan risiko penyakit infeksi. Sehingga, penyakit infeksi dan
status gizi merupakan hubungan yang timbal balik.
Penyakit infeksi dapat dipengaruhi oleh kemiskinan dan sanitasi lingkungan yang
buruk. Selain itu, menurut Santoso (2014) infeksi juga menghambat reaksi
imunologis yang normal dengan cara menghabiskan sumber-sumber energi di tubuh.

3. Keadaan Sosial Ekonomi


Keadaan sosial ekonomi berkaitan dengan status ketahanan pangan rumah
tangga. Tingkat ekonomi yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan keluarga
dalam membeli bahan makanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi status gizi.

4. Pengetahuan ibu
Peran ibu dalam pemenuhan gizi anak memiliki kontribusi yang besar. Status gizi
anak akan baik salah satunya didukung oleh pengetahuan gizi seorang ibu.
Pengetahuan berdampak pada sikap seseorang dalam merespon sesuatu. Sikap
merupakan kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu
objek atau situasi secara konsisten. Sikap merupakan kecenderungan bertindak
dari individu. Apabila ibu memiliki pengetahuan gizi yang baik maka akan memiliki
sikap gizi yag baik.
Sikap gizi yang baik pada seorang ibu ditunjukkan dengan menentukan dan
menyediakan makanan, hidangan yang akan disajikan ditentukan oleh tingkat
pengetahuan mengolah makanan, bila susunan yang disajikan oleh ibu
5
memenuhi kebutuhan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh baik maka akan
mencapai kondisi kesehatan dan keadaan gizi yang baik jadi pengetahuan ibu
tentang gizi membantu perbaikan status gizi pada anak.

5. Pola Asuh Anak


Pola asuh merupakan gambaran kegiatan di dalam rumah tangga meliputi
tersedianya pangan dan perawatan kesehatan untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak.. Pola asuh tidak lepas dari faktor budaya, agama, kebiasaan, dan kepribadian
orang tua. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap bagaimana orang tua
menyajikan makanan kepada anak sehingga pola asuh mempengaruhi kesehatan dan
status gizi anak.

6. Pendapatan keluarga
Status gizi anak secara tidak langsung berkaitan dengan faktor sosial ekonomi
keluarga. Jika status sosial ekonomi rendah maka kebutuhan makanan keluarga akan
kurang terpenuhi sehingga anak akan memiliki status gizi kurang. Jumlah dan
kualitas makanan keluarga ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga.Pada
umumnya kemiskinan menduduki posisi pertama sebagai penyebab gizi kurang,
sehingga perlu mendapat perhatian yang serius karena kemiskinan berpengaruh besar
terhadap konsumsi makanan.
Kemiskinan atau pendapatan keluarga yang rendah sangat berpengaruh kepada
kecukupan gizi keluarga.Kekurangan gizi berhubungan dengan sindroma
kemiskinan. Tanda-tanda sindroma kemiskinan antara lain berupa: penghasilan yang
sangat rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan, sandang, pangan, dan
perumahan; kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah; sanitasi lingkungan
yang jelek dan sumber air bersih yang kurang, akses terhadap pelayanan yang sangat
terbatas; jumlah anggota keluarga yang banyak, dan tingkat pendidikan yang rendah.
Masyarakat yang tergolong miskin dan berpendidikan rendah merupakan
kelompok yang paling rawan gizi. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan
untuk menjangkau pangan yang baik secara fisik dan ekonomis. Kelompok anak usia
sekolah merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Meskipun kelompok umur ini
mempunyai kesehatan yang lebih baik dibandingkan kesehatan anak balita, tetapi
kelompok ini dapat timbul masalah-masalah kesehatan, seperti: berat badan rendah,
defisiensi zat besi, dan defisiensi vitamin E.
6
Pada masa usia sekolah, anak membutuhkan lebih banyak zat gizi untuk
pertumbuhan dan beraktivitas. Hal ini disebabkan karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan fisik, mental, intelektual, dan sosial secara cepat, sehingga golongan ini
perlu mendapat perhatian khusus.Faktor kecukupan gizi ditentukan oleh kecukupan
konsumsi pangan dan kondisi keluarga.

7. Sanitasi air bersih


Status gizi merupakan salah satu cerminan keadaan gizi masyarakat luas. status
gizi juga dipengaruhi oleh sosiodemografi, sanitasi lingkungan, dan pelayanan
kesehatan. Penyakit infeksi yang sering diderita umumnya adalah diare, radang
tenggorokan, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA dan diare terjadi karena
sistem pertahanan tubuh anak rendah. Penyakit diare termasuk salah satu penyakit
dengan sumber penularan melalui air (water borne diseases), dan penyakit diare yang
terjadi pada umumnya disertai muntah dan menceret. Kurangnya akses masyarakat
terhadap air bersih atau air minum serta buruknya sanitasi dan perilaku higiene
berkontribusi terhadap kematian 1,8 juta orang per tahun karena diare. Upaya
penurunan angka kejadian penyakit ini dapat diusahakan dengan menciptakan
sanitasi lingkungan yang sehat, yang pada akhirnya akan memperbaiki status gizinya.
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan manusia. Di
dalam Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 terkandung makna
bahwa air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi persyaratan,
baik kualitas maupun kuantitas. Persyaratan kualitas ini tertuang di dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 416/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air.

8. Akses pelayan kesehatan


Masalah gizi disebabkan oleh faktor-faktor saling terkaitan langsung maupun
tidak langsung. Faktor langsung adalah infeksi dan asupan gizi tidak cukup. Faktor
tidak langsung salah satunya adalah kualitas pelayanan kesehatan.
Pemerintah Indonesia menyediakan fasilitas kesehatan masyarakat dalam bentuk
pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas). Upaya pelayanan kesehatan
dasar diarahkan pada peningkatan kesehatan dan status gizi anak sehingga terhindar
dari kematian dini dan mutu fisik yang rendah. Pelayanan kesehatan merupakan salah
satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi keadaan status gizi. Pelayanan
7
kesehatan berpengaruh terhadap kesehatan dengan penanganan yang cepat dalam
masalah kesehatan, utamanya masalah gizi. Oleh karenanya pelayanan kesehatan
berperan dalam perbaikan status gizi.
Salah satu pelayanan kesehatan terhadap gizi adalah posyandu. Posyandu mampu
mendorong pemantauan pertumbuhan anak. Sebagai wadah peran serta masyarakat,
posyandu dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat adalah hal menyelenggarakan
sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, dan peningkatan kualitas manusia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan melalui pengembangan posyandu yang sudah
ada dengan mengedepankan pemberdayaan masyarakat dalam menangani masalah
gizi dan kesehatan masyarakat. Untuk mencapai hasil yang optimal, pengetahuan
kader selalu harus diperbarui dengan melakukan penyegaran agar tercipta rasa
percaya diri dalam memberikan pelayanan.

9. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Perilaku hidup bersih dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat menunjang
status gizi manusia karena suatu keluarga dapat menjaga perliaku kesehatan atas
kesadaran diri sendiri. Jika suatu keluarga sudah menerapkan perilaku bersih dan
sehat, maka akan berdampak baik juga kepada anggota keluarga lainnya terutama
anak dnegan cara fasilitas air bersih, kebiasaan cuci tangan, fasilitas jamban,
pemberantasan jentik nyamuk, mengkonsumsi sayur dan buah, melakukan aktifitas
fisik, dan kebiasaan tidak merokok. Dengan menjaga pola perilaku hidup bersih dan
sehat dapat menghindari suatu keluarga dari penyakit. PHBS dapat meningkatkan
kualitas kesehatan melalui proses penyadaran yang menjadi awal dari kontribusi
individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan
sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang sadar
kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku
hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan. Sehingga
terciptanya keluarga yang memiliki pola hidup sehat dengan status gizi yang baik.

10.Ketahanan pangan di keluarga


Anak-anak sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami
gizi kurang diantara penyebabnya ialah tingkat ekonomi yang rendah dan asupan
makanan yang kurang seimbang. Anak sekolah dengan pola makan seimbang

8
cenderung memiliki status gizi yang baik. Sehingga pangan yang disediakan
dikeluarga dapat menunjang gizi anak. Beberapa kebiasaan yang dapat membantu
perbaikan gizi yaitu dnegan membawa bekal kesekolah dan sarapan sebelum
berangkat sekolah. Pola asupan makanan dan pengaturan makanan sangatlah penting
untuk dilakukan karena akan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
fisik (berat badan dan tinggi badan). Oleh karena itu, kebiasaan makan yang baik
perlu ditanamkan sejak dini.

11.Peranan ibu dalam menyediakan makanan


Factor ibu memegang peranan penting dalam menyediakan dan menyajikan
makanan yang bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh terhadap status gizi
anak. Makanan yang disediakan ibu berkaitan erat dengan kecukupan energi dan
protein dalam tubuh. Energi diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak. Energi
dibutuhkan untuk pertumbuhan, metabolisme, utilisasi bahan makanan dan aktivitas.
Sedangkan protein digunakan tubuh sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh,
mengatur tekanan air,transportasi zat gizi, serta mengatur aliran darah dalam
membantu pekerjaan jantung.

12.Genetik
Keturunan atau genetic menjadi factor penyebab gizi lebih secara tidak langsung.
Jika kedua orang tua menderita kegemukan, sekitar 80% anaknya akan menjadi
gemuk, bila salah satu mengalami kegemukan kejadiannya menjadi 40% dan jika
keduanya tidak mengalami kegemukan maka prevalensinya turun menjadi 14%.

13.Psikologis
Pertumbuhan dan perkembangan psikologi seseorang sangat ditentukan oleh
kesehatan dan gizi yang dimilikinya. Jika mengalami kekurangan gizi akan
mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan
dan kecerdasan. Prestasi belajar merupakan hasil pengukuran terhadap aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang dicapai siswa.
Seseorang yang sedang mengalami stress, cemas, maupun takut juga dapat
menimbulkan sikap yang berbeda-beda dalam mengatasinya. Misalnya dengan
makan makanan kesukaan secara berlebihan atau tidak ingin makan sama sekali.
Keadaan psikologis yang dapat menyebabkan kegemukan adalah ketidakseimbangan

9
keadaan emosional yang menyebabkan individu cenderung melarikan diri dengan
makan banyak makanan yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi.

14.Fisiologis
Status gizi termasuk factor fisiologis. Status gizi sendiri terbagi atas gizi baik, gizi
kurang, dan gizi lebih. Status gizi di masyarakat ditentukan oleh makanan yang
dimakan, yang dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, serta factor lain yaitu
pelayanan kesehatan, kemiskinan, Pendidikan, social budaya, dan gaya hidup.

15.Umur
Tidak ada hubungan yang signifikan antara sebaran umur dengan status gizi.

16.Jenis Kelamin
Salah satu faktor determinan status gizi pada anak sekolah dasar adalah jenis
kelamin. Kebutuhan zat gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dan
biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi.
Khumaidi (1989) menyebutkan bahwa anak laki-laki biasanya mendapatkan prioritas
yang lebih tinggi dalam hal makanan dibandingkan anak perempuan. Berdasarkan
penelitian didapatkan bahwa kekurangan gizi lebih banyak terdapat pada anak
perempuan daripada anak laki-laki.

17.Kelompok Etnis
Etnis tidak memiliki hubungan dengan status gizi anak. Kebiasaan dalam pola
makan ataupun konsumsi yang diberikan kepada anak yang berkaitan dengan latar
belakang budaya suku atau etnis masing-masing keluarga sudah tidak dilakukan.

18.Imunologis
Tidak terdapat hubungan antara status gizi dan system imun walaupun zat gizi
merupakan salah satu factor determinan penting dari respon imunitas.

19.Keadaan Lingkungan
Menurut Robson (1980) kebiasaan makan pada orang-orang yang tinggal di suatu
daerah yang sama biasanya tidak berbeda, kebiasaan makan dibentuk dari sejak anak
(usia muda) dan dalam waktu yang lama dan dipengaruhi oleh ekologi (lingkungan).

20.BAB sembarangan
Sanitasi dan kebersihan air yang tidak baik, dapat menyebabkan penyebaran
penyakit menular, seperti diare pada anak-anak, yang merupakan penyebab

10
utama gizi buruk. Seorang anak yang mengalami diare akan terjadi malabsorbsi zat
gizi dan hilangnya zat gizi dan bila tidak segera ditindaklanjuti dan diimbangi dengan
asupan yang sesuai makan maka mempengaruhi status gizi. Praktik higiene dan
sanitasi lingkungan sangat berkaitan dengan penyakit diare terutama di negara-
negara berkembang, sehingga menimbulkan malnutrisi dan dampak seperti gizi
kurang, stunting, hingga kejadian gizi buruk

G. KEBERHASILAN PENANGANAN DI DALAM NEGERI DAN LUAR


NEGERI

Temuan menunjukkan bahwa malnutrisi (kurang dan lebih gizi) hidup


berdampingan di antara anak-anak yang bersekolah di Nairobi, Kenya. Mereka juga
menunjukkan bahwa status gizi anak-anak mempengaruhi kinerja sekolah mereka
(keterlibatan dalam kegiatan kelas, keterlibatan dalam kegiatan ekstra-kurikulum dan
kehadiran di sekolah). Berdasarkan hal ini, kampanye kesadaran publik adalah yang
terpenting dan pendidikan gizi untuk menciptakan kepekaan tentang perlunya
mempertahankan status gizi anak-anak dalam kisaran normal untuk tujuan kesejahteraan
mereka serta kinerja sekolah mereka secara keseluruhan. Oleh karena itu, informasi
tentang hubungan antara status gizi dan kinerja sekolah harus digunakan sebagai strategi
untuk meningkatkan praktik diet di kalangan anak-anak sekolah.
Di Indonesia, pola makan anak usia sekolah cenderung tinggi makanan jajanan
dan rendah buah dan sayuran (Almatsier et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh
Amalia et al. (2012) menunjukkan bahwa jajanan yang paling sering dikonsumsi anak
sekolah adalah makanan digoreng, minuman, dan kue, sedangkan buah dikonsumsi
dengan frekuensi rendah. Setelah diberikan intervensi pendidikan gizi, pengetahuan
subyek meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Dwiriani (2012) mengungkapkan
bahwa peningkatan skor pengetahuan setelah intervensi pendidikan gizi belum tentu
dapat memperbaiki praktik makan subyek. Hasil penelitian Proverawati, et al. (2008)
menunjukkan bahwa anak-anak cenderung menyukai makanan yang kaya akan
karbohidrat dan protein hewani. Protein dibutuhkan untuk membantu proses tumbuh
kembang anak. Porsi nasi yang dibawa belum sesuai dengan Piring Makanku. Sebagian
besar subyek membawa nasi dengan porsi sama dengan besar kotak bekalnya. Setelah
11
diberikan intervensi pendidikan gizi, terdapat 7,7% subyek membawa bekal menu
seimbang sesuai dengan visual Piring Makanku.

H. KEGIATAN PROJECT “OPTIMALISASI STATUS GIZI UNTUK


MENDUKUNG PRESTASI”

I. TUJUAN UMUM PROGRAM


Memberdayakan guru dan orangtua dalam pencegahan masalah gizi melalui
program preventif dan promotif siswa/i SD (…)

II. TUJUAN KHUSUS PROGRAM


1. Meningkatkan pengetahuan guru dan orangtua dalam mengenali tanda-
tanda gizi kurang dan gizi lebih.
2. Meningkatkan kesadaran guru dan orangtua sebagai pemegang peran
penting dalam pencegahan dan penanggulanggan masalah kesehatan
khususnya gizi kurang dan gizi lebih.
3. Meningkatkan partisipasi guru, orangtua dan anak dalam melaksanakan
program pencegahan gizi kurang dan gizi lebih.
4. Melaksanakan program membawa bekal 3x dalam seminggu

III. TUJUAN ADVOKASI


1. Indicator Spesifik
- Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Semarang mengalokasikan dana
untuk kegiatan pelatihan pengukuran status gizi di SD (…)
- Mahasiswa Jurusan Gizi menyediakan alat untuk pengukuran
status gizi di SD (…)
- Kepala SD (…) mendukung program membawa bekal 3x dalam
seminggu.
2. Indicator Sensitif
- Kepala SD (…) membuat kebijakan membawa bekal untuk guru,
staf/karyawan serta siswa/i.
- Kepala SD (….) menyediakan sarana dan prasarana guna
mendukung terlaksananya pemantauan status gizi.
- Kewajiban Pembina UKS melaksanakan program pengukuran
status gizi.
3. Indikator Hasil
- Terlaksananya program membawa bekal 3x dalam seminggu.

12
- Meningkatnya pengetahuan guru, orang tua dan siswa/i SD (….)
tentang gizi kurang dan gizi lebih.
- Pengukuran status gizi satu bulan sekali secara rutin.

IV. KEGIATAN PROGRAM


1. Nama Kegiatan
“OPTIMALISASI STATUS GIZI UNTUK MENDUKUNG PRESTASI”
2. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan dan games edukasi gizi
3. Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat : Aula sekolah, kelas, dan taman.
Waktu :
4. Instrumen
1. LCD
2. Proyektor
3. Laptop
4. Mikrotois
5. Timbangan
6. Alat permainan

I. POA

“Optimalisasi Status Gizi Anak melalui Pemberian Bekal Makanan Sehat Sebagai
Penunjang Prestasi di Sekolah”

Penanggung
No Kegiatan Sasaran Tempat Waktu Uraian Keterangan
Jawab

1. Mengadvokasi Kepala Kantor Senin, - Pentingnya - Mahasiswa - Kepala sekolah


mengenai sekolah, kepala 09.00 – gizi untuk gizi diberikan
pentingnya guru dan sekolah 12.00 tumbuh informasi terkait
membawa bekal staff kembang pentingnya
untuk anak anak makanan sehat
- Meningkatkan
sekolah untuk status gizi
prestasi anak
anak
melalui - Kepala sekolah
makanan dapat
sehat dan menginformasik

13
bergizi an mengenai
- Pencegahan
program kepada
masalah
guru dan staff
status gizi
sekolah
pada anak
- Pencegahan
penyakit
2. Mengukur data Siswa Kelas Sabtu, - Mengu - Maha - Fasilitas
siswa anak sekolah 08.00 – kur tinggi siswa gizi dari mahasiswa
sekolah dasar dasar 09.00 badan dan gizi
- Untuk
dengan berat badan
siswa yang tidak
antopometri siswa
datang diabaikan
3. Memberikan - Guru Aula Sabtu, - Penyampaian - Mahasiswa Alat dan fasilitas
- Orang
informasi berupa 09.00 – materi kantin gizi dari pihak sekolah
tua - Kader/
penyuluhan 11.00 sehat dan mahasiswa
- Siswa
- Pemberian penyuluh
mengenai - Pengelola gizi
materi
masalah jajanan kantin di
mengenai
dan makanan sekolah
keamanan
sehat di kantin dan
pangan
yang berjualan di penjual
jajanan
sekolah di kantin
- Upaya
himbauan
dan ajakan
untuk orang
tua membawa
bekal
makanan
sehat
4. Kegiatan edukasi Anak Kelas Sabtu, - Penyam - Maha Alat dan fasilitas
berupa game sekolah dan 13.00 – paian materi siswa gizi permainan dari
- Guru
(permainan) dasar taman 13.30 dalam bentuk pihak mahasiswa
mengenai permainan
14
pemilihan dan sekolah
makanan sehat
buah dan sayur

5. Pemberian Anak Kelas Sabtu, - Sebagai - Guru - Fasilitas


edukasi melalui sekolah 13.30 – tambahan menggunakan
pemutaran video dasar 14.00 saat alat yang ada di
edukasi makanan pembelajaran sekolah
- Pemuta - Video dari
sehat di kelas
ran berupa mahasiswa
video
makanan
sehat

J. ADVOKASI

1. Audience primer
- Siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Sekolah Dasar ......

2. Audience sekunder
- Kepala Sekolah
- Guru
- Orang Tua/Wali Murid
- Pengelola Kantin

3. Kegiatan advokasi
a) Melakukan pengukuran antropometri
b) Melakukan assesment prestasi belajar dengan nilai rapor
c) Melakukan penyuluhan dan diskusi bersama dengan pihak sekolah dalam rangka
membetuk komitmen dalam upaya kegiatan advokasi pegenalan pentingnya program
gizi anak sekolah
d) Melakukan penyuluhan dan edukasi tentang pentingnya makanan sehat ,
pemilihan jajan yang benar dan motivasi untuk makan buah dan sayur
e) Melakukan tanya jawab aktif dan memberikan kuesioner pretest – postes
f) Mengadakan permainan yang berkaitan dengan materi
g) Memberikan leaflet yang menarik
h) Menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi

15
i) Menampilkan video menarik yang sesuai dengan materi untuk meningkatkan
pemahaman anak - anak
j) Membuat yel yel lagu pendek mengenai materiMenampilkan gambar - gambar
menarik melalui slide power

4. Konsep Penanganan
Advokasi Kebijakan Sekolah dan Penguatan Sistem Informasi Kesehatan di
Sekolah :
Para Guru diberi penyuluhan dan dilatih mengenai dasar-dasar Gizi Seimbang dan
meningkatkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip pemenuhan kebutuhan gizi dan
kesehatan anak usia sekolah. Pemaparan Materi tentang pengembangan kantin sehat,
pengenalan pengukuran status gizi anak ,dan penambahan muatan local tentang gizi
pada anak sekolah dalam mata pelajaran (Penjasorkes). Meningkatkan kesadaran
pengelola kantin yang bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menyedikan jajanan
dan makanan sehat dan bergizi pada anak sekolah. Serta mengadvokasi orangtua /
wali murid dengan kerja sama pihak sekolah untuk membawakan bekal makanan
sehat bagi anak – anak.
Advokasi kebijakan sekolah serta sistem informasi melalui motivasi pendidik
(guru) untuk berperan serta dan juga sebagai penyemangat para pendidik untuk terus
mengabdi dan bekontribusi dalam pengembangan sumber daya manusia unggul di
Indonesia. Melakukan promosi kesehatan kepada anak sekolah dasar kelas 4 dan 5
tentang makanan sehat ,pemilihan jajanan yang sehat , memotivasi untuk menyukai
buah dan sayur serta meningkatkan kesadaran perilaku sehat.

5. Program “Optimalisasi Prestasi dan Status Gizi Anak melalui Makanan Sehat
di Sekolah”
I. Tujuan Umum Program
Meningkatkan peran pemangku kebijakan sekolah agar berkomitmen dan
berkontribusi dalam mewujudkan gizi optimal untuk generasi milenial melalui
budaya sadar gizi di sekolah
II. Tujuan Khusus Program
1. Mengadvokasi pihak sekolah untuk ikut serta dalam meningkatkan status
gizi dan prestasi anak sekolah
2. Meningkatkan pengetahuan guru tentang pentingnya peran gizi dalam
meningktkan prestasi anak sekolah

16
3. Meningkatakan pengetahuan, dan merubah pola pikir dan persepsi anak
sekolah dasar tentang makanan / jajanan sehat dan bergizi seimbang
4. Merubah perilaku anak sekolah untuk lebih menyukai sayur dan buah
5. Memotivasi anak – anak sekolah agar lebih selektif dalam memilih jajanan

III. Tujuan Advokasi


1. Indikator Spesifik
- Kepala Sekolah mengalokasikan dana untuk kegiatan makan buah dan
sayur setiap 2x seminggu
- Pihak sekolah dapat menyediakan sarana prasarana untuk menyediakan
tempat makan (kantin) sehat
- Guru dapat motifvasi dan meningkatkan pemahaman murid untuk dapat
mengenal sumber – sumber makanan sehat melalui penambahan muatan local
pada mata pelajaran Penjasorkes (Pendidikan jasmani dan olahraga)
- Guru dapat memotivasi anak untuk membawa bekal dan mengadakan
makan siang / sarapan bersama setiap hari.
2. Indikator Hasil
- Program dapat dilaksanakan oleh pihak sekolah
- Meningkatnya kesadaran gizi dan pola makan sehat bagi anak – anak
sekolah dasar.

IV. KEGIATAN PROGRAM


1. Nama Kegiatan
Nama Kegiatan ini adalah “Optimalisasi Prestasi dan Status Gizi Anak
melalui Makanan Sehat di Sekolah”
2. Bentuk Kegiatan
a. Melakukan penyuluhan dan diskusi bersama dengan pihak sekolah
dalam rangka membetuk komitmen dalam upaya kegiatan advokasi
pegenalan pentingnya program gizi anak sekolah
b. Melakukan penyuluhan dan edukasi tentang pentingnya makanan
sehat , pemilihan jajan yang benar dan motivasi untuk makan buah dan
sayur
c. Melakukan tanya jawab aktif dan memberikan kuesioner pretest -
postest
d. Mengadakan permainan yang berkaitan dengan materi
e. Memberikan leaflet yang menarik
f. Menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi
g. Menampilkan video menarik dalam penyampaian materi
h. Membuat yel yel lagu pendek mengenai materi
i. Menampilkan gambar - gambar menarik melalui slide power
17
3. Tempat dan Waktu Kegiatan
- Tempat: SD N …………………………
- Waktu : Hari Jumat – Sabtu di bulan Maret – April
4. Instrumen
- LCD & Proyektor
- Poster
- Leaflet
- Soal pre dan post test
- Alat Tulis
- Properti Game
- Video edukasi
- Souvenir
5. Pihak-Pihak yang terlibat
- Dinas Kesehatan Semarang
- Kepala Sekolah, guru, dan staf di SD …..
- Orang Tua/Wali Murid
- Pengelola kantin

K. KESIMPULAN DAN SARAN

I.Kesimpulan
Anak merupakan aset SDM dan generasi penerus yang perlu diperhatikan
kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan mereka adalah salah satu faktor
terpenting untuk mengembangkan kualitasnya, karena kecukupan gizi akan
mempengaruhi kesehatan dan produktivitas kerjanya. Factor-faktor yang
mempengaruhi status gizi meliputi asupan yang deficit, penyakit infeksi, social
ekonomi, pengetahuan ibu, pola asuh anak, pendapatan keluarga, sanitasi air
bersih, akses pelayanan kesehatan, pola hidup bersih dan sehat (PHBS), ketahanan
pangan di keluarga, peranan ibu dalam menyediakan makanan, genetic,
psikologis, fisiologis, umur, jenis kelamin, kelompok etnis, imunologis, keadaan
lingkungan, dan BAB sembarangan.
Nama kegiatan program ini adalah “Optimalisasi Status Gizi Untuk
Mendukung Prestasi” yang dilakukan dengan penyuluhan dan games edukasi gizi
di aula sekolah, kelas, dan taman pada saat … untuk instrument yang digunakan
meliputi LCD, proyektor, laptop, mikrotois, timbangan, dan alat-alat untuk
permainan.

Beberapa program untuk meningkatkan peran pemangku kebijakan sekolah


agar berkomitmen dan berkontribusi dalam mewujudkan gizi optimal untuk
generasi milenial melalui budaya sadar gizi di sekolah adalah dengan diadakannya
penyuluhan tentang pentingnya gizi anak pada pihak sekolah disertai dengan

18
promosi gizi kepada anak sekolah yang dapat berupa penyuluhan, diskusi, dan
permainan.

II.Saran

19

Anda mungkin juga menyukai