MATERNITAS
Disusun Oleh :
Nurlaila Hasan
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu atau bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru
lahir disebut juga dengan neonatus.
Ciri-ciri bayi normal:
1) BB 2500 – 4000 gr
2) PB lahir 48-52 cm
3) lingkar dada 30-38 cm,
4) lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11-12 cm
5) Frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali/menit, pernapasan kurang lebih 40 – 60
kali/menit.
6) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
7) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
8) Kuku sedikit panjang dan lemas
9) Nilai apgar lebih dari tujuh dan gerakannya aktif serta bayi lahir langsung menangis
kuat
10) Reflek rooting, sucking, morro dan reflek grasping sudah terbentuk dengan baik
11) Genetalia: Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang. Pada perempuan kematangan ditandai dengan
vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan minora
12) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama,
dan berwarna hitam kecoklatan.
(Dewi, 2010).
Keterangan 0 1 2
6) Wajah
Inspeksi Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis
tengah wajah dan simetris atau tidak. Wajah tampak Pucat, cemas, kuning,
merah, biru (sianosis)
7) Mata
Inspeksi Kelopak mata tanpa ptosis. Skelera tidak ikterik, konjungtiva merah
muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek
mengedip ada. Simetris/ tidak
8) Telinga
Inspeksi Posisi telinga berada garis lurus dengan mata/ tidak, kulit kendur/
tidak, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh/
tidak.
9) Hidung
Inspeksi Posisi di garis tengah, lunah hidung/ neres utuh/ tidak ,bernafas
melaluihidung.
10) Mulut
Inspeksi : Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk
penuh berwarna merah muda dan lembab/ tidak, membran mukosa lembab
dan berwarna merah muda/ pucat, terdapat stomatitis / tidak, lidah dan uvula
di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada/ tidak
11) Leher
a. Inspeksi : Bentuk simetris dan pendek, sedang, panjang.
b. Palpasi :Tiroid di garis tengah, nodus limfe (getah bening) teraba/
tidak dan terdapat massa/ tidak.
12) Dada
a. Inspeksi : Bentuk Normal/ tidak seperti tong , dada semetris. Frekuensi
nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
b. Auskultasi :Suara nafas jernih sama kedua sisi. Frekuensi jantung 100-
160 x per menit teratur tanpa mumur. Perkusi : Tidak ada peningkatan
timpani pada lapang paru.
13) Payudara
Inspeksi Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada putting tambahan/
tidak
14) Abdomen
a. Inspeksi : Abdomen membesar/ tidak dan simetris pada tali pusat terdapat
dua arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan atau tidak
b. Palpasi : Abdomen Lunak/ tidak terdapat nyeri tekan/tidak
c. Perkusi :Timpanni/ tidak
d. Auskultasi :Bising usus ada/ tidak
15) GenetaliaEksterna
a. Inspeksi (wanita) : Labia minora ada/ tidak dan mengikuti labia minora,
klitorisada/tidak, meatus uretra ada di depan orifisium/ introitus vagina.
b. Inspeksi (laki-laki) : Penis lurus/ tidak, uretra di tengah di ujung glans
tetis/ tidak dan skrotum penuh/ tidak.
16) Anus
Inspeksi :Posisi di tengah dan paten/ tidak (uji dengan menginsersi jari
kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
4. Ballard Score
Ballard score merupakan suatu penilaian yang digunakan untuk menentukan usia gestasi
(Gestasi merupakan waktu antara konsepsi (proses pembuahan sel telur) dan
persalinan. Periodenya menandakan berapa lama seorang wanita hamil. Umumnya, bayi
dilahirkan antara 38 dan 42 minggu kehamilan) dan maturitas bayi baru lahir
Indikator: Maturitas neuromuskular
: Maturitas fisik
a) Maturitas neuromuskular
1. Postur: Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus
fleksi pasif yang progresif.
2. Square window: pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat
dengan jari-jari dengan lembut. Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap
peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan.
3. Arm recoil: Dievaluasi pada saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan
lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan
lepaskan. Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan.
Skor 0: tangan tetap terentang/gerakan acak.
Skor 1: fleksi parsial 140-180 derajat
Skor 2: felski parsial 110-140 derajat
Skor 3: fleksi parsial 90-100 derjat
Skor 4: kembali ke fleksi penuh.
4. Popliteal Angle: bayi berbaring terlentang, tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut
bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa
memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi
paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang. Kaki bayi
diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk
antara paha dan betis di daerah popliteal. Pastikan pemeriksa harus menunggu sampai bayi
berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki.
5. Scarf sign: Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Bayi berbaring
terlentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong
tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain
pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Amati posisi siku pada dada bayi.
Skor -1: penuh pada tingkat leher
Skor 0: garis aksila kontralateral
Skor 1: kontralateral baris puting
Skor 2: prosesu xypohid
Skor 3: garis puting ipsilateral
Skor 4: garis aksila ipsilateral.
6. Heel to Ear: Manuver ini menilai tonus pasif ototo fleksor pada gelang panggul. Dengan
posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat
mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja
periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut. Resistensi tumit
ketika berada pada atau dekat telinga (-1), hidung (0), dagu (1), puting barus (2), daerah
pusar (3), dan lipatan femoralis (4).
b) Maturitas fisik
1. Pemeriksaan kulit
bersamaan dengan hilangnya lapisan pelindungnya secara bertahap, vernix caseosa, kulit
janin mengalami kematangan yang mengakibatkan perkembangan struktur instruksinya
oleh karena itu kulit akan menebal, mengering dan menjadi berkerut atau mengelupas dan
dapat menimbulkan ruam saat pematangan janin berlangsung
Ballard score untuk pemeriksaan kulit:
- kulit transparan, lengket, raput (-1)
- kulit tanslusen, merah, gelatinosa (0)
- lembut atau licin, vena membayang, merah muda (1)
- vena beberapa kulit terkelupas superfisial atau ruam (2)
- vena jarang, kulit pecah-pecah, terdapat daerah pucat (3)
- tidak telihat vena, kulit pecah-pecah dalam perkamen (4)
- pecah-pecah dan terdapat keriput (5)
2. Pemeriksaan lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh janin, biasanya mulai muncul
sekitar minggu ke 24-25
- Lanugo tidak ada (-1)
- Lanugo jarang sekali (0)
- Lanugo banyak sekali (1)
- Terlihat menipis (2)
- Adanya beberapa daerah tanpa rambut (3)
- Sebagian besar tanpa rambut (4)
3. Garis Plantar
ini adalah garis telapak kaki pertama yang muncul pada bagian anterior.
- Heel-to-toe <40 mm (-2)
- Heel-to-toe 45-50 mm (-1)
- >50 mm, tidak ada lipatan (0)
- adanya garis merah tipis (1)
- adanya garis melintang pada bagian anterior (2)
- garis lipatan hingga 2/3 anterior (3)
- garis lipatan seluruh telapak (4)
4. Payudara
areola terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang oleh hormon estrogen ibu.
- areola tidak dapat dinilai (-1)
- sulit dinilai (0)
- berbentuk datar, tidak adanya penonjolan / no bud (1)
- bentuk berbintil, penonjolan areola sekitar 1-2 mm (2)
- areola terangkat, penonjolan sekitar 3-4 mm (3)
- areola penuh, penonjolan areola sekitar 5-10 mm (4)
5. Mata/Telinga
penilaian meliputi palpasi untuk mengetahui ketebalan tulang rawan telinga,
kemudian melipat daun telinga kedepan kearah wajah dan melepaskannya.
- kelopak mata menempel (-2)
- kelopak mata menyatu/longgar (-1)
- daun telinga datar, kelopak mata terbuka, tetap terlipat (0)
- lingkungan pinna minimal. lunak, rekoil lambat (1)
- bentuk tegas, keras, rekoil segera (3)
- kartilago tebal, kaku (4)
6. Genetalia
- L: skrotum datar, halus (-1), P kliktoris menonjol, labia datar (-1)
- L: skrotum kosong, rugae samar (0), P kliktoris menonjol labia minora kecil (0)
- L: testis pada kanalis atas, rugae jarang (1), P kliktoris menonjol, labia minor
membesar (1)
- L testis turun, rugae sedikit (2); P: labia mayora dan minora menonjol (2)
- L testis turun, rugae jelas (3); P labia mayora besar, labia minora kecil (3)
- L testis pendulum, rugae dalam (4); P: labia mayora menutupi klitoris dan labia
minora (4)
5. Resusitasi Neonatus
- Resusitasi neonates adalah teknik pertolongan pada bayi guna mengatasi kesulitan
bernapas akibat kekurangan oksigen. Caranya dengan memberikan bantuan
pernapasan danmelakukan kompresi dada.”
Prosedur resusitasi neonatus dilakukan bada bayi yang baru lahir, terutama saat melihat
tanda kesulitan bernapas setelah memotong tali pusar. Prosedur dilakukan hingga bayi
bisa bernapas dengan normal.
Beberapa kondisi yang membutuhkan resusitasi neonatus, termasuk bayi prematur, bayi
lahir dengan proses persalinan yang lama dan bayi dari ibu yang mengonsumsi obat
penenang saat persalinan.
Tak hanya dilakukan pada bayi, prosedur juga bisa diterapkan pada anak berusia di
bawah 1 tahun yang mengalami kesulitan bernapas hingga kehilangan kesadaran.
Menyambung dari langkah pertama di atas, prosedur dilakukan dengan:
1. Memeriksa Pernapasan
Langkah ini dilakukan dengan meletakkan pipi ibu di dekat mulut dan hidung bayi.
Rasakan tarikan dan hembusan napasnya, sembari memperhatikan gerak dada yang naik
turun.
Periksa juga bagian dalam mulut dan hidungnya dengan seksama. Jika ada benda asing
yang menyumbat jalan napasnya, segera keluarkan. Sebab, tersedak bisa jadi salah satu
pemicu sesak napas.
Posisikan kepala dan leher bayi dalam keadaan lurus. Kemudian, angkat sedikit dagunya.
Hembuskan udara dari mulut ibu ke mulut atau hidung bayi. Pastikan tidak ada celah agar
udara tidak keluar kembali
Perhatikan apakah dada bayi terangkat saat ibu melakukan teknik di atas. Lihat juga
apakah dadanya kembali turun saat udara keluar.
Jika terlihat tanda-tanda kesadaran setelah melakukan dua langkah di atas, terus berikan
bantuan pernapasan hingga napasnya kembali normal. Setelah itu, segera buat janji
rumah sakit guna memastikan kondisinya.
Namun, jika bayi belum memberikan respons, lanjutkan pertolongan dengan melakukan
kompresi dada. Pertama, tekanan bagian tengah dada bayi dengan jari telunjuk dan
tengah. Lalu lepaskan.
Ulangi cara yang disebutkan dengan kecepatan 100 tekanan dada per menit. Bisa juga
dengan melakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dan diselingi dengan 2 kali bantuan
pernapasan langsung seperti pada poin dua.