Anda di halaman 1dari 15

BAYI BARU LAHIR

MATERNITAS

Disusun Oleh :

Florensi Natasya Philiachristy

Bella Valery Mustamu

Nurlaila Hasan
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu atau bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru
lahir disebut juga dengan neonatus.
Ciri-ciri bayi normal:
1) BB 2500 – 4000 gr
2) PB lahir 48-52 cm
3) lingkar dada 30-38 cm,
4) lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11-12 cm
5) Frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali/menit, pernapasan kurang lebih 40 – 60
kali/menit.
6) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
7) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
8) Kuku sedikit panjang dan lemas
9) Nilai apgar lebih dari tujuh dan gerakannya aktif serta bayi lahir langsung menangis
kuat
10) Reflek rooting, sucking, morro dan reflek grasping sudah terbentuk dengan baik
11) Genetalia: Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang. Pada perempuan kematangan ditandai dengan
vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan minora
12) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama,
dan berwarna hitam kecoklatan.
(Dewi, 2010).

2. Perawatan pada Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir memiliki kerentanan terhadap infeksi sehingga dalam perawatannya
dibutuhkan perhatian semaksimal mungkin. Perawatan bayi bau lahir merupakan
perawatan yang harus dilakukan segera pada seorang bayi yang baru dilahirkan. Pasca
melahirkan seorang ibu dianjurkan untuk segera menyusui bayinya setiap 2 jam sekali.
Perawatan bayi baru lahir meliputi:
1) Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat untuk bayi baru lahir bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat
Menurut JNPK-KR Depkes dan Kemenkes RI sebagai berikut: Jangan membungkus
puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apapun ke puntung tali pusat,
mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab, lipat popok dibawah
puntung tali pusat, jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih
2) Memandikan bayi
Memandikan bayi merupakan salah satu cara perawatan untuk memelihara kesehatan
dan kenyamanan (Wahyuni, 2011). Bayi tidak perlu dimandikan dan dikeramas setiap
hari, dua sampai tiga kali seminggu sudah cukup selama area genital dan wajah tetap
dibersihkan setiap hari. Gunakan waslap lembut dan sabun yang ringan, dimulai
dengan membersihkan wajah bayi, telinga, leher, dada, perut, lengan, tangan, sela-
sela jari tangan, ketiak, kaki dan sela-sela jari kaki, kemudian bilas sampai bersih.
3) memberi minum
berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi atau keinginan ibu (jika payudaa
penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling lambat 4 jam).
4) membersihkan telinga
menjaga kebersihan telinga sangatlah penting bagi kesehatan bayi, apalagi pada
bagian telinga untuk mencegah menumpuknya kotoran, dan membersihkan telinga
juga bisa menghilangkan sel-sel mati yang telah menumpuk
5) membersihkan alat kelamin
6) menganti popok bayi
7) menggunting kuku

3. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


1) APGAR Score
suatu metode yang digunakan untuk menilai keadaan bayi sesaat setelah dilahirkan
apakah mengalami asfiksia atau tidak. Untuk menilai klinis bayi baru lahir pada usia
1 menit – 5 menit. Pada test APGAR menit pertama dapat menujukkan apakah bayi
baru lahir dilahirkan membutuhkan perhatian medis lebih lanjut atau tidak, jika score
APGAR bayi berada pada angka 7-10 dapat dikatakan bahwa kondisi bayi normal dan
tidak membutuhkan perhatian medis lebih lanjut.

Keterangan 0 1 2

A Appearance Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh


(warna kulit) biru/pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas
biru

P Pulse (detak Tidak ada < 100x/menit >100x/menit


jantung)

G Grimace Tidak bereaksi Gerakan Reaksi


(Refleks) sedikit melawan

A Activity (Tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif


otot) fleksi sedikit

R Respiration Tidak ada Lambat Menangis kuat


(Usaha
bernapas)

keterangan: tidak afiksia > 7 (7-10 normal)


: afiksia ringan-sedang 4-6
: afiksia berat < 3
- Mencari kelainan kongenital
1) Pemeriksaan tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegarannya, ada tidaknya
simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena.
2) Pemeriksaan plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah
ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti
apakah terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau
tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua
amnion, bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusifeto-fetal.

- Pemeriksaan fisik bayi baru lahir


Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada
di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang
mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin. Pemeriksaan ini
meliputi :
1) Aktivitas fisik
Inspeksi Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta
lengan aktif dan simetris.
2) Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 C– 37 C.
3) Pemeriksaan kulit
a. Inspeksi Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
b. Palpasi Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4) Kepala
a. Inspeksi bentuk kepala (lonjong,bundar/tidak) Besarnya ( normal,
mikrocepalus, hydrocephalus / tidak ), Ubun-ubun besar / kecil, sudah
menutup / belum
b. Palpasi adanya massa atau area lunak di tulang tengkorak atau tidak,
Bila ubun- ubun belum menutup palpasi teraba cekung, datar,
cembung, tegang / tidak .
5) Rambut
Inspeksi Warnanya (hitam, merahjagung, putih), Kesuburannya (lebat, tipis /
tidak)

6) Wajah
Inspeksi Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis
tengah wajah dan simetris atau tidak. Wajah tampak Pucat, cemas, kuning,
merah, biru (sianosis)

7) Mata
Inspeksi Kelopak mata tanpa ptosis. Skelera tidak ikterik, konjungtiva merah
muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek
mengedip ada. Simetris/ tidak
8) Telinga
Inspeksi Posisi telinga berada garis lurus dengan mata/ tidak, kulit kendur/
tidak, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh/
tidak.
9) Hidung
Inspeksi Posisi di garis tengah, lunah hidung/ neres utuh/ tidak ,bernafas
melaluihidung.
10) Mulut
Inspeksi : Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk
penuh berwarna merah muda dan lembab/ tidak, membran mukosa lembab
dan berwarna merah muda/ pucat, terdapat stomatitis / tidak, lidah dan uvula
di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada/ tidak
11) Leher
a. Inspeksi : Bentuk simetris dan pendek, sedang, panjang.
b. Palpasi :Tiroid di garis tengah, nodus limfe (getah bening) teraba/
tidak dan terdapat massa/ tidak.
12) Dada
a. Inspeksi : Bentuk Normal/ tidak seperti tong , dada semetris. Frekuensi
nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
b. Auskultasi :Suara nafas jernih sama kedua sisi. Frekuensi jantung 100-
160 x per menit teratur tanpa mumur. Perkusi : Tidak ada peningkatan
timpani pada lapang paru.
13) Payudara
Inspeksi Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada putting tambahan/
tidak
14) Abdomen
a. Inspeksi : Abdomen membesar/ tidak dan simetris pada tali pusat terdapat
dua arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan atau tidak
b. Palpasi : Abdomen Lunak/ tidak terdapat nyeri tekan/tidak
c. Perkusi :Timpanni/ tidak
d. Auskultasi :Bising usus ada/ tidak

15) GenetaliaEksterna
a. Inspeksi (wanita) : Labia minora ada/ tidak dan mengikuti labia minora,
klitorisada/tidak, meatus uretra ada di depan orifisium/ introitus vagina.
b. Inspeksi (laki-laki) : Penis lurus/ tidak, uretra di tengah di ujung glans
tetis/ tidak dan skrotum penuh/ tidak.
16) Anus
Inspeksi :Posisi di tengah dan paten/ tidak (uji dengan menginsersi jari
kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.

17) Tulang belakang


Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksaan sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
a. Inspeksi : Kolumna spinalis lurus/ tidak ada defek atau penyimpang
yang terlihat.
b. Palpasi :Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri/ tidak

- Refleks pada bayi:


1) Berkedip
2) Refleks peluk (moro-reflex)
dalam gerak refleks ini akan mengembangkan tangan ke samping lebar-lebar,
melebarkan jari-jari atau mengembalikan tangannya dengan tarikan cepat
seakan ingin memeluk seseorang (dari itu direfleks ini juga disebut refleks
peluk)
3) refleks menggenggam (grasping-reflex)
Refleks Genggam atau Refleks Darwin : bila kita membuat rangsang dengan
menggoreskan jari melalui bagian dalam lengan anak kearah tangan, tangan
akan membuka bila rangasang hamper sampai pada telapak tangan. Bila jari
diletakkan pada telapak tangan anak akan menutup telapak tangannya tadi.
4) Rooting reflex (reflek mencari)
Refleks mencium-cium atau “rooting-refleks”: Refleks ini ditimbulkan oleh
stimulasi taktil pada pipi atau daerah mulut. Anak mereaksi dengan memutar-
mutar kepalanya seakan-akan mencari putting susu. Refleks ini ada dalam
hubungan langsung dengan refleks selanjutnya.
5) Reflek Menghisap (sucking-reflex)
Refleks Hisap : Refleks mencium-cium dan refleks hisap biasanya timbul
bersama-sama dengan merangsang pipi.
6) Refleks genggam kaki (babinski-reflex)
Refleks Babinski : adalah semacam refleks genggam kaki. Bila ada rangsang
pada telapak kaki, ibu jari kaki akan bergerak ke atas dan jarijari lain
membuka. Kedua refleks ini akan menghilang pada sekitar 6 bulan.
- Pengukuran Antropometri
a. Penimbanganberat badan (BBL 2500-4000 gram),
b. Panjang badan (48/52 cm)
c. Lingkarkepala (32-37 cm)untuklaki – laki dan perempuan (31,5-36,2cm) 
d. Lingkar dada (30-38 cm)

4. Ballard Score
Ballard score merupakan suatu penilaian yang digunakan untuk menentukan usia gestasi
(Gestasi merupakan waktu antara konsepsi (proses pembuahan sel telur) dan
persalinan. Periodenya menandakan berapa lama seorang wanita hamil. Umumnya, bayi
dilahirkan antara 38 dan 42 minggu kehamilan) dan maturitas bayi baru lahir
Indikator: Maturitas neuromuskular
: Maturitas fisik
a) Maturitas neuromuskular

1. Postur: Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus
fleksi pasif yang progresif.
2. Square window: pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat
dengan jari-jari dengan lembut. Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap
peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan.
3. Arm recoil: Dievaluasi pada saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan
lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan
lepaskan. Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan.
 Skor 0: tangan tetap terentang/gerakan acak.
 Skor 1: fleksi parsial 140-180 derajat
 Skor 2: felski parsial 110-140 derajat
 Skor 3: fleksi parsial 90-100 derjat
 Skor 4: kembali ke fleksi penuh.
4. Popliteal Angle: bayi berbaring terlentang, tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut
bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa
memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi
paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang. Kaki bayi
diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk
antara paha dan betis di daerah popliteal. Pastikan pemeriksa harus menunggu sampai bayi
berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki.
5. Scarf sign: Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Bayi berbaring
terlentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong
tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain
pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Amati posisi siku pada dada bayi.
 Skor -1: penuh pada tingkat leher
 Skor 0: garis aksila kontralateral
 Skor 1: kontralateral baris puting
 Skor 2: prosesu xypohid
 Skor 3: garis puting ipsilateral
 Skor 4: garis aksila ipsilateral.
6. Heel to Ear: Manuver ini menilai tonus pasif ototo fleksor pada gelang panggul. Dengan
posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat
mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja
periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut. Resistensi tumit
ketika berada pada atau dekat telinga (-1), hidung (0), dagu (1), puting barus (2), daerah
pusar (3), dan lipatan femoralis (4).

b) Maturitas fisik
1. Pemeriksaan kulit
bersamaan dengan hilangnya lapisan pelindungnya secara bertahap, vernix caseosa, kulit
janin mengalami kematangan yang mengakibatkan perkembangan struktur instruksinya
oleh karena itu kulit akan menebal, mengering dan menjadi berkerut atau mengelupas dan
dapat menimbulkan ruam saat pematangan janin berlangsung
Ballard score untuk pemeriksaan kulit:
- kulit transparan, lengket, raput (-1)
- kulit tanslusen, merah, gelatinosa (0)
- lembut atau licin, vena membayang, merah muda (1)
- vena beberapa kulit terkelupas superfisial atau ruam (2)
- vena jarang, kulit pecah-pecah, terdapat daerah pucat (3)
- tidak telihat vena, kulit pecah-pecah dalam perkamen (4)
- pecah-pecah dan terdapat keriput (5)
2. Pemeriksaan lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh janin, biasanya mulai muncul
sekitar minggu ke 24-25
- Lanugo tidak ada (-1)
- Lanugo jarang sekali (0)
- Lanugo banyak sekali (1)
- Terlihat menipis (2)
- Adanya beberapa daerah tanpa rambut (3)
- Sebagian besar tanpa rambut (4)
3. Garis Plantar
ini adalah garis telapak kaki pertama yang muncul pada bagian anterior.
- Heel-to-toe <40 mm (-2)
- Heel-to-toe 45-50 mm (-1)
- >50 mm, tidak ada lipatan (0)
- adanya garis merah tipis (1)
- adanya garis melintang pada bagian anterior (2)
- garis lipatan hingga 2/3 anterior (3)
- garis lipatan seluruh telapak (4)
4. Payudara
areola terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang oleh hormon estrogen ibu.
- areola tidak dapat dinilai (-1)
- sulit dinilai (0)
- berbentuk datar, tidak adanya penonjolan / no bud (1)
- bentuk berbintil, penonjolan areola sekitar 1-2 mm (2)
- areola terangkat, penonjolan sekitar 3-4 mm (3)
- areola penuh, penonjolan areola sekitar 5-10 mm (4)
5. Mata/Telinga
penilaian meliputi palpasi untuk mengetahui ketebalan tulang rawan telinga,
kemudian melipat daun telinga kedepan kearah wajah dan melepaskannya.
- kelopak mata menempel (-2)
- kelopak mata menyatu/longgar (-1)
- daun telinga datar, kelopak mata terbuka, tetap terlipat (0)
- lingkungan pinna minimal. lunak, rekoil lambat (1)
- bentuk tegas, keras, rekoil segera (3)
- kartilago tebal, kaku (4)
6. Genetalia
- L: skrotum datar, halus (-1), P kliktoris menonjol, labia datar (-1)
- L: skrotum kosong, rugae samar (0), P kliktoris menonjol labia minora kecil (0)
- L: testis pada kanalis atas, rugae jarang (1), P kliktoris menonjol, labia minor
membesar (1)
- L testis turun, rugae sedikit (2); P: labia mayora dan minora menonjol (2)
- L testis turun, rugae jelas (3); P labia mayora besar, labia minora kecil (3)
- L testis pendulum, rugae dalam (4); P: labia mayora menutupi klitoris dan labia
minora (4)
5. Resusitasi Neonatus
- Resusitasi neonates adalah teknik pertolongan pada bayi guna mengatasi kesulitan
bernapas akibat kekurangan oksigen. Caranya dengan memberikan bantuan
pernapasan danmelakukan kompresi dada.”

- Resusitasi Resusitasi neonatus adalah pertolongan pertama untuk mengatasi bayi


yang kesulitan bernapas akibat kekurangan oksigen. Beberapa kondisi tersebut,
termasuk sesak napas hingga henti napas. Resusitasi neonatus terkadang diperlukan
di waktu yang tak terduga, sehingga setiap orang tua perlu memahami cara
melakukannya. Langkah pertama dilakukan dengan memeriksa kondisi kesadaran
bayi. Tempatkan ia di area yang empuk dan aman. Ajak ia bicara sembari menepuk
badan untuk memastikan kesadarannya. Kemudian, periksa kondisinya, apakah ia
mengalami cedera atau perdarahan. Jika tidak ada respons, posisikan leher dan
kepala bayi dalam keadaan lurus, tidak menekuk atau mendongak. Cara ini
dilakukan untuk membuka jalan napas dan mempermudah laju pernapasan.
- Tujuan resusitasi, yaitu mencegah berhentinya sirkulasi dan respirasi, memberikan
bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang mengalami henti
jantung dan memberikan oksigenasi pada otak, jantung dan organ vital (Gofar,
2012).

Langkah yang Dilakukan Saat Resusitasi Bayi

Prosedur resusitasi neonatus dilakukan bada bayi yang baru lahir, terutama saat melihat
tanda kesulitan bernapas setelah memotong tali pusar. Prosedur dilakukan hingga bayi
bisa bernapas dengan normal.

Beberapa kondisi yang membutuhkan resusitasi neonatus, termasuk bayi prematur, bayi
lahir dengan proses persalinan yang lama dan bayi dari ibu yang mengonsumsi obat
penenang saat persalinan.

Tak hanya dilakukan pada bayi, prosedur juga bisa diterapkan pada anak berusia di
bawah 1 tahun yang mengalami kesulitan bernapas hingga kehilangan kesadaran.
Menyambung dari langkah pertama di atas, prosedur dilakukan dengan:

1. Memeriksa Pernapasan

Langkah ini dilakukan dengan meletakkan pipi ibu di dekat mulut dan hidung bayi.
Rasakan tarikan dan hembusan napasnya, sembari memperhatikan gerak dada yang naik
turun.

Periksa juga bagian dalam mulut dan hidungnya dengan seksama. Jika ada benda asing
yang menyumbat jalan napasnya, segera keluarkan. Sebab, tersedak bisa jadi salah satu
pemicu sesak napas.

2. Memberikan Bantuan Pernapasan


Jika langkah sebelumnya tidak menunjukkan respons, disarankan untuk segera mencari
pertolongan medis. Sembari menunggu bantuan datang, ibu bisa melakukan
cardiopulmonary resuscitation (CPR) dengan cara:

 Posisikan kepala dan leher bayi dalam keadaan lurus. Kemudian, angkat sedikit dagunya. 
 Hembuskan udara dari mulut ibu ke mulut atau hidung bayi. Pastikan tidak ada celah agar
udara tidak keluar kembali
 Perhatikan apakah dada bayi terangkat saat ibu melakukan teknik di atas. Lihat juga
apakah dadanya kembali turun saat udara keluar.

3. Melakukan Teknik Kompresi Dada

Jika terlihat tanda-tanda kesadaran setelah melakukan dua langkah di atas, terus berikan
bantuan pernapasan hingga napasnya kembali normal. Setelah itu, segera buat janji
rumah sakit guna memastikan kondisinya.

Namun, jika bayi belum memberikan respons, lanjutkan pertolongan dengan melakukan
kompresi dada. Pertama, tekanan bagian tengah dada bayi dengan jari telunjuk dan
tengah. Lalu lepaskan.

Ulangi cara yang disebutkan dengan kecepatan 100 tekanan dada per menit. Bisa juga
dengan melakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dan diselingi dengan 2 kali bantuan
pernapasan langsung seperti pada poin dua.

Anda mungkin juga menyukai