Anda di halaman 1dari 10

Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 86 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link

ANALISIS TATA LAKSANA KLINIK SANITASI UNTUK


PENGENDALIAN ISPA PADA MASA PANDEMI COVID-19

Shafira Mutia Khairunnisa*)1) ; Onny Setiani2 ; Nur Endah Wahyuningsih3 ; Nurjazuli4

1, 2, 3, 4)FakultasKesehatan Masyarakat ; Universitas Diponegoro Semarang


Jl. H. Prof. Soedarto, SH. ; Tembalang ; Semarang

Abstrak
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit berbasis lingkungan dan cenderung
dianggap biasa oleh masyarakat, sedangkan ISPA yang tidak ditangani dengan baik dapat berakhir
dengan pneumonia atau kematian. Klinik sanitasi merupakan solusi untuk mengatasi penyakit
berbasis lingkungan melalui upaya promotif dan preventif. Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan analisis terhadap aspek input dan proses dalam pelaksanaan klinik sanitasi untuk
pengendalian ISPA pada masa pandemi COVID-19 di Puskesmas Kedung Badak Kota Bogor.
Metode penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif, dengan melakukan observasi lapangan dan
wawancara mendalam kepada informan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa belum adanya SOP klinik sanitasi yang disesuaikan dengan
situasi pandemi, ketidaksesuaian jadwal dengan regulasi yang berlaku, belum dilengkapinya SDM
dengan pelatihan terkait klinik sanitasi, tidak adanya media KIE seputar ISPA, serta tidak
dilakukannya konseling, inspeksi, dan intervensi kesehatan lingkungan terhadap pasien ISPA pada
masa pandemi COVID-19. Temuan tersebut menunjukan masih terdapat hal-hal yang belum
optimal baik dalam aspek input maupun proses pada tata laksana klinik sanitasi di Puskesmas
Kedung Badak Kota Bogor.

Kata kunci: Klinik Sanitasi ; ISPA ; Pandemi COVID-19

Abstract
[ANALYSIS OF SANITATION CLINIC MANAGEMENT FOR ARI CONTROL DURING THE
COVID-19 PANDEMIC] Acute Respiratory Infection (ARI) is an environmental-based and to be
considered normal by the community, while ARI that is not handled properly can end up with
pneumonia or death. Sanitation clinic is a solution to overcome environmental-based diseases
through promotive and preventive efforts. This study aims to analyze the input and process aspects
in the implementation of a sanitation clinic for ARI control during the COVID-19 pandemic at the
Puskesmas Kedung Badak, Bogor City. This research method is qualitative-descriptive, by
conducting field observations and in-depth interviews with selected informants using purposive
sampling technique. The results showed that there were no SOPs for sanitation clinics that were
adapted to the pandemic situation, schedule discrepancies with applicable regulations, human
resources that are not equipped with training related to sanitation clinics, no IEC media about ARI,
also no counseling, inspection, and environmental health interventions for ARI patients during the
COVID-19 pandemic. Based on these issues, there are things that are still not optimal both in the
input and in the process aspect in the management of the sanitation clinic at the Puskesmas Kedung
Badak, Bogor City.

Keywords: Sanitation Clinic; ARI ; COVID-19 Pandemic

1. Pendahuluan seluruh negara di dunia da n disebabkan oleh


interaksi antara manusia, lingkungan dan
Penyakit berbasis lingkungan merupakan
perilaku yang berpotensi menimbulkan penyakit
permasalahan yang masih dialami oleh hampir
(Ahyanti, 2020). Infeksi saluran pernapasan
*) Correspondence Author (Shafira Mutia Khairunnisa) menjadi penyakit menular paling mematikan
E-mail: shafiramutiak@gmail.com

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 87 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

yang menempati peringkat ke empat. Selain itu, Disebutkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
infeksi saluran pernapasan juga masih Republik Indonesia No. 13 tahun 2015 tentang
menempati posisi pada 10 besar penyebab penyelenggaraan pelayanan kesehatan
utama kematian di negara berpenghasilan lingkungan di Puskesmas, bahwa tujuan dari
menengah ke bawah (World Health pelayanan ini adalah merealisasikan kualitas
Organization, 2020). lingkungan yang sehat serta mencegah penyakit
Di Indonesia, penyakit berbasis lingkungan akibat faktor risiko lingkungan. Namun pada
masih menjadi penyebab lebih dari 80% angka akhir tahun 2019 dunia digemparkan dengan
kesakitan balita (Sugiharto & Oktami, 2018). kasus Coronavirus Disease 2019 atau biasa
Menurut data tahun 2019, Jawa Barat menjadi disingkat COVID-19, yang pertama kali
provinsi dengan temuan kasus pneumonia pada dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019
balita tertinggi. Prevalensinya mencapai angka melalui WHO China Country Office. Pada tanggal
5,5%, lebih tinggi dari prevalensi pneumonia 30 Januari 2020, WHO menetapkan kondisi
nasional yakni sebesar 4,8% (Kementerian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan
Kesehatan RI, 2019). Namun, di masyarakat Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)
umum ISPA dianggap sebagai penyakit batuk dan tanggal 11 Maret 2020 COVID-19 ditetapkan
pilek biasa yang disebabkan oleh pergantian sebagai pandemi (Kementerian Kesehatan RI,
musim atau cuaca dingin, dan bukan suatu 2020).
masalah yang serius. Padahal perlu diketahui Sejak kasus COVID-19 bertambah, fasilitas
bahwa ISPA yang berkelanjutan dan tidak pelayanan kesehatan di seluruh dunia terutama
ditangani dengan baik akan berisiko menjadi di Indonesia, merasa kesulitan dalam menangani
pneumonia dan berakibat kematian (Pratiwi & kasus yang terus meningkat dalam waktu yang
K., 2010). Hingga tahun 2019, 10 penyakit utama relatif singkat. Survei WHO menyatakan bahwa
yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Kota layanan kesehatan bagi masyarakat selain kasus
Bogor masih didominasi oleh golongan ISPA COVID-19 menjadi terganggu, hal ini dapat
non pneumonia yakni nasofaringitis akut menyebabkan penurunan capaian kinerja dari
(common cold) di urutan pertama (29%), faringitis pelayanan kesehatan (Dosen Fakultas Ilmu
akut (14%), dan influenza (4%) (Dinas Kesehatan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Parepare,
Kota Bogor, 2019). Berdasarkan data Profil 2021). Hal tersebut juga terjadi pada cakupan
Kesehatan Jawa Barat (2019), golongan ISPA klinik sanitasi di Puskesmas. Berdasarkan hasil
pneumonia juga masih menjadi salah satu studi pendahuluan yang dilaksanakan di Dinas
penyebab kematian post neonatal di Kota Bogor. Kesehatan Kota Bogor, jumlah penyakit berbasis
Kota Bogor menempati urutan kelima dari 27 lingkungan yang dilayani oleh klinik sanitasi
kabupaten/kota dengan kepadatan tertinggi di terus-menerus mengalami penurunan dari awal
Jawa Barat dengan persentase akses masyarakat tahun 2020 hingga November 2021.
terhadap sanitasi layak sebesar 74,2%. Puskesmas Kedung Badak merupakan
Kepadatan penduduk yang tinggi merupakan puskesmas di Kota Bogor yang mengalami
salah satu faktor yang secara substansial dapat penurunan drastis dengan gap tertinggi pada
meningkatkan kasus penyakit menular (Anser et cakupan klinik sanitasinya selama masa
al., 2020). Selain itu, data tersebut menunjukan pandemi COVID-19. Pada tahun 2019, cakupan
bahwa Kota Bogor masih belum memenuhi klinik sanitasi di Puskesmas Kedung Badak
target akses sanitasi nasional Tahun 2020-2024 berhasil memenuhi target yakni berjumlah 506
yakni sebesar 90%. Kondisi kesehatan kasus (168,67%). Kemudian cakupan tahun 2020
lingkungan yang belum sepenuhnya memadai mulai mengalami penurunan hingga berjumlah
baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta 79 kasus (26,33%), dan untuk tahun 2021 sampai
belum menyeluruhnya perilaku hidup bersih dengan bulan November cakupannya menurun
dan sehat (PHBS) akan menyebabkan drastis menjadi 20 kasus (6,67%).
munculnya masalah kesehatan hingga penyakit Kondisi tersebut menunjukan adanya
berbasis lingkungan (Wardani, 2017). proses adaptasi dari mekanisme klinik sanitasi
Pelayanan kesehatan lingkungan, atau biasa selama masa pandemi COVID-19 untuk menjaga
disebut dengan klinik sanitasi, merupakan salah kesinambungan upaya kesehatan masyarakat.
satu solusi untuk mengatasi penyakit berbasis HaI inilah yang menjadi dasar bagi peneIiti
lingkungan (Sugiharto & Oktami, 2018). untuk melakukan analisis terhadap aspek input

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 88 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

dan proses dalam pelaksanaan klinik sanitasi Wilayah kerja Puskesmas ini meliputi tiga
pada masa pandemi COVID-19 di Puskesmas kelurahan yang mencakup 39 RW dan 211 RT.
Kedung Badak Kota Bogor. Salah satu upaya kesehatan masyarakat esensial
yang ada di Puskesmas Kedung Badak adalah
2. Metode pelayanan kesehatan lingkungan yang bertujuan
untuk merealisasikan kualitas lingkungan yang
Penelitian ini termasuk dalam jenis
sehat guna mencegah penyakit berbasis
penelitian kualitatif dengan pendekatan
lingkungan. Pelayanan kesehatan lingkungan
deskriptif. Model evaluasi yang digunakan
atau klinik sanitasi di Puskesmas Kedung Badak
dalam penelitian ini adalah model CIPP (Context,
mencakup pelayanan di dalam gedung dan di
Input, Process, Output) yang pertama kali
luar gedung.
dikenalkan oleh Stufflebeam (1985). Terdapat
Pelayanan di dalam gedung mencakup
lima indikator yang diteliti pada aspek input
kegiatan konseling antara tenaga sanitarian dan
yakni pedoman, jadwal, sumber daya manusia,
pasien penyakit berbasis lingkungan yang sudah
dana, dan sarana prasarana. Indikator pada
dirujuk dari poli umum, dan untuk pasien ISPA
aspek proses meliputi konseling, inspeksi, dan
dirujuk dari poli khusus ISPA. Semenjak kasus
intervensi kesehatan lingkungan. Aspek konteks
COVID-19 meningkat di Indonesia, Puskesmas
tidak diteliti karena tidak ada indikator yang
Kedung Badak menetapkan SOP alur pelayanan
berubah akibat pandemi COVID-19, sedangkan
tersendiri untuk pasien dengan gejala ISPA.
aspek produk tidak diteliti karena capaian
Pasien dengan hasil skrining memiliki gejala
pelayanan telah diketahui dan indikator dampak
yang mengarah pada Influenza-Like Illness seperti
menjadi keterbatasan penelitian.
batuk, pilek, dan demam akan diarahkan untuk
Pengambilan data dilakukan melalui
masuk ke poli ISPA. Setelah melewati prosedur
observasi lapangan dan wawancara mendalam
kajian awal dan pemeriksaan, pasien akan
(indepth interview) dengan informan utama yaitu
dirujuk untuk swab antigen agar dapat diketahui
Sanitarian di puskesmas dan informan
batasan antara penyakit ISPA dengan COVID-19.
triangulasi yang meliputi Dokter Umum Poli
Menurut alur pelayanan Puskesmas yang
ISPA, Kepala Puskesmas, Subkor Penyehatan
berlaku pada masa pandemi ini, pasien dari poli
Lingkungan Dinas Kesehatan, dan Fungsional
ISPA tidak diperbolehkan untuk masuk ke
Sanitarian Dinas Kesehatan. Pemilihan subjek
dalam gedung demi mencegah terjadinya
dalam penelitian ini menggunakan teknik
penularan.
purposive sampling dengan kriteria: (1) Terlibat
Hal tersebut juga berdampak pada
secara langsung dan tidak langsung pada proses
pelayanan di luar gedung, inspeksi dan
pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas
intervensi kesehatan lingkungan tidak dilakukan
Kedung Badak; (2) mengetahui dan memahami
untuk pasien ISPA. Inspeksi kesehatan
proses pelaksanaan klinik sanitasi; (3)
lingkungan sedang berfokus pada kunjungan
mempunyai pengaruh langsung maupun tidak
pasien isolasi mandiri COVID-19 dan masalah
langsung terhadap pelaksanaan klinik sanitasi;
sanitasi yang mencakup inspeksi rumah sehat,
dan (4) bersedia menjadi informan dalam
sarana air bersih, Sistem Pengelolaan Air Limbah
penelitian ini. Penelitian dilakukan di Puskesmas
(SPAL), dan jamban. Sedangkan intervensi
Kedung Badak Kota Bogor dengan jangka waktu
kesehatan lingkungan biasa diberikan saat itu
mulai dari Maret sampai dengan Mei tahun 2022.
juga kepada pasien/klien setelah inspeksi
dilakukan. Dari garis besar penjabaran tersebut
3. Hasil dan Pembahasan dapat dilihat bahwa pandemi COVID-19
Deskripsi Pelaksanaan Klinik Sanitasi memberikan pengaruh yang cukup signifikan
Puskesmas Kedung Badak merupakan salah pada klinik sanitasi untuk pengendalian ISPA di
satu dari 25 puskesmas yang ada di Kota Bogor. Puskesmas Kedung Badak Kota Bogor.

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 89 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

Tabel 1. Matriks Hasil Analisis Aspek Input dan Proses

No. Aspek Temuan Hasil


1. Pedoman Belum adanya SOP klinik sanitasi “Kalau untuk pedoman klinik sanitasi masih pedoman yang lama
yang disesuaikan dengan situasi pada aja. Kalau SOP ada kita bikin.” (IU1)
masa pandemi COVID-19.
2. Jadwal Pelayanan di dalam gedung hanya “Dulu Jumat aja, kalau sekarang kan ada 2 orang jadi Selasa sama
dilaksanakan dua kali dalam Jumat.” (IU2)
seminggu dan pelayanan di luar “Kalau luar gedung tidak ada jadwal tetap.” (IU1)
gedung tidak memiliki jadwal yang
pasti.
3. SDM  Adanya rangkap tugas dan "Kalau yang selama pandemi ini ya agak terkendala juga ya.
terbaginya fokus dari sanitarian. Karena waktu kemarin yang pelaksanaan vaksinnya padat ya kita
 SDM belum dilengkapi dengan banyak seringnya ikut kegiatan vaksin, jadi kadang untuk
pelatihan yang berkaitan dengan pelaksanaan program sendiri agak tidak berjalan.” (IU1)
klinik sanitasi. “Nah itu belum. Jadi kita di Kota Bogor untuk sanitarian minim
 SDM di puskesmas sering banget ya untuk pelatihan-pelatihan bersertifikat. Saya sendiri dari
mengalami perubahan karena 2010 jadi PNS belum ada pendapat sertifikat pelatihan apapun.”
sistem mutasi dan rotasi yang (IU1)
diterapkan. “Banyak perubahan ya, tadinya ada mutasi rotasi. Itu berpengaruh
juga sempet ada 2 orang, 1 orang, sekarang 2 orang lagi, jadi
mudah-mudahan pekerjaan tupoksinya dari kesehatan lingkungan
bisa lebih tercapai lagi.” (IT2)
4. Dana Dana mengalami penurunan dari “Ngga sih, jauh sih kayaknya. Kalau misalkan dengar dari teman
tahun sebelumnya. sebelumnya sih, biasanya setiap tahun selalu meningkat
anggarannya, cuman kalau sekarang tuh tidak tau kenapa jadi
menurun.” (IU2)
5. Sarana  Tidak ada media KIE seputar ISPA, “Paling kurangnya di media KIE, ruangan sudah ada, APD
Prasarana serta maket atau alat peraga. sudah, minusnya di media aja.” (IU1)
 Belum dilakukannya kalibrasi alat “Kalau misalkan bentuk poster, yang kayak gitu-gitunya belum
dan pemeriksaan terhadap reagen ada.” (IU2)
dari sanitarian kit, dan “Cuman mungkin ngelabnya, itu ya, dari
penggunaannya tidak maksimal. pemeriksaan-pemeriksaannya itu yang kurang. Kurang kita
maksimalkan juga kayaknya.” (IU2)
6. Konseling Tidak adanya pasien ISPA yang “Belum aja. Karena covid, buat mengurangi kontak aja takutnya
dirujuk untuk melaksanakan covid. Konseling yang tidak berjalan bisa karena bentrok dengan
konseling di klinik sanitasi selama tugas lain, seperti tugas vaksin. Karena covid juga, jadi
masa pandemi COVID-19. pembatasan konseling.” (IU1)
7. Inspeksi Tenaga sanitarian tidak pernah “Kalau sejauh ini belum pernah sih nginspeksi klinik sanitasi. Tapi
Kesehatan melakukan inspeksi kesehatan turlapnya lebih fokus ke kunjungan pasien covid sama IKL
Lingkungan lingkungan pada pasien yang tedaftar sanitasi. Dilihat dari wilayah yang warganya masih BABS, kita
di buku register klinik sanitasi selama datengin sambil validasi data, sambil inspeksi juga.” (IU2)
masa pandemi COVID-19.
8. Intervensi Tidak ada pasien ISPA yang “Kalau intervensi ya lebih ke penyuluhan dan edukasi.” (IU1)
Kesehatan memperoleh intervensi kesehatan “Kalau yang sudah dilaksanakan paling itu aja ya, penyuluhan,
Lingkungan lingkungan dan bentuk intervensi KIE.” (IU2)
yang pernah dilakukan hanya berupa
komunikasi, informasi, edukasi (KIE).
Pedoman Teknis Pencegahan dan
Analisis Aspek Input dalam Klinik Sanitasi Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama oleh Kemenkes (2020)
a. Pedoman
menyatakan bahwa penyusunan SOP untuk
Pedoman yang digunakan dalam Klinik
kegiatan konseling, termasuk di dalamnya
Sanitasi di Puskesmas Kedung Badak adalah
konseling kesehatan lingkungan, harus mengacu
Standar Operasional Prosedur (SOP) internal.
pada Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Akan tetapi, isi dari SOP tersebut belum
Infeksi (PPI) (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
disesuaikan dengan situasi pandemi COVID-19
Temuan ini terjadi karena kurang
yang sedang terjadi saat ini. Apabila dilihat dari
menyeluruhnya proses monitoring dan evaluasi
tanggal terbitnya, SOP tersebut terakhir
yang dilakukan oleh tim manajemen puskesmas.
diperbaharui pada bulan Februari 2019. Hal ini
Terlebih pada awal masa pandemi klinik sanitasi
menandakan bahwa belum adanya SOP klinik
sempat dihentikan sementara, sehingga
sanitasi yang disesuaikan dengan situasi pada
pembaharuan SOPnya menjadi terlupakan.
masa pandemi COVID-19.

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 90 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

Sementara itu, keberadaan SOP yang sesuai awal tahun 2022 barulah puskesmas menerima
dengan kondisi pelayanan kesehatan terkini tambahan 1 orang sanitarian yang berstatus
sangatlah penting karena SOP berperan sebagai PKWT dari Bantuan Operasional Kesehatan
petunjuk utama dalam melaksanakan sebuah (BOK). Selain itu, ruangan konseling yang
program. Suatu program harus menerapkan SOP dimiliki juga terbatas karena harus berbagi
secara disiplin dan konsisten agar tujuan dari dengan pelayanan lain. Hal tersebut juga
program tersebut dapat tercapai secara efektif berdampak pada jadwal pelayanan di luar
dan efisien. Disebutkan dalam penelitian Latifah gedung, karena sanitarian harus melakukan
dan Maryati (2018) bahwa SOP merupakan salah identifikasi masalah melalui proses konseling
satu faktor input yang akan sangat terlebih dahulu untuk menentukan pasien
mempengaruhi output yang diperoleh. Hal prioritas yang akan dikunjungi. Dinyatakan
tersebut juga sejalan dengan penelitian Sugiarsi dalam BAB IV Permenkes No. 13 Tahun 2015,
dkk (2021), bahwa SOP harus diterapkan dengan bahwa inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan
penuh kedisiplinan dan konsistensi, karena SOP berdasarkan hasil konseling terhadap
yang diterapkan dengan baik berperan penting kecenderungan meluasnya penyakit berbasis
dalam menjamin kualitas pelayanan dan kinerja lingkungan. Namun tenaga kesehatan
puskesmas. lingkungan juga tetap harus mengupayakan
pelaksanaan inspeksi dilakukan paling lambat 24
b. Jadwal jam setelah konseling dilakukan. Selain itu, pada
Kegiatan klinik sanitasi di dalam gedung masa pandemi terdapat arahan untuk
yang diselenggarakan oleh Puskesmas Kedung percepatan vaksin dan memprioritaskan
Badak dibuka setiap hari Selasa dan Jumat sesuai kunjungan pasien COVID-19 yang turut
dengan jam operasional puskesmas. Sedangkan mempengaruhi jadwal pelayanan.
pelayanan di luar gedung yang mencakup
inspeksi dan intervensi tidak memiliki jadwal c. Sumber Daya Manusia
yang pasti. Tenaga kesehatan lingkungan di Puskesmas
Temuan ini tidak sesuai dengan yang Kedung Badak meliputi dua orang sanitarian
tertera pada Pasal 5 Permenkes No. 13 Tahun dengan latar belakang pendidikan diploma
2015 dimana kegiatan konseling di puskesmas bidang kesehatan lingkungan. Sumber daya
seharusnya dilaksanakan setiap hari kerja. manusia merupakan unsur penting dalam
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penyelenggaraan klinik sanitasi. Hal tersebut
Susanti dkk (2019), puskesmas dengan sesuai dengan BAB III Permenkes No. 13 Tahun
pencapaian tinggi melaksanakan klinik sanitasi 2015 yang menyatakan bahwa harus tersedia
sesuai dengan pedoman dimana konseling minimal satu tenaga kesehatan lingkungan yang
dibuka setiap hari Senin sampai Sabtu lalu dilengkapi dengan surat izin sesuai dengan
diikuti dengan inspeksi dan intervensi kesehatan peraturan perundang-undangan. Disebutkan
lingkungan. Sedangkan puskesmas dengan juga bahwa definisi dari tenaga kesehatan
pencapaian rendah hanya melaksanakan lingkungan adalah setiap orang dengan latar
konseling sebanyak dua hari dalam seminggu, belakang pendidikan bidang kesehatan
dengan inspeksi dan intervensi yang lingkungan minimal diploma tiga.
dilaksanakan bila diperlukan saja. Pelayanan di Temuan pertama pada aspek SDM
dalam gedung yang hanya dilaksanakan dua berkaitan dengan keterlibatan seluruh tenaga
dari enam hari kerja berisiko kehilangan 66,7% kesehatan dalam penanganan COVID-19,
pasien ISPA dengan sanitasi lingkungan yang termasuk sanitarian yang ditugaskan dalam
buruk, akibatnya pasien-pasien tersebut tidak rangkaian vaksinasi massal dan tracing kasus
dapat tertangani dengan baik dari sisi kesehatan COVID-19. Hal tersebut menyebabkan adanya
lingkungannya. rangkap tugas dan terbaginya fokus dari
Kondisi ini terjadi karena terbatasnya sanitarian, dimana saat kasus COVID-19 sedang
sumber daya manusia, dimana pada tahun 2021 meningkat mereka akan cenderung aktif dalam
hanya terdapat satu orang sanitarian di penanganan COVID-19 dan menghentikan
Puskesmas Kedung Badak sedangkan tugas sementara klinik sanitasi. Dalam penelitian
yang harus dilaksanakan mencakup pelayanan Hajriati dkk (2021), disebutkan bahwa program
di dalam dan di luar gedung. Kemudian pada atau kegiatan di puskesmas tidak berjalan

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 91 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

dengan maksimal karena tenaga kesehatan yang menyatakan bahwa pelatihan terkait klinik
memiliki tugas rangkap. Hal ini juga sejalan sanitasi perlu diberikan agar petugas dapat
dengan penelitian Hutami dkk (2021), bahwa menjalankan program secara profesional dan
fenomena rangkap tugas (double job) menjadi mencapai hasil yang optimal.
salah satu penyebab tenaga kesehatan tidak Temuan ketiga berkaitan dengan
fokus dalam melaksanakan program. Adapun ketersediaan sumber daya manusia di
seorang tenaga kesehatan yang mengabdikan puskesmas yang sering mengalami perubahan
dirinya di puskesmas ditutuntut untuk mampu karena sistem mutasi dan rotasi yang diterapkan.
melayani masyarakat dari semua aspek Mutasi dan rotasi pegawai yang terjadi di
kesehatan, selama tugas tersebut tidak puskesmas bukanlah sebuah masalah, karena hal
melanggar etika profesinya. Disisi lain, jumlah ini terjadi seiring dengan kebutuhan tenaga
petugas yang ideal dalam pelayanan kesehatan kesehatan yang ada di seluruh Puskesmas Kota
lingkungan juga sangat penting agar bisa Bogor. Akan tetapi, masalah dapat terjadi
mencapai hasil yang maksimal. Terjadinya apabila tenaga kesehatan tidak mampu untuk
rangkap tugas pada tenaga kesehatan beradaptasi dengan tempat dan tugas baru yang
lingkungan merupakan dampak dari kurangnya menjadi tanggung jawabnya. Sanitarian juga
sumber daya manusia yang dimiliki oleh memerlukan waktu adaptasi yang lebih lama
puskesmas. Pihak Dinas Kesehatan menyatakan lagi untuk mengenali karakter masyarakat dan
bahwa jumlah tenaga kesehatan minimal yang kondisi lingkungan di luar gedung pada wilayah
ideal dapat disesuaikan dengan jumlah kerjanya. Lebih lanjut lagi, perbedaan
kelurahan dalam wilayah kerja puskesmas. kompetensi, rangkap tugas, dan mutasi yang
Temuan kedua berkaitan dengan sanitarian terjadi pada sumber daya manusia dapat
di Puskesmas Kedung Badak belum dilengkapi menjadi masalah dalam pelaksanaan program
dengan pelatihan yang berkaitan dengan klinik sehingga program tidak optimal dalam
sanitasi, terutama selama masa pandemi mengeliminasi kasus penyakit pada waktu yang
COVID-19. Dalam hal ini, pihak puskesmas ditentukan (Wahono et al., 2021).
hanya berperan sebagai peserta. Terdapat
kemungkinan untuk inisiatif mendaftarkan d. Dana
sanitarian dalam sebuah pelatihan, tetapi Berdasarkan hasil penelitian, dana yang
terbentur dengan kebutuhan anggaran yang tersedia untuk operasional Puskesmas selama ini
tidak sedikit. Dinas Kesehatan sendiri hanya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
berwenang untuk melaksanakan penyegaran, Belanja Daerah (APBD), BOK, dan Badan
pertemuan rutin, dan orientasi. Tetapi agenda Layanan Umum Daerah (BLUD). Namun,
tersebut sempat tertunda saat pandemi diketahui bahwa mulai tahun 2022 tidak ada
COVID-19 karena dibatasinya tatap muka dan dana yang dialokasikan secara spesifik untuk
perlunya adaptasi dengan sistem daring, klinik sanitasi. Akan tetapi dari segi
sedangkan pelatihan kompetensi bersertifikat pencatatannya, dana yang disediakan untuk
hanya dapat diselenggarakan oleh lembaga pelaksanaan klinik sanitasi terintegrasi dengan
sertifikasi yang berwenang di luar Dinas program-program lain di Puskesmas. Secara
Kesehatan. Menurut penelitian Putri dan total, anggaran dana yang dimiliki oleh
Mulasari (2018), pelatihan yang kurang dan Puskesmas sangat terbatas dan mengalami
tidak sesuai kebutuhan merupakan salah satu penurunan dari tahun sebelumnya.
faktor yang mempengaruhi kinerja sanitarian. Tersedianya dana operasional sesuai
Disisi lain, pelatihan bersertifikat untuk tenaga dengan yang terdapat pada Pasal 12 Ayat 1
sanitarian tidak hanya dibebankan untuk Permenkes No. 13 Tahun 2015, bahwa salah satu
instansi tetapi juga untuk sanitarian itu sendiri. unsur yang mendukung pelaksanaan pelayanan
Pelatihan merupakan investasi dan menjadi kesehatan lingkungan di Puskesmas adalah
kebutuhan yang seharusnya dipenuhi untuk pendanaan yang memadai baik dari anggaran
mengoptimalkan tupoksi yang dijalankan oleh pemerintah, pemerintah daerah, maupun
sanitarian, mengingat masa kerja salah satu sumber lain yang sah. Dana merupakan aspek
informan utama yang sudah 10 tahun berprofesi yang penting, tetapi temuan ini juga
sebagai PNS Sanitarian. Hal tersebut juga sejalan menunjukan bahwa sanitarian dituntut untuk
dengan penelitian Ganus dkk (2021), yang menjadi lebih pintar, proaktif, dan inovatif

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 92 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

dalam menyusun program agar tetap bisa maksimal. Kalibrasi, reagen, dan penggunaan
melaksanakan tupoksinya dengan cara dari sanitarian kit saling mempengaruhi karena
terintegrasi dengan program lain yang jika alat tidak dikalibrasi dan tidak ada reagen
mendapatkan alokasi dana. maka alat menjadi tidak bisa digunakan. Hal ini
Berkurangnya dana pada masa pandemi terjadi karena pengalihan anggaran yang
COVID-19 terjadi karena banyak anggaran yang diperuntukkan bagi reagen dan kalibrasi alat
direfokusi untuk penanganan COVID-19. sehingga kebutuhan tersebut tidak dapat
Sementara itu, pendanaan yang memadai terpenuhi. Sementara itu, penggunaan sanitarian
merupakan hal pokok yang sangat penting bagi kit sangat penting saat kegiatan inspeksi karena
keberjalanan pelayanan kesehatan. Seperti yang akurat atau tidaknya hasil pengukuran dapat
dinyatakan oleh Agustin dan Siyam (2020), mempengaruhi kesimpulan yang diambil dari
bahwa dana yang mencukupi terbukti menjadi situasi kesehatan lingkungan yang dialami oleh
penunjang keberhasilan pelayanan kesehatan pasien/klien. Sejalan dengan temuan tersebut,
lingkungan di Puskesmas Adiwerna sehingga dalam penelitian Pancaharjono dkk (2020)
pelayanan bisa berjalan dengan baik. dinyatakan bahwa tidak maksimalnya
pelaksanaan kalibrasi peralatan di Puskesmas
e. Sarana Prasarana dapat terjadi karena kurangnya sosialisasi,
Sarana prasarana merupakan salah satu terbatasnya laboratorium kalibrasi, dan tidak
aspek yang mendukung tercapainya tujuan dari terpenuhinya anggaran.
suatu organisasi (Darwin Navis et al., 2020).
Menurut Pasal 12 Permenkes No. 13 Tahun 2015, Analisis Aspek Proses dalam Klinik Sanitasi
untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan
lingkungan yang optimal harus tersedia sarana a. Konseling
prasarana minimal yang meliputi ruangan Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak
konseling, laboratorium kesehatan lingkungan, adanya pasien ISPA yang dirujuk untuk
alat-alat yang dibutuhkan untuk intervensi melaksanakan konseling di pelayanan kesehatan
kesehatan lingkungan, serta media komunikasi, lingkungan Puskesmas Kedung Badak selama
informasi dan edukasi. Hasil penelitian masa pandemi COVID-19. Konseling
menunjukan bahwa puskesmas belum memiliki merupakan komponen penting dalam rangkaian
media KIE seputar ISPA, serta maket atau alat pelayanan kesehatan lingkungan dan menjadi
peraga. penentu untuk langkah penanganan yang akan
Media KIE merupakan aspek penting yang diambil selanjutnya. Konseling adalah
dibutuhkan dalam kegiatan konseling yang komunikasi yang terjalin antara tenaga
bertujuan untuk mengenali dan memecahkan kesehatan lingkungan dan pasien untuk
masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi mengenali dan memecahkan masalah kesehatan
oleh pasien/klien. Pada saat pelaksanaan lingkungan yang dihadapi. Hal tersebut juga
konseling, sanitarian hanya berpatokan pada sejalan dengan yang disampaikan oleh Werni
daftar pertanyaan konseling, sehingga terbatas dkk (2017), bahwa kegiatan konseling sangat
dalam menyampaikan informasi ataupun saran dibutuhkan untuk menunjang pelayanan
kepada pasien. Dampaknya sanitarian tidak kesehatan lingkungan di dalam gedung.(Werni
maksimal dalam menyampaikan informasi et al., 2017) Tanpa proses konseling, identifikasi
terkait masalah kesehatan lingkungan. Temuan masalah pasien/klien yang nantinya akan
tersebut didukung oleh penelitian Ifroh dkk diinspeksi akan sulit dilakukan. Selain itu, tidak
(2019), yang menyatakan bahwa tenaga adanya konseling menyebabkan tidak
kesehatan yang tidak menggunakan media tercatatnya perkembangan status kesehatan
apapun saat menyampaikan informasi kesehatan lingkungan dari pasien ISPA itu sendiri.
dapat mengurangi tingkat pemahaman dan Kegiatan konseling juga sempat terhenti
kepercayaan yang komprehensif dari kelompok sepanjang bulan April-Desember 2020 dan
sasaran. Maret-Desember 2021. Hal tersebut terjadi
Temuan kedua pada aspek sarana prasarana karena jadwal pelayanan yang seringkali
berkaitan dengan belum dilakukannya kalibrasi bersamaan dengan kegiatan vaksinasi massal
alat dan pemeriksaan terhadap reagen dari COVID-19, adanya pembatasan tatap muka
sanitarian kit, dan penggunaannya yang tidak antara tenaga kesehatan dan pasien sebagai

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 93 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

upaya mencegah penularan COVID-19, serta penyakit berbasis lingkungan lainnya, bentuk
penerapan alur poli ISPA yang mempersingkat intervensi yang pernah dilakukan berupa
waktu pasien agar tidak terlalu lama berada di komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).
Puskesmas. Peristiwa ini sejalan dengan Realitanya kegiatan intervensi kesehatan
penelitian Priyambodo dkk (2021) yang lingkungan sangat penting untuk dilakukan
menyatakan bahwa keberadaan pandemi demi memutus rantai penularan penyakit
COVID-19 memberikan dampak yang signifikan berbasis lingkungan. Intervensi juga merupakan
terhadap pelayanan kesehatan, karena banyak wujud kesinambungan dari proses konseling
prosedur atau tindakan dari pelayanan itu dan inspeksi, apabila pasien/klien ISPA
sendiri yang dibatasi demi mencegah transmisi terkonfirmasi memiliki masalah pada
dari COVID-19.(Priyambodo et al., 2021) lingkungannya maka mereka berhak
memperoleh intervensi. Alur tersebut juga sesuai
b. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dengan penelitian Agustin dan Siyam (2020),
Menurut hasil penelitian, selama masa bahwa kegiatan intervensi kesehatan lingkungan
pandemi COVID-19 sanitarian di Puskesmas baru dapat dilaksanakan setelah dilakukannya
Kedung Badak tidak pernah melakukan inspeksi inspeksi dengan mempertimbangkan tingkat
pada pasien yang tedaftar di buku register klinik risiko yang ada. Walaupun Puskesmas tidak
sanitasi. Inspeksi yang dilakukan hanya berdasar dapat melakukan pembangunan fisik, tetapi
pada data BABS dan data pasien isolasi mandiri penyuluhan dan edukasi juga penting untuk
COVID-19. Selain itu, tidak adanya pasien ISPA dilakukan agar informasi dan saran perbaikan
yang dikonseling berdampak pada tidak adanya lingkungan dapat tersampaikan kepada
inspeksi yang dilakukan terhadap pasien ISPA. pasien/klien. Seperti yang dinyatakan oleh
Temuan tersebut tidak sesuai dengan Pasal Syarifuddin dkk (2010) dalam Sugiharto dan
6 Permenkes No. 13 Tahun 2015 yang Oktami (2018), bahwa Puskesmas yang
menyatakan bahwa inspeksi kesehatan melaksanakan intervensi kesehatan lingkungan
lingkungan dilakukan berdasarkan hasil mampu melindungi 80,7% penduduknya dari
konseling terhadap pasien/klien.(Peraturan penyakit diare. Sedangkan Puskesmas yang
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 tidak melaksanakan intervensi kesehatan
Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan lingkungan hanya mampu melindungi 33%
Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas, n.d.) Inspeksi penduduknya dari penyakit diare.
merupakan kegiatan yang penting sebagai
wujud kesinambungan dari proses konseling, Keterbatasan Penelitian
dan berperan untuk mengonfirmasi hasil
Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, yakni
identifikasi masalah yang sudah dilakukan saat
peneliti tidak mencari informasi dari segi manajerial
konseling. Disebutkan juga dalam penelitian seperti peran pimpinan di Puskesmas Kedung Badak
Sugiharto dan Oktami (2018), inspeksi kesehatan dan pada aspek SDM tidak dicari informasi tentang
lingkungan merupakan salah satu faktor yang keaktifan dari SDM tersebut di organisasi yang
mendukung agar pasien penyakit berbasis berkaitan dengan profesinya.
lingkungan dapat berperilaku sehat dan mau
memperbaiki sarana sanitasinya. Hasil yang 4. Simpulan dan Saran
diperoleh saat inspeksi juga akan menentukan
langkah yang diambil saat intervensi. Berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian terkait analisis tata laksana klinik
c. Intervensi Kesehatan Lingkungan sanitasi untuk pengendalian ISPA pada masa
Intervensi kesehatan lingkungan menurut pandemi COVID-19 di Puskesmas Kedung
Permenkes No. 13 tahun 2015 adalah kegaiatan Badak, dapat disimpulkan bahwa masih
penyehatan, pengamanan, dan pengendalian terdapat hal-hal yang belum optimal dan tidak
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI
sehat. Menurut hasil penelitian, tidak adanya No. 13 Tahun 2015 baik pada aspek input yakni
pasien ISPA yang dirujuk untuk konseling dan jadwal, sumber daya manusia, dan dana
diinspeksi berpengaruh pada tidak adanya maupun aspek proses berupa inspeksi dan
pasien ISPA yang memperoleh intervensi intervensi kesehatan lingkungan.
kesehatan lingkungan. Sedangkan untuk

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 94 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

Puskesmas Kedung Badak disarankan m83NRbNlO9cA13XEeO2G0&redir_esc=y


untuk mengoptimalkan aspek input dan proses #v=onepage&q=Gelombang Besar
dalam tata laksana klinik sanitasi, serta Pandemi COVID-19 Menghantam Sistem
menyesuaikannya dengan pedoman yang Pelayanan Kesehatan.&f=false
berlaku. Ganus, E., Yohanan, A., & Wahyuni, I. (2021).
Evaluasi Program Klinik Sanitasi Terhadap
5. Ucapan Terima Kasih Penyakit Berbasis Lingkungan di
Puskesmas Kendalsari Kota Malang. Media
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Husada Journal Environmental Health, 1(1),
pihak Dinas Kesehatan Kota Bogor, Puskesmas
44–57.
Kedung Badak, dan pihak lainnya yang telah
Hajriati, I., Arman, & Muchlis, N. (2021). Analisis
membantu penulis dalam menyelesaikan
Sistem Perencanaan Tenaga Kesehatan Di
penelitian ini.
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Barru. Journal of Muslim Community Health
6. Daftar Pustaka
(JMCH), 2(4), 103–116.
Agustin, N. A., & Siyam, N. (2020). Pelayanan Hutami, S. P., Mahendradata, Y., & Puspandari,
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas. D. A. (2021). Supervisi Virtual Program
Higeia Journal of Public Health Research and Pengendalian Tuberkulosis Paru Era
Development, 4(2), 267–279. Pandemi COVID-19 di Kabupaten Oku
Ahyanti, M. (2020). Sanitasi Pemukiman pada Timur. Jurnal Manajemen Pelayanan
Masyarakat dengan Riwayat Penyakit Kesehatan, 24(03), 102–108.
Berbasis Lingkungan. Jurnal Kesehatan https://jurnal.ugm.ac.id/jmpk
Poltekkes Tanjungkarang, 11(1), 44–50. Ifroh, R. H., Susanti, R., Permana, L., & Noviasty,
Anser, M. K., Islam, T., Khan, M. A., Zaman, K., R. (2019). Peran Petugas Promosi Kesehatan
Nassani, A. A., Askar, S. E., Moinuddin, M., dalam Penggunaan Audiovisual Sebagai
Abro, Q., & Kabbani, A. (2020). Identifying Media Komunikasi Informasi dan Edukasi.
the Potential Causes, Consequences, and Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2), 281–289.
Prevention of Communicable Diseases Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil
(Including COVID-19). BioMed Research Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
International, 2020, 1–13. https://doi.org/10.5005/jp/books/11257_
https://doi.org/10.1155/2020/8894006 5
Darwin Navis, Sulaeman, S., Ahmad, G., & Kementerian Kesehatan RI. (2020a). Pedoman
Rustiana, S. H. (2020). Pengaruh Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Kepemimpinan, Kompetensi Tenaga Disease (COVID-19).
Kesehatan, Sarana Prasarana Terhadap https://doi.org/10.29239/j.agrikan.9.2.i-iii
Mutu Pelayanan Serta Dampaknya pada Kementerian Kesehatan RI. (2020b). Pedoman
Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Teknis Pencegahan dan Pengendalian
Leuwisadeng. Muhammadiyah Public Health Infeksi di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Journal, 1(1), 32–41. Pertama. In Book (pp. 1–207).
Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2019). Profil Latifah, I., & Maryati, H. (2018). Analisis
Kesehatan Kota Bogor Tahun 2019. Pelaksanaan Program Pengelolaan
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS Kesehatan
Muhammadiyah Parepare. (2021). Pada Pasien Hipertensi di UPTD
Optimisme Menghadapi Tantangan Pandemi Puskesmas Tegal Gundil Kota Bogor.
COVID-19: Gagasan dan Pemikiran Dosen Hearty, 6(2).
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas https://doi.org/10.32832/hearty.v6i2.1277
Muhammadiyah Parepare (S. Y. Usman (ed.); Pancaharjono, W., Mogsa, D. F., Hasugian, A. R.,
Vol. 1). PT. Nasya Expanding Management. Siswantoro, H., Syarif, A. K., Harso, A. D.,
https://books.google.co.id/books?hl=id&l Idaiani, S., & Jovina, T. A. (2020).
r=&id=DqEwEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jaminan
98&dq=Gelombang+Besar+Pandemi+COV Kualitas Peralatan di Puskesmas. Jurnal
ID-19+Menghantam+Sistem+Pelayanan+K Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan
esehatan.&ots=qgXO7b4oOm&sig=kcXYY- Kesehatan, 4(2), 44–52.

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 18 (2), 2022, 95 - 95

DOI: 10.31983/link.v18i2.8830

https://doi.org/10.22435/jpppk.v4i2.3674 Gucialit dan Gambut Dalam Menaggulangi


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Penyakit Berbasis Lingkungan. Buletin
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penelitian Sistem Kesehatan, 21(4), 261–270.
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Susanti, F., Lestari, Y., & Abdiana, A. (2019).
Lingkungan Di Puskesmas. (n.d.). Retrieved Analisis Komparasi Pelaksanaan Klinik
August 8, 2021, from Sanitasi antara Puskesmas Pencapaian
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Detail Tinggi dan Puskesmas Pencapaian Rendah
s/114918/permenkes-no-13-tahun-2015 di Kota Jambi Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Pratiwi, I., & K., H. F. (2010). Hubungan Status Andalas, 8(3), 677.
Gizi Dengan Tingkatan Infeksi Saluran https://doi.org/10.25077/jka.v8i3.1057
Pernapasan Akut ( Ispa ) Pada Anak Umur Wahono, T., Astuti, E. P., Ruliansyah, A., Ipa, M.,
6-59 Bulan Di Puskesmas Sanden Bantul & Riandi, M. U. (2021). Studi Kualitatif
Yogyakarta Tahun 2010. Kesehatan, 2004. Implementasi Kebijakan Eliminasi Malaria
Priyambodo, R. A., Nurhaeni, & Mardiana, I. di Wilayah Endemis Rendah Kabupaten
(2021). Faktor - Faktor Kecemasan Tenaga Pangandaran dan Pandeglang.
Kesehatan Di Poli Gigi Puskesmas Bara - ASPIRATOR Journal of Vector-Borne Disease
Baraya Kota Makassar Selama Masa Studies, 13(1), 55–68.
Pandemi Covid - 19. Media Kesehatan Gigi, https://doi.org/10.22435/asp.v13i1.4683
20(2), 67–74. Wardani, R. W. K. (2017). Evaluasi Program Klinik
Putri, A. M., & Mulasari, S. A. (2018). Klinik Sanitasi (Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Sanitasi Dan Peranannya Dalam Puskesmas) Bagi Penderita Tuberkulosis Paru
Peningkatan Kesehatan Lingkungan Di BTA (+) di Kabupaten Nganjuk.
Puskesmas Pajangan Bantul. Jurnal Medika Werni, S., Nurlinawati, I., & Rosita, R. (2017).
Respati, 13(2), 1–9. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
http://medika.respati.ac.id/index.php/Me Masyarakat (UKM) Esensial di Puskesmas
dika/article/view/151 Terpencil dan Sangat Terpencil. Jurnal
Sugiarsi, S., Pujihastuti, A., & Sutrisno, T. A. Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan
(2021). Bimbingan Teknik Penyusunan Kesehatan, 1(1), 50–57.
Standar Operasional Prosedur https://doi.org/10.22435/jpppk.v1i1.427
Penyelenggaran Rekam Medis Di World Health Organization. (2020). WHO Global
Puskesmas Mondokan Kabupaten Sragen. Health Estimates.
Indonesian Journal of Health Information https://www.who.int/news-room/fact-sh
Management Service (IJHIMS), 1(1). eets/detail/the-top-10-causes-of-death
Sugiharto, M., & Oktami, R. S. (2018).
Pelaksanaan Klinik Sanitasi di Puskesmas

Copyright © 2022, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077

Anda mungkin juga menyukai