Oleh :
KELOMPOK MATEMATIKA XII IA 8
- Mawar A (0014146581)
Mengetahui
Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Makassar
ii
SURAT KETERANGAN PERPUSTAKAAN
iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat serta Hidayahnya dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan laporanhasil observasi ini dengan judul “Kajian
Faktor Penyebab Daerah Dataran Tinggi Cenderung Bersuhu Lebih Rendah Dari
Daerah Dataran Rendah Dan Penerapan Fungsi Trigonometri Tentang Penentuan
Tinggi Pohon Di Lingkungan Campagaya Kelurahan Malakaji Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Gowa”.
Namun tidak lepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu,dengan lapang dada kami memberi selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki laporan ini.
Kami sangat mengharapkan semoga dari laporan sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan saya dapat menginspirasi para pembaca.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN ii
SURAT KETERANGAN PERPUSTAKAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBARviii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Kajian Literatur Tentang Suhu Pada Dataran tinggi dan
Dataran Rendah 4
B. Kajian Literatur Tentang Fungsi-Fungsi Trigonometri 9
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu 14
B. Alat dan Bahan 14
C. Teknik Pengumpulan Data 14
D. Teknik Analisis Data 15
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 16
1. Sejarah Berdirinya Lingkungan Campagaya Kelurahan
Malakaji 16
2. Keadaan Geografis dan Tata Ruang Lingkungan Campagaya
21
3. Struktur Pemerintahan dan Pola Interaksi Sosial Masyarakat
22
4. Mata Pencaharian dan Pola Hidup Sehat Masyarakat
Lingkungan Campagaya 23
v
5. Kehidupan Keagamaan Masyarakat Campagaya 24
B. Pembahasan 27
1. Faktor Penyebab Daerah Dataran Tinggi Bersuhu Lebih
Rendah Daripada Dataran Rendah 25
2. Penerapan Fungsi Trigonometri Dalam Penentuan Tinggi
Pohon 33
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan 35
Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
CURRICULUM VITAE 38
DAFTAR LAMPIRAN 49
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengamatan di Dataran Rendah 27
Tabel 2. Pengamatan di Dataran Tinggi 28
Tabel 3.Simpangan Panjang Tali 50 cm 31
Tabel 4. Simpangan Panjang Tali 80 cm 32
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ilustrasi Trigonometri 9
Gambar 2. Fungsi Dasar Trigonometri 10
Gambar 3. Penerapan Sudut Depresi 12
Gambar 4. Penerapan Sudut Elevasi 13
Gambar 5. Titik Didih Di Dataran Tinggi 30
Gambar 6. Titik Didih Di Dataran Rendah 30
Gambar 7. Ilustrasi Pengamatan 33
Gambar 8. Klinometer 49
Gambar 9. Meteran 49
Gambar 10. Perjalanan Menuju Lokasi Pengamatan 50
Gambar 11. Lokasi Pengamatan 50
Gambar 12. Objek Pengamatan 51
Gambar 13. Mengukur Jarak Kedua Titik 51
Gambar 14. Mengukur Sudut 52
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa:
1. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/ atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
2. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
(https://rizcarlistyan.wordpress.com/2013/05/28/tujuan-pendidikan-luar-sekolah)
Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di
bagian selatan Sulawesi. Ibu kotanya adalah Makassar, dahulu disebut Ujung
Pandang (https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan). Di Sulawesi Selatan
sendiri memiliki salah satu Kabupaten yang bernama Kabupaten Gowa.
Kabupaten Gowa adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia. ibu kota kabupaten ini terletak di kota Sungguminasa.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,32 km² dan berpenduduk sebanyak ±
652.941 jiwa (https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gowa). Kelurahan
Malakaji merupakan salah satu desa dari delapan desa dan kelurahan di kecamatan
Tompobulu, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kelurahan Malakaji memiliki luas wilayah 6,75 km persegi merupakan
wilayah terkecil di kecamatan Tompobulu, luas ini setara 5,09% luas wilayah
kecamatan. Terbagi dalam tiga lingkungan, sembilan Rukun Warga (RW) dan 18
Rukun Tetangga (RT). Kelurahan Malakaji sebagian besar wilayahnya berada
pada dataran, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut; pada sebelah utara
berbatasan dengan kelurahan Cikoro, sebelah selatan berbatasan dengan desa
Datara, sebelah barat berbatasan dengan desa Rappoala, dan sebelah timur
1
berbatasan dengan desa Bontobuddung.
(http://thegowacenter.blogspot.com/2015/10/kelurahan-malakaji.html)
Dalam kesempatan kali ini kami melakukan penelitian dalam rangka study
lapang. Dimana Study Lapangan (Field Research) adalah pengumpulan data
secara langsung ke lapangan dengan mempergunakan teknik pengumpulan data
(http://teori-ilmupemerintahan.blogspot.com/2011/06/penjelasan-studi-lapangan-
penelitian.html).
Dataran tinggi (disebut juga plateau atau plato) adalah dataran yang terletak
pada ketinggian di atas 700 m dpl. (https://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_tinggi)
Dan Dataran rendah adalah hamparan luas tanah dengan tingkat ketinggian yang
di ukur dari permukaan laut adalah relatif rendah (sampai dengan 200 m dpl).
(https://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_rendah)
Dalam penelitian ini kami akan melihat perbedaan suhu yang terjadi antara
dataran rendah dan dataran tinggi dimana, observasi awal kami dataran tinggi
memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan di dataran rendah.
Percepatan gravitasi suatu objek yang berada pada permukaan laut dikatakan
ekuivalen dengan 1 g, yang didefinisikan memiliki nilai 9,80665 m/s2. Percepatan
di tempat lain seharusnya dikoreksi dari nilai ini sesuai dengan ketinggian dan
juga pengaruh benda-benda bermassa besar di sekitarnya. Umumnya digunakan
nilai 9,81 m/s2 untuk mudahnya. Dalam penelitian percepatan gravitasi ini kami
menggunakan ayunan sederhana untuk menghitung percepatan gravitasi.
Trigonometri adalah bagian dari ilmu matematika yang mempelajari
tentang hubungan antara sisi dan sudut suatu segitiga serta fungsi dasar yang
muncul dari relasi tersebut. Trigonometri merupakan nilai perbandingan yang
didefinisikan pada koordinat kartesius atau segitiga siku-siku. Trigonometri juga
merupakan salah satu ilmu matematika yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya dalam bidang astronomi, geografi, elektronik dan
sebagainya. (https://www.kamusq.com/2013/01/trigonometri-adalah-pengertian-
dan.html)
Kelompok kami akan meneliti tentang perbedaan suhu di dataran tinggi
dan di dataran rendah serta percepatan gravitasi dan meneliti tentang penggunaan
2
trigonometri dalam penghitungan tinggi pohon atau bangunan di Lingkungan
Campagaya, Kelurahan Malakaji, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan:
1. Apa faktor penyebab daerah dataran tinggi cenderung bersuhu lebih rendah
dari daerah dataran rendah di Lingkungan Campagaya Kelurahan Malakaji
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa?
2. Bagaimana penerapan fungsi trigonometri dalam penentuan tinggi pohon di
Lingkungan Campagaya Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitan
Tujuan dari proses penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui factor penyebab daerah dataran tinggi cenderung
bersuhu lebih rendah dari daerah dataran rendah di Lingkungan
Campagaya Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui penerapan fungsi trigonometri dalam penentuan tinggi
pohon di Lingkungan Campagaya Kelurahan Malakaji Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian maka manfaat
yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu:
1. Dapat mengetahui faktor penyebab daerah dataran tinggi cenderung
bersuhu lebih rendah dari daerah dataran rendah di Lingkungan
Campagaya Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.
2. Dapat mengetahui penerapan fungsi trigonometri dalam penentuan tinggi
menara di Lingkungan Campagaya Kelurahan Malakaji
KecamatanTompobulu Kabupaten Gowa.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
a) Dataran Tinggi
1. Pengertian Dataran Tinggi
Dataran tinggi atau yang biasa disebut dengan Plateau atau Plato
merupakan dataran yang terletak pada ketinggian di atas 700 m dari permukaan
air laut. Dataran tinggi ini terbentuk sebagai hasil dari erosi dan juga sedimentasi.
Dataran tinggi juga bisa terbentuk karena bekas kaldera yang luas, yang tertimbun
material-material dari lereng gunung yang berada di sekitarnya. Ada pula yang
menyatakan bahwa dataran tinggi merupakan lahan yang berbentuk datar yang
naik tajam di atas wilayah yang disekitarnya, setidaknya pada satu sisi. Dataran
tinggi ini terjadi di setiap benua dan menghabiskan setidaknya sepertiga dari tanah
Bumi. Dataran tinggi juga merupakan salah satu dari empat bentang alam utama
bersama dengan pegunungan, datarab dan juga perbukitan. Itulah pengertian dari
dataran tinggi yang sering kita temui di Indonesia.
(https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/pengertian-dataran-tinggi)
4
2. Ciri – Ciri Dataran Tinggi
Beriklim sejuk
Ciri satu yang dimiliki oleh dataran tinggi adalah mempunyai iklim yang
sejuk. Di awal sudah disebutkan bahwa dataran tinggi merupakan daerah yang
mempunyai iklim yang sejuk. Dataran tinggi ini bisa mempunyai iklim yang sejuk
karena dipengaruhi oleh ketinggiannya, karena semakin tinggi suatu tempat akan
mempunyai kesejukan udara yang semakin tinggi pula, atau bisa dikatakan bahwa
uadaranya akan terasa semikn dingin. Oleh karena itulah maka dataran tinggi ini
sangat prospek dijadikan sebagai tempat berwisata.
Pertanian dibuat terasering
Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh dataran tinggi adalah area
pertaniannya dibuat terasering. Terasering merupakan tanag yang dibuat
menyerupai tangga untuk mencegah terjadinya erosi. Terasering merupakan ciri
khas yang mudah sekali untuk mengenali apakah suatu daerah termasuk dalam
dataran tinggi ataukah tidak. Terasering ini seringkali kita temui di Indonesia
khususnya di wilayah Jawa Barat. Terasering ini bibentuk agar tanah yang miring
tidak mudah terkena erosi, sehingga pertanian bisa tetap terjaga dan tidak rusak.
Amplitido suhu harian dan tahunan besar
Ciri- ciri selanjutnya yang dimiliki oleh dataran tinggi adalah memiliki
amplitudo suhu harian dan juga suhu tahunan besar. Inilah salah satu yang
dimiliki oleh dataran tinggi sebagai salah satu bentuk muka Bumi yang ada di
Indonesia.
Udara kering
Ciri dari dataran tinggi yang selanjutnya adalah memiliki udara yang
kering. Meski mempunyai iklim sejuk karena berada di ketinggian, namun dataran
tinggi justru mempunyai udara yang kering dan lebih kering daripada udara- udara
yang lainnya yang berada di dataran yang tidak tinggi.
Lengas atau kelembaban udara nisbi sangat rendah
5
Ciri yang selanjutnya yang dimiliki oleh dataran tinggi adalah memiliki
kelembaban udara niisbi yang sangat rendah apabila dibandingkan dengan daerah
yang bukan dataran tinggi.
Jarang terjadi hujan turun
Lebih mudah atau sering turun hujan bagi daerah- daerah yang memiliki
ketinggian lebih rendah daripada daerah yang berada di dataran tinggi sendiri.
Oleh karena itulah, pertanian yang ada di dataran tinggi mempunyai pengairan
yang cukup meski pada musim hujan. Jika biasanya pada musim penghujan di
dataran rendah banyak terjadi banjir hingga menggenangi area persawahan,
namun hal ini jarang bahkan tidak kita lihat terjadi di dataran tinggi. Hal ini
karena curah hujan yang tetap terkontrol di dataran tinggi meski sedang musim
penghujan.
Itulah beberapa ciri yang dimiliki oleh dataran tinggi. Ciri- ciri tersebut
akan kita jumpai pada daerah- daerah yang dikategorikan sebagai dataran tinggi,
maupun sebagai pedoman kita untuk menentukan bahwa suatu daerah dikatakan
dataran tinggi atau tidak. (https://ilmugeografi.com/ilmu-
bumi/geomorfologi/pengertian-dataran-tinggi)
6
tinggi dari aliran lava yang dihasilkan. Adapun beberapa contoh dari dataran
tinggi vulkanik ini berada di sebagian besar bagian tengah Pulau Utara Selandian
Baru. Dataran tinggi vulkanik ini masih memiliki tiga gunung berapi yang masih
aktif, yakni Gunung Tongariro, Gunung Ngauruhoe, dan Gunung Ruapehu.
Itulah dua jenis dari dataran tinggi. Dua jenis dataran tinggi ini
mempunyai karakteristik yang berbeda, termasuk pada penyebabnya. Oleh karena
perbedaan itulah menyebabkan dataran tinggi ini dibedakan menjadi beberapa
jenis. (https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/pengertian-dataran-
tinggi)
b) Dataran Rendah
1. Pengertian dan Karakteristik Dataran Rendah
Kata ‘dataran rendah’ terdiri dari kata ‘dataran’ yang diartikan sebagai
bagian permukaan bumi berupa tanah lapang yang datar atau landai mendekati
rata. Sedangkan pengertian dataran rendah adalah suatu hamparan tanah lapang
dengan ketinggian yang relatif rendah yaitu tidak lebih dari 200 meter di atas
permukaan laut. Sebagai salah satu keragaman bentuk muka bumi, dataran rendah
juga dikenal dengan istilah dataran aluvial.
Dataran rendah muncul akibat adanya sedimentasi sungai. Proses
sedimentasi sungai ini membuat tanah di dataran rendah menjadi tanah yang
subur.. Dataran rendah biasanya berdekatan dengan daerah pantai dan hilir sungai.
Posisi tersebut membuat dataran rendah sering mengalami banjir. Dari segi cuaca,
dataran rendah memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Suhu di daerah dataran
rendah berkisar antara 23 derajat sampai 28 derajat celcius. Karena tanahnya yang
subur dan juga suhu udara yang tidak terlalu dingin, dataran rendah banyak
digunakan sebagai tempat tinggal dan biasanya termasuk kawasan padat
penduduk. Masyarakat yang tinggal di dataran rendah juga mempunyai kualitas
hidup yang baik karena perekonomian di daerah tersebut cukup berkembang.
(https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/pengertian-dataran-rendah)
7
Dataran rendah yang terbentuk karena endapan lava pada daerah yang
datar dan luas.
Lake Plains
Dataran rendah yang terbentukdari hasil endapan danau yang telah
mengering.
Tanah Loss
Dataran rendah yang terbentuk dari hasil endapan tanah halus karena
proses deflasi.
Coastal Plains
dataran rendah yang merupakan dataran pantai yang diakibatkan oleh
lapisan-lapisan tanah yang dahulu ada di bawah permukaan laut, kemudian
terangkat ke atas permukaan laut menjadi daratan.
Interior Plains
Dataran rendah yang dahulu di bawah permukaan laut akhirnya tampak di
atas permukaan laut.
Kipas Aluvial
Dataran rendah yang terbentuk dari hasil endapan material berupa endapan
bantuan dan tanah oleh aliran air (sungai) yang mengalir ke daerah yang lebih
rendah.
Dataran Banjir
Dataran rendah yang terbentukk dari material yang berada di bawah sungai
pada waktu banjir, setelah surut membentuk datran banjir yang subur.
Delta Plains
Dataran rendah yang tebentuk dari hasil endapan material batuan maupun
tanah yang akan membentuk pulau – pulau kecil di muara sungai.
Glacial Drift
Dataran rendah yang terbentuk dari hasil endapan sungai es/glacial pada
wilayah yang luas.
Outwash Plains
8
Dataran rendah yang terbentuk dari endapan – endapan material hulu
karena pengaruh aliran es yang mencair.
(http://fastrans22.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-dataran-rendah.html)
9
metode dasar seperti transformasi fourier atau gelombang persamaan,
menggunakan fungsi trigonometrik untuk memahami fenomena hal yang
berhubungan dengan lingkaran melalui banyak penggunaan dibidang yang
berbeda seperti fisika, teknik mesin dan listrik, musik dan akustik, astronomi, dan
biologi. Trigonometri juga memiliki peranan dalam menemukan surveying.
Trigonometri mudah dikaitkan dalam bidang segitiga siku-siku (yang setiap
dua ukuran sudut sama dengan satu sudut 90o). Peranan untuk bukan segitiga siku-
siku ada, tapi sejak segitiga yang bukan siku-siku dapat dibagi menjadi dua
segitiga siku-siku, banyak masalah yang dapat diatasi dengan penghitungan
segitiga siku-siku. Karena itu sebagian besar penggunaan berhubungan dengan
segitiga siku-siku. Satu pengecualian untuk ini spherical trigonometry, pelajaran
trigonometri dalam sphere, permukaan dari curvature relatif positif, dalam elips
geometri (bagian yang berperan dalam menemukan astronomi dan navigasi.
Trigonometri dalam curvature negatif merupakan bagian dari geometri hiperbola.
Konsep yang digunakan dalam trigonometri yaitu jika salah satu satu sudut
90o dan sudut lainnya diketahui, dengan demikian sudut ketiga dapat ditemukan,
karena tiga sudut segitiga bila dijumlahkan menjadi 180o. Karena itu dua sudut
(yang kurang dari 90o) bila dijumlahkan menjadi 90o: ini sudut komplementer.
Fungsi trigonometri meliputi fungsi sinus, cosinus, tangen, dan fungsi
kebalikan dari ketiga fungsi tersebut. Persamaan fungsi trigonometri dapat dilihat
seperti penjelasan di bawah. (https://id.wikipedia.org/wiki/Trigonometri)
y 1 y
sin α= cosec α = =
r sin α r
x 1 r
cos α= sec α= =
r cos α x
y
tan α= 1 x
x cotan α = =
tan α y
Gambar 2. Fungsi Dasar Trigonometri
Sumber : Wikipedia, “Trigonometri”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Trigonometri (diakses pada 13 Oktober 2018, pukul
23:45 WITA)
10
a. Identitas Trigonometri
sin 2 α + cos2 α =1
tan 2 α +1=sec 2 α
cotan 2 α +1=cosec 2 α
11
e. Rumus Sudut Rangkap Dua
sin ( 2 α ) =2.sin α .cos α
cos ( 2 α )=cos 2 α −sin 2 α
cos ( 2 α )=2 cos2 α −1
cos ( 2 α )=1−2 sin 2 α
2 tan α
tan ( 2 α )=
1−tan 2 α
f. Rumus Sudut Rangkap Tiga
sin 3 x=3 sinx−4 sin 3 x
cos 3 x=4 cos 3 x−3 cosx
3 tanx−tan 3 x
tan3 x=
1−3 tan 2 x
A 1−cosA
sin
2
=±
√ 2
A 1+cosA
cos
2
=±
√ 2
A 1−cos α sin α 1−cos α
tan
2
=±
√ =
1+cos α 1+cos α
=
sin α
12
Gambar 3. Penerapan Sudut Depresi
Sumber : Mubarak, Muzn http://muzn.blogspot.com/2013/06/trigonometri-
xi47.html (diakses pada 14 Oktober 2018, pukul 22:18 WITA)
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Studi dokumen
Studi dokumen adalah mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, website, agenda, dan
sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data – data yang berkaitan
dengan lingkungan yang akan diteliti mulai dari sejarah berdirinya, struktur
pemerintahan, interaksi sosial, dan sebagainya.
2. Metode observasi
Metode observasi digunakan sebagai penunjang dalam melakukan
penelitian, metode ini digunakan untuk mengamati bagaimana proses penelitian
perbedaan suhu dan penggunaan trigonometri. Dan mengambil beberapa
dokumentasi saat penelitian berlangsung
15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Lingkungan Campagaya Kelurahan Malakaji
Setelah bangsa Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dari tangan
penjajah pada 17 Agustus 1945, yang ditandai penggabungan seluruh daerah di
Nusantara ke dalam negara kesatuan RI, bukan berarti bangsa Indonesia sudah
terbebas dari penjajahan. Jepang angkat kaki, Belanda masuk ke Indonesia
berboncengan dengan tentara Sekutu.
Rakyat Sulawesi Selatan saat itu juga berjuang mati-matian untuk
mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang ingin menjajah
kembali di tanah air ini.
Beberapa organisasi kelaskaran saat itu muncul dengan satu tujuan, yakni
melawan penjajah sampai kedaulatan kembali sepenuhnya kepangkuan RI. Seperti
halnya Lipang Bajeng, Macan Putih (Macan Keboka), Harimau Indonesia, Kris
Muda Mandar, Laptur dan masih banyak lainnya.
Dalam perjuangan merebut kemerdekaan itu, tidak sedikit pejuang kita yang
gugur di medan perang, seperti halnya Ranggong Daeng Romo, Emmy Saelan,
dan puncak perlawanan rakyat Sulsel terjadi pada bulan Desember 1946 dengan
16
menelan banyak korban. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan nama Korban
40.000 jiwa.
Pasang surut pemerintahan di Indonesia pasca proklamasi masih dihadang
berbagai tantangan. Belanda kemudian memecah belah bangsa Indonesia dengan
mendirikan NIT (Negara Indonesia Timur). Tapi Negara NIT ini tidak
berlangsung lama, hanya kurang lebih 3 tahun (1946-1949) setelah hasil
Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda sebagai tanda penyerajaan
kedaulatan kepada pemerintah Indonesia.
Walau Sulsel saat itu dijadikan basis untuk negara NIT, tetapi sejak 25 April
1950. Rakyat Sulawesi menyatakan keluar dari NIT dan bergabung dengan
Pemerintah negara Kesatuan RI. Para pejuang kita setelah mengadakan kongres di
Polongbangkeng Takalar pada 5 Februari 1950. Kongres itu melahirkan PRRI
(Pejuang Pengikut Republik Indonesia) yang diketuai Yusuf Bauty. Kemudian di
seluruh Sulsel, dibentuk KNI (Komite Nasional Indonesia). Melalui KNI ini,
pemerintahan raja-raja diganti dengan pemerintahan sipil sesuai dengan UU
Pokok Pemerintahan Daerah No. 22 Tahun 1948.
Sejarah pemerintahan Gowa mengalami perubahan sesuai dengan sistem
pemerintahan Republik Indonesia. Setelah NIT dibubarkan dan berlaku sistem
pemerintahan Parlementer berdasarkan UUDS 1950 dan lebih khusus memenuhi
UU Darurat Nomor 2 tahun 1957, maka daerah Swapraja yang tergabung dalam
onderofdeling Kabupaten Makassar dibubarkan.
Selanjutnya berdasarkan UU Darurat Nomor 1 Tahun 1957 tentang
Pemerintahan Daerah untuk seluruh wilayah Indonesia Tanggal 18 Januari 1957,
segera dilaksanakan pembentukan daerah-daerah tingkat Tingkat II. Disusul
lahirnya UU No. 9 Tahun 1959 sebagai penjabaran dari UU No. 1 Tahun 1957,
dan mencabut UU Darurat No. 2 Tahun 1957, dan mencabut UU Darurat No. 2
Tahun 1957, maka ditegaskan Gowa sebagai salah satu daerah Tingkat II di
Sulsel. Demikian halnya kerajaaan kecil yang berbentuk Gallarang, Karaeng atau
nama lainnya yang ada dalam wilayah kerajaan Gowa berubah status menjadi
distrik.
17
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dari Swapraja menjadi
Swatantra, otomatiss juga terjadi perubahan dalam tubuh pemerintahan. Jabatan
raja dalam suatu daerah pemerintahan berubah menjadi Bupati Kepala Daerah.
Saat itu Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Andi Idjo Karaeng Lalolang, dengan
nomor SK U.P.7/2/24 tanggal 6 Februari 1957, Andi Ijo kemudian dikukuhkan
sebagai Kepala Daerah yang meliputi 12 Distrik yang dibagi dalam 4 lingkungan
kerja yang disebut koordinatorschap yakni:
1. Gowa Utara meliputi distrik Mangasa, Tombolo, Pattalassang, Borongloe,
Manuju, Bosisallo, koordinatornya di Sungguminasa.
2. Gowa Timur meliputi distrik Parigi, Inklusif Malino kota dan Tombolo Pao,
dengan koordinator berkedudukan di Malino.
3. Gowa Selatan meliputi distrik Limbung dan Bontonompo dengan koordinator
berkedudukan di Limbung.
4. Gowa Tenggara meliputi Distrik Malakaji dengan koordinator di Malakaji.
Dilihat dari pembagian koordinator distrik tersebut di atas, maka Distrik
Tompobulu yang sekarang ini meliputi empat kecamatan yakni Tompobulu,
Biringbulu, Bungaya dan Bontolempangan.
Ketika menjadi bagian dari distrik Tompobulu di Malakaji, maka distrik ini
membawahi tujuh daerah perkampungan, yang masing-masing perkampungan itu
dipimpin oleh seorang kepala adat bergelar Gallarang. Ketujuh Galllarang
dimaksud adalah: Datara, Garing, Pa’ladingang, Bontoloe, Lembaya, Sapaya dan
Bissoloro.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Indonesia bagian Timur Nomor 21 Tahun 1950 yang menetapkan
onderafdeling Gowa dibagi menjadi 11 kampung kompleks terdiri dari kampung
adat ditambah dengan Kampung Malonjo, Lemowa dan Rappoala.
Keputusan Mendagri tersebut di atas, wilayah Bontolempangan yang masuk
distrik Malakaji bertambah lagi, yakni setelah Pa’ladingang dan Bontoloe, juga
masuk Lemowa.
Sejak menjadi distrik, ada beberapa pejabat yang pernah menjadi kepala
distrik di Tompobulu, yakni:
18
1. Andi Beta Karaeng Serang (Kepala Distrik)
2. Lume Dg. Tutu (Acting Kepala Distirk)
3. Abd. Hakim Opu Tinggi (Kepala Distrik)
4. Adam Siama (Actinng Kepala Distrik)
5. Andi Bela Karaeng Serang (Koordinator Gowa Tenggara)
Ketika Belanda menguasai daerah di Indonesia khususnya di Sulawesi
Selatan, mereka banyak melakukan intimidasi penduduk yang menyebabkan
warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Penduduk di Kerajaan Bone
misalnya, mereka banyak yang lari ke daerah pegunungan Gowa, diantaranya ke
Bollangi juga ada yang ke wilayah gunung Lompobattang di Kerajaan Garing dan
Datara yang kini masuk dalam wilayah Kecamatan Tompobulu.
Warga Bone yang mengungsi itu, akhirnya keenakan tinggal di daerah
pengungsian dan mereka menetap di tempat itu. Mereka memanfaatkan
sumberdaya alam untuk keperluan hidupnya, seperti bertani, beternak dan
berkebun.
Hal tersebut juga didukung oleh kebijakan Pemerintah Kerajaan Gowa yang
menerapkan politik pintu terbuka bagi warga di wilayah kerajaan lainnya untuk
masuk ke Gowa, demikian pula sebaliknya. Apalagi dilihat dari latar belakang
historis, Kerajaan Gowa, Bone serta beberapa kerajaan lainnya adalah bersaudara
dan mereka menjalin hubungan persahabatan. Hanya saja kedatangan tentara
Belanda sempat mengusik ketenangan warga di berbagai kerajaan di Sulawesi
Selatan.
Beberapa Raja atau pembesar kerajaan di Sulawesi Selatan yang menjadi
buronan tentara Belanda memilih mengungsi ke daerah pegunungan, seperti
halnya Raja Gowa ke 26 Amas Madina yang dikenal dengan julukan Batara Gowa
II atau I Sangkilang (1753-1767) pernah menngungsi ke daerah pegunungan
Lompobattang dan Bawakaraeng.
Demikian halnya dengan Raja Gowa ke 34 I Makkulau Daeng Serang
Karaeng lembang Parang (1895-1906) pernah bersembunyi di wilayah
pegunungan itu, karena dialah Raja yang menentang kebijakan Belanda di
Kerajaan Gowa, akhirnya memberontak.
19
Kekejaman tentara Belanda di wilayah Kerajaan Bone, membuat Arung
Ponceng, salah seorang bangsawan Bone yang mengungsi ke daerah Kerajaan
Garing dan Datara dan membawa beberapa warganya. Disanalah beliau mendapat
perlindungan dari Raja Garing dan diberi lahan untuk bertani.
Warga di daerah pedalaman biasanya memasak nasi, sayur mayur maupun
makanan lainnya dengan menggunakan kayu bakar. Ketika warga Bugis Bone
masuk ke hutan mencari kayu untuk dijadikan kayu bakar
Ketika tentara Belanda pertama memasuki daerah itu, merekapun bertanya
kepada warga setempat yang kebetulan mencari kayu. Tentara Belanda itu
bertanya dalam bahasa Belanda, menanyakan tentang nama daerah itu. Warga
Bugis yang mencari kayu, walau tak mengerti bahasanya, yang disangkanya
ditanya “apa yang kau cari”, maka secara spontan warga Bugis itu menjawab,
“MALAAJU” artinya dalam bahasa Bugis, mencari kayu. Dari jawaban itulah,
Belanda kemudian memperkenalkan daerah itu dengan nama Malaaju yang
kemudin berubah menjadi Malakaji, yang nantinya menjadi Ibu kota dari wilayah
Distrik Tompobulu yang dipimpin oleh seorang Landschap.
Ketika I Makkulau Dg. Serang melakukan perlawanan terhadap Belanda,
maka tempat persembunyiannya di Malakaji kemudian diambil alih oleh tentara
Belanda pada tahun 1905. Belanda ingin memperkecil wilayah kekuasaan Raja
Gowa. Itulah sebabnya, selama kurang lebih 30 tahun tidak ada pengangkatan
somba di Gowa dan kekuasaan diambil alih oleh Belanda. Untuk memperkecil
wilayah kekuasaanya, Belanda kemudian menggabung distrik Malakaji kedalam
Onder Afdeling Bantaeng dan kemudian dialihkan ke Onder afdeling Jeneponto.
Pada tanggal 30 November 1936, Raja Gowa I Mangimangi Daeng Matutu
Karaeng Bontonompo dilantik menjadi Somba, dan pada tahun 1937 distrik
Malakaji beralih masuk ke wilayah Kerajaan Gowa (onder afdeling Gowa).
Distrik Malakaji dipimpin oleh Asisten Landschap dan membawahi 7
perkampungan adat yang dipimpin oleh kepala adat berpangkat gallarrang.
Ketujuh kampung adat dimaksud adalah: Datara, Garing, Pa’ladingang, Bontoloe,
Lembaya, Sapaya dan Bissoloro.
20
Dalam SK Mendagri Bagian Timur No. 21 Tahun 1940, menetapkan Onder
Afdeling Gowa dibagi menjadi 11 distrik, sehingga wilayah Malakaji juga
menjadi 11 perkampungan adat, dengan menambah Kampung Malonjo, Lemowa
dan Rappoala.
Adapun Asisten Residen yang pernah memerintah di Distrik Malakaji adalah:
1. Dg. Mattata
2. HM. Yunus Dg. Mannangkasi
3. Sonda Dg. Mattayang
4. Mappasero
5. Waworuntu
6. Sampara Dg. Lili
7. Y Silae
8. Andi Matteterang
9. Dg. Mangung
10. Sampara Dg. Lili (kedua kalinya)
11. Muh. Amin Dg. Suro
12. Sallatu Dg. Ngampi
13. Andi Paturusi
Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1960 tentang pembentukan daerah Tingkat
I, maka daerah Swapraja berubah nama menjadi Swatantra. Wilayah distrik
berubah nama menjadi kecamatan. Distrik Malakaji kemudian berubah nama
menjadi Kecamatan Tompobulu dan ibukotanya Malakaji
21
wilayah sebagai berikut; pada sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Cikoro,
sebelah selatan berbatasan dengan desa Datara, sebelah barat berbatasan dengan
desa Rappoala, dan sebelah timur berbatasan dengan desa Bontobuddung. Tata
ruang di Lingkungan Camapagaya sendiri memiliki tata ruang yang teratur, yang
menyesuaikan dengan lingkungannya. Contohnya kita bsa liat beberapa indah
rumah-rumah atap yng berjejeran dan megikuti kondisi tanah, yaitu kadang
tingkat dan rendah, dengan keadaan itu banyak rumah penduduk yang berlantai
dua, tapi alangkah uniknya rumah penduduk disana sejajar dengan jalan. Di
tengah pemukiman terdapat lapangan yang luas yang biasa dijadikan tempat untuk
beraktivitas seperti; olahraga, acara, dan sebagainya. Dan lapangan tersebut juga
dikelilingi oleh beberapa rumah masyarakat disana. Tetapi masih ada pemukiman
yang berada di dalam hutan.
SEKDES
KAUR KAUR
KAUR BENDAHARA
PEMERINTAHAN PEMUDA &
PEMBANGUNAN
OLAHRAGA
22
Pola interaksi : Umumnya masyarakat malakaji masih kuat dalam memegang
kebudayaan dan adat kebiasaan mereka. Mereka lebih preventif terhadap
kebudayaan asing yang masuk. Hal ini membuat kultur adat kebiasaan mereka
sangat kental dalam berinteraksi, mereka juga sangat menghargai apabila ada
tamu yang datang dan bukan dari tempat tinggal mereka, mereka sangat
menghargai itu dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan menggunakan
bahasa indonesia yang benar. mungkin hal ini pula yang dulunya membuat bangsa
Indonesia menjadi salah satu Negara yang paling ramah tamah di dunia . Pola
interaksi mereka sangat kuat hubungan kekeluargaanya. Contoh apabila ada yang
terkena musibah pada suatu individu pada pedesaan, tetangga umumnya akan
datang dan menanyakan apa yang sedang terjadi dan membantu mereka. Hal ini
bukan pula tidak ada di masyarakat kota tetapi intensitasnya cenderung rendah
dalam masyarakat perkotaan.
23
memiliki ketinggian 500 meter diatas permukaaan laut. Adapula jenis tanaman
pertanian dan perkebunan yaitu:
1. Jagung
2. Ubi Kayu
3. Cengkeh
4. Sayur-sayuran
5. Padi
Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan
perekonomian dengan, pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan
pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk
berusaha, serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik
lagi. Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan
ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
24
bergiliran dengan mengundang Ustadz atau ustadzah sekaligus di rangkaikan
dengan acara makan bersama.
b. TK/TPA
TK/TPA (Taman Kanak-Kanak/ Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang
bertujuan untuk menghidupkan tradisi dan menumbuhkan nilai berbasis spiritual
agama islam dengan bermula dari pengajaran baca tulis al-Qur’an, sebagai
pelajaran dasar untuk memahami kitab suci al-Qur’anul karim, serta menghafal
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai generasi yang
Qur’ani atau shaleh dan shalehah.
Di kelurahan Malakaji terdapat beberapa TK/TPA yaitu:
1) TK/TPA Al-Mubarak
2) TK/TPA Al-Madinatul Al-Munawwarah
3) TK/TPA Nurul Huda
4) TK/TPA Al-Khairat
5) TK/TPA Al-Manaar
6) TK/TPA Al-Hikmah
Setelah mengamati beberapa TK/TPA diatas hanya 60% yang aktif dan 40%
kurang aktif dan yang memprihatinkan beberapa TK/TPA minim Iqra’ dan Al-
Qur’an yang seharusnya di setiap TK/TPA dapat dikatakan wajib memiliki
beberapa Iqra’ dan Al-Qur’an yang dijadikan media dalam proses belajar
mengajar. Selain itu, masih sering di jumpai anak-anak dalam mengaji kurang
tepat dalam penyebutannya yang pada umumnya sering di dengar seperti kata
“Shadakallaahul ‘azhiim” pada saat mengakhiri bacaan kebanyakan santriwan dan
santriwati sering mengucapkan “syadakallaahul azhiim” mungkin dikarenakan
proses mengajar yang tidak aktif dan kurangnya Pembina yang membina di
TK/TPA. Bahkan yang sering di jumpai pula dalam satu TK/TPA memiliki banyak
santri tetapi hanya memiliki satu Pembina yang tidak rutin hadir untuk mengajar.
Kemungkinan dari beberapa faktor di atas bisa terjadi sebab kurangnya perhatian
orang tua santri terhadap 15 kebutuhan mengaji dan tidak adanya infak dari tiap
santri yang sebenarnya setiap TK/TPA membutuhkan untuk melengkapi keperluan
TK/TPA seperti membeli Iqra’, Al-Qur’an, buku hafalan maupun buku-buku
25
untuk menambah pengetahuan dinul islam dan juga kurangnya kesadaran
masyarakat setempat mengenai pentingnya pendidikan Al-Qur’an sehingga
beberapa TK/TPA tidak mengalami kemajuan.
c. Jum’at Ibadah
Jum’at ibadah termasuk salah satu kegiatan rutin yang dilakukan satu kali
dalam seminggu di setiap hari Jum’at yaitu hari besar bagi umat islam yang rutin
dilakukan di beberapa sekolah seperti SD Center Malakaji, SD Inpres Malakaji,
dan SD Lojong. Biasanya Jum’at ibadah di isi dengan kegiatan kultum yang di
bawakan oleh guru atau siswa yang bergantian menyampaikan kultum di depan
teman-teman mereka sebagai salah satu proses untuk melatih diri berbicara di
depan umum. Khusus Jum’at ibadah setiap siswa tidak di wajibkan menggunakan
pakaian seragam sekolah tetapi menggunakan pakaian muslim.
Di kelurahan Malakaji sejauh yang di amati telah mendapat pengaruh ormas
islam seperti jamaah tablig dan WI (Wahda Indonesia). Sering di jumpai
Mushallah yang dipimpim oleh anggota jamaah tablig yang selalu menjadi imam
di setiap shalat berjamaah dan biasa melakukan kajian dalam mushallah tersebut
serta terdapat bangunan kecil atau pondok di dekat Mushallah. Sedangkan,
organisasi WI baru-baru ini mulai melakukan kegiatan yang diadakan di masjid
Al-Mubarak dan adanya masyarakat Malakaji yang bertanya tentang Wahda dan
di ajak untuk bergabung.
d. Ta’usiah
e. Barasanji
f. Aqikah
g. Sunatan
26
B. Pembahasan
1. Faktor penyebab daerah dataran tinggi cenderung bersuhu lebih
rendah dari daerah dataran rendah.
Dalam penelitian ini kami mendapatkan beberapa data sebagai acuan kami yaitu :
a) Perbandingan suhu antara dataran rendah dan dataran tinggi
b) Perbandingan titik didih antara dataran rendah dan datarn tinggi
c) Ayunan sederhana
Berikut hasil penelitian kami:
a) Perbandingan suhu antara dataran rendah dan dataran tinggi
Bagian penelitian ini kami menggunaka aplikasi digital untuk mencari
suhu, ketinggian permukaan bumi, kelembapan udara, kecepatan angin, dan
tekanan udara. Berikut data yang kami dapatkan:
Dataran Rendah
27
PENGA WAKTU KETING SUHU KELEM KECEPAT TEKAN KET
MATAN GIAN BAPAN AN AN
PERM. UDARA ANGIN UDARA
BUMI
1
2 12.00 34 O 44% 5 Km/J 1005 –
1008
Hpa
Dataran Tinggi
28
PENGAMA WAKTU KETIN SUHU KELEM KECEPAT TEKAN KET
TAN GGIAN BAPAN AN AN
PERM. UDARA ANGIN UDARA
BUMI
1
2 12.00 26 O 52% 8 Km/J 101.15
Kpa
Kita dapat melihat kedua tabel diatas yaitu perbandingan suhu antara datran
rendah dan datran tinggi. Dari tabel diatas bisa kita lihat jika datran tinggi
memiliki suhu yang lebih rendah. Dataran tinggi memiliki suhu yang lebih rendah
dikarenakan tekanan udara yang rendah dan juga pada pada dataran tinggi juga
memiliki kelembapan lenih tinggi dibandingkan dengan dataran rendah. Dan yang
terakhir kita bisa melihat kecepatan angin pada dataran tinggi lebih tinggi
daripada dataran rendah dimana kecepatan angin menjadikan suhu dataran tinggi
lebih rendah karena angin yang berhembus menyebabkan daerah dataran tinggi
lebih menyejukkan.
29
b) Perbandingan titik didih antara daerah datarn rendah dan dataran tinggi
Pada penelitian ini kami menggunakan gelas kimia yang sudah diisi air
sebanya 150 ml yang di panasi menggunakan bunsen. Dalam penelitian ini kami
menggunakan dua tempat yang berbeda saat memanaskan air, yaitu di dataran
tinggi (Lingkungan Campagaya, Kelurahan Malakaji, Kecamatan Tompobulu,
Kabupaten Gowa) dan di daerah dataran rendah (SMAN 2 Makassar). Dan ini
adalah grafik hasil penelitian kami
48
50
40
3026
20
10
0
0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
WAKTU (m)
30
Titik Didih Di daerah Dataran Rendah
120
96 96
100 92 93 94 95
86 88 90
80 83
76
80 72
68
63
SUHU (OC)
59
60 54
48
42
4031
20
0
0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
WAKTU (m)
Dari grafik diatas kita bisa melihat bahwa pada saat kita memanaskan air di
dataran tinggi air lebih cepat mendidih dibandingkan dengan memanaskan air di
dataran rendah. Dalam grafik diatas terdapat bahwa titik didih dataran tinggi yaitu
90oC yang didapat dalam kurun waktu 11 menit air sudah mendidih, sedangkan
pada dataran rendah memiliki titik didih air 96oC yang didapatkan dalam kurun
waktu 20 menit agar bisa mendidihkan air. Hal ini sekali lagi dikarenakan karena
tekanan udara yang ada di dataran tinggi lebih rendah sehingga molekul air lebih
mudah berubah menjadi uap atau mendidih.
c) Ayunan sederhana
Dalam penelitian kali ini kami melakukan uji coba terhadap ayunan
sederhana dimana kita menyelidiki nilai percepatan gravitasi bumi menggunakan
ayunan sederhan dengan panjang tali 50 cm dan 80 cm. Berikut datanya:
Panjang tali 50 cm
31
(n) n ayunan (g) (m/s2)
1 5 5 7 1,4 10,08
2 5 7 10 1,42 9,83
5 10 9 13 1,44 9,54
Tabel 3. Simpangan Panjang Tali 50 cm
Panjang tali 80 cm
3 10 5 9 1,8 9,75
32
5 10 9 16,3 1,81 9,64
Tabel 4. Simpangan Panjang Tali 80 cm
Dalam penentuan besar sudut, kami mengambil hasil sudut yang terbentuk
setelah melihat objek yang dituju. Kami melihat objek dengan pandangan
mengarah ke atas atau biasa disebut dengan sudut elevasi.
Sudut 59o dan sudut 47o berada di kuadran pertama, sehingga rumus yang
digunakan untuk mengelevasi sudut adalah Cos (90o – α).
33
α = Cos (90o-59o) = 31o
β = Cos (90o-47o) = 43o
Penyelesaian :
tan β
x = AB.
tan α
tan 43
x = (x-80).
tan31
0,9
x = (x-80).
0,6
0,6x = 0,9x – 72
0,9x - 0,6x = 72
0,3x = 72
72
x =
0,3
x = 240 meter
depan
tan α =
samping
BC
tan 31o =
AB
BC
0,6 =
240
BC = 0,6 x 240
34
BC = 144 meter
y = BC + tinggi busur
y = 144 + 0,52
y = 144,52 meter
Jadi, tinggi pohon yang kami ukur di Lingkungan Campagaya Kelurahan Malakaji
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa adalah 144,52 meter.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor penyebab daerah di dataran tinggi memiliki suhu yang lebih rendah
dibandingkan dengan di dataran rendah :
a. Tekanan udara di dataran tinggi lebih rendah daripada di dataran
rendah
b. Gesekan antar molekul udara semakin berkurang.
c. Jumlah partikel udara di dataran tinggi lebih sedikit dibandingkan
dengan
d. di dataran rendah.
35
2. Penerapan fungsi trigonometri dalam penetuan tinggi menara dapat
dilakukan dengan cara :
a. Menghitung sudut objek dengan busur derajat di titik awal.
b. Berjalan kedepan sejauh ± 80 km (tergantung keinginan).
c. Menghitung sudutnya kembali.
d. Kemudian memasukkan data yang didapatkan pada fungsi
trigonometri.
B. Saran
Bagi pihak sekolah kami mengharapkan bimbingan sepenuhnya untuk
menyelesaikan laporan study lapangan sesuai dengan kaidah-kaidah dan aturan-
aturannya agar tidak terjadi miss communication antar pembimbing dan
diharapkan penyusunan laporan setiap mata pelajaran untuk dipisahkan agar
mempermudah pengerjaan laporan masing-masing mata pelajaran.
Untuk penelitian selanjutnya kami menyarankan untuk mengukur objek
yang lain dengan cara yang berbeda agar objek dan penyelesaian bisa bervariasi
dan dapat menjadi perbanding dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agung “Penjelasan Study Lapangan Penelitian”,
http://teori-ilmupemerintahan.blogspot.com/2011/06/penjelasan-studi-
lapangan-penelitian.html (diakses pada 13 Oktober 2018, pukul 14.40
WITA).
Citra, “Pengertian Dataran Rendah dan Manfaatnya”,
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/pengertian-dataran-
rendah (diakses pada 14 Oktober 2018).
Darmayasa, Putu. https://www.konsep-matematika.com/2015/11/sudut-elevasi-
dan-depresi.html (diakses pada 11 Oktober 2018, pukul 21:10WITA).
36
Fatma, Desi. “Pengertian Dataran Tinggi – Ciri-ciri dan Jenisnya”,
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/pengertian-dataran-
tinggi (diakses pada 14 Oktober 2018, pukul 17.01WITA).
Hermanto, Bambang. 2012. Super Trik Geografi SMA. Jogja: Pustaka
Widyatama.http://fastrans22.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-dataran-
rendah.html (diakses pada 14 Oktober 2018).
Ilmu, Pena.
http://jendela-google.blogspot.com/2014/04/matematika-kelas-x-
semester-2.html (diakses pada 15 Oktober 2018, pukul 21:01 WITA).
Mubarak, Muzn http://muzn.blogspot.com/2013/06/trigonometri-xi47.html
(diakses pada 14 Oktober 2018, pukul 22:18 WITA).
Q, Kamus.
https://www.kamusq.com/2013/01/trigonometri-adalah-pengertian
dan.html (diakses pada 18 Oktober 2018, pukul 19:12 WITA).
Rizca World “Tujuan pendidikan Luar Sekolah”,
https://rizcarlistyan.wordpress.com/2013/05/28/tujuan-pendidikan-luar-
sekolah/, ( diakses pada 13 oktober 2018, pukul 14.40 WITA).
The Gowa Center, “Kelurahan Malakaji”,
http://thegowacenter.blogspot.com/2015/10/kelurahan-malakaji.html
(diakses pada 13 Oktober 2018, pukul 14:40 WITA)
Wikipedia “ Dataran Rendah”, https://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_rendah,
(diakses pada 13 oktober 2018, pukul 14.40)
37
Wikipedia, “Trigonometri”, https://id.wikipedia.org/wiki/Trigonometri (diakses
pada 13 Oktober 2018, pukul 23:45 WITA)
CURRICULUM VITAE
38
Email : a.muh.akbarsyawal@gmail.com
Organisasi : SITe.Com
Pendidikan
TK : TK Aisyah
SD : SD Negeri Mangkura 4 Makassar
SMP : SMP Negeri 6 Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
39
Email : ahmadrizalsyam11@gmail.com
Organisasi : SBC
Pendidikan
TK : TK Aisyah Makassar
SD : SD Negeri Sangir Makassar
SMP : SMP Negeri 5 Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
40
Email : attariqdihqan@gmail.com
Organisasi : SFC
Pendidikan
TK : TK Attariq
SD : SD Pertiwi Makassar
SMP : SMP Negeri 3 Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
41
Email :-
Organisasi : SITe.Com
Pendidikan
TK : TK Tut Wuri Handayani
SD : SD Inp. Unggulan Puri Taman Sari
SMP : SMP Negeri 40 Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
42
Email : feldanela13@gmail.com
Organisasi :-
Pendidikan
TK :-
SD : SD Negeri Bontarannu 1
SMP : SMP Negeri 6 Makassari Bontarannu 1
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
Nama : Mawar A
Tempat / Tanggal Lahir : Makassar, 16 September 2001
Alamat : Jl. Rajawali 1 Lr. 11A
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
43
Email : mawararif1609@gmail.com
Organisasi : SITe.Com
Pendidikan
TK :-
SD : SD Inpres Mariso II
SMP : SMP Nasional Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
44
Email : muhammadjibril010524@gmail.com
Organisasi : SITe.Com
Pendidikan
TK : TK Kenari Balikpapan
SD : SD Negeri Hartaco Indah
SMP : SMP Negeri 18 Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
45
Email : nshafira442@gmail.com
Organisasi : Keramat
Pendidikan
TK : TKIT Anak sholeh
SD : MITQ Azhar Center
SMP : SMP Negeri 18 Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
46
Email : rickaldrian52@gmail.com
Organisasi : SECC, SITe.Com
Pendidikan
TK : TK Kenari Samarinda
SD : SD Negeri 003 Palaran
SMP : SMP Negeri 1 Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
47
Email : wirdayanti.marzuki01@gmail.com
Organisasi : GANAS
Pendidikan
TK : TK Merpati Pos
SD : SD Negeri Sudirman 1
SMP : SMP Negeri 6 Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
CURRICULUM VITAE
48
Email : zelikaberlianti97@gmail.com
Organisasi : SITe.Com
Pendidikan
TK : TK Sejahtera
SD : SD Negeri Kapota Yudha I
SMP : SMP Negeri 3 Makassar
SMA : SMA Negeri 2 Makassar
DAFTAR LAMPIRAN
49
Gambar 8. Klinometer
Gambar 9. Meteran
50
Gambar 10. Perjalanan Menuju Lokasi Pengamatan
51
Gambar 12. Objek Pengamatan
52
Gambar 13. Mengukur Jarak Kedua Titik
53